Top Banner
HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEGAWAIAN DENGAN KINERJA GURU (STUDI KASUS PADA GURU MI SE- KECAMATAN SUSUKAN) Oleh SHOLIHAH NIM. M1.11.018 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014
135

Skrispsi Status Kepegawaian

Dec 18, 2015

Download

Documents

yogi gunawan

kumpulan jurnal keperawatan managemen
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEGAWAIAN

    DENGAN KINERJA GURU

    (STUDI KASUS PADA GURU MI

    SE- KECAMATAN SUSUKAN)

    Oleh

    SHOLIHAH

    NIM. M1.11.018

    Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

    untuk gelar Magister Pendidikan Islam

    PROGRAM PASCASARJANA

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    2014

  • HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEGAWAIAN

    DENGAN KINERJA GURU

    (STUDI KASUS PADA GURU MI

    SE- KECAMATAN SUSUKAN)

    Oleh

    SHOLIHAH

    NIM. M1.11.018

    Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

    Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

    sebagai pelengkap persyaratan untuk

    gelar Magister Pendidikan Islam

    Salatiga, 25 Oktober 2013

    Dr. H. M. Zulfa, M. Ag.

    PEMBIMBING

  • HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEGAWAIAN

    DENGAN KINERJA GURU

    (STUDI KASUS PADA GURU MI

    SE- KECAMATAN SUSUKAN)

    Oleh

    SHOLIHAH

    NIM. M1.11.018

    Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

    Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

    sebagai pelengkap persyaratan untuk

    gelar Magister Pendidikan Islam

    Salatiga, 25 Oktober 2013

    Dr. H. M. Zulfa, M. Ag. Munajat, Ph. D.

    PEMBIMBING I PEMBIMBING II

  • HUBUNGAN ANTARA STATUS KEPEGAWAIAN

    DENGAN KINERJA GURU

    (STUDI KASUS PADA GURU MI

    SE- KECAMATAN SUSUKAN)

    Oleh

    SHOLIHAH

    NIM. M1.11.018

    Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

    Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga

    sebagai pelengkap persyaratan untuk

    gelar Magister Pendidikan Islam

    Salatiga, 25 Oktober 2013

    Dr. H. M. Zulfa, M. Ag.

    PEMBIMBING I

    Munajat, Ph. D.

    PEMBIMBING II

  • iii

    PROGRAM PASCASARJANA

    SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

    PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

    LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

    Nama : Sholihah

    NIM : M1.11.018

    Program Studi : Pendidikan Agama Islam

    TanggalUjian : 6 Maret 2014

    JudulTesis : Hubungan Antara Status Kepegawaian Dengan Kinerja

    Guru (studi kasus pada Guru MI se-Kecamatan Susukan)

    Panitia Munaqosah Tesis

    1. KetuaPenguji : Drs.H.Saadi,M.Ag.

    2. Sekretaris : Dr.H.Zakiyuddin,M.Ag.

    3. Penguji I : Prof.Dr.H.Budiharjo,M.Ag.

    4. PengujiII : Dr.H.M.Zulfa,M.Ag.

    5. Penguji III : Munajat,Ph.D.

  • iv

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Yang bertandatangan di bawah ini

    Nama : Sholihah

    NIM : M1.11.018

    Jurusan : PAI / Tarbiyah

    Program Studi : Pascasarjana

    Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis, benar-benar

    merupakan hasil karya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

    karya orang lain yang saya akuisebagai hasil tulisan atau karya sendiri.

    Apabila di kemudian hari terbukti tesis ini hasil jiplakan, maka saya

    bersedia mempertanggungjawabkan kembali keaslian tesis ini di hadapan sidang

    munaqosah tesis.

    Yang membuat pernyataan

    Sholihah

    NIM. M1.11.018

  • v

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara status kepegawaian

    dengan kinerja guru. Oleh karena itu saya akan meneliti tentang guru dengan

    kinerjanya. Status guru terdiri dari tiga variabel. Variabel pertama adalah guru

    PNS, variable kedua adalah sertifikasi, dan variable ketiga adalah status gabungan

    yang terdiri dari: PNS sertifikasi, PNS, Non PNS sertifikasi, dan Non PNS Non

    sertifikasi. Untuk kinerja guru, diukur dengan tiga variabel. Responden terdiri dari

    50 guru yang diambil secara acak dari 13 MIS (Madrasah Ibtidaiyah Swasta) dan

    MIN( Madrasah IbtidaiyahNegeri) di KecamatanSusukan. Metode yang

    digunakanya itu dengan memberikan angket kepada Kepala Sekolah dan guru itu

    sendiri.Sedangkan analisa dengan menggunakan t-test dan Anova (Analysis of

    Variance). T-test digunakan untuk membandingkan kinerja antara dua kelompok,

    yaitu antara yang berstatus PNS dan Non PNS, dan Sertifikasi dan Non

    Sertifikasi. Sedangkan ANOVA digunakan untuk membandingkan kinerja antara

    empat kelompok, yaitu antara status gabungan (PNS Sertifikasi, PNS Non

    Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non PNS Non Sertifikasi). Hasil dari

    penelitian ini, membuktikan bahwa secara umum status kepegawaian (PNS-Non

    PNS ataupun Sertifikasi-Non Sertivikasi) tidak berhubungan dengan kinerja guru.

    Meskipun ada satu pola ditemukan bahwa ketika kinerja guru dinilai oleh diri

    guru sendiri hasilnya signifikan. Artinya bahwa guru tersertifikasi kinerjanya

    lebih baik dari guru yang belum sertifikasi. Namun demikian pola ini tidak

    didukung oleh kategori hubungan yang lain dan tingkat korelasinya juga rendah.

    Akhirnya, dengan berbagai keterbatasan, peneliti menyadari bahwa salah satu

    kelemahan penelitian ini yaitu responden terbatas. Hanya mencakup guru satu

    kecamatan saja. Oleh karena itu untuk mencapai hasil yang lebih maksimal perlu

    diuji dengan sampel yang lebih besar.

  • vi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan rahmat, hidayah, dan taufiqnya, sehingga penulis dapat

    menyelesaikan penulisan tesis ini. Sholawat serta salam peneliti haturkan kepada

    junjungan kita NabiAgung Muhammad SAW yang telah menuntun ummatnya ke

    jalan kebenaran dan keadilan.

    Tesis ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

    syarat guna untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam. Adapun judul

    tesisini adalah Hubungan Antara Status Kepegawaian Status Guru Dengan

    Kinerja Guru dan Prestasi Belajar Siswa pada Guru MI se-KecamatanSusukan.

    Penulisan tesis ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah

    memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati,

    peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Bpk Dr. H. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga.

    2. Bapak Dr. H. Saadi, M.Ag. selaku Direktur Program Pascasarjana STAIN

    Salatiga.

    3. Bapak Dr. H. M. Zulfa, M.Ag yang telah menyetujui, memberikan bimbingan,

    pengarahan dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan mencurahkan pikiran,

    tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian tesis

    ini

    4. Bapak Munajat, Ph.D., yang telah menyetujui, memberikan bimbingan,

    pengarahan dengan penuh keikhlasan, kesabaran dan mencurahkan pikiran,

  • vii

    tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam membimbing penyelesaian tesis

    ini.

    5. Drs. Hardi, suamiku yang menemaniku dalam suka dan duka

    6. Ibu Shofiah yang selalu memberi doa dan dukungan baik secara moril

    maupun materil

    Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta

    mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Amin

    Penulis menyadari dan mengakui bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari

    kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan kemampuan serta

    pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun

    sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan tesis ini.

    Penulis berharap semoga tesis ini memberikan manfaat bagi penulis

    sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan,

    bagi agama, nusa dan bangsa, amin.

    Penulis

    Sholihah

    NIM. M.1.11.018

  • viii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PENGESAHAN . HALAMAN PERSETUJUAN TESIS . HALAMAN PERNYATAAN.. ABSTRAK ... PRAKATA .. DAFTAR ISI .. DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ...

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    viii

    x

    xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah 1

    B. Rumusan Masalah 8

    C. Signifikansi Penelitian 9

    1. Tujuan Penelitian 9

    2. Manfaat Penelitian 9

    D. Kajian Pustaka 10

    E. Sistimatika Penulisan 13

    BAB II PENEGASAN ISTILAH KERANGKA PEMIKIRAN DAN

    HIPOTESIS

    A. Penegasan Istilah 16

    1. Status Kepegawaian 16

    a. Pengertian 16

    b. Status Kepegawaian Guru 18

    c. Kewajiban dan Hak Guru 20

    d. Kompetensi Guru 28

    2. Sertifikasi Guru 32

    a. Tujuandan Hakekat Sertifikasi Guru 32

    b. Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru 34

    c. Persyaratan Sertifikasi 35

    d. Kendala Sertifikasi Guru 37

    3. Kinerja 39

    a. Pengertian 39

    b. IndikatorKinerja Guru 43

    c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru 48

    d. Langkah Strategis Meningkatkan Kinerja Guru 72

    B. Kerangka Pemikiran 76

    C. Hipothesis Penelitian 78

    BAB III METODE PENELITIAN 79

    A. Subjekdan Lokasi Penelitian 79

    B. Jenisdan Sumber Data Penelitian 79

    C. Populasi dan Sampel 81

    D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen 81

    E. Tehnik Analisa Data 84

  • ix

    BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN 86

    A. Diskripsi Data 86

    1. Status PNS dan Non PNS 86

    2. Status Sertifikasi dan Non Sertifikasi 87

    3. Status Gabungan 87

    B. Analisa Data Status Kepegawaian yang Dinilai Oleh Diri Guru

    Sendiri

    88

    C. Analisa Data Status Kepegawaian yang Dinilai Oleh Kepala

    Sekolah

    90

    D. Hasil Penelitian 93

    1. Mencari hubungan antara status kepegawaian dengan kinerja

    guru yang dinilai oleh diri guru sendiri

    93

    2. Hubungan antara status kepegawaian dengan kinerja guru yang

    dinilai oleh kepala sekolah

    98

    3. Hubungan Status PNS Sertfikasi, PNS Non Sertifikasi, Non

    PNS Sertifikasi dan Non PNS Non Sertfikasi Dengan

    Kinerjanya

    101

    E. Ringkasan Uji Hipotesis 104

    BAB V PENUTUP 110

    A. Kesimpulan 110

    B. Saran 115

    DAFTAR PUSTAKA 117

    LAMPIRAN 122

    BIOGRAFI PENULIS 127

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    4.1. Status PNS 86

    4.2. Status Sertifikasi 87

    4.3. Status Gabungan 88

    4.4. Kinerja Guru yang Dinilai Oleh Diri Guru Sendiri 88

    4.5. Skor Kinerja Guru yang Dinilai Oleh Diri Guru Sendiri 89

    4.6. Kinerja Guru yang Dinilai Oleh Kepala Sekolah 90

    4.7. Skor Kinerja Guru yang Dinilai Oleh Kepala Sekolah 91

    4.8. Status PNS dan Non PNS yang dinilai guru sendiri 93

    4.9. Independent Samples Test yang dinilai guru sendiri 93

    4.10. Status Sertifikasi yang Dinilai Oleh Diri Guru Sendiri 94

    4.11. Independent Samples Test yang dinilai oleh guru sendiri 95

    4.12. ANOVA yang dinilai oleh guru sendiri 96

    4.13. Multiple Comparisons yang dinilai oleh guru sendiri 96

    4.14. Status PNS dan Non PNS dengan kinerja yang dinilai kepala

    sekolah

    98

    4.15. Independent Samples Test yang dinilai oleh kepala sekolah 98

    4.16. Status Sertifikasi dengan kinerja yang dinilai oleh kepala

    sekolah

    100

    4.17. Independent Samples Test yang dinilai oleh kepala sekolah 100

    4.18. ANOVA yang dinilai kepala sekolah 101

    4.19. Multiple Comparisons yang dinilai oleh kepala sekolah 102

  • xi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Instrumen Penilaian Kinerja Guru yang Dinilai oleh Diri Guru Sendiri 122

