-
HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEGAWAIAN
DENGAN KINERJA GURU
(STUDI KASUS PADA GURU MI
SE- KECAMATAN SUSUKAN)
Oleh
SHOLIHAH
NIM. M1.11.018
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2014
-
HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEGAWAIAN
DENGAN KINERJA GURU
(STUDI KASUS PADA GURU MI
SE- KECAMATAN SUSUKAN)
Oleh
SHOLIHAH
NIM. M1.11.018
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 25 Oktober 2013
Dr. H. M. Zulfa, M. Ag.
PEMBIMBING
-
HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEGAWAIAN
DENGAN KINERJA GURU
(STUDI KASUS PADA GURU MI
SE- KECAMATAN SUSUKAN)
Oleh
SHOLIHAH
NIM. M1.11.018
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 25 Oktober 2013
Dr. H. M. Zulfa, M. Ag. Munajat, Ph. D.
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
-
HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEGAWAIAN
DENGAN KINERJA GURU
(STUDI KASUS PADA GURU MI
SE- KECAMATAN SUSUKAN)
Oleh
SHOLIHAH
NIM. M1.11.018
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk
gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga, 25 Oktober 2013
Dr. H. M. Zulfa, M. Ag.
PEMBIMBING I
Munajat, Ph. D.
PEMBIMBING II
-
iii
PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama : Sholihah
NIM : M1.11.018
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
TanggalUjian : 6 Maret 2014
JudulTesis : Hubungan Antara Status Kepegawaian Dengan
Kinerja
Guru (studi kasus pada Guru MI se-Kecamatan Susukan)
Panitia Munaqosah Tesis
1. KetuaPenguji : Drs.H.Saadi,M.Ag.
2. Sekretaris : Dr.H.Zakiyuddin,M.Ag.
3. Penguji I : Prof.Dr.H.Budiharjo,M.Ag.
4. PengujiII : Dr.H.M.Zulfa,M.Ag.
5. Penguji III : Munajat,Ph.D.
-
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertandatangan di bawah ini
Nama : Sholihah
NIM : M1.11.018
Jurusan : PAI / Tarbiyah
Program Studi : Pascasarjana
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis,
benar-benar
merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau
karya orang lain yang saya akuisebagai hasil tulisan atau karya
sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti tesis ini hasil jiplakan, maka
saya
bersedia mempertanggungjawabkan kembali keaslian tesis ini di
hadapan sidang
munaqosah tesis.
Yang membuat pernyataan
Sholihah
NIM. M1.11.018
-
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara status
kepegawaian
dengan kinerja guru. Oleh karena itu saya akan meneliti tentang
guru dengan
kinerjanya. Status guru terdiri dari tiga variabel. Variabel
pertama adalah guru
PNS, variable kedua adalah sertifikasi, dan variable ketiga
adalah status gabungan
yang terdiri dari: PNS sertifikasi, PNS, Non PNS sertifikasi,
dan Non PNS Non
sertifikasi. Untuk kinerja guru, diukur dengan tiga variabel.
Responden terdiri dari
50 guru yang diambil secara acak dari 13 MIS (Madrasah
Ibtidaiyah Swasta) dan
MIN( Madrasah IbtidaiyahNegeri) di KecamatanSusukan. Metode
yang
digunakanya itu dengan memberikan angket kepada Kepala Sekolah
dan guru itu
sendiri.Sedangkan analisa dengan menggunakan t-test dan Anova
(Analysis of
Variance). T-test digunakan untuk membandingkan kinerja antara
dua kelompok,
yaitu antara yang berstatus PNS dan Non PNS, dan Sertifikasi dan
Non
Sertifikasi. Sedangkan ANOVA digunakan untuk membandingkan
kinerja antara
empat kelompok, yaitu antara status gabungan (PNS Sertifikasi,
PNS Non
Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non PNS Non Sertifikasi).
Hasil dari
penelitian ini, membuktikan bahwa secara umum status kepegawaian
(PNS-Non
PNS ataupun Sertifikasi-Non Sertivikasi) tidak berhubungan
dengan kinerja guru.
Meskipun ada satu pola ditemukan bahwa ketika kinerja guru
dinilai oleh diri
guru sendiri hasilnya signifikan. Artinya bahwa guru
tersertifikasi kinerjanya
lebih baik dari guru yang belum sertifikasi. Namun demikian pola
ini tidak
didukung oleh kategori hubungan yang lain dan tingkat
korelasinya juga rendah.
Akhirnya, dengan berbagai keterbatasan, peneliti menyadari bahwa
salah satu
kelemahan penelitian ini yaitu responden terbatas. Hanya
mencakup guru satu
kecamatan saja. Oleh karena itu untuk mencapai hasil yang lebih
maksimal perlu
diuji dengan sampel yang lebih besar.
-
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiqnya, sehingga penulis
dapat
menyelesaikan penulisan tesis ini. Sholawat serta salam peneliti
haturkan kepada
junjungan kita NabiAgung Muhammad SAW yang telah menuntun
ummatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan.
Tesis ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan
melengkapi
syarat guna untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam.
Adapun judul
tesisini adalah Hubungan Antara Status Kepegawaian Status Guru
Dengan
Kinerja Guru dan Prestasi Belajar Siswa pada Guru MI
se-KecamatanSusukan.
Penulisan tesis ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai
pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh
kerendahan hati,
peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bpk Dr. H. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. H. Saadi, M.Ag. selaku Direktur Program
Pascasarjana STAIN
Salatiga.
3. Bapak Dr. H. M. Zulfa, M.Ag yang telah menyetujui, memberikan
bimbingan,
pengarahan dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan mencurahkan
pikiran,
tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing
penyelesaian tesis
ini
4. Bapak Munajat, Ph.D., yang telah menyetujui, memberikan
bimbingan,
pengarahan dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan mencurahkan
pikiran,
-
vii
tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing
penyelesaian tesis
ini.
5. Drs. Hardi, suamiku yang menemaniku dalam suka dan duka
6. Ibu Shofiah yang selalu memberi doa dan dukungan baik secara
moril
maupun materil
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT
serta
mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin
Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan tesis ini masih
jauh dari
kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan
serta
pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun
sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan tesis ini.
Penulis berharap semoga tesis ini memberikan manfaat bagi
penulis
sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia
pendidikan,
bagi agama, nusa dan bangsa, amin.
Penulis
Sholihah
NIM. M.1.11.018
-
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN . HALAMAN PERSETUJUAN TESIS
. HALAMAN PERNYATAAN.. ABSTRAK ... PRAKATA .. DAFTAR ISI .. DAFTAR
TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ...
i
ii
iii
iv
v
vi
viii
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 8
C. Signifikansi Penelitian 9
1. Tujuan Penelitian 9
2. Manfaat Penelitian 9
D. Kajian Pustaka 10
E. Sistimatika Penulisan 13
BAB II PENEGASAN ISTILAH KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS
A. Penegasan Istilah 16
1. Status Kepegawaian 16
a. Pengertian 16
b. Status Kepegawaian Guru 18
c. Kewajiban dan Hak Guru 20
d. Kompetensi Guru 28
2. Sertifikasi Guru 32
a. Tujuandan Hakekat Sertifikasi Guru 32
b. Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru 34
c. Persyaratan Sertifikasi 35
d. Kendala Sertifikasi Guru 37
3. Kinerja 39
a. Pengertian 39
b. IndikatorKinerja Guru 43
c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru 48
d. Langkah Strategis Meningkatkan Kinerja Guru 72
B. Kerangka Pemikiran 76
C. Hipothesis Penelitian 78
BAB III METODE PENELITIAN 79
A. Subjekdan Lokasi Penelitian 79
B. Jenisdan Sumber Data Penelitian 79
C. Populasi dan Sampel 81
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen 81
E. Tehnik Analisa Data 84
-
ix
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN 86
A. Diskripsi Data 86
1. Status PNS dan Non PNS 86
2. Status Sertifikasi dan Non Sertifikasi 87
3. Status Gabungan 87
B. Analisa Data Status Kepegawaian yang Dinilai Oleh Diri
Guru
Sendiri
88
C. Analisa Data Status Kepegawaian yang Dinilai Oleh Kepala
Sekolah
90
D. Hasil Penelitian 93
1. Mencari hubungan antara status kepegawaian dengan kinerja
guru yang dinilai oleh diri guru sendiri
93
2. Hubungan antara status kepegawaian dengan kinerja guru
yang
dinilai oleh kepala sekolah
98
3. Hubungan Status PNS Sertfikasi, PNS Non Sertifikasi, Non
PNS Sertifikasi dan Non PNS Non Sertfikasi Dengan
Kinerjanya
101
E. Ringkasan Uji Hipotesis 104
BAB V PENUTUP 110
A. Kesimpulan 110
B. Saran 115
DAFTAR PUSTAKA 117
LAMPIRAN 122
BIOGRAFI PENULIS 127
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
4.1. Status PNS 86
4.2. Status Sertifikasi 87
4.3. Status Gabungan 88
4.4. Kinerja Guru yang Dinilai Oleh Diri Guru Sendiri 88
4.5. Skor Kinerja Guru yang Dinilai Oleh Diri Guru Sendiri
89
4.6. Kinerja Guru yang Dinilai Oleh Kepala Sekolah 90
4.7. Skor Kinerja Guru yang Dinilai Oleh Kepala Sekolah 91
4.8. Status PNS dan Non PNS yang dinilai guru sendiri 93
4.9. Independent Samples Test yang dinilai guru sendiri 93
4.10. Status Sertifikasi yang Dinilai Oleh Diri Guru Sendiri
94
4.11. Independent Samples Test yang dinilai oleh guru sendiri
95
4.12. ANOVA yang dinilai oleh guru sendiri 96
4.13. Multiple Comparisons yang dinilai oleh guru sendiri 96
4.14. Status PNS dan Non PNS dengan kinerja yang dinilai
kepala
sekolah
98
4.15. Independent Samples Test yang dinilai oleh kepala sekolah
98
4.16. Status Sertifikasi dengan kinerja yang dinilai oleh
kepala
sekolah
100
4.17. Independent Samples Test yang dinilai oleh kepala sekolah
100
4.18. ANOVA yang dinilai kepala sekolah 101
4.19. Multiple Comparisons yang dinilai oleh kepala sekolah
102
-
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Instrumen Penilaian Kinerja Guru yang Dinilai oleh Diri Guru
Sendiri 122
2. Instrumen Penilaian Kinerja Guru yang Dinilai oleh Kepala
Sekolah 125
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas
utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.1 Guru
adalah
sebuah profesi yang menuntut peleburan segala kemampuan dan
waktu yang
dimiliki. Karena itu, tidak sembarang orang dapat menjadi guru.
