Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesadaran para cendikiawan muslim untuk kembali ke ajaran Qur’an dan hadits, memunculkan pemikiran untuk menggunakan sistem ekonomi yang berdasarkan pada syariah Islam atau disebut sebagai sistem ekonomi Islam. Kesadaran mereka muncul karena ternyata sistem ekonomi yang dijalankan selama ini tidak menyebabkan kondisi ekonomi global semakin membaik khususnya di negara- negara muslim. Kemiskinan justru paling banyak dialami oleh negara-negara muslim. Sistem ekonomi kapitalis membuat negara-negara muslim yang kebanyakan adalah negara sedang berkembang dieksploitasi oleh negara maju sehingga menyebaban ketergantungan yang semakin tinggi pada negara maju. Kesadaran inilah yang menyebabkan munculnya ekonomi syariah sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi negara-negara muslim. Apalagi sistem ekonomi Islam jaman Nabi SAW dan para sahabatnya terbukti memunculkan kejayaan Islam. Hal ini lebih dikuatkan lagi dengan adanya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sistem ekonomi kapitalis selama seratus tahun terakhir, setiap lima tahun sekali selalu terjadi krisis. Munculnya kesadaran untuk menjalankan syariah Islam dalam 1
43

SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Mar 07, 2023

Download

Documents

Dwi Jayanti
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesadaran para cendikiawan muslim untuk kembali ke

ajaran Qur’an dan hadits, memunculkan pemikiran untuk

menggunakan sistem ekonomi yang berdasarkan pada syariah

Islam atau disebut sebagai sistem ekonomi Islam.

Kesadaran mereka muncul karena ternyata sistem ekonomi

yang dijalankan selama ini tidak menyebabkan kondisi

ekonomi global semakin membaik khususnya di negara-

negara muslim. Kemiskinan justru paling banyak dialami

oleh negara-negara muslim. Sistem ekonomi kapitalis

membuat negara-negara muslim yang kebanyakan adalah

negara sedang berkembang dieksploitasi oleh negara maju

sehingga menyebaban ketergantungan yang semakin tinggi

pada negara maju.

Kesadaran inilah yang menyebabkan munculnya ekonomi

syariah sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi

negara-negara muslim. Apalagi sistem ekonomi Islam jaman

Nabi SAW dan para sahabatnya terbukti memunculkan

kejayaan Islam. Hal ini lebih dikuatkan lagi dengan

adanya hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sistem

ekonomi kapitalis selama seratus tahun terakhir, setiap

lima tahun sekali selalu terjadi krisis. Munculnya

kesadaran untuk menjalankan syariah Islam dalam

1

Page 2: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

kehidupan ekonomi muslim berarti harus mengubah pola

pikir dari sistem ekonomi kapitalis ke sistem ekonomi

syariah termasuk dalam dunia bisnis.

Dunia bisnis tidak bisa dilepaskan dari etika

bisnis. Banyak hasil penelitian yang menunjukkan adanya

hubungan yang positif antara etika bisnis dan kesuksesan

suatu perusahaan. Kisah bangkrutnya Lehman Brothers

menggambarkan dampak dari suatu perusahaan yang tidak

menggunakan etika bisnis dalam setiap aktivitas

bisnisnya. Pada akhirnya praktek bisnis yang tidak

jujur, hanya memikirkan keuntungan maksimal dan

merugikan pihak lain akan membawa perusahaan, yang

tergolong raksasa sekalipun akan hancur juga.

Etika bisnis sebenarnya bukan fenomena dan kajian

yang baru. Sejak abad ke-18 hingga kini, hubungan etika

dan bisnis telah banyak diperdebatkan. Di AS, kasus

bisnis yang berhubungan dengan etika bahkan telah

terjadi sebelum kemerdekaan AS. Bermula pada tahun 1870,

John D. Rockfeller, pemilik Standard Oil Company Ohio,

melakukan kesepakatan rahasia potongan harga dengan

perusahaan kereta api yang akan mengangkut minyaknya.

Akibatnya pesaing kalah sehingga memutuskan untuk keluar

dari bisnis perminyakan.

Bisnis yang melibatkan praktek-praktek kecurangan,

penipuan dan lain-lain adalah alasan etika bisnis

mendapat perhatian yang intensif hingga menjadi kajian

2

Page 3: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

tersendiri. Masalah etika bisnis muncul bila terjadi

suatu konflik tanggung jawab kepentingan atau dilema

memilih antara yang benar dan yang salah, yang salah

dengan yang lebih salah atau mempertimbangkan sesuatu

yang lebih kompleks yang diakibatkan oleh aktivitas

bisnis.

Perilaku bisnis yang tidak beretika terjadi pada

hampir semua negara, misalnya Mitsubishi Electric,

perusahaan Jepang yang terlambat menarik produk TV-nya

yang ternyata menyebabkan terlalu panas dan kebakaran.

Perusahaan Nike membayar upah pekerja yang rendah di

berbagai negara berkembang untuk membuat sepatu yang

berharga tinggi.

Di Indonesia, praktek bisnis yang tidak beretika

semakin terkuak setelah Orde Baru runtuh di awal 1998.

Banyak kasus dan skandal mewarnai praktek bisnis baik

itu KKN (korupsi,kolusi dan nepotisme), menyuap,

memalsukan, menipu, ataupun menyelewengkan milik

perusahaan atau negara. Dari kasus Edi Tanzil, BLBI

(Bantuan Likuiditas Bank Indonesia), PT. Newmont,

Freeport dan kasus Gayus dengan skandal pajaknya. Di

Eropa, seperti perusahaan Enron, Merck, Xerox, Global

Crossing, Rite-Aid, Oracle, ParMor, AOL Time Warner,

Citigroup dan lain-lain.

Di samping itu, ada juga perusahaan yang

melaksanakan etika bisnis dalam praktek bisnisnya.

3

Page 4: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Misalnya, Nestle di India yang membantu para peternak

sapi sehingga produksi susu per peternak meningkat 50

kali lipat dan taraf hidup para peternak juga meningkat.

Selain itu, Arnotts, perusahaan biskuit Australia yang

berani menarik seluruh produknya sekalipun ada orang

yang mau memberitahu produk mana yang beracun asal

diberi sejumlah uang. Arnotts lebih suka menarik seluruh

produknya demi keselamatan konsumen dan dampaknya luar

biasa, enam bulan kemudian pendapatan perusahaan naik

tiga kali lipat.1

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah etika

bisnis yang Islami itu seperti apa? Seperti yang

diketahui jika tahun depan Indonesia akan memasuki Asean

Economic Community (Pasar Bebas Asean) 2015, lantas

bagaimana kesiapan enterpreneur muslim menghadapinya?

Dan bagaimana solusi dari Al-Qur’an akan menjawab semua

kekhawatiran ini?

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan etika bisnis dalam Islam?

2. Bagaimana etika entrepreneur muslim menghadapi Asean

Economic Community (AEC) 2015?

1 Sri Nawatmi, Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, (Semarang: Universitas Stikubank),dalam Fokus Ekonomi (FE), April 2010, Hal 50 – 58 Vol. 9, No.1

4

Page 5: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

3. Bagaimana solusi Al-Qur’an terhadap etika entrepreneur

muslim dalam menghadapi Asean Economic Community (AEC)

2015?

C. Tujuan Penulisan

Dari uraian dalam latar belakang di atas, maka

tulisan ini diharapkan dapat memberikan pemahaman kepada

para pengusaha muslim khususnya, dan masyarakat pada

umumnya, untuk menerapkan etika bisnis menurut hukum

Islam, yang merupakan bagian dari hukum Nasional yang

berlaku di Indonesia dalam menghadapi Asean Economic

Community (AEC) 2015.

