Page 1
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,
dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu
peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran bahasa Indonesia
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia
(Depdiknas, 2006: 317).
Kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan
penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap
bahasa dan sastra Indonesia dijabarkan dalam berbagai standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Standar kompetensi Bahasa Indonesia Sekolah Dasar Kelas III
terbagi menjadi empat standar kompetensi, yakni standar kompetensi
mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Tiap-tiap standar kompetensi
terbagi menjadi dua atau lebih kompetensi dasar. Standar kompetensi
mendengarkan dijabarkan dalam dua kompetensi dasar, standar kompetensi
berbicara dijabarkan ke dalam tiga kompetensi dasar, standar kompetensi
1
Page 2
2
membaca dijabarkan ke dalam tiga standar kompetensi dasar, sedangkan standar
kompetensi menulis dijabarkan ke dalam dua kompetensi dasar.
Penguasaan kompetensi dasar idealnya lebih dari atau sama dengan
kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kriteria ketuntasan minimal pembelajaran
bahasa Indonesia di kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau adalah 67. Namun, dari
hasil evaluasi diketahui bahwa hasil belajar siswa pada standar kompetensi
menulis khususnya menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok, belum
menunjukkan hasil yang menggembirakan. Rata-rata hasil belajar siswa terhadap
materi tersebut masih di bawah KKM. Setelah dilakukan remedial pun, masih
terdapat siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal tersebut.
Dari kenyataan tersebut, perlu dilakukan identifikasi mengapa hasil
belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia standar kompetensi menulis
belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Rendahnya hasil belajar siswa pada
kompetensi dasar menulis di atas diduga disebabkan metode pembelajaran yang
kurang tepat, tidak menggunakan media pembelajaran yang memadai, minat
belajar siswa yang rendah, atau situasi pada waktu berlangsungnya pembelajaran
kurang kondusif.
Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan di atas, perlu dilakukan
langkah-langkah perbaikan agar proses pembelajaran dan hasil pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya kompetensi dasar menulis paragraf berdasarkan
pikiran pokok lebih meningkat. Diharapkan juga, hasil pembelajaran siswa
terhadap materi tersebut minimal sama dengan kriteria ketuntasan minimal. Guru
selaku peneliti bermaksud menerapkan model pembelajaran kooperatif
Page 3
3
(cooperative learning) sebagai strategi meningkatkan kemampuan siswa dalam
menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok.
Cooperative learning (pembelajaran gotong royong) adalah pembelajaran
yang didasari pemikiran bahwa manusia adalah makhluk sosial (homo homini
socius). Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan
sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja
sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran
kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar
kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam
belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif
sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang
bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok. Model pembelajaran
ini merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran
kontekstual (http://muhfida.com/pembelajaran-cooperative-learning/).
Karena bersifat kooperatif, anggota kelompok terdiri dari anggota yang
heterogen yakni heterogen dalam hal kemampuan (tinggi, sedang, rendah), jenis
kelamin, bahkan bila mungkin terdiri dari ras, suku, dan budaya yang berbeda.
Dalam pelaksanaannya, guru dapat menerapkan berbagai teknik sesuai dengan
tipe-tipe pembelajaran kooperatif. Teknik yang dimaksud seperti teknik mencari
pasangan, bertukar pasangan, keliling kelompok, dan sebagainya. Sedangkan tipe-
tipe pembelajaran kooperatif yang dapat dipilih misalnya tipe STAD, Jigsaw,
Investigasi Kelompok, maupun tipe Struktural.
Page 4
4
Dalam pembelajaran sehari-hari di SD Negeri 64 Lubuklinggau,
pengelompokan siswa dalam kegiatan pembelajaran kerap kali dilakukan, namun
pembagian kelompok tanpa disadari terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan
hampir sama, akibatnya ada kelompok dengan anggota siswa pandai (kelompok
atas) dan ada kelompok dengan anggota siswa dengan kemampuan yang rendah
(kelompok bawah). Meskipun telah diupayakan heterogen dalam hal kemampuan,
siswa yang lebih unggul kerap kali mendominasi sehingga hasil kerja tidak
mencerminkan hasil kelompok tetapi hasil kerja individu yang mewakili
kelompok.
Berlatar belakang permasalahan di atas, peneliti bermaksud melakukan
penelitian tindakan kelas dengan judul "Upaya Meningkatkan Kemampuan
Menulis Paragraf Berdasarkan Pikiran Pokok Siswa Kelas III SD Negeri 64
Lubuklinggau melalui Model Cooperative Learning". Adapun tipe pembelajaran
yang peneliti gunakan adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams
Achievement Division). Hal ini peneliti lakukan dengan asumsi bahwa model
STAD merupakan pembelajaran kooperatif yang sederhana dan dengan
pertimbangan subjek penelitian adalah siswa kelas III.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah umum dalam
penelitian ini adalah “Apakah terdapat peningkatan kemampuan menulis paragraf
berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui
Page 5
5
pembelajaran dengan Model Cooperative Learning?” Sedangkan rumusan
masalah khusus penelitian ini adalah:
1. Bagaimana efektifitas penerapan model Cooperative Learning tipe STAD
dalam pembelajaran menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok siswa kelas
III SD Negeri 64 Lubuklinggau?
2. Berapa besar peningkatan kemampuan siswa kelas III setelah diberi perlakuan
dengan menerapkan model Cooperative Learning tipe STAD?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini pun meliputi tujuan
umum dan tujuan khusus. Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan kemampuan menulis paragraf berdasarkan pikiran
pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui pembelajaran dengan
Model Cooperative Learning. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah
untuk medeskripsikan penerapan model cooperative learning dan
mendeskripsikan besarnya peningkatan kemampuan siswa setelah mereka diberi
pembelajaran dengan model pembelajaran tersebut.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoretis maupun praktis.
Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan dalam
kajian desain pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model
Page 6
6
pembelajaran cooperative learning dalam pembelajaran menulis. Secara praktis,
penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi siswa, guru kelas, dan sekolah.
1. Bagi siswa, melalui penerapan model cooperative learning
kemampuan individu dan kemampuan siswa berinteraksi dengan kelompok
meningkat.
2. Bagi guru, desain pembelajaran yang dilakukan tidak monoton,
menambah wawasan, dan mau mengembangkan ide kreatif dalam
pembelajaran.
3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat menambah bahan bacaan
dan sebagai bahan kajian bagi pengembangan mutu pendidikan di sekolah
pada umumnya.
Page 7
7
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teoritik
Berikut dikemukakan beberapa teori yang berkaitan dengan kemampuan
menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok dan model pembelajaran cooperative
learning.
4. Pengertian Menulis
Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau
informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara
(http://id.wikipedia.org/). Menulis dapat juga didefinisikan sebagai suatu
kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung di
dalamnya, sedangkan tulisan merupakan symbol atau lambang bahasa yang
dapat dilihat dan disepakati pemakainya (Suparno, 2008:1.3). Menurut
Nurgiantoro (1995:294), aktivitas menulis merupakan suatu bentuk
manivestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai
pelajar bahasa setelah kemampuan mendengarkan, berbicara , dan membaca.
Dari berbagai ulasan mengenai menulis di atas, peneliti berkesimpulan
bahwa menulis merupakan aktivitas menyampaikan pesan/gagasan pada suatu
media sebagai suatu keterampilan berbahasa.
Page 8
8
5. Pengertian Paragraf
Menurut Kosasih (2002:53), paragraf merupakan bagian dari karangan
(tertulis) atau bagian dari tuturan (kalau lisan). Sebuah paragraf ditandai oleh
suatu kesatuan gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat.
Oleh karena itu, paragraf pada umunya terdiri atas sejumlah kalimat. Kalimat-
kalimat itu saling bertalian untuk mengungkapkan sebuah gagasan tertentu.
Sebuah paragraf biasanya terdiri dari pikiran, gagasan, atau ide pokok
yang dibantu dengan kalimat pendukung. Paragraf non-fiksi biasanya dimulai
dengan hal umum dan bergerak lebih spesifik sehingga dapat memunculkan
argumen atau sudut pandang. Setiap paragraf berawal dari apa yang datang
sebelumnya dan berhenti untuk dilanjutkan. Paragraf umumnya terdiri dari
tiga hingga tujuh kalimat semuanya tergabung dalam pernyataan berparagraf
tunggal. Sebuah paragraf dapat sependek satu kata atau berhalaman-halaman,
dan dapat terdiri dari satu atau banyak kalimat. Ketika dialog dikutip dalam
fiksi, paragraf baru digunakan setiap kali orang yang dikutip berganti
(http://id.wikipedia.org).
Menurut Arifin (1995:86), paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf
memperlihatkan kesatuan pikiran ataumempunyai keterkaitan dl membentuk
gagasan atau topik tersebut.
Dari penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa paragraf adalah
seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik.. Dalam
Page 9
9
karangan, penulisan paragraf dimulai dengan baris baru dan menjorok ke
kanan beberapa spasi.
6. Pikiran Pokok dalam Paragraf
Sebagai bagian dari karangan, paragraf ditandai oleh suatu kesatuan
gagasan yang lebih tinggi atau lebih luas daripada kalimat. Kalimat yang
menjadi gagasan utama atau gagasan pokok dinamakan kalimat utama atau
kalimat topik (Keraf,1994:70). Kalimat utama sebagai gagasan atau pikiran
pokok dalam sebuah paragraf ditempatkan pada tempat yang berbeda-beda.
Penempatan pikiran pokok dalam paragraf menurut Keraf (1994:70-74) yakni
pada awal paragraf, pada akhir paragraf, pada awal dan akhir paragraf, dan
pada keseluruhan paragraf.
Tema yang dapat dijadikan wahana pengembangan paragraf misalnya
diri sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, perstiwa, dan lain sebagainya.
Sedangkan pikiran pokok yang dapat dikembangkan sesuai dengan usia siswa
kelas III misalnya tentang kejujuran atau tentang persahabatan. “Hani yang
jujur” atau “Dina dan Fani sahabat karib” adalah beberapa contoh pikiran
pokok yang dapat dikembangkan.
7. Macam-macam Paragraf
Menurut Keraf (1994:63-66), berdasarkan sifat dan tujuannya, paragraf
dibedakan atas: 1) paragraf pembuka, yaitu paragraf yang membuka atau
menghantar karangan atau menghantar pokok pikiran dalam bagian karangan
Page 10
10
itu, 2) paragraf penghubung adalah semua paragraf yang terdapat antara
alinea pembuka dan alinea penutup, 3) paragraf penutup adalah paragraf
yang dimaksudkan untuk mengakhiri karangan atau bagian karangan.
8. Model Pembelajaran Cooperative Learning dengan Tipe STAD
a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam
mencapai tujuan bersama (Hamid Hasan dalan Etin, 2007:4). Belajar
kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang
memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka
dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut.
Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang
menekankan pada aspek kerjasama teratur dalam kelompok terdiri dari dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu. Cooperative learning
adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-
kelompok kecil, di mana pada tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-
siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai kegiatan
belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran
yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab
untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu
rekan rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan.
Semua Siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil
memahami dan melengkapinya.
Page 11
11
(Sunarto: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/20/pengertian-
cooperative-learning/).
Dalam literatur lain (www.funderstanding.com) disebutkan bahwa
Cooperative learning consists of instructional techniques that require
positive interdependence between learners in order for learning to occur .
Maksudnya, belajar kooperatif terdiri dari teknik pembelajaran yang
memerlukan saling ketergantungan positif antara peserta didik agar terjadi
proses belajar pada diri mereka.