    2. Instrumen Penilaian Kinerja Guru yang Dinilai oleh Kepala Sekolah 125

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

    menyatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

    mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

    mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

    formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.1 Guru adalah

    sebuah profesi yang menuntut peleburan segala kemampuan dan waktu yang

    dimiliki. Karena itu, tidak sembarang orang dapat menjadi guru. Memang

    banyak orang yang pandai, tapi tidak banyak orang yang mampu menjadi guru

    karena kepandaiannya itu. Bahkan tidak jarang justru siswa menjadi bingung

    ketika mengikuti program pembelajaran yang diampunya.2

    Al-Ghazali, seorang ulama sufi yang banyak mengulas masalah

    keguruan, menempatkan guru sebagai barang siapa yang berilmu dan

    mengamalkan ilmunya itu maka dia adalah orang yang paling mulia di

    seantero dunia. Dia laksana matahari yang bisa menerangi orang lain. Di

    samping dirinya memang pelita yang cemerlang. Dia laksana harum minyak

    kasturi yang mengharumi orang lain. Dan barangsiapa yang bersibuk diri

    dengan mengajarkan ilmu (guru), maka sungguh dia telah mengikatkan suatu

    1 Departemen Agama RI, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

    Tentang Guru dan Dosen, 2. 2 Saroni, Muhammad, Manajemen Sekolah, Kiat Menjadi Pendidik yang Kompeten,

    Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006, 124.

  • 2

    ikatan yang mulia dan bermakna. Maka hormatilah profesinya (orang yang

    menjadi guru).3

    Sebagai tenaga profesional, guru baik PNS maupun bukan PNS dalam

    melaksanakan tugasnya berkewajiban memenuhi jam kerja yang setara dengan

    beban kerja pegawai lainnya yaitu 37,5 (tiga puluh tujuh koma lima) jam kerja

    (setiap jam kerja 60 menit) per minggu. Dalam melaksanakan tugas, guru

    mengacu pada jadwal tahunan atau kalender akademik dan jadwal pelajaran.

    Sebagai seorang pendidik, guru diharapkan bekerja secara profesional,

    mengajar secara sistematis dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang

    berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien), artinya guru dapat

    merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis dalam penyelenggaraan

    kegiatan pembelajaran aktif.4 Guru yang profesional hendaknya mampu

    memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta

    didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya.5

    Dari segi kesejahteraan, status guru antara guru PNS dengan guru non

    PNS jelas jauh berbeda. Gaji bulanan selisih jauh. Tapi dari segi kualitas,

    kedisiplinan dan kompetensi kerja seringkali guru honor lebih baik

    dibandingkan dengan guru yang PNS. Ironis, di tengah kenaikan anggaran

    pendidikan dan kenaikan kesejahteraan untuk PNS, kualitas dan kompetensi

    guru PNS belum ada perbaikan yang signifikan. Sering guru PNS telat atau

    3 Muhammad Athiyah al-Abrasyi, al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falasafatuhu, Mesir: Isa

    al-Babi al-Halabi, t.th, cet. Ke-2, 139. 4 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasisi PAIKEM Pembelajaran Aktif,

    Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang: Ra-SAIL Media Group, 2008, 31. 5 Surya, Muhammad, Membangun Manusia Unggul Perlu Profesionalisme dan

    Kesejahteraan Guru, Majalah Gema Widyakarya, PGRI DKI Jakarta No.9/Th.IV/1999.

  • 3

    tidak masuk dan membolos, namun tidak ada tindakan nyata untuk

    memperbaiki itu. Semua berjalan apa adanya. Untuk laporan, biasanya

    memanipulasi data. Padahal sudah ada LPMP (Lembaga Penjaminan Mutu

    Pendidikan) yang biasa mengadakan penataran, perbaikan kompetensi guru

    dan sebagainya, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas guru dan

    pendidikan itu sendiri. Ada BKD (Badan Kepegawaian Daerah) dan masih ada

    lembaga lainnya termasuk dinas pendidikan dan bawahannya.

    Secara struktural fungsional, guru Non PNS diposisikan ke dalam

    derajat lebih rendah dibandingkan guru PNS. Tak mengherankan jika di

    berbagai daerah sangat terasa munculnya diferensiasi atau perbedaan antara

    guru PNS dan guru non-PNS. Mereka yang masuk ke dalam kategori guru

    PNS diposisikan lebih bermartabat dibandingkan guru non-PNS. Maka,

    dalam kancah pendidikan nasional mencuat diskriminasi terhadap keberadaan

    guru non-NPS. Tak mengherankan jika dari tahun ke tahun, keberadaan guru-

    guru non-PNS turut serta mewarnai hamparan persoalan pendidikan di negeri

    ini.

    Status guru yang bukan PNS menempati jumlah yang tak sedikit

    dengan beragam persoalan khususnya terkait kesejahteraan Secara kategoris,

    apa yang disebut guru non-PNS mencakup guru swasta, guru tidak tetap,

    guru honorer, dan guru wiyata bhakti. Tempatnya mengajar bisa di sekolah

    negeri atau di sekolah swasta Pada satu sisi, kehadiran mereka dibutuhkan

    sebagai jawaban terhadap ketidakmampuan pemerintah menyediakan tenaga

    guru sesuai kebutuhan. Itulah mengapa, guru-guru non-PNS terlibat aktif

  • 4

    dalam proses-proses pendidikan di sekolah-sekolah negeri maupun swasta.

    Akan tetapi pada lain sisi, guru-guru non-PNS tak mendapatkan perlindungan

    memadai dari pihak pemerintah. Kehadiran mereka yang sangat bermakna

    dalam memenuhi kebutuhan akan tenaga kependidikan justru kontras dengan

    perlakuan yang mereka terima. Nuansa diskriminatif ini terus berlangsung

    hingga kini.

    Sertifikasi merupakan contoh kongkret dari terjadinya diskriminasi.

    Sebagaimana dapat dicatat, terjadi ketimpangan dalam hal kuota sertifikasi,

    yaitu 75% untuk guru PNS dan 25% untuk guru non-PNS. Tetapi dalam

    realisasinya, hanya 10% guru-guru non-PNS masuk ke dalam cakupan

    sertifikasi. Gambaran lain dari adanya diskriminasi tercermin pada subsidi

    tunjangan fungsional guru swasta sebesar Rp 200.000 per bulan yang ternyata

    tak diterima oleh semua guru swasta. Sertifikasi guru merupakan upaya

    peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan kesejahteraan guru,

    sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu

    pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan.6 Keberhasilan pendidikan pada

    siswa sangat bergantung pada pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan

    tugasnya.7

    Dalam Rapat Koordinasi Pimpinan Persatuan Guru Republik Indonesia

    (PGRI) di Balikpapan (24 Januari 2010), kembali mengemuka tuntutan agar

    pemerintah segera merealisasikan perlindungan demi memperbaiki

    6 Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, Pedoman

    Penyelenggaraan Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Melalui Jalur Pendidikan, Jakarta:

    2008, 1. 7 Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979,

    3.

  • 5

    kesejahteraan dan karier guru-guru non-PNS. "Kami meminta pemerintah

    merealisasikan adanya peraturan pemerintah guru non-PNS paling lama tahun

    ini. Pasalnya, kesenjangan guru PNS dan non-PNS, terutama para guru wiyata

    bhakti dan guru tidak tetap semakin lebar," kata Sulistiyo, Ketua Umum

    Pengurus Besar PGRI.

    Sebagaimana diketahui, pemerintah telah menyatakan komitmennya

    terhadap guru-guru PNS untuk memberikan gaji minimal Rp 2 juta per bulan.

    Pemerintah juga mencanangkan agar guru-guru PNS meningkat kualitasnya

    serta berkesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan. Sementara terhadap

    guru-guru non-PNS, tak ada komitmen semacam ini. Seorang guru tidak tetap

    yang bekerja di lembaga pendidikan swasta, misalnya, hampir mustahil

    mendapatkan perlindungan dan pengayoman pemerintah sebagaimana

    diberikan kepada guru-guru PNS. Pada pelataran lain, nestapa guru-guru non-

    PNS terkait erat dengan dua hal, yaitu pendapatan yang jauh di bawah upah

    minimum regional dan ketidakpastian untuk diangkat menjadi guru tetap

    berstatus PNS.

    Penguasaan guru terhadap empat kompetensi dasar merupakan hal

    yang mutlak bagi guru sebagai langkah untuk mewujudkan profesionalisme

    pekerjaannya. Dalam hal ini, guru tidak berjalan sendiri-sendiri tetapi harus

    ada campur tangan pemerintah, dan salah satu upaya pemerintah adalah

    dengan menyelenggarakan sertifikasi guru dalam jabatan yang diatur dalam

    Peraturan Mendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru

  • 6

    dalam Jabatan, yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun

    2008 tentang guru.

    Guru profesional adalah guru yang memenuhi prasyarat dan ketentuan

    undang-undang yang berlaku tentang guru. Dalam hal ini haru memiliki empat

    kompetensi dasar, yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

    kompetensi sosial dan kompetensi profesional, dalam kesemuanya itu harus

    tampak dalam menjalankan tugas dan fungsinya di sekolah.

    Guru yang bersertifikat profesi bukan sekedar meningkat

    kesejahteraannya, tetapi sejalan dengan itu pelaksanaan tugas, dan fungsi

    pokok sebagai tenaga pendidik dan kependidikan harus meningkat pula,

    terutama dalam mendidik, membimbing, dan membelajarkan peserta didik

    dalam proses pembelajaran, sehingga kualitas pendidikan juga semakin

    meningkat.

    Salah satu jalan yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi mutu

    pendidikan yang rendah ini adalah dengan meningkatkan kualitas gurunya

    melalui sertifkasi guru. Pemerintah berharap, dengan disertifkasinya guru,

    kinerjanya akan meningkat sehingga prestasi siswa meningkat pula. Namun

    dalam pelaksanaannya, sertifikasi dalam bentuk penilaian portofolio memberi

    banyak peluang pada guru untuk menempuh jalan pintas. Hal ini disebabkan

    profesionalisme guru diukur dari tumpukan kertas. Indikator inilah yang

    kemudian memunculkan hipotesis bahwa pelaksanaan sertifikasi dalam wujud

    penilaian portofolio tidak akan berdampak sama sekali terhadap kinerja guru,

    apalagi terhadap peningkatan mutu pendidikan nasional.

  • 7

    Di samping itu, berkaca pada pelaksanaan sertifikasi negara-negara

    maju, terutama dalam bidang pendidikan, peningkatkan mutu pendidikan

    hanya dapat dicapai dengan pola-pola dan proses yang tepat. Pola-pola instan

    hanya akan menghambur-hamburkan dana dan waktu menjadi terbuang

    percuma. Sedangkan apa yang menjadi substansi sama sekali tidak tersentuh.

    Status kepegawaian guru tidak akan berdampak sama sekali terhadap

    kinerja guru, memang baru sebuah hipotesis. Hipotesis ini memang harus

    dibuktikan melalui sebuah penelitian. Akan tetapi, tidak ada salahnya bila kita

    mengatakan status kepegawaian guru tidak memiliki pengaruh yang

    signifikan-atau bahkan tidak memiliki pengaruh sama sekali-terhadap kinerja

    guru berdasarkan indikator-indikator yang tampak di depan mata. Dari hasil

    pantauan penulis sampai saat ini belum ada yang melakukan penelitian

    menyangkut pengaruh status kepegawaian guru terhadap kinerja guru, atau

    mungkin sudah ada tapi belum terpublikasi. Oleh sebab itu penulis bermaksud

    melakukan penelitian tentang masalah di atas dalam Thesis yang berjudul

    Hubungan Antara Status Kepegawaian Dengan Kinerja Guru (Studi Kasus

    pada Guru MI se-Kecamatan Susukan). Status kepegawaian yang dimaksud

    adalah PNS dan Non PNS, Sertifikasi dan Non Sertifikasi yang juga

    digabungkan secara bersama (misal, Sertifikasi PNS) Penelitian ini akan

    dilaksanakan di MI se-Kecamatan Susukan. Semoga nantinya hasil penelitian

    ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi semua pihak.

  • 8

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana diuraikan

    di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana

    hubungan antara status kepegawaian guru dan kinerja mereka? Rumusan

    masalah ini kemudian dapat diperinci sebagai berikut:

    1. Adakah hubungan antara status kepegawaian guru (PNS dan Non PNS)

    terhadap kinerja guru yang dinilai oleh diri guru sendiri?

    2. Adakah hubungan antara status sertifikasi guru (Sertifikasi dan Non

    Sertifikasi) terhadap kinerja guru yang dinilai oleh diri guru sendiri?

    3. Adakah hubungan antara status gabungan guru (PNS Sertifikasi, PNS

    Non Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non PNS Non Sertifikasi)

    terhadap kinerja guru yang dinilai oleh diri guru sendiri?

    4. Adakah hubungan antara status kepegawaian guru (PNS dan Non PNS)

    terhadap kinerja guru yang dinilai oleh kepala sekolah?

    5. Adakah hubungan antara status sertifikasi guru (Sertifikasi dan Non

    Sertifikasi) terhadap kinerja guru yang dinilai oleh kepala sekolah?

    6. Adakah hubungan antara status gabungan guru (PNS Sertifikasi, PNS

    Non Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non PNS Non Sertifikasi)

    terhadap kinerja guru yang dinilai oleh kepala sekolah?

    Untuk menjawab pertanyaan ini, maka peneliti menurunkan pertanyaan ini

    dalam enam hipotesis sebagaimana akan dijelaskan dalam bagian hipotesis.

  • 9

    C. Signifikansi Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui hubungan antara status kepegawaian guru (guru

    PNS dan Non PNS) dengan kinerja guru yang dinilai oleh diri guru

    sendiri.

    b. Untuk mengetahui hubungan antara status sertifikasi dengan kinerja

    guru yang dinilai oleh diri guru sendiri.

    c. Untuk mengetahui hubungan antara status gabungan guru (PNS

    Sertifikasi, PNS Non Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non PNS

    Non Sertifikasi) terhadap kinerja guru yang dinilai oleh diri guru

    sendiri

    d. Untuk mengetahui hubungan antara status kepegawaian guru ( guru

    PNS dan Non PNS) dengan kinerja guru yang dinilai oleh kepala

    sekolah

    e. Untuk mengetahui hubungan antara status sertifikasi dengan kinerja

    guru yang dinilai oleh kepala sekolah

    f. Untuk mengetahui hubungan antara status gabungan guru (PNS

    Sertifikasi, PNS Non Sertifikasi, Non PNS Sertifikasi dan Non PNS

    Non Sertifikasi) terhadap kinerja guru yang dinilai oleh kepala

    sekolah

    2. Manfaat Penelitian

    Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk mengungkapkan

    dan memaparkan bentuk-bentuk upaya dan kinerja guru dalam

    pengembangan guru.

  • 10

    Sedangkan secara praktis, penelitian ini bermanfaat sebagai

    sumber informasi atau masukan, referensi, dan pertimbangan dari pihak

    terkait. Dengan adanya penelitian ini diharapkan timbul kesadaran bagi

    para kepala sekolah atau kepala madrasah tentang pentingnya usaha

    pembinaan pengelolaan dan pengembangan guru profesional yang tidak

    hanya terbatas pada surat keterangan sertifikasi. Juga dapat dijadikan

    perhatian bagi para guru untuk selalu mengembangkan dirinya agar

    menjadi guru yang profesional, serta mempunyai etos kerja yang tinggi

    sehingga tercipta pendidikan yang efektif dan bermutu. Dan pada

    akhirnya akan melahirkan siswa-siswi yang berprestasi, kreatif, inovatif

    dan memiliki semangat (motivasi) tinggi dalam pendidikan.

    D. Kajian Pustaka

    Penelitian tentang guru Sertifikasi telah dilakukan oleh beberapa

    peneliti. Sebagaimana Zulaekah D8 menjelaskan bahwa dalam penelitianya

    yang berjudul dampak sertifikasi guru terhadap kualitas pembelajaran pada

    mata diklat menjahit dengan mesin siswa SMK Negeri 6 Semarang, Under

    Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang. Berdasarkan hasil penelitian

    dapat dijelaskan bahwa pada umumnya sertifikasi guru memberikan dampak

    yang baik terhadap kualitas pembelajaran sisiwa pada kegiatan belajar dan

    mengajar (KBM).

    8 Tesis Zulaekah D, Dampak Sertifikasi Guru Terhadap Kualitas Pembelajaran Pada

    Mata Diklat Menjahit Dengan Mesin Siswa SMK Negeri Semarang, Universitas Negeri Semarang

  • 11

    Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mulyono9 (2008) di SMP Negeri

    1 Lubuklinggau menunjukan bahwa dampak sertifikasi terhadap kinerja guru

    belum mengalami perubahan. Para pendidik di sekolahan tersebut belum

    mampu mengaplikasikan empat komponen tentang standar nasional

    pendidikan. Dampak sertifikasi pada komponen yang pertama yaitu pada

    kompetensi pedagogic para guru belum mengalami perubahan yang lebih baik

    dalam memberikan pembelajaran pada siswanya. Pemberian teori belajar dan

    penggunaan bahasa Indonesia yang baik pun belum mampu sepenuhnya

    dilakukan oleh para guru. Komponen yang kedua yaitu pada komponen

    kompetensi profesionalitas guru juga belum mengalami peningkatan setelah

    adanya sertifikasi. Para guru belum mampu meningkatkan efektifitas belajar

    siswa dan juga belum ada peningkatan dalam guru untuk lebih aktif mengikuti

    berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas dalam

    bidangnya seperti diklat, Lokakarya, dan MGMP.

    Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Susanti Purba10

    dengan judul

    Pengaruh program sertifikasi guru terhadap kinerja guru sejarah di SMA

    Negeri se-Kabupaten Blitar menunjukkan bahwa kinerja guru sejarah di SMA

    Negeri se-kabupaten Blitar, baik guru yang telah sertifikasi maupun guru yang

    belum sertifikasi memiliki kinerja yang baik. Berdasarkan hasil analisis uji-t

    diketahui bahwa program sertifikasi guru berpengaruh terhadap kinerja guru

    sejarah SMA Negeri se-kabupaten Blitar Berdasarkan hasil penelitian ini, guru

    9 Mulyono, Dkk, Dampak Sertifikasi Terhadap Kinerja Guru di SMP Negeri 1

    Lubuklinggau, 2008. 10

    Tesis, Dewi Susanti Purba, Pengaruh Program Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru Sejarah di SMA Negeri se-kabupaten Blitar.

  • 12

    yang telah sertifikasi sebaiknya tetap meningkatkan kinerjanya agar guru

    selalu kreatif dan inovati sehingga guru akan tampil sebagai guru yang benar-

    benar berkompeten di bidangnya. Sedangkan untuk guru yang belum

    menempuh sertifikasi sebaiknya harus juga selalu terpacu untuk meningkatkan

    kinerjanya misalnya dengan membekali diri dengan berbagai program

    pendidikan agar mereka dapat segera disertifikasi.

    Sejalan dengan pengembangan kinerja profesional guru, Arif Firdausi

    A.11

    dalam tesisnya menjelaskan bahwa sebagian besar kinerja guru

    profesional (ter-sertifikat) pendidik ditinjau dari standar kompetensi guru

    adalah dalam kategori baik, dalam artian guru yang profesional telah

    menjalankan ke empat kompetensi tersebut sesuai dengan kemampuan dan

    standar yang berlaku. Namun ada sebagian kecil guru profesional (tersertifikat

    pendidik) pada pelaksanaan pembelajaran kurang sesuai dengan kompetensi

    yang akan dicapai siswa. Permasalahan tersebut berkenaan dengan kompetensi

    guru itu sendiri yang memang masih rendah. Arif Firdaus menjelaskan masih

    ada guru yang masih kesulitan dalam memberikan penjelasan pada pelajaran

    tertentu sehingga tidak dapat mencapai target hasil pembelajaran.

    Sebagai kesimpulan dari penelitian di atas, bahwa sudah banyak

    inovasi yang dilakukan oleh kalangan tenaga pendidik yang tersertifikasi dan

    profesional untuk meningkatkan kinerjanya. Namun demikian, keragaman

    materi, perkembangan prestasi siswa, kemampuan SDM guru, kultur sekolah

    dan sebagainya dari hasil penelitian di atas nampaknya masih membutuhkan

    11

    http://gudangmakalah.blogspot.com/2011/06/tesis-kinerja-guru-tersertifikasi-dalam.html (diunduh pada har Minggu tanggal 9 Maret 2014 pukul 16.56.

  • 13

    penyempurnaan, karena belum ada kajian yang lebih spesifik yaitu Upaya

    guru tersertifikasi dalam meningkatkan kinerja. Upaya tersebut tidak hanya

    pada kemampuan guru profesional saja melainkan juga melibatkan siswa

    secara aktif dalam proses belajar untuk meraih prestasinya.

    Walaupun sudah banyak penelitian tentang hubungan status guru dan

    kinerja, namun penelitian yang membagi status guru menjadi (PNS, Non PNS,

    Sertifikasi, Non Sertifikasi, dan gabungan keduanya) nampaknya belum

    dilakukan. Oleh karena itu, peneliti ingin mengadakan penelitian dengan judul

    Hubungan Antara Status Kepegawaian Dengan Kinerja Guru (Studi

    Kasus pada Guru MI se-Kecamatan Susukan).

    E. Sistimatika Penulisan

    Untuk memperoleh gambaran awal, maka penelitian ini akan disusun

    dalam lima bagian sebagai berikut:

    Bagian pertama dalam penelitian ini (Bab I) membahas tentang

    bagaimana latar belakang masalah ini muncul, kemudian dilanjutkan dengan

    pembahasan perumusan masalah penelitian. Dilanjutkan dengan tujuan

    penelitian dan manfaat penelitian Pada bagian ini juga dibahas tentang kajian

    pustaka atau penjelasan tentang penelitian sebelumnya sehingga dapat

    dijelaskan posisi penelitian ini dalam literature atau penelitian sebelumnya.

    Bagian kedua dalam penelitian ini (Bab II) membahas tentang

    penegasan istilah yang meliputi status kepegawaian, sertifikasi guru, kinerja.

    Diskripsi yang dimaksud di sini adalah penjelasan singkat mengenai

  • 14

    permasalahan disertai analisis permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan

    kerangka pemikiran. Pada bagian ini juga dibahas tentang hipotesis penelitian.

    Pada bagian ketiga (Bab III) membahas tentang metodologi yang

    digunakan dalam penelitian ini. Diawali dari subyek dan lokasi penelitian,

    kemudian dilanjutkan dengan jenis dan sumber data penelitian. Subyek

    penelitian berisi karakteristik subjek yang digunakan dalam penelitian ini.

    Pada bab ini juga disertakan populasi dan sampel. Pada bagian akhir tentang

    teknik pengumpulan data, serta tehnik analisa data. Teknik pengumpulan data

    merupakan teknik dan alat ukur yang digunakan dalam pengumpulan data dan

    setiap alat ukur yang digunakan.

    Bagian keempat dalam penelitian ini (Bab IV) membahas tentang

    analisa data yang meliputi diskripsi data responden. Teknik analisis data

    digunakan untuk menganalisis data penelitian. Dilanjutkan dengan hasil

    penelitian serta analisanya.

    Bagian kelima (Bab V) sebagai penutup dari penelitian ini, yang

    merupakan kesimpulan dan saran. Kesimpulan adalah jawaban atas

    permasalahan penelitian, bukan ringkasan. Kesimpulan berupa poin-poin yang

    berisi hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian dan hasil tambahan

    lainnya. Saran merupakan tindak lanjut dari kesimpulan. Saran untuk subjek

    atau pihak-pihak yang berkaitan dengan hasil penelitian, juga untuk penelitian

    selanjutnya.

  • 15

    Bagian akhir dalam pembuatan tesis ini terdiri dari beberapa unsur

    yaitu daftar pustaka, memiliki pengertian sumber bacaan ilmiah yang

    digunakan serta lampiran-lampiran.

  • 16

    BAB II

    PENEGASAN ISTILAH KERANGKA PEMIKIRAN

    DAN HIPOTESIS

    A. Penegasan Istilah

    1. Status Kepegawaian

    a. Pengertian

    Status adalah keadaan atau kedudukan (orang, badan, dsb)

    dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya. 1

    Pegawai adalah orang yg bekerja pada pemerintah

    (perusahaan); sekelompok orang yang bekerja sama membantu

    seorang direktur , ketua, mengelola sesuatu.

    Pegawai honorer adalah pegawai yang tidak (atau belum )

    diangkat sebagai pegawai tetap atau setiap bulannya menerima

    honorarium.

    Pegawai negeri adalah pegawai pemerintah yang berada di

    luar politik, bertugas melaksanakan administrasi pemerintahan

    berdasarkan perundang-undangan yang telah ditetapkan. Pegawai

    negeri sipil adalah pegawai negeri atau aparatur negara yang bukan

    militer. Kepegawaian adalah yang berhubungan dengan pegawai .2

    1 Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:PT INDAHJAYA Adipratama, 2011,750.

    2 Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta:PT INDAHJAYA Adipratama, 2011, 530.

  • 17

    Menurut penjelasan umum dalam Undang-Undang (UU)

    Nomor 8 Tahun 1974 disebut bahwa yang dimaksud dengan

    Kepegawaian adalah segala hal-hal mengenai kedudukan, kewajiban,

    hak, dan pembinaan pegawai negeri".

    Secara sederhana pengertian "Pegawai Negeri adalah

    seseorang yang bekerja pada instansi/lembaga pemerintah dat digaji

    dengan anggaran pemerintah". Dalam UU Nomor 43 Tahun 1999

    yang dimaksud dengan Pegawai Negeri adalah setiap warga negara

    Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,

    diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam

    suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji

    berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku".

    Pegawai Negeri terdiri atas : a. PNS; b. Anggota TNI; c. Anggota

    POLRI; Sedangkan PNS terdiri dari :PNS Pusat dan PNS Daerah.

    Dalam pengertian pegawai negeri terdapat unsur-unsur warga

    negara Republik Indonesia yang memenuhi syarat yang ditentukan,

    diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi tugas dalam suatu

    jabatan negeri, dan digaji menurut peraturan perundang-undangan

    yang berlaku.

    Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya

    masing-masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan

    dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial

  • 18

    sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat

    seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada semua sistem

    sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti

    anak, isteri, suami, ketua RW, Ketua RT, Camat, Lurah, Kepala

    Sekolah, Guru dan sebagainya.

    b. Status Kepegawaian Guru

    Guru adalah tenaga professional yang mempunyai dedikasi

    dan loyalitas tinggi dengan tugas utama menjadi agen pembelajaran

    yang memotivasi, menfasilitasi, mendidik, membimbing, dan melatih

    peserta didik sehingga mejadi manusia yang berkualitas yang

    mengaktualisasikan potensi kemanusiaannya secara optimum, pada

    jalur pendidikan formal jenjang pendidikan dasar dan menengah,

    termasuk pendidikan anak usia dini formal, guru atau tenaga

    kependidikan diangkat dan diberhentikan oleh penyelenggara satuan

    pendidikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

    dan/ atau perjanjian kerja.

    Profesi guru bukan sekedar wahana untuk menyalurkan hobi

    sebagai pekerjaan sambilan akan tetapi merupakan pekerjaan yang

    harus ditekuni untuk mewujudkan keahlian profesional secara

    maksimal. Sebagai tenaga profesional, guru memegang peranan dan

    tanggungjawab yang penting dalam pelaksnaan program pengajaran

    di sekolah. Guru bertanggungjawab penuh atas ketercapaian tujuan

    pengajaran di sekolah. Guru merupakan pembimbing siswa sehingga

  • 19

    keduanya dapat menjalin hubungan emosional yang bermakna

    selama proses penyerapan nilai-nilai dari lingkungan sekitar. 3

    Kondisi ini memudahkan mereka menyesuaikan diri dalam

    kehidupan di masyarakat.

    Guru sepenuhnya secara mandiri bertanggungjawab terhadap

    keselamatan anak-anak kita, guru bertanggungjawab terhadap

    keberhasilan anak-anak kita untuk mampu hidup di masyarakat, guru

    juga harus bertanggungjawab terhadap nilai transformatif

    kemanfaatan pendidikan yang diperoleh anak dari sekolah untuk

    menghadapi masa depan mereka, dan untuk mewujudkan

    transformasi kemanfaatan pendidikan itu sesuai harapan orang tua

    dan masyarakat.4

    Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara

    sistematis, dalam arti direncanakan secara matang, dilaksanakan

    secara taat asas, dan dievaluasi secara objektif, sebab lahirnya

    seorang profesional tidak bisa hanya melalui bentuk penataran dalam

    waktu enam hari, supervisi dalam sekali atau dua kali, dan studi

    banding selama dua hari atau tiga hari, misalnya. Di sinilah letak

    pentingnya manajemen guru yang efektif dan efisien di sekolah

    dasar.5

    3 Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam

    Direktorat Pembinaan Perguruan Agama Islam, Pedoman Pembinaan Guru Madarasah Ibtidaiyah

    (MI), Jakarta: Departemen Agama, 2000, 3. 4 Djohar, Guru, Pendidikan & Pembinaannya, Yogyakarta: Grafika Indah, 2006, 9.

    5 Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar, Jakarta: Bumi Aksara,

    2009, 7-8.

  • 20

    Status Kepegawaian pada Guru Kelas. Secara baku,

    sebenarnya sudah tertera di dalam PP No. 38 Tahun 1992, tentang

    Tenaga Kependidikan, Bab V, Pasal 10, ayat 1 dan 2, yang

    berhubungan dengan tenaga pendidik. Dalam PP tersebut, status

    kepegawaian dijelaskan sebagai berikut :

    1) Guru tetap adalah guru yang dipekerjakan secara permanen oleh

    Pemerintah daerah, BHP, atau Badan Hukum lainnya yang

    menyelenggarakan satuan pendidikan ;

    2) Guru tetap Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah guru tetap yang

    diangkat sebagai pegawai negeri sipil oleh Pemerintah dan / atau

    Pemerintah Daerah berdasarkan peraturan perundang undangan

    yang berlaku ;

    3) Guru tetap Non PNS adalah guru tetap yang diangkat oleh

    BHP, atau badan hukum lainnya yang menyelenggarakan

    satuan pendidikan, berdasarkan perjanjian kerja ;

    4) Guru tidak tetap adalah guru yang diangkat secara sementara

    oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, BHP, atau badan hukum

    lainnya yang menyelenggarakan satuan pendidikan, berdasarkan

    perjanjian kerja.

    c. Kewajiban dan Hak Guru

    Profesi guru bukan sekedar wahana untuk menyalurkan hobi sebagai

    pekerjaan sambilan akan tetapi merupakan pekerjaan yang harus

    ditekuni untuk mewujudkan keahlian profesional secara maksimal.

  • 21

    Sebagai tenaga yang profesional, guru memegang peranan dan

    tanggungjawab yang penting dalam pelaksanaan program pengajaran

    di sekolah. 6 Guru memiliki kewajiban dan hak sebagai berikut:

    1) Kewajiban dan Hak Guru sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil)

    Kewajiban dan Hak Guru diatur dalam undang-undang No 8

    Tahun 1974 sebagai berikut: 7

    a) Kewajiban PNS

    (1) Pasal 4: Wajib setia dan taat sepenuhnya kepada

    Pancasila,UUD 1945,Negara dan Pemerintah.

    (2) Pasal 5 : Wajib menaati semua peraturan perundang

    undangan yang berlaku penuh pengabdian,kesadaran

    dan tanggung jawab.

    (3) Pasal 6 : (a) Wajib menyimpan rahasia jabatan

    (b) Pegawai negeri hanya dapat

    mengemukakan rahasia jabatan kepada

    dan atas perintah yang berwajib atas

    kuasa undang-undang.

    b) Hak PNS

    (1) Pasal 7 : Berhak memperoleh gaji yang layak sesuai

    dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya.

    (2) Pasal 8 : Berhak atas cuti

    6 Departemen Agama RI, Pedoman Pembinaan Profesional Guru Madrasah Ibtidaiyah

    (MI), Jakarta: Direktorat Pembinaan Perguruan Agama Islam Ditjen Binbaga Islam Departemen

    Agama, 2000,3. 7 http://noviapiaviapiyuk.blogspot.com/2012/12/hak-dan-kewajiban-guru.html

  • 22

    (3) Pasal 9 :

    (a) Bagi mereka yang ditimpa oleh suatu kecelakaan

    dalam dan karena tugas kewajibannya berhak

    memperoleh perawatan.

    (b) Bagi mereka yang menderita cacat jasmani dalam

    dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang

    mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi, berhak

    memperoleh tunjangan

    (c) Bagi mereka yang tewas, keluarga berhak

    memperoleh uang duka.

    (4) Pasal 10 : Pegawai negeri yang gtelah memenuhi syarat

    yang ditentukan,berhak atas pensiun.

    2) Kewajiban dan Hak Guru sebagai Pendidik

    Dalam UU SISDIKNAS No.20 Tahun 2003,ada sebutan tenaga

    kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri

    dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan,

    sedangkan pendidik adalah tenaga kependidikan yang

    berkualifikasi sebagai guru dosen, konselor, pamong belajar,

    widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang

    sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam

    menyelenggarakan pendidikan.8 Jadi pendidik itu merupakan

    8 Tim Dosen Administrasi Pendidikan-UPI, Manajemen Pendidikan ,Bandung : Alfabeta,

    2011, 230.

  • 23

    tenaga kependidikan,tetapi tenaga kependidikan belum tentu

    pendidik.

    a) Kewajiban pendidik menurut UU SISDIKNAS pasal 40

    ayat 2:

    (1) Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

    menyenangkan dinamis, kreatif, dan dialogis.

    (2) Mempunyai komitmen secara professional untuk

    meningkatkan mutu pendidikan.

    (3) Memberi teladan dan menjaga nama lembaga, profesi,

    dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang

    diberikan kepadanya.

    b) Hak pendidik menurut UU SISDIKNAS No. 20 Tahun

    2003 ayat 1:

    (1) Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan

    sosial yang pantas dan memadai.

    (2) Memperoleh penghargaan sesuai dengan tugas dan

    prestasi kerja.

    (3) Memperoleh pembinaan karier sesuai dengan tuntutan

    pengembangan kualitas.

    (4) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan

    tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual

  • 24

    (5) Memperoleh kesempatan untuk menggunakan sarana,

    prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang

    kelancaran pelaksanaan tugas.9

    3) Kewajiban dan Hak Guru Menurut UU No.14 Tahun 2005

    a) Kewajiban Guru

    Pasal 20 undang-undang ini mengatakan bahwa dalam

    melaksanakan tugas keprofesionalan guru berkewajiban:

    (1) Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses

    pembelajaran yang bermutu serta menilai dan

    mengevaluasi hasil pembelajaran.

    (2) Mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi

    akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan

    dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

    dan seni

    (3) Bertindak obyektif dan tidak diskriminaif atas dasar

    pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan

    kondisi fisik tertentu,atau latar belakang keluarga,dan

    status sosial ekonomi peserta didik dalam

    pembelajaran.

    (4) Menjunjung tinggi peratuaran perundang-undangan,

    hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan

    etika.

    9 Tim Dosen Administrasi Pendidikan-UPI, Manajemen Pendidikan ,Bandung : Alfabeta,

    2011,233.

  • 25

    (5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan

    bangsa.10

    b) Hak Guru

    Pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa dalam melaksanakan

    tugas keprofesionalan,guru berhak:

    (1) Memperoleh penghasilan diatas kebutuhan hidup

    minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.

    (2) Mendapat promosi dan penghargaan sesuai dengan

    tugas dan prestasi kerja.

    (3) Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas

    dan hak atas kekayaan intelektual.

    (4) Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan

    kompetensi.

    (5) Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana

    pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas

    keprofesionalan.

    (6) Memberikan kebebasan dalam memberikan penilaian

    dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan atau

    sangsi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah

    pendidikan,kode etik guru,dan peraturan perundang-

    undangan.

    10

    Anonim, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta : Ciputat Press, 2006,17.

  • 26

    (7) Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan

    dalam melaksanakan tugas.

    (8) Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi

    profesi.

    (9) Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan

    kebijakan pendidikan.

    (10) Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

    meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi.

    (11) Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi

    dalam bidangnya.11

    c) Hak Guru di Daerah Khusus

    Pasal 29 ayat 1 menyatakan bahwa guru yang bertugas di

    daerah khusus memperoleh hak:

    (1) Kenaikan pangkat rutin secara otomatis.

    (2) Kenaikan pangkat istimewa satu kali.

    (3) Perlindungan dalam melaksanakan tugas.

    (4) Pindah tugas setelah bertugas 2 tahun dan tersedia guru

    pengganti (pasal 29 ayat 3).

    4) Kewajiban dan Hak Guru Menurut UU No.2 tahun 1989

    a) Kewajiban Guru menurut pasal 31:

    (1) Membina loyalitas pribadi dan perta didik terhadap

    ideologi negara Pancasila dan UUD 1945

    11

    Anonim, Undang-undang Ripublik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang guru dan Dosen, Jakarta : Ciputat Press, 2006,12-13.

  • 27

    (2) Menjunjung tinggi kebudayaan bangsa

    (3) Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan

    pengabdian

    (4) Meningkatkan kemampuan profesional sesuai dengan

    tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

    serta pembangunan bangsa

    (5) Menjaga nama baik sesuai dengan kepercayaan yang

    diberikan masyarakat, bangsa, dan negara

    b) Hak Guru menurut pasal 30:

    (1) Memperoleh penghasilan dan jaminan kesejahteraan

    sosial

    (a) Tenaga kependidikan yang memiliki kedudukan

    sebagai pegawai negeri memperoleh gaji dan

    tunjangan sesuai dengan peraturan umum yang

    berlaku bagi pegawai negeri.

    (b) Pemerintah dapat memberi tunjangan tambahan bagi

    tenaga kependidikan ataupun golongan tenaga

    kependidikan tertentu.

    (c) Tenagan kependidikan yang bekerja pada satuan

    pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat

    memperoleh gaji dan tunjangan dari badan /

    perorangan yang bertanggung jawab atas satuan

    pendidikan yang bersangkutan.

  • 28

    (2) Memperoleh pembinaan karir berdasarkan prestasi kerja.

    (3) Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan

    tugasnya.

    (4) Memperoleh penghargaan sesuai dengan darma baktinya.

    (5) Menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan

    yang lain dalam melaksanakan tugasnya.

    d. Kompetensi Guru

    Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutelak

    dimiliki oleh seseorang dalam setiap bidang profesi yang

    ditekuninya. Hal ini juga tidak dapat dipisahkan dalam profesi

    keguruan, di mana dengan kompetensi yang profesional guru dapat

    menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Oleh karena

    itu, kompetensi merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan

    dari kegiatan pendidikan dan pengajaran di suatu satuan pendidikan.

    Kompetensi sebagai konsep dapat diartikan secara etimologis

    dan terminologis. Dalam pengertian etimologis kompetensi dapat

    dikemukakan bahwa : Kompetensi berasal dari bahasa Inggris,

    yakni competency yang berarti kecakapan atau kemampuan. Oleh

    karena itu dapat pula dikatakan bahwa kompetensi adalah

    kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan)

    sesuatu12 Sedangkan secara definitif, kompetensi dapat dijelaskan

    sebagaimana yang dinyatakan oleh seorang ahli bahwa :

    12

    Djamarah, Saiful Bakri, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya : Usaha

    Nasional, 1994, 33.

  • 29

    Kompetensi adalah suatu tugas yang memadai atau pemilikan

    pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut oleh

    jabatan seseorang 13 Sedangkan dalam karya yang berbeda

    disebutkan bahwa Kompetensi merupakan pengetahuan,

    keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan atau

    diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak 14 Atau dengan

    kata lain, bahwa kompetensi itu menunjukkan kepada tindakan

    (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara

    memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan 15

    Apabila pengertian ini dihubungkan dengan proses pendidikan, maka

    guru sebagai pemegang jabatan pendidik dituntut untuk memiliki

    kemampuan dalam menjalankan tugas dan tagung jawabnya. Untuk

    itu, seorang guru perlu menguasai bahan pelajaran dan menguasai

    cara-cara mengajar serta memiliki kepribadian yang kokoh sebagai

    dasar kompetensi. Jika guru tidak memiliki kepribadian, tidak

    menguasai bahan pelajaran serta tidak pula mengetahui cara-cara

    mengajar, maka guru akan mengalami kegagalan dalam menunaikan

    tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu, kompetensi mutelak

    dimiliki guru sebagai kemampuan, kecakapan atau keterampilan

    dalam mengelola kegiatan pendidikan. Dengan demikian,

    kompetensi guru berarti pemilikan pengetahuan keguruan dan

    13

    Roestiyah N.K., Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta : Bina Aksara, 1986, 4. 14

    Depdiknas, Manajemen Berbasis Sekolah, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta:Depdiknas, 2003, 9.

    15 Saud, Udin Saefudin, Pengembangan Profesi Guru, Bandung : CV. Alfabeta, 2009, 44.

  • 30

    pemilikan keterampilan serta kemampuan sebagai guru dalam

    melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pendidik. Hal

    ini sejalan dengan yang dikemukakan dalam Peraturan Pemerintah

    (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, bahwa Kompetensi

    merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

    yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh

    Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

    Kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru berdasarkan

    PP Nomor 74 Tahun 2008 tersebut, adalah Kompetensi Guru

    sebagaimana meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

    kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang

    diperoleh melalui pendidikan profesi.

    Keempat bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri-

    sendiri, melainkan saling berhubungan dan saling mempengaruhi

    satu sama lain dan mempunyai hubungan hirarkhis, artinya saling

    mendasari satu sama lainnya kompetensi yang satu mendasari

    kompetensi yang lainnya16

    Sedangkan aspek-aspek yang menjadi

    bagian dari keempat kompetensi tersebut, yang sekaligus menjadi

    indikator yang harus dicapai oleh setiap guru, sebagaimana tertuang

    dalam PP Nomor 74 Tahun 2008 itu, adalah berikut ini.

    Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan Guru dalam

    pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya

    meliputi: a. pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; b.

    pemahaman terhadap peserta didik; c. pengembangan kurikulum atau

    16

    Saud, Udin Saefudin, Pengembangan Profesi Guru, Bandung : CV. Alfabeta, 2009, 49

  • 31

    silabus; d. perancangan pembelajaran; e. pelaksanaan pembelajaran

    yang mendidik dan dialogis; f. pemanfaatan teknologi pembelajaran;

    g. evaluasi hasil belajar; dan h. pengembangan peserta didik untuk

    mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

    Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup

    kepribadian yang: a. beriman dan bertakwa; b. berakhlak mulia; c.

    arif dan bijaksana; d. demokratis; e. mantap; f. berwibawa; g. stabil;

    h. dewasa; i. jujur; j. sportif; k. Menjadi teladan bagi peserta didik

    dan masyarakat; l. secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan

    m. mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

    Kompetensi sosial merupakan kemampuan Guru sebagai

    bagian dari Masyarakat yang sekurang-kurangnya meliputi

    kompetensi untuk: a. berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat

    secara santun; b. menggunakan teknologi komunikasi dan informasi

    secara fungsional; c. bergaul secara efektif dengan peserta didik,

    sesama pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan pendidikan,

    orang tua atau wali peserta didik; d. bergaul secara santun dengan

    masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai

    yang berlaku; dan e. menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan

    semangat kebersamaan.

    Kompetensi profesional merupakan kemampuan Guru dalam

    menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi,

    dan/atau seni dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya

    meliputi penguasaan : a. materi pelajaran secara luas dan mendalam

    sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran,

    dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu; dan b. konsep

    dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan,

    yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program

    satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata

    pelajaran yang akan diampu.17

    Demikianlah beberapa aspek yang harus dikuasai guru

    sebagai kompetensinya dalam menjalankan tugas dan tanggung

    jawabnya di satuan pendidikan, terutama dalam hubungannya

    dengan proses pembelajaran. Berdasarkan hal itu, juga dapat

    diketahui bahwa tidak semua aspek kemampuan dapat diperoleh

    ketika menuntut pendidikan formal di lembaga profesi keguruan,

    17

    Wijaya, Cece, dan Ruslan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 7-9.

  • 32

    bahkan beberapa di antaranya tidak pernah diajarkan di lembaga

    pendidikan formal tersebut. Ada kalanya kompetensi yang telah

    diperoleh itu, tidak sesuai lagi dengan perkembangan atau kebutuhan

    yang ada setelah menjadi guru. Di samping itu, sering kali beberapa

    aspek kemampuan diperoleh melalui usaha sendiri atau pengalaman

    ketika telah menjadi guru, dan acap kali beberapa aspek kompetensi

    baru bisa dipahami dan dapat dilaksanakan setelah melalui kegiatan

    pendidikan dan pelatihan berkelanjutan atau kegiatan pengembangan

    lainnya. Oleh karena itu, upaya pengembangan diri guru secara

    berkesinambungan menjadi amat penting dan menjadi kebutuhan

    untuk menuju ke arah pelaksanaan tugas dan tanggung jawab

    keguruan secara profesional.

    2. Sertifikasi Guru

    a. Tujuan dan Hakekat Sertifikasi Guru

    Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik

    kepada guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah

    memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan

    syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan

    yang berkualitas.18

    Sedangkan Sertifikat pendidik adalah sebuah

    sertifikat yang ditandatangani oleh perguruan tinggi penyelenggara

    18

    http://sertifikasiguru3.blogspot.com/2011/12/definisi-sertifikasi-guru-di-indonesia.html (diunduh pada hari Senen tanggal 10 Maret 2014 pukul 20.02).

  • 33

    sertifikasi sebagai bukti formal pengakuan profesionalitas guru yang

    diberikan kepada guru sebagai tenaga profesional.19

    Sertifikasi guru adalah bukti formal sebagai pengakuan yang

    diberikan kepada guru atau dosen sebagai tenaga profesional.20

    Sertifikasi merupakan salah satu program yang menjadi rujukan dari

    BSNP dalam poin ke empat standar tenaga pendidik dan tenaga

    kependidikan. Didalam poin tersebut dijelaskan bahwa standar

    nasional tentang kriteria pendidikan dan prajabatan dan kelayakan

    fisik maupun mental serta pendidikan dari jabatan guru serta tenaga

    kependidikan lainnya. Pendidik dan tenaga kependidikan juga

    berhak untuk mendapatkan promosi dan sertifikasi. Bagi tenaga

    pendidik dan kependidikan bisa mendapatkan promosi dan

    penghargaan berdasarkan latar belakang pendidikan, pengalaman,

    kemampuan dan prestasi kerja dalam bidang pendidikan. Selain itu

    juga berhak atas sertifikasi pendidik yang diselenggarakan oleh

    perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga

    kependidikan yang terakreditasi.21

    Didalam proses sertifikasi guru terdapat beberapa versi

    pendapat ahli yang pro dan kontra. Prof. Dr. Winarno Surakhmad,

    salah satu pakar pendidikan di Indonesia yang kontra dengan adanya

    19

    http://sertifikasiguru3.blogspot.com/2011/12/definisi-sertifikasi-guru-di-indonesia.html (diunduh pada hari Senin tanggal 10 Maret 2014 pukul 20.04)

    20 Departemen Agama RI , Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Thaun

    2005Tentang Guru dan Dosen, 2005, 3. 21

    http://e-majalah.com/mod.php?mod=publisher&op=printarticle&artid=19 (diunduh pada hari Minggu tanggal 9 Maret 2014 pukul 16.43.

  • 34

    Badan Standar Nasional Pendidikan. Beliau menggungkapkan

    bahwa standarisasi pendidikan di Indonesia dipenuhi dengan

    berbagai masalah yang timbul akibat kebijakan yang dibuat tidak

    tepat sasaran.

    Pada hakikatnya sertifikasi memiliki tujuan yang baik dalam

    peningkatan kualitas pendidikan melalui kesejahteraan tenaga

    pendidik. Sertifikasi sendiri sebenarnya adalah proses pemberian

    sertifikat pendidik untuk guru.

    Sertifikasi ini diberikan kepada para guru untuk memenuhi

    standar professional guru.Sertifikasi bagi guru prajabatan dilakukan

    melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan

    ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi. Sertifikasi

    guru dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri

    Pendidkan Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam

    bentuk portofolio.

    b. Dasar Hukum Pelaksanaan Sertifikasi Guru

    Dasar hukum yang digunakan sebagai acuan pelaksanaan

    Sertifikasi Guru Dalam Jabatan adalah sebagai berikut.

    (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

    Pendidikan Nasional.

    (2) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

    Dosen.

  • 35

    (3) Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar

    Nasional Pendidikan.

    (4) Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru

    Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru 2010

    (5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007

    tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.

    (6) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 10 Tahun 2009

    tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan.

    (7) Keputusan Mendiknas Nomor 022/P/2009 tentang Penetapan

    Perguruan Tinggi Penyelenggara Sertifikasi Guru Dalam

    Jabatan.

    c. Persyaratan Sertifikasi

    Untuk lolos sertifiaksi sesuai dengan UU nomor 20 tahun

    2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidik harus memiliki

    kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran ,

    sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk

    mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifiasi akadenik

    adalah pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang

    pendidika yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat

    keahlian yang relevan sesuai dengan ketentuan perundang-

    undangan yang berlaku. Setiap guru dan dosen harus memenuhi

    standar sebagai seorang pendidik yaitu standar nasional pendidikan

  • 36

    yang berkaitan dengan persyaratan minimal yang harus dipenuhi

    oleh setiap pendidik.

    Berikut, persyaratan sertifikasi (uji sertifikasi bagi seorang

    pendidik yang telah mempunyai jabatan):

    (1). Pendidik untuk anak usia dini, kualifikasi akademik

    pendidikan minimal D-IV atau S1, latar belakang pendidikan

    di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain

    /psikologi dan sertifikat profesi guru untuk PAUD

    (2). Pendidik untuk SD/MI, kualifikasi akademik pendidikan

    minimal D-IV atau S1, latar belakang pendidikan di bidang

    sd/mi, kependidikan lain/psikologi dan sertifikat profesi guru

    untuk SD/MI

    (3). Pendidik untuk SMP/MTs atau yang sederajat, kualifikasi

    akademik pendidikan menimal D-IV atau S1, latar belakang

    pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan

    dan sertifikat guru untuk SMP/MTs

    (4). PendidIk unTuk SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat,

    kualifikasi akademik pendidikan menimal D-IV atau S1, latar

    belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang

    diajarkan dan sertifikat guru untuk SMA/MA

    (5). Pendidik untuk SDLB/SMPLB/SMALB , atau bentuk lain

    yang sederajat, kualifikasi akademik pendidikan menimal D-

    IV atau S1, latar belakang pendidikan tinggi atau sarjana yang

  • 37

    sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dan sertifikat

    guru untuk SDLB/SMPLB/SMALB

    (6). Pendidik untuk SMK/MAK , atau bentuk lain yang sederajat,

    kualifikasi akademik pendidikan menimal D-IV atau S1, latar

    belakang pendidikan tinggi atau sarjana yang sesuai dengan

    mata pelajaran yang diajarkan dan sertifikat guru untuk

    SMK/MAK

    d. Kendala Sertifikasi Guru

    Salah satu persyaratan sertifikasi guru yang menyulitkan guru

    adalah sertifikasi kompetensi, karena di sini guru akan diuji

    kompetensi dan kelayakannya sebagai pekerja profesional. Selain itu,

    guru yang akan disertifikasi jumlahnya cukup banyak, maka setiap

    guru harus menunggu giliran diuji sertifikasi alias antri. Lebih dari itu,

    tidak menutup kemungkinan banyak guru yang tidak lulus uji

    kompetensi dan harus mengulang serta menunggu giliran berikutnya.

    Di sini, sertifikasi akan diselesaikan dalam kurun waktu 10 tahun.

    Kesulitan itu terjadi juga pada uji sertifikasi bagi guru yang

    telah lama mengajar karena biasanya timbul rasa malas untuk harus

    kuliah lagi. Maka dari itu, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)

    minta kepada pemerintah bahwa guru yang berpengalaman mengajar

    lebih dari 15 tahun diperbolehkan untuk tidak mengikuti uji sertifikasi.

    Namun hal ini masih belum ditanggapi oleh pemerintah.

  • 38

    Sertifikasi guru yang akan dilakukan Departemen Pendidikan

    Nasional dari akhir tahun 2006 sampai 10 tahun ke depan, dianggap

    rawan dengan penyelewengan. Selama ini di dunia pendidikan sangat

    kental dengan permainan uang dalam sertiap kegiatan yang

    dikeluarkan pemerintah. Apalagi proses sertifikasi ini dilakukan oleah

    Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ditunjuk

    pemerintah sehingga dimungkinkan tetap ada peluang jual beli

    sertifikat.

    Sertifikat sangat sulit dilakukan di daerah. Selain lokasinya

    sangat terpencil, kualitas mereka juga tidak akan bisa disamakan

    dengan guru yang ada di kota. Walaupun dari segi pedagogi, guru di

    daerah mempunyai kelebihan kedekatan dengan para murid dan

    budaya setempat.

    Sertifikasi hanya memberi kuota sepertiga dari jumlah guru

    yang ada. Dapat dianalisa bahwa ketika guru yang lolos sertifikasi

    dengan insentif yang jauh lebih besar maka membuat guru lain merasa

    iri. Oleh karena itu, pemerintah harus ikut memikirkan segala dampak

    serta kemungkinan yang bakal terjadi bila kuota sertifikasi sangat

    sedikit hingga seleksipun begitu ketat.22

    22

    http://marsability.blogspot.com/2011/11/sertifikasi-profesi-guru-antara-harapan.html

    (Diunduh pada hari Kamis tgl 9 bln Jn th 2014 jam 11.45)

  • 39

    3. Kinerja

    a. Pengertian

    Menurut pendapat Wirawan23

    Kinerja adalah keluaran yang

    dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu

    pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.

    Menurut Mangkunegara24

    Kinerja (prestasi kerja) adalah

    hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang

    pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan

    tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

    Menurut Suharsaputra25

    Kinerja mempunyai pengertian

    akan adanya suatu tindakan atau kegiatan yang ditampilkan oleh

    seseorang dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Kinerja seseorang

    akan tampak pada situasi dan kondisikerja sehari-hari. Aktivitas-

    aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan

    pekerjaannya menggambarkan bagaimana ia berusaha mencapai

    tujuan yang telah ditetapkan.

    Menurut Wibowo26

    Pengertian performance sering diartikan

    sebagai kinerja, hasil kerja atau prestasi kerja.

    Menurut Nawawi27

    Mengemukakan kinerja merupakan

    gabungan dari tiga faktor yang terdiri dari:

    23

    Wirawan, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia Teori Aplikasi dan Penelitian,

    Jakarta: Salemba Empat, 2009, 5. 24

    A.A.Anwar Prabu Mangku Negara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan,

    Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, 67. 25

    Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, Bandung: Refika Aditama, 2010, 145. 26

    Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010, 2.

  • 40

    a. Pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan pekerjaan

    yang menjadi tanggungjawab dalam bekerja. Faktor ini

    mencakup jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang

    pernah didikuti di bidangnya.

    b. Pengalaman, yang tidak sekedar berarti jumlah waktu atau

    lamanya dalam bekerja, tetapi berkenaan juga dengan substansi

    yang dikerjakan yang jika dilaksanakan dalam waktu yang

    cukup lama akan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan

    sesuatu bidang tertentu.

    c. Kepribadian, berupa kondisi di dalam diri seseorang dalam

    menghadapi bidang kerjanya. Seperti minat, bakat, kemampuan

    kerja sama/keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi kerja,

    dan sikap terhadap pekerjaan.

    Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya

    menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi bagaimana proses kerja, tetapi

    bagaimana proses kerja berlangsung atau cara bekerja. Di dalamnya

    terdapat tiga unsur penting yang terdiri dari: 1) unsur kemampuan, 2)

    unsur usaha dan 3) unsur kesempatan, yang bermuara pada hasil

    kerja yang dicapai. Dengan demikian berarti seseorang yang

    memiliki kemampuan yang tinggi dibidang kerjanya hanya akan

    sukses apabila memiliki kesediaan melakukan usaha yang terarah

    pada tujuan organisasi atau perusahaan . Selanjutnya kemampuan

    27

    Hadari Nawawi, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan

    Industri, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 64-65.

  • 41

    dan usaha tidak akan cukup apabila tidak ada kesempatan untuk

    sukses, baik yang diciptakan sendiri maupun yang diperoleh dari

    pihak lain, khususnya dari pihak atasan atau pimpinan.

    Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kinerja

    merupakan kemampuan kerja atau prestasi kerja yang diperlihatkan

    oleh seseorang guru untuk memperoleh hasil kerja yang optimal

    sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya.

    Guru sebagai tenaga pendidik merupakan pemimpin

    pendidikan, sangat menentukan dalam proses pembelajaran, dan

    peran kepemimpinan tersebut akan tercermin dari bagaimana guru

    melaksanakan peran tugasnya. Hal ini berarti bahwa kinerja guru

    merupakan faaktor yang amat menentukan bagi mutu pembelajaran

    yang akan berimplikasi pada kualitas output pendidikan setelah

    menyelesaikan sekolah.

    Kinerja guru adalah prilaku atau respon yang memberikan

    hasil yang mengacu kepada apa yang mereka kerjakan ketika

    menghadapi suatu tugas yang dibebankan kepadanya. Kinerja guru

    menyangkut semua kegiatan atau tingkah laku yang dialami guru

    pada dasarnya lebih berfokus pada prilaku guru dalam pekerjaannya,

    demikian pula perihal efektifitas guru adalah sejauh mana kinerja

    tersebut dapat memberikan pengaruh kepada siswa. Karena secara

    spesiifik tujuan kinerja juga mengharuskan para guru membuat

  • 42

    keputusan di mana tujuan mengajar dinyatakan dengan jelas dalam

    bentuk tingkah laku yang kemudian ditransfer kepada siswa.

    Dalam Panduan Penilaian Kinerja Sekolah Dasar yang

    diterbitkan Departemen Pendidikan Nasional (2004) disebutkan

    bahwa penilaian kinerja guru Sekolah Dasar menyangkut unsur :

    (1) Pengembangan pribadi, dengan indikator : aplikasi pengajaran,

    kegiatan ekstra kurikuler, kualitas pribadi guru ;

    (2) Pembelajaran, dengan indikator: perencanaan, pelaksanaan, dan

    evaluasi

    (3) Sumber belajar, dengan indikator : ketersediaan bahan ajar,

    pemanfaatan sumber belajar ;

    (4) Evaluasi belajar, dengan indikator : penyiapan soal/tes, hasil

    tes, program tindak lanjut.

    Penilaian terhadap kinerja guru difokuskan kepada usaha

    terhadap kinerja guru. Oleh karena itu setiap guru hendaknya

    mempunyai uraian kerja yang jelas. Beberapa indikator penilaian

    guru yang perlu diperhatikan dalam penilaian kinerja guru dapat

    diuraikan sebagai berikut :

    (1) Kepribadian guru secara umum ;

    (2) Pemahaman guru terhadap visi, misi, dan tujuan sekolah ;

    (3) Kualitas kerja guru ;

    (4) Kemampuan mengelola proses pembelajaran ;

    (5) Pengembangan profesi guru.

  • 43

    Penilaian prestasi kerja atau kinerja memberikan kesempatan

    kepada pimpinan dan orang yang dinilai untuk secara bersama

    membahas perilaku kerja dari yang dinilai. Pada umunya setiap

    orang menginginkan dan mengharapkan umpan balik mengenai

    prestasi kerjanya. Penilaian memungkinkan bagi penilai dan yang

    dinilai untuk secara bersama menemukan dan membahas

    kekurangan-kekurangan yang terjadi dan mengambil langkah

    perbaikannya.

    b. Indikator Kinerja Guru

    Untuk mengetahui apakah kinerja seorang guru sudah cukup

    optimal atau belum dapat dilihat dari berbagai indikator. Menurut

    Simamora 28

    indikator-indikator kinerja meliputi: 1) keputusan

    terhadap segala aturan yang ditetapkan organisasi; 2) dapat

    melaksanakan pekerjaan atau tugasnya tanpa kesalahan (atau dengan

    tingkat kesalahan yang paling rendah); dan 3) ketepatan dalam

    menjalankan tugas. Ukuran kinerja secara umum yang kemudian

    diterjemahkan ke dalam penilaian perilaku secara mendasar

    meliputi: 1) mutu kerja; 2) kuantitas kerja; 3) pengetahuan tentang

    pekerjaan; 4) pendapat atau pernyataan yang disampaikan; 5)

    keputusan yang diambil; 6) perencanaan kerja; dan 7) daerah

    organisasi kerja. Sedang kinerja untuk tenaga guru umumnya dapat

    diukur melalui: 1) kemampuan membuat perencanaan; 2)

    28

    Simamora, Henry, Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN, 2000, 423.

  • 44

    kemampuan melaksanakan rencana pembelajaran; 3) kemampuan

    melaksanakan evaluasi; dan 4) kemampuan menindaklanjuti hasil

    evaluasi.

    Beberapa indikator kinerja untuk dapat dilihat peran guru

    dalam meningkatkan kemampuan dalam proses belajar-mengajar.

    Indikator kinerja tersebut adalah: 1) Kemampuan merencanakan

    belajar mengajar, yang meliputi: a) menguasai garis-garis besar

    penyelenggaraan pendidikan, b) menyesuaikan analisa materi

    pelajaran, c) menyusun program semester, d) menyusun program

    atau pembelajaran; 2) Kemampuan melaksanakan kegiatan belajar

    mengajar, yang meliputi: a) tahap pra instruksional, b) tahap

    instruksional, c) tahap evaluasi dan tidak lanjut; dan 3) Kemampuan

    mengevaluasi, yang meliputi: a) evaluasi normatif, b) evaluasi

    formatif, c) laporan hasil evaluasi, dan d) pelaksanaan program

    perbaikan dan pengayaan. 29

    Nana Sudjana mengemukakan seperangkat kemampuan yang

    harus dimiliki oleh seorang guru profesional, yaitu: 1) menguasai

    bahan, 2) mengelola program belajar mengajar, 3) mengelola kelas,

    4) mengunakan media atau sumber belajar, 5) menguasai landasan

    pendidikan, 6) mengelola interaksi belajar-mengajar, 7) menilai

    prestasi belajar-mengajar, 8) mengenal fungsi bimbingan dan

    29

    Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006: 10-19.

  • 45

    penyuluhan, 9) mengenal dan meyelenggarakan admistrasi sekolah,

    dan 10) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan

    pengajaran. 30

    Kinerja merefleksikan kesuksesan suatu organisasi, maka

    dipandang penting untuk mengukur karakteristik tenaga kerjanya.

    Kinerja guru merupakan kulminasi dari tiga elemen yang saling

    berkaitan yakni keterampilan, upaya sifat keadaan dan kondisi

    eksternal.31

    Tingkat keterampilan merupakan bahan mentah yang

    dibawa seseorang ke tempat kerja seperti pengalaman, kemampuan,

    kecakapan-kecakapan antar pribadi serta kecakapan tehknik. Upaya

    tersebut diungkap sebagai motivasi yang diperlihatkan karyawan

    untuk menyelesaikan tugas pekerjaannya. Sedangkan kondisi

    eksternal adalah tingkat sejauh mana kondisi eksternal mendukung

    produktivitas kerja.

    Guru sebagai kuli pendidikan yang profesional di kelas

    pembelajaran siswa menuju kepribadian yang utuh, mensyaratkan

    sepuluk kompetensi dasar yang harus melekat padanya. Sepuluh

    kompetensi ini, adalah sebagai berikut: 32

    (1). Menguasai bahan yang

    akan diajarkan; (2). Mengelola program belajar mengajar; (3).

    Mengelola kelas; (4). Menggunakan media/sumber belajar; (5).

    30

    Sudjana, Nana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Penerbit Rosda, 2004, 50.

    31 Sulistyorini, Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim

    Organisasi dengan Kinerja Guru,Bandung: Ilmu Pendidikan: 2001, 62-70. 32

    H. Syafrudin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi

    Kurikulum, Ciputat: Ciputat Press, 2002, 79-80.

  • 46

    Menguasai landasan-landasan kependidikan; (6). Mengelola

    interaksi belajar mengajar; (7). Menilai prestasi siswa; (8). Mengenal

    fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan; (9). Mengenal dan

    menyelenggarakan administrasi sekolah; (10). Memahami prinsip-

    prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian.

    Kinerja dapat dilihat dari beberapa kriteria, menurut

    Castetter33

    mengemukakan ada empat kriteria kinerja yaitu: (1)

    Karakteristik individu, (2) Proses, (3) Hasil dan (4) Kombinasi

    antara karakter individu, proses dan hasil.

    Kinerja seseorang dapat ditingkatkan bila ada kesesuaian

    antara pekerjaan dengan keahliannya, begitu pula halnya dengan

    penempatan guru pada bidang tugasnya. Menempatkan guru sesuai

    dengan keahliannya secara mutlak harus dilakukan. Bila guru

    diberikan tugas tidak sesuai dengan keahliannya akan berakibat

    menurunnya cara kerja dan hasil pekerjaan mereka, juga akan

    menimbulkan rasa tidak puas pada diri mereka. Rasa kecewa akan

    menghambat perkembangan moral kerja guru. Moral kerja yang

    positif adalah mampu mencintai tugas sebagai suatu yang memiliki

    nilai keindahan di dalamnya. Jadi kinerja dapat ditingkatkan dengan

    cara memberikan pekerjaan seseorang sesuai dengan bidang

    kemampuannya.

    33

    Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan Implementasi) Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2003, 23.

  • 47

    Kinerja dipengaruhi juga oleh kepuasan kerja yaitu perasaan

    individu terhadap pekerjaan yang memberikan kepuasan

    bathin kepada seseorang sehingga pekerjaan itu disenangi dan

    digeluti dengan baik. Untuk mengetahui keberhasilan kinerja perlu

    dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman pada

    parameter dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara efektif

    dan efisien seperti produktivitasnya, efektivitas menggunakan waktu,

    dana yang dipakai serta bahan yang tidak terpakai. Sedangkan

    evaluasi kerja melalui perilaku dilakukan dengan cara

    membandingkan dan mengukur perilaku seseorang dengan teman

    sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan

    perintah atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan tugas

    dan pekerjaan dengan orang lain.

    Menilai kualitas kinerja dapat ditinjau dari beberapa indikator

    yang meliputi: (1) Unjuk kerja, (2) Penguasaan Materi, (3)

    Penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, (4) Penguasaan

    cara-cara penyesuaian diri, (5) Kepribadian untuk melaksanakan

    tugasnya dengan baik .34

    Dari uraian diatas dapat disimpulkan indikator kinerja

    guru antara lain :

    a. Kemampuan membuat perencanaan dan persiapan mengajar.

    b. Penguasaan materi yang akan diajarkan kepada siswa

    34

    Sulistyarini, Hubungan antara Keterampilan Manajerial Kepala Sekolah dan Iklim

    Organisasi dengan Kinerja Guru, Bandung: Ilmu Pendidikan: 2001, 80.

  • 48

    c. Penguasaan metode dan strategi mengajar

    d. Pemberian tugas-tugas kepada siswa

    e. Kemampuan mengelola kelas

    f. Kemampuan melakukan penilaian dan evaluasi.

    c. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

    Guru merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan dan

    dianggap sebagai orang yang berperanan penting dalam pencapaian

    tujuan pendidikan yang merupakan percerminan mutu pendidikan.

    Keberadaan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak

    lepas dari pengaruh faktor internal maupun faktor eksternal

    yang membawa dampak pada perubahan kinerja guru. Beberapa

    faktor yang mempengaruhi kinerja guru yang dapat diungkap

    tersebut antara lain :35

    1. Kepribadian dan dedikasi

    Setiap guru memiliki pribadi masing-masing sesuai ciri-

    ciri pribadi yang mereka miliki. Ciri-ciri inilah yang

    membedakan seorang guru dari guru lainnya. Kepribadian

    sebenarnya adalah suatu masalah abstrak, yang hanya dapat

    dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara berpakaian dan

    dalam menghadapi setiap persoalan. Kepribadian adalah

    keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur psikis dan fisik,

    artinya seluruh sikap dan perbuatan seseorang merupakan suatu

    35

    http://uray-iskandar.blogspot.com/2011/05/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-

    kinerja.htm

  • 49

    gambaran dari kepribadian orang itu, dengan kata lain baik

    tidaknya citra seseorang ditentukan oleh kepribadiannya.

    Kepribadian inilah yang akan menentukan apakah ia menjadi

    pendidik dan pembina yang baik bagi anak didiknya ataukah

    akan menjadi perusak atau penghancur bagi hari depan anak

    didik, terutama bagi anak didik yang masih kecil dan mereka

    yang sedang mengalami kegoncangan jiwa. Kepribadian adalah

    suatu cerminan dari citra seorang guru dan akan mempengaruhi

    interaksi antara guru dan anak didik. Oleh karena itu

    kepribadian merupakan faktor yang menentukan tinggi

    rendahnya martabat guru.

    Kepribadian guru akan tercermin dalam sikap dan

    perbuatannya dalam membina dan membimbing anak

    didik. Semakin baik kepribadian guru, semakin baik dedikasinya

    dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru,

    ini berarti tercermin suatu dedikasi yang tinggi dari guru dalam

    melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendidik.

    Kepribadian dan dedikasi yang tinggi dapat

    meningkatkan kesadaran akan pekerjaan dan mampu

    menunjukkan kinerja yang memuaskan seseorang atau

    kelompok dalam suatu organisasi. Guru yang memiliki

    kepribadian yang baik dapat membangkitkan kemauan untuk

    giat memajukan profesinya dan meningkatkan dedikasi dalam

  • 50

    melakukan pekerjaan mendidik sehingga dapat dikatakan guru

    tersebut memiliki akuntabilitas yang baik dengan kata lain

    prilaku akuntabilitas meminta agar pekerjaan itu berakhir

    dengan hasil baik yang dapat memuaskan atasan yang memberi

    tugas itu dan pihak-pihak lain yang berkepentingan atau segala

    pekerjaan yang dilaksanakan baik secara kualitatif maupun

    kuantitatif sesuai dengan standar yang ditetapkan dan tidak asal-

    asalan.

    2. Pengembangan Profesi

    Profesi guru kian hari menjadi perhatian seiring dengan

    perubahan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang menuntut

    kesiapan agar tidak ketinggalan. Dalam melaksanakan pekerjaan

    itu harus memenuhi norma-norma itu. Orang yang melakukan

    pekerjaan profesi itu harus ahli, orang yang sudah memiliki daya

    pikir, ilmu dan keterampilan yang tinggi. Disamping itu ia juga

    dituntut dapat mempertanggung jawabkan segala tindakan dan

    hasil karyanya yang menyangkut profesi itu. Guru haruslah

    senantiasa berupaya meningkatkan dan mengembangkan ilmu

    yang menjadi bidang studinya agar tidak ketinggalan jaman,

    ataupun di luar kedinasan yang terkait dengan tugas

  • 51

    kemanusiaan dan kemasyarakatan secara umum di luar

    sekolah.36

    Pekerjaan profesi harus berorientasi pada layanan sosial.

    Seorang profesional ialah orang yang melayani kebutuhan

    anggota masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok.

    Sebagai orang yang memberikan pelayanan sudah tentu

    membutuhkan sikap rendah hati dan budi halus. Sikap dan budi

    halus ini menjadi sarana bagi terjalinnya hubungan yang baik

    yang ikut menentukan keberhasilan profesi.

    Pengembangan profesi guru merupakan hal penting

    untuk diperhatikan guna mengantisipasi perubahan dan beratnya

    tuntutan terhadap profesi guru. Pengembangan profesionalisme

    guru menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau

    kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.

    Jenis pekerjaan yang berkualifikasi profesional memiliki

    ciri-ciri tertentu, yaitu: memerlukan persiapan atau pendidikan

    khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan pendidikan pra-

    jabatan yang relevan), kecakapan seorang pekerja profesional

    ditintut memenuhi persyaratan yang telah dibakukan oleh pihak

    yang berwenang (misal: organisasi profesional, konsorsium, dan

    pemerintah), dan jabatan profesional tersebut mendapat

    36

    Syaiful Sagala, KEMAMPUAN PROFESIONAL GURU dan TENAGA KEPENDIDIKAN, Bandung : ALFABETA, 2009, 11-12.

  • 52

    pengakuan dari masyarakat dan atau negara (de