D. Manfaat Penulisan

- Bagi Entrepreneur Muslim :

1. Sebagai rekomendasi bagi seluruh entrepreneur

muslim untuk ikut berpartisipasi mewujudkan

entrepreneur muslim yang beretika sesuai dengan Al-

Qur’an dan Sunnah dalam menghadapi Asean Economic

Community (AEC) 2015.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam melahirkan cara-

cara atau metode baru demi terwujudnya entrepreneur

muslim yang beretika sesuai dengan Al-Qur’an dan

Sunnah dalam menghadapi Asean Economic Community

(AEC) 2015.

5

Page 6: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

- Bagi Pemerintah atau DSN MUI :

1. Sebagai rekomendasi untuk melindungi entrepreneur

muslim.

2. Sebagai filter masuknya etika dan budaya barat

dalam menghadapi Asean Economic Community (AEC)

2015.

E. Batasan Penulisan

Masalah yang diangkat dalam penulisan ini terlalu luas

jika diteliti secara menyeluruh. Maka dari itu agar

masalah tidak melebar kemana-mana penulis hanya

meneliti, yaitu: filosofis bisnis Islam, kesiapan

entrepreneur muslim menghadapi Asean Economic

Community (AEC) 2015 serta solusi dari Al-Qur’an dan

As-Sunnah terhadap Enterpreneur Muslim dalam

Menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015.

6

Page 7: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Kajian terhadap etika bisnis dalam agama sendiri sudah

banyak dilakukan oleh beberapa kalangan intelektual Barat.

Broel dan Chambel dalam bukunya Do Bussiness and Religion

MIX sebagaiman dikutip oleh Sofyan Syafri H telah membahas

agama dalam budaya Barat dan pengaruhnya dalam merumuskan

etika bisnis. Demikian juga Thomas Golembiewski dalam

bukunya Men Management and Morality Toward a New

Organizational Ethics yang merumuskan nilai-nilai dasar

bekerja menurut etika Yahudi dan Kristen.2

Dari kalangan Islam telah terbit pula buku Islamic

Principles of Business Organizational and Management yang

merupakan kumpulan makalah hasil seminar di Virginia

Amerika pada tahun 1988. Diantara isi buku ini membahas

etika bisnis dalam Islam dan pertanggung jawabannya dengan

mendasarkan pada beberapa ayat al-Qur’an yang menerangkan

tentang etika dalam mu’amalah.3

2 Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997),hal.230.3 FR. Faridl (ed.), Islamic Principles of Business Organizational andManagement, (New Delhi:Qazi Publeshers and Distributors, 1995), pp. 1-19.

7

Page 8: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Selain kumpulan makalah di atas, terdapat juga

beberapa buku tentang etika bisnis islami yang di tulis

orang-orang Indonesia, antara lain karya M. Quraish Shihab,

Muhammad, R. Lukman Fauroni, M. Suyanto, Faisal Badroen

(dkk) dan mungkin beberapa buku lain yang belum penulis

temukan. Muhammad Quraish Shihab dalam Jurnal Ulumul Qur’an

membahas etika bisnis islami dengan judul “Etika Bisnis

dalam Wawasan al-Qur’an”. Kajian ini lebih memfokuskan pada

tafsir ayat-ayat tentang bisnis, seperti larangan bisnis

yang mengarah pada riba, dan fungsi uang dalam Islam.

Pembahasan yang sama juga dimuat dalam Wawasan al-Qur’an

dengan sub bahasan “Ekonomi”.4 Kajian ini belum menyentuh

bagaimana praktek bisnis Muhammad SAW dan beberapa hadits

yang merupakan pesan Muhammad dalam bisnis. Tulisan Quraish

Shihab tersebut mengilhami Lukman Fauroni untuk meneliti

ayat-ayat al-Qur’an yang berbicara tentang etika bisnis.

Judul buku Etika Bisnis dalam al-Qur’an yang ditulisnya

secara detail menginventarisir dan mengupas ayat-ayat al-

Qur’an yang terkait dengan prinsip-prinsip praktek bisnis

islami.5 Karena fokusnya adalah al-Qur’an, maka Lukman

tidak menyinggung praktek bisnis Muhammad dan beberapa

haditsnya. Terkait dengan telaah pustaka ini, pokok bahasan

4 M. Quraish Shihab, “Etika Bisnis dalam Wawasan al-Qur’an,” dalam JurnalUlumul Qur’an, No. 3/VII/1997. Lihat juga M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I atas Berbagai Persoalan Umat, (Bandung: Mizan, 1996),hal.402- 415.

5 R. Lukman Fauroni, Etika Bisnis dalam al-Qur’an, (Yogyakarta: PustakaPesantren-LKiS,2006), hal. 115-156.

8

Page 9: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

buku tersebut membahas jenis-jenis bisnis dan etika bisnis

yang meliputi kesatuan, kesetimbangan, kehendak bebas,

pertanggung jawaban, dan kebajikan serta kejujuran, yang

didasarkan pada ayat-ayat al-Qur’an.

Muhammad (Dosen STIS Yogyakarta dan Pascasarjana di

beberapa tempat) pada bab pendahuluan bukunya menyinggung

bisnis Muhammad SAW setelah menikah dengan Khadijah. Kajian

empat setengah halaman ini hanya mendeskripsikan kunjungan

Muhammad ke beberapa negara dan bentuk transaksi dalam

Islam.6 Kajian ini belum sampai pada bagaimana etika bisnis

yang dilakukan Muhammad dalam menjalankan bisnisnya,

khususnya sebelum masa kewahyuan. Tercatat dalam sejarah,

ketika Muhammad dalam usia 12 tahun ia sudah diajak untuk

bisnis ke Syiria dan banyak pesan moral dalam menjalankan

bisnis yang dirangkum dalam hadits. Terkait dengan kajian

ini, M. Suyanto juga menulis buku dengan judul Muhammad

Business Strategy and Ethics. Dalam buku ini ia mengkaji

tentang etika bisnis Muhammad. Kajiannya terfokus pada

etika mencari harta dan membelanjakannya, strategi bisnis

dan tujuannya, serta perilaku bisnis yang dianjurkan dan

dilarang. Meskipun sub judul bab ini mencerminkan etika

bisnis Muhammad, namun kajiannya lebih menekankan pada

teks-teks al-Qur’an, seperti etika bisnis harus

berlandaskan iman kepada Allah dan rasul-Nya, strategi

bisnis harus sesuai dengan jalan Allah, dan tujuan bisnis6 Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004), hal. xv –xviii.

9

Page 10: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

untuk memperoleh keuntungan besar. Demikian juga etika

bahasan tentang etika bisnis terfokus pada kompilasi ayat-

ayat al-Qur’an dan hadits. Dari paparan singkat ini tampak

bahwa kajiannya menekankan pada pesan-pesan (nabi) Muhammad

setelah menjadi Nabi (ba’d al bi’tsah).7

Buku lain yang membahas etika bisnis islami adalah

kumpulan tulisan yang disarikan oleh Faisal Badroen

(editor) dengan judul Etika Bisnis dalam Islam. Buku ini

menfokuskan pada kajian komparatif antara etika bisnis yang

dikembangkan di Barat dan Islam.8 Secara konseptual Barat,

prinsip-prinsip etika dalam bisnis mengacu—paling tidak

pada empat hal, pertama, mengandung unsur utilitas

(manfaat); kedua, terdapat unsur hak dan kewajiban; ketiga,

mengandung keadilan dan kejujuran; dan keempat mengandung

rasa melindungi. Keempat hal tersebut menjadi guidance bagi

Barat dalam menentukan standarisasi etika dalam berbisnis,

khususnya yang berkenaan dengan pengambilan keputusan

(ethical dilemmas).9

Dari beberapa tulisan yang telah disebutkan tampak

tampak penggalian etika bisnis lebih banyak berasal dari

al-Qur’an dan al-Hadits. Tentang sumber al-Qur’annya telah

banyak dikaji oleh banyak penulis. Sedangkan pada aspek al-

7 M. Suyanto, Muhammad Business Strategy and Ethics, (Yogyakarta: Andi Offset,2008). Penjelasan lebih lengkap lihat buku ini hal. 169-218.8 Drs. Faisal Badroen (ed.), Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta: Prenada MediaGroup, 2006), bab II dan bab IV.9 Lihat juga Amirullah dan Imam Harjanto, Pengantar Bisnis, (Yogyakarta: GrahaIlmu, 2005), hal. 41-43.