Memang
banyak orang yang pandai, tapi tidak banyak orang yang mampu
menjadi guru
karena kepandaiannya itu. Bahkan tidak jarang justru siswa
menjadi bingung
ketika mengikuti program pembelajaran yang diampunya.2
Al-Ghazali, seorang ulama sufi yang banyak mengulas masalah
keguruan, menempatkan guru sebagai barang siapa yang berilmu
dan
mengamalkan ilmunya itu maka dia adalah orang yang paling mulia
di
seantero dunia. Dia laksana matahari yang bisa menerangi orang
lain. Di
samping dirinya memang pelita yang cemerlang. Dia laksana harum
minyak
kasturi yang mengharumi orang lain. Dan barangsiapa yang
bersibuk diri
dengan mengajarkan ilmu (guru), maka sungguh dia telah
mengikatkan suatu
1 Departemen Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen, 2. 2 Saroni, Muhammad, Manajemen
Sekolah, Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten,
Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006, 124.
-
2
ikatan yang mulia dan bermakna. Maka hormatilah profesinya
(orang yang
menjadi guru).3
Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS
dalam
melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja yang
setara dengan
beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 (tiga puluh tujuh koma
lima) jam kerja
(setiap jam kerja 60 menit) per minggu. Dalam melaksanakan
tugas, guru
mengacu pada jadwal tahunan atau kalender akademik dan jadwal
pelajaran.
Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan bekerja secara
profesional,
mengajar secara sistematis dan berdasarkan prinsip didaktik
metodik yang
berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien), artinya
guru dapat
merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis dalam
penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran aktif.4 Guru yang profesional hendaknya
mampu
memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada
peserta
didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya.5
Dari segi kesejahteraan, status guru antara guru PNS dengan guru
non
PNS jelas jauh berbeda. Gaji bulanan selisih jauh. Tapi dari
segi kualitas,
kedisiplinan dan kompetensi kerja seringkali guru honor lebih
baik
dibandingkan dengan guru yang PNS. Ironis, di tengah kenaikan
anggaran
pendidikan dan kenaikan kesejahteraan untuk PNS, kualitas dan
kompetensi
guru PNS belum ada perbaikan yang signifikan. Sering guru PNS
telat atau
3 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa
Falasafatuhu, Mesir: Isa
al-Babi al-Halabi, t.th, cet. Ke-2, 139. 4 Ismail, Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasisi PAIKEM Pembelajaran Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang: Ra-SAIL
Media Group, 2008, 31. 5 Surya, Muhammad, Membangun Manusia Unggul
Perlu Profesionalisme dan
Kesejahteraan Guru, Majalah Gema Widyakarya, PGRI DKI Jakarta
No.9/Th.IV/1999.
-
3
tidak masuk dan membolos, namun tidak ada tindakan nyata
untuk
memperbaiki itu. Semua berjalan apa adanya. Untuk laporan,
biasanya
memanipulasi data. Padahal sudah ada LPMP (Lembaga Penjaminan
Mutu
Pendidikan) yang biasa mengadakan penataran, perbaikan
kompetensi guru
dan sebagainya, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru
dan
pendidikan itu sendiri. Ada BKD (Badan Kepegawaian Daerah) dan
masih ada
lembaga lainnya termasuk dinas pendidikan dan bawahannya.
Secara struktural fungsional, guru Non PNS diposisikan ke
dalam
derajat lebih rendah dibandingkan guru PNS. Tak mengherankan
jika di
berbagai daerah sangat terasa munculnya diferensiasi atau
perbedaan antara
guru PNS dan guru non-PNS. Mereka yang masuk ke dalam kategori
guru
PNS diposisikan lebih bermartabat dibandingkan guru non-PNS.
Maka,
dalam kancah pendidikan nasional mencuat diskriminasi terhadap
keberadaan
guru non-NPS. Tak mengherankan jika dari tahun ke tahun,
keberadaan guru-
guru non-PNS turut serta mewarnai hamparan persoalan pendidikan
di negeri
ini.
Status guru yang bukan PNS menempati jumlah yang tak sedikit
dengan beragam persoalan khususnya terkait kesejahteraan Secara
kategoris,
apa yang disebut guru non-PNS mencakup guru swasta, guru tidak
tetap,
guru honorer, dan guru wiyata bhakti. Tempatnya mengajar bisa di
sekolah
negeri atau di sekolah swasta Pada satu sisi, kehadiran mereka
dibutuhkan
sebagai jawaban terhadap ketidakmampuan pemerintah menyediakan
tenaga
guru sesuai kebutuhan. Itulah mengapa, guru-guru non-PNS
terlibat aktif
-
4
dalam proses-proses pendidikan di sekolah-sekolah negeri maupun
swasta.
Akan tetapi pada lain sisi, guru-guru non-PNS tak mendapatkan
perlindungan
memadai dari pihak pemerintah. Kehadiran mereka yang sangat
bermakna
dalam memenuhi kebutuhan akan tenaga kependidikan justru kontras
dengan
perlakuan yang mereka terima. Nuansa diskriminatif ini terus
berlangsung
hingga kini.
Sertifikasi merupakan contoh kongkret dari terjadinya
diskriminasi.
Sebagaimana dapat dicatat, terjadi ketimpangan dalam hal kuota
sertifikasi,
yaitu 75% untuk guru PNS dan 25% untuk guru non-PNS. Tetapi
dalam
realisasinya, hanya 10% guru-guru non-PNS masuk ke dalam
cakupan
sertifikasi. Gambaran lain dari adanya diskriminasi tercermin
pada subsidi
tunjangan fungsional guru swasta sebesar Rp 200.000 per bulan
yang ternyata
tak diterima oleh semua guru swasta. Sertifikasi guru merupakan
upaya
peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan
kesejahteraan guru,
sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan
mutu
pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.6 Keberhasilan
pendidikan pada
siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam
melaksanakan
tugasnya.7
Dalam Rapat Koordinasi Pimpinan Persatuan Guru Republik
Indonesia
(PGRI) di Balikpapan (24 Januari 2010), kembali mengemuka
tuntutan agar
pemerintah segera merealisasikan perlindungan demi
memperbaiki
6 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan
Nasional, Pedoman
Penyelenggaraan Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Melalui
Jalur Pendidikan, Jakarta:
2008, 1. 7 Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan filsafat Pendidikan
Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979,
3.
-
5
kesejahteraan dan karier guru-guru non-PNS. "Kami meminta
pemerintah
merealisasikan adanya peraturan pemerintah guru non-PNS paling
lama tahun
ini. Pasalnya, kesenjangan guru PNS dan non-PNS, terutama para
guru wiyata
bhakti dan guru tidak tetap semakin lebar," kata Sulistiyo,
Ketua Umum
Pengurus Besar PGRI.
Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menyatakan
komitmennya
terhadap guru-guru PNS untuk memberikan gaji minimal Rp 2 juta
per bulan.
Pemerintah juga mencanangkan agar guru-guru PNS meningkat
kualitasnya
serta berkesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan.
Sementara terhadap
guru-guru non-PNS, tak ada komitmen semacam ini. Seorang guru
tidak tetap
yang bekerja di lembaga pendidikan swasta, misalnya, hampir
mustahil
mendapatkan perlindungan dan pengayoman pemerintah
sebagaimana
diberikan kepada guru-guru PNS. Pada pelataran lain, nestapa
guru-guru non-
PNS terkait erat dengan dua hal, yaitu pendapatan yang jauh di
bawah upah
minimum regional dan ketidakpastian untuk diangkat menjadi guru
tetap
berstatus PNS.
Penguasaan guru terhadap empat kompetensi dasar merupakan
hal
yang mutlak bagi guru sebagai langkah untuk mewujudkan
profesionalisme
pekerjaannya. Dalam hal ini, guru tidak berjalan sendiri-sendiri
tetapi harus
ada campur tangan pemerintah, dan salah satu upaya pemerintah
adalah
dengan menyelenggarakan sertifikasi guru dalam jabatan yang
diatur dalam
Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi
Guru
-
6
dalam Jabatan, yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun
2008 tentang guru.
Guru profesional adalah guru yang memenuhi prasyarat dan
ketentuan
undang-undang yang berlaku tentang guru. Dalam hal ini haru
memiliki empat
kompetensi dasar, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional, dalam kesemuanya
itu harus
tampak dalam menjalankan tugas dan fungsinya di sekolah.
Guru yang bersertifikat profesi bukan sekedar meningkat
kesejahteraannya, tetapi sejalan dengan itu pelaksanaan tugas,
dan fungsi
pokok sebagai tenaga pendidik dan kependidikan harus meningkat
pula,
terutama dalam mendidik, membimbing, dan membelajarkan peserta
didik
dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pendidikan juga
semakin
meningkat.
Salah satu jalan yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi
mutu
pendidikan yang rendah ini adalah dengan meningkatkan kualitas
gurunya
melalui sertifkasi guru. Pemerintah berharap, dengan
disertifkasinya guru,
kinerjanya akan meningkat sehingga prestasi siswa meningkat
pula. Namun
dalam pelaksanaannya, sertifikasi dalam bentuk penilaian
portofolio memberi
banyak peluang pada guru untuk menempuh jalan pintas. Hal ini
disebabkan
profesionalisme guru diukur dari tumpukan kertas. Indikator
inilah yang
kemudian memunculkan hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi
dalam wujud
penilaian portofolio tidak akan berdampak sama sekali terhadap
kinerja guru,
apalagi terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.
-
7
Di samping itu, berkaca pada pelaksanaan sertifikasi
negara-negara
maju, terutama dalam bidang pendidikan, peningkatkan mutu
pendidikan
hanya dapat dicapai dengan pola-pola dan proses yang tepat.
Pola-pola instan
hanya akan menghambur-hamburkan dana dan waktu menjadi
terbuang
percuma. Sedangkan apa yang menjadi substansi sama sekali tidak
tersentuh.
Status kepegawaian guru tidak akan berdampak sama sekali
terhadap
kinerja guru, memang baru sebuah hipotesis. Hipotesis ini memang
harus
dibuktikan melalui sebuah penelitian. Akan tetapi, tidak ada
salahnya bila kita
mengatakan status kepegawaian guru tidak memiliki pengaruh
yang
signifikan-atau bahkan tidak memiliki pengaruh sama
sekali-terhadap kinerja
guru berdasarkan indikator-indikator yang tampak di depan mata.
Dari hasil
pantauan penulis sampai saat ini belum ada yang melakukan
penelitian
menyangkut pengaruh status kepegawaian guru terhadap kinerja
guru, atau
mungkin sudah ada tapi belum terpublikasi. Oleh sebab itu
penulis bermaksud
melakukan penelitian tentang masalah di atas dalam Thesis yang
berjudul
Hubungan Antara Status Kepegawaian Dengan Kinerja Guru (Studi
Kasus
pada Guru MI se-Kecamatan Susukan). Status kepegawaian yang
dimaksud
adalah PNS dan Non PNS, Sertifikasi dan Non Sertifikasi yang
juga
digabungkan secara bersama (misal, Sertifikasi PNS) Penelitian
ini akan
dilaksanakan di MI se-Kecamatan Susukan. Semoga nantinya hasil
penelitian
ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi semua pihak.
-
8
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan
di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana
hubungan antara status kepegawaian guru dan kinerja mereka?
Rumusan
masalah ini kemudian dapat diperinci sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara status kepegawaian guru (PNS dan Non
PNS)
terhadap kinerja guru yang dinilai oleh diri guru sendiri?
2. Adakah hubungan antara status sertifikasi guru (Sertifikasi
dan Non
Sertifikasi) terhadap kinerja guru yang dinilai oleh diri guru
sendiri?
3. Adakah hubungan antara status gabungan guru (PNS Sertifikasi,
PNS
Non Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non PNS Non
Sertifikasi)
terhadap kinerja guru yang dinilai oleh diri guru sendiri?
4. Adakah hubungan antara status kepegawaian guru (PNS dan Non
PNS)
terhadap kinerja guru yang dinilai oleh kepala sekolah?
5. Adakah hubungan antara status sertifikasi guru (Sertifikasi
dan Non
Sertifikasi) terhadap kinerja guru yang dinilai oleh kepala
sekolah?
6. Adakah hubungan antara status gabungan guru (PNS Sertifikasi,
PNS
Non Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non PNS Non
Sertifikasi)
terhadap kinerja guru yang dinilai oleh kepala sekolah?
Untuk menjawab pertanyaan ini, maka peneliti menurunkan
pertanyaan ini
dalam enam hipotesis sebagaimana akan dijelaskan dalam bagian
hipotesis.
-
9
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui hubungan antara status kepegawaian guru
(guru
PNS dan Non PNS) dengan kinerja guru yang dinilai oleh diri
guru
sendiri.
b. Untuk mengetahui hubungan antara status sertifikasi dengan
kinerja
guru yang dinilai oleh diri guru sendiri.
c. Untuk mengetahui hubungan antara status gabungan guru
(PNS
Sertifikasi, PNS Non Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non
PNS
Non Sertifikasi) terhadap kinerja guru yang dinilai oleh diri
guru
sendiri
d. Untuk mengetahui hubungan antara status kepegawaian guru (
guru
PNS dan Non PNS) dengan kinerja guru yang dinilai oleh
kepala
sekolah
e. Untuk mengetahui hubungan antara status sertifikasi dengan
kinerja
guru yang dinilai oleh kepala sekolah
f. Untuk mengetahui hubungan antara status gabungan guru
(PNS
Sertifikasi, PNS Non Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non
PNS
Non Sertifikasi) terhadap kinerja guru yang dinilai oleh
kepala
sekolah
2. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk
mengungkapkan
dan memaparkan bentuk-bentuk upaya dan kinerja guru dalam
pengembangan guru.
-
10
Sedangkan secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai
sumber informasi atau masukan, referensi, dan pertimbangan dari
pihak
terkait. Dengan adanya penelitian ini diharapkan timbul
kesadaran bagi
para kepala sekolah atau kepala madrasah tentang pentingnya
usaha
pembinaan pengelolaan dan pengembangan guru profesional yang
tidak
hanya terbatas pada surat keterangan sertifikasi. Juga dapat
dijadikan
perhatian bagi para guru untuk selalu mengembangkan dirinya
agar
menjadi guru yang profesional, serta mempunyai etos kerja yang
tinggi
sehingga tercipta pendidikan yang efektif dan bermutu. Dan
pada
akhirnya akan melahirkan siswa-siswi yang berprestasi, kreatif,
inovatif
dan memiliki semangat (motivasi) tinggi dalam pendidikan.
D. Kajian Pustaka
Penelitian tentang guru Sertifikasi telah dilakukan oleh
beberapa
peneliti. Sebagaimana Zulaekah D8 menjelaskan bahwa dalam
penelitianya
yang berjudul dampak sertifikasi guru terhadap kualitas
pembelajaran pada
mata diklat menjahit dengan mesin siswa SMK Negeri 6 Semarang,
Under
Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang. Berdasarkan hasil
penelitian
dapat dijelaskan bahwa pada umumnya sertifikasi guru memberikan
dampak
yang baik terhadap kualitas pembelajaran sisiwa pada kegiatan
belajar dan
mengajar (KBM).
8 Tesis Zulaekah D, Dampak Sertifikasi Guru Terhadap Kualitas
Pembelajaran Pada
Mata Diklat Menjahit Dengan Mesin Siswa SMK Negeri Semarang,
Universitas Negeri Semarang
-
11
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyono9 (2008) di SMP
Negeri
1 Lubuklinggau menunjukan bahwa dampak sertifikasi terhadap
kinerja guru
belum mengalami perubahan. Para pendidik di sekolahan tersebut
belum
mampu mengaplikasikan empat komponen tentang standar
nasional
pendidikan. Dampak sertifikasi pada komponen yang pertama yaitu
pada
kompetensi pedagogic para guru belum mengalami perubahan yang
lebih baik
dalam memberikan pembelajaran pada siswanya. Pemberian teori
belajar dan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik pun belum mampu
sepenuhnya
dilakukan oleh para guru. Komponen yang kedua yaitu pada
komponen
kompetensi profesionalitas guru juga belum mengalami peningkatan
setelah
adanya sertifikasi. Para guru belum mampu meningkatkan
efektifitas belajar
siswa dan juga belum ada peningkatan dalam guru untuk lebih
aktif mengikuti
berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
profesionalitas dalam
bidangnya seperti diklat, Lokakarya, dan MGMP.
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Susanti Purba10
dengan judul
Pengaruh program sertifikasi guru terhadap kinerja guru sejarah
di SMA
Negeri se-Kabupaten Blitar menunjukkan bahwa kinerja guru
sejarah di SMA
Negeri se-kabupaten Blitar, baik guru yang telah sertifikasi
maupun guru yang
belum sertifikasi memiliki kinerja yang baik. Berdasarkan hasil
analisis uji-t
diketahui bahwa program sertifikasi guru berpengaruh terhadap
kinerja guru
sejarah SMA Negeri se-kabupaten Blitar Berdasarkan hasil
penelitian ini, guru
9 Mulyono, Dkk, Dampak Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru di SMP
Negeri 1
Lubuklinggau, 2008. 10
Tesis, Dewi Susanti Purba, Pengaruh Program Sertifikasi Guru
Terhadap Kinerja Guru Sejarah di SMA Negeri se-kabupaten
Blitar.
