-
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, ASUPAN GIZI DAN AKTIVITAS
FISIK TERHADAP STATUS GIZI ATLET SEPAK BOLA
PS KERINCI TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan sebagaiSalah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Gizi
Oleh:
SASFIYA NIDAYANTINIM : 1713211118
PROGRAM STUDI S1 GIZI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS SUMBAR
PADANG
2019
-
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim
Penguji
Skripsi Program Studi S-1 Gizi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Perintis
Sumbar dan dinyatakan lulus pada tanggal : 31 Januari 2019
Menyetujui
Komisi Pembimbing
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Dezi Ilham, M.Biomed) (Wilda Laila, M.Biomed)
Padang, 31 Januari 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumbar
Program Studi S1 Gizi
Ka. Prodi
( Widia Dara, SP, MP )
-
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Skripsi
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN GIZI DANAKTIVITAS
FISIK TERHADAP STATUS GIZI ATLET
SEPAK BOLA PS KERINCI TAHUN 2018
Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:
SASFIYA NIDAYANTINIM : 1713211118
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Komisi
Pembimbing I Pembimbing II
(Dezi Ilham, M.Biomed) (Wilda Laila, M.Biomed)
Penguji
(Putri Aulia Arza, SP, M.Si)
Padang, 31 Januari 2019
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Perintis Sumbar
Program Studi S1 Gizi
Ka. Prodi
(Widia Dara, SP, MP)
-
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sasfiya Nidayanti
Nim : 1713211118
Tempat, Tanggal Lahir : Kerinci / 11 April 1983
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Nama Orang Tua
Ayah : Drs. Mugni Said
Ibu : Nurhuda
Alamat : Desa Koto Keras Kec. Pesisir Bukit .
Sungai PenuhRiwayat Pendidikan :
1. TK Mekar Sari Padang : tahun tamat 1989
2. SDN No. 19 ATB Padang : tahun tamat 1995
3. SLTPN 13 Padang : tahun tamat 1998
4. SMAN 12 Padang : tahun tamat 2001
5. DIII Gizi POLTEKKES KEMENKES : tahun tamat 2004
6. S1 Gizi STIKES Perintis Sumbar : tahun tamat 2019
-
PROGRAM STUDI S-1 GIZISEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS
SUMBARSkripsi, Januari 2019
Sasfiya Nidayanti
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN, ASUPAN GIZI DANAKTIVITASFISIK
TERHADAP STATUS GIZI ATLET SEPAK BOLAPSKERINCI TAHUN 2018
xii + 56 halaman, 19 tabel, 2 gambar, 9 lampiran
ABSTRAK
Indonesia sebagai negara berkembang yang terus membangun
dihadapkanterhadap persaingan yang semakin berat dalam segala
bidang di duniainternasional, salah satunya bidang olahraga.
Berdasarkan Statistik Kemenpora(2014), Provinsi Jambi memiliki
persentase tertinggi terhadap peminatan sepakbola yaitu 87,81%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungantentangpengetahuan gizi,asupan gizi dan aktivitas fisik
terhadap status gizi atlet sepakbola PS Kerinci tahun2018.
Metode penelitian ini adalah observasional bersifat
analitikmenggunakandesain penelitiancross sectional. Penelitian
dilaksanakan pada bulanAgustus 2018-Februari 2019. Populasi adalah
semua atletyang berjumlah 31orangdengan sampel sebanyak 31 orang
yang diperoleh dengan teknik Total Sampling.Analisis data terdiri
dari analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan
ujistatistik chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atlet
berstatus gizinormal (58,1%). Berdasarkan analisis bivariat
diketahui bahwaada hubungan yangbermakna antara pengetahuan gizi
atlet (p=0,001), asupan energi (p=0,012),asupan protein (0,009) dan
aktivitas fisik (0,000) dengan status gizi atlet.
Kesimpulannya adalah ada hubungan yang bermakna antara
pengetahuangizi atlet, asupan energi, asupan protein dan aktivitas
fisik dengan status gizi atlet.Diharapkan bagi pemerintah setempat
dan pengurus persatuan Sepak Bola PSKerinci agar berkoordinasi
dengan petugas gizi dalam memberikan informasitentang gizi atlet
dalam meningkatkan pengetahuan gizi atlet sehingga meningkatpula
asupan dan status gizinya.
Daftar bacaan : 38 (1995-2017)Kata Kunci : Pengetahuan, Asupan
Energi, Asupan Protein, AktivitasFisik dan Status Gizi
-
STUDY PROGRAM OF NUTRITION S-1 HEALTH SCIENCE HIGH SCHOOL OF
PERINTIS SUMBARThesis, January 2019
Sasfiya Nidayanti
THE CORRRELATION BETWEENNUTRITION KNOWLEDGE,NUTRITION INTAKE AND
PHSYSICAL ACTIVITY TO THENUTRITION STATUS OFFOOT BALL
ATHLETEKERINCIUNITEDYEAR 2018
xii + 56 pages, 19 tables, 2 images, 9 attachments
ABSTRACT
Indonesia as a developing country that continues to develop is
faced withincreasingly heavy competition in all fields in the
international world, one ofwhich is the field of sports. Based on
Kemenpora Statistics (2014), JambiProvince has the highest
percentage of soccer specialization, which is87.81%.This study aims
to determinethe corrrelation between nutritionknowledge, nutrition
intake and phsysical activity to the nutrition status of football
athlete Kerinci United year 2018.
The method of this study is observational analytic
usingcross-sectionalstudy design. This studywas held inAugust
2018-January 2019.Thepopulation is all of athlete, 31athlete with
31athlete sample by using TotalSamplingtechnique. Data analysis
consisted of univariate analysis and bivariateanalysis using
chi-square.
The results showed that most of the nutritional status of foot
ball athlete isnormal (58,1%). Based on bivariate analysis it is
found that there is a significantrelationship between athlete’s
nutrition knowledge (p=0,001), energy intake(p=0,012), protein
intake (0,009) andphysical activity(p=0,000) withnutritionstatus of
athlete.
In conclusion,there is a significant relationship between
athlete’s nutritionknowledge, energy intake, protein intake and
physical activity with nutritionstatus of athlete. It is hoped that
the local government and the PS Kerinci Footballunion management
will coordinate with nutrition officers in providinginformation on
athlete nutrition in improving athletes' nutrition knowledge so
thattheir intake and nutritional status increase.
Reading list : 38 (1995-2017)Keyword :Knowledge, Nutrition
Intake and Phsycal Activity and NutritionStatus
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunian-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan
Skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar
sarjana Gizi
yang berjudul “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan Gizi dan
Aktivitas
Fisik Terhadap Status Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun
2018”
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak dibantu oleh
berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp,M.Biomed selaku Ketua STIKes
Perintis Sumbar
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk dapat
mengikuti
pendidikan S-1 Gizi Perintis Padang
2. Ibu Widia Dara, SP, MP selaku Ketua Prodi S-1 Gizi Perintis
Sumbar.
3. Bapak Dezi Ilham, M.Biomed selaku dosen pembimbing I yang
telah banyak
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Wilda Laila, M.Biomed selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Putri Aulia Arza, SP, M.Si selaku dosen penguji skripsi
yang telah banyak
membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu dosen beserta staf di STIKes Perintis
Padang
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan semangat dan
mengiringi dengan doa
untuk perjuangan penulis.
8. Teman-teman senasib dan seperjuangan yang ikut membantu
penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
-
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
skripsi
ini masih banyak kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati
penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan
skripsi ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih, mudah-mudahan
skripsi ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Padang, Januari 2019
Penulis
-
DAFTAR ISI
PENYATAAN
PERSETUJUAN................................................................................iHALAMAN
PENGESAHAN....................................................................................iiABSTRAK..................................................................................................................iiiABSTRACT................................................................................................................ivKATA
PENGANTAR.................................................................................................vDAFTAR
ISI.............................................................................................................viiDAFTAR
TABEL.......................................................................................................xDAFTAR
GAMBAR..................................................................................................xiDAFTAR
LAMPIRAN.............................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar
Belakang...........................................................................................11.2
Rumusan
Masalah......................................................................................41.3
Tujuan
Penelitian.......................................................................................4
1.3.1
TujuanUmum....................................................................................41.3.2
TujuanKhusus...................................................................................4
1.4 Manfaat
Penelitian.....................................................................................51.4.1
Manfaat
Teoritis...............................................................................51.4.2
Manfaat
Praktis.................................................................................5
1.5 Ruang
Lingkup...........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Sepak
Bola................................................................................................
72.2 Status
Gizi..................................................................................................7
2.2.1 Penilaian Status
Gizi......................................................................82.2.2
Indeks
Antropometri....................................................................11
2.2.2.1 Cara Mengukur Indeks Massa
Tubuh............................112.2.2.2 Kategori Indeks Massa
Tubuh.......................................12
2.3 Pengetahuan
Gizi.....................................................................................142.3.1
PengertianPengetahuan
Gizi........................................................142.3.2
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pengetahuan........................142.3.3 Cara Mengukur
Pengetahuan.......................................................172.3.4
Pengetahuan Gizi
Olahraga..........................................................18
2.4 Asupan Zat
Gizi.......................................................................................202.4.1
Asupan
Energi..............................................................................20
2.4.1.1 Perhitungan Energi untuk
Olahragawan........................212.4.1.2 Kebutuhan Energi
Berdasarkan Aktivitas Olahraga......222.4.1.3 Faktor Aktivitas
Fisik.....................................................232.4.1.4
Perhitungan Energi Untuk
Olahraga..............................23
2.4.2 Asupan
Protein.............................................................................242.4.3
Metode Food Recall 24
Jam.........................................................26
2.5 Aktivitas
Fisik..........................................................................................262.5.1
Definisi Aktivitas
Fisik................................................................262.5.2
Manfaat Aktivitas
Fisik................................................................28
2.6
KerangkaTeori.........................................................................................282.7
Kerangka
Konsep.....................................................................................30
-
2.8 Hipotesis
Penelitian..................................................................................302.9
Definisi
Operasional................................................................................30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Desain
Penelitian.....................................................................................
333.2 WaktudanLokasi
Penelitian....................................................................
333.3
PopulasidanSampel.................................................................................
33
3.3.1
Populasi........................................................................................333.3.2
Sampel..........................................................................................33
3.4 Metode Pengumpulan
Data.....................................................................
343.4.1 Data
Primer..................................................................................353.4.2
Data
Sekunder..............................................................................35
3.5 Pengolahan
Data.....................................................................................
353.6 Analisis
Data...........................................................................................
36
3.6.1 Analisis
Univariat.........................................................................363.6.2
Analisis
Bivariat...........................................................................36
BAB IV HASIL PENELITIAN4.1 Analisa
Situasi..........................................................................................37
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi
Penelitian............................................374.1.2
Gambaran Umum
Demografi.......................................................38
4.2 Gambaran Umum
Responden..................................................................384.2.1
Umur
Responden..........................................................................384.2.2
Pekerjaan
Responden...................................................................38
4.3 Analisis
Univariat....................................................................................394.3.1
Distribusi Status Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun 2018
......................................................................................................394.3.2
Distribusi Pengetahuan GiziAtlet Sepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................................................................394.3.3
Distribusi Tingkat Asupan EnergiAtlet Sepak Bola PS
KerinciTahun
2018.......................................................................404.3.4
Distribusi Tingkat Asupan ProteinAtlet Sepak Bola PS Kerinci
Tahun
2018...................................................................................404.3.5
Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................................................................404.4
Analisis
Bivariat.......................................................................................41
4.4.1 Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi
AtletSepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................41
4.4.2 Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi
AtletSepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................42
4.4.3 Hubungan antara Asupan Protein dengan Status Gizi
AtletSepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................42
4.4.4 Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi
AtletSepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................43
BAB V PEMBAHASAN5.1 Analisis
Univariat....................................................................................44
-
5.1.1 Distribusi Status Gizi Atlet Sepak Bola PS KerinciTahun
2018......................................................................................................44
5.1.2 Distribusi Pengetahuan GiziAtlet Sepak Bola PS
KerinciTahun2018..............................................................................................44
5.1.3 Distribusi Tingkat Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS
KerinciTahun
2018...................................................................................45
5.1.4 Distribusi Tingkat Asupan Protein Atlet Sepak Bola
PSKerinciTahun
2018.......................................................................46
5.1.5 Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS
KerinciTahun2018..............................................................................................47
5.2 Analisis
Bivariat.......................................................................................485.2.1
Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Atlet
Sepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................485.2.2 Hubungan
antara Asupan Energi dengan Status Gizi Atlet
Sepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................505.2.3 Hubungan
antara Asupan Protein dengan Status Gizi Atlet
Sepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................525.2.4 Hubungan
antara Aktivitas Fisik dengan Status Gizi Atlet
Sepak Bola PS KerinciTahun
2018..............................................53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN6.1
Kesimpulan..............................................................................................556.2
Saran.........................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
-
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Tabel Kategori Batas Ambang IMT Untuk
Indonesia......................................122.2 Tabel Kriteria
Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) Untuk
IMT...................122.3 Tabel BMR Untuk Laki-Laki Berdasarkan
Berat Badan..................................212.4 BMR Untuk
Perempuan Berdasarkan Berat
Badan..........................................222.5 Kebuthan
Energi Berdasarkan Aktifitas
Olahraga............................................222.6 Faktor
Aktifitas
Fisik.........................................................................................232.7
Kebutuahan Zat Gizi (Energi dan Protein) Atlet Sepak
Bola............................242.8 Jenis Aktifitas Berdasarkan
PAR......................................................................274.1
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Atlet Sepak Bola PS
Kerinci..........384.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan
Atlet Sepak Bola PS Kerinci
384.3 Distribusi Status Gizi Atlet Sepak Bola PS
Kerinci..........................................394.4 Distribusi
Pengetahuan Gizi
Atlet.....................................................................394.5
Distribusi Tingkat Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS
Kerinci......................404.6 Distribusi Tingkat Asupan
Protein Atlet Sepak Bola PS Kerinci.....................404.7
Distribusi Tingkat Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS
Kerinci......................414.8 Hubungan antara Pengetahuan Gizi
dengan Status Gizi Atlet
Sepak Bola PS
Kerinci......................................................................................414.9
Hubungan antara Tingkat Asupan Energi dengan Status Gizi Atlet
Sepak Bola PS
Kerinci......................................................................................424.10
Hubungan antara Tingkat Asupan Protein dengan Status Gizi Atlet
Sepak Bola PS
Kerinci......................................................................................424.11
Hubungan antaraAktivitas Fisik dengan Status Gizi Atlet
Sepak Bola PS
Kerinci......................................................................................43
-
DAFTAR GAMBAR
Nomor GambarHalaman
1. Kerangka
Teori..................................................................................................292.
Kerangka
Konsep..............................................................................................30
-
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 KuesionerLampiran 2 Grafik IMT Untuk Usia 18 Tahun
KeatasLampiran 3 Hasil Analisis Aktifitas Fisik 24 jam Lampiran 4
Master TabelLampiran 5 Hasil Olah Data SPSSLampiran 6 Lembar
KonsultasiLampiran 7 Surat Izin PenelitianLampiran 8 Surat
Rekomendasi KesbangpolLampiran 9 Surat Keterangan
PenelitianLampiran 10 Dokumentasi
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara berkembang yang terus membangun
dihadapkan
terhadap persaingan yang semakin berat dalam segala bidang di
dunia
internasional, salah satunya bidang olahraga. Keadaan tersebut
membuat
Indonesia mau tidak mau untuk terus mengembangkan pembinaan
dalam bidang
olahraga. Demikian pula para atletnya.
Untuk mencapai prestasi yang maksimal, seorang atlet harus
mempunyai
kebugaran jasmani yang tinggi. Kebugaran jasmani adalah
kesanggupan dan
kemampuan tubuh untuk melakukan adaptasi terhadap pembebanan
fisik yang
diberikan kepadanya dari kerja yang dilakukan sehari-hari tanpa
menimbulkan
kelelahan yang berlebihan (Agus, 2012). Kebugaran jasmani yang
tinggi
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, jenis kelamin,
genetik, aktivitas
fisik, istirahat dan termasuk pemenuhan makanan dan pengaturan
makanan.
Banyak atlet yang menginginkan peningkatan atas performa
mereka
dengan melakukan latihan. Mereka sengaja meluangkan banyak waktu
khusus
untuk berlatih pada setiap minggu. Disamping meluangkan banyak
waktu untuk
berlatih, tidak jarang mereka tidak memperhatikan pengaturan
gizi yang baik
untuk dikonsumsi. Ketidakperhatian mereka bukan saja hanya oleh
pengaruh
ketidak mampuan dalam bidang ekonomi,akan tetapi biasanya hal
ini disebabkan
oleh karena atlet tersebut terlalu mengikuti selera makan saja
tanpa pemilihan
makanan yang berkhasiat atau pun nutrisi yang tepat untuk
meningkatkan prestasi.
-
Status gizi merupakan kondisi kesehatan tubuh sesorang atau
kelompok
orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan dan penggunan
zat gizi
makanan. Pengukuran status gizi seseorang dapat dihitung
menggunakan Indeks
Massa Tubuh (IMT). Perbandingan rasio berat badan per tinggi
badan sering
digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa untuk
mengetahui apakah status
gizi orang tersebut tergolong kurus, normal atau gemuk.
(Almatsier,2009).
Penyebab kekurangan gizi atau tidak berimbang pada atlet pada
dasarnya
sangat sederhana yaitu kurangnya pengetahuan meraka pada asupan
konsumsi
makanan terhadap kebutuhan makan seseorang. Jadi masalah
sebenarnya adalah
para atlet masih belum mengetahui tentang kebutuhan nutrisi atau
gizi tubuh
dalam keadaan berimbang.
Pada olahraga sepakbola secara umum seorang pemain sepak
bola
memerlukan asupan energi sekitar 4500Kkal atau 1,5 kali
kebutuhan energi
orang dewasa dengan postur tubuh relatif sama. Energi yang
dibutuhkan bukan
dari suplemen atau obat-obatan tetapi dari teraturnya asupan
gizi yang tepat sesuai
dengan olahraga yang dilakukan.
Permainan sepak bola ini merupakan permainan yang berlangsung
sangat
cepat dalam waktu yang relatif lama. Gerakan – gerakan yang
dilakukan oleh
pemain berupa lari, menendang, loncat dan sprint-sprint pendek
(Depkes
RI:2002). Asupan karbohidrat dan protein yang ideal bagi pemain
berturut-turut
adalah 6-10 g/kgbb/hari dan 1,2-1,7 g/kgbb/hari (Irianto, 2007).
Pemain harus
mengetahui jumlah dan jenis energi yang dibutuhkan agar mencapai
penampilan
yang prima. Faktor yang mempengaruhi status gizi pemain sepak
bola adalah
asupan energi, asupan protein, dan aktivitas fisik
(Budi,2007)
-
Aktivitas fisik merupakan faktor yang berperan dalam status
gizi
seseorang. Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan
otot-otot tubuh dan
sistem penunjangnya. Banyaknya energi yang dibutuhkan tergantung
pada
beberapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat
pekerjaan yang
dilakukan (Khomsan, 2014).
Pada penelitian Imanuddin (2012), sebagian pengetahuan gizi
atlet 62,50%
dalam kategori sedang, tingkat kecukupan energi 66,67% dalam
kategori sedang
dan asupan kecukupan protein 75% dalam kategori cukup.
Berdasarkan penelitian Ihsan pada tahun 2017 pada atlet sepak
bola
menunjukkan asupan energi yang masih kurang kurang (53,1%),
masih memeliki
status gizi gemuk (9,4%) dan terdapat hubungan bermakna antara
pengetahuan
gizi dengan asupan protein.
Berdasarkan Statistik Kemenpora(2014), Provinsi Jambi
memiliki
persentase tertinggi terhadap peminatan sepak bola yaitu 87,81%.
Persatuan
Sepakbola (PS) Kerinci merupakan salah satu klub sepak bola yang
berada di
Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. PS Kerinci berlatih di
lapangan bola Molten
tebat ijuk dan Daka Sebukar. Mereka latihan setiap sore pada
hari minggu dan
rabu PS Kerinci memiliki pemain berjumlah 31 orang yang di latih
oleh bapak
Dartoni di bawah pimpinan Zainal Abidin, SH,MH.
Berdasarkan wawancaraawal yang peneliti lakukan pada tanggal 22
April
tahun 2018 kepada 10 sampel atlet sepak bola PS Kerinci bahwa50%
atlet masih
kurang memiliki pengetahuan tentang makanan sehat dan bergizi.
Mereka masih
memilih makanan yang mereka konsumsi sesuai dengan selera mereka
tanpa
memperhatikan kaidah asupan gizi yang seimbang. Keadaan
tersebut
-
menyebabkan para atlet memiliki kondisi atau status gizi yang
tidak baik bahkan
kurang. Aktivitas fisik yang dilakukan pemain sepak bola
sehari-harinya termasuk
dalam kategori olahraga berat dan membutuhkan energi yang
seimbang.
Berdasarkan uraian diatas peneliti sangat tertarik untuk
melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan, Asupan
Gizi dan
Aktivitas Fisik terhadap Status Gizi Atlet Sepak Bola Ps Kerinci
Tahun
2018” dimana penelitian ini belum pernah sebelumnya dilakukan di
PS Kerinci.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan pengetahuan gizi,asupan gizi dan aktivitas
fisik
terhadap status gizi atlet sepak bola PS Kerinci tahun 2018?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungantentang
pengetahuan
gizi,asupan gizi dan aktivitas fisik terhadap status gizi atlet
sepak bola PS Kerinci
tahun 2018.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Diketahuinya distribusi frekuensi status gizi atlet sepak
bola PS Kerinci
tahun 2018.
b. Diketahuinya distribusi frekuensi pengetahuan gizi atlet
sepak bola PS
Kerinci tahun 2018.
c. Diketahuinya distribusi frekuensi asupan energi atlet sepak
bola PS Kerinci
tahun 2018.
-
d. Diketahuinya distribusi frekuensi asupan protein atlet sepak
bola PS Kerinci
tahun 2018.
e. Diketahuinya distribusi frekuensi aktivitas fisik atlet sepak
bola PS
Kerincitahun 2018.
f. Diketahuinya hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi
atlet sepak bola
PS Kerinci tahun 2018.
g. Diketahuinya hubungan asupan energi dengan status gizi atlet
sepak bola PS
Kerinci tahun 2018.
h. Diketahuinya hubungan asupan protein dengan status gizi atlet
sepak bola PS
Kerinci tahun 2018.
i. Diketahuinya hubungan aktivitas fisik dengan status gizi
atlet sepak bola PS
Kerinci tahun 2018.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
perkembangan
ilmu gizi olahraga yang difokuskan pada pengaturan gizi bagi
pemain sepak bola
agar mencapai penampilan maksimal.
1.4.2 Manfaat Praktis
a. Menambah pengetahuan bagi penulis dan mahasiswa gizi dalam
mengatur
gizi pemain sepak bola.
b. Sebagai informasi bagi pemain, pelatih dan pelaku olahraga
tentang ilmu
gizi terutama gizi olahraga sepak bola.
c. Memberikan nilai positif bagi institusi olahraga sepak bola
dalam mengatur
gizi pemain.
-
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
gizi,
asupan gizi dan aktivitas fisik terhadap status gizi atlet sepak
bola PS Kerinci
tahun 2018.
Variabel dependen adalah status gizi sedangkan variabel
independen
adalah pengetahuan gizi, asupan gizi dan aktivitas fisik. Data
yang diperoleh
bersadarkan hasil penimbangan berat badan dan tinggi badan
pemain sepak bola
PS Kerinci tahun 2018.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sepak Bola
Permainan sepak bola sangat membutuhkan energi yang tinggi dan
dapat
disetarakan dengan kebutuhan energi/kalori pekerja sangat berat.
Permainan sepak
bola memerlukan keterampilan yang berhubungan dengan kebugaran
tubuh yaitu
kekuatan atau gaya ledak otot, kecepatan dan kelincahan.
Kekuatan otot yang
tinggi sangat diperlukan oleh pemain sepak bola untuk berlari
cepat, menendang
bola, melempar bola, mempertahankan keseimbangan tubuh dan
mencegah
terjatuh saat benturan dengan pemain lawan.
Untuk mencapai prestasi yang optimal pemain sepak bola harus
memenuhi
persyaratan tertentu. Bentuk tubuh pemain sepak bola harus ideal
yaitu sehat,
kuat, tinggi dan tangkas. Seorang pemain sepak bola harus
mempunyai Indeks
Massa Tubuh (IMT) yang normal dengan Tinggi Badan diatas rata –
rata.
Komposisi tubuh harus proporsional antara massa otot dan lemak
yang berlebih.
Hal yang harus disadari dan dipahami oleh pemain sepak
bola,pelatih dan
keluarga serta lingkungannya agar selalu menjaga kondisi
kesehatannya dengan
asupan gizi atau pengaturan makanan yang seimbang. Pengaturan
makanan
khusus harus disiapkan pada masa pelatihan, pertandingan dan
pasca pertandingan
(Depkes RI,2002).
2.2 Status Gizi
Menurut Almatsier (2010) status gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat
konsumsi makanan dan juga penggunaan zat-zat gizi yang
diperlukan oleh tubuh
-
untuk menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan
tubuh. Status
gizi diperlukan juga untuk mempertahankan derajat kebugaran dan
kesehatan,
membantu pertumbuhan untuk menunjang prestasi olahragawan.
Status gizi di
bagi menjadi tiga kategori yaitu status gizi kurang, status gizi
normal dan gizi
lebih.
Status gizi kurang atau yang lebih sering disebut undernutrition
merupakan
keadaan gizi seseorang dimana jumlah energi yang masuk lebih
sedikit dari energi
yang dikeluarkan. Hal ini dapat terjadi karena jumlah energi
yang masuk lebih
sedikit dari anjuran kebutuhan individu (Wardlaw,2007).
Status gizi normal merupakan suatu status gizi dimana
terdapat
keseimbangan antara jumlah energi yang masuk kedalam tubuh dan
energi yang
dikeluarkan dari luar tubuh sesuai dengan kebutuhan individu.
Energi yang masuk
dalam tubuh dpat berasal dari karbohidrat, protein ,lemak dan
zat gizi lainnya
(Nix,2005).
Status gizi lebih (overnutrition) merupakan keadaan gizi
seseorang dimana
jumlah energi yang masuk melebihan kecukupan energi yang
dikeluarkan
(Nix,2005). Menurut Apriadji (1986) hal ini terjadi karena
jumlah energi yang
masuk melebihi kecukupan energi yang dianjurkan seseorang,
akhirnya kelebihan
zat gizi yang disimpan dalam bentuk lemak yang dapat
mengakibatkan seseorang
menjadi gemuk.
2.2.1 Penilaian Status Gizi
Menurut Hatriyanti, Triayanti (2007) penilaian status gizi
merupakan
penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan
menggunakan berbagai
-
macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang
memiliki risiko
status gizi kurang maupun lebih. Penilaian status gizi terdiri
dari dua jenis yaitu:
1. Penilaian Langsung
a. Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi
yang be
rhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan
tingkat
gizi seseorang. Pada umumnya antropomtri mengukur dimensi dan
dan
komposisi tubuh seseorang. Menurut Gibson (2005) antropometri
tidak dapat
digunakan untuk mengidentifikasi zat – zat gizi yang
spesifik.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi
berdasarkan
perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan
maupun
kelebihan asupan zar gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat pada
jaringan
epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut dan
organ yang
dekat dengan permukaan tubuh (kelenjer tiroid).
c. Biokimia
Pemeriksaan biokomia disebut juga cara laboratorium.
Pemeriksaan
biokimia digunkan untuk mendeteksi adanya defisiensi zat gizi
pada pada
kasus yang lebih parah lagi,dimana dilakukan pemeriksaan dalam
suatu
bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar zat gizi atau adanya
simpanan
dijaringan yang paling sensitif terhadap deplesi, uji ini
disebut uji biokimia
statis
-
d. Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi
dengan
melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan strukrur
jaringan
yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu seperti kejadian
buta senja
2. Penilaian Tidak Langsung
a. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status
gizi
dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh
individu
maupun keluarga data yang didapat berupa data kuantitatif maupun
kualitatif.
Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah dan jenis pangan yang
dikonsumsi
sedangkan data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan
cara
seseorang maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai
dengan
kebutuhan gizi.
b. Statistik Vital
Menurut Hatriyanti (2007) statistik vital merupakan salah satu
metode
penilaian status gizi melalui data-data menegenai statistik
kesehatan yang
berhubungan dengan gizi seperti angka kematian menuerut umur
tertentu,
angka penyebab kesakitan dan kematian, statistik pelayan
kesehatan, dan
angka penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan
gizi.
c. Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena
masalah
gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi,
seperti faktor
biologis, faktor fisik dan lingkungan budaya. Menurut Supariasa
(2001)
penilaian berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui
penyebab
-
kejadian gizi salah (malnutrition) disuatu masyarakat yang
nantinya akan
sangat berguna untuk melaksanakan intervensi gizi.
2.2.2 Indeks Antropometri
Indek Antropometri bisa merupakan rasio dari suatu pengukuran
terhadap
satu atau lebih pengukran yang dihubungkan dengan umur dan
tingkat gizi. Salah
satu contoh dari indeks antropometri adalah Indeks Massa Tubuh
(IMT) atau
yang disebut dengan Body Mass Indeks (BMI) (Supariasa,
2014).
IMT merupakan alat sedehana untuk memantau status gizi orang
dewasa
khususnya yang berkaitan dengan kekurangan atau kelebihan berat
badan, maka
mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat
mencapai
usia harapan hidup yang lebih panjang. IMT hanya dapat digunakan
untuk orang
dewasa yang berumur diatas 18 tahun.
Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran IMT terdiri
dari:
1. Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu parameter massa tubuh yang
paling
sering digunakan yang dapat mencerminkan junlah dari beberapa
zat gizi seperti
protein, lemak, air dan mineral. Untuk mengukur IMT, berat badan
dihubungkan
dengan tinggi badan.
2. Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter ukuran panjang dan dapat
merefleksikan pertumbahan skeletal (tulang).
2.2.2.1 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh
Indeks massa tubuh diukur dengan cara menbagi berat badan dalam
satuan
kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat (Depekes
RI, 2017)
-
IMT = Berat Badan (kg)Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
2.2.2.2 Kategori Indeks Massa Tubuh
Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang
batas
IMT yang digunakan seperti yang terlihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1Kategori Batas Ambang IMT Untuk Indonesia
Kategori IMTKurus Kekurangan berat badan tingkat berat <
17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,1 – 18,4Normal 18,5 –
25,0Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat ≥ 27,0(Sumber Depkes RI,
2017)
Tabel 2.2Kriteria OrganisasiKesehatan Dunia (WHO) Untuk IMT
Kategori IMTKurus < 18,5
Normal 18,5 – 24,9Kegemukan 25,0 – 29,9
Obesitas Tingkat I 30,0 – 34,9Obesitas Tingkat II 35 –
39,9Obesitas Tingkat III > 40
(Sumber: Depkes,RI 2017)
1. Gizi Seimbang
Gizi seimbang merupakan susunan makanan sehari-hari yang
mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai
dengan kebutuhan
tubuh dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi
makanan,
aktivitas fisik, kebersihan dan berat badan ideal. Prinsip Gizi
Seimbang (PSG)
divisualisasikan sesuai dengan budaya dan pola makan
setempat.
Bentuk tumpeng dengan nampannya di Indonesia disebut dengan
Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) yng dirancang untuk membantu
memilih
-
makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan
berbagai kebutuhan
menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa dan usia lanjut) dan
sesuai dengan
keaadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit)
(Irianto,2014). Gizi
seimbang dapat ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks Massa
Tubuh), gizi
seimbang apabila skor berada di angka 18,5 – 25
(Depkes,2014).
2. Gizi Kurang
Menurut Guthrie (1995), gizi kurang disebabkan oleh
ketidakseimbangan
antara asupan energi (energi intake) dengan kebutuhan gizi.
Dalam hal ini terjadi
ketidakseimbangan negatif yaitu asupan lebih sedikit dari
kebutuhan. Secara
umum, kekurangan gizi menyebabkan beberapa gangguan dalam
proses
pertumbuhan, mengurangi produktivitas kerja dan kemampuan
berkosentrasi,
struktur dan fungsi otak, pertahanan tubuh serta perilaku
(Almatsier, 2003). Gizi
kurang dapat ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks Massa
Tubuh), gizi
kurang di angka 17 – 18,5 dan kurang dari 17 (Depkes, 2014).
3. Gizi Lebih
Ketidak seimbangan asupan energi (energy intake) dengan
kebutuhan gizi
mempengaruhi status gizi seseorang. Ketidakseimbangan positif
terjadi apabila
asupan energi lebih besar dari pada kebutuhan sehingga
mengakibatkan kelebihan
berat badan atau gizi lebih (Guthrie,1995). Makanan dengan
kepadatan energi
yang tinggi banyak mengandung lemak atau gula ditambahkan dan
kurang
mengandung serat) turut menyebabkan sebagian besar keseimbangan
energi yang
positif ini.
Selanjutnya penurunan pengeluaran energi akan meningkatkan
keseimbangan energi yang positif. Faktor yang menyebabnya adalah
aktivitasfisik
-
golongan masyarakat rendah, efek toksis yang membahayakan,
kelebihan energi,
kemajuan ekonomi, kurang gerak, kurang pengetahuan gizi akan
gizi seimbang
dan tekanan hidup (stress). Akibat dari kelebihan gizi di
antaranya obesitas,
penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes, jantung
koroner, hepatitis, dan
penyakit empedu serta usia harapan hidup semakin menurun. Gizi
lebih dapat
dapat ditentukan dengan menggunakan IMT (Indeks Massa Tubuh),
gizi lebih di
angka 25 – 27 dan lebih dari 27 dikatakan obesitas
(Depkes,2014).
2.3 Pengetahuan Gizi
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca
indra penglihatan, pendengaran, penciuman, ras dan raba.
Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda,
sifat, keadaan dan harapan-harapan. Pengetahuan dimiliki oleh
semua suku bangsa
di dunia. Meraka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman,
institusi, wahyu,
logika atau kegiatan-kegiatan yang bersifat coba-coba. Jadi
pengetahuan adalah
segala sesuatu yang diketahui manusia dan terjadi setelah orang
melakukan
penginderaan. Terhadap suatu objek tertentu.
2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :
a. Pendidikan
-
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan
kemapuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang
makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan
pendidikan
tinggi maka seseorang cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang
lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang
masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
Pengetahuan sangat
erat kaitan dengan pendidikan, maka orang tersebut akan semakin
luas pula
pengetahuannya.
Namun perlu ditekankan bahwa orang yang berpendidikan rendah
tidak
berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan
pengetahuan tidak
mutlak diperoleh di pendidikan formal akan tetapi dapt juga
diperoleh pada
pendidikan non formal. Pengetahuan sseorang tentang sesuatu
obyek juga
mengandung dua aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini lah
yang akhirnya
akan menentukan sikap sseorang terhadap obyek tertentu. Semakin
banyak ospek
postif dari obyek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif
terhadap obyek
tersebut (Wawan, 2010).
b. Mass media / informasi
Majunya tekhnologi akan tersedia bermacam-macam media massa
yang
dapt mempengaruhi pengetahuan tentang informasi baru. Informasi
yang
diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat
bmemberikan
pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau
peningkatan
pengetahuan. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media
massa seperti
televisi, surat kabar, radio, majalah dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar
-
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang. Dalam
penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula
pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya
informasi baru
mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi
terbentuknya
pengetahuan terhadap hal tersebut.
c. Sosial buadaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang
akan berubah
pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi
seseorang juaga akan
menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk
keperluan tertentu,
sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,
baik
lingkungan fisik, biologis maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada dalam
lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena direspon sebagai pengetahuan
oleh setiap individu.
e. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara
untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang
kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang
dihadapi masa
lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan
pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman
belajar selama
bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan
yang
-
merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan
etik bertolak
dari maslah nyata dalam bidang kerjanya
f. Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang.
Semakin bertambah usia akan semakin berkembang daya tangkap dan
pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Dua sikap
tradisional mengenai jalannya perkembangan selama selama
hidup:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai
dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuannya.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang
sudah tua
karna mengalami kemunduran fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan
bahwa IQ akan menurun sejalan bertambahnya usia, khususnya
pada
kemampuan yang lain seperti misalnya kosa kata dan pengetahuan
umum.
2.3.3 Cara Mengukur Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau
angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau
responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur dapat
disesuaikan
dengan tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2005).
Adapun pertanyaan yang dapay dipergunakan untuk pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis
yaitu
pertanyaan subjektif misalnya jenis pertanyaan essay dan
pertanyaan objektif
misalnya pertanyaan pilihan ganda (multiple choice), betul-salah
dan pertanyaan
menjodohkan. Pertanyaan objektif khususnya pertanyaan pilihan
ganda lebih
-
disukai dalam pengukuran pengetahuan karena lebih mudah
disesuaikan dengan
pengetahuan yang akan diukur dan penilaiannya akan lebih cepat.
Nilai nol jika
responden menjawab salah dan nilai satu jika menjawab pertanyaan
benar. Karena
penelitian yang digunakan adalah deskriptif maka uji analisa
secara statistik
dimana hasil pengolahan data hanya berupa uji proporsi.
Uji proporsi tersebut mengacu pada rumus
P = F x 100% N
Keterangan:
P = Persentase
F = Jumlah pertanyaan yang benar
N = Jumlah semua pertanyaan
Selanjutnya hasil penguran pengetahuan ini akan dibagi menjadi
tiga
kategori yatu baik, cukup dan kurang. Kategori baik bila mampu
menjawab
dengan benar > 75% pertanyaan, cukup bila pertanyaan dijawab
benar sebanyk
60-75 %, kurang bila menjawab pertanyaan pertanyaan < 70%
(Arikunto,2010).
2.3.4 Pengetahuan Gizi Olahraga
Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat
gizi,
sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman
dikonsumsi sehingga
tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah yang baik agar zat
gizi dalam
makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat (Notoatmodjo,
2003). Tingkat
pengetahuan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku
dala pemilihan
makanan yang pada akhirnya berpengaruh pada keadaan gizi yang
bersangkutan.
-
Pengetahuan gizi meliputi pengetahuan tentang pemilihan bahan
makanan
dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan memberikan semua zat
gizi yang
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh. Pemilihan dan konsumsi
bahan makanan
berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi baik
atau optimal terjadi
apabila tubuh memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh.
Status gizi
kurang terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau
lebih zat guzi
essensial. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh
memperoleh zat gizi
dalam jumlah yang berlebihan sehingga menimbulkan efek yang
membahayakan
(Almatsier,2011).
Pengetahuan gizi khususnya pada atlet mempunyai peranan yang
sangat
penting dalam pemilihan makanan dan minuman yang tepat. Hal ini
bertujuan
untuk menunjang peningkatan ketahanan fisik dan diharapkan pada
waktunya atlet
dapat menunjang prestasinya yang terbaik (Abidin dalam
mutmainah,2014).
Federasi sepak bola dunia menyatakan bahwa gizi berperan
dalam
keberhasilan satu tim. Namun demikian sebagian besar asupan gizi
atlet tidak
tepat karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman atlet dalam
memilih
makanan, kurangnya edukasi tentang pentingnya gizi olahraga
prestasi gizi atlet
dan juga pelatih, pengurus serta kurangnya ketersediaan tenaga
dan kesehtan yang
memahami dan memiliki kompetensi dalam ilmu gizi olahraga
berprestasi.
Peranan gizi dalam olahraga prestasi menuntut tenaga gizi dan
kesehatan yang
terampil untuk menjaga secara khusus dan intensif kebutuhan zat
gizi atlet
(Kemenkes RI,2014).
2.4 Asupan Zat Gizi
-
Makanan untuk seorang atlet harus mengandung semua zat gizi
yang
dibutuhkan untuk mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang
berkurang akibat
digunakannya zat gizi tersebut untuk aktivitas olahraga. Menu
seorang atlet harus
mengandung semua zat gzi yang diperlukan yaitu karbohidrat,
protein, lemak,
vitamin, mineral dan air (Poedyasoro, 2008).
2.4.1 Asupan Energi
Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup,
menunjang
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Energi yng diperoleh
dari
karbohidrat, lemak dan protein yang ada dalam makanan menentukan
nilai energi
(Almatsier, 2009).
Energi diperlukan untuk kelangsungan proses-proses di dalam
tubuh
seperti proses peredaran darah dan sirkulasi darah, denyut
jantung, pernafasan,
pencernaan, proses fisiologi lainnya untuk bergerak atau
melakukan pekerjaan
fisik. Energi dalam tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran
karbohidrat,
protein dan lemak karena itu agar energi tercukupi perlu
pemasukan makanan
yang cukup dengan mengkonsumsi makanan yang cukup dan
seimbang
(Isdaryati,2007).
Kebutuhan energi seseorang menurut FAO/WHO adalah konsumsi
energi
yang berasal dari makanan yang diperlukan untuk menutupi
pengeluaran energi
seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan
tingkat aktivitas
yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang
memungkinkan
pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan
ekonomi
(Almatsier,2009).
-
Sumber energi yang berkosentrasi tinggi adalah bahan makanan
sumber
lemak seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan dan biji-bijian.
Setelah itu
bahan makanan sumber karbohidrat, seperti padi-padian,
umbi-umbian dan gula
murni. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan bahan makanan
tersebut
merupakan sumber energi (Almatsier,2009).
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan
kurang
dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan
energi
negatif. Akhirnya berat badan berkurang dari berat badan
seharusnya (ideal)
(Almatsier,2009).
Kelebihan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan
melebihi
energi yang dkeluarkan. Kelebihan energi akan diubah menjadi
lemak tubuh.
Akibatnya terjadi berat badan lebih atau kegemukan. Kegemukan
bisa disebabkan
oleh kebanyakan makan, dalam hal karbohidrat, lemak maupun
protein, tetapi
juga karena kurang bergerak. Kegemukan dapat menyebakan gangguan
dalam
fungsi tubuh,merupkan resiko untuk menderita penyakit kronis,
seperti diabetes
melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, penyakit kanker
dan dapat
memperpendek harapan hidup (Almatsier,2009).
2.4.1.1 Perhitungan Energi Untuk Olahragawan
Angka metabolisme basal (AMB) atau Basal Metabolic Rate
(BMR)
adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan tubuh untuk
menjalankan
proses tubuh yang vital (Poedyasmoro, 2008).
Tabel 2.3.BMR untuk Laki-Laki berdasarkan Berat Badan
Berat Badan (Kg) Usia 10-18TahunUsia 18-30
TahunUsia 30-60
Tahun55 1625 Kalori 1514 Kalori 1499 Kalori
-
60 1713 Kalori 1589 Kalori 1556 Kalori65 1801 Kalori 1664 Kalori
1613 Kalori70 1889 Kalori 1739 Kalori 1670 Kalori75 1977 Kalori
1814 Kalori 1727 Kalori80 2065 Kalori 1889 Kalori 1785 Kalori85
2154 Kalori 1964 Kalori 1842 Kalori90 2242 Kalori 2039 Kalori 1899
Kalori
(sumber: Poedyasmoro, 2008)
Tabel 2.4.BMR untuk Perempuan berdasarkan Berat Badan
Berat Badan (Kg) Usia 10-18TahunUsia 18-30
TahunUsia 30-60
Tahun40 1224 Kalori 1075 Kalori 1167 Kalori45 1291 Kalori 1149
Kalori 1207 Kalori50 1375 Kalori 1223 Kalori 1246 Kalori55 1424
Kalori 1296 Kalori 1288 Kalori60 1491 Kalori 1370 Kalori 1329
Kalori65 1557 Kalori 1444 Kalori 1369 Kalori70 1624 Kalori 1516
Kalori 1410 Kalori75 1691 Kalori 1529 Kalori 1450 Kalori
(sumber: Poedyasmoro, 2008)
2.4.1.2 Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga
Tabel 2.5Kebutuhan Energi Berdasarkan Aktivitas Olahraga
Aktivitas olahraga Berat Badan (Kg)50 60 70 80 90Sepak bola 7 8
9 10 12Balap sepedaa.9 km/jamb.15 km/jamc.Bertanding
358
4610
4712
5819
6915
Bulu tangkis 5 6 7 7 9Bola Basket 7 8 10 11 12Bola voli 2 3 4 4
5Dayung 5 6 7 8 9Golf 4 5 6 7 8Hokey 4 5 6 7 8Jalan Kakia.10
menit/kmb.8 menit/kmc.5 menit/km
5610
6712
7815
81017
91119
Lari
-
a.5,5 menit/kmb.5 menit/kmc.4,5 menit/kmd.4 menit/km
10101113
12121315
14151518
15171821
17192021
Renanga.gaya bebasb.gaya punggungc.gaya dada
898
101010
111211
121313
141515
Senam 3 4 5 5 6Senam aerobika.pemulab.terampil
57
68
79
810
913
Tenis lapangana.rekreasib.bertanding
49
410
512
514
615
Tenis meja 3 4 5 5 6Tinjua.latihanb.bertanding
117
138
1510
1811
2012
Yudo 10 12 14 15 17(sumber:Poedyasmoro, 2008)
2.4.1.3 Faktor Aktivitas Fisik
Tabel 2.6Faktor Aktivitas
Tingkat Aktivitas Faktor Aktivitas ( x BMR )Laki-Laki
Perempuan
Istirahat ditempat tidur 1,2 1,2Kerja sangat ringan 1,4 1,4Kerja
ringan 1,5 1,5Kerja ringan sedang 1,7 1,6Kerja sedang 1,8 1,7Kerja
berat 2,1 1,8Kerja berat sekali 2,3 2,0
(sumber: Poedyasmoro, 2008)
2.4.1.4 Perhitungan Energi Untuk Olahraga
Langkah-langkah menghitung kebutuhan energi untuk olahragawan
:
1) Tentukan status gizi
2) Tentukan BMR
-
3) Tentukan faktor aktivitas fisik,hitung kebutuhan energi
berdasarkan
aktivitas fisik
4) Tentukan kebutuhan energi dari aktivitas olahraga. Hitung
kebutuhan
energi ditambah aktivitas olahraga
Tabel.2.7Kebutuhan Zat Gizi (Energi dan Protein) Atlet Sepak
Bola
JenisKelamin
BeratBadan(kg)
Umur10-18 18-30 30-60
Energi(kal)
Protein(gram)
Energi(kal)
Protein(gram)
Energi(kal)
Protein(gram)
Laki-Laki 55 3515 55 3268 55 3238 5560 3730 60 3455 60 3389 6065
3907 65 3603 65 3502 6570 4122 70 3790 70 3654 7075 4299 75 3939 75
3767 7580 4514 80 4126 80 3920 8085 4693 85 4274 85 4033 8590 4947
90 4500 90 4223 90
Perempuan 40 2540 40 2242 40 2414 4045 2668 45 2380 45 2489 4550
2833 50 2557 50 2604 5055 2960 55 2694 55 2679 5560 3127 60 2870 60
2794 6065 3253 65 3009 65 2869 6570 3419 70 3182 70 2984 7075 3547
75 3324 75 3059 75
(Depkes,RI. 2002)
2.4.2 Asupan Protein
Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti
utama atau
yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia
Belanda,
Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat bahwa protein
adalah zat
yang paling penting dalam setiap organisme (Amatsier, 2009).
Protein merupakan kompenen penting atau kompenen utama sel hewan
dan
manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentukan tubuh kita,
maka protein
-
yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukan
dan pertumbuhan tubuh (Poedjiadi, 2009).
Protein mempunyai fungsi penting yaitu fungsi pertumbuhan,
memperbaiki sel tubuh yang rusak, bahan pembentuk plasma
kelenjar, hormon
dan enzim, cadangan energi jika terjadi kekurangan dan menjaga
keseimbangan
asam-basa darah (Sandjaja, 2009).
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik
dalam
jumlah maupun mutu, seperti telur, susu, daging, unggas, ikan
dan kerang.
Sumber protein nabati adalah kacang kedelai dan hasilnya,
seperti tempe dan tahu,
serta kacang-kacangan lain (Almatsier,2009). Kebutuhan ptotein
umumnya adalah
10-20% dari energi total (Almatsier,2011). Jumlah protein
yang
direkomendasikan untuk seorang atlet sedikit berbeda dengan
orang biasa
(BetterHealth, 2013):
a) Masyarakat umum dan aktif, jumlah protein yang
direkomendasikan perhari
adalah 0,8-1 g/kg BB. Berarti seseorang dengan berat badan 60 kg
harus
mengonsumsi protein sekitar 45-60 g.
b) Atlet dengan olahraga intensitas sedang, atlet yang latihan
selama 45-60
menit sehari dianjurkan untuk mengonsumsi protein sekitar 1-1,2
g/kg BB
perhari.
c) Atlet dengan olahraga intensitas berat (kecepatan dan beban),
atlet yang
latihan dalam jangka waktu lama (lebih dari 1 jam) atau yang
latihannya
berhubungan dengan beban (seperti angkat besi), dianjurkan
untuk
mengonsumsi protein sekitar 1,2-1,7 g/kg BB perhari.
-
2.4.3 Metode Food Recall 24 Jam
Hasil pengukuran asupan zat gizi merupakan indikator status gizi
yang
paling umum digunakan. Cara ini secara rutin dilakukan dilakukan
dalam survei
gizi nasional, penilaian epidemiologi dan penelitian gizi
perorang.
Memperkirakan asupan makanan dari seseorang tidak mudah untuk
dilakukan
(Almatsier,dkk, 2011).
Tingkat asupan zat gizi,dengan menggunakan rumus sebagai
berikut
(Cynthia,2012) :
% Tingkat asupan Gizi = Asupan Zat Gizi x 100 %Kebutuhan zat
gizi
Dalam metode recall 24 jam seorang ahli gizi terlatih menanyakan
kepada
responden yang mungkin merupakan subjek untuk mengingat secara
rinci semua
makanan dan minuman yang dikonsumsi selama 24 jam yang lalu atau
pada hari
yang lalu, termasuk cara memasak dan merek makanan bila dalam
bentuk
kemasan. Suplemen mineral dan vitamin juga dicatat, demikian
pula produk
makanan yang difortifikasi. Jumlah makanan biasanya diperkirakan
dalam ukuran
rumah tangga dan dicatat pada lembar data
(Almatsier,dkk,2011).
2.5 Aktivitas Fisik
2.5.1 Defenisi Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot-otot
tubuh dan
sistem penunjangnya. Selama melakukan aktivitas fisik, otot
membutuhkan energi
di luar metabolisme untuk bergerak,sedangkan jantung dan
paru-paru memerlukan
tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen
keseluruh tubuh
dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi
yang dibutuhkan
-
tergantung pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama
dan berapa berat
pekerjaan yang dilakukan (Almatsier, 2009).
Menurut FAO/WHO/UNU (2004) besarnya aktivitas fisik yang
dilakukan
seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam Physical Activity Level
(PAL) atau
tingkat aktivitas fisik. PAL dapat ditentukan dengan rumus
sebagai berikut:
PAL =∑ ( PAR X Alokasi waktu tiap aktivitas )24 Jam
Keterangan:
PAL = Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)
PAR= Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan
untuk
jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)
Aktivitas fisik kemudian dikategorikan menjadi tiga kategori,
yaitu :
Ringan 1,40≤PAL≤1,69),
Sedang (1,70≤PAL≤1,99),
Berat (2,00≤PAL≤2,39) (FAO/WHO/UNU 2001).
Jenis aktivitas fisik yang dilakukan contoh dikelompokkan
menjadi 18
jenis aktivitas berdasarkan PAR seperti yang terlihat pada Tabel
:
Tabel 2.8Jenis Aktivitas Fisik berdasarkan PAR
Kategori Jenis aktivitas PAR ( kkal/mnt )Pria WanitaRingan
Tidur
BerbaringDuduk diamBerpakaianMembacaMenonton TVMendengar
Radio
11,21,22,41,21,61,6
11,21,23,31,31,71,4
Sedang BerdiriKebersihan diri
1,42,3
1,52,3
-
Makan dan minumBerjalanIbadah
1,42,11,5
1,62,51,5
Berat Mencuci bajuMenyapu MengepelSenamOlahraga
---
3,56,6
2,82,34,44,26,3
Sumber : (FAO/WHO/UNU 2004).
2.5.2 Manfaat Aktivitas Fisik
Aktivitas Fisik secara teratur memiliki efek menguntungkan
terhadap
kesehatan yaitu:
1) Terhindar dari penyakit jantung, stroke, osteoporosis,
kanker, tekanan darah
tinggi, diabetes, dan lain-lain
2) Berat badan terkendali
3) Otot lebih lentur dan tulang lebih kuat
4) Bentuk tubuh menjadi ideal dan proposional
5) Lebih percaya diri
6) Lebih bertenaga dan bugar
7) Secara keseluruhan keadaan kesehatan menjadi lebih baik (
Depkes RI, 2006)
2.6 Kerangka Teori
Pengetahuan gizi khususnya pada atlet mempunyai peranan yang
sangat
penting dalam pemilihan makanan dan minuman yang teapat. Hal ini
bertujuan
untuk menunjang peningkatan ketahanan fisik dan diharapkan pada
waktunya atlet
dapat menunjang prestasinya yang terbaik. Sementara Federasi
sepak bola dunia
juga menyatakan bahwa gizi berperan dalam keberhasilan satu tim.
Namun
demikian sebagian besar asupan gizi atlet tidak tepat karena
kurangnya
-
pengetahuan dan pemahaman atlet dalam memilih makanan, kurangnya
edukasi
tentang pentingnya gizi olahraga prestasi gizi atlet dan juga
pelatih, pengurus serta
kurangnya ketersediaan tenaga dan kesehatan yang memahami dan
memiliki
kompetensi dalam ilmu gizi olahraga berprestasi. Status gizi
diperlukan juga
untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu
pertumbuhan
untuk menunjang prestasi olahragawan. Faktor yang mempengaruhi
status gizi
pemain sepak bola adalah asupan energi, asupan protein, dan
aktivitas fisik (Budi,
2007).
Sumber :Apriadji, 1986 modifikasiadiningsih 2003, Mardatillah
2008
Gambar 1 : Kerangka Teori
Individu
Pengetahuan
Biologis
Umur Jeniskelamin
STATUS
GIZI
Asupangizi
Energi Protein
Aktivitasfisik
-
2.7 Kerangka Konsep Penelitian
Variabel independent Variabel Dependent
Gambar 2 : Kerangka Konsep
2.8 Hipotesis Penelitian
2.8.1 Adanya hubungan pengetahuan gizi dengan status gizi atlet
PS Kerinci
Tahun 2018.
2.8.2 Adanya hubungan asupan energi dengan status gizi atlet PS
Kerinci Tahun
2018.
2.8.3 Adanya hubungan asupan protein dengan status gizi atlet PS
Kerinci Tahun
2018.
2.8.4 Adanya hubungan aktivitas fisik dengan status gizi atlet
PS Kerinci Tahun
2018.
2.9 Definisi Operasional
Berdasarkan variabel penelitian yaitu variabel tingkat
pengetahuan gizi
olahraga, asupan energi, protein, lemak dan status gizi pada
atlet sepakbola.
No Namavariabel
DefinisiOperasional
CaraUkur
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Variabel Dependen1 Status
GiziKeadaan gizi saatpengukurandilakukan
Penimbangan beratbadan dan
Beratbadan:Timbangan
0= status gizikurang:
-
berdasarkan indeksantropometri (IMT/U) yang dibagi kedalam
kategori
pengukuran tinggibadan
injak digitalTinggibadan:Microtoise
1= status gizinormal:18,5 – 24,9Kg/ m22=Status gizilebih: ≥25
Kg/m2(balitbangkes,2013)
Variabel Independen1 Pengetah
uan giziKemampuanresponden dalammenjawabpertanyaan yangdiajukan
di dalamkuesioner tentanggizi seimbang
Wawancara
Kuesio -ner 0=Kurang: <75% darijawaban benar1=Baik: ≥75%dari
jawabanbenar(Arikunto,2010)
Ordinal
2 Tingkatasupanenergi
Asupan yangdidapat dari rata-rata konsumsienergi dalammakanan
danminuman yangdikonsumsiresponden selamadua haridibandingkandengan
AKG
Wawancara
Food Recall1x24 jamselama 2hari(Gibson,2005)
0=Kurang:(
-
(2,00≤PAL≤2,39) (FAO/WHO,2004)
-
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat
deskriptif analitik
dengan desain cross sectional study untuk mengetahui hubungan
pengetahuan
gizi,asupan gizi dan aktifitas fisik terhadap status gizi atlet
sepak bola PS Kerinci.
Dalam metode cross sectional, Variabel sebab dan akibat yang
terjadi pada objek
penelitian diukur atau dikumpulkan dalam waktu bersamaan
(Soekidjo, 2010).
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan dari bulan Agustus 2018 –
Februari 2019.
Penelitian ini dilakukan pada pemain PS Kerinci.
3.3 Populasi dan sampel
3.3.1 Populasi penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pemain persatuan
sepak bola
(PS) Kerinci.
3.3.2 Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini penarikan sampel menggunakan metode
total
sampling. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pemain yang
mengikuti
latihan PS Kerinci yaitu sebanyak 31 orang dan keseluruhannya
berjenis kelamin
laki-laki.
-
3.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan
jenis
data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder
3.4.1 Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengn menggunakan kuesioner
yang
berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang dilakukan
dengan metode
wawancara. Data primer penelitian meliputi :
1. Data karakteristik individu (nama, umur, suku dan alamat)
yang diperoleh
dengan wawancara langsung dengan alat bantu kuesioner
2. Data antropometri meliputi berat badan dan tinggi badan yang
diperoleh
melalalui pengukuran secara langsung dengan menggunakan alat
untuk
mengukur berat badan yaitu timbangan injak yang berkapasitas 120
kg dan
alat untuk mengukur tinggi badan yaitu microtoise dengan
ketelitian 0,1 cm
selanjutnya hasil pengukuran dibandingkan dengan klasifikasi
IMT
berdasarkan Kemenkes 2008
3. Data pengetahuan gizi olahraga dikumpulkan dengan cara
pertanyaan
kuesioner untuk melihat pengetahuan responden
4. Data asupan energi dan protein yang dikumpulkan melalui
kuesioner food
recall selama 2 hari
5. Data status gizi yang diukur dengan indeks massa tubuh (IMT)
untuk dewasa
( diatas 18 tahun ) dan Z-Score untuk IMT/U bagi umur dibawah 18
tahun
dengan melakukan pengukuran langsung dengan menggunakan
timbangan
injak digital untuk berat badan dan microtise untuk tinggi
badan.
-
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari PS Kerinci berupa profil PS
Kerinci.
3.5 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan menggunakan alat
bantu
komputer. Langkah-langkah pengolahannya adalah sebagai
berikut:
1. Mengedit Data (editing)
Melakukan pengecekan untuk melihat kelengkapan kuesioner yang
diisi.
Apabila ada kuesioner yang belum lengkap terisi atau terjadi
kesalahan dalam
pengisian dilengkapi kembali dengan mengunjungi responden
penelitian.
2. Mengkode data (coding)
Membuat kode pada jawaban dari pertanyaan yang diberi kode dan
membuat
skor pada jawaban dari pertanyaan yang di beri skor dalam
kuesioner.
3. Memasukan data (entry)
Data yang telah diberi kode pada kuesioner selanjutnya
dimasukkan ke dalam
program computer sesuai dengan template yang telah dibuat.
4. Membersihkan data (cleaning)
Data yang telah di entri, dilakukan pembersihan dengan cara
memeriksa
apakah ada kesalahan atau tidak dengan cara melihat distribusi
frekuensi
setiap variable.
5. Mengolah Data (Processing)
Dilakukan dengan menggunakan program statistik kuesioner dibuat
dengan
memberikan skor dan kode pada masing-masing pertanyaan yang
telah
ditentukan, kemudian hasil pengolahan data disajikan dalam
bentuk table
distribusi.
-
3.6 Analisis Data
Proses analisa data dapat dilakukan dengan dua tahap analisa
univariat dan
bivariat.
3.6.1 Analisa Univariat
Bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi setiap variabel
yaitu
pengetahuan, asupan gizi, aktifitas fisik dengan status gizi
3.6.2 Analisa Bivariat
Bertujuan untuk membuktikan adanya hubungan yang bermakna atau
tidak
antara variabel dependent (status gizi) dan variabel independent
(pengetahuan,
asupan gizi, aktifitas fisik) maka dilakukan analisa bivariat.
Uji statistik yang
digunakan adalah uji chi-square untuk mengetahui hubungan
variabel independen
dengan variabel dependen secara statistik. Jika p < 0,05 maka
terdapat hubungan
yang bermakna secara statistik.
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.5 Analisa Situasi
4.5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Persatuan sepak bola PS Kerinci biasa melakukan latihan di
lapangan
Molten dan lapangan Daka.
a. Lapangan Molten
Lapangan Molten berada di desa Tebat Ijuk dengan luas lapangan
100 x 65
cm. Batas-batas wilayah desa Tebat Ijuk yaitu :
Sebelah Utara : berbatasan dengan desa Belui
Sebelah Selatan : berbatasan dengan desa Koto Tuo
Sebelah Barat : berbatasan dengan desa Sekungkung
Sebelah Timur : berbatasan dengan desa Kemantan
b. Lapangan Daka Sebukar
Lapangan Daka Sebukar berada di desa Sebukar dengan luas
lapangan 70
x 110 cm. Batas-batas wilayah desa Sebukar yaitu :
Sebelah Utara : berbatasan dengan desa Hiang
Sebelah Selatan : berbatasan dengan desa Semerah
Sebelah Barat : berbatasan dengan desa Pendung Hiang
Sebelah Timur : berbatasan dengan desa Koto Iman
-
4.5.2 Gambaran Umum Demografi
Persatuan sepak bola PS kerinci tahun 2018 memiliki pemain
sebanyak 31
orang. Dan pengurus cabang persatuan sepak bola PS Kerinci
terdiri dari 11
orang.
4.6 Gambaran Umum Responden
4.6.1 Umur Responden
Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel. 4.1.Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Umur responden Jumlah (n) Persentase (%)Remaja (13-19 Tahun) 5
16,1Dewasa Muda (20-30 Tahun) 26 83,9
Total 31 100
Dari tabel 4.1 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
umur
responden berada pada kategori dewasa muda (20-30 tahun) yaitu
26 orang
(83,9%).
4.6.2 Pekerjaan Responden
Distribusi responden berdasarkan pekerjaannya dapat dilihat pada
tabel di
bawah ini.
Tabel. 4.2.Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjan
Pekerjaan Responden Jumlah (n) Persentase (%)Siswa 2
6,5Mahasiswa 18 58,1Tani 4 12,9Lain-lain 7 22,6
Total 31 100
Dari tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar
pekerjaan
responden adalah mahasiswa yaitu sebanyak 18 orang (58,1%).
-
4.7 Analisis Univariat
4.7.1 Distribusi Status Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun
2018
Dalam penelitian ini status gizi dikelompokkan menjadi 3
kategori yaitu
kurang, normal dan lebih. Hasil penelitian dapat kita lihat pada
tabel 4.3.
Tabel 4.3.Distribusi Status Gizi Atlet Berdasarkan IMT Sepak
Bola
PS Kerinci Tahun 2018
No Status GiziMenurutIMT Jumlah (n) Persentase (%)1 Kurang 13
41,92 Baik 18 58,13 Lebih 0 0,0
Total 31 100
Dari tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa kurang dari separuh
status gizi
responden berdasarkan IMT adalah kurang yaitu sebanyak 13 orang
(41,9%).
4.7.2 Distribusi Pengetahuan Gizi Atlet Sepak Bola PS Kerinci
Tahun 2018
Dalam penelitian ini pengetahuan gizi atlet dikelompokkan
menjadi 2
kategori yaitu kurang dan baik. Hasil penelitian dapat kita
lihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4.Distribusi Tingkat Pengetahuan Gizi Atlet Sepak
Bola
PS Kerinci Tahun 2018
No PengetahuanGizi Jumlah (n) Persentase (%)1 Kurang 12 38,72
Baik 19 61,3
Total 31 100
Dari tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa kurang dari separuh
pengetahuan
atlet masih kurang yaitu sebanyak 12 orang (38,7%).
-
4.7.3 Distribusi Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS Kerinci Tahun
2018
Dalam penelitian ini asupan energi menjadi 2 kategori yaitu
kurang dan
baik. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5.Distribusi Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS Kerinci
Tahun 2018
No Asupan Energi Jumlah (n) Persentase (%)1 Kurang 24 77,42 Baik
7 22,6
Total 31 100
Dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar tingkat
asupan
energi atlet masih kurang yaitu sebanyak 24 orang (77,4%).
4.7.4 Distribusi Asupan Protein Atlet Sepak Bola PS Kerinci
Tahun 2018
Dalam penelitian ini asupan protein dikelompokkan menjadi 2
kategori
yaitu kurang dan baik. Hasil penelitian dapat kita lihat pada
tabel 4.6. berikut :
Tabel 4.6.Distribusi Asupan Protein Atlet Sepak Bola PS Kerinci
Tahun 2018
No Asupan Protein Jumlah (n) Persentase (%)1 Kurang 15 48,42
Baik 16 51,6
Total 31 100
Dari tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa hampir separuh
tingkat
asupan protein atlet masih kurang yaitu sebanyak 15 orang
(48,4%).
4.7.5 Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS Kerinci
Tahun 2018
Dalam penelitian ini aktivitas fisik dikelompokkan menjadi 3
kategori
yaitu ringan, sedang, berat. Hasil penelitian dapat kita lihat
pada tabel 4.7. berikut
ini :
-
Tabel 4.7.Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS Kerinci
Tahun 2018
No Aktivitas Fisik Jumlah (n) Persentase (%)1 Ringan 2 6,52
Sedang 14 45,13 Berat 15 48,4
Total 31 100
Dari tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar atlet
melakukan
aktivitas fisik yang berat yaitu sebanyak 15 orang (48,4%).
4.8 Analisis Bivariat
4.8.1 Hubungan antaraPengetahuanGizi dengan Status Gizi Atlet
SepakBola PS Kerinci Tahun 2018
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan status
gizi
atlet digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 4.8
berikut ini:
Tabel 4.8.Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi
Atlet Sepak Bola
PS Kerinci Tahun 2018
PengetahuanGizi Atlet
Status Gizi Total p ValueTidak Normal Normalf % f % F %
0,001Kurang 8 25,8 4 12,9 12 38,7Baik 5 16,1 14 45,2 19
51,3Total 13 41,9 18 58,1 31 100
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat disimpulkan bahwa status gizi
tidak
normal lebih besar pada atlet dengan pengetahuan yang kurang
(25,8%)
dibandingkan dengan atlet dengan pengetahuan yang baik (16,1%).
Hasil uji
statistik dengan uji Chi-Square diketahui p = 0,001 (p>0,05),
berarti ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi atlet dengan
status gizi.
-
4.8.2 Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi Atlet
Sepak BolaPS Kerinci Tahun 2018
Untuk mengetahui hubungan antara asupan energi dengan status
gizi
digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 4.9
berikut.
Tabel 4.9.Hubungan antara Asupan Energi dengan Status Gizi Atlet
Sepak Bola
PS Kerinci Tahun 2018
Asupan EnergiStatus Gizi Total p ValueTidak Normal Normal
F % f % f %
0,012Kurang 13 41,9 11 35,5 24 77,4Baik 0 0,0 7 22,6 7 22,6Total
13 41,9 18 58,1 31 100
Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa status gizi yang
tidak
normal lebih besar pada atlet dengan asupan energi yang kurang
(41,9%)
dibandingkan dengan atlet dengan asupan energi yang baik
(0,00%). Hasil uji
statistik dengan uji Chi-Square diketahui p = 0,012 (p
-
Berdasarkan tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa status status
gizi yang
tidak normal lebih besar pada atlet dengan asupan protein yang
kurang (32,3%)
dibandingkan dengan atlet dengan asupan protein yang baik
(9,7%). Hasil uji
statistik dengan uji Chi-Square diketahui p = 0,009 (p
-
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Analisis Univariat
5.1.1 Distribusi Atlet Berdasarkan Status Gizi di PS Kerinci
Tahun 2018
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian status gizi
atlet
berdasarkan IMT yang normal adalah 58,1%, sedangkan atlet yang
kurus ada
41,9%. Artinya lebih dari separuh status gizi atlet sudah
normal. Kemungkinan
hal ini disebabkan karena masih rendahnya pengetahuan dan
kurangnya asupan
para atlet tentang gizi sehingga berpengaruh terhadap status
gizinya.
Hal ini sejalan dengan Riyadi (2004) dalam Mustamin, dkk
(2010)
menyatakan bahwa berat badan merupakan salah satu parameter
yang
memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif
terhadap
perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang
penyakit
infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan
yang
dikonsumsi.
5.1.2 Distribusi Atlet Berdasarkan Pengetahuan Gizi di PS
Kerinci Tahun2018
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kurang dari
separuh
pengetahuan atlet sudah masih kurang yaitu 38,7%. Meskipun
begitu masih
banyak atlet yang tidak menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini
disebabkan karena informasi yang didapat oleh para atlet hanya
dari pelatihnya
saja, itupun hanya garis besarnya saja yang dijelaskan oleh
pelatihnya. Hasil dari
analisis pengetahuan gizi diketahui bahwa dari pertanyaan yang
diajukan tentang
pengetahuan gizi, sebagian besar atlet jawabannya salah untuk
pertanyaan tujuan
-
pengaturan makan bagi atlet. Hal ini disebabkan karena kurang
pahamnya atlet
tujuan dari pengaturan makan tersebut. Dan sebagian dari atlet
mengatakan untuk
mencegah terjadinya penyakit. Untuk itu diharapkan kepada
pelatih dan
berkoordinasi dengan ahli gizi setempat untuk lebih jelas lagi
dalam memberikan
informasi kepada para atlet agar meningkatnya pengetahuan gizi
para atlet.
Pengetahuan yang tinggi tidak selalu dipengaruhi oleh pendidikan
yang
tinggi, seseorang dengan pendidikan rendah namun sering
memperoleh informasi-
informasi tentang kesehatan akan memperoleh pengetahuan yang
tinggi.
Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua
aspek positif
dan negatif. Kedua aspek ini lah yang akhirnya akan menentukan
sikap
seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak ospek positif
dari obyek yang
diketahui akan menumbuhkan sikap positif terhadap obyek tersebut
(Wawan,
2010).
Kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk
menerapkan
dalam kehidupan sehari-hari merupakan sebab penting gangguan
gizi (Suhardjo,
2003 dalam Ridwan, 2010).
5.1.3 Distribusi Tingkat Asupan Energi Atlet Sepak Bola PS
Kerinci Tahun2018
Dari hasil penelitian dapat diketahui tingkat asupan energinya
masih
kurang yaitu 77,4%. Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar
atlet
makannya tidak teratur dan tidak seimbang. Hal ini disebabkan
karena memang
pola makan yang salah. Hal ini diketahui dari pekerjaan yang
sebagian dari atlet
adalah siswa dan mahasiswa. Jadi mereka lebih banyak
menghabiskan waktu di
lingkungan sekolah dan kampus. Dari hasil wawancara dapat
diketahui bahwa
mereka tidak sempat dan jarang sekali sarapan pagi dirumah
karena takut
-
terlambat sampai disekolah atau dikampus. Pada saat mereka
disekolah ataupun
dikampus mereka juga kurang mengkonsumsi makanan dengan gizi
seimbang.
Hal ini sejalan dengan Husaini (2002) dalam Pertiwi (2012)
yang
menyatakan bahwa asupan gizi yang seimbang juga digunakan
untuk
mempertahankan status gizi, membentuk otot, mencapai tinggi
badan yang
optimal, memelihara kondisi tubuh serta menjaga kesegaran
jasmani. Dalam tubuh
olahragawan harus selalu tersedia cadangan energi yang
sewaktu-waktu dapat
dimobilisasikan untuk menghasilkan energi. Cadangan energi
tersimpan dalam
otot dan hati sebagai glikogen. Jika cadangan glikogen dalam
tubuh sedikit, maka
olahragawan akan cepat lelah karena kehabisan tenaga (Moehji,
2003 dalam
Sugiarto, 2012).
Pernyataan ini diperkuat oleh Sediaoetama (2010) dalam Zildanti
(2016)
menyatakan bahwa energi dibutuhkan individu untuk memenuhi
kebutuhan energi
basal, menunjang proses pertumbuhan dan untuk aktivitas
sehari-hari. Energi
dapat diperoleh dari protein, lemak dan karbohidrat yang ada di
dalam bahan
makanan.
5.1.4 Distribusi Tingkat Asupan Protein Atlet Sepak Bola PS
KerinciTahun 2018
Dari hasil penelitian dapat diketahui hampir separuh tingkat
asupan
proteinnya masih kurang yaitu 48,4%.Hal ini berbeda dengan
tingkat asupan
energinya yang masih sangat kurang kurang yaitu lebih dari 50%.
Mengkonsumsi
makanan yang tidak seimbang menjadi faktor yeng menyebabkan
perbedaan hal
tersebut. Dari hasil wawancara diketahui bahwa mereka lebih
sering
mengkonsumsi makanan tinggi protein seperti telur saja. Ada yang
mengkonsumsi
telur ayam kampung mentah dan ada juga yang dibuatkan makanan
dan minuman
-
dari telur. Dan pada saat mereka makan sebagian dari mereka
lebih banyak yang
mengkonsumsi lauk dari pada nasi. Sementara kebutuhan tubuh
untuk
menghasilkan energi tidak hanya dari lauk saja melainkan
dibutuhkan juga dari
karbohidrat dan lemak.
Kebutuhan energi pada saat berolahraga dapat dipenuhi melalui
sumber
energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran
karbohidrat,
pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan
protein.
Diantara ketiganya, simpanan protein bukanlah merupakan sumber
energi yang
langsung dapat digunakan oleh tubuh dan protein baru akan
terpakai jika
simpanan karbohidrat ataupun lemak tidak lagi mampu untuk
menghasilkan
energi yang dibutuhkan oleh tubuh
Protein berperan sebagai zat pembangun komponen dan struktur
jaringan
tubuh yang rusak seperti otot, dan berperan dalam pembentukan
enzim, hormon,
neurotransmitter, dan antibodi. Metabolisme protein dalam tubuh
atlet
dipengaruhi oleh asupan energi dimana asupan energi yang optimal
akan
mengoptimalkan metabolisme protein di dalam tubuh. Selain itu
juga dipengaruhi
oleh asupan karbohidrat, asupan protein dari makanan, asam
amino, interaksi
antara zat gizi, hormon, jenis kelamin, dan status hidrasi
(Driskell, 2007)
5.1.5 Distribusi Aktivitas Fisik Atlet Sepak Bola PS Kerinci
Tahun 2018
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa atlet yang melakukan
aktivitas
fisik yang berat adalah 48,4%. Angka ini menunjukkan masih
beratnya aktivitas
fisik atlet. Hal ini disebabkan karena memang hampir sebagian
atlet melakukan
aktivitas yang berat tiap harinya. Berdasarkan informasi yang
didapat para atlet
memang rajin mengikuti latihan. Jika pada saat mereka tidak
latihan, mereka tetap
-
bermain sepak bola pada sore harinya. Adapun jika salah satu
dari mereka tidak
hadir bukan karena malas, tapi karena alasan tertentu. Misalnya
seperti hasil
analisis ada salah satu dari atlet yang tidak hadir dikarenakan
sedang kuliah.
Sementara untuk persiapan para pemain tidak hanya dari latihan
fisik saja
namun juga pemenuhan asupan gizi yang cukup. Asupan gizi
dibutuhkan untuk
memperbaiki atau mengganti sel yang rusak (Ernita, 2004 dalam
Novitasari, dkk,
2016). Menurut Almatsier (2010) banyaknya energi yang dibutuhkan
tergantung
pada berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama, dan berat
pekerjaan/aktivitas
yang dilakukan dan sepak bola termasuk dalam kategari aktivitas
yang berat.
5.2 Analisis Bivariat
5.2.1 Hubungan antara Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Atlet
SepakBola PS Kerinci Tahun 2018
Dari hasil penelitian dapat diketahuibahwa prevalensi atlet
yang
pengetahuannya kurang dengan status gizi tidak normal lebih
besar yaitu 25,8%
dibandingkan dengan atlet yang pengetahuannya baik dengan status
gizi tidak
normal yaitu 16,1%. Dari hasil uji statistik dapat diketahui
bahwa ada hubungan
yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan status gizi
atlet.
Hasil ini sejalan dengan Suhardjo (2003) dalam Ridwan (2010)
yang
menyatakan pengetahuan gizi memegang peranan sangat penting
dalam
menggunakan makanan yang baik sehingga dapat mencapai keadaan
gizi yang
cukup. Pernyataan ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan
Suryaputra dan
Munadhiroh (2012) yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan gizi
remaja
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi
pada remaja.
Adanya perbedaan hasil uji dalam hal hubungan antara pengetahuan
gizi dengan
-
status gizi menjelaskan bahwa pengetahuan gizi bukanlah hubungan
sebab akibat