10

Page 11: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Hadits belum diungkap, khususnya yang terkait dengan etika

bisnis yang dilakukan Muhammad SAW sebelum masa kenabian.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk melakukan kajian ini memang tidak mudah meskipun

bersifat library research sehingga harus ditemukan catatan

11

Page 12: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

sejarah perihal bisnis Nabi baik dari sumber primer maupun

sekunder.10 Sedangkan teknik pengumpulan dilakukan dengan:

(1) klasifikasi sumber yang berhubungan dengan sejarah;

(2) pencarian dimana tempat terdapatnya sejarah;

(3) menyusun data secara sistematis, dan

(4) mengritik sumber bahan yang ada.11

Karena itulah pendekatan yang akan digunakan adalah

pendekatan sejarah dengan merekonstruksi masa lalu secara

sistematis dan objektif dengan mengumpulkan, mengevaluasi,

menguji dan mensintesiskan bukti-bukti untuk menegakkan

fakta dan memperoleh kesimpulan secara tepat.12

Untuk merekonstruksi sejarah ini, setidaknya ada empat

langkah yang akan ditempuh, yakni heuristik, kritik,

interpretasi dan historiografi.13 Adapun analisisnya

menggunakan analisis kualitatif dengan cara kritik

eksternal dan kritik internal. L.R. Gay sebagaimana dikutip

oleh Consuelo, kritik eksternal ini dilakukan terhadap

sumber asli yang memiliki integritas tekstual. Setelah

mengetahui dengan pasti keaslian bahan-bahan kemudian

dilakukan kritik internal, yaitu kritik terhadap teks itu

sendiri.14

10 Marzuki, Drs., Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE-UII, 2000), hal. 56-57.11 Consuello G. Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, (Yogyakarta: UIIPress, 1993), hal. 49-54.12 Lihat Stephen Isaac dan William B. Michael, Handbook in Research andEvaluation, California: EdTs Publisher, 1981, page. 44; Moh. Nazir, Ph.D.,Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal. 4813 Lihat Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif; (Jakarta: Pustaka Jaya,1995), hal. 109.14 Consuello G. Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian, hal. 59

12

Page 13: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Etika Bisnis dalam Islam

Selama ini banyak orang memahami bisnis adalah

bisnis, yang tujuan utamanya memperoleh keuntungan

sebanyak-banyaknya. Hukum ekonomi klasik yang

mengendalikan modal sekecil mungkin dan mengeruk

keuntungan sebesar mungkin telah menjadikan para pelaku

bisnis menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan,

mulai dari cara memperoleh bahan baku, bahan yang

digunakan, tempat produksi, tenaga kerja,

pengelolaannya, dan pemasarannya dilakukan seefektif dan

seefesien mungkin. Hal ini tidak mengherankan jika para

pelaku bisnis jarang memperhatikan tanggungjawab sosial

dan mengabaikan etika bisnis.

Etika bisnis dalam studi Islam selama ini kajiannya

lebih didasarkan pada al-Quran. Padahal Rasulullah dalam

tinjauan sejarah dikenal sebagai pelaku bisnis yang

13

Page 14: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

sukses, sehingga kajian tentang etika bisnis perlu

melihat perilaku bisnis Muhammad semasa hidupnya. Mental

pekerja keras Rasulullah dibentuk sejak masa kecil

sewaktu diasuh Halimah Assa’diyah hingga dewasa. Bersama

anak-anak Halimah, Rasulullah yang saat itu berusia 4

tahun menggembala kambing. Pengalaman ini yang kemudian

dijadikan sebagai pekerjaan penggembala kambing-kambing

milik penduduk Makkah.

Pengalaman Rasulullah merupakan hasil tempaan

pergulatannya dengan kehidupan masyarakat Jahiliyyah.

Sejak usia 12 tahun Rasulullah memiliki kecenderungan

berbisnis. Ia pernah melakukan perjalanan ke Syam

bersama pamannya, Abu Thalib. Ia juga mengunjungi pasar-

pasar dan festival perdagangan, seperti di pasar Ukaz,

Majinna, Dzul Majaz dan tempat lainnya. Gelar al-Amīn

bagi dirinya yang waktu itu ia masih muda semakin

menambah para pebisnis lain untuk membangun jaringan

bersamanya, baik ketika ia menjadi karyawan Khadijah

maupun menjadi suaminya. Kesibukan sehari-harinya

mengantarkan Rasulullah menjadi pelaku bisnis yang

profesional dengan mempertimbangkan etika bisnis yang

diyakininya.

Profesi ini ditekuni Rasulullah hingga ia berusia

40 tahun, sejak ia resmi menjadi rasul. Hal ini juga

mencerminkan bahwa segala perilaku dan perbuatannya yang

dilakukan sebelumnya adalah bukan atas bimbingan wahyu,

14

Page 15: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

namun atas dasar pengalaman sosialnya dengan

pertimbangan akal pikirannya. Jika memerhatikan sejarah

keberhasilan Rasulullah dalam mengelola bisnis maka

kuncinya adalah akhlak mulia (seperti tutur kata yang

baik dan jujur).

Namun apakah modal tersebut cukup dalam membekali

seseorang dalam mengelola bisnis jika ia tidak memiliki

latar belakang kuat dalam dunia bisnis. Faktor-faktor

apa yang mendorong Rasulullah menjadi pebisnis dan

sukses dalam menggelutinya. Siapakah yang membimbingnya,

sementara ia belum menjadi Nabi yang selalu menerima

wahyu dan membimbingnya. Sementara Al-Qur’an sebagai

wahyu yang selalu membimbing Rasulullah baru turun

ketika ia berusia 40 tahun. Artinya selama 39 tahun,

Rasulullah belajar dari keluarga dan lingkungannya.

Kata etika berasal dari kata ethos dalam bahasa

Yunani yang berarti kebiasaan (custom). Dalam kamus

Webster etika adalah the distinguishing character,

sentiment, moral nature, or guiding beliefs of a person,

group, or institution (karakter istimewa, sentimen,

tabiat moral, atau keyakinan yang membimbing seseorang,

kelompok atau institusi).15 Pengertian yang lebih tegas

makna etika adalah the systematic study of the nature of

value concepts, good, bad, ought, right, wrong, etc. And

of the general principles which justify us in applying15 Webster’s New CollegiatemDictionary, (USA: G. dan C.Merriam Company), page.393.

15

Page 16: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

them to anything; also called moral philosophy (etika

merupakan studi sistematis tentang tabiat konsep nilai,

baik, buruk, harus, benar, salah, dan lain sebagainya

dan prinsip-prinsip umum yang membenarkan kita untuk

mengaplikasikannya atas apa saja).16

Pengertian di atas semakna dengan kata moral. Kata

ini berasal dari bahasa Latin mos, (jamaknya: mores)

yang artinya adat istiadat atau kebiasaan. Yang dimaksud

adat istiadat ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh

individu maupun masyarakat. Dengan demikian maka secara

terminology istilah antara etika dan moralitas memiliki

pengertian yang sama. Dalam studi Islam istilah di atas

senada dengan al-khuluq. Dalam al-Qur’an kata ini hanya

ditemukan dalam bentuk tunggal (al-khuluq) dalam surat

al-Qalam ayat 4 sebagai nilai konsiderans atas

pengangkatan Muhammad sebagai Rasul. (Sesungguhnya

engkau Muhammad berada di atas budi pekerti yang agung).

Al-khuluq artinya innate peculiarity, natural

disposition, character, temper, nature.17

Dengan demikian maka akhlak adalah perilaku

seseorang yang berkaitan dengan baik dan buruk, dan

setiap manusia memiliki dua potensi di atas. Hanya saja

dalam Islam potensi baik lebih dulu menghiasi diri

16 Drs. Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Press, 1995),hal. 13.17 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, (London: McDonald & EvansLtd, 1980), page. 258.

16

Page 17: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

manusia daripada potensi untuk berbuat kejahatan.18

Dengan demikian maka etika bisnis yang dimaksud dalam

tulisan ini adalah seperangkat prinsip-prinsip etika

yang membedakan yang baik dan yang buruk, harus, benar,

salah, dan lain sebagainya dan prinsip-prinsip umum yang

membenarkan seseorang untuk mengaplikasikannya dalam

dunia bisnis.

B. Etika Entrepreneur Muslim Menghadapi Asean Economic

Community (AEC) 2015

Islam memandang bahwa berusaha atau bekerja

merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Terdapat

sejumlah ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi yang menjelaskan

pentingnya aktivitas usaha, diantaranya; “Apabila telah

ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi. Dan carilah karunia

Allah”.19 “Sungguh seandainya salah seorang diantara kalian

mengambil beberapa utas tali, kemudian pergi ke gunung kemudian

kembali memikul seikat kayu bakar dan menjualnya, kemudian dengan

hasil itu Allah mencukupkan kebutuhan hidupmu, itu lebih baik daripada

meminta-minta kepada sesama manusia, baik mereka memberi maupun

tidak”.20 Pernah Rasulullah ditanya oleh sahabat, “Pekerjaan

apa yang paling baik wahai Rasulullah?, Rasulullah menjawab, seorang

bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang bersih”.21

18 M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), hal. 254.19 QS. Al-Jumuah (62): 10.20 Imam Bukhari, Shahih Bukhari Jilid II, trj. H. Zainuddin Hamidy, dkk, Cet. 13.(Jakarta : Widjaya, 1992), h. 129.21 HR. Al-Bazzar dan Ahmad

17

Page 18: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Hadis yang lain, “Pedagang yang jujur lagi terpercaya adalah

bersama-sama Nabi, orang-orang jujur, dan para syuhada”.22 Ayat dan

hadis-hadis di atas menunjukkan bahwa bekerja mencari

rizki adalah aktivitas yang inheren dalam ajaran Islam.

Tentu mencari rizki dalam konteks ajaran Islam

bukan untuk semata-mata memperkaya diri sendiri. Karena

Islam mengajarkan bahwa kekayaan itu mempunyai fungsi

sosial. Secara tegas Al-Qur’an melarang penumpukan harta

dalam arti penimbunan (hoarding),23 melarang mencari

kekayaan dengan jalan tidak benar,24 dan memerintahkan

membelanjakan secara baik.25 Islam memandang bahwa yang

terpenting bukanlah pemilikan benda, tetapi kerja itu

sendiri. Doktrin al-Qur’an yang membentuk motivasi yang

tinggi dalam bekerja umat Islam antara lain tercermin

dalam Q.S. Al-Mulk : 15, yang memberi kesimpulan,

pertama, bahwa bumi ini semua milik Allah, tetapi

dianugerahkan kepada manusia. Kalimat “milik Allah”

sebenarnya dapat dipahami bahwa bumi, air dan kekayaan

yang terkandung di dalamnya bukan milik perseorangan

karena kekuasaannya, melainkan untuk semua orang. Dalam

konteks masyarakat feodal, Islam bermaksud menghilangkan

“sistem upeti” di mana tanah dianggap milik raja, tiran

atau penguasa feodal. Sebagai alternatif al-Qur’an

22 Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar Ihya al-Turas al-Arabi, tt), h. 165.23 QS. Al-Humazah (104): 224 QS. Al-Baqarah (2): 18825 QS. Al Baqarah (2): 261

18

Page 19: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

mengajarkan doktrin kemakmuran bersama.26 Kedua, ayat itu

menimbulkan etos yang mendorong umat Islam untuk

“mengembara ke seluruh bumi” mencari rizki Allah. Ini

mendorong untuk dilakukannya perdagangan dalam sekala

luas seperti perdagangan antar daerah bahkan negara.

Dalam Era Globalisasi dewasa ini, perkembangan

perekonomian dunia begitu pesat, seiring dengan

berkembang dan meningkatnya kebutuhan manusia akan

sandang, pangan, dan teknologi.27 Kebutuhan tersebut

meningkat sebagai akibat jumlah penduduk yang setiap

tahun terus bertambah, sehingga menimbulkan persaingan

bisnis makin tinggi. Hal ini terlihat dari upaya-upaya

yang dilakukan masyarakat dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup. Akibat lebih lanjut dari perkembangan

tersebut meningkatkan hubungan antara masyarakat, tidak

saja antara penduduk dalam satu negara, akan tetapi

antara warga negara di dunia. Wujud dari hubungan

tersebut terbentuknya organisasi-organisasi bisnis,

seperti AFTA, NAFTA, APEC, dan lembaga perdangan dunia

World Trade Organization (WTO)28 dan sebentar lagi akan

memasuki pasar bebas ASEAN atau Asean Economic Community

(AEC) 2015. Pembentukan organisasi tersebut, pada

prinsipnya bertujuan agar jalinan kerjasama di bidang

bisnis antar negara adanya kesamaan visi dan misi. Namun26 QS. Hud (11): 6127 M. Yahya Harahap, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni, 1986, hal. 6.28 Sukarmi, Bahan Kuliah “Hukum Ekonomi”, Program Doktoral Fakultas HukumUniversitas Brawijaya-Fakultas Hukum Universitas Bengkulu, 2007-2008

19

Page 20: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

demikian, dalam praktek tidak demikian, karena peluang

untuk terjadi penyimpangan yang mengakibatkan kerugian

sesama manusia dan masyarakat dunia masih terjadi.29

Dalam jurnal ekonomi, Ichsan Zulkarnain mengatakan

bahwa perekonomian dunia dewasa ini masih dibayangi oleh

ketidakpastian terhadap kesinambungan perekonomian

Amerika Serikat untuk terus menerus sebagai penggerak

ekonomi dunia.30 Di Indonesia, sejak timbulnya krisis

ekonomi yang dipicu oleh krisis moneter pada pertengahan

tahun 1997, pertumbuhan ekonomi terhenti dan laju

inflasi meningkat pesat yang berakibat taraf hidup

rakyat Indonesia merosot tajam.31 Di mana-mana banyak

terjadi pemutusan hubungan kerja, pengangguran bertambah

dan daya beli masyarakatnyapun menjadi berkurang.

Perekonomian nasional tahun 2002 diperkirakan membaik,

meskipun masih terdapat berbagai ketidak pastian yang

dapat mengganggu proses pemulihan ekonomi.32

Lebih jauh, prioritas pembangunan nasional bidang

ekonomi sesuai dengan UU No. 25 tahun 2000 tentang

Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000-2004

adalah mempercepat pemulihan dan memperkuat landasan

29 Ibid.30 Ichsan Zulkarnain, “Perkembangan Ekonomi Mikro Hingga Triwulan III Tahun 2002 dan ProspekEkonomi Indonesia Tahun 2002 dan 2004”, Jurnal Ekonomi, 2003, hal. 16. 31 Republik Indonesia, UU No. 25 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS),Jakarta, Setneg, 2000, hal. 61.32 Ichsan Zulkarnain, Loc. Cit

20

Page 21: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

pembangunan ekonomi berkelanjutan dan berkeadilan

berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan.33

Sistem ekonomi Islam yang dijiwai ajaran-ajaran

agama Islam memang dapat diamati berjalan dalam

masyarakat-masyarakat kecil di negara-negara yang

mayoritas penduduknya beragama Islam.34 Namun dalam

perekonomian yang sudah mengglobal dengan persaingan

terbuka, bisnis Islam sering terpaksa menerapkan

praktek-praktek bisnis non Islam. Misalnya, perusahaan

yang berbentuk Perseroan Terbatas yang memisahkan

kepemilikan dan pengelolaan, dalam proses meningkatkan

pasar modal (bursa efek), sering terpaksa menerima asas-

asas sistem kapitalisme yang tidak Islam.