Dalam model pembelajaran ini, semua anggota kelompok berusaha
untuk saling menguntungkan sehingga semua anggota kelompok bisa: a)
merasakan keuntungan dari setiap usaha teman lainnya, b) Menyadari
bahwa semua anggota kelompok mempunyai nasib yang sama, c) tahu
bahwa prestasi seseorang ditentukan oleh orang lain dalam satu kelompok,
dan d) Merasa bangga dan merayakan bersama ketika salah satu anggota
kelompok mendapatkan keberhasilan.
b. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Cooperative Learning
Secara umum, langkah-langkah pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) yang dijelaskan oleh Stahl (1994) dan Slavin
(1983) dalam Etin (2007:10-12) penulis rangkumkan sebagai berikut:
1) Guru merancang program pembelajaran.
2) Guru merancang lembar observasi yang akan digunakan untuk
mengobservasi kegiatan siswa dalam belajar secara bersama dalam
kelompok-kelompok kecil.
Page 12
12
3) Dalam melakukan observasi terhadap kegiatan mahasiswa, guru
mengarahkan dan membimbing siswa baik secara individu maupun
dalam kelompok, baik dalam memahami materi maupun mengenai
sikap perilaku siswa selama kegiatan belajar berlangsung.
4) Guru memberikan kesempatan kepada siswa dari masing-masing
kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya sementara guru
menjadi moderator. Pada akhir presentasi, guru mengajak siswa
melakukan refleksi diri terhadap proses jalannya pembelajaran dengan
tujuan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada atau sikap
perilaku menyimpang yang dilakukan selama pembelajaran.
9. Model Pembelajaran Cooperative Learning Model STAD
Pada pembelajaran kooperatif dikenal ada 4 tipe, yaitu: 1) tipe
STAD, 2) tipe Jigsaw, 3) Investigasi Kelompok, dan 4) tipe Struktural.
(Muhfida: http://muhfida.com/pembelajaran-cooperative-learning/).
Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)
adalah pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dengan
menggunakan kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan
menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran untuk
menuntaskan materi pembelajaran, kemudian saling membantu satu sama
lain untuk memahami bahan pembelajaran melalui tutorial, kuis satu sama
lain dan atau melakukan diskusi.
Page 13
13
Pembelajaran kooperatif model STAD dikembangkan oleh Roberta
Slavin dari Universitas John Hopkin USA. Secara umum cara penerapan
model STAD di kelas adalah sebagai berikut:
a. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok.
b. Tiap kelompok siswa terdiri atas 4-5 orang yang bersifat heterogen,
baik dari segi kemampuan, jenis kelamin, budaya, dan sebagainya.
c. Tiap kelompok diberi bahan ajar dan tugas-tugas pembelajaran yang
harus dikerjakan.
d. Tiap kelompok didorong untuk mempelajari bahan ajar dan
mengerjakan tugas-tugas pembelajaran melalui diskusi kelompok.
e. Selama proses pembelajaran secara kelompok guru berperan sebagai
fasilitator dan motivator.
f. Tiap minggu atau dua minggu, guru melaksanakan evaluasi, baik
secara individu maupun kelompok untuk mengetahui kemajuan belajar
siswa.
g. Bagi siswa dan kelompok siswa yang memperoleh nilai hasil belajar
yang sempurna diberi penghargaan.
Menurut Wena (2009:193) kelas belajar model STAD sebagai berikut:
Kelompok siswa
Page 14
14
Dalam penelitian ini, sehubungan siswa subjek penelitian adalah
siswa kelas rendah (siswa kelas III) maka model pembelajaran
coopertaive learning yang peneliti terapkan pembelajaran kooperatif tipe
STAD (Student Teams Achievment Division) dengan menekankan pada
kegiatan diskusi kelompok.
B. Kerangka Berpikir
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang merupakan
salah satu strategi pemecahan masalah dengan memanfaatkan tindakan nyata
dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan
masalah. Penelitian dilaksanakan dalam beberapa siklus. Kerangka penelitian
dapat diuraikan dalam bentuk siklus, seperti berikut ini:
Gambar 1.Kerangka Berpikir
C. Hipotesis Tindakan
Refleksi Awal Perencanaan
TindakanRefleksi
Observasi
Page 15
15
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui penerapan model
Cooperative Learning kemampuan siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau
dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok dapat meningkat.
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara mandiri oleh penulis
sebagai guru kelas di SD Negeri 64 Lubuklinggau Kelurahan Air Temam
Kecamatan Lubuklinggau Selatan I Kota Lubuklinggau. Penelitian dilaksanakan
selama 4 minggu pada setiap jam pelajaran Bahasa Indonesia yakni setiap hari
Selasa dan Kamis. Penelitian dilaksanakan selama dua siklus, yakni siklus I
dilaksanakan pada tanggal 25 November 2010 dan siklus kedua dilaksanakan pada
tanggal 30 November 2010.
Pada siklus I, peneliti melakukan penelitian dengan didampingi dan
diamati oleh tiga orang pengamat yaitu dosen pembimbing (Ibu Yohana Satinem,
M.Pd.), kepala sekolah (Ibu Megawati), dan teman sejawat (Ibu Bambang
Ekalaya).
B. Subjek Penelitian
Page 16
16
Subjek penelitian adalah siswa kelas III Tahun Pelajaran 2010/2011
sebanyak 25 orang siswa yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang
perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data adalah proses pembelajaran dan siswa itu sendiri. Data
penelitian diambil dari kegiatan pembelajaran di kelas dan di luar kegiatan
pembelajaran yakni melalui data statistik sekolah misalnya tentang jumlah siswa,
latar belakang orang tua siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik tes
dan teknik nontes berupa observasi proses pembelajaran.
1. Teknik Tes
Teknik tes digunakan untuk mendapatkan data utama berupa skor atau nilai
tentang kemampuan menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok pada siswa
kelas Kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau melalui Model Cooperative
Learning tipe STAD. Tes yang digunakan berupa tes uraian yakni tentang
menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok. Untuk menilai hasil tes, peneliti
menggunakan indikator penilaian kemampuan menulis dengan berpedoman
Page 17
17
pada pendapat Nurgiantoro (1994:304) yakni dengan memberikan
pembobotan sebagai berikut:
Tabel 1.Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Paragraf
Berdasarkan Pikiran Pokok
No Unsur yang Dinilai Skor Maksimum Skor Siswa
1.
2.3.4.
5.
Isi gagasan yang dikemukakanOrganisasi isiTata bahasaGaya: pilihan struktur dan kosa kataEjaan
35
252015
5
----
-
Jumlah 100 -(Nurgiantoro, 1994:305).
Peneliti menyadari bahwa subjek penelitian ini adalah siswa kelas III.
Oleh karena itu, pembobotan pada materi menulis paragraf peneliti
modifikasi namun tetap mengacu kepada pendapat Nurgiantoro
tersebut sebagai berikut:
a. Isi gagasan
Skor 3 jika susunan paragraf tidak benar
Skor 5 jika susunan paragraf benar
Page 18
18
b. Ejaan
Skor 1 jika terdapat 4 atau lebih kesalahan ejaan
Skor 2 jika terdapat 3 atau lebih kesalahan ejaan
Skor 3 jika terdapat 2 atau lebih kesalahan ejaan
Skor 4 jika terdapat 1 atau lebih kesalahan ejaan
Skor 5 jika tidak terdapat kesalahan ejaan
Nilai Akhir Siswa diperoleh dengan cara:
NA = x 100
Setelah nilai akhir siswa diperoleh, peneliti menentukan tingkat
kemampuan siswa dalam menulis paragraf. Penulis menggunakan
interpretasi rentang skor 0 – 100 sebagaimana dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.Interpretasi Rentang Skor
Bentuk Kwalitatif(Predikat)
Bentuk kwantitatif(Persentase)
IstimewaBaik Sekali
BaikCukupSedangKurang
96 – 10086 – 9576 – 8666 – 7556 – 650 – 55
(Arikunto, 2001:245).
2. Teknik Nontes
Teknik nontes yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
observasi. Observasi dilakukan oleh dosen pembimbing, kepala
Page 19
19
sekolah, dan rekan guru atau teman sejawat dengan menggunakan
lembar observasi yang telah disediakan oleh peneliti. Indikator yang
diamati yaitu berupa minat siswa terhadap pelajaran ikhtisar wacana,
tanggapan terhadap kemampuan siswa menulis paragraf berdasarkan
pikiran pokok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Di samping itu, observasi digunakan juga untuk
memperoleh data berupa tanggapan mengenai pelaksanaan tindakan.
Hasil pengamatan kemudian dianalisis penulis untuk dijadikan dasar
perencanaan tindakan berikutnya.
E. Teknik Analisis Data
Data tentang aktivitas siswa dan guru yang diperoleh melalui lembar
pengamatan dianalisis. Data ini berguna untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran yang diterapkan sudah sesuai dengan apa yang direncanakan.
Kemudian data yang diperoleh dari tes hasil belajar siswa dianalisis secara
deskriptif. Analisis data ini bertujuan untuk mendiskripsikan data tentang aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran dan data tentang ketuntasan belajar
Bahasa Indonesia pada materi menulis paragraph berdasarkan pikiran pokok.
Analisis data tentang aktivitas siswa dan guru didasarkan dari hasil lembar
pengamatan selama proses pembelajaran untuk melihat kesesuaian antara
perencanaan dan pelaksanaan tindakan. Analisis data tentang ketuntasan belajar
Bhasa Indonesia secara individu dan klasikal pada kelas tindakan. Seorang siswa
dikatakan tuntas belajar apabila daya serap siswa sudah mencapai KKM yang
Page 20
20
telah ditetapkan untuk setiap indikatornya. Ketuntasan hasil belajar siswa dapat
dilihat dari persentase tingkat penguasaan siswa pada tiap indikator dan seluruh
indikator pencapaian secara individu dihitung dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
PI = x 100%
Keterangan
PI : Persentase ketuntasan individu
R : Skor yang diperoleh siswa
SM : Skor maksimal
Persentase ketuntasan pada setiap indikator pencapaian dan seluruh
indikator pencapaian secara klasikal dihitung dengan rumus:
PK = x 100%
Keterangan:
PK : Persentase ketuntasan indikator pencapaian secara klasikal
ST : Jumlah siswa yang tuntas
N : Jumlah siswa seluruhnya
Keberhasilan penelitian ini dilihat dari meningkatnya hasil belajar siswa
untuk setiap siklusnya. Dilihat dari persentase siswa yang mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan KTSP yaitu sebesar 67 (dalam skala
ratusan).
Page 21
21
Persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada setiap siklus dapat
dihitung dengan rumus:
P = x 100 %
Keterangan:
P : Persentase peningkatan
R1 : Nilai rata-rata sebelum tindakan
R2 : Nilai rata-rata sesudah tindakan
F. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan penerapan model pembelajaran cooperative learning dalam
menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok ditunjukkan dengan meningkatnya
keaktifan siswa, rata-rata nilai siswa lebih dari atau sama dengan kriteria
ketuntasan minimal yakni 67, secara klasikal keberhasilan tindakan juga
ditunjukkan bila siswa yang mendapatkan nilai 67 atau lebih mencapai 85%.
G. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dibagi menjadi dua siklus tindakan dan setiap
siklus terdiri dari satu materi pokok. Setiap siklus terdiri dari dua kali pertemuan,
dan setiap selesai satu materi pokok akan diadakan tes formatif untuk mengetahui
tingkat keterampilan siswa dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok.
Pada setiap siklus dilakukan observasi oleh guru lain. Observasi dilakukan
terhadap guru yang sedang mengajar (meneliti) maupun terhadap siswa yang
sedang belajar untuk melihat aktivitasnya. Selain itu juga akan dilakukan refleksi
oleh observer yang terdiri dari dosen pembimbing, kepala sekolah, dan satu orang
Page 22
22
guru untuk membicarakan hal-hal yang sudah dilakukan dengan tepat, maupun
kekurangan-kekurangan yang masih ada pada siklus tersebut, yang akan menjadi
bahan pertimbangan dan perbaikan dalam pelaksanaan siklus berikutnya. Prosedur
penelitian meliputi kegiatan-kegiatan: perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, evaluasi, dan refleksi.
1. Perencanaan
a Pada tahap perencanaan ini, peneliti melakukan kegiatan: menentukan
kelas penelitian dan menetapkan siklus tindakan (yaitu dua siklus).
b Menetapkan waktu memulainya penelitian tindakan kelas, yaitu pada
semester I.
c Menetapkan mareri pelajaran, yaitu menulis paragraf berdasarkan pikiran
pokok sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.
d Menentukan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran serta
menentukan materi pokok.
e Menyiapkan instrumen yang diperlukan berupa tes dan lembar observasi.
f Menyusun alat tes, yaitu memberikan latihan menulis paragraf berdasarkan
pikiran pokok.
g Menetapkan cara pengamatan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran
dengan menggunakan alat observasi.
h Menyusun alat observasi untuk siswa maupun untuk guru.
Page 23
23
i Menetapkan jenis data yang dikumpulkan yang sesuai dengan respon
terhadap tindakan yang dilakukan, baik data kuantitatif maupun data
kualitatif.
j Menetapkan cara refleksi, yang dilakukan oleh peneliti dan observer yang
terdiri dari seorang guru, dan dilakukan setiap akhir tindakan pada setiap
siklusnya.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan akan dilakukan untuk dua siklus sesuai dengan yang
ditetapkan. Pelaksanaan setiap siklus sebagai berikut:
a. Siklus Pertama:
1) Perencanaan adalah persiapan yang dilakukan untuk pelaksanaan PTK,
antara lain sebagai berikut.
a) Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada
siswa.
b) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
c) Membuat/menyediakan media pembelajaran dalam rangka
implementasi PTK.
d) Menyiapkan alternatif-alternatif solusi yang akan dicobakan dalam
rangka pemecahan masalah.
e) Membuat instrumen observasi yang digunakan dalam siklus PTK.
f) Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
Page 24
24
2) Pelaksanaan tindakan, sesuai dengan langkah-langkah dalam model
pembelajaran ”Cooperative Learning tipe STAD”.
3) Pengamatan dan Observasi, yaitu prosedur perekaman data mengenai
proses dan produk dari implementasi tindakan yang dirancang, dengan
lembar-lembar pengamatan.
4) Analisis dan Refleksi, berkaitan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang dilaksanakan, serta kriteria dan rencana bagi tindakan
siklus berikutnya.
b. Siklus Kedua
Tahap penelitian pada siklus kedua adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi
pada siklus pertama.
2) Pelaksanaan
Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan rencana pembelajaran
hasil refleksi pada siklus pertama.
3) Pengamatan
Peneliti (guru) melakukan pengamatan terhadap aktivitas
pembelajaran.
4) Refleksi
Peneliti bersama supervisor melakukan refleksi terhadap perlaksanaan
siklus kedua.
Page 25
25
Apabila sampai pada Siklus 2 penelitian ini belum berhasil maka
dilanjutkan pada siklus berikutnya.
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Sesuai rencana, penelitian tindakan kelas (PTK) peneliti lakukan dengan
menerapkan Model Cooperative Learning tipe STAD terhadap 25 orang siswa
yang terdiri dari 15 orang laki-laki dan 10 orang perempuan siswa kelas III SD
Negeri 64 Lubuklinggau Kelurahan Air Temam Kecamatan Lubuklinggau Selatan
I Kota Lubuklinggau. Ada tiga kegiatan yang dilakukan, yakni pengambilan data
sebelum perlakuan diterapkan (kondisi awal), pengambilan data tahap pertama
(siklus I), dan pengambilan data tahap kedua (siklus II). Pada setiap siklus peneliti
memberikan tes akhir untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menulis
paragraf berdasarkan pikiran pokok.
Data yang terkumpul dari setiap siklus selanjutnya dianalisis. Dari analisis
data tersebut diketahui besar kemampuan dan besar peningkatan kemampuan
siswa setelah kedua pelakuan diterapkan.
A. Deskripsi Kondisi Awal
Kemampuan siswa menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok di kelas
III SD Negeri 64 Lubuklinggau Kelurahan Air Temam Kecamatan Lubuklinggau
Page 26
26
Selatan I Kota Lubuklinggau amat rendah dibandingkan KKM yang ditetapkan
yaitu 67. Hasil Ulangan siswa pada materi tersebut penulis sajikan pada tabel 3
sebagaimana penulis lampirkan.
Hasil penelitian yang diambil pada tanggal 25 November 2010
menunjukkan bahwa dari 25 orang siswa yang mendapat nilai di atas kriteria
ketuntasan minimal hanya enam orang (24%). Sisanya, 19 orang (76%) siswa
belum tuntas. Nilai Rata-rata siswa hanya 60, jauh di bawah KKM yakni 67. Hal
ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tindakan untuk memperbaiki
proses dan hasil belajar siswa khususnya pada materi menulis paragraf
berdasarkan pikiran pokok. Hasil penelaahan data awal ini, peneliti berketetapan
memperbaiki pembelajaran yakni dengan menerapkan model pembelajaran
kooperatif (Cooperative Leraning) tipe STAD.
Tabel 4. Data Pratindakan
No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase Keterangan
1.
2.
Di bawah 67
Lebih dari atau sama dengan 67
19
6
76%
24%
Belum Tuntas
Tuntas
Jumlah 25 100%
Data awal penelitian tersebut dapat juga digambarkan dalam tabel berikut ini.
Page 27
27
Tabel 5.Tingkat Kemampuan Siswa Menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok pada
Tahap Pratindakan
No. Tingkat Kemampuan FrekuensiBentuk Kuantitatif Bentuk Kualitatif
1. 96-100 Istimewa -
2. 86-95 Baik Sekali -
3. 76-85 Baik 6
4. 66-75 Cukup 8
5. 56-65 Sedang 6
6. 0-55 Kurang 5
Jumlah 25
Dari kedua tabel tersebut diketahui bahwa ketuntasan belajar individual
siswa masih rendah. Secara klasikal, siswa yang mencapai ketuntasan belajar baru
enam orang atau 24 persen. Ketuntasan belajar ideal secara klasikal adalah 85%
atau 21 orang dari 25 orang peserta tes. Rata-rata nilai siswa pada ulangan bahasa
Indonesia yang menjadi data awal penelitian ini adalah 60, masih jauh dari yang
diharapkan. Oleh karena itu, peneliti berusaha meningkatkan kemampuan siswa
tersebut dengan melakukan tindakan berikutnya yakni tindakan siklus I.
B. Kondisi Hasil Siklus I
Page 28
28
1. Perencanaan Tindakan
Sebelum melakukan tindakan yakni menerapkan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe STAD, peneliti melakukan perencanaan
sebagai berikut:
a. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui kompetensi
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa.
Hasil telaah kurikulum didapati bahwa kompetensi dasar yang akan
diajarkan kepada siswa tercantum dalam silabus sebagai berikut:
Kompetensi Dasar
Materi Pokok Pembelajaran
Kegiatan Pembelajara
nIndikator
Penilaian
Alokasi Wak-
tu
Sumber
bahan/
AlatMenyusun paragraf berdasarkan bahan yang tersedia dengan memperhati kan penggunaan ejaan
Menyusun pargraf
Siswa membuat kalimat berdasarkan pikiran pokok yang telah ditentukan guru
Siswa mampu membuat kalimat berdasarkan pikiran pokok yang telah ditentukan guru
Ter-tulis
12 jam pelajar-an x 35 menit
Buku baha-sa Indo-nesia kelas III
b. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran.
Rencana pembelajaran dibuat untuk diimplementasikan di kelas.
c. Membuat/menyiapkan media pembelajaran dalam rangka
implementasi PTK.
Media yang peneliti siapkan adalah teks bacaan pada sebuah kertas
karton.
d. Membuat instrumen observasi yang digunakan dalam siklus PTK.
Page 29
29
Instrumen obeservasi ini digunakan oleh para pengamat, yakni dosen
pembimbing, kepala sekolah, dan rekan guru.
e. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
Alat evaluasi disusun dan digunakan untuk memperoleh data tentang
hasil belajar siswa dan mengetahui ketuntasan siswa terhdap materi
pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan dilaksanakan pada tanggal 25 November 2010.
Penelitian tindakan pada siklus I ini didampingi oleh dosen pembimbing,
diobservasi oleh dosen pendamping, kepala sekolah, dan rekan guru SD
Negeri 64 Lubuklinggau. Langkah-langkah yang peneliti lakukan dalam
pemberian tindakan pada siklus I ini adalah:
a. Siklus Pertama Pertemuan Pertama
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus pertama pertemuan
pertama terbagi dalam tiga tahap yaitu tahap awal, inti, dan penutup.
Dalam pembelajaran peneliti dibantu rekan sejawat selaku pengamat
dan setelah selesai pembelajaran peneliti melakukan refleksi terhadap
proses dan hasil pembelajaran.
Pembelajaran pada siklus pertama pertemuan pertama peneliti
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Guru melakukan appersepsi untuk menghubungkan pengetahuan
siswa dengan materi yang akan diajarkan. Guru juga memberikan
Page 30
30
motivasi agar siswa lebih tertarik mengikuti pelajaran. Apersepsi
yang dilakukan adalah:
“Apakah anak-anak suka membaca buku? Maukah anak-anak
memiliki kemampuan menulis cerita seperti yang anak-anak baca?”
“Anak-anak, para penulis sangat pandai menceritakan sesuatu
sehingga menarik dan enak dibaca. Misalnya saja Ibu ambil contoh
mereka akan menceritakan tentang sepatu baru. Apa saja yang
dapat diceritakan tentang sepatu baru?”
Nah, pada pertemuan kali ini Ibu akan mengajak anak-anak
mengarang seperti yang ibu ceritakan agar anak-anak pun kelak
bisa menjadi pengarang yang hebat.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cara menulis
paragraf.
b) Siswa secara berkelompok mendiskusikan tugas masing-
masing.
c) Perwakilan kelompok melaporkan hasil kerjanya
d) Kelompok yang lain menanggapi hasil kerja temannya.
3) Kegiatan Penutup
Pada akhir pelajaran, guru dan murid melakukan refleksi terhadap
proses dan hasil pembelajaran. Siswa diberi tugas untuk
mengerjakan latihan.
b. Siklus Pertama Pertemuan Kedua
Page 31
31
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus pertama pertemuan
kedua tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama yang juga terbagi
dalam tiga tahap yaitu tahap awal, inti, dan penutup. Pengamatan
dilakukan oleh rekan sejawat dan setelah selesai pembelajaran peneliti
melakukan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran.
Pembelajaran pada siklus pertama pertemuan kedua peneliti
melakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Kegiatan Awal
Guru melakukan appersepsi untuk menjajaki kemampuan siswa
sebelum mengikuti pembelajaran.
“Bagaimana anak-anak? Mengarang itu tidak sulit bukan?
Nah, pada pertemuan kali ini Ibu akan mengajak anak-anak lebih
banyak berlatih menulis paragraf.
2) Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti ini, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok.
Beberapa siswa diminta untuk menunjukkan kemampuannya
menyusun paragraf. Setelah itu setiap kelompok diminta
mengerjakan lembar tugas, dilanjutkan diskusi kelompok dan
pembahasan hasil kerja kelompok. Secara rinci kegiatan inti dalam
pembelajaran yaitu:
- Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang cara menyusun
paragraf.
Page 32
32
- Siswa secara berkelompok mendiskusikan tugas masing-
masing.
- Perwakilan kelompok melaporkan hasil kerjanya
- Kelompok yang lain menanggapi hasil kerja temannya.
- Siswa mengerjakan soal evaluasi
3) Kegiatan Penutup
Pada akhir pelajaran, guru dan murid menyimpulkan pelajaran dan
melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran.
3. Hasil Pengamatan
Pelaksanaan Siklus pertama diamati oleh dosen pembimbing, kepala
sekolah, dan rekan guru. Hasil pengamatan dapat dideskripsikan sebagai
berikut:
a. Pengamat Pertama (Dosen Pembimbing)
Saran dan tanggapan pengamat petama yakni dosen pembimbing, Ibu
Y. Satinem, M.Pd., adalah:
1) Ketika guru mengawali pembelajaran posisi anak tetap duduk
seperti biasa, berikutnya baru dibentuk kelompok.
2) Perhatian guru kurang merata kepada seluruh siswa.
3) Perlu dikurangi pemotongan kata dalam kalimat ketika
menjelaskan.
4) Penerapan model pembelajaran kooperatif tidak sesuai dengan
langkah-langkah model tersebut.
Page 33
33
5) Siswa belum melakukan diskusi, tetapi mengerjakan tugas dengan
posisi duduk dalam kelompok.
b. Pengamat Kedua (Kepala Sekolah)
Saran dan tanggapan pengamat kedua yakni kepala sekolah, Ibu
Megawati, sebagai berikut:
- Sebaiknya sebelum pelajaran berlangsung ada baiknya kita cek
dulu kehadiran siswa terlebih dahulu.
c. Pengamat Ketiga (Rekan Guru)
Pengamat ketiga yakni rekan guru, Ibu Bambang Ekalaya, tidak
memberikan saran dan pendapatnya setelah melakukan pengamatan
terhadap unsur-unsur pembelajaran yang peneliti tuangkan pada
instrumen obeservasi.
Hasil pengamatan ketiga pengamat peneliti memberi skor 1 pada
jawaban “ya” dan skor 0 pada jawaban “tidak”. Hasil selengkapnya
pada tabel 6 sampai dengan tabel 8 dapat dilihat pada lampiran. Bila
dirangkum, hasil ketiga pengamat tersaji pada tabel 9.
Kegiatan guru dan murid dalam pembelajaran berdasarkan hasil ketiga
pengamat, menunjukkan bahwa menurut Ibu Y. Satinem baru 10 dari 17 butir
aspek yang muncul atau baru 58,82%. Menurut Ibu Megawati aspek yang muncul
sebanyak 16 butir (94,12%) dan menurut Ibu Bambang Ekalaya aspek yang
muncul 15 butir (88,24). Sementara itu, hasil tes tentang menulis paragraf
berdasarkan pikiran pokok penulis sajikan pada tabel dengan aspek penilaian
sebagaimana saran dosen pembimbing tersaji pada tabel 10 (lihat lampiran).
Page 34
34
Data pada tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa siswa yang tuntas ada 16
orang (64%) sedangkan yang belum tuntas masih 9 orang (36%). Namun
demikian, nilai rata-rata kelas sudah di atas KKM yakni 68,4 sedangkan KKM
mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah 67.
4. Refleksi
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian siklus pertama, peneliti
menemukan beberapa permasalahan dalam menerapkan model pembelajaran
Cooperative Learning tipe STAD sebagai berikut:
a. Peneliti kekurangan waktu dalam melaksanakan tindakan pertemuan pertama
karena banyaknya waktu yang terbuang dalam pembentukan kelompok
kooperatif.
b. Peneliti belum mampu menarik perhatian siswa ketika menyampaikan
langkah kerja dalam belajar.
c. Siswa tidak aktif mengerjakan soal latihan yang diberikan guru.
d. Peneliti belum melakukan penyimpulan pelajaran pada akhir pelajaran.
e. Peneliti belum memberikan saran dan motivasi untuk belajar kepada siswa
pada akhir pelajaran.
f. Peneliti selaku guru belum menutup pelajaran dengan baik.
g. Peneliti belum melakukan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran pada model Cooperative Learning tipe STAD dengan baik.
h. Secara klasikal, siswa yang tuntas belajar baru mencapai 64%, sedangkan
indikator keberhasilan yang peneliti tetapkan adalah 85%.
Page 35
35
Berdasarkan temuan permasalahan tersebut, maka peneliti melanjutkan
tindakan pada siklus kedua dengan melakukan perbaikan-perbaikan, diantaranya:
a. Peneliti harus lebih kontrol dengan waktu yang tersedia.
b. Peneliti memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk
bertanya agar mereka dapat aktif mengerjakan soal latihan.
c. Memberikan dukungan kepada siswa agar semakin giat dan tekun dalam
mempelajari bahasa Indonesia.
d. Memberikan saran dan memotivasi siswa dengan lebih baik.
e. Mempersiapkan skenario pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran Cooperative Learning.
C. Kondisi Hasil Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil pengamatan berupa saran dan tanggapan dari para
pengamat, peneliti merancang pembelajaran siklus kedua sebagai
perbaikan atas pembelajaran siklus pertama.
Perencanaan tindakan pada siklus kedua sebagai berikut:
a. Menyusun skenario pembelajaran siklus kedua sesuai dengan langkah-
langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran.
c. Menyiapkan kembali media pembelajaran dan instrumen penilaian.
2. Hasil Pengamatan
Page 36
36
Pelaksanaan Siklus kedua diamati oleh, kepala sekolah dan rekan guru.
Hasil pengamatan dapat dideskripsikan sebagai berikut:
a. Pengamat Pertama (Kepala Sekolah)
Saran dan tanggapan pengamat kedua yakni kepala sekolah, Ibu
Megawati, sebagai berikut:
- Langkah-langkah pembelajaran dengan model Cooperative
Learning sudah sesuai dengan skenarionya.
b. Pengamat Kedua (Rekan Guru)
Pengamat kedua yakni rekan guru, Ibu Bambang Ekalaya, memberikan
pendapatnya bhawa pembelajaran berlangsung dengan baik dan siswa
aktif mendengarkan pelajaran yang diberikan guru. Hasil pengamatan
kedua pengamat tertuang dalam lembaran observasi sebagaimana
tersaji pada tabel 11 dan 12 (lihat lampiran). Sedangkan hasil tes siswa
pada siklus kedua tersaji pada tabel 13.
Hasil tes menunjukkan bahwa 22 orang (88%) siswa telah tuntas dan
nilai rata-rata kelas sudah di atas KKM yakni 72,8.
3. Refleksi
Berdasarkan pengamatan dari para pengamat terlihat bahwa aktifitas guru
dan murid pada pembelajaran meningkat. Kedua orang pengamat telah
menyatakan bahwa 17 butir aspek yang diamati telah muncul sebagaimana
tersaji pada tabel 11 dan 12 di atas.
Bila pada siklus I kemunculan aspek yang diamati hanya 80,39% maka
pada siklus II telah menjadi 100%, artinya ada peningkatan aktifitas guru
Page 37
37
dan siswa sebesar 19,61%. Sementara itu, hasil belajar siswa pada siklus II
dapat digambarkan pada tabel 14 berikut ini.
Tabel 14.Persentase Siswa yang Tuntas dan Belum Tuntas Belajar pada Siklus II
No. Nilai Siswa Frekuensi Persentase Keterangan
1.2.
Di bawah 67Lebih dari atau sama dengan 67
322
12%88%
Belum TuntasTuntas
Jumlah 25 100%
Tabel 15.Tingkat Kemampuan Siswa Menulis Paragraf Berdasarkan Pikiran Pokok
pada Siklus II
No. Tingkat Kemampuan FrekuensiBentuk Kuantitatif Bentuk Kualitatif
1. 96-100 Istimewa -
2. 86-95 Baik Sekali -
3. 76-85 Baik 10
4. 66-75 Cukup 12
5. 56-65 Sedang 3
6. 0-55 Kurang -
Jumlah 25
Berdasarkan data hasil pembelajaran siklus II tersebut maka pembelajaran
yang peneliti lakukan cukup sampai pada siklus kedua karena ketuntasan belajar
secara klasikal sudah tercapai.
Page 38
38
D. Pembahasan dan Analisis
Setelah kegiatan pembelajaran siklus pertama dan kedua selesai, kemudian
diadakan evaluasi guna melihat kemajuan belajar siswa. Evaluasi yang
dilaksanakan terdiri dari soal dalam bentuk essay. Skor maksimum untuk setiap
soal sama yaitu 5. Kriteria Ketuntasan Minimal pada indikator yang telah dibuat
adalah 67. Pada tahap pratindakan, siswa yang tuntas belajar sebanyak 6 orang
(24%), yang belum tuntas sebanyak 19 orang (76%). Nilai rata-rata pada tahap
pratindakan sebesar 60. sedangkan Perolehan nilai kemampuan menulis paragraf
berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau pada siklus
pertama dan siklus kedua dapat digambarkan pada tabel 16 sebagaimana peneliti
lampirkan. Dari tabel 16 di atas dapat dilihat bahwa ketuntasan belajar yang
dicapai siswa pada siklus pertama 16 siswa (64%), dan siklus kedua 22 siswa
(88%). Sedangkan yang belum tuntas pada siklus pertama 9 siswa (36%) dan
siklus kedua 3 siswa (22%).
Sebagaimana telah peneliti sebutkan pada bab sebelumnya, bahwa
persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada setiap siklus dapat dihitung
dengan rumus:
P = x 100 %
Keterangan:
P : Persentase peningkatan
R1 : Nilai rata-rata sebelum tindakan
R2 : Nilai rata-rata sesudah tindakan
Page 39
39
Dengan menggunakan rumus di atas, besarnya peningkatan kemampuan
siswa dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok pada siklus I
dibandingkan dengan asil pada tahap pratindakan adalah = 14%.
Persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada siklus II dibandingkan dengan
siklus I adalah = 6,43%.
Dengan demikian, peningkatan kemampuan siswa dari tahap pratindakan
hingga siklus II bila dihitung dengan rumus di atas adalah:
P = x 100 %
P = x 100 %
P = x 100 %
P = 17,67 %
Keterangan:
P = Persentase peningkatan
R2 = Rata-rata nilai Siklus I dan II = 70,6
R1 = Nilai pratindakan = 60
Keberhasilan penelitian ini dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dapat pula dilihat pada Tabel 17.
Page 40
40
Tabel 17. Persentase Keberhasilan Penerapan Model Cooperative Learning Tipe STAD
Berdasarkan Indikator Keberhasilan
No.Indikator
KeberhasilanStandar
Keberhasilan
Hasil pada Setiap TahapPra-
tindakanSiklus
PertamaSiklusKedua
1.Aktivitas guru dan siswa
Ada peningkatan
- 80,39% 100% 24,39%
2. Hasil belajara. Secara
klasikal≥ 85% tuntas 24% 64% 88%
b. Nilai rata-rata
≥ 67 60 68,4 72,8 17,67%
Dari analisis data utama sebagaimana penulis paparkan di atas dapat
dikatakan bahwa hipotesis yang penulis ajukan yakni dengan menerapkan model
pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD pada materi menulis paragraