Page 1
SKRIPSI
HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PEKERJA PT PERTAMINA (PERSERO) DPPU HASANUDDIN
TAHUN 2018
RASTI SAHARA PUTRI
K 111 14 063
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
Page 4
ii
RINGKASAN
Universitas Hasanuddin
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Makassar, Mei 2018
Rasti Sahara Putri
“Hubungan Stress Kerja Dengan Tekanan Darah pada Pekerja PT
Pertamina Persero DPPU Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2018”
(xi + 76 halaman + 2 gambar + 13 tabel + 10 lampiran)
Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada sistem sirkulasi.
Terdapat dua macam kelainan tekanan darah yakni hipertensi atau tekanan darah
tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Stress kerja diyakini memiliki
hubungan dengan peningkatan tekanan darah yang dapat berujung pada hipertensi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stress kerja, umur,
masa kerja danperilaku merokok dengan tekanan darah pada pekerja PT
Pertamina (Persero) DPPU hasanuddin Tahun 2018. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan pendekatan cross sectional study. Pengumpulan
data dilakukan pada Maret 2018 terhadap 88 pekerja sebagai sampel yang diambil
dengan cara teknik exhaustive sampling. Teknik pengukuran tekana darah
menggunakan sphygmomanometer jenis air raksa dan stres kerja menggunakan
kuesioner SDS (Stress Diagnostic Survay). Analisis data dengan menggunakan
univariat untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan analisis bivariat
menggunakan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan umur (p=0.002),
masa kerja (p=0.018), perilaku merokok (p=0.003) dan stress kerja (p=0.001)
dengan Tekanan Darah pada Pekerja PT Pertamina Persero DPPU Hasanuddin
Kota Makassar Tahun 2018.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan umur, umur , masa
kerja, perilaku merokok dan stress kerja dengan Tekanan Darah pada Pekerja PT
Pertamina Persero DPPU Hasanuddin Kota Makassar Tahun 2018.
Diharapkan kepada pemilik industri menambah jumlah pekerja sehingga
pekerjaaan yang diterima pekerja tidak berlebih dan dalam pembagian tugas
disesuaikan kemampuan fisik dan mental yang dimiliki pekerja agar tidak terjadi
penyakit akibat kerja khususnya stres kerja yang mampu mempengaruhi
produktivitas dan kesehatan pekerja
Daftar Pustaka : 52 Kata kunci : Tekanan darah, Stres kerja, Pekerja
Pertamina
Page 5
iii
SUMMARY
HasanuddinUniversity
Faculty of Public Health
Occupational Health and Safety
Makassar, May 2018
Rasti Sahara Putri
“Relationship Between Work Stress with Blood Pressure of PT Pertamina
Persero DPPU Hasanuddin on 2018 Workers”
(x +77pages + 2pictures + 13tables + 10attachments)
Blood pressure that have a very important role in circulation system. There
are two kinds of abnormalities in blood pressure system which are hypertension or
high blood pressure and hypotension or low blood pressure. Work stress believed
have relation with the increasing of blood pressure that can lead to hypertension.
The aim of this study is to know the relation of work stress, age, work
period, and smoking behavior with blood pressure of the worker at PT. Pertamina
(Persero) DPPU Hasanuddin in 2018. The type of this study is analytic
observational with cross sectional approach. Data collection has been done on
March 2018 with 88 workers as the sample that have been taken with exhaustive
sampling technique. Blood pressure measurement technique using a mercury type
sphygmomanometer and work stress using SDS (Stress Diagnostic Survay)
questioner. Data analysis using univariate to describe respondent characteristic
and bivariate analysis using Chi Square test.
This study result shows that there is a relationship between age (p=0.002),
work period (p=0.018), smoking behavior (p=0.003) and work stress (p=0.002)
with blood pressure of PT Pertamina Persero DPPU Hasanuddin, Makassar
on2018 workers.
The conclusion of this study is there is relationship between age, work
period, smoking behavior and work stress with blood pressure of PT Pertamina
Persero DPPU Hasanuddin, Makassar on 2018 workers.
Expected to the industry owner to increase the number of workers so that
the work that received by workers is not excessive and in the division of task
adjusted the physical and mental abilities of workers to avoid work-related
diseases, especially work stress that can affect the productivity and health of the
workers.
References : 51 Keywords : Blood pressure, stress work, Pertamina Workers.
Page 6
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi. Skripsi ini berjudul “Hubungan Stres Kerja
dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU
Hasanuddin Tahun 2018” sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Univesrsitas Hasanuddin.
Penyusunan skripsi ini bukanlah hasil kerja penulis semata. Segala
usaha dan potensi telah dilakukan dalam rangka penyempurnaan skripsi ini
dengan segala keterbatasan. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat
terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang merupakan kotribusi
sangat berarti bagi penulis. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :
1. Penghargaan yang setinggi-tingginya penulis persembahkan kepada Ibu Dr.
dr. Masyitha Muis, MS selaku pembimbing I dan Bapak dr.Muhammad Rum
Rahim, M.Sc selaku pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan
penuh ketabahan, memberikan arahan, motivasi, nasihat, serta dukungan
moril dalam bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini.
2. Ibu Dr, SKM, M.Kes, Bapak Dian Saputra Marzuki, SKM, M.Kes dan Bapak
Dr. Agus Bintara Birawida, S.Kel, M.Kes selaku dosen penguji yang telah
Page 7
v
memberikan saran, kritik dan arahan untuk menyempurnakan penulisan
skripsi ini.
3. Bapak wahiduddin selaku dosen penasehat akademik yang telah memberikan
motivasi selama menempuh pendidikan.
4. Bapak dr. Muhammad Furqaan Naiem, M.Sc, Ph.D selaku ketua Departemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta seluruh dosen Departemen K3 atas
bantuannya dalam memberikan arahan, bimbingan, ilmu pengetahuan yang
selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Unhas.
5. Bapak Prof. Dr. drg. H. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan FKM
Unhas beserta seluruh Tata Usaha, kemahasiswaan, akademik, asisten
laboratorium dan semua petugas kebersihan FKM Unhas atas kerja sama dan
bantuannya selama penulis mengikuti pendidikan di FKM Unhas
6. Bapak dan Ibu dosen FKM Unhas yang telah memberikan ilmu pengetahuan
yang sangat berharga dan bermanfaat bagi penulis selama menempuh
pendidikan.
7. Bapak alm. Nur Alam, Bapak Rahman dan Ibu Fatmah dan kak anita selaku
staf Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah menjalankan
fungsinya dengan baik pada saat pengurusan administratif.
8. Pihak Pertamina DPPU hasanuddin yang telah mengarahkan pekerja dan
bersedia menjadi responden dan juga kerjasamanya dalam penelitian ini.
Page 8
vi
9. Saudari dan saudara ku tersayang kak Risma dan adek cua atas dukungan
dan limpahan kasih sayang, materi dan doa yang tiada henti. Serta keluarga
besar Qurais dan Pabuang yang banyak membantu penulis dalam segala hal.
10. Sahabat-sahabatku, Puspita Rezki Amanda, Try Nurhandayani dan Fauziah
Ramadhani yang telah bersedia menemani, direpotkan dan memberikan
dukungan dalam segala hal yang baik.
11. Teman Bahagiaku, Dahlia Nur Ahdiat Dani, Hardiyanti Asyik dan
Nurwahidah yang selalu meluangkan waktunya untuk diriku dan banyak
membantu selama perkuliahan sampai pengerjaan skripsi.
12. Sayang sayangku Ghea Ananda Yunus, Tria Fardela dan Rahmi yang banyak
membantu penulis selama melaksanankan perkuliahan.
13. Keluarga besar Vampir 2014 dan OHSS FKM UNHAS yang banyak
memberikan dukungan, motivasi dan bantuan kepada penulis selama
menempuh perkuliahan.
14. Teman-teman PBL khususnya POSKO 11 desa Tarowang dan teman-teman
KKN Reguler Pinrang khususnya Posko 2 kelurahan Penrang Kecamatan
Watang Sawitto, terimakasih atas kerjasamanya, dukungan serta bantuannya
selama menjalani PBL dan KKN.
Page 9
vii
15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
segala dukungan dan bantuan selama ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima saran
maupun kritik yang sifatnya membangun untuk ke arah yang lebih baik di masa
akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.
Makassar, Mei 2018
Rasti Sahara Putri
Page 10
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
RINGKASAN .................................................................................................... ii
SUMMARY ....................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 7
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah ......................................... 10
B. Tinjauan Umum Tentang Stres Kerja ................................................ 20
C. Tinjauan Umum Tentang Umur ........................................................ 33
D. Tinjauan Umum Tentang Masa Kerja ............................................... 35
E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Merokok ..................................... 36
F. Kerangka Teori ................................................................................. 39
BAB III KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ............................................ 40
B. Kerangka Konsep .............................................................................. 42
C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif ....................................... 43
D. Hipotesis Penelitian .......................................................................... 46
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penilitian .................................................................................. 47
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 47
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... 47
D. Pengumpulan Data............................................................................. 47
Page 11
ix
E. Instrumen Penelitian .......................................................................... 49
F. Pengolahan ....................................................................................... 51
G. Analisis Data ..................................................................................... 51
H. Penyajian Data .................................................................................. 53
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi .................................................................. 54
B. Hasil Penelitian .................................................................................. 55
C. Pembahasan ....................................................................................... 65
D. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... 74
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 75
B. Saran .................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Page 12
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Standar Tekanan Darah Normal............................................................ 12
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 8. .......................................... 14
Tabel 2.3 Perbedaan Kategori Hipertensi Pada Kelompok Umur ......................... 35
Tabel 2.4 Prevalensi Hipertensi di Indonesia Berdasarkan Umur ......................... 36
Tabel 5.1 Prevalensi Hipertensi di Indonesia Berdasarkan Kategori Tekaan Darah
Pada Pekerja PT. Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018
............................................................................................................... 56
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Stres Kerja Pada Pekerja
PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018 ...................... 56
Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur Pada Pekerja PT.
Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018 ............................ 58
Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Kerja Pada Pekerja
PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018 ...................... 59
Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Perilaku Merokok Pada
Pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018 ......... 59
Tabel 5.6 Hubungan Stres Kerja dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT
Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018 ............................ 60
Tabel 5.7 Hubungan Umur dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT Pertamina
(Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018 ............................................. 62
Tabel 5.8 Hubungan Masa Kerja dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT
Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018 ............................ 63
Tabel 5.9 Hubungan Perilaku Merokok dengan Tekanan Darah Pada Pekerja PT.
Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018 ............................ 64
Page 13
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Teori ........................................................................... 39
Gambar 2 Kerangka Konsep Penelitian ...................................................... 42
Page 14
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Kuesioner Penelitin ..................................................................................... 1
Lembar Pengukuran Tekanan Darah............................................................ 2
Lembar Pengukuran Umur dan Stres Kerja ................................................. 3
Lembar Pengukuran Masa Kerja dan Perilaku Merokok ............................. 4
Output Hasil Analisis SPSS ......................................................................... 5
Surat Izin Pengambilan Data Awal dari Dekan FKM Universitas
Hasanuddin ................................................................................................. 6
Surat Izin Penelitian dari Dekan FKM Universitas Hasanuddin ................ 7
Surat Izin Penelitian dari Kepala UPT P2T BKPMD Provinsi
Sulawesi Selatan ......................................................................................... 8
Dokumentasi Penelitian ............................................................................... 9
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. 10
Page 15
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak Negara yang ikut
berpatisipasi dalam era globalisasi dan masyarakat ekonomi asean (MEA).
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu syarat yang
ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar
Negara yang harus dipenuhi sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut dan
mewujudkan perlindungan bagi pekerja Indonesia, telah ditetapkan bahwa
masyarakat Indonesia pada masa depan penduduknya hidup dalam
lingkungan dan perilaku sehat, memperoleh pelayanan kesehatan yang
bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sesuai dengan yang ditetapkan pada Visi Indonesia sehat
2010. (Prabowo 2011 dalam (Arifin, 2016))
Keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan pekerja yang setinggi-tingginya, dengan penerapan keselamatan
dan kesehatan kerja pekerja dapat terhidar dari gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi kerja atau lingkungan kerja, maupun untuk
melindungi pekerja dari bahaya yang timbul dari pekerjaannya.
Dalam lingkungan kerja tingginya tuntutan pekerjaan yang sering dialami
pekerja akan berdampakan pada rasa jenuh dan bosan sehingga memicu
terjadinya gangguan seperti stress. Stress di tempat kerja merupakan
masalah ketika pekerja menghadapi beban berlebih, ketidakamanan dalam
Page 16
2
bekerja, rendahnya tingkat kepuasan kerja, dan kurangnya otonomi dimana
telah terbukti menimbulkan efek merugikan bagi kesehatan dan
kesejahteraan pekerja, serta dampak negatif pada produktifitas dan
keuntungan perusahaan. (Bickford, 2005 dalam (Lestari and Ramdhan,
2014)).
Hasil laporan statistic labour force survey pada periode 2011/2012
diperkirakan 1,8 juta orang menderita penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaannnya dan 80% kasus penyakit ini diantaranya merupakan
gangguan musculoskeletal, stress, depresi atau kecemasan (HSE, 2013).
Sebuah studi di kanada meneliti faktor utama yang menyebabkan stress
pada masyarakatnya ditemukan 51% diakibatkan oleh pekerjaannya
(Bickford, 2005 dalam (Lestari and Ramdhan, 2014)) penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh lotfizadeh, et al (2013) pada pekerja
produksi pabrik baja di Iran, hasil menunjukkan bahwa sebanyak 53 %
pekerja mengalami stress akibat pekerjaannya seperti lingkungan kerja yang
tidak baik(panas), pendapatan yang tidak memadai, bekerja dalam shift dan
beban kerja berlebih.
Stress kerja merupakan permasalahan yang dialami sebagian besar tenaga
kerja, dimana sebagian besar waktunya dihabiskan ditempat kerja,
melaksanakan pekerjaan untuk memenuhi target perusahaan. Hal ini
ditakutkan secara tidak langsung akan berdampak pada gangguan
kesehantan salah satunya yaitu perubahan tekanan darah dari sebelum
melakukan pekerjaan dan sesudah melakukan pekerjaan. Keadaan tersebut
Page 17
3
dapat mengakibatkan menurunnya prestasi kerja yang merugikan diri
pekerja dan perusahaan. (Arifin, 2016)
Tekanan darah adalah tekanan dari aliran darah dalam pembuluh nadi
(arteri). Darah di pompa menuju seluruh tubuh melalui arteri, normalnya
jantung berdetak 60 hingga 70 kali dalam 60 detik pada kondisi
istrahat(duduk atau berbaring). Tekanan darah paling tinggi terjadi ketika
jantung berdetak memompa darah, yang biasanya disebut dengan tekanan
sistolik. Tekanan darah menurun saat relaks diantara dua denyut atau
sebelum kontraksi pemompaan darah berikutnya biasa disebut dengan
tekanan diastolik. Tekanan darah ditulis sebagai tekanan sistolik pertekanan
diastolik sebagai contoh 120/80 mmHg. (Arifin, 2016).
Tekanan darah merupakan faktor yang sangat penting pada sistem
sirkulasi. Terdapat dua macam kelainan tekanan darah yakni hipertensi atau
tekanan darah tinggi dan hipotensi atau tekanan darah rendah. Stress kerja
diyakini memiliki hubungan dengan peningkatan tekanan darah yang dapat
berujung pada hipertensi. Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat
meningkatkan tekanan darah secara intermittent. Apabila stress berlangsung
lama dapat mengakibatkan tingginya tekanan darah yang menetap. Salah
satu tugas saraf simpatis merangsang hormon adrenalin dimana hormon ini
dapat menyebabkan jantung berdenyut labih cepat sehingga terjadi
penyempitan kapiler darah tepi. Hal ini bisa mengakibatkan peningkatan
tekanan darah secara terus-menerus dan dapat berujung pada penyakit
mematikan yaitu hipertensi. (Darwane and Manurung, 2012).
Page 18
4
Hipertensi menjadi perhatian di berbagai dunia, karena telah menjadi
penyakit tidak menular nomor satu di banyak Negara. Menurut World
Health Organization (WHO) (2013) memaparkan bahwa peningkatan
tekanan darah/hipertensi merupakan salah satu faktor kematian global dan
diperkirakan menyebabkan 9,4 juta kematian dan 7% dari beban penyakit
yang diukur pada tahun 2010 oleh Disability Adjusted Life Year (DALY).
Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2012 melalui survei Riskesdas
sebesar 26,5% (Balitbangkers 2013 dalam (Fitriani and Nilamsari, 2017)).
WHO menyatakan bahwa sekitar 972 juta atau 26,4 % penghuni bumi
menginap hipertensi yang kemungkinan akan meningkat pada tahun 2025
menjadi 29,2%. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di
Negara maju dan 639 sisanya berada pada Negara berkembang termasuk
Indonesia. (Anggara and Prayitno, 2012). Di Indonesia pada tahun 2005
prevalensi hipertensi pada pekerja usia 35 sampai 55 sebesar 15,1 % selain
itu penyakit ini menempati urutan ke-4 atau 15% dari penyebab kematian
yang berhubungan dengan pekerjaan. (Nurmagfira, 2016).
Tekanan darah tinggi di pengaruhi oleh beberapa faktor selain stress yaiu
umur, jenis kelamin, suku, faktor genetik serta faktor lingkungan yang
meliputi obesitas, konsumsi garam, konsumsi alkohol dan merokok.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nengsih, 2015) tentang
hubungan stress dengan hipertensi pada karyawan bagian Pusat Di Pt.
Pelindo Kota Makassar menunjukkan adanya hubungan yang spesifik
antara stress dengan peningkatan tekanan darah dengan hasil yang
Page 19
5
didapatkan sebagian besar pekerja berada di tingkat stress tinggi yaitu
sebanyak 25 orang (71,4%) dan sebagian kecil berada pada stress sedang
yaitu 10 0rang (28,6%) sedangkan tidak ada yang berada pada stress di titik
rendah (0%). Hasil dari tabulasi silang menunjukkan pekerja yang berada
ditingkat stress tinggi lebih banyak mengalami penaikan tekanan darah yaitu
sebanyak 21 orang (84,6) ini berarti semakin berat stress pekerja semakin
tinggi pula tekanan darahnya.
Penelitian yang dilakukan (Arifin, 2016) mengenai Analisis Pengaruh
Indeks Masa Tubuh (Imt), Stres Dan Usia Terhadap Perubahan Tekanan
Darah Tenaga Kerja Kontraktor Pembangunan Workshop Pt. Pertamina Ep
Asset 4 Field Cepu mengemukakan bahwa terdapat pengaruh signifikan
antara stress terhadap tekanan darah. Hal ini dibuktikan dengan Semakin
bertambah tingkat stres seseorang, maka kecenderungan seseorang
memiliki tekanan darah sistolik dengan kategori 1 (< 120 mmHg)
dibandingkan dengan kategori 2 (120 mmHg) sebesar 0,825 kali lipat. Hal
ini menunjukkan bahwa kemungkinan seseorang ketika tingkat stresnya
bertambah, untuk memiliki tekanan darah rendah lebih kecil dari pada
kemungkinan untuk memiliki tekanan darah normal. Semakin bertambah
tingkat stres seseorang, maka kecenderungan seseorang memiliki tekanan
darah sistol dengan kategori 3 ( >120 mmHg) dibandingkan dengan
kategori 2 (120 mmHg) sebesar 0,818 kali lipat. Hal ini menunjukan bahwa
kemungkinan seseorang ketika tingkat stresnya bertambah.untuk memiliki
Page 20
6
tekanan darah tinggi lebih kecil dari pada kemungkinan untuk memiliki
tekanan darah normal.
Bidang usaha dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu usaha formal dan
informal. Usaha sektor formal adalah pekerjaan yang terstruktur dan
terorganisir, secara resmi terdaftar dalam statistik perekonomian, dan
syarat-syarat bekerja dilindungi oleh hukum. Sedangkan bidang usaha
sektor informal adalah kegiatan usaha yang secara umum sederhana,
skala usaha relatif kecil, umumnya tidak mempunyai izin usaha, untuk
bekerja di sektor informal lebih mudah dari pada di sektor formal, tingkat
pendapatan di sektor informal biasanya rendah.
Stress kerja dapat dirasakan oleh pekerja sektor informal maupun sektor
formal. PT Pertamina Persero DPPU Hasanuddin merupakan perusahan
formal yang bergerak pada bidang penyedia dan pendistribusi kebutuhan
Bahan Bakar Minyak Pesawat Udara (BBMP) untuk seluruh penerbangan
baik domestic, internasional maupun penerbangan non sipil. Kegiatan
operasi pada PT Pertamina Persero DPPU Hasanuddin melibatkan pekerjaan
seperti penerimaan dan penimbunan dimana pada kegiatan ini pekerja
bertugas untuk menerima avtur dari tbbm dan menimbunnya di DPPU,
pekerjaan ini harus membutuhkan perencanaan yang baik sehingga
pengisian pesawat dapat teratur dengan baik. Selain itu pada proses
penyaluran avtur dari dppu ke pesawat yang akan di isi ditemukan bahwa
jumlah pekerja tidak sesuai dengan banyaknya pekerjaan. Pekerjaan yang
Page 21
7
semestinya dilakukan oleh dua orang dikerjakan satu orang sehingga beban
yang diterima pekerja tinggi.
Aktifitas fisik yang berlebihan serta tugas dan beban kerja yang
menumpuk juga merupakan sebuah masalah dalam pekerjaan bagi manusia.
Aktifitas fisik dan tugas serta beban kerja yang menumpuk yang di
ikuti ketidakmampuan manusia dalam menyesuaikan diri dapat
mengakibatkan masalah psikologis bagi tenaga kerja. Masalah psikologis
tersebut adalah stress, dikarenakan tenaga kerja yang tidak mampu
menyesuaikan diri dengan tugas dan beban kerja dalam pekerjaannya.
Beban kerja yang tinggi menimbulkan stress bagi pekerja dikarenakan
tuntutan yang dibebankan kepada pekerja berlebihan atau melebihi
kemampuan yang dimiliki maka akan membuat seseorang tersebut berada di
bawah stress berlebihan. (Pajow et al., 2016)
Pekerja pada PT Pertamnina (Persero) memiliki potensi bahaya stress
yang dapat dilihat dari tingginya beban kerja namun tidak dibarengi dengan
jumlah pekerja, kegiatan yang berulang yang menimbulkan kejenuhan yang
berdampak pada timbulnhya stress kerja. Dalam proses penerimaan,
penimbunan dan penyaluran avtur juga dibutuhkan tingkat ketelitian dan
keterampilan yang tinggi pada saat pemindahan avtur ke dalam tangki
sehingga avtur tidak tumpah yang dapat menimbulkan kerugian serta
ketidakpuasan pada pekerja yang menjadi pemicu timbulknya stress kerja.
Apabila stress kerja dirasakan oleh pekerja tinggi maka dapat menimbulkan
kerugian yang sangat besar bagi kesehatan seperti peningkatan tekanan
Page 22
8
darah mengingat pekerja di PT Pertamina di dominasi pekerja laki-laki.
Selain itu pada PT Pertamina jarang dilakukan pemeriksaan kesehatan
sehingga pekerja tidak mengetahui apakah kondisinya dalam keadaan baik
atau sebaliknya. Ini merupakan masalah yang perlu diteliti dan perlu
diberikan solusi yang bermanfaat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka dapat
dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu apakah ada hubungan antara
umur,masa kerja, perilaku merokok dan stress kerja dengan tekanan darah
pada pekerja PT Pertamina Persero DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah adalah untuk mengetahui
hubungan stress kerja dengan tekanan darah pada pekerja PT Pertamina
Persero DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan stress kerja dengan tekanan darah pada pekerja
PT Pertamina Persero DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
b. Mengetahui hubungan umur dengan tekanan darah pada pekerja PT
Pertamina Persero DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
c. Mengetahui hubungan masa kerja dengan tekanan darah pada pekerja
PT Pertamina Persero DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
Page 23
9
d. Mengetahui hubungan perilaku merokok dengan tekanan darah pada
pekerja PT Pertamina Persero DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bahan
bacaan, informasi, sumber kajian ilmiah, yang dapat menambah wawasan
dan pengetahuan dan sebagai sarana bagi peneliti selanjutnya di bidang
kesalamat dan kesehatan kerja, khususnya mengenai hubungan stress
kerja dengan tekanan darah pada pekerja.
2. Manfaat bagi pihak Perusahaan PT Pertamina Persero DPPU
Hasanuddin
Membantu pihak perusahaan dalam memberikan informasi terkait
hubungan stress kerja dengan tekanan darah sehingga dapat dijadikan
bahan pertimbangan dan segera dilakukan tindakan preventif.
3. Manfaat bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi pengalaman yang sangat berharga dan
menambah wawasan serta pengetahuan bagi peneliti dalam menerapkan
ilmu yang diperoleh selama proses perkuliahan di Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin jurusan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja.
Page 24
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Tekanan Darah
1. Defenisi Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada sistem
sirkulasi. Apabila sirkulasi darah tidak memadai lagi, maka terjadilah
gangguan pada sistem transportasi oksigen, karbondioksida dan hasil-
hasil metabolisme lainnya. Penurunan atau peningkatan tekanan darah
akan mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Untuk daya dorong
mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan sistem vena
diperlukan tekanan darah, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang
,menetap (Anggara and Prayitno, 2012)
Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu
titik dimana denyut dapat dirasakan, sedangkan tekanan diastolic adalah
tekanan di atas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi
jantung atau denyut arteri dengan jelas dapat didengar dan titik dimana
bunyi mulai menghilang. Perbedaan tekanan antara systole dan diastole
disebut tekanan nadi dan normalnya 30-50 mmHg (Hull.1986 dalam
(Nurmagfira, 2016).
Tekanan darah merujuk pada tekanan yang dialami darah pada
pembuluh arteri darah ketika di pompa oleh jantung ke seluruh anggota
tubuh manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan
biasanya diukur seperti berikut 120/80 mmHg. Nomor atas (120)
Page 25
11
menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung,
dan disebut dengan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat
jantung beristrahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole.
(Kurniawan, 2010)
Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat
tenaga kerja istrahat dan dalam keadaan duduk atau berbaring. Tekanan
darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-
anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah
daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik,
dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah
ketika beristrahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda, paling
tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara terus
menerus, maka orang tersebut dikatakan mengalami masalah darah
tinggi. Penderita darah tinggi sekurang-kurangnya mempunyai tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istrahat
(Kurniawan, 2010)
2. Penggolongan Tekanan Darah
Ada tiga penggolongan tekanan darah yaitu sebagai berikut :
a. Tekanan Darah Normal
Tekanan darah normal bila tekanan darah sistolik menunjukkan
kurang dari 140 mmHg dan diastolik kurang dari mmHg (Guyton dan
Hall, 2008).
Page 26
12
Nilai tekanan darah normal berdasarkan umur (Dewi, 2011) :
1) Pada usia 15-29 tahun : sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80
mmHg.
2) Pada usia 30-49 tahun : sistolik 110-140 mmHg, diastolik 70-90
mmHg.
3) Pada usia >50 tahun : sistolik 120-150 mmHg, diastolik 70-90
mmHg.
Adapun standar nilai tekanan darah normal pada seseorang adalah
sebagai berikut :
Table 2.1
Standar Tekanan Darah Normal
No Usia Diastole Sistole
1 Pada masa bayi 50 70-90
2 Pada masa anak 60 80
3 Masa remaja 60 90-100
4 Dewasa muda 60-70 110-125
5 Lebih tua 80-90 130-150
Sumber: Kurniawan, 2010
b. Tekanan Darah Rendah
Tekanan darah rendah adalah kondisi abnormal dimana tekanan
darah seseorang jauh lebih rendah dari biasanya yaitu dibawah 100/60
mmHg, tekanan sistolik kurang dari 100 mmHg dan diastolik kurang
dari 60 mmHg, yang menyebab pusing atau tidak dapat berfikir secara
Page 27
13
jernih atau bergerak dengan mantap (light headedness). Penyebab
tekanan darah rendah antara lain “hipotensi ortostatik”, yang berarti
bahwa pembuluh darah tidak menyesuaikan diri terhadap posisi
berdiri, sehingga terjadi penurunan tekanan darah.
Penyebab lainnya adalah dehindrasi (kekurangan cairan), reaksi
tubuh terhadap panas, sehingga darah berpindah ke pembuluh darah di
kulit, sehingga memicu dehidrasi, gagal jantung, serangan jantung,
perubahan irama jantung, pingsan (stres emosional, takut, rasa tidak
aman atau nyeri), anafilaksis (reaksi alergi yang mengancam jiwa),
donor darah, peredaran di dalam tubuh, kehilangan darah, kehamilan
dan atherosclerosis yaitu pengerasan dinding arteri (Siregar, 2008
dalam (Nurmagfira, 2016))
c. Tekanan Darah Tinggi
Berdasarkan hasil laporan (Bell, 2015) pada kegiatan Eight Joint
National Committee (JNC 8) mengklasifikasikan tekanan darah tinggi
untuk orang dewasa dengan usia ≥18 tahun sebagai berikut :
Page 28
14
Tabel 2.2
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 8
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah
Diastolik
Normal <120 mmHg <80 mmHg
≥18 tahun (dengan
CKD dan DM)
≥140 mmHg ≥ 90 mmHg
<60 tahun >140 mmHg >90 mmHg
>60 tahun >150 mmHg >90 mmHg
Sumber : JNC 8 dalam (Bell, 2015)
Klasifikasi hipertensi menurut JNC 8 (Bell, 2015) dalam dapat
dikategorikan sebagai berikut:
a. Hipertensi Tahap 1 : Apabila tekanan darah sistolik 140-159 mmHg
dan tekanan darah diastolik 90-99 mmHg
b. Hipertensi Tahap 2 : Apabila tekaanan darah sistolik >160 mmHg
dan tekanan darah diastolik > 10 mmHg
c. Prehipertensi : Apabila tekanan darah sistolik 120-139 mmHg dan
tekanan darah diastolik 80-89 mmHg
d. Normal : Apabila tekanan darah sistolik <120 mmHg dan tekanan
darah diastolik <80 mmHg
Page 29
15
3. Faktor yang mempengaruhi Tekanan Darah
Menurut beavers (2008) tekanan darah normal itu sangat bervariasi
tergantung pada :
a. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi
tekanan darah. Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan maka
semakin tinggi pula tekana darah.
b. Emosi
Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah
meningkat.
c. Umur
Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan
usia. Umumnya sistolik akan meningkat sejalan dengan peningkatan
usia, sedangkan diastolik akan meningkat sampai usia 55 tahun untuk
kemudian menurun lagi. Semakin tua umur seseorang tekanan
sistoliknya semakin meningkat. Biasanya dihubungkan dengan
timbulnya arteriosclerosis.
d. Jenis Kelamin
Pada umumnya pria lebih banyak dan muda terserang hipertensi
dibandingkan wanita. Hal ini dikarenakan pria lebih banyak
mempunyai faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
seperti merokok, kurang nyaman terhadap pekerjaan dan makan tidak
terkontrol. Tekanan darah pada perempuan sebelum menopause
Page 30
16
adalah 5-10 mmHg lebih rendah dibandingkan laki-laki seumurnya,
tetapi setelah menopause tekanan darahnya lebih meningkat (Aripin,
2015).
Biasanya wanita akan mengalami peningkatan hipertensi setelah
masa menopause. Pada masa menopause, terjadi penurunan sekresi
hormon estrogen. Salah satu fungsi estrogen adalah untuk
mempertahankan fleksibilitas pembuluh darah dan memodulasi kerja
hormone lain yang dapat berkontibusi meningkatkan tekanan darah.
Jadi seiring dengan penurunan estrogen, risiko peningkatan darah
pada wanita semakin meningkat. (Stefhany,2012).
e. Status Gizi (obesitas)
Seseorang yang memiliki ukuran tubuh melebihi normal atau
obesitas sangat memungkinkan mengalami peningkatan tekanan
darah. Indeks Massa Tubuh (IMT) kurang dari 17,0 termasuk dalam
kategori sangat kurus, untuk IMT antara 17,0-18,5, termasuk kategori
kurus, IMT di atas 18,5-25,0 termasuk dalam kategori normal, untuk
IMT di atas 25,0-27,0 termasuk dalam kategori gemuk dan untuk IMT
lebih dari 27,0 termasuk dalam kategori sangat gemuk dan obesitas.
f. Meminum Alkohol
Meminum alkohol secara berlebihan dapat meningkatkan tekanan
darah dan menyebabkan resistensi terhadap obat anti hipertensi.
Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan yang jelas antara
konsumsi alkohol dengan tekanan darah bahkan diantaranya
Page 31
17
melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila
mengkonsumsi alkohol sebanyak 2-3 gelas perharinya.
g. Merokok
Pada saat merokok pembuluh darah dibeberapa bagian tubuh akan
mengalami penyempitan, dalam keadaan ini dibutuhkan tekanan yang
lebih tinggi supaya darah dapat mengalir ke seluruh tubuh dengan
jumlah yang tetap. Untuk itu jantung harus memompa darah lebih
kuat, sehingga tekanan pada pembuluh darah meningkat. Rokok yang
dihisap akan mngakibatkan vasokonstruksi pembuluh darah perifer
dan pembuluh di ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.
Merokok sebatang setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-
25 mmHg dan menambah detak jantung 5-20 kali per menit
h. Stres
Keadaan pikiran juga sangat berpengaruh pada peningkatan tekanan
darah sewaktu mengalami pengukuran.
4. Pengukuran Tekanan Darah
Alat pengukur tekanan darah disebut sphygmomanometer. Sesuai
namanya, manometer berarti alat untuk mengukur tekanan cairan dan
syhymos dalam bahasa latin berarti pulsa atau denyut nadi. Tapi pada
umumnya orang menyebut alat ini dengan istilah tensimeter saja.
Menurut Purwitasari (2011), terdapat 3 tipe alat pengukuran tekanan
darah dengan variasi penggunaan air raksa (merkuri), aneroid dan
elektronik :
Page 32
18
a. Jenis sphygmomanometer air raksa adalah yang paling umum
digunakan. Alat ini terdiri dari manset yang bisa digembungkan
dengan cara memompanya dengan pompa tangan yang terbentuk bola
kater dan dihubungkan dengan tabung panjang berisi air raksa. Ukuran
tekanan darah akan diperlihatkan dalam millimeter air raksa (mmHg)
pada tabung, yang akan bergerak ke atas jika dilakukan pemompaan
pengukuran dilakukan dokter melingkarkan manset alat pengukuran
pada lengan bagian atas sang pasien dan menempelkan stetoskop pada
arteri tepat di bawah manset tersebut.
b. Sphygmomanometer aneroid berasal dari kata latin yang berarti tanpa
cairan. Alat ini menyeimbangkan tekanan darah dengan dalam kapsul
metal tipis yang menyimpan udara di dalamnya. Pada karet pompa
alat ini terdapat meteran yang digunakan untuk membaca hasil
pengukuran tekanan darah.
c. Sphygmomanometer elektronik adalah pengukur tekanan terbaru dan
lebih mudah digunakan dibanding model standar yang menggunakan
air raksa. Model digital ini mengukur tekanan darah melalui suatu
peralatan di pompanya yang berupa mikrofon atau transduser. Data
yang diperoleh berasal dari sensornya kemudian dikonversikan oleh
mikroprosesor menjadi bacaan tekanan darah.
5. Hubungan stres kerja dengan tekanan darah
Selain gaya hidup, tingkat stres diduga berpengaruh terhadap
peningkatan tekanan darah. Seseorang yang mengalami stres katekolamin
Page 33
19
yang ada di dalam tubuhnya akan meningkat sehingga mempengaruhi
mekanisme aktivitas saraf simpatis menjadi meningkat, jika saraf
simpatis meningkat maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot
jantung sehingga menyebabkan curah jantung meningkat, keadaan inilah
yang cenderung menjadi faktor yang menyebabkan kenaikan tekanan
darah. (Dekker, 1996 dalam Khotimah, 2013).
Stres yang bersifat konstan dan terus menerus akan berdampak pada
penaikan tekanan darah bahkan berujung pada penyakit hipertensi ini
dikarenakan stres mempengaruhi kerja kelenjar adrenal dan tiroid dalam
memproduksi hormon. Adrenalin, tiroksin, dan kortisol sebagai hormone
utama stres akan naik jumlahnya dan berpengaruh secara signifikan pada
sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan saraf
simpatis berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung dan tekanan
darah. Tiroksin selain menaikkan Basal Metabolism Rate (BMR), juga
menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas. Namun pemaparan stres
yang ringan atau sementara tidak menyebabkan penyakit sistematik
hanya menyebabkan peningkatan tekanan darah sebagai proses
homeostasis. (Subramaniam, 2014)
Hubungan antara stres dengan hipertensi juga dapat diketahui dari
studi prevalensi penyakit hipertensi penduduk di Indonesia dan faktor
yang berisiko yang dilakukan oleh Sarwanto, dkk (2009) yang terbukti
secara signifikan mempunyai hubungan pada gangguan mental sedang
(OR=1,264) dan gangguan mental berat (OR=1,397) meningkatkan
Page 34
20
hipertensi, namun hubungan bersifat protekstif pada gangguan mental
ringan (OR=0,944).
B. Tinjauan Umum Tentang Stres Kerja
1. Defenisi Stres kerja
Persaingan antara perusahaan dalam era globalisasi seperti saat ini
semakin ketat baik dalam maupun luar negeri. Di samping itu terjadi pula
perubahan-perubahan yang sangat cepat dan berbagai masalah
perdagangan yang sangat komplek. Dewasa ini banyak terjadi trend yang
mempengaruhi peradabadan kehidupan manusia seperti perubahan dari
masyarakat agraris menuju masyarakat industri. Perubahan ekonomi
dunia dan lain-lain memaksa jutaan manusia harus berbenturan secara
tiba-tiba dengan kejutan masa depan (future Shock) yang kebanyakan
belum siap untuk menghadapinya. Kondisi tersebut ternyata banyak
menimbulkan terjadinya stress pada masyarakat.
Istilah stress secara histories telah lama digunakan untuk menjelaskan
suatu tuntutan untuk beradaptasi dari seseorang, ataupun reaksi seseorang
terhadap tuntutan tersebut. Menurut H. Handoko, stress adalah suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan
kondisi seseorang (Lukluk and S, 2011)
Baron dan Greenbreg dalam (Marliani, 2015) mendefinisikan stress
kerja sebagai reaksi-reaksi emosional dan psikologis yang terjadi pada
situasi yang menghalangi tujuan individu dan tidak dapat mengatasinya.
Stres kerja adalah segala rangsangan atau aksi dari tubuh manusia baik
Page 35
21
yang berasal dari luar maupun dari dalam tubuh itu sendiri. Stress dapat
menimbulkan berbagai macam gangguan kesehatan salah satunya
peningkatan tekanan darah. (Tarwaka, 2004)
Menurut OSHA (Occupational Safety and Health Administration)
2014, individu akan merasakan stress ketika terjadi ketidakseimbangan
antara permintaan dengan sumber daya yang dimilikinya. Secara umum,
kondisi stress merupakan gangguan yang bersifat psikologis tetapi juga
berdampak pada fisiologi individu. Faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya stress kerja, antara lain kurangnya kontrol terhadap pekerjaan,
ketidaksesuaian permintaan terhadap pekerja dan kurangnya dukungan
dari rekan kerja dan manajemen. Reaksi terhadap individu dalam
mengatasi stress berbeda-beda. Bagi beberapa individu merupakan
sebuah hal yang mungkin untuk mengatasi permintaan pekerjaan yang
tinggi tetapi hal ini belum tentu dapat terjadi pada individu lainnya
sehingga kemampuan untuk menghadapi keadaan stress sangat
tergantung pada evaluasi yang bersifat subjektif.
Stress dibagi menjadi dua yaitu stress baik/positif/Eustres dan stress
buruk/negative/distress. Stress baik disebut sebagai stress positif
merupakan situasi atau kondisi apapun yang memotivasi atau
memberikan inspirasi, misalnya :promosi jabatan. Sedangkan stress
buruk atau distress adalah stress yang membuat marah, tegang, bingung,
cemas,merasa merasa bersalah atau kewalahan. Distress dapat dibagi
menjadi dua yaitu stress akut dan stress kronik. Stress akut muncul kuat,
Page 36
22
tetapi menghilang dengan cepat, seperti stress mencari lahan parker di
tempat kerja, terburu-buru mencari nomor telefon dan terlambat datang
ke rapat. Sedangkan stress kronik munculnya tidak terlalu kuat, tetapi
dapat bertahan sampai berhari-hari sampai berbulan-bulan, contoh stress
kronik antara lain masalah keuangan dan kejenuhan kerja. Stress kronik
berulang kali dapat mempengaruhi kesehatan dan produktivitas seseorang
(National Safety Council, 2004 dalam (Saputri, 2010)).
2. Faktor Penyebab Stres
Penyebab terjadinya stress kerja sangat tergantung dengan sifat dan
kepribadian seseorang. Suatu keadaan yang dapat menimbulkan stress
pada seseorang tetapi belum tentu akan menimbulkan hal yang sama
terhadap orang lain. Reaksi antara individu sering disebabkan karena
faktor psikologis dan sosial yang dapat merubah dampak stressor bagi
individu. Faktor-faktor tersebut antara lain (Tarwaka, 2004) :
a. Kondisi individu seperti umur, jenis kelamin, temperamental, genetik,
intelegensia, pendidikan, kebudayaan dan lain-lain.
b. Ciri kepribadain seperti introvert atau ekstrovert, tingkat emosional,
kepasrahan, kepercayaan diri dan lain-lain.
c. Sosial kognitif seperti dukungan sosial, hubungan sosial dengan
lingkungan sekitarnya.
d. Strategi untuk menghadapi setiap stress yang muncul.
Menurut Cartwright et.al (1995) dalam Tarwaka (2004), penyebab
stress akibat kerja terbagi menjadi 6 kelompok yaitu :
Page 37
23
a. Faktor intrinsik pekerjaan
Ada beberapa faktor intrinsik dalam pekerjaan dimana sangat
potensial menjadi penyebab terjadinya stress dan dapat
mengakibatkan keadaan yang buruk pada mental. Faktor tersebut
meliputi keadaan fisik lingkungan kerja yang tidak nyaman (bising,
berdebu, bau, suhu panas, lembab dll). Stasiun kerja yang tidak
ergonomis, kerja shift, jam kerja yang panjang, perjalanan ke dan dari
tempat kerja yang semakin macet, pekerjaan berisiko tinggi dan
berbahaya, pemakaian teknologi baru, pembebanan berlebih, adaptasi
pada jenis pekerjaan baru dan lain-lain.
b. Faktor peran individu dalam organisasi kerja.
Beban tugas yang bersifat mental dan tanggung jawab dari suatu
pekerjaan lebih memberikan stress yang tinggi dibandingkan dengan
beban kerja fisik. Karyawan yang mempunyai beban psikologis lebih
tinggi dan ditambah keterbatasan wewenang untuk mengambil
keputusan mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner dan
tekanan darah yang lebih tinggi serta mempunyai kecenderungan
merokok yang lebih banyak dari karyawan yang lain.
c. Faktor hubungan kerja
Hubungan baik antara karyawan di tempat kerja adalah faktor yang
potensial sebagai penyebab terjadinya stres. Kecurigaan antara
pekerja, kurangnya komunikasi, ketidaknyamanan dalam melakukan
pekerjaan merupakan tanda-tanda adanya stres akibat kerja. Tuntutan
Page 38
24
tugas yang mengharuskan seorang tenaga kerja berkerja dalam tempat
terisolasi, sehingga tidak dapat berkomunikasi dengan pekerja lain
(seperti; operator telepon, penjaga mercusuar, dll) juga merupakan
pembangkit terjadinya stres.
d. Faktor pengembangan karier
Perasaan tidak aman dalam pekerjaan, posisi dan pengembangan
karier mempunyai dampak cukup penting sebagai penyebab terjadinya
stres. Faktor pengembangan karier yang dapat menjadi pemicu stres
adalah ketidakpastian pekerjaan seperti adanya reorganisasi
perusahaan dan mutasi kerja, promosi berlebihan atau kurang:
promosi yang terlalu cepat atau tidak sesuai dengan kemampuan
individu akan menyebabkan stres bagi yang bersangkutan atau
sebaliknya bahwa seseorang merasa tidak pernah dipromosikan sesuai
dengan kemampuannya juga menjadi penyebab stres.
e. Faktor struktur organisasi dan suasana kerja
Penyebab stres yang berhubungan dengan struktur organisasi dan
suasana kerja biasanya berawal dari budaya organisasi dan model
manajemen yang dipergunakan. Beberapa faktor penyebabnya antara
lain, kurangnya pendekatan partisipatoris, konsultasi yang tidak
efektif, kurangnya komunikasi dan kebijaksanaan kantor. Selain itu
seringkali pemilihan dan penempatan karyawan pada posisi yang tidak
tepat juga dapat menyebabkan stres.
f. Faktor di luar pekerjaan
Page 39
25
Faktor kepribadian seseorang (ekstrovert atau introvert) sangat
berpengaruh terhadap stresor yang diterima. Konflik yang diterima
oleh dua orang dapat mengakibatkan reaksi yang berbeda satu sama
lain. Perselisihan antar anggota keluarga, lingkungan tetangga dan
komunitas juga merupakan faktor penyebab timbulnya stres yang
kemungkinan besar masih akan terbawa dalam lingkungan kerja.
3. Gejala Stres
Gejala stres bervariasi, tergantung dengan beratnya stresor dan
waktu. Gejala stres dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Gejala fisik, antara lain: jantung berdebar-debar lebih cepat tidak
teratur, pernafasan lebih cepat dan pendek, berkeringat, muka
merah, otot-otot tegang, nafsu makan berubah, sulit tidur, gugup,
sakit kepala, tangan dan kaki lemas, gangguan pencernaan, sering
buang air kecil, dada sesak, rasa sakit/nyeri yang tidak jelas, susah
buang air besar atau sebaliknya diare, kesemutan dan nyeri pada
ulu hati.
b. Gejala mental, antara lain: merasa tertekan, menarik diri, bingung,
kehilangan kesadaran, depresi, kecemasan tak bisa rileks, kemarahan,
kekecewaan, overaktif dan agresif (Depkes, 2009).
4. Tahapan Stres
Menurut Menurut Dr. Robert J. Van Amberg dalam Rafiudin (2007),
tahapan-tahapan stres adalah sebagai berikut :
Page 40
26
a. Stres Tahap I
Tahapan ini paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-
perasaan : a) semangat kerja besar, berlebihan; b) penglihatan “tajam”
tidak seperti biasanya; c) merasa mampu menyelesaikan pekerjaan
lebih dari biasanya; namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan
disertai rasa gugup yang berlebihan; d) merasa senang dengan
pekerjaan itu dan semakin bertambah semangat.
b. Stres Tahap II
Keluhan yang terjadi a) merasa letih saat bangun pagi; b) merasa
mudah lelah sesudah makan siang; c) lekas merasa cape menjelang
sore hari; d) sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman; e)
detak jantung lebih keras dari biasanya; f) otot-otot punggung dan
tengkuk terasa tegang; g) tidak bisa santai.
c. Stres Tahap III
Seseorang akan menunjukkan keluhan-keluhan : a) gangguan
lambung dan usus semakin terasa, misalnya keluhan maag dan diare;
b) ketegangan otot-otot kian terasa; c) perasaan ketidaktenangan dan
ketegangan emosional semakin meningkat; d) gangguan pola tidur,
sulit tidur, terbangun tengah malam dan sulit kembali tidur, atau
bangun dini hari dan tidak dapat kembali tidur; e) koordinasi tubuh
terganggu, badan merasa sempoyongan dan serasa mau pingsan. Pada
tahap ini seseorang seharusnya berkonsultasi ke dokter untuk
Page 41
27
memperoleh terapi, atau setidaknya memberi kesempatan untuk
beristirahat pada dirinya.
d. Stres Tahap IV
Ciri-ciri tahap IV adalah : a) kesulitan bertahan sepanjang hari; b)
aktivitas yang semula menyenangkan dan mudah menjadi
membosankan dan terasa lebih sulit; c) yang semula tanggap terhadap
situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara
memadai; d) ketidakmampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari; e)
gangguan pada pola tidur disertai mimpi-mimpi menegangkan; f)
seringkali menolak ajakan karean tiada semangat dan kegairahan; g)
daya konsentrasi dan daya ingat menurun; h) timbul perasaan
ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
e. Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres
tahap V, dengan keluhan-keluhan sebagai berikut : a) kelelahan fisik
dan mental yang semakin mendalam; b) ketidakmampuan
menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana; c)
gangguan sistem pencernaan semakin berat; d) timbul perasaan
ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung
dan panik.
f. Stres Tahap VI
Tahapan ini disebut dengan tahapan klimaks karena seseorang
mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Ciri-ciri stres
Page 42
28
tahap VI adalah : a) debaran jantung teramat keras; b) sesak nafas dan
megap-megap; c) tubuh gemetar, dingin dan keringat berkucuran; d)
ketiadaan tenaga untuk hal ringan; e) pingsan dan kolaps.
5. Respon Tubuh Terhadap Stres
Respon tubuh terhadap stres menimbulkan respons adaptasi dan
memperbaiki keseimbangan yang terdiri atas (Depkes, 2009) :
a. Respons neurotransmiter terhadap stres
Stresor mengaktifkan sistim noradrenergik pada otak (khusunya
pada locus serelus) dan menyebabkan pengeluaran katekolamin dari
sistim saraf otonomik. Selain noradrenergik, stresor juga
mengaktivasi sistem serotonergik di otak dengan peningkatan
ambilan kembali seronin. Juga terjadi peningkatan dopaminergik
pada mesoprefrontal. Akibat peningkatan sistem saraf otonom
adalah meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah.
b. Respon endokrin terhadap stres
Respon terhadap stres corticotropin-releasing factor (CRF)
sebagai neurotransmiter, disekresikan dari hipotalamus ke sistim
portal hipose-pituitari. CRF pada pituitari anterior memicu
pelepasan hormon adrenokortikotropik (ACTH). ACTH yang
dilepas ini menstimulasi sintesis dan pelepasan glukokortikoid
yang mempunyai banyak efek dalam tubuh, tetapi perananya
dapat disimpulkan secara singkat adalah meningkatkan
penggunaan energi, meningkatkan aktivitas kardiovaskuler sebagai
Page 43
29
respon flight atau fight, dan menghambat fungsi seperti
pertumbuhan, reproduksi dan imunitas.
c. Respon imun terhadap stress
Respons terhadap stres juga penghambatan pada fungsi imun
oleh glukokortikoid. Akan tetapi penghambatan ini dapat
merupakan kompensasi dari aksis hipotalamus-pituitari-adrenal
(HPA) untuk meredakan efek fisiologis lain dari stres. Stres dapat
meningkatkan aktivitas imun melalui berbagai jalan. CRF sendiri
dapat menstimulasi pelepasan norefineprin melalui reseptor CRF
yang berada di locus seruleus yang mengaktivasi sistem saraf
simpatis, keduanya secara sentral dan periferal dan meningkatkan
pelepasan efineprin dari medula adrenal. Adanya hubungan yang
langsung neuron norefineprin yang bersinap pada target sel imun,
sehingga ketika berhadapan dengan stresor juga terjadi aktivitas
imun yang sangat besar, termasuk pelepasan faktor imun humoral
(sitokin) seperti interleukin-1 (IL-a) dan IL-6. Sitokin ini sendiri dapat
melepaskan CRF, yang secara teori menyebabkan peningkatan efek
glukokortikoid dan membatasi aktivitas imun
Page 44
30
6. Dampak stress
Dampak negatif stres antara lain:
a. Sikap agresif, frustasi, gugup, kejenuhan, bosan dan kesepian.
b. Alkoholik, merokok, makan berlebihan dan penyimpangan seks.
c. Daya pikir lemah, tidak mampu membuat keputusan, tidak
konsentrasi;
d. peningkatan tekanan darah, denyut jantung dan gula darah (Depkes,
2009).
7. Pengukuran Stres
Menurut Karoley (1985) dalam Karima (2014), teknik pengukuran
stres kerja dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu:
a. Self Report Measure
Pengukuran dengan metode ini dilakukan dengan menanyakan
intensitas pengalaman baik psikologis, fisiologis dan perubahan fisik
yang dialami seseorang menggunakan kuesioner. Teknik ini seringkali
disebut life event scale. Teknik ini mengukur stres dengan cara
mengobservasi perubahan perilaku seseorang, seperti kurangnya
konsentrasi, cenderung berbuat salah, bekerja dengan lambat, dll.
b. Physiological Measure
Pengukuran metode ini dilakukan dengan cara melihat perubahan
yang terjadi pada kondisi fisik seseorang, seperti perubahan tekanan
darah, ketegangan otot bahu, leher dan pundak. Cara ini dianggap
Page 45
31
memiliki reliabilitas paling tinggi akan tetapi sebenarnya tergantung
pada alat yang digunakan serta pengukur itu sendiri.
c. Biochemical Measure
Pengukuran metode ini dilakukan dengan melihat respon biokimia
melalui perubahan kadar hormon katekolamin dan kortikosteroid
setelah dilakukan pemberian stimulus. Reliabilitas pengukuran dengan
metode ini memang tergolong cukup tinggi tetapi hasil pengukurannya
dapat berubah jika subjek penelitiannya memiliki kebiasaan merokok,
minum alkohol dan kopi. Hal ini dikarenakan kandungan dalam
rokok, alkohol dan kopi dapat mempengaruhi kadar hormon tersebut
di dalam tubuh.
Dari ketiga cara di atas pengukuran life event scale paling sering
digunakan dalam pengukuran stres. Hal ini dikarenakan penggunaannya
yang mudah serta biaya yang relatif mudah meskipun tidak dapat
dihindari adanya keterbatasan tertentu.
8. Pencegahan Stres
Faktor penyebab terjadinya stres merupakan bagian terintegrasi dalam
kehidupan manusia yang tidak dapat dihilangkan begitu saja. Faktor
penyebab terjadinya stres tersebut sangatlah komplek dan bervariasi serta
sangat sulit untuk diidentifikasi secara pasti apa yang menjadi penyebab
stress sesungguhnya sehingga sering kita temui bahwa seseorang yang
terkena stres biasanya tidak menyadari terhadap apa yang sedang
dialaminya.
Page 46
32
Menurut NIOSH (National Institute for Occupational Safety and
Health), 1999 dalam Karima (2014), pengenadalian stres di tempat kerja
dapatt dilakukan dengan dua cara pendekatan, yaitu pendekatan dalam
manajemen stres dan perubahan organisasi.
a. Manajemen stress
Manajemen stres biasanya dilakukan dengan cara memberikan
pelatihan manajemen stres bagi para pekerja melalui Employee
Assistance Program (EAP). Pelatihan ini diberikan untuk
meningkatkan kemampuan pekerja dalam mengatasi situasi pekerjaan
yang sulit. Hampir setengah dari perusahaan besar di Amerika Serikat
telah menyediakan pelatihan manajemen stres bagi para pekerja
mereka. Program stres ini mencakup penjelasan mengenai sifat dan
sumber stres, dampak stres bagi kesehatan dan kemampuan untuk
mengurangi stres bagi pekerja. ProgramEAP menyediakan pelayanan
konseling bagi pekerja mengenai permasalahan pribadi maupun
pekerjaan. Pelatihan manajemen stres ini dapat membantu dengan
cepat dalam mengurangi gejala stres, seperti kecemasan dan gangguan
tidur. Keuntungan program ini yaitu murah dan mudah
diimplementasikan. Akan tetapi, kelemahan ini yaitu efek gejala stres
seringkali bersifat sementara sehingga pekerja seringkali
mengabaikannya.
Page 47
33
b. Perubahan organisasi
Perubahan organisasi dapat dilakukan dengan menggunakan jasa
konsultan untuk melakukan perbaikan kondisi kerja di suatu
organisasi. Pendekatan ini cara langsung dapat digunakan untuk
mengurangi stres di tempat kerja. Pendekatan cara ini dilakukan
dengan cara mengidentifikasi aspek stres kerja yang terdapat di tempat
kerja, seperti beban kerja yang berlebih, harapan yang bertentangan,
dll dan melakukan desain strategi untuk mengurangi atau
menghilangkan stresor yang telah diidentifikasi. Keuntungan dari
pendekatan ini yaitu secara langsung mengatasi permasalahan stres
kerja hingga ke penyebab dasarnya. Akan tetapi, para manajer
seringkali tidak menyukai pendekatan ini karena melibatkan
perubahan dalam rutinitas kerja, jadwal produksi atan perubahan
struktur organisasi. Secara umum, prioritas utama dalam
menanggulangi stres kerja harus dilakukan dengan cara perubahan
organisasi untuk memperbaiki kondisi kerja. Akan tetapi, kombinasi
perubahan organisasi dan manajemen stres merupakan pendekatan
yang paling sesuai untuk dapat mengurangi stres di tempat kerja.
C. Tinjauan Umum Tentang Umur
Perbedaan umur mempengaruhi tekanan darah. Bayi baru lahir memiliki
tekanan darah sistolik rata-rata 73 mmHg. Tekanan sistolik dan diastolik
meningkat secara bertahap sesuai umur. Setiap kenaikan umur 1 tahun maka
tekanan darah sistolik akan meningkat sebesar 0,369 dan sebesar 0,283
Page 48
34
untuk tekanan darah diastolik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
semakin tua seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnhya. Pada lansia,
arterinya lebih keras dan kurang fleksibel terhadap tekanan darah. Hal ini
mengakibatkan peningkatan tekanan sistolik. Tekanan diastolic juga
meningkat karena dinding pembuluh darah tidak lagi retraksi secara
fleksibel pada penurunan tekanan darah (Permatasari, 2013).
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-
penyelidikan epidemiologi. Pada umumnya usia yang telah lanjut,
kemampuan fisiknya juga menurun. Proses menjadi tua akan disertai dengan
kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada fungsi-
fungsi tubuh, sistem kardiovaskuler dan hormonal. Dari umur dapat
diketahui ada beberapa kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran dan
kecepatan reaksi menurun sesudah usia 40 tahun (Suma’mur 2009).
Setiap kelompok umur memiliki cut of pointyang berbeda dalam
pengkategorian hipertensi
Page 49
35
Tabel 2.3
Perbedaan Kategori Hipertensi Pada Kelompok Umur
Kelompok Umur Normal Hipertensi
<2 tahun <104/70 >112/74
3-5 tahun <108/70 >116/76
6-9 tahun 114/74 122/78
10-12 tahun 122/78 >126/82
13-15 tahun 130/80 >136/86
16-18 tahun 136/84 >140/90
20-45 tahun 120-125/75-80 135/90
45-64 tahun 135-140/85 140/90-160/95
>65 tahun 150/85 160/90
Sumber :Bullock, 1996
Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi hipertensi semakin tinggi
seiring dengan meningkatnya usia seperti terlihat pada table berikut :
Page 50
36
Tabel 2.4
Prevalensi Hipertensi di Indonesia Berdasarkan Umur
Kategori Umur Prevalensi Hipertensi (%)
18-24 8,7
25-34 14,7
35-44 24,8
45-54 35,6
55-64 35,9
65-74 57,6
>74 63,8
Sumber: Riskesdas, 2013
D. Tinjauan Umum Tentang Masa Kerja
Masa kerja merupakan kurun waktu tertentu atau lamanya tenaga kerja
bekerja di suatu tempat. Masa kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif
maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada kinerja apabila semakin
lamanya masa kerja pekerja semakin berpengalaman dalam melaksanakan
tugasnya. Sebaliknya akan memberi pengaruh negatif apabila dengan
semakin lamanya masa kerja akan timbul kejenuhan pada pekerja. Hal ini
biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang-
ulang. (M.A. Tulus, 1992 dalam (Prabowo, 2010) ).
Masa kerja sangat penting meningkatkan produktivitas jika pekerja yang
sudah lama bekerja menjadi sangat kompeten karena telah mengetahui
situasi tempat kerjanya. Apabila karyawan tidak nyaman berada di tempat
Page 51
37
kerja akan menimbulkan stress kerja dikarenakan pekerjaan yang monoton
dalam waktu lama dapat menimbulkan kebosanan dan rasa jenuh yang
kemudian dapat memicu stress. Stress akibat kerja akan menimbulkan
bermacam-macam dampak yang merugikan mulai dari risiko kecelakaan
kerja sampai gangguan kesehatan berupa peningkatan tekanan darah.
(Mahardhika, 2017)
Semakin lama seseorang bekerja maka semakin sering terpapar bahaya
yang ditimbulkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerjanya. pekerjaan yang
dilakukan secara kontinyu dapat berpengaruh terhadap sistem peredaran
darah, sistem pencernaan, otot, syaraf, dan sistem pernafasan (Suma’mur,
2014).
E. Tinjauan Umum Tentang Perilaku Merokok
Apapun yang meningkatkan ketagangan pembuluh darah dapat
menaikkan tekanan darah, termasuk nikotin yang ada dalam rokok. Nikotin
merangsang sistem saraf simpatik, sehingga pada ujung saraf tersebut
melepaskan hormon stres nerophineprhrine dan segera mengikat hormone
receptor alpha. Hormon ini mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh
tubuh. Oleh karena itu, jantung akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh
darah akan mengkerut. (Nengsih, 2015).
Selanjutnya akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan
menghalangi arus darah secara normal, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Sumber lain juga mengatakan hal senada, nikotin akan
meningkatkan tekanan darah dengan merangsang untuk melepaskan sistem
Page 52
38
humoral kimia, yaitu nerophinephrin melalui syaraf adrenergic dan
meningkatkan katekolamin yang dikeluarkan oleh medulla adrenal.
(Nengsih, 2015).
Volume darah merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan pada
sistem pengendalian darah. Karena volume darah dan jumlah kapasitas
pembuluh darah harus selalu sama dan seimbang. Dan jika terjadi perubahan
diameter pembuluh darah (penyempitan pembuluh darah), maka akan terjadi
perubahan pada nilai osmotic dan tekanan hidrostatis di dalam vaskuler dan
di ruang-ruang interstisial di luar pembuluh darah. Tekanan hidrostatis
dalam vaskuler akan meningkat, sehingga tekanan darah juga akan
meningkat. (Nengsih, 2015).
Page 53
39
F. Kerangka Teori
Gambar 1. Kerangka Teori
Sumber : A.M. Sugeng Budiono, dkk, (2003), Soedirman dan Suma’mur P.K
(2014).
Suhu/Tekanan
Panas
Kelembaban
Angin
Radiasi panas
Pakaian
Lingkungan Kerja Kapasitas Kerja
Usia
Perilaku Merokok
Gizi
Beban Kerja
A. Beban Fisik
Lama Kerja
Masa Kerja
B. Beban Mental
Hubungan dengan
atasan
Stres Kerja
Penyakit Akibat Kerja
Tekanan Darah
Meningkat Tidak Meningkat
Page 54
40
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan stress kerja
dengan tekanan darah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan
darah yaitu stress kerja, umur, masa kerja dan perilaku merokok.
1. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh
permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan
pembuluh darah. Tekanan darah adalah tekanan yang dihasilkan oleh
darah dari sistem sirkulasi atau sistem vaskuler terhadap dinding
pembuluh darah. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana
akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika
istrahat. Tekanan dalamn satu hari juga berbeda, paling tinggi saat pagi
hari dan paling rendah pada saat malam hari (Joyce,dkk 2008 dalam
(Nurmagfira, 2016))
2. Stress kerja
Stress akibat kerja adalah ketidakmampuan pekerja dalan menghadapi
tuntutan tugas yang mengakibatkan ketidaknyamanan dalam bekerja.
Dalam kaitannya dengan pekerjaan, semua dampak dari stress kerja
tersebut akan mengakibatkan performansi efisiensi dan produktivitas
kerja tenaga kerja yang bersangkutan (Tarwaka dkk, 2004).
Page 55
41
Hubungan antara stress dengan tekanan darah di duga melalui saraf
simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten.
Stress yang berlangsung lama akan dapat mengakibatkan peninggian
tekanan darah yang menetap. Dalam keadaan stress pembuluh darah akan
menyempit sehingga menaikkan tekanan darah (Nengsih, 2015).
3. Umur
Umur Merupakan faktor dari pekerja tersebut. Umur juga memiliki
kontribusi dalam hal menyebabkan peningkatan tekanan darah pada
pekerja. Hal ini dikarenakan, seiring bertambahnya umur pekerja maka
sistem sirkulasi darah akan terganggu karena pembuluh darah sering
mengalami penyumbatan dinding pembuluh darah menjadi keras dan
tebal serta pembuluh darah berkurang elasitisitasnya. Pekerja memiliki
kelemahan pada saat melakukan pekerjaan pada umur di atas 40 tahun.
4. Masa Kerja
Masa kerja merupakan lamanya pekerja tersebut bekerja di suatu
tempat. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi risiko
gangguan kesehatan yang diterima oleh pekerja. Menurut Budiono,dkk
(2003) semakin lama seorang perkerja bekerja maka banyak pekerja
terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaannya.
5. Perilaku Merokok
Hubungan dengan tekanan darah memang belum jelas. Menurut
referensi, nikotin dan karbondioksida yang terkandung dalam rokok akan
merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri sehingga elastisitas
Page 56
42
pembuluh darah berkurang dan menyebabkan tekanan darah meningkat
(depkes, 2007)
B. Kerangka Konsep
Gambar 2.
Kerangka Konsep
Keterangan: = Variabel independen
= Variabel Dependen
= Hubungan dua Variabel
Stres Kerja
Umur
Masa Kerja
Perilaku
Merokok
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Page 57
43
C. Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif
1. Tekanan Darah
Tekanan darah pada penelitian ini adalah tekanan darah sistolik dan
diastolik pada pekerja Pt. Pertamina (Persero) Dppu Hasanuddin yang
diukur 30 menit sebelum dan 30 menit sebelum sesudah bekerja.
Seseorang dikatakan mengalami kenaikan tekanan darah jika tekanan
darahnya melebihi dari nilai normalmya begitupun sebaliknya. Diukur
dengan menggunakan sphygmanometer dengan jenis air raksa dan
dinyatakan dengan satuan mmHg.
Kriteria Objektif:
Meningkat : apabila salah satu tekanan darah baik sistolik dan
diastolik ataupun keduanya yang diukur setelah
bekerja mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan sebelum bekerja.
Tidak meningkat : apabila salah satu tekanan darah baik sistolik dan
diastolik ataupun keduanya yang di ukur setelah
bekerja, tidak mengalami peningkatan (tetap atau
turun) dibandingkan dengan sebelum bekerja.
2. Stress Kerja
Stres kerja terjadi apabila seseorang dihadapkan pada pekerjaan yang
melampaui individu. Pengukuran stres kerja dalam penelitian ini
menggunakan alat bantu kuesioner Survei diagnostik Stres (Stress
Page 58
44
Diagnistic Survey) dalam buku stress a.t Work yang dikarang oleh
ivancevich dan Matterson tahun 1980.
Responden diminta untuk menjawab semua pertanyaan yang
diberi niali mulai dari 1 sampai 5 yang dianggap penting dan paling tepat
menyangkut sumber stres.
Kriteria Objektif :
a. Stres tinggi apabila skor total ≥ 91
b. Stres sedang apabila skor total antara 61-90
c. Stres rendah apabila skor total ≤ 60
(Matteson and Ivancevich, 1980)
3. Umur
Umur dalam penelitian ini adalah lamanya responden hidup sejak lahir
sampai saat penelitian dilakukan dan dinyatakan dengan satuan tahun
(Tarwaka.,2004).
Kriteria objektif :
a. Tua : Jika usia responden ≥ 40 tahun
b. Muda : Jika usia responden < 40 tahun
(Suma’mur, 2009)
4. Masa Kerja
Masa kerja berarti lamanya tenaga kerja bekerja di tempat kerjanya
dihitung sejak mulai bekerja di tempat tersebut sampai saat penelitian
dilakukan dalam satuan tahun (Tarwaka, 2004)
Kriteria objektif
Page 59
45
a. Lama :bila pekerja bekerja selama > 6 bulan
b. Baru :bila pekerja bekerja selama ≤ 6 bulan
5. Perilaku merokok
Perilaku merokok dalam penelitian ini dinilai dari respon atau
jawaban dari pertanyaan di kuesioner mengenai kebiasaan merokok
responden.
Kriteria objektif
a. Merokok : jika responden saat ini masih merokok
b. Tidak merokok : jika responden tidak pernah merokok, atau pernah
merokok dan sudah berhenti merokok saat ini (Bustan,1997)
D. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis null (Ho)
a. Tidak ada hubungan antara stress kerja dengan tekanan darah pada
pekerja PT. Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
b. Tidak ada hubungan antara umur dengan tekanan darah pada pekerja
PT. Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
c. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah pada
pekerja PT. Pertamina (Persero) DPPU HasanuddinTahun 2018.
d. Tidak ada hubungan perilaku merokok dengan tekanan darah pada
pekerja PT. Pertamina (Persero) DPPU HasanuddinTahun 2018.
Page 60
46
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada hubungan antara stress kerja dengan tekanan darah pada pekerja
PT. Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
b. Ada hubungan antara umur dengan tekanan darah pada pekerja PT.
Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
c. Ada hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah pada pekerja
PT. Pertamina (Persero) DPPU HasanuddinTahun 2018.
d. Ada hubungan hubungan perilaku merokok dengan tekanan darah
pada pekerja PT. Pertamina (Persero) DPPU HasanuddinTahun 2018.
Page 61
47
BAB IV
METODEOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional analitik
dengan rancangan cross sectional untuk mempelajari hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dan observasi sekaligus pada
waktu yang bersamaan. Pada penelitian ini variabel independennya adalah
stress kerja, umur, masa kerja dan perilaku merokok. Sedangkan variabel
dependennya adalah tekanan darah pada pekerja PT. Pertamina (Persero)
DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2018
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin
Tahun 2018
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja yang bekerja
pada PT. Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin yang memiliki jumlah
keseluruhan adalah 88 orang
Page 62
48
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dianggap perwakilan
dari populasi. Jumlah sampel yang diteliti diambil dengan menggunakan
metode exhaustive sampling, dimana semua semua populasi dipakai
sebagai sampel penelitian. Berdasarkan populasi pada PT.Pertamina
(Persero) DPPU Hasanuddin yang relatif sedikit yaitu sebanyak 88 orang
maka seluruh populasi dijadikan sampel pada penelitian ini (total
sampel).
D. Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
responden (sampel). Adapun pengumpulan data primer diperoleh melalui:
a. Data mengenai hasil pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan alat Sphygmomanometer..
b. Data mengenai karakteristik responden yaitu umur, masa kerja,
perilaku merokok dan sters kerja dapat diketahui melalui wawancara
dan pengisian kuesioner yang dilakukan pekerja.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber untuk mendukung data
primer yang didapatkan melalui pengambilan data profil PT. Pertamina
(Persero) DPPU Hasanuddin, dokumentasi/tulisan, buku-buku, jurnal dan
berbagai hasil penelitian yang terkait dengan penelitian serta informasi
Page 63
49
dari pihak-pihak yang berkaitan dengan kajian yang diteliti dan ada
relevansinya dengan permasalahan penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data
sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang
digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :
1. Sphygmomanometer Jenis Air Raksa
Sphygmomanometer adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan darah yang bekerja secara manual saat memompa
maupun mengurangi tekanan pada manset, dengan sistem non-invasive.
Cara kerja alat ini, yaitu sebagai berikut :
a. Sebelum mengukur tekanan darah, responden duduk bersandar selama
lima menit dengan kaki menyentuh lantai dan tangan sejajar dengan
jantung
b. Manset kemudian dipasang pada lengan atas, dengan batas bawah
manset 2-3 cm dari lipat siku dan posisi pipa manset tepat di atas
denyutan arteri di lipat siku (arteri brakialis) dan tutup katup pengatur
udara pada pompa karet manset tensimeter air raksa dengan cara
memutar kekanan sampai habis
c. Pompalah udara ke dalam manset dengan cara menekan pompa karet
berulang ulang sampai tekanan menunjukkan angka 140 mmHg,
tekanan 140 mmHg ini digunakan pada orang normal, bagi yang
menderita hipertensi maka tekanan dinaikkan 20 mmHg.
Page 64
50
d. Manset yang dipompa menyebabkan tekanannya meningkat dan
menekan arteri brakialis sehingga aliran darah berhenti mengalir.
e. Buka kembali katup pengatur utdara dengan cara memutar ke kiri,
Perhatikan turunnya air raksa pada silinder petunjuk lalu tekan
manometer (yang menunjukkan tekanan dalam manset),
f. Sambil mengatami angkanya, detakan yang didengar pertama kali
adalah sistolik sedangkan detakan terakhir sebelum suara benar hilang
adalah diastilik.
2. Kuesioner
Kuesioner adalah alat yang digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai data pekerja. Pengukuran stres kerja dilakukan dengan
menggunakan kuesioner SDS. Kuesioner ini berisi 30 butir pertanyaan
dan masing-masing butir pertanyaan diukur dengan skala likert 5 poin
sesuai dengan seringnya (frekuensi) kondisi yang dimaksud untuk
menjadi sumber stres. Teddy (2005) telah melakukan penelitian
mengenai stres kerja dengan menggunakan kuesioner Survei Diagnostik
Stres dan telah melakukan uji validitas dan reabilitas sebelum
menggunakan kuesioner ini dan hasil uji menunjukkan butir-butir
pertanyaan tersebut cukup valid dengan tingkat validitas mencapai 80%
dan handal untuk digunakan dalam penelitian stres kerja. Kuesioner ini
juga telah dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Departemen Kesehatan R. I.
Page 65
51
3. Alat Tulis
Alat Tulis adalah alat untuk mencatat hasil dari pengukuran selama
penelitian.
4. Kamera
Kamera adalah alat yang digunakan untuk mengambil dokumentasi
sebagai bukti selama penelitian berlangsung.
F. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan
program SPSS, dengan tahap sebagai berikut :
1. Memeriksa data (Editing), melakukan pemeriksaan terhadap data yang
dikumpulkan, memeriksa kelengkapan dan kesalahan dalam pengisian.
2. Member kode (coding), memberikan kode pada data untuk memudahkan
dalam memasukkan data ke program komputer.
3. Memasukkan data (entry data), dilakukan terlebih dahulu membuat entry
data pada program SPSS sesuai dengan variabel yang diteliti untuk
mempermudah proses analisi hasil penelitian, kemudian data yang telah
terkumpul dari hasil pengumpulan kuesioner dimasukkan ke dalam
komputer berdasarkan entry data yang dibuat sebelumnya.
4. Membersihkan data (cleaning data), pengecekan kembali data yang telah
dimasukkan ke dalam program SPSS untuk memastikan data tersebut
tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap
diolah dan dianalisis.
Page 66
52
G. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS. Adapun model
analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
Analisi univariat dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran
umum dengan mendiskripsikan tiap-tiap variabel penelitian yaitu dengan
melihat gambaran distribusi frekuansi baik variabel independen maupun
dependen.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui
hubungan atau korelasi terhadap dua variabel. Analisis ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan stress kerja, umur, masa kerja dan perilaku
merokok dengan tekanan darah pada pekerja Pt Pertamina Persero DPPU
Hasanuddin dengan menggunakan uji statistik Chi-square dengan
memenuhi syarat menggunakan derajat kemaknaan α = 0,05 (dengan
kepercayaan 95%).
Pengujian menggunakan rumus sebagai berikut :
Page 67
53
Keterangan :
= Chi Square
O =Nilai Observasional
E = Nilai Expected (Frekuensi Harapan)
Nilai E= (total kolom x total baris) / total pengamatan
df = (b-1) (k-1)
Dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan
tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95% jika > 0,05, maka
diterima artinya menunjukkan dua variabel tersebut tidak ada hubungan
dan jika ≤ 0,05 maka ditolak artinya menunjukkan dua variabel
tersebut ada hubungan.
H. Penyajian Data
Penyajian data kuantitatif yang telah diolah dan dianalisis kemudian
disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan cross tab serta narasi untuk
membahas hasil penelitian.
Page 68
54
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi
PT. Pertamina Aviasi, DPPU Hasanuddin merupakan salah satu unit operasi
Pertamina di bawah unit Aviation Region VII Sulawesi yang mulai beroperasi
tahun 1973 dan kemudian dilakukan pembaharuan pada New Land Field pada
Tahun 2012. DPPU Hasanuddin memiliki tugas melayani kebutuhan Bahan
Bakar Minyak Pesawat Udara (BBMP) untuk seluruh penerbangan baik
domestic, internasional maupun penerbangan non sipil.
Kegiatan operasional DPPU Hasanuddin meliputi penerimaan, penimbunan
dan penyaluan BBMP Avtur. Kegiatan penerimaan BBMP Avtur dilakukan
melalui dermaga di Terminal BBM Makassar kemudian didistribusikan melalui
Bridger milik vendor transportir ke DPPU Hasanuddin. Kegiatan Penimbunan
BBMP Avtur dilakukan dengan menggunakan Tangki Timbun sebanyak 4 unit
dengan kapasitas tiap Tangki 2000 KL. Kegiatan penyaluran dilakukan melalui
bangsal pengisian dan disalurkan dengan menggunakan mobil Refueller
Pertamina ke Pesawat Udara di Bandara Hasanuddin Makassar.
Pada proses operasional pekerjaan begitu berat dan begitu monoton
menyebabkan stres pada pekerja. Aktifitas fisik yang berlebihan serta tugas
dan beban kerja yang menumpuk juga merupakan sebuah masalah dalam
pekerjaan bagi manusia. Aktifitas fisik dan tugas serta beban kerja yang
menumpuk pada DPPU Hasanuddin yang diikuti ketidakmampuan pekerja
dalam menyesuaikan diri dapat mengakibatkan masalah psikologis bagi tenaga
Page 69
55
kerja. Masalah psikologis tersebut adalah stres. Stres kerja yang tinggi dapat
menjadi pemicuh terbesar kenaikan tekanan darah pada pekerja. Selain stres,
umur dan masa kerja serta perilaku merokok pekerja berpengaruh besar
terhadap kenaikan tekana darah pekerja.
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin
kota Makassar. Pengumpulan data dimulai pada tanggal 10 Maret sampai
dengan 24 Maret 2018. Jenis penelitian yang digunakan yaitu observasional
analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel
menggunakan metode exhaustive sampling yaitu seluruh populasi dijadikan
sampel sebanyak 88 orang. Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara
langsung kepada responden mengenai karakteristik responden dan masa kerja,
pengukuran stres kerja menggunakan kuesioner SDS, pengukuran tekanan
darah dengan menggunakan sphygmanometer jenis air raksa. Data yang
diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS versi 20 dan
data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan tabulasi silang (crosstab)
sesuai dengan tujuan penelitian dan disertai narasi sebagai penjelasan tabel.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh jumlah responden sesuai
dengan yang telah ditentukan yaitu 88 responden. Adapun hasil penelitian
disajikan dalam tabel dan narasi.
1. Analisis Univariat
Adapun hasil dari penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel dan
narasi sebagai berikut:
Page 70
56
a. Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan menggunakan sphygmanometer
jenis air raksa. Pengukuran tekanan darah dilakukan 30 menit pada saat
sebelum dan 30 menit sebelum setelah responden bekerja untuk melihat
apakah terdapat peningkatan tekanan darah sebelum dan setelah bekerja.
Tekanan darah dibedakan menjadi dua kategori yaitu meningkat
jika tekanan darah mengalami peningkatan setelah bekerja dibandingkan
dengan tekanan darah sebelum bekerja dan dikatakan tidak meningkat
jika tekanan darah setelah bekerja mengalami penurunan atau tetap
dibandingkan dengan tekanan darah sebelum bekerja. Data responden
mengenai tekanan darah dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Tekanan Darah Pada
Pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin
Kota Makassar Tahun 2018
Kategori Tekanan Darah Responden
n %
Meningkat
Tidak Meningkat
62
26
70,5
29.5
Total 88 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 88 responden,
lebih banyak yang mengalami peningkatan tekanan darah yaitu
sebanyak 62 responden (70,5%) dibandingkan dengan responden yang
tidak mengalami peningkatan darah yaitu sebanyak 26 orang (29,5%).
b. Distribusi Responden Berdasarkan Stres Kerja
Page 71
57
Stres kerja responden dikelompokkan menjadi 3 kategori yakni ringan
jika jumlah skor total < 60, sedang jika skor 61-90 dan berat jika skor
total >90. Penyajian data berdasarkan distribusi responden menurut stres
kerja dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Stres Kerja pada
Pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin
Kota Makassar Tahun 2018
Stres kerja Responden
n %
Berat
Sedang
Ringan
48
23
17
54,5
26,1
19,3
Total 88 100 Sumber: Data Primer, 2018
Berdasarkan data pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa jumlah
responden dengan stres kerja berat lebih besar yaitu sebanyak 48
responden (60%) dibandingkan dengan jumlah responden dengan stres
kerja sedang yaitu sebanyak 23 responden (26,1%) dan stres kerja ringan
sebanyak 17 responden (19,3%).
c. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur responden dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu
umur tua (≥ 40 tahun) dan umur muda (< 40 tahun). Data umur pekerja
dapat dilihat pada tabel berikut :
Page 72
58
Tabel 5.3
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur pada
PekerjaPT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin
Kota Makassar Tahun 2018
Kategori Umur Responden
n %
Tua
Muda
30
58
34,1
65,9
Total 88 100
Sumber : Data Primer 2018
Berdasarkan pada table 5.3 didapatkan data yang menunjukkan bahwa
dari 88 responden, pekerja pada usia muda lebih banyak yaitu sebanyak
58 orang (65,9%) dibandingkan dengan pekerja tua yaitu sebanyak 30
orang (34,1%).
d. Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja
Masa kerja pada penelitian ini dibagi dalam dua kategori yaitu
baru jika pekerja telah bekerja ≤6 Bulan dan dikategorikan lama, jika
pekerja telah bekerja >6 Bulan. Adapun distribusi responden
berdasarkan masa kerja, yaitu :
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Masa Kerja pada
Pekerja PT Pertamina ( Persero) DPPU Hasanuddin
Kota Makassar Tahun 2018
Masa kerja (Bulan) Responden
n %
Lama (> 6 Bulan)
Baru (≤ 6 Bulan)
79
9
89,8
10,2
Total 88 100 Sumber: Data Primer, 2018
Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 88 responden,
jumlah responden dengan masa kerja lama lebih banyak yaitu sebanyak
Page 73
59
79 responden (89,9%) dan jumlah responden dengan masa kerja baru
sebanyak 9 responden (10.2%).
e. Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku Merokok
Perilaku Merokok pada penelitian ini dibagi dalam dua kategori
yaitu merokok dan tidak merokok. Adapun distribusi responden
berdasarkan perilaku merokok, yaitu :
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Perilaku Merokok pada
Pekerja PT Pertamina ( Persero) DPPU Hasanuddin
Kota Makassar Tahun 2018
Perilaku Merokok Responden
N %
Merokok
Tidak Merokok
56
32
63,6
36,4
Total 88 100 Sumber: Data Primer, 2018
Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 88 responden,
jumlah responden dengan perilaku merokok lebih banyak yaitu sebanyak
56 responden (63,6%) dan jumlah responden dengan perilaku tidak
merokok sebanyak 32 responden (10.2%).
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan uji statistik yang digunakan untuk melihat
hubungan antara variabel independen stres kerja, umur, masa kerja dan
perilaku merokok dengan variabel dependen tekanan darah. Adapun hasil
analisis ini kemudian disajikan dalam bentuk crosstab sebagai berikut:
a. Hubungan Stres Kerja dengan Tekanan Darah
Page 74
60
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data
mengenai hubungan stres kerja dengan Tekanan Darah. Berikut adalah
hasil tabulasi silang antara stres kerja dengan tekanan darah dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.6
Hubungan Stres Kerja dengan Tekanan Darah pada Pekerja
PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin
Kota Makassar 2018
Stres Kerja
Tekanan Darah
Total hasil uji
statistic
Meningkat Tidak
Meningkat
n % n % n %
Berat ( >90 ) 41 85,4 7 14,6 48 100
p = 0.001
Sedang (61-90) 15 65,2 8 34,8 25 100
Rendah (≤60) 6 35,3 11 64,7 17 100
Total 62 70,5 25 29,5 40 100 Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.6 dengan jumlah responden 88 orang
menunjukkan bahwa persentase yang mengalami peningkatan tekanan
darah pada pekerja Pertamina DPPU Hasanuddin lebih banyak pada
kelompok stres berat yakni 41 responden (85,4%) dibanding dengan
kelompok stres sedang yakni 15 responden (65,2%) dan stres rendah
yakni 6 responden (35,3%). Sedangkan persentase yang tekanan
darahnya tidak meningkat lebih banyak pada kelompok stres rendah
baru yakni 11 responden (64,7%) dibanding dengan kelompok stres kerja
berat yakni 7 responden (14,6%).
Page 75
61
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square
menunjukkan bahwa nilai (p value= 0,001), karena nilai p < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan
stres kerja dengan tekanan darah pada pekerja PT Pertamina (Persero)
DPPU Hasanuddin tahun 2018.
b. Hubungan Umur dengan Tekanan Darah
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data
mengenai hubungan umur dengan peningkatan tekanan darah. Berikut
adalah hasil tabulasi silang antara umur dengan tekanan darah yang
dapat dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 5.7
Hubungan Umur dengan Tekanan Darah Pada Pekerja
PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin
Kota Makassar Tahun 2018
Umur
Tekanan Darah
Total hasil uji
statistic
Meningkat Tidak
Meningkat
n % N % n %
Tua 28 93,3 2 6,7 30 100 p = 0.002
Muda 34 58,6 24 41,4 58 100
Total 62 70,5 26 29,6 88 100 Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.7 dengan jumlah responden 88 orang
menunjukkan bahwa persentase yang mengalami peningkatan tekanan
darah pada pekerja Pertamina DPPU Hasanuddin lebih banyak pada
kelompok umur tua yakni 28 responden dari total 30 responden (93,3%)
dibanding dengan kelompok umur muda yakni 34 responden dari total
58 responden (58,6%). Sedangkan persentase yang tekanan darahnya
Page 76
62
tidak meningkat lebih banyak pada kelompok umur muda yakni 24
responden (41,4%) dibanding dengan kelompok umur tua yakni 2
responden (6,7%).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square
menunjukkan bahwa nilai (p value= 0,002), karena nilai p < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan
antara umur dengan peningkatan tekanan darah pada pekerja PT
Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin tahun 2018.
c. Hubungan Masa Kerja dengan Tekanan Darah
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data
mengenai hubungan masa kerja dengan tekanan darah. Berikut adalah
hasil tabulasi silang antara masa kerja dengan tekanan darah dapat dilihat
dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.8
Hubungan Masa Kerja dengan Tekanan Darah pada Pekerja
PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin
Kota Makassar Tahun 2018
Masa kerja
Tekanan darah
Total hasil uji
statistic
Meningkat Tidak
meningkat
n % n % n %
Lama 59 74,7 20 25,3 79 100 p = 0.018
Baru 3 33,3 6 66,7 9 100
Total 62 70,5 26 29,5 88 100 Sumber : Data Primer, 2018
Berdasarkan tabel 5.8 dengan jumlah responden 88 orang
menunjukkan bahwa persentase yang mengalami peningkatan tekanan
darah pada pekerja Pertamina DPPU Hasanuddin lebih banyak pada
Page 77
63
kelompok masa kerja lama yakni 59 responden (74,7%) dibanding
dengan kelompok masa kerja baru yakni 3 responden (33,3%).
Sedangkan persentase yang tekanan darahnya tidak meningkat lebih
banyak pada kelompok masa kerja baru yakni 6 responden dari total
responden 9 (66,7%) dibanding dengan kelompok masa kerja lama yakni
20 responden dari 79 responden (25,3%).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square
menunjukkan bahwa nilai (p value= 0,018), karena nilai p < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan
antara masa kerja dengan peningkatan tekanan darah pada pekerja PT
Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin tahun 2018.
d. Hubungan Perilaku Merokok dengan Tekanan Darah
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh data
mengenai hubungan perilaku merokok dengan tekanan darah. Berikut
adalah hasil tabulasi silang antara masa kerja dengan tekanan darah dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 5.8
Hubungan Perilaku Merokok dengan Tekanan Darah pada
Pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin
Kota Makassar Tahun 2018
Perilaku
merokok
Tekanan darah
Total hasil uji
statistic
Meningkat Tidak
meningkat
n % n % n %
Merokok 46 82,1 10 17,9 56 100 p = 0.003
Tidak merokok 16 50,0 16 50,0 32 100
Total 62 70,5 26 29,5 88 100 Sumber : Data Primer, 2018
Page 78
64
Berdasarkan tabel 5.8 dengan jumlah responden 88 orang
menunjukkan bahwa persentase yang mengalami peningkatan tekanan
darah pada pekerja Pertamina DPPU Hasanuddin lebih banyak pada
kelompok merokok yakni 46 responden (82,1%) dibanding dengan
kelompok tidak merokok yakni 16 responden (50,0%). Sedangkan
persentase yang tekanan darahnya tidak meningkat lebih banyak pada
kelompok tidak merokok yakni 16 responden (50,0%) dibanding dengan
kelompok merokok yakni 10 responden (17,9%).
Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji Chi-Square
menunjukkan bahwa nilai (p value= 0,003), karena nilai p < 0,05 maka
Ho ditolak dan Ha diterima. Diinterpretasikan bahwa terdapat hubungan
antara perilaku merokok dengan peningkatan tekanan darah pada pekerja
PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin tahun 2018.
C. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara stres kerja,
umur, masa kerja dan perilaku merokok dengan tekanan darah pada pekerja PT
Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin tahun 2018. Adapun pembahasan dari
hasil analisis data variabel penelitian dinarasikan sebagai berikut:
1. Hubungan Stres Kerja dengan Tekanan Darah
Stres mungkin tidak secara langsung menyebabkan hipertensi, namun
stres menyebabkan peningkatan tekanan darah ulang, yang akhirnya dapat
berujung hipertensi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
melalui stres, diantaranya stres karena kehidupan sehari-hari, tekananan
Page 79
65
pekerjaan, perbedaan suku bangsa, lingkungan sosial dan tekanan
emosional. Jika salah satu faktor risiko digabungkan dengan faktor-
faktor stres diatas maka akan terjadi peningkatan tekanan darah dua kali
lipat.
Hal ini diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan terkanan
darah secara intermittent. Apabila stres berlangsung lama dapat
mengakibatkan tingginya tekanan darah yang menetap. Salah satu tugas
saraf simpatis adalah merangsang pengeluaran hormon adrenalin. Hormon
ini dapat menyebabkan jantung berdenyut lebih cepat dan menyebabkan
penyempitan kapiler darah tepi (Darwane and Manurung, 2012)).
Stres kerja responden dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu berat
>90, sedang 61-90 dan rendah ≤ 60. Berdasarkan hasil distribusi frekuensi
diperoleh bahwa dari 88 responden, terdapat 48 responden (54,5%) yang
termasuk kategori stres kerja berat, 23 responden (26,1) yang termasuk
kategori stres kerja sedang dan responden dengan stres kerja rendah
sebanyak 17 responden (19,3%).
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa dari 88 responden, pekerja
dengan stres kerja berat lebih banyak yang mengalami peningkatan tekanan
darah yaitu sebanyak 41 responden (85,4%) dibandingkan stres kerja sedang
sebanyak 15 responden (65,2%) dan stres rendah dengan jumlah 6
responden (35,5%). Hasil analisis data menggunakan uji chi-square
diperoleh nilai p = 0,001 karena nilai p< 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan yang signifikan
Page 80
66
antara stres kerja dengan tekanan darah PT Pertamina (Persero) DPPU
Hasanuddin.
Penelitian ini terdapat hubungan antara stres kerja dengan tekanan darah,
hal ini dikarenakan pekerja banyak melakukan pekerjaan yang semestinya
dilakukan oleh dua orang tetapi dilakukan sendiri sehingga beban kerja yang
diterima lebih besar yang mengakibatkan pekerja menjadi stres, ketika stres
katekolamin dalam yang ada dalam tubuh meningkat sehingga
menyebabkan aktivitas saraf simpatis. Ketika saraf simpatis meningkat
maka akan terjadi peningkatan kontraktilitas otot jantung sehingga curah
jantung meningkat, keadaan inilah yang menjadi faktor pencetus kenaikan
tekanan darah.
Stres dapat meningkatkan tekanan darah yang bersifat sementara. Tetapi
apabila tidak diketahui cara menghadapi atau memanajemen stres sehingga
menimbulkan stres berkepanjangan yang berujung pada peningkatan
tekanan darah menetap. Hal ini akan sangat berbahaya bagi orang yang
sehat karena akan berujung pada hipertensi dan sangat berbahaya bagi yang
sudah mengidap hipertensi serta dapat mengakibatkan kekambuhan
hipertensi. Pada saat stres, akan terjadi pelepasan hormon adrenalin dan
kortisol yang dapat menyempitkan pembuluh darah dan dapat meningkatkan
denyut jantung. Hal ini tentu akan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
Kenaikan tekanan darah akan bervariasi tergantung dari besarnya stres dan
bagaimana cara orang tersebut menghadapi stres.
Page 81
67
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Pangkung, 2016)
pada perawat instalasi rawat inap rumah sakit stella maris makassar dimana
presentase hipertensi lebih banyak pada pada perawat yang stres tinggi yaitu
sebanyak 14 orang (87.5 %) dibandingkan perawat yang stres rendah yaitu
sebanyak 11 orang (10,6%). Hasil uji statistic menggunakan uji Mann
Whitney memperoleh nilai p =0,000 ( p < 0,05) sehingga dinyatakan
terdapat hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan hipertensi pada
perawat instalasi rawat inap rumah sakit stella maris makassar.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
(Stefany, 2012) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara stres
dengan hipertensi. Dari hasil uji chi-square diperoleh p = 1,000 ( p > 0,05).
Tidak ada hubungan yang bermakna pada penelitian ini disebabkan besar
sampel yang tidak mencukupi untuk menunjukkan hubungan bermakna.
2. Hubungan Umur dengan Tekanan Darah
Umur pada penelitian ini adalah lama seseorang hidup yang dihitung
mulai dari tanggal lahir hingga penelitian ini berlangsung. Umur merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah. Hipertensi terjadi pada
segala usia, tetapi paling sering menyerang orang dewasa yang berusia 35
tahun atau lebih (Hartono, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata umur pekerja di
pertamina DPPU Hasanuddin kebanyakan berumur muda dibandingkan
dengan umur tua. Dari 88 responden, sebanyak 58 responden (65,9%)
berumur muda dan 30 responden (34,1%) berumur tua.
Page 82
68
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa dari 88 responden, pekerja
dengan umur tua yang mengalami peningkatan tekanan darah adalah
sebanyak 28 responden (93,3%) dan pekerja dengan umur muda yang
mengalami yang mengalami peningkatan tekanan darah adalah sebanyak 34
responden (58,6%). Hasil analisis data menggunakan uji chi-square
diperoleh nilai p = 0,002 karena nilai p< 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan antara umur
dengan tekanan darah PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin.
Penelitian ini terdapat hubungan antara umur dengan tekanan darah, hal
ini dikarenakan bertambahnya usia seseorang menyebabkan kelenturan atau
keelastisitas pembuluh darah semakin berkurang sehingga ketika denyut
jantung meningkat dikarenakan sistem saraf yang dirangsang oleh stress,
maka pembuluh darah kurang bisa melebar dan akan menaikkan tekanan
darah. Tekanan darah sistolik akan naik terus perlahan seiring bertambahnya
usia, dan akan naik tajam setelah usia 40 tahun sedangkan tekanan darah
diastolik akan tetap perlahan naik sampai usia 60 tahun kemudian cenderung
menurun setelah itu (Sempel, 1996).
Penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan
(Zulharmans, 2014) menunjukkan bahwa ada hubungan antara kelompok
umur dengan tekanan darah, hasil distribusi antara umur dan tekanan darah
diketahui bahwa kategori umur tua lebih banyak mengalami kenaikan
tekanan darah yaitu 71,43 % dibandingkan dengan umur muda yaitu
sebanyak 27,27 %.
Page 83
69
Penelitian lain yang sejalan yaitu penelitian yang dilakukan oleh
(Gerungan et al., 2016) bahwa sebanyak 53 responden (65,4%) mengalami
hipertensi pada umur tua dan pada umur muda sebanyak 4 responden
(21,1%). Hasil uji statistik antara umur dengan kejadian hipertensi yaitu ada
hubungan yang bermakna dengan nilai p = 0,000 < p = 0,05.
Hasil penelitian menemukan bahwa umur ≥ 40 tahun memiliki resiko
terkena hipertensi sebesar 11,71 kali dibandingkan dengan umur muda <40
tahun. Akibat bertambahnya umur, terjadi penurunan fungsi fisiologi dan
daya tahan tubuh karena penuaan sehingga seseorang rentan terhadap
penyakit salah satunya yaitu hipertensi (Kementrian, 2003)
3. Hubungan Masa Kerja dengan Tekanan Darah
Masa kerja pada penelitian ini adalah masa pekerja mulai dari awal
melakukan pekerjaan di PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin sampai
saat dilakukan penelitian. Masa kerja merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi peningkatan tekanan darah pada pekerja. Pekerja yang
bekerja di suatu lingkungan kerja yang kurang mendukung suatu saat akan
berdampak pada kesehatan pekerja tersebut. Penyakit akibat kerja
dipengaruhi oleh masa kerja. Semakin lama seseorang bekerja disuatu
tempat semakin besar kemungkinan mereka terpapar oleh faktor-faktor
lingkungan kerja baik fisik, kimia, biologi dan psikologi yang dapat
menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit akibat kerja sehingga akan
berakibat menurunnya efisiensi dan produktivitas kerja seorang tenaga kerja
(Wahyu, 2003).
Page 84
70
Masa kerja responden dikelompokkan ke dalam 2 kategori yaitu lama
jika masa kerja ≤ 6 bulan dan baru jika masa kerja > 6 bulan. Berdasarkan
hasil distribusi frekuensi diperoleh bahwa dari 88 responden, terdapat 79
responden (89,8%) yang termasuk kategori masa kerja lama dan responden
dengan masa kerja baru sebanyak 9 responden (10,2%).
Hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa dari 88 responden, pekerja
dengan masa kerja lama yang mengalami peningkatan tekanan darah adalah
sebanyak 59 responden (74,7%) dan pekerja dengan masa kerja baru yang
mengalami yang mengalami peningkatan tekanan darah adalah sebanyak 3
responden (33,3%). Hasil analisis data menggunakan uji chi-square
diperoleh nilai p = 0,018 karena nilai p< 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga ada hubungan antara masa kerja
dengan tekanan darah PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin.
Penelitian ini terdapat hubungan antara masa kerja dengan tekanan darah,
hal ini dikarenakan pekerja dengan masa kerja yang lama berarti telah lama
terpapar resiko bahaya di tempat kerja dan lebih lama menerima pekerjaan
yang berlebih dan monoton sehingga pekerja lebih lama mengalami stres
apabila pekerja tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi tersebut.
Pekerja yang memiliki masa kerja lama, lebih berisiko mengalami
hipertensi, terlebih lagi jika pekerja tersebut mengalami stres yang terus
menerus dalam waktu lama sehingga dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah.
Page 85
71
Masa kerja dapat mempengaruhi pekerja baik pengaruh positif maupun
negatif. Pengaruh positif terjadi bila semakin lama masa kerja seorang
dapat lebih berpengalaman lagi dan dapat memanajemen waktunya dengan
baik sebaliknya jika tidak dapat menyesuaikan diri dalam pekerjaan maka
pekerja dengan masa kerja lama akan mengalami kebosanan dan kejenuhan
dalam pekerjaannya yang dapat berujung pada stres dan berakibat pada
kesehatan pekerja itu sendiri.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian (Harahap et al., 2016)
menunjukkan bahwa bahwa pekerja yang memiliki tekanan darah tinggi
lebih banyak pada pekerja yang bekerja di PLTD/G lebih dari 5 tahun
(masa kerja lama) yaitu 76,5% dibandingkan dengan pekerja yang bekerja
kurang atau sama dengan 5 tahun yaitu 12,9%. Sedangkan pekerja yang
memiliki tekanan darah normal lebih banyak pada pekerja yang bekerja di
PLTD/G kurang atau sama dengan 5 tahun (masa kerja baru) yaitu 87,1%
dibandingkan dengan pekerja yang bekerja lebih dari 5 tahun yaitu 23,5%.
Hasil uji statistik di peroleh p-value 0,000, maka ada hubungan masa
kerja dengan dengan tekanan darah tinggi pada pekerja di PLTD/G Payo
Selincah kota Jambi tahun 2016.
4. Hubungan Perilaku Merokok dengan Tekanan Darah
Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan tekanan
darah. Kandungan dalam rokok yaitu nikotin bersifat simpatomimetik yang
mengakibatkan peningkatan denyut jantung sehingga dapat meningkatkan
tekanan darah. Pada saat tekanan darah meningkat, jantung bekerja lebih
Page 86
72
keras memompa darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi
tubuh. Jika dibiarkan, dapat mengganggu fungsi organ-organ lain, terutama
organ-organ vital seperti jantung dan ginjal (Farabi et al., 2017).
Berdasarkan hasil distribusi frekuensi diperoleh bahwa dari 88
responden, terdapat 56 responden (63,6%) yang termasuk kategori merokok
dan responden dengan tidak merokok sebanyak 32 responden (36,4%). Hasil
tabulasi silang menunjukkan bahwa dari 88 responden, pekerja yang
merokok dan mengalami kenaikan tekanan darah adalah sebanyak 46
responden (82,1%) dan pekerja yang tidak merokok dan mengalami
kenaikan tekanan darah adalah sebanyak 16 responden (50,0%). Hasil
analisis data menggunakan uji chi-square diperoleh nilai p = 0,003 karena
nilai p< 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
sehingga ada hubungan antara perilaku merokok dengan tekanan darah pada
pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
Penelitian ini terdapat hubungan antara perilaku merokok dengan tekanan
darah, hal ini dikarenakan faktor pemicu atau resiko peningkatan tekanan
salah satunya yaitu kebiasan merokok. Merokok merupakan salah satu
kebiasaan yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Dengan menghisap
rokok akan mempunyai pengaruh besar terhadap tekanan darah dan
berujung pada hipertensi. Hal ini disebabkan karena gas CO yang dihasilkan
oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah “kramp” sehingga
tekanan darah naik.
Page 87
73
Nikotin di dalam rokok setelah masuk ke dalam tubuh, akan memberi
sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin).
Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa
jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi.
Pengaruh rokok sehingga dapat mempengaruhi tekanan darah dikarenakan
kandungan atau zat yang terkandung di dalam rokok. Zat-zat kimia
beracun, seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui rokok,
masuk kedalam aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri, mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. Rokok akan
mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh di
ginjal sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. Merokok sebatang
setiap hari akan meningkatkan tekanan sistolik 10-25 mmHg dan menambah
detak jantung 5-20 kali per menit (Eirmawati et al., 2014).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Purwanti,
2018) menunjukkan bahwa dari 76 responden yang merokok ada sebanyak
42 (55,3%) responden yang mengalami tekanan darah kategori (hipertensi)
dan 34 (44,7%) responden yang mengalami tekanan darah normal. Uji
statistik menggunakan Chi-square diperoleh p=0,000 (p<0,05 yang berarti
penilitian ini terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan
terjadinya hipertensi pada pegawai CV Lusindo Desa Sukadanau Cikarang
Barat.
Page 88
74
D. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini yaitu :
1. Metode penelitian yang digunakan adalah metode cross sectional study yang
penarikan kesimpulannya didasarkan pada saat penelitian berlangusng
sehingga ada kemungkina variabel yang diteliti dapat berubah kemudian
hari dan tidak dipantau secara berkelanjutan.
2. Penelitian ini tidak semua faktor yang menyebabkan tekanan darah diukur
sehingga bisa saja ada kemungkinan variabel yang tidak diteliti menjadi
penyebab utama dari tekanan darah yang dialami pekerja PT Pertamina
(Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018.
\
Page 89
75
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis variabel yang diteliti tentang
hubungan stres kerjadengantekanandarahpada pekerja PT Pertamina (Persero)
DPPU HasanuddinTahun 2018 dapat disimpulkan bahwa:
1. Dari 88 pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU HasanuddinTahun 2018
yang mengalami peningkatan tekanan darah lebih banyak pada kelompok
stress kerja berat yaitu 41 responden (85,4 %) . Dari hasil uji statistik
yang dilakukan didapatkan bahwa semakin berat stress seseorang
semakin besa rmengalami kenaikan tekanan darah.
2. Dari 88 pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018
yang mengalami peningkatan tekanan darah lebih banyak pada kelompok
umur tua yaitu 28 responden dari total 30 responden (93,3 %). Dari hasil
uji statistik yang dilakukan didapatkan bahwa bertambahnya usia
menyebabkan kelenturan atau keelastisitas pembuluh darah semakin
berkurang sehingga akan menaikkan tekanan darah
3. Dari 88 pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun
2018yang mengalami peningkatan tekanan darah lebih banyak pada
kelompok masa kerja lama yaitu 59 responden (74,7%). Dari hasil uji
statistik yang dilakukan didapatkan bahwa semakin lama bekerja berarti
telah lama terpapar resiko bahaya di tempat kerja dan lebih lama
Page 90
76
menerima pekerjaan yang berlebih dan monoton sehingga pekerja lebih
lama mengalami stres yang berujung pada kenaikan tekanan darah.
4. Dari 88 pekerja PT Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin Tahun 2018
yang mengalami peningkatan tekanan darah lebih banyak pada kelompok
Perilaku merokok yaitu 59 responden (82,1%). Dari hasil uji statistik
yang dilakukan didapatkan bahwa pada kelompok perokok gas CO yang
dihasilkan oleh asap rokok dapat menyebabkan pembuluh darah “kramp”
sehingga tekanan darah naik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, adapun saran yang dapat
diberikan yaitu sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada Manager Pertamina untuk menambah jumlah pekerja
dan dalam pembagian tugas disesuaikan kemampuan fisik dan mental yang
dimiliki pekerja agar tidak terjadipenyakit akibat kerja khususnya stres
kerja yang mampu mempengaruhi produktivitas dankesehatanpekerja.
2. Diharapkan kepada Manager Pertamina agar melakukan pelatihan dalam
menanggulangi stres kerja
3. Diharapkan kepada Manager Pertamina untuk mengadakan tes kesehatan
secara rutin agar menghindari gangguan kesehatan seperti hipertensi pada
pekerja.
4. Diharapkan kepada Manager Pertaminauntuk memberikan reward kepada
pekerja yang memiliki masa kerja lama dan produktif agar pekerja merasa
termotivasi dalam melakukan pekerjaannya.
Page 91
77
5. Diharapkan kepada Manager Pertamina agar menetapkan kawasan bebas
asap rokok sehingga pekerja yang tidak merokok tidak terpapar asap rokok
dari pekerja yang merokok disekitarnya yang dapat menyebabkan
gangguan kesehatan.
6. Diharapkan kepada peneliti selanjutya untuk meneliti beberapa faktor lain
penyebab tekanan darah yang belum sempat diteliti pada penelitian ini,
sehingga bisa saja variabel tersebut menjadi penyebab utama dari
tekanandarah.
Page 92
DAFTAR PUSTAKA
Anggara, F. H. D. & Prayitno, N. 2012. Faktor-Faktor Yang Berubungan dengan
Tekanan Darah Di Puskesmas Telaga Murni, Cikarang Barat. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, 5.
Aripin. 2015. Pengaruh Aktivitas Fisik, Merokok dan Riwayat Penyakit Dasar
Terhadap Terjadinya Hipertensi Di Puskemas Sempu Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2015. e-Jurnal Medika Udayana. Denpasar:Universitas
Udayana
Arifin, D. F. 2016. Analisis Pengaruh Indeks Masa Tubuh (Imt), Stres Dan Usia
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Tenaga Kerja Kontraktor
Pembangunan Workshop Pt. Pertamina Ep Asset 4 Field Cepu Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Beavers, D. G. 2008. Tekanan Darah. Jakarta:Penerbit Dian Rakyat
Bell, K., Twings, J & Olin, B. R.2015. Hypertension: The Silent Killer: Update
JNC-8 Guideline Recomendation.
Budiono, A.M. Sugeng, dkk. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan
Keselamatan
Kerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP Edisi Kedua.
Bullock, Barbara L. 1996. Pathophysiology Adaptations In Function Phidelphia.
New York: Lippincott.
Bustan, M. N. 1997. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta.
Jakarta.
Darwane, I. W. & Manurung, I. 2012. Hubungan Stres Dengan Kenaikan Tekanan
Darah Pasien Rawat Jalan Jurnal Keperawatan, VIII.
Dewi, Dian Ika Pitaloka. 2011. Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan
Darah Pada Karyawan Di Unit Fermentasi PT.Indo Acidatama Tbk.Kemiri
Kebakramat, Karanganyar. Skripsi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Depkes. 2007. Pedoman Pengukuran Dan Pemeriksaan Riskesdas 2007.
Jakarta: Tim Riskesdas Balit bangkes.
Page 93
Depkes, RI, (2009), Pedoman Pengendalian Faktor Risiko Penyakit Jantung dan
Pembuluh Darah, Direktorat Jendral PP & PL, Jakarta.
Eirmawati, C., Wiratmo & S, P. B. 2014. Hubungan antara Kebiasaan Merokok
dengan Kejadian Hipertensi di RSD dr. Soebandi Jember (Correlation
Between Smoking and the Incidence of Hypertensionin Department of
Cardiovascular Disease RSD dr. Soebandi Jember). e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, 2.
Farabi, A. F., Afriwardi & Revilla, G. 2017. Hubungan Kebiasaan Merokok
dengan Tekanan Darah pada Siswa SMK N 1 Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas 2017.
Fitriani, N. & Nilamsari, N. 2017. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tekanan Darah Pada Pekerja Shift Dan Pekerja Non-Shift Di Pt. X Gresik.
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health 2.
Gerungan, A. M. T., Kalesaran, A. F. C. & Akili, R. H. 2016. Hubungan Antara
Umur, Aktifitas Fisik dan Stress Dengan Kejadian Hipertensi di
Puskesmas Kawangkoan.
Guyton, AC. dan Hall John E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran
Jakarta:EGC.
Harahap, P. S., Marisdayana, R. & Zamiati, Z. 2016. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tekanan Darah Pekerja Di Pltd/G
Hartono, H. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Jakarta, Pustaka Sinar
Harapan.
Health and Safety Executor (HSE). 2013. Stress and Psychological Disorde in
Great Britain 2013.
Jacinta F. Rini. 2002. Stres Kerja. Jakarta : Team e-psikologi.com.
Karima, Asri. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stress Kerja Pada
Pekerja di PT. X Tahun 2014. [Skripsi]. Jakarta: FKIK UIN Syarif
Hidayatullah.
Kementrian, R. K. 2003. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Jakarta:
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI
Kurniawan, A. 2010. Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Sebelum Dan
Sesudah Terpapar Tekanan Panas Di Industri Mebel Cv.Gion &
Rahayu Kartasura, Sukoharjo Jawa Tengah. Universitas Sebelas Maret
Khotimah, 2013.”Stres Sebagai Faktor Terjadinya Peningkatan Tekanan
Darah Pada Penderita Hipertensi”. Jurnal Eduhealth. Volume 3.No.2
Page 94
Lestari, D. I. & Ramdhan, D. H. 2014. Analisis Hubungan Tingkat Stres Kerja
Terhadap Work Ability Index (WAI) Pada Pekerja Di Area Lube Oil
Blending Plant PT Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun
2014. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Lotfizadeh,Masoud,et.al.2013.Occupational Stress Among Male Employees of
Esfahan Steel Company, Iran: Prevalence and Associated Factors.
Interntional Journal Preventive Medicine.
Lukluk, A. Z. & S, B. 2011. Psikologi Kesehatan, Yogyakarta, Nuha Medika.
Mahardhika, T. S. 2017. Hubungan Antara Masa Kerja Dengan Stres Kerja Pada
Tenaga Kerja Bagian Winding Di Pt. Iskandar Indah Printing Textile
Surakarta Publikasi Ilmiah.
Marliani, R. 2015. Psikologi Industri Dan Organisasi Bandung, Cv Pustaka Setia.
Matteson, M. T. & Ivancevich, J. M. 1980. Stress and Work: A managerial
perspective., Scott, Foresman and Company.
Nengsih, S. K. 2015. Hubungan Stres Kerja Dengan Hipertensi Pada Karyawan
Bagian Direktorat Operasi Dan Komersial Pusat Di Pt. Pelindo Iv
Makassar Tahun 2015 Universitas Hasanuddin.
Nurmagfira 2016. Hubungan Tekanan Panas Dengan Tekanan Darah Pada Pekerja
Pabrik Tahu Kelurahan Bara-Baraya Timur Kecamatan Makassar Kota
Makassar Tahun 2016 Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Occupational Safety and Health Administration(OSHA). Stress: Definition and
Syimptoms.(Online).http://osha.europa.ue/en/topics/stress/definition_and_ca
uss. Diakses pada 25 Januari 2017.
Pajow, D. A., Sondakh, R. C. & Lampus, B. S. 2016. Hubungan Antara Beban
Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Di Pt. Timur Laut Jaya
Manado Jurnal Ilmiah Farmasi, 5.
Pangkung, S. D. G. 2016. Faktor Yang Berhubungan dengan Tekanan Darah Pada
Perawat Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Stella Maris Makassar Tahun
2016. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Permatasari, Resya. 2013. Hubungan Kecemasan Dental Dengan Perubahan
Tekanan Darah Pasien Ekstraksi Gigi Di Rumah Sakit Sakit Gigi dan
Mulut Pendidikan (RSGMP) Hj.Halimah Dg. Sikati Makassar. Makassar:
Universitas Hasanuddin
Page 95
Prabowo, Y. F. 2010. Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Stres Kerja
Pada Bagian Produksi Industri Mebel PT. Chia Jiann Indonesia Furniture
di Wedelan Jepara Tahun 2009. Uneversitas Negeri Semarang.
Purwanti, R. T. P. A. 2018. Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Terjadinya
Hipertensi Pada Pegawai Cv Lusindo Desa Sukadanau Cikarang Barat
Publikasi Ilmia.
Purwitasari. 2011. Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah Pada Tenaga
Kerja Bagian Ground Handling Bandar Udara Sultan Hasanuddin
Makassar Tahun 2012. Skripsi. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Rafiudin. 2007. Psikologi Kehidupan. Jakarta : Athoillah Press.
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Saputri, D. E. 2010. Hubungan Stres Dengan Hipertensi Pada Penduduk Di
Indonesia Tahun 2007. Universitas Indonesia.
Sarwanto, dkk., 2009. Prevalensi Penyakit Hipertensi Penduduk Di Indonesia dan
Faktor yang Beresiko. Jurnal Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol 12
No.2, 154-162
Stefhany, Emerita.2012. Hubungan Pola Makan, Gaya Hidup Dan Indeks Massa
Tubuh Dengan Hipertensi Pada Pra Lansia Di Posbindu Kelurahan
Depok Jaya Tahun 2012. Depok: Universitas Indonesia.
Subramanian. 2014. Hubungan Antara Stres Dan Tekanan Darah Pada
Mahasiswa. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 2,4-7
Suma’mur P.K. 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Sagung
Seto.
____________ 2014. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (HIPERKES).
Jakarta: Sagung Seto
Tarwaka 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan
Produktivitas, Surakarta, Uniba Press.
UU No. 13 Tahun 2003. Tentang Ketenagakerjaan. Jakarta: Kementerian Tenaga
Kerja & Transmigrasi
Zulharmans. 2014. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Dengan Tekanan
Darah Pada Karyawan Bagian Produksi PT Semen Tonasa Kabupaten
Pangkep Tahun 2018. Universitas Hasanuddin.
Page 97
Lampiran 1
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN TEKANAN DARAH PADA
PEKERJA PT PERTAMINA (PERSERO) DPPU HASANUDDIN TAHUN 2018
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur : Tahun
B. MASA KERJA
Berapa lama anda bekerja di Pertamina(Persero) DPPU Hasanuddin?
C. KUESIONER PERILAKU MEROKOK
1. Apakah anda merokok?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah sampai sekarang anda masih merokok?
a. Ya
b. Tidak
Page 98
3. Berapa bungkus rokok yang anda isap dalam sehari?
a. 1 Bungkus
b. 2 Bungkus
c. 2 ke atas
4. Dimana anda biasa merokok?
a. Di luar kantor
b. Di dalam kantor
c. Di lobby kantor
d. Di kantin
e. Dll (………….)
D. KUESIONER STRES KERJA
SURVEY DIAGNOSIS STRES
Kuesiner berikut ini diukur dengan menggunakan alat bantu kuesioner
Survei Diagnostik Stres dan telah melakukan uji validasi dan realibilitas serta
telah dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen
Kesehatan R. I. Masing-masing butir pertanyaan diukur dengan skala likert 5
poin yang kemudian kuesioner inipun dibuat untuk mengetahui sejauh mana
berbagai kondisi stres kerja dan beban kerja yang sifatnya berisiko terhadap
stres kerja khususnya pada pekerja Pt Pertamina (Persero) DPPU Hasanuddin.
Untuk setiap pertanyaan anda harus menyebutkan seringnya (frekuensi)
kondisi yang dimaksud itu menjadi sumber stres. Tuliskanlah didekat
pertanyaan tersebut angka sesuai (1-5) yang anda anggap paling tepat untuk
menilai seringnya kondisi tersebut menjadi sumber stres bagi anda.
Page 99
Tulis angka :
1 : Bila kondisi yang diuraikan tak pernah menimbulkan stres.
2 : Bila kondisi yang diuraikan jarang menimbulkan stres.
3 : Bila kondisi yang diuraikan kadang-kadang menimbulkan stres.
4 : Bila kondisi yang diuraikan sering menimbulkan stres.
5 : Bila kondisi yang diuraikan selalu menimbulkan stres.
1 Tujuan tugas-tugas dan pekerjaan saya tidak jelas
2 Saya mengerjakan tugas-tugas yang tidak perlu
3 Saya harus bekerja pada waktu waktu istirahat agar dapat mengejar
waktu
4 Kebutuhan-Kebutuhan mengenai mutu hasil produksi
terhadap saya berlebihan
5 Saya tidak mempunyai kesempatan yang memadai untuk maju
dalam pekerjaan ini
6 Saya bertanggung jawab untuk perkembangan pekerja lain
7 Tidak jelas kepada siapa saya harus melapor dan atau siapa yang
melapor kepada saya
8 Pekerjaan saya dijepit ditengah-tengah antara pengelola produksi
dan pekerja lain
9 Saya menghabiskan waktu terlalu banyak untuk pekerjaan ini yang
tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhan saya
10 Tugas-tugas yang diberikan kepada saya terlalu sulit dan terlalu
banyak
11 Kalau saya ingin naik pangkat (penghasilan lebih), saya harus
mencari pekerjaan pada sektor lain
12 Saya bertanggung jawab untuk membimbing dan atau membantu
pekerja lain
13 Saya tidak mempunyai penghasilan tetap atau pasti untuk setiap
bulannya
14 Jalur produski yang ditetapkan oleh pengelola tidak jelas
15 Saya bertanggung jawab atas sejumlah pesanan dan hasil produksi
setiap harinya
16 Tugas-tugas nampaknya makin hari menjadi makin banyak
Page 100
17 Saya merugikan kemajuan bekerja saya dengan menetap sebagai
pekerja dibidang ini
18 Saya bertindak atau membuat tindakan yang mempengaruhi hasil
produksi
19 Saya tidak mengerti sepenuhnya apa yang diharapkan dari
saya
20 Saya melakukan pekerjaan yang diterima oleh satu orang tapi tidak
diterima oleh orang lain
21 Saya mempunyai pekerjaan yan lebih banyak daripada yang
biasanya dikerjakan dalam sehari
22 Saya mempunyai penghasilan dibawah pekerja lainnya
23 Saya tidak mengerti sistem pengelolaan produksi ini secara
keseluruhan
24 Saya hanya mempunyai sedikit kesempatan untuk berkembang
lebih dari seorang pekerja Pertamina DPPU Hasanuddin
25 Saya tidak mengerti bagian yang diperankan pekerjaan saya dalam
memenuhi tujuan organisasi secara keseluruhan
26 Saya menerima permintaan-permintaan yang berbeda dari satu
pesanan atau lebih
27 Saya merasa betul-betul tidak punya waktu untuk istirahat berkala
28 Saya merasa sangat cukup dengan penghasilan saya
29 Saya merasa mandeg (ragu-ragu) dalam pekerjaan saya
30 Saya bertanggung jawab atas hari depan (masa depan)
orang lain
TOTAL
Page 101
Lampiran 2
LEMBAR PENGUKURAN TEKANAN DARAH PEKERJA
PT PERTAMINA (PERSERO) DPPU HASANUDDIN
TAHUN 2018
No
Nama
Responden
Sebelum Bekerja Sesudah Bekerja Keterangan
(meningkat/tidak
meningkat) TDS
(mmHg)
TDD
(mmHg)
TDS
(mmHg)
TDD
(mmHg)
1 SRP 130 110 140 110 Meningkat
2 SYR 120 90 130 110 Meningkat
3 PRM 110 90 110 90 Tidak Meningkat
4 SND 120 100 130 100 Meningkat
5 RND 120 90 120 100 Meningkat
6 KLK 110 100 120 100 Meningkat
7 AHM 120 90 130 90 Meningkat
8 MST 120 100 130 110 Meningkat
9 ARW 110 100 130 100 Meningkat
10 TFK 120 90 130 100 Meningkat
11 RY 110 90 120 100 Meningkat
12 SYT 120 100 130 100 Meningkat
13 IKG 120 80 130 90 Meningkat
14 ZLF 110 90 110 80 Tidak Meningkat
15 IRW 100 90 110 90 Meningkat
16 ILM 120 100 130 100 Meningkat
17 NSR 100 80 110 90 Meningkat
18 DCY 120 90 120 90 Tidak Meningkat
19 ZLKR 120 100 120 90 Tidak Meningkat
20 DNG 110 90 120 100 Meningkat
21 BMB 120 90 110 90 Tidak Meningkat
22 ZLK 120 100 130 100 Meningkat
23 FBR 120 90 110 90 Tidak Meningkat
24 DDK 110 80 120 90 Meningkat
25 HNR 120 80 120 100 Meningkat
26 ZLH 120 100 130 100 Meningkat
27 WWN 110 90 120 100 Meningkat
28 AMRD 110 90 120 90 Meningkat
29 MHJ 90 80 100 80 Meningkat
30 FRND 120 90 110 90 Tidak Meningkat
31 FJR 120 100 120 90 Tidak Meningkat
32 MLK 110 90 130 100 Meningkat
33 AJN 120 100 120 100 Tidak Meningkat
34 HSB 110 80 110 80 Tidak Meningkat
35 ZLT 120 100 130 100 Meningkat
36 ABDL 120 100 120 90 Tidak Meningkat
37 HRN 110 90 110 100 Meningkat
Page 102
38 RIO 110 90 120 100 Meningkat
39 EHS 120 100 130 100 Meningkat
40 UMR 110 90 130 100 Meningkat
41 ANDR 120 100 120 90 Tidak Meningkat
42 RZK 110 100 110 90 Tidak Meningkat
43 HRS 100 90 100 80 Tidak Meningkat
44 SRFN 120 100 130 100 Meningkat
45 RHM 110 80 120 100 Meningkat
46 ZLKR 110 90 110 90 Tidak Meningkat
47 AMR 120 90 130 100 Meningkat
48 SMSL 110 100 110 90 Tidak Meningkat
49 ADE 120 80 130 100 Meningkat
50 ARM 110 90 110 90 Tidak Meningkat
51 MHJR 100 80 100 80 Tidak Meningkat
52 AKML 110 80 120 100 Meningkat
53 YHY 120 100 130 100 Meningkat
54 HLK 110 90 130 90 Meningkat
55 JMLD 110 90 130 100 Meningkat
56 WTM 150 110 150 120 Meningkat
57 SBE 100 90 130 100 Meningkat
58 ABM 100 90 100 90 Tidak Meningkat
59 SYNR 100 90 120 90 Meningkat
60 LMR 120 100 120 90 Tidak Meningkat
61 YSF 120 100 130 100 Meningkat
62 RNDI 110 100 110 90 Tidak Meningkat
63 ARF 110 90 120 90 Meningkat
64 WHY 100 80 130 100 Meningkat
65 RSD 110 100 110 90 Tidak Meningkat
66 ALF 110 90 120 90 Meningkat
67 KLL 110 90 130 110 Meningkat
68 SPR 100 90 120 90 Meningkat
69 PRY 100 90 120 100 Meningkat
70 ADRS 100 80 110 90 Meningkat
71 ASW 120 100 130 100 Meningkat
72 ABDN 120 100 140 110 Meningkat
73 WRW 120 90 130 100 Meningkat
74 ZLRN 100 90 100 80 Tidak Meningkat
75 HSN 110 90 130 100 Meningkat
76 RZL 100 80 120 90 Meningkat
77 SPR 120 100 130 100 Meningkat
78 BHR 110 100 120 100 Meningkat
79 MDY 120 90 130 100 Meningkat
80 ARSD 120 100 140 110 Meningkat
81 MN 110 90 110 90 Tidak Meningkat
Page 103
82 EDP 130 100 140 100 Meningkat
83 BKR 120 100 130 100 Meningkat
84 MGN 110 100 120 100 Meningkat
85 FBRS 110 100 110 100 Tidak Meningkat
86 ADT 120 100 130 100 Meningkat
87 AND 110 100 110 90 Tidak Meningkat
88 FDL 110 90 130 100 Meningkat
Page 104
Lampiran 3
LEMBAR PENGUKURAN UMUR DAN STRES KERJA PEKERJA
PT PERTAMINA (PERSERO) DPPU HASANUDDIN
TAHUN 2018
No
NAMA
RESPONDEN
UMUR STRES KERJA
TAHUN KETERANGAN TOTAL SKOR KETERANGAN
1 SRP 50 TUA 93 BERAT
2 SYR 44 TUA 94 BERAT
3 PRM 25 MUDA 40 RENDAH
4 SND 44 TUA 84 SEDANG
5 RND 26 MUDA 91 BERAT
6 KLK 25 MUDA 51 RENDAH
7 AHM 34 MUDA 74 SEDANG
8 MST 47 TUA 86 SEDANG
9 ARW 28 MUDA 99 BERAT
10 TFK 27 MUDA 91 BERAT
11 RY 27 MUDA 95 BERAT
12 SYT 50 TUA 103 BERAT
13 IKG 48 TUA 73 SEDANG
14 ZLF 27 MUDA 34 RENDAH
15 IRW 29 MUDA 57 RENDAH
16 ILM 29 MUDA 93 BERAT
17 NSR 35 MUDA 34 RENDAH
18 DCY 24 MUDA 62 SEDANG
19 ZLKR 27 MUDA 53 RENDAH
20 DNG 41 TUA 95 BERAT
21 BMB 25 MUDA 76 SEDANG
22 ZLK 49 TUA 91 BERAT
23 FBR 28 MUDA 56 RENDAH
24 DDK 25 MUDA 50 RENDAH
25 HNR 26 MUDA 78 SEDANG
26 ZLH 31 MUDA 61 SEDANG
27 WWN 24 MUDA 92 BERAT
28 AMRD 30 MUDA 77 SEDANG
29 MHJ 37 MUDA 94 BERAT
30 FRND 22 MUDA 33 RENDAH
31 FJR 31 MUDA 44 RENDAH
32 MLK 41 TUA 69 SEDANG
33 AJN 32 MUDA 104 BERAT
34 HSB 39 MUDA 76 SEDANG
35 ZLT 37 MUDA 102 BERAT
36 ABDL 28 MUDA 30 RENDAH
Page 105
37 HRN 28 MUDA 52 RENDAH
38 RIO 32 MUDA 96 BERAT
39 EHS 31 MUDA 93 BERAT
40 UMR 45 TUA 93 BERAT
41 ANDR 26 MUDA 86 SEDANG
42 RZK 25 MUDA 55 RENDAH
43 HRS 35 MUDA 96 BERAT
44 SRFN 33 MUDA 91 BERAT
45 RHM 41 TUA 98 BERAT
46 ZLKR 22 MUDA 56 RENDAH
47 AMR 50 TUA 92 BERAT
48 SMSL 23 MUDA 76 SEDANG
49 ADE 27 MUDA 95 BERAT
50 ARM 46 TUA 44 RENDAH
51 MHJR 26 MUDA 101 BERAT
52 AKML 45 TUA 99 BERAT
53 YHY 53 TUA 72 SEDANG
54 HLK 45 TUA 84 SEDANG
55 JMLD 41 TUA 102 BERAT
56 WTM 52 TUA 71 SEDANG
57 SBE 35 MUDA 96 BERAT
58 ABM 29 MUDA 48 RENDAH
59 SYNR 31 MUDA 95 BERAT
60 LMR 28 MUDA 96 BERAT
61 YSF 48 TUA 91 BERAT
62 RNDI 29 MUDA 93 BERAT
63 ARF 27 MUDA 39 RENDAH
64 WHY 29 MUDA 92 BERAT
65 RSD 26 MUDA 68 SEDANG
66 ALF 26 MUDA 99 BERAT
67 KLL 29 MUDA 97 BERAT
68 SPR 34 MUDA 94 BERAT
69 PRY 45 TUA 99 BERAT
70 ADRS 34 MUDA 78 SEDANG
71 ASW 49 TUA 91 BERAT
72 ABDN 55 TUA 90 SEDANG
73 WRW 27 MUDA 94 BERAT
74 ZLRN 25 MUDA 92 BERAT
75 HSN 53 TUA 77 SEDANG
76 RZL 30 MUDA 92 BERAT
77 SPR 47 TUA 91 BERAT
78 BHR 42 TUA 97 BERAT
79 MDY 45 TUA 95 BERAT
80 ARSD 48 TUA 93 BERAT
Page 106
81 MN 47 TUA 87 SEDANG
82 EDP 45 TUA 99 BERAT
83 BKR 44 TUA 91 BERAT
84 MGN 35 MUDA 89 SEDANG
85 FBRS 32 MUDA 66 SEDANG
86 ADT 29 MUDA 99 BERAT
87 AND 26 MUDA 98 BERAT
88 FDL 28 MUDA 101 BERAT
Page 107
Lampiran 4
LEMBAR PENGUKURAN MASA KERJA DAN PERILAKU MEROKOK
PEKERJA PT PERTAMINA (PERSERO) DPPU HASANUDDIN
TAHUN 2018
No
NAMA
RESPONDEN
MASA KERJA PERILAKU MEROKOK
MINGGU/BULAN
/TAHUN
KETERANGAN KETERANGAN
1 SRP 22 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
2 SYR 13 TAHUN LAMA MEROKOK
3 PRM 3 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
4 SND 9 TAHUN LAMA MEROKOK
5 RND 6 TAHUN LAMA MEROKOK
6 KLK 2 TAHUN LAMA MEROKOK
7 AHM 9 TAHUN LAMA MEROKOK
8 MST 25 TAHUN LAMA MEROKOK
9 ARW 3 TAHUN LAMA MEROKOK
10 TFK 3 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
11 RY 7 TAHUN LAMA MEROKOK
12 SYT 25 TAHUN LAMA MEROKOK
13 IKG 2 MINGGU BARU MEROKOK
14 ZLF 6 TAHUN LAMA MEROKOK
15 IRW 2 TAHUN LAMA MEROKOK
16 ILM 7 TAHUN LAMA MEROKOK
17 NSR 3 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
18 DCY 1 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
19 ZLKR 1 TAHUN LAMA MEROKOK
20 DNG 22 TAHUN LAMA MEROKOK
21 BMB 3 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
22 ZLK 26 TAHUN LAMA MEROKOK
23 FBR 4 BULAN BARU MEROKOK
24 DDK 3 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
25 HNR 4 TAHUN LAMA MEROKOK
26 ZLH 4 TAHUN LAMA MEROKOK
27 WWN 5 BULAN BARU MEROKOK
28 AMRD 7 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
29 MHJ 2 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
30 FRND 2 BULAN BARU MEROKOK
31 FJR 4 BULAN BARU TIDAK MEROKOK
32 MLK 4 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
33 AJN 7 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
34 HSB 6 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
35 ZLT 11 TAHUN LAMA MEROKOK
36 ABDL 2 MINGGU BARU MEROKOK
Page 108
37 HRN 4 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
38 RIO 3 TAHUN LAMA MEROKOK
39 EHS 6 TAHUN LAMA MEROKOK
40 UMR 24 TAHUN LAMA MEROKOK
41 ANDR 4 BULAN BARU TIDAK MEROKOK
42 RZK 1 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
43 HRS 6 TAHUN LAMA MEROKOK
44 SRFN 12 TAHUN LAMA MEROKOK
45 RHM 11 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
46 ZLKR 4 BULAN BARU TIDAK MEROKOK
47 AMR 21 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
48 SMSL 4 TAHUN LAMA MEROKOK
49 ADE 5 TAHUN LAMA MEROKOK
50 ARM 22 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
51 MHJR 2 TAHUN LAMA MEROKOK
52 AKML 4 TAHUN LAMA MEROKOK
53 YHY 23 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
54 HLK 7 TAHUN LAMA MEROKOK
55 JMLD 7 TAHUN LAMA MEROKOK
56 WTM 27 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
57 SBE 5 TAHUN LAMA MEROKOK
58 ABM 3 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
59 SYNR 5 TAHUN LAMA MEROKOK
60 LMR 6 TAHUN LAMA MEROKOK
61 YSF 20 TAHUN LAMA MEROKOK
62 RNDI 2 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
63 ARF 3 TAHUN LAMA MEROKOK
64 WHY 7 TAHUN LAMA MEROKOK
65 RSD 4 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
66 ALF 1 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
67 KLL 5 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
68 SPR 9 TAHUN LAMA MEROKOK
69 PRY 21 TAHUN LAMA MEROKOK
70 ADRS 2 BULAN BARU MEROKOK
71 ASW 27 TAHUN LAMA MEROKOK
72 ABDN 26 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
73 WRW 4 TAHUN LAMA MEROKOK
74 ZLRN 3 TAHUN LAMA MEROKOK
75 HSN 17 TAHUN LAMA MEROKOK
76 RZL 4 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
77 SPR 3 TAHUN LAMA MEROKOK
78 BHR 4 TAHUN LAMA MEROKOK
79 MDY 6 TAHUN LAMA MEROKOK
80 ARSD 5 TAHUN LAMA MEROKOK
Page 109
81 MN 4 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
82 EDP 5 TAHUN LAMA MEROKOK
83 BKR 5 TAHUN LAMA MEROKOK
84 MGN 3 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
85 FBRS 2 TAHUN LAMA TIDAK MEROKOK
86 ADT 1 TAHUN LAMA MEROKOK
87 AND 1 TAHUN LAMA MEROKOK
88 FDL 2 TAHUN LAMA MEROKOK
Page 110
Lampiran 5
1. Analisis Univariat
Tekanan Darah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid MENINGKAT 62 70.5 70.5 70.5
TIDAK MENINGKAT 26 29.5 29.5 100.0
Total 88 100.0 100.0
Stress Pada Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BERAT 48 54.5 54.5 54.5
SEDANG 23 26.1 26.1 80.7
RENDAH 17 19.3 19.3 100.0
Total 88 100.0 100.0
Umur Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid TUA 30 34.1 34.1 34.1
MUDA 58 65.9 65.9 100.0
Total 88 100.0 100.0
Masa Kerja
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid LAMA 79 89.8 89.8 89.8
BARU 9 10.2 10.2 100.0
Total 88 100.0 100.0
Perilaku Merokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid MEROKOK 56 63.6 63.6 63.6
TIDAK MEROKOK 32 36.4 36.4 100.0
Total 88 100.0 100.0
Page 111
2. Analisis Bivariat
Crosstab
Tekanan Darah
Total
MENINGKAT TIDAK
MENINGKAT
Stress Pada Responden BERAT Count 41 7 48
% within Stress Pada Responden
85.4% 14.6% 100.0%
SEDANG Count 15 8 23
% within Stress Pada Responden
65.2% 34.8% 100.0%
RENDAH Count 6 11 17
% within Stress Pada Responden
35.3% 64.7% 100.0%
Total Count 62 26 88
% within Stress Pada Responden
70.5% 29.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square 15.561a 2 .000
Likelihood Ratio 15.151 2 .001
Linear-by-Linear Association 15.207 1 .000
N of Valid Cases 88
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,02.
Page 112
Umur Responden * Tekanan Darah
Crosstab
Tekanan Darah
Total
MENINGKAT TIDAK
MENINGKAT
Umur Responden TUA Count 28 2 30
% within Umur Responden 93.3% 6.7% 100.0%
MUDA Count 34 24 58
% within Umur Responden 58.6% 41.4% 100.0%
Total Count 62 26 88
% within Umur Responden 70.5% 29.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.446a 1 .001
Continuity Correctionb 9.839 1 .002
Likelihood Ratio 13.458 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .000
Linear-by-Linear Association 11.316 1 .001
N of Valid Casesb 88
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,86.
b. Computed only for a 2x2 table
Page 113
Masa Kerja * Tekanan Darah
Crosstab
Tekanan Darah
Total
MENINGKAT TIDAK
MENINGKAT
Masa Kerja LAMA Count 59 20 79
% within Masa Kerja 74.7% 25.3% 100.0%
BARU Count 3 6 9
% within Masa Kerja 33.3% 66.7% 100.0%
Total Count 62 26 88
% within Masa Kerja 70.5% 29.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.637a 1 .010
Continuity Correctionb 4.799 1 .028
Likelihood Ratio 5.974 1 .015
Fisher's Exact Test .018 .018
Linear-by-Linear Association 6.561 1 .010
N of Valid Casesb 88
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,66.
b. Computed only for a 2x2 table
Page 114
Perilaku Merokok * Tekanan Darah
Crosstab
Tekanan Darah
Total
MENINGKAT TIDAK
MENINGKAT
Perilaku Merokok MEROKOK Count 46 10 56
% within Perilaku Merokok 82.1% 17.9% 100.0%
TIDAK MEROKOK Count 16 16 32
% within Perilaku Merokok 50.0% 50.0% 100.0%
Total Count 62 26 88
% within Perilaku Merokok 70.5% 29.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 10.107a 1 .001
Continuity Correctionb 8.622 1 .003
Likelihood Ratio 9.911 1 .002
Fisher's Exact Test .003 .002
Linear-by-Linear Association 9.992 1 .002
N of Valid Casesb 88
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9,45.
b. Computed only for a 2x2 table
Page 118
Lampiran 9
DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar. 1
Pengukuran Stres Kerja dengan Kuesioner SDS, Masa Kerja,
Data diri dan Perilaku Merokok Pekerja
Page 119
Gambar. 2
Pemeriksaan Tekanan darah Sebelum dan Setelah Bekerja
Page 120
Daftar Riwayat Peneliti
Nama : Rasti Sahara Putri
Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan KM VII
Tempat/Tgl Lahir : Bone-Bone, 05 Juli 1996
Agama : Islam
Suku : Bugis
Bangsa : Indonesia
Pendidikan Terakhir :
1. SD Negeri 2 Puundoho Sulawesi Tenggara
2. SMP Negeri 4 Palopo
3. SMA Negeri 3 Palopo