-
12
yang telah sertifikasi sebaiknya tetap meningkatkan kinerjanya
agar guru
selalu kreatif dan inovati sehingga guru akan tampil sebagai
guru yang benar-
benar berkompeten di bidangnya. Sedangkan untuk guru yang
belum
menempuh sertifikasi sebaiknya harus juga selalu terpacu untuk
meningkatkan
kinerjanya misalnya dengan membekali diri dengan berbagai
program
pendidikan agar mereka dapat segera disertifikasi.
Sejalan dengan pengembangan kinerja profesional guru, Arif
Firdausi
A.11
dalam tesisnya menjelaskan bahwa sebagian besar kinerja guru
profesional (ter-sertifikat) pendidik ditinjau dari standar
kompetensi guru
adalah dalam kategori baik, dalam artian guru yang profesional
telah
menjalankan ke empat kompetensi tersebut sesuai dengan kemampuan
dan
standar yang berlaku. Namun ada sebagian kecil guru profesional
(tersertifikat
pendidik) pada pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan
kompetensi
yang akan dicapai siswa. Permasalahan tersebut berkenaan dengan
kompetensi
guru itu sendiri yang memang masih rendah. Arif Firdaus
menjelaskan masih
ada guru yang masih kesulitan dalam memberikan penjelasan pada
pelajaran
tertentu sehingga tidak dapat mencapai target hasil
pembelajaran.
Sebagai kesimpulan dari penelitian di atas, bahwa sudah
banyak
inovasi yang dilakukan oleh kalangan tenaga pendidik yang
tersertifikasi dan
profesional untuk meningkatkan kinerjanya. Namun demikian,
keragaman
materi, perkembangan prestasi siswa, kemampuan SDM guru, kultur
sekolah
dan sebagainya dari hasil penelitian di atas nampaknya masih
membutuhkan
11
http://gudangmakalah.blogspot.com/2011/06/tesis-kinerja-guru-tersertifikasi-dalam.html
(diunduh pada har Minggu tanggal 9 Maret 2014 pukul 16.56.
-
13
penyempurnaan, karena belum ada kajian yang lebih spesifik yaitu
Upaya
guru tersertifikasi dalam meningkatkan kinerja. Upaya tersebut
tidak hanya
pada kemampuan guru profesional saja melainkan juga melibatkan
siswa
secara aktif dalam proses belajar untuk meraih prestasinya.
Walaupun sudah banyak penelitian tentang hubungan status guru
dan
kinerja, namun penelitian yang membagi status guru menjadi (PNS,
Non PNS,
Sertifikasi, Non Sertifikasi, dan gabungan keduanya) nampaknya
belum
dilakukan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan penelitian
dengan judul
Hubungan Antara Status Kepegawaian Dengan Kinerja Guru
(Studi
Kasus pada Guru MI se-Kecamatan Susukan).
E. Sistimatika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran awal, maka penelitian ini akan
disusun
dalam lima bagian sebagai berikut:
Bagian pertama dalam penelitian ini (Bab I) membahas tentang
bagaimana latar belakang masalah ini muncul, kemudian
dilanjutkan dengan
pembahasan perumusan masalah penelitian. Dilanjutkan dengan
tujuan
penelitian dan manfaat penelitian Pada bagian ini juga dibahas
tentang kajian
pustaka atau penjelasan tentang penelitian sebelumnya sehingga
dapat
dijelaskan posisi penelitian ini dalam literature atau
penelitian sebelumnya.
Bagian kedua dalam penelitian ini (Bab II) membahas tentang
penegasan istilah yang meliputi status kepegawaian, sertifikasi
guru, kinerja.
Diskripsi yang dimaksud di sini adalah penjelasan singkat
mengenai
-
14
permasalahan disertai analisis permasalahan. Kemudian
dilanjutkan dengan
kerangka pemikiran. Pada bagian ini juga dibahas tentang
hipotesis penelitian.
Pada bagian ketiga (Bab III) membahas tentang metodologi
yang
digunakan dalam penelitian ini. Diawali dari subyek dan lokasi
penelitian,
kemudian dilanjutkan dengan jenis dan sumber data penelitian.
Subyek
penelitian berisi karakteristik subjek yang digunakan dalam
penelitian ini.
Pada bab ini juga disertakan populasi dan sampel. Pada bagian
akhir tentang
teknik pengumpulan data, serta tehnik analisa data. Teknik
pengumpulan data
merupakan teknik dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan
data dan
setiap alat ukur yang digunakan.
Bagian keempat dalam penelitian ini (Bab IV) membahas
tentang
analisa data yang meliputi diskripsi data responden. Teknik
analisis data
digunakan untuk menganalisis data penelitian. Dilanjutkan dengan
hasil
penelitian serta analisanya.
Bagian kelima (Bab V) sebagai penutup dari penelitian ini,
yang
merupakan kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah jawaban
atas
permasalahan penelitian, bukan ringkasan. Kesimpulan berupa
poin-poin yang
berisi hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian dan
hasil tambahan
lainnya. Saran merupakan tindak lanjut dari kesimpulan. Saran
untuk subjek
atau pihak-pihak yang berkaitan dengan hasil penelitian, juga
untuk penelitian
selanjutnya.
-
15
Bagian akhir dalam pembuatan tesis ini terdiri dari beberapa
unsur
yaitu daftar pustaka, memiliki pengertian sumber bacaan ilmiah
yang
digunakan serta lampiran-lampiran.
-
16
BAB II
PENEGASAN ISTILAH KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
A. Penegasan Istilah
1. Status Kepegawaian
a. Pengertian
Status adalah keadaan atau kedudukan (orang, badan, dsb)
dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. 1
Pegawai adalah orang yg bekerja pada pemerintah
(perusahaan); sekelompok orang yang bekerja sama membantu
seorang direktur , ketua, mengelola sesuatu.
Pegawai honorer adalah pegawai yang tidak (atau belum )
diangkat sebagai pegawai tetap atau setiap bulannya menerima
honorarium.
Pegawai negeri adalah pegawai pemerintah yang berada di
luar politik, bertugas melaksanakan administrasi
pemerintahan
berdasarkan perundang-undangan yang telah ditetapkan.
Pegawai
negeri sipil adalah pegawai negeri atau aparatur negara yang
bukan
militer. Kepegawaian adalah yang berhubungan dengan pegawai
.2
1 Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:PT INDAHJAYA Adipratama,
2011,750.
2 Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:PT INDAHJAYA Adipratama, 2011,
530.
-
17
Menurut penjelasan umum dalam Undang-Undang (UU)
Nomor 8 Tahun 1974 disebut bahwa yang dimaksud dengan
Kepegawaian adalah segala hal-hal mengenai kedudukan,
kewajiban,
hak, dan pembinaan pegawai negeri".
Secara sederhana pengertian "Pegawai Negeri adalah
seseorang yang bekerja pada instansi/lembaga pemerintah dat
digaji
dengan anggaran pemerintah". Dalam UU Nomor 43 Tahun 1999
yang dimaksud dengan Pegawai Negeri adalah setiap warga
negara
Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas
dalam
suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan
digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku".
Pegawai Negeri terdiri atas : a. PNS; b. Anggota TNI; c.
Anggota
POLRI; Sedangkan PNS terdiri dari :PNS Pusat dan PNS Daerah.
Dalam pengertian pegawai negeri terdapat unsur-unsur warga
negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat yang
ditentukan,
diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam
suatu
jabatan negeri, dan digaji menurut peraturan
perundang-undangan
yang berlaku.
Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya
masing-masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan
dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status
sosial
-
18
sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat
seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada semua sistem
sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status,
seperti
anak, isteri, suami, ketua RW, Ketua RT, Camat, Lurah,
Kepala
Sekolah, Guru dan sebagainya.
b. Status Kepegawaian Guru
Guru adalah tenaga professional yang mempunyai dedikasi
dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi agen
pembelajaran
yang memotivasi, menfasilitasi, mendidik, membimbing, dan
melatih
peserta didik sehingga mejadi manusia yang berkualitas yang
mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimum,
pada
jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan
menengah,
termasuk pendidikan anak usia dini formal, guru atau tenaga
kependidikan diangkat dan diberhentikan oleh penyelenggara
satuan
pendidikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
dan/ atau perjanjian kerja.
Profesi guru bukan sekedar wahana untuk menyalurkan hobi
sebagai pekerjaan sambilan akan tetapi merupakan pekerjaan
yang
harus ditekuni untuk mewujudkan keahlian profesional secara
maksimal. Sebagai tenaga profesional, guru memegang peranan
dan
tanggungjawab yang penting dalam pelaksnaan program
pengajaran
di sekolah. Guru bertanggungjawab penuh atas ketercapaian
tujuan
pengajaran di sekolah. Guru merupakan pembimbing siswa
sehingga
-
19
keduanya dapat menjalin hubungan emosional yang bermakna
selama proses penyerapan nilai-nilai dari lingkungan sekitar.
3
Kondisi ini memudahkan mereka menyesuaikan diri dalam
kehidupan di masyarakat.
Guru sepenuhnya secara mandiri bertanggungjawab terhadap
keselamatan anak-anak kita, guru bertanggungjawab terhadap
keberhasilan anak-anak kita untuk mampu hidup di masyarakat,
guru
juga harus bertanggungjawab terhadap nilai transformatif
kemanfaatan pendidikan yang diperoleh anak dari sekolah
untuk
menghadapi masa depan mereka, dan untuk mewujudkan
transformasi kemanfaatan pendidikan itu sesuai harapan orang
tua
dan masyarakat.4
Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara
sistematis, dalam arti direncanakan secara matang,
dilaksanakan
secara taat asas, dan dievaluasi secara objektif, sebab
lahirnya
seorang profesional tidak bisa hanya melalui bentuk penataran
dalam
waktu enam hari, supervisi dalam sekali atau dua kali, dan
studi
banding selama dua hari atau tiga hari, misalnya. Di sinilah
letak
pentingnya manajemen guru yang efektif dan efisien di
sekolah
dasar.5
3 Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan
Agama Islam
Direktorat Pembinaan Perguruan Agama Islam, Pedoman Pembinaan
Guru Madarasah Ibtidaiyah
(MI), Jakarta: Departemen Agama, 2000, 3. 4 Djohar, Guru,
Pendidikan & Pembinaannya, Yogyakarta: Grafika Indah, 2006,
9.
5 Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar,
Jakarta: Bumi Aksara,
2009, 7-8.
-
20
Status Kepegawaian pada Guru Kelas. Secara baku,
sebenarnya sudah tertera di dalam PP No. 38 Tahun 1992,
tentang
Tenaga Kependidikan, Bab V, Pasal 10, ayat 1 dan 2, yang
berhubungan dengan tenaga pendidik. Dalam PP tersebut,
status
kepegawaian dijelaskan sebagai berikut :
1) Guru tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen
oleh
Pemerintah daerah, BHP, atau Badan Hukum lainnya yang
menyelenggarakan satuan pendidikan ;
2) Guru tetap Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah guru tetap
yang
diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh Pemerintah dan /
atau
Pemerintah Daerah berdasarkan peraturan perundang undangan
yang berlaku ;
3) Guru tetap Non PNS adalah guru tetap yang diangkat oleh
BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan
satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja ;
4) Guru tidak tetap adalah guru yang diangkat secara
sementara
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, BHP, atau badan hukum
lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan
perjanjian kerja.
c. Kewajiban dan Hak Guru
Profesi guru bukan sekedar wahana untuk menyalurkan hobi
sebagai
pekerjaan sambilan akan tetapi merupakan pekerjaan yang
harus
ditekuni untuk mewujudkan keahlian profesional secara
maksimal.
-
21
Sebagai tenaga yang profesional, guru memegang peranan dan
tanggungjawab yang penting dalam pelaksanaan program
pengajaran
di sekolah. 6 Guru memiliki kewajiban dan hak sebagai
berikut:
1) Kewajiban dan Hak Guru sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil)
Kewajiban dan Hak Guru diatur dalam undang-undang No 8
Tahun 1974 sebagai berikut: 7
a) Kewajiban PNS
(1) Pasal 4: Wajib setia dan taat sepenuhnya kepada
Pancasila,UUD 1945,Negara dan Pemerintah.
(2) Pasal 5 : Wajib menaati semua peraturan perundang
undangan yang berlaku penuh pengabdian,kesadaran
dan tanggung jawab.
(3) Pasal 6 : (a) Wajib menyimpan rahasia jabatan
(b) Pegawai negeri hanya dapat
mengemukakan rahasia jabatan kepada
dan atas perintah yang berwajib atas
kuasa undang-undang.
b) Hak PNS
(1) Pasal 7 : Berhak memperoleh gaji yang layak sesuai
dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.
(2) Pasal 8 : Berhak atas cuti
6 Departemen Agama RI, Pedoman Pembinaan Profesional Guru
Madrasah Ibtidaiyah
(MI), Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Agama Islam Ditjen
Binbaga Islam Departemen
Agama, 2000,3. 7
http://noviapiaviapiyuk.blogspot.com/2012/12/hak-dan-kewajiban-guru.html
-
22
(3) Pasal 9 :
(a) Bagi mereka yang ditimpa oleh suatu kecelakaan
dalam dan karena tugas kewajibannya berhak
memperoleh perawatan.
(b) Bagi mereka yang menderita cacat jasmani dalam
dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang
mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi, berhak
memperoleh tunjangan
(c) Bagi mereka yang tewas, keluarga berhak
memperoleh uang duka.
(4) Pasal 10 : Pegawai negeri yang gtelah memenuhi syarat
yang ditentukan,berhak atas pensiun.
2) Kewajiban dan Hak Guru sebagai Pendidik
Dalam UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003,ada sebutan tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan,
sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang
berkualifikasi sebagai guru dosen, konselor, pamong belajar,
widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain
yang
sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan.8 Jadi pendidik itu merupakan
8 Tim Dosen Administrasi Pendidikan-UPI, Manajemen Pendidikan
,Bandung : Alfabeta,
2011, 230.
-
23
tenaga kependidikan,tetapi tenaga kependidikan belum tentu
pendidik.
a) Kewajiban pendidik menurut UU SISDIKNAS pasal 40
ayat 2:
(1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan dinamis, kreatif, dan dialogis.
(2) Mempunyai komitmen secara professional untuk
meningkatkan mutu pendidikan.
(3) Memberi teladan dan menjaga nama lembaga, profesi,
dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang
diberikan kepadanya.
b) Hak pendidik menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun
2003 ayat 1:
(1) Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan
sosial yang pantas dan memadai.
(2) Memperoleh penghargaan sesuai dengan tugas dan
prestasi kerja.
(3) Memperoleh pembinaan karier sesuai dengan tuntutan
pengembangan kualitas.
(4) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual
-
24
(5) Memperoleh kesempatan untuk menggunakan sarana,
prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas.9
3) Kewajiban dan Hak Guru Menurut UU No.14 Tahun 2005
a) Kewajiban Guru
Pasal 20 undang-undang ini mengatakan bahwa dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban:
(1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu serta menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran.
(2) Mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi
akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni
(3) Bertindak obyektif dan tidak diskriminaif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan
kondisi fisik tertentu,atau latar belakang keluarga,dan
status sosial ekonomi peserta didik dalam
pembelajaran.
(4) Menjunjung tinggi peratuaran perundang-undangan,
hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan
etika.
9 Tim Dosen Administrasi Pendidikan-UPI, Manajemen Pendidikan
,Bandung : Alfabeta,
2011,233.
-
25
(5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan
bangsa.10
b) Hak Guru
Pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan,guru berhak:
(1) Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup
minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.
(2) Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan
tugas dan prestasi kerja.
(3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas
dan hak atas kekayaan intelektual.
(4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan
kompetensi.
(5) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana
pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas
keprofesionalan.
(6) Memberikan kebebasan dalam memberikan penilaian
dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan atau
sangsi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah
pendidikan,kode etik guru,dan peraturan perundang-
undangan.
10
Anonim, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, Jakarta : Ciputat Press, 2006,17.
-
26
(7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan
dalam melaksanakan tugas.
(8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi
profesi.
(9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan.
(10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi.
(11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi
dalam bidangnya.11
c) Hak Guru di Daerah Khusus
Pasal 29 ayat 1 menyatakan bahwa guru yang bertugas di
daerah khusus memperoleh hak:
(1) Kenaikan pangkat rutin secara otomatis.
(2) Kenaikan pangkat istimewa satu kali.
(3) Perlindungan dalam melaksanakan tugas.
(4) Pindah tugas setelah bertugas 2 tahun dan tersedia guru
pengganti (pasal 29 ayat 3).
4) Kewajiban dan Hak Guru Menurut UU No.2 tahun 1989
a) Kewajiban Guru menurut pasal 31:
(1) Membina loyalitas pribadi dan perta didik terhadap
ideologi negara Pancasila dan UUD 1945
11
Anonim, Undang-undang Ripublik Indonesia No. 14 Tahun 2005
Tentang guru dan Dosen, Jakarta : Ciputat Press, 2006,12-13.
-
27
(2) Menjunjung tinggi kebudayaan bangsa
(3) Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan
pengabdian
(4) Meningkatkan kemampuan profesional sesuai dengan
tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta pembangunan bangsa
(5) Menjaga nama baik sesuai dengan kepercayaan yang
diberikan masyarakat, bangsa, dan negara
b) Hak Guru menurut pasal 30:
(1) Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan
sosial
(a) Tenaga kependidikan yang memiliki kedudukan
sebagai pegawai negeri memperoleh gaji dan
tunjangan sesuai dengan peraturan umum yang
berlaku bagi pegawai negeri.
(b) Pemerintah dapat memberi tunjangan tambahan bagi
tenaga kependidikan ataupun golongan tenaga
kependidikan tertentu.
(c) Tenagan kependidikan yang bekerja pada satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
memperoleh gaji dan tunjangan dari badan /
perorangan yang bertanggung jawab atas satuan
pendidikan yang bersangkutan.
-
28
(2) Memperoleh pembinaan karir berdasarkan prestasi kerja.
(3) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugasnya.
(4) Memperoleh penghargaan sesuai dengan darma baktinya.
(5) Menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan
yang lain dalam melaksanakan tugasnya.
d. Kompetensi Guru
Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutelak
dimiliki oleh seseorang dalam setiap bidang profesi yang
ditekuninya. Hal ini juga tidak dapat dipisahkan dalam
profesi
keguruan, di mana dengan kompetensi yang profesional guru
dapat
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Oleh
karena
itu, kompetensi merupakan suatu hal yang tidak dapat
dipisahkan
dari kegiatan pendidikan dan pengajaran di suatu satuan
pendidikan.
Kompetensi sebagai konsep dapat diartikan secara etimologis
dan terminologis. Dalam pengertian etimologis kompetensi
dapat
dikemukakan bahwa : Kompetensi berasal dari bahasa Inggris,
yakni competency yang berarti kecakapan atau kemampuan. Oleh
karena itu dapat pula dikatakan bahwa kompetensi adalah
kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan)
sesuatu12 Sedangkan secara definitif, kompetensi dapat
dijelaskan
sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang ahli bahwa :
12
Djamarah, Saiful Bakri, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru,
Surabaya : Usaha
Nasional, 1994, 33.
-
29
Kompetensi adalah suatu tugas yang memadai atau pemilikan
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh
jabatan seseorang 13 Sedangkan dalam karya yang berbeda
disebutkan bahwa Kompetensi merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan atau
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak 14 Atau
dengan
kata lain, bahwa kompetensi itu menunjukkan kepada tindakan
(kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya
secara
memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan 15
Apabila pengertian ini dihubungkan dengan proses pendidikan,
maka
guru sebagai pemegang jabatan pendidik dituntut untuk
memiliki
kemampuan dalam menjalankan tugas dan tagung jawabnya. Untuk
itu, seorang guru perlu menguasai bahan pelajaran dan
menguasai
cara-cara mengajar serta memiliki kepribadian yang kokoh
sebagai
dasar kompetensi. Jika guru tidak memiliki kepribadian,
tidak
menguasai bahan pelajaran serta tidak pula mengetahui
cara-cara
mengajar, maka guru akan mengalami kegagalan dalam
menunaikan
tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kompetensi
mutelak
dimiliki guru sebagai kemampuan, kecakapan atau keterampilan
dalam mengelola kegiatan pendidikan. Dengan demikian,
kompetensi guru berarti pemilikan pengetahuan keguruan dan
13
Roestiyah N.K., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta : Bina
Aksara, 1986, 4. 14
Depdiknas, Manajemen Berbasis Sekolah, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta:Depdiknas, 2003, 9.
15 Saud, Udin Saefudin, Pengembangan Profesi Guru, Bandung : CV.
Alfabeta, 2009, 44.
-
30
pemilikan keterampilan serta kemampuan sebagai guru dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik.
Hal
ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam Peraturan
Pemerintah
(PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, bahwa Kompetensi
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku
yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan
oleh
Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru berdasarkan
PP Nomor 74 Tahun 2008 tersebut, adalah Kompetensi Guru
sebagaimana meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang
diperoleh melalui pendidikan profesi.
Keempat bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri-
sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling
mempengaruhi
satu sama lain dan mempunyai hubungan hirarkhis, artinya
saling
mendasari satu sama lainnya kompetensi yang satu mendasari
kompetensi yang lainnya16
Sedangkan aspek-aspek yang menjadi
bagian dari keempat kompetensi tersebut, yang sekaligus
menjadi
indikator yang harus dicapai oleh setiap guru, sebagaimana
tertuang
dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 itu, adalah berikut ini.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang
sekurang-kurangnya
meliputi: a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;
b.
pemahaman terhadap peserta didik; c. pengembangan kurikulum
atau
16
Saud, Udin Saefudin, Pengembangan Profesi Guru, Bandung : CV.
Alfabeta, 2009, 49
-
31
silabus; d. perancangan pembelajaran; e. pelaksanaan
pembelajaran
yang mendidik dan dialogis; f. pemanfaatan teknologi
pembelajaran;
g. evaluasi hasil belajar; dan h. pengembangan peserta didik
untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup
kepribadian yang: a. beriman dan bertakwa; b. berakhlak mulia;
c.
arif dan bijaksana; d. demokratis; e. mantap; f. berwibawa; g.
stabil;
h. dewasa; i. jujur; j. sportif; k. Menjadi teladan bagi peserta
didik
dan masyarakat; l. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri;
dan
m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru sebagai
bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi
kompetensi untuk: a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau
isyarat
secara santun; b. menggunakan teknologi komunikasi dan
informasi
secara fungsional; c. bergaul secara efektif dengan peserta
didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan
pendidikan,
orang tua atau wali peserta didik; d. bergaul secara santun
dengan
masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem
nilai
yang berlaku; dan e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati
dan
semangat kebersamaan.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan Guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang
sekurang-kurangnya
meliputi penguasaan : a. materi pelajaran secara luas dan
mendalam
sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata
pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan b.
konsep
dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan,
yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program
satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu.17
Demikianlah beberapa aspek yang harus dikuasai guru
sebagai kompetensinya dalam menjalankan tugas dan tanggung
jawabnya di satuan pendidikan, terutama dalam hubungannya
dengan proses pembelajaran. Berdasarkan hal itu, juga dapat
diketahui bahwa tidak semua aspek kemampuan dapat diperoleh
ketika menuntut pendidikan formal di lembaga profesi
keguruan,
17
Wijaya, Cece, dan Ruslan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses
Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 7-9.
-
32
bahkan beberapa di antaranya tidak pernah diajarkan di
lembaga
pendidikan formal tersebut. Ada kalanya kompetensi yang
telah
diperoleh itu, tidak sesuai lagi dengan perkembangan atau
kebutuhan
yang ada setelah menjadi guru. Di samping itu, sering kali
beberapa
aspek kemampuan diperoleh melalui usaha sendiri atau
pengalaman
ketika telah menjadi guru, dan acap kali beberapa aspek
kompetensi
baru bisa dipahami dan dapat dilaksanakan setelah melalui
kegiatan
pendidikan dan pelatihan berkelanjutan atau kegiatan
pengembangan
lainnya. Oleh karena itu, upaya pengembangan diri guru
secara
berkesinambungan menjadi amat penting dan menjadi kebutuhan
untuk menuju ke arah pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
keguruan secara profesional.
2. Sertifikasi Guru
a. Tujuan dan Hakekat Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik
kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang
telah
memenuhi standar profesional guru. Guru profesional
merupakan
syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik
pendidikan
yang berkualitas.18
Sedangkan Sertifikat pendidik adalah sebuah
sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi
penyelenggara
18
http://sertifikasiguru3.blogspot.com/2011/12/definisi-sertifikasi-guru-di-indonesia.html
(diunduh pada hari Senen tanggal 10 Maret 2014 pukul 20.02).
-
33
sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru
yang
diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.19
Sertifikasi guru adalah bukti formal sebagai pengakuan yang
diberikan kepada guru atau dosen sebagai tenaga
profesional.20
Sertifikasi merupakan salah satu program yang menjadi rujukan
dari
BSNP dalam poin ke empat standar tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan. Didalam poin tersebut dijelaskan bahwa standar
nasional tentang kriteria pendidikan dan prajabatan dan
kelayakan
fisik maupun mental serta pendidikan dari jabatan guru serta
tenaga
kependidikan lainnya. Pendidik dan tenaga kependidikan juga
berhak untuk mendapatkan promosi dan sertifikasi. Bagi
tenaga
pendidik dan kependidikan bisa mendapatkan promosi dan
penghargaan berdasarkan latar belakang pendidikan,
pengalaman,
kemampuan dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan. Selain
itu
juga berhak atas sertifikasi pendidik yang diselenggarakan
oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi.21
Didalam proses sertifikasi guru terdapat beberapa versi
pendapat ahli yang pro dan kontra. Prof. Dr. Winarno
Surakhmad,
salah satu pakar pendidikan di Indonesia yang kontra dengan
adanya
19
http://sertifikasiguru3.blogspot.com/2011/12/definisi-sertifikasi-guru-di-indonesia.html
(diunduh pada hari Senin tanggal 10 Maret 2014 pukul 20.04)
20 Departemen Agama RI , Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
14 Thaun
2005Tentang Guru dan Dosen, 2005, 3. 21
http://e-majalah.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&artid=19
(diunduh pada hari Minggu tanggal 9 Maret 2014 pukul 16.43.
-
34
Badan Standar Nasional Pendidikan. Beliau menggungkapkan
bahwa standarisasi pendidikan di Indonesia dipenuhi dengan
berbagai masalah yang timbul akibat kebijakan yang dibuat
tidak
tepat sasaran.
Pada hakikatnya sertifikasi memiliki tujuan yang baik dalam
peningkatan kualitas pendidikan melalui kesejahteraan tenaga
pendidik. Sertifikasi sendiri sebenarnya adalah proses
pemberian
sertifikat pendidik untuk guru.
Sertifikasi ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi
standar professional guru.Sertifikasi bagi guru prajabatan
dilakukan
melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan
ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi.
Sertifikasi
guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan
dalam
bentuk portofolio.
b. Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru
Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan adalah sebagai berikut.
(1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
(2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
-
35
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru 2010
(5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun
2007
tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
(6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun
2009
tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.
(7) Keputusan Mendiknas Nomor 022/P/2009 tentang Penetapan
Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam
Jabatan.
c. Persyaratan Sertifikasi
Untuk lolos sertifiaksi sesuai dengan UU nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik harus
memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
,
sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifiasi akadenik
adalah pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang
pendidika yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat
keahlian yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku. Setiap guru dan dosen harus memenuhi
standar sebagai seorang pendidik yaitu standar nasional
pendidikan
-
36
yang berkaitan dengan persyaratan minimal yang harus
dipenuhi
oleh setiap pendidik.
Berikut, persyaratan sertifikasi (uji sertifikasi bagi
seorang
pendidik yang telah mempunyai jabatan):
(1). Pendidik untuk anak usia dini, kualifikasi akademik
pendidikan minimal D-IV atau S1, latar belakang pendidikan
di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain
/psikologi dan sertifikat profesi guru untuk PAUD
(2). Pendidik untuk SD/MI, kualifikasi akademik pendidikan
minimal D-IV atau S1, latar belakang pendidikan di bidang
sd/mi, kependidikan lain/psikologi dan sertifikat profesi
guru
untuk SD/MI
(3). Pendidik untuk SMP/MTs atau yang sederajat, kualifikasi
akademik pendidikan menimal D-IV atau S1, latar belakang
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan
dan sertifikat guru untuk SMP/MTs
(4). PendidIk unTuk SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat,
kualifikasi akademik pendidikan menimal D-IV atau S1, latar
belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan dan sertifikat guru untuk SMA/MA
(5). Pendidik untuk SDLB/SMPLB/SMALB , atau bentuk lain
yang sederajat, kualifikasi akademik pendidikan menimal D-
IV atau S1, latar belakang pendidikan tinggi atau sarjana
yang
-
37
sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan sertifikat
guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB
(6). Pendidik untuk SMK/MAK , atau bentuk lain yang
sederajat,
kualifikasi akademik pendidikan menimal D-IV atau S1, latar
belakang pendidikan tinggi atau sarjana yang sesuai dengan
mata pelajaran yang diajarkan dan sertifikat guru untuk
SMK/MAK
d. Kendala Sertifikasi Guru
Salah satu persyaratan sertifikasi guru yang menyulitkan
guru
adalah sertifikasi kompetensi, karena di sini guru akan
diuji
kompetensi dan kelayakannya sebagai pekerja profesional. Selain
itu,
guru yang akan disertifikasi jumlahnya cukup banyak, maka
setiap
guru harus menunggu giliran diuji sertifikasi alias antri. Lebih
dari itu,
tidak menutup kemungkinan banyak guru yang tidak lulus uji
kompetensi dan harus mengulang serta menunggu giliran
berikutnya.
Di sini, sertifikasi akan diselesaikan dalam kurun waktu 10
tahun.
Kesulitan itu terjadi juga pada uji sertifikasi bagi guru
yang
telah lama mengajar karena biasanya timbul rasa malas untuk
harus
kuliah lagi. Maka dari itu, Persatuan Guru Republik Indonesia
(PGRI)
minta kepada pemerintah bahwa guru yang berpengalaman
mengajar
lebih dari 15 tahun diperbolehkan untuk tidak mengikuti uji
sertifikasi.
Namun hal ini masih belum ditanggapi oleh pemerintah.
-
38
Sertifikasi guru yang akan dilakukan Departemen Pendidikan
Nasional dari akhir tahun 2006 sampai 10 tahun ke depan,
dianggap
rawan dengan penyelewengan. Selama ini di dunia pendidikan
sangat
kental dengan permainan uang dalam sertiap kegiatan yang
dikeluarkan pemerintah. Apalagi proses sertifikasi ini dilakukan
oleah
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ditunjuk
pemerintah sehingga dimungkinkan tetap ada peluang jual beli
sertifikat.
Sertifikat sangat sulit dilakukan di daerah. Selain
lokasinya
sangat terpencil, kualitas mereka juga tidak akan bisa
disamakan
dengan guru yang ada di kota. Walaupun dari segi pedagogi, guru
di
daerah mempunyai kelebihan kedekatan dengan para murid dan
budaya setempat.
Sertifikasi hanya memberi kuota sepertiga dari jumlah guru
yang ada. Dapat dianalisa bahwa ketika guru yang lolos
sertifikasi
dengan insentif yang jauh lebih besar maka membuat guru lain
merasa
iri. Oleh karena itu, pemerintah harus ikut memikirkan segala
dampak
serta kemungkinan yang bakal terjadi bila kuota sertifikasi
sangat
sedikit hingga seleksipun begitu ketat.22
22
http://marsability.blogspot.com/2011/11/sertifikasi-profesi-guru-antara-harapan.html
(Diunduh pada hari Kamis tgl 9 bln Jn th 2014 jam 11.45)
-
39
3. Kinerja
a. Pengertian
Menurut pendapat Wirawan23
Kinerja adalah keluaran yang
dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu
pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.
Menurut Mangkunegara24
Kinerja (prestasi kerja) adalah
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Menurut Suharsaputra25
Kinerja mempunyai pengertian
akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan
oleh
seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja
seseorang
akan tampak pada situasi dan kondisikerja sehari-hari.
Aktivitas-
aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Menurut Wibowo26
Pengertian performance sering diartikan
sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.
Menurut Nawawi27
Mengemukakan kinerja merupakan
gabungan dari tiga faktor yang terdiri dari:
23
Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori Aplikasi dan
Penelitian,
Jakarta: Salemba Empat, 2009, 5. 24
A.A.Anwar Prabu Mangku Negara, Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, 67. 25
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, Bandung: Refika
Aditama, 2010, 145. 26
Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010,
2.
-
40
a. Pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan
yang menjadi tanggungjawab dalam bekerja. Faktor ini
mencakup jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang
pernah didikuti di bidangnya.
b. Pengalaman, yang tidak sekedar berarti jumlah waktu atau
lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan
substansi
yang dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang
cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan
sesuatu bidang tertentu.
c. Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang dalam
menghadapi bidang kerjanya. Seperti minat, bakat, kemampuan
kerja sama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi
kerja,
dan sikap terhadap pekerjaan.
Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya
menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi bagaimana proses kerja,
tetapi
bagaimana proses kerja berlangsung atau cara bekerja. Di
dalamnya
terdapat tiga unsur penting yang terdiri dari: 1) unsur
kemampuan, 2)
unsur usaha dan 3) unsur kesempatan, yang bermuara pada
hasil
kerja yang dicapai. Dengan demikian berarti seseorang yang
memiliki kemampuan yang tinggi dibidang kerjanya hanya akan
sukses apabila memiliki kesediaan melakukan usaha yang
terarah
pada tujuan organisasi atau perusahaan . Selanjutnya
kemampuan
27
Hadari Nawawi, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan
Perusahaan dan
Industri, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 64-65.
-
41
dan usaha tidak akan cukup apabila tidak ada kesempatan
untuk
sukses, baik yang diciptakan sendiri maupun yang diperoleh
dari
pihak lain, khususnya dari pihak atasan atau pimpinan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kinerja
merupakan kemampuan kerja atau prestasi kerja yang
diperlihatkan
oleh seseorang guru untuk memperoleh hasil kerja yang
optimal
sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.
Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin
pendidikan, sangat menentukan dalam proses pembelajaran, dan
peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana
guru
melaksanakan peran tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja
guru
merupakan faaktor yang amat menentukan bagi mutu
pembelajaran
yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan
setelah
menyelesaikan sekolah.
Kinerja guru adalah prilaku atau respon yang memberikan
hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika
menghadapi suatu tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja
guru
menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami
guru
pada dasarnya lebih berfokus pada prilaku guru dalam
pekerjaannya,
demikian pula perihal efektifitas guru adalah sejauh mana
kinerja
tersebut dapat memberikan pengaruh kepada siswa. Karena
secara
spesiifik tujuan kinerja juga mengharuskan para guru membuat
-
42
keputusan di mana tujuan mengajar dinyatakan dengan jelas
dalam
bentuk tingkah laku yang kemudian ditransfer kepada siswa.
Dalam Panduan Penilaian Kinerja Sekolah Dasar yang
diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional (2004) disebutkan
bahwa penilaian kinerja guru Sekolah Dasar menyangkut unsur
:
(1) Pengembangan pribadi, dengan indikator : aplikasi
pengajaran,
kegiatan ekstra kurikuler, kualitas pribadi guru ;
(2) Pembelajaran, dengan indikator: perencanaan, pelaksanaan,
dan
evaluasi
(3) Sumber belajar, dengan indikator : ketersediaan bahan
ajar,
pemanfaatan sumber belajar ;
(4) Evaluasi belajar, dengan indikator : penyiapan soal/tes,
hasil
tes, program tindak lanjut.
Penilaian terhadap kinerja guru difokuskan kepada usaha
terhadap kinerja guru. Oleh karena itu setiap guru hendaknya
mempunyai uraian kerja yang jelas. Beberapa indikator
penilaian
guru yang perlu diperhatikan dalam penilaian kinerja guru
dapat
diuraikan sebagai berikut :
(1) Kepribadian guru secara umum ;
(2) Pemahaman guru terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah ;
(3) Kualitas kerja guru ;
(4) Kemampuan mengelola proses pembelajaran ;
(5) Pengembangan profesi guru.
-
43
Penilaian prestasi kerja atau kinerja memberikan kesempatan
kepada pimpinan dan orang yang dinilai untuk secara bersama
membahas perilaku kerja dari yang dinilai. Pada umunya
setiap
orang menginginkan dan mengharapkan umpan balik mengenai
prestasi kerjanya. Penilaian memungkinkan bagi penilai dan
yang
dinilai untuk secara bersama menemukan dan membahas
kekurangan-kekurangan yang terjadi dan mengambil langkah
perbaikannya.
b. Indikator Kinerja Guru
Untuk mengetahui apakah kinerja seorang guru sudah cukup
optimal atau belum dapat dilihat dari berbagai indikator.
Menurut
Simamora 28
indikator-indikator kinerja meliputi: 1) keputusan
terhadap segala aturan yang ditetapkan organisasi; 2) dapat
melaksanakan pekerjaan atau tugasnya tanpa kesalahan (atau
dengan
tingkat kesalahan yang paling rendah); dan 3) ketepatan
dalam
menjalankan tugas. Ukuran kinerja secara umum yang kemudian
diterjemahkan ke dalam penilaian perilaku secara mendasar
meliputi: 1) mutu kerja; 2) kuantitas kerja; 3) pengetahuan
tentang
pekerjaan; 4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan; 5)
keputusan yang diambil; 6) perencanaan kerja; dan 7) daerah
organisasi kerja. Sedang kinerja untuk tenaga guru umumnya
dapat
diukur melalui: 1) kemampuan membuat perencanaan; 2)
28
Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta:
Bagian Penerbitan STIE YKPN, 2000, 423.
-
44
kemampuan melaksanakan rencana pembelajaran; 3) kemampuan
melaksanakan evaluasi; dan 4) kemampuan menindaklanjuti
hasil
evaluasi.
Beberapa indikator kinerja untuk dapat dilihat peran guru
dalam meningkatkan kemampuan dalam proses belajar-mengajar.
Indikator kinerja tersebut adalah: 1) Kemampuan merencanakan
belajar mengajar, yang meliputi: a) menguasai garis-garis
besar
penyelenggaraan pendidikan, b) menyesuaikan analisa materi
pelajaran, c) menyusun program semester, d) menyusun program
atau pembelajaran; 2) Kemampuan melaksanakan kegiatan
belajar
mengajar, yang meliputi: a) tahap pra instruksional, b)
tahap
instruksional, c) tahap evaluasi dan tidak lanjut; dan 3)
Kemampuan
mengevaluasi, yang meliputi: a) evaluasi normatif, b)
evaluasi
formatif, c) laporan hasil evaluasi, dan d) pelaksanaan
program
perbaikan dan pengayaan. 29
Nana Sudjana mengemukakan seperangkat kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru profesional, yaitu: 1)
menguasai
bahan, 2) mengelola program belajar mengajar, 3) mengelola
kelas,
4) mengunakan media atau sumber belajar, 5) menguasai
landasan
pendidikan, 6) mengelola interaksi belajar-mengajar, 7)
menilai
prestasi belajar-mengajar, 8) mengenal fungsi bimbingan dan
29
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006: 10-19.
-
45
penyuluhan, 9) mengenal dan meyelenggarakan admistrasi
sekolah,
dan 10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna
keperluan
pengajaran. 30
Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka
dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga
kerjanya.
Kinerja guru merupakan kulminasi dari tiga elemen yang
saling
berkaitan yakni keterampilan, upaya sifat keadaan dan
kondisi
eksternal.31
Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang
dibawa seseorang ke tempat kerja seperti pengalaman,
kemampuan,
kecakapan-kecakapan antar pribadi serta kecakapan tehknik.
Upaya
tersebut diungkap sebagai motivasi yang diperlihatkan
karyawan
untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan kondisi
eksternal adalah tingkat sejauh mana kondisi eksternal
mendukung
produktivitas kerja.
Guru sebagai kuli pendidikan yang profesional di kelas
pembelajaran siswa menuju kepribadian yang utuh,
mensyaratkan
sepuluk kompetensi dasar yang harus melekat padanya. Sepuluh
kompetensi ini, adalah sebagai berikut: 32
(1). Menguasai bahan yang
akan diajarkan; (2). Mengelola program belajar mengajar;
(3).
Mengelola kelas; (4). Menggunakan media/sumber belajar; (5).
30
Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Jakarta:
Penerbit Rosda, 2004, 50.
31 Sulistyorini, Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala
Sekolah dan Iklim
Organisasi dengan Kinerja Guru,Bandung: Ilmu Pendidikan: 2001,
62-70. 32
H. Syafrudin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional
& Implementasi
Kurikulum, Ciputat: Ciputat Press, 2002, 79-80.
-
46
Menguasai landasan-landasan kependidikan; (6). Mengelola
interaksi belajar mengajar; (7). Menilai prestasi siswa; (8).
Mengenal
fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan; (9). Mengenal
dan
menyelenggarakan administrasi sekolah; (10). Memahami
prinsip-
prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.
Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria, menurut
Castetter33
mengemukakan ada empat kriteria kinerja yaitu: (1)
Karakteristik individu, (2) Proses, (3) Hasil dan (4)
Kombinasi
antara karakter individu, proses dan hasil.
Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian
antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya
dengan
penempatan guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru
sesuai
dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru
diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan
berakibat
menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan
menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa
akan
menghambat perkembangan moral kerja guru. Moral kerja yang
positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang
memiliki
nilai keindahan di dalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan
dengan
cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang
kemampuannya.
33
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan
Implementasi) Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003, 23.
-
47
Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaan
individu terhadap pekerjaan yang memberikan kepuasan
bathin kepada seseorang sehingga pekerjaan itu disenangi dan
digeluti dengan baik. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja
perlu
dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman
pada
parameter dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara
efektif
dan efisien seperti produktivitasnya, efektivitas menggunakan
waktu,
dana yang dipakai serta bahan yang tidak terpakai. Sedangkan
evaluasi kerja melalui perilaku dilakukan dengan cara
membandingkan dan mengukur perilaku seseorang dengan teman
sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan
perintah atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan
tugas
dan pekerjaan dengan orang lain.
Menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa
indikator
yang meliputi: (1) Unjuk kerja, (2) Penguasaan Materi, (3)
Penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, (4)
Penguasaan
cara-cara penyesuaian diri, (5) Kepribadian untuk
melaksanakan
tugasnya dengan baik .34
Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kinerja
guru antara lain :
a. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar.
b. Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa
34
Sulistyarini, Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala
Sekolah dan Iklim
Organisasi dengan Kinerja Guru, Bandung: Ilmu Pendidikan: 2001,
80.
-
48
c. Penguasaan metode dan strategi mengajar
d. Pemberian tugas-tugas kepada siswa
e. Kemampuan mengelola kelas
f. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.
c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan
dianggap sebagai orang yang berperanan penting dalam
pencapaian
tujuan pendidikan yang merupakan percerminan mutu
pendidikan.
Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya
tidak
lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal
yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Beberapa
faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang dapat diungkap
tersebut antara lain :35
1. Kepribadian dan dedikasi
Setiap guru memiliki pribadi masing-masing sesuai ciri-
ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang
membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian
sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, yang hanya dapat
dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian
dan
dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah
keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan
fisik,
artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan
suatu
35
http://uray-iskandar.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
kinerja.htm
-
49
gambaran dari kepribadian orang itu, dengan kata lain baik
tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadiannya.
Kepribadian inilah yang akan menentukan apakah ia menjadi
pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah
akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak
didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka
yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Kepribadian adalah
suatu cerminan dari citra seorang guru dan akan mempengaruhi
interaksi antara guru dan anak didik. Oleh karena itu
kepribadian merupakan faktor yang menentukan tinggi
rendahnya martabat guru.
Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan
perbuatannya dalam membina dan membimbing anak
didik. Semakin baik kepribadian guru, semakin baik
dedikasinya
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru,
ini berarti tercermin suatu dedikasi yang tinggi dari guru
dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.
Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat
meningkatkan kesadaran akan pekerjaan dan mampu
menunjukkan kinerja yang memuaskan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi. Guru yang memiliki
kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk
giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam
-
50
melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan guru
tersebut memiliki akuntabilitas yang baik dengan kata lain
prilaku akuntabilitas meminta agar pekerjaan itu berakhir
dengan hasil baik yang dapat memuaskan atasan yang memberi
tugas itu dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atau
segala
pekerjaan yang dilaksanakan baik secara kualitatif maupun
kuantitatif sesuai dengan standar yang ditetapkan dan tidak
asal-
asalan.
2. Pengembangan Profesi
Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan
perubahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang menuntut
kesiapan agar tidak ketinggalan. Dalam melaksanakan
pekerjaan
itu harus memenuhi norma-norma itu. Orang yang melakukan
pekerjaan profesi itu harus ahli, orang yang sudah memiliki
daya
pikir, ilmu dan keterampilan yang tinggi. Disamping itu ia
juga
dituntut dapat mempertanggung jawabkan segala tindakan dan
hasil karyanya yang menyangkut profesi itu. Guru haruslah
senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu
yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman,
ataupun di luar kedinasan yang terkait dengan tugas
-
51
kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar
sekolah.36
Pekerjaan profesi harus berorientasi pada layanan sosial.
Seorang profesional ialah orang yang melayani kebutuhan
anggota masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok.
Sebagai orang yang memberikan pelayanan sudah tentu
membutuhkan sikap rendah hati dan budi halus. Sikap dan budi
halus ini menjadi sarana bagi terjalinnya hubungan yang baik
yang ikut menentukan keberhasilan profesi.
Pengembangan profesi guru merupakan hal penting
untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan
beratnya
tuntutan terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme
guru menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau
kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional memiliki
ciri-ciri tertentu, yaitu: memerlukan persiapan atau
pendidikan
khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pendidikan pra-
jabatan yang relevan), kecakapan seorang pekerja profesional
ditintut memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh
pihak
yang berwenang (misal: organisasi profesional, konsorsium,
dan
pemerintah), dan jabatan profesional tersebut mendapat
36
Syaiful Sagala, KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU dan TENAGA
KEPENDIDIKAN, Bandung : ALFABETA, 2009, 11-12.
-
52
pengakuan dari masyarakat dan atau negara (de