Sistem ekonomi Islam berbeda dari kapitalisme,

sosialisme, maupun Negara Kesejahteraan (Welfare State).35

Berbeda dari kapitalisme karena Islam menentang

eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh yang

miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. “Kecelakaanlah

bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta-harta dan

menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat

mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan

dilemparkan ke dalam Huthamah. Dan tahukah apa Huthamah itu ? (yaitu)

api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan, yang (naik) sampai ke hati.33 Iwan Kurniawan, Chanif, Achmad Zairi, Prosedur Pemilihan Kepala Daerah danPengangkatan/Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil serta Program Pembangunan Tahun 2000-2004,Lembaga Pengembangan Informasi Indonesia (LEPIN), Jakarta, hal. 451.34 Mubyarto, Etika, Agama, dan Sistem Ekonomi,http://www.ekonomirakyat.org/edisi-2/artikel-7.htm, hal.4.35 Ibid, hal. 5.

21

Page 22: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Sesungguhnya api itu ditutup rapat di atas mereka, (sedang mereka itu)

diikatkan pada tiang-tiang yang panjang.” (Q.s. Al-Humazah , ayat

1-9).

Orang miskin dalam Islam tidak dihujat sebagai

kelompok yang malas dan tidak suka menabung dan

berinvestasi. Disejajarkan dengan sosialisme, Islam

berbeda dalam hal kekuasaan negara, yang dalam

sosialisme sangat kuat dan menentukan. Kebebasan

perorangan yang dinilai tinggi dalam Islam jelas

bertentangan dengan ajaran sosialisme. Akhirnya ajaran

ekonomi kesejahteraan (Welfare State), yang berada di

tengah-tengah antara kapitalisme dan sosialisme, memang

lebih dekat ke ajaran Islam. Bedanya hanyalah bahwa

dalam Islam etika benar-benar dijadikan pedoman perilaku

bisnis sedangkan dalam welfare state tidak demikian, karena

etika welfare state adalah sekuler yang tidak mengarahkan

pada “integrasi vertical” antara aspirasi materi dan spiritual.

Demikian dapat disimpulkan bahwa dalam Islam

pemenuhan kebutuhan materiil dan spiritual benar-benar

dijaga keseimbangannya, dan pengaturan oleh negara,

meskipun ada, tidak akan bersifat otoriter. Di

Indonesia, meskipun Islam merupakan agama mayoritas,

sistem ekonomi Islam secara penuh sulit diterapkan,

tetapi sistem ekonomi Pancasila yang dapat mencakup

warga non Islam dapat dikembangkan. Merujuk sila pertama

Ketuhanan Yang Maha Esa, sistem ekonomi Pancasila

22

Page 23: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

menekankan pada moral Pancasila yang menjunjung tinggi

asas keadilan ekonomi dan asas keadilan sosial seperti

halnya sistem ekonomi Islam. Tujuan sistem ekonomi

Pancasila maupun sistem ekonomi Islam adalah keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang diwujudkan

melalui dasar-dasar kemanusiaan dengan cara-cara yang

nasionalistik dan demokratis. Sistem ekonomi Indonesia

adalah aturan main yang mengatur seluruh warga bangsa

untuk tunduk pada pembatasan-pembatasan perilaku sosial-

ekonomi setiap orang demi tercapainya tujuan masyarakat

Indonesia yang adil dan makmur.36 Aturan main

perekonomian Indonesia berasas kekeluargaan dan

berdasarkan demokrasi ekonomi, yaitu produksi dikerjakan

oleh semua untuk semua di bawah pimpinan dan pemilikan

anggota-anggota masyarakat. Dalam sistem ekonomi

Indonesia yang demokratis kemakmuran masyarakat lebih

diutamakan, bukan kemakmuran orang seorang.37 Setiap

warga negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan

yang layak sesuai harkat dan martabat kemanusiaan38,

sehingga dapat dihindari kondisi kefakiran dan

kemiskinan.

Etika sebagai ajaran baik-buruk, benar-salah, atau

ajaran tentang moral khususnya dalam perilaku dan

tindakan-tindakan ekonomi, bersumber terutama dari

36 Mubyarto, Loc.Cit.37 Ibid.38 Lihat Pasal 27 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945

23

Page 24: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

ajaran agama.39 Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham

dalam ekonomi Barat menunjuk pada kitab Injil (Bible),

dan etika ekonomi Yahudi menunjuk pada Taurat. Demikian

pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari

seperlima ayat-ayat yang dimuat dalam Al-Qur’an. Namun,

jika etika agama Kristen-Protestan telah melahirkan

semangat (spirit) kapitalisme, maka etika agama Islam tidak

mengarah pada kapitalisme maupun sosialisme pada kolektivisme,

maka Islam menekankan empat sifat sekaligus, yaitu : (1)

Kesatuan (unity), (2) Keseimbangan (equilibrium), (3)

Kebebasan (free will), dan (4) Tanggungjawab (responsibility).

Manusia sebagai khalifah didunia tidak mungkin bersifat

individualistis, karena semua (kekayaan) yang ada di

bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah

kepercayaannya di bumi. Karena etika dijadikan pedoman

dalam kegiatan ekonomi dan bisnis, maka etika bisnis

merupakan ajaran Islam juga dapat digali langsung dari

Al-Qur’an dan Hadis Nabi. Misalnya karena adanya

larangan riba, maka pemilik modal selalu terlibat

langsung dan bertanggung jawab terhadap jalannya

perusahaan miliknya, bahkan terhadap buruh yang tidak

diperkerjakannya. Perusahaan dalam sistem ekonomi Islam

adalah perusahaan keluarga bukan Perseroan Terbatas yang

pemegang sahamnnya dapat menyerahkan pengelolaan

39 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam diIndonesia, 2002, hal. 108.

24

Page 25: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

perusahaan begitu saja kepada direktur atau manager yang

digaji.

Memang dalam sistem yang demikian tidak ada

perusahaan yang menjadi sangat besar, seperti di dunia

kapitalis Barat, tetapi juga tidak ada perusahaan yang

tiba-tiba bangkrut atau dibangkrutkan. Etika bisnis

Islam menjunjung tinggi semangat saling percaya,

kejujuran, dan keadilan, sedangkan antara pemilik

perusahaan dan karyawan berkembang semangat kekeluargaan

(brotherhood). Misalnya dalam perusahaan yang Islam gaji

karyawannya dapat diturunkan jika perusahaan benar-benar

merugi dan karyawan juga mendapat bonus jika keuntungan

perusahaan meningkat. Buruh muda yang tinggal dengan

orang tuanya dapat dibayar lebih rendah, sedangkan yang

sudah berkeluarga dan mempunyai anak, dapat dibayar

lebih tinggi dibanding rekan-rekannya yang muda. Ajaran

agama Islam dalam perilaku ekonomi manusia dan bisnis

Indonesia makin mendesak penerapannya bukan saja karena

mayoritas bangsa Indonesia beragama Islam, tetapi karena

makin jelas ajaran moral ini sangat sering tidak

dipatuhi. Dengan perkataan lain penyimpangan demi

penyimpangan dalam Islam jelas merupakan sumber berbagai

permasalahan ekonomi nasional. Manusia dalam hubungannya

dengan bisnis dalam rangka menjalankan suatu usaha

adalah satu hal yang sangat penting ialah etika. Di mana

25

Page 26: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

etika ini memegang peranan yang sangat penting dalam

mencapai tujuan usaha yang lebih besar.

Kurangnya pemahaman dari warga masyarakat terhadap

etika bisnis menurut kaidah dan tata cara Islam baik itu

dalam tatanan skala usaha besar, skala menengah maupun

dalam skala usaha kecil adalah suatu hal yang tidak

dapat ditutupi. Hal ini jelas terlihat dari sedikitnya

bahkan tidak terlihatnya penerapan etika Islam dalam

menjalankan usahanya. Bentuk konkritnya dapat dilihat

dari ulah pengusaha itu sendiri dalam kesehariannya

dalam berusaha untuk mendapatkan maksud dan tujuannya

menggunakan cara-cara yang tidak dibenarkan dalam aturan

Islam mengenai kaidah berusaha yang menghalalkan semua

cara, padahal dalam ajaran Islam ada iman dan moral yang

harus dipedomani.

C. Solusi Al-Qur’an terhadap Etika Entrepreneur Muslim

dalam Menghadapi Asean Economic Community (AEC) 2015

Rasululah Saw, sangat banyak memberikan petunjuk

mengenai etika bisnis, di antaranya ialah: Pertama, bahwa

prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam

doktrin Islam, kejujuran merupakan syarat fundamental

dalam kegiatan bisnis. Rasulullah sangat intens

menganjurkan kejujuran dalam aktivitas bisnis. Dalam

tataran ini, beliau bersabda: “Tidak dibenarkan seorang muslim

menjual satu jualan yang mempunyai aib, kecuali ia menjelaskan aibnya”

26

Page 27: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

(H.R. Al-Quzwani). “Siapa yang menipu kami, maka dia bukan

kelompok kami” (H.R. Muslim). Rasulullah sendiri selalu

bersikap jujur dalam berbisnis. Beliau melarang para

pedagang meletakkan barang busuk di sebelah bawah dan

barang baru di bagian atas. Kedua, kesadaran tentang

signifikansi sosial kegiatan bisnis. Pelaku bisnis

menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar keuntungan

sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Bapak

ekonomi kapitalis, Adam Smith, tetapi juga berorientasi

kepada sikap ta’awun (menolong orang lain) sebagai

implikasi sosial kegiatan bisnis. Tegasnya, berbisnis,

bukan mencari untung material semata, tetapi didasari

kesadaran memberi kemudahan bagi orang lain dengan

menjual barang. Ketiga, tidak melakukan sumpah palsu.

Nabi Muhammad saw sangat intens melarang para pelaku

bisnis melakukan sumpah palsu dalam melakukan transaksi

bisnis. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari, Nabi

bersabda, “Dengan melakukan sumpah palsu, barang-barang memang

terjual, tetapi hasilnya tidak berkah”. Dalam hadis riwayat Abu Zar,

Rasulullah saw mengancam dengan azab yang pedih bagi

orang yang bersumpah palsu dalam bisnis, “dan Allah tidak

akan memperdulikannya nanti di hari kiamat” (H.R. Muslim).

Praktek sumpah palsu dalam kegiatan bisnis saat ini

sering dilakukan, karena dapat meyakinkan pembeli, dan

pada gilirannya meningkatkan daya beli atau pemasaran.

Namun, harus disadari, bahwa meskipun keuntungan yang

27

Page 28: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

diperoleh berlimpah, tetapi hasilnya tidak berkah.

Keempat, ramah-tamah . Seorang palaku bisnis, harus

bersikap ramah dalam melakukan bisnis. Nabi Muhammad Saw

mengatakan, “Allah merahmati seseorang yang ramah dan toleran

dalam berbisnis” (H.R. Bukhari dan Tarmizi). Kelima, tidak

boleh berpura-pura menawar dengan harga tinggi, agar

orang lain tertarik membeli dengan harga tersebut. Sabda

Nabi Muhammad, “Janganlah kalian melakukan bisnis najsya (seorang

pembeli tertentu, berkolusi dengan penjual untuk menaikkan harga, bukan

dengan niat untuk membeli, tetapi agar menarik orang lain untuk

membeli)”. Keenam, tidak boleh menjelekkan bisnis orang

lain, agar orang membeli kepadanya. Nabi Muhammad Saw

bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian menjual dengan

maksud untuk menjelekkan apa yang dijual oleh orang lain” (H.R.

Muttafaq ‘alaih). Ketujuh, tidak melakukan ihtikar.

Ihtikar ialah (menumpuk dan menyimpan barang dalam masa

tertentu, dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi

naik dan keuntungan besar pun diperoleh). Rasulullah

melarang keras perilaku bisnis semacam itu. Kedelapan,

takaran, ukuran dan timbangan yang benar. Dalam

perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar-

benar diutamakan. Firman Allah: “Celakalah bagi orang yang

curang, yaitu orang yang apabila menerima takaran dari orang lain,

mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang

untuk orang lain, mereka mengurangi” (QS. 83: 112). Kesembilan,

Bisnis tidak boleh menggangu kegiatan ibadah kepada

28

Page 29: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Allah. Firman Allah, “Orang yang tidak dilalaikan oleh bisnis

lantaran mengingat Allah, dan dari mendirikan shalat dan membayar

zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang hari itu, hati dan penglihatan

menjadi goncang”. Kesepuluh, membayar upah sebelum kering

keringat karyawan. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Berikanlah

upah kepada karyawan, sebelum kering keringatnya”. Hadist ini

mengindikasikan bahwa pembayaran upah tidak boleh

ditunda-tunda. Pembayaran upah harus sesuai dengan kerja

yang dilakuan. Kesebelas, tidak monopoli. Salah satu

keburukan sistem ekonomi kapitalis ialah melegitimasi

monopoli dan oligopoli. Contoh yang sederhana adalah

eksploitasi (penguasaan) individu tertentu atas hak

milik sosial, seperti air, udara dan tanah dan kandungan

isinya seperti barang tambang dan mineral. Individu

tersebut mengeruk keuntungan secara pribadi, tanpa

memberi kesempatan kepada orang lain. Ini dilarang dalam

Islam. Keduabelas, tidak boleh melakukan bisnis dalam

kondisi eksisnya bahaya (mudharat) yang dapat merugikan

dan merusak kehidupan individu dan sosial. Misalnya,

larangan melakukan bisnis senjata di saat terjadi chaos

(kekacauan) politik. Tidak boleh menjual barang halal,

seperti anggur kepada produsen minuman keras, karena ia

diduga keras, mengolahnya menjadi miras. Semua bentuk

bisnis tersebut dilarang Islam karena dapat merusak

esensi hubungan sosial yang justru harus dijaga dan

diperhatikan secara cermat. Ketigabelas, komoditi bisnis

29

Page 30: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

yang dijual adalah barang yang suci dan halal, bukan

barang yang haram, seperti babi, anjing, minuman keras,

ekstasi, dsb. Nabi Muhammad Saw bersabda, “Sesungguhnya

Allah mengharamkan bisnis miras, bangkai, babi dan “patung-patung”

(H.R. Jabir). Keempatbelas, bisnis dilakukan dengan suka

rela, tanpa paksaan. Firman Allah, “Hai orang-orang yang

beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan cara

yang batil, kecuali dengan jalan bisnis yang berlaku dengan suka-sama

suka di antara kamu” (QS. 4: 29). Kelimabelas, Segera melunasi

kredit yang menjadi kewajibannya. Rasulullah memuji

seorang muslim yang memiliki perhatian serius dalam

pelunasan hutangnya. Sabda Nabi Saw, “Sebaik-baik kamu,

adalah orang yang paling segera membayar hutangnya” (H.R. Hakim).

Keenambelas, Memberi tenggang waktu apabila pengutang

(kreditor) belum mampu membayar. Sabda Nabi Saw, “Barang

siapa yang menangguhkan orang yang kesulitan membayar hutang atau

membebaskannya, Allah akan memberinya naungan di bawah naunganNya

pada hari yang tak ada naungan kecuali naungan-Nya” (H.R. Muslim).

Ketujuhbelas, bahwa bisnis yang dilaksanakan bersih dari

unsur riba. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman,

tinggalkanlah sisa-sisa riba jika kamu beriman (QS. al-Baqarah::

278). “Pelaku dan pemakan riba dinilai Allah sebagai orang yang

kesetanan” (QS.2: 275). Oleh karena itu Allah dan Rasulnya

mengumumkan perang terhadap riba.

Solusi adalah kemampuan atau daya untuk melihat

pada inti persoalan dengan pandangan yang luas. Solusi

30

Page 31: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

etika dan bisnis Al-Qur’an dengan demikian merupakan

kemampuan, kekuatan dan cara pandang yang dimiliki oleh

Al-Qur’an dalam memandang persoalan etika dan bisnis.

Al-Qur’an dalam mengajak manusia untuk mempercayai dan

mengamalkan tuntutan-tuntutannya dalam segala aspek

kehidupan seringkali menggunakan istilah-istilah yang

dikenal dalam dunia bisnis, seperti jual beli, sewa

menyewa, untung rugi, dan sebagainya.

Dalam konteks ini, Allah Swt. dalam firman-Nya, Al-

Qur’an surat At- Taubah ayat (111) yang artinya (kurang

lebih) : “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin harta

dan jiwa mereka dan sebagai imbalannya mereka memperoleh syurga.

Siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) Allah, maka gembiralah

dengan jual beli yang kamu lakukan itu. Itulah kemenangan yang besar’’.

Ayat tersebut di atas, memberikan penjelasan bahwa

mereka yang tidak ingin melakukan aktivitas kehidupannya

kecuali bila memperoleh keuntungan semata, dilayani

(ditantang) oleh Al-Qur’an dengan menawarkan satu bursa

yang tidak mengenal kerugian dan penipuan. Dengan

demikinan, prinsip dasar yang ditekankan Al-Qur’an

adalah kerja dan kerja keras. Pandangan Islam mengenai

solusi tentang etika bisnis harus berlandaskan pada tiga

tema kunci utama yang juga merupakan pedoman bagi semua

kegiatan umat Islam. Ketiga tema kunci utama itu adalah

Iman, Islam, dan Taqwa.

31

Page 32: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Dalam Al-Qur’an terdapat terma-terma atau istilah-

istilah yang dapat mewakili apa yang dimaksud dengan

etika maupun bisnis. Di antara tema-tema bisnis dalam

Al-Qur’an terdapat tema al-tijarah, al-bai’u, tadayantum dan isytara.

Masing-masingnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Tema

tijarah, berawal dari kata t-j-r, tajara, tajran wa tijaratan, yang

bermakna berdagang, berniaga. Menurut ar-Raqib al-

Asfahani dalam al-Mufradat fi qharib al-Qur’an, at-tijarah,

bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari

keuntungan. Dengan demikian, dari penjelasan tersebut

dapat dipahami bahwa beriman kepada Allah dan Rasul-Nya,

berjihad dengan harta dan jiwa adalah termasuk bisnis,

yakni bisnis sesungguhnya yang pasti mendapat keuntungan

hakiki.

Sedangkan al-bai’ berasal dari kata bai’a, yang terdapat

dalam Al-Qur’an dalam berbagai variasinya. Al-bai’u,

berarti menjual, lawan kata dari isytara atau memberikan

sesuatu yang berharga dan mengambil (menetapkan) dari

padanya suatu harga dan keuntungannya.

Tema bai’un dalam Al-Qur’an digunakan dalam dua

pengertian, (1) jual beli dalam konteks tidak ada jual

beli pada hari qiamat, karena itu, Al-Qur’an menyeru

agar membelanjakan, mendayagunakan dan mengembangkan

harta benda berada dalam proses dan tujuan yang tidak

bertentangan dengan keimanan, (2) al-bai’ dalam pengertian

32

Page 33: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

jual beli yang halal, dan larangan untuk memperoleh atau

mengembangkan harta benda dengan jalan riba.

Demikian pula mengenai kata baya’tum, bibai’ikum dan

tabaya’tum, digunakan dalam pengertian jual beli yang

dilakuan oleh kedua belah pihak harus dilakuan dengan

ketelitian dan dipersaksikan (dengan cara terbuka dan

dengan tulisan). Kemudian Al-Qur’an menggunakan terma

isytara sebagaimana terdapat dalam surat At-Taubah (9) ayat

(111), digunakan dalam pengertian membeli yaitu dalam

konteks Allah membeli diri dan harta orang-orang mukmin.

Dengan demikian, istilah isytara dan derivasinya lebih

banyak mengandung makna transaksi antara manusia dengan

Allah atau transaksi sesama manusia yang dilakukan

karena dan untuk Allah, juga transaksi dengan tujuan

keuntungan manusia walaupun dengan menjual ayat-ayat

Allah. Transaksi Allah dengan manusia terjadi bila

manusia berani mengorbankan jiwa dan hartanya untuk

mencari keridhoan Allah dan Allah menjanjikan

balasannya, membeli dari orang-orang mukmin tersebut

dengan kenikmatan dan keuntungan yang tiada terhitung

yaitu syurga. Selain itu, Al-Qur’an menggunakan juga

istilah tadayantum yang disebutkan satu kali, yaitu pada

Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2) ayat (282), digunakan

dalam pengertian mua’malah yakni jual beli, utang

piutang, sewa menyewa dan lain sebagainya. Ayat Al-Quran

surat Al-Baqarah (2) ayat (282) tersebut berbunyi, yang

33

Page 34: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

artinya (lebih kurang) : “Wahai orang-orang yang beriman,

apabila kamu melakukan mua’malah tidak secara tunai untuk waktu yang

ditentukan hendaklah kamu menulisnya. Dan hendaklahmseorang penulis

di antara kamu menuliskannya dengan benar....” (Q.s. (2): 282).

Selain istilah-istilah di atas, dalam Al-Qur’an

terdapat pula istilah yang berdekatan dengan kandungan

bisnis. Di antaranya adalah, anfaqa dan la ta’kulu amwalakum.

Sedangkan yang berhubungan dengan etika secara langsung

adalah al-khuluq, yang berasal dari kata dasar khaluqa-

khuluqan, yang berarti tabi’at, budi pekerti, kebiasaan,

kesatriaan, keprawiraan. Etika Al-Qur’an mempunyai sifat

humanistik dan rasionalistik. Sifat humanistik dalam

pengertian mengarahkan manusia pada pencapaian hakikat

kemanusiaan yang tertinggi dan tidak bertentangan dengan

fitrah manusia itu sendiri. Sifat rasionalistik, bahwa

semua pesan-pesan yang diajarkan oleh Al-Qur’an terhadap

manusia sejalan dengan prestasi rasionalitas manusia

yang tertuang dalam karya-karya para filosof. Pesan-

pesan Al-Qur’an seperti ajakan kepada kebenaran,

keadilan, kejujuran, kebersihan, menghormati orang tua,

bekerja keras, cinta ilmu, semuanya tidak ada yang

berlawanan dengan kedua sifat di atas. Oleh karena itu,

harus menjadi pedoman atau perhatian oleh para pengusaha

muslim dalam kegiatan bisnisnya.

34

Page 35: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Solusi yang dapat diambil dari al-Qur’an terkait

dengan masalah etika bisnis antara lain adalah sebagai

berikut:

Dari sudut pandang Pemerintah:

1. Memberikan kekuatan hukum pada Badan Arbitrase

sebagaimana badan penegak hukum lainnya di Indonesia.

2. Mengeluarkan kebijakan yang dapat mempermudah

entrepreuneur muslim dalam melahirkan atau

mengembangkan usahanya. Misalnya berkaitan dengan

permodalan atau proteksi terhadap produk/jasa syariah.

3. Membentuk dualisme sistem keuangan di Indonesia,

sehingga dana dari perbankan syariah tidak bercampur

dengan dana dari perbankan konvensional. Dari sini,

maka keragu-raguan mengenai kehalalan dana dari

perbankan syariah dapat dihilangkan.

Dari sudut pandang akademisi

1. Memberikan mata pelajaran terkait etika bisnis

syari’ah sejak dini.

2. Selalu melakukan pengamatan dan riset terkait masalah-

masalah etika bisnis syariah yang sedang buming dan

menarik pelajaran darinya serta memberikan ilmu

tersebut kepada peserta didik bisnis syariah.

Dari sudut praktisi

1. Selalu mencatat setiap akad yang dilakukannya, bisa

lewat surat kontrak atau sejenisnya.

35

Page 36: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

2. Selalu memberikan timbangan atau takaran yang adil dan

jujur.

3. Selalu memecahkan masalah yang timbul dengan

bermusyawarah antar pihak-pihak yang bersangkutan.

4. Senantiasa menunaikan zakat pada periodenya.

5. Melaksanakan CSR-nya. Misalkan lewat shodaqah, infaq

dan wakaf.

6. Ikut serta dalam gerakan perbaikan dan pelestarian

lingkungan.

7. Ikut serta dalam usaha mensejahterakan masyarakat,

misalnya untuk ruang lingkup intern dengan memberikan

upah yang adil dan tepat pada pegawai.

8. Selalu berkata dengan baik dan sopan kepada orang

lain, misalnya kepada pegawai atau mitra kerja.

9. Tidak mengumbar janji palsu yang tidak bisa ditepati

(selalu menepati janji yang telah disepakati).

36

Page 37: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa secara

normatif, etika bisnis dalam Al-Qur’an memperlihatkan

adanya suatu struktur yang berdiri sendiri dan terpisah

dari struktur lainnya. Hal itu disebabkan bahwa dalam

ilmu akhlak (moral), struktur etika dalam Al-Qur’an

lebih banyak menjelaskan nilai-nilai kebaikan dan

kebenaran baik pada tataran niat atau ide hingga

perilaku dan perangai. Dengan demikian, etika bisnis

dalam Al-Qur’an tidak hanya dipandang dari aspek etika

secara parsial, tetapi juga secara keseluruhan yang

memuat kaidah-kaidah yang berlaku umum dalam agama

Islam. Artinya, bahwa etika bisnis menurut hukum Islam

harus dibangun dan dilandasi oleh prinsip-prinsip

kesatuan (unity), keseimbangan/keadilan (equilibrium),

kehendak bebas/ikhtiar (freewill),pertanggung jawaban

37

Page 38: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

(responsibility) dan kebenaran (truth), kebajikan (wisdom) dan

kejujuran (fair).

Kemudian, harus memberikan tuntutan visi bisnis masa

depan yang bukan semata-mata mencari keuntungan yang

bersifat “sesaat”, melainkan mencari keuntungan yang

mengandung “hakikat” baik, yang berakibat atau berdampak

baik pula bagi semua umat manusia. Dengan kata lain,

etika bisnis menurut hukum Islam, dalam prakteknya

menerapkan nilai-nilai moral dalam setiap aktivitas

ekonomi dan setiap hubungan antara satu kelompok

masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya. Nilai

moral tersebut tercakup dalam empat sifat, yaitu shiddiq,

amanah, tabligh, dan fathonah. Keempat sifat ini diharapkan

dapat menjaga pengelolaan institusi-institusi ekonomi

dan keuangan secara profesional dan menjaga interaksi

ekonomi, bisnis dan social berjalan sesuai aturan

permainan yang berlaku.

B. Saran

1. Solusi yang kami ambil mengacu pada al-Qur’an dan

sunnah,

2. Pada hakikatnya sebaik apapun solusi yang dijalankan

bisa saja gagal bila tidak ada kerjasama dan kejujuran

38

Page 39: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

dari berbagai elemen, untuk itu perlu adanya

kerjasama, tanggung jawab, dan kejujuran dari semua

elemen,

3. Penganalisisan ini masih banyak cela yang harus

diperbaiki, untuk nantinya direkomendasikan menjadi

kebijakan yang adil bagi semua pihak, untuk itu perlu

dilakukan penganalisisan dari sudut yang berbeda dari

penulis lain.

39

Page 40: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Terjemahan, QS. Al-Humazah (104): 2

Al-Qur’an Terjemahan, QS. Al-Baqarah (2): 188

Al-Qur’an Terjemahan, QS. Al Baqarah (2): 261

Al-Qur’an Terjemahan, QS. Hud (11): 61

Al-Qur’an Terjemahan, QS. Al-Jumuah (62): 10

Nawatmi, Sri. Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam, (Semarang:

Universitas Stikubank), dalam Fokus Ekonomi (FE), April

2010, Hal 50 – 58 Vol. 9, No.1

Harahap, Sofyan Syafri. Akuntansi Islam, (Jakarta: Bumi

Aksara, 1997)

FR. Faridl (ed.), Islamic Principles of Business Organizational and

Management, (New Delhi:Qazi Publeshers and Distributors,

1995)

Shihab, M. Quraish. “Etika Bisnis dalam Wawasan al-Qur’an,” dalam

Jurnal Ulumul Qur’an, No. 3/VII/1997. Lihat juga M. Quraish

Shihab, Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I atas Berbagai Persoalan

Umat, (Bandung: Mizan, 1996)

Fauroni, R. Lukman. Etika Bisnis dalam al-Qur’an, (Yogyakarta:

Pustaka Pesantren LKiS,2006)

40

Page 41: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Muhammad, Etika Bisnis Islami, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2004)

Suyanto, M. Muhammad Business Strategy and Ethics, (Yogyakarta:

Andi Offset, 2008)

Drs. Faisal Badroen (ed.), Etika Bisnis dalam Islam, (Jakarta:

Prenada Media Group, 2006)

Amirullah dan Imam Harjanto, Pengantar Bisnis, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2005)

Marzuki, Drs., Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE-UII, 2000)

Consuello G. Sevilla, dkk., Pengantar Metode Penelitian,

(Yogyakarta: UII Press, 1993)

Stephen Isaac dan William B. Michael, Handbook in Research and

Evaluation, California: EdTs Publisher, 1981,

Moh. Nazir, Ph.D., Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia

Indonesia, 2005)

Hariyono, Mempelajari Sejarah Secara Efektif; (Jakarta: Pustaka

Jaya, 1995)

Webster’s New CollegiatemDictionary, (USA: G. dan C.Merriam

Company)

Drs. Achmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali

Press, 1995)

Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic, (London: McDonald

& Evans Ltd, 1980)

Shihab,M. Quraish Shihab. Wawasan al-Qur’an, (Bandung: Mizan,

1996)

Imam Bukhari, Shahih Bukhari Jilid II, trj. H. Zainuddin Hamidy,

dkk, Cet. 13. (Jakarta : Widjaya, 1992)

41

Page 42: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, (Beirut: Dar Ihya al-Turas al-

Arabi, tt)

Harahap, M. Yahya. Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung : Alumni,

1986.

Sukarmi, Bahan Kuliah “Hukum Ekonomi”, Program Doktoral

Fakultas Hukum Universitas Brawijaya-Fakultas Hukum

Universitas Bengkulu, 2007-2008.

Zulkarnain, Ichsan. “Perkembangan Ekonomi Mikro Hingga Triwulan III

Tahun 2002 dan Prospek Ekonomi Indonesia Tahun 2002 dan 2004”, Jurnal

Ekonomi, 2003.

Republik Indonesia, UU No. 25 tentang Program Pembangunan

Nasional (PROPENAS), Jakarta, Setneg, 2000.

Iwan Kurniawan, Chanif, Achmad Zairi, Prosedur Pemilihan Kepala

Daerah dan Pengangkatan/Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil serta Program

Pembangunan Tahun 2000-2004, Lembaga Pengembangan Informasi

Indonesia (LEPIN), Jakarta.

Mubyarto, Etika, Agama, dan Sistem Ekonomi,

http://www.ekonomirakyat.org/edisi-2/artikel-7.htm.

Republik Indonesia, Pasal 27 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata

Hukum Islam di Indonesia, 2002.

42

Page 43: SOLUSI AL-QURAN TERHADAP ETIKA BISNIS ENTREPRENEUR MUSLIM DALAM MENGHADAPI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY TAHUN 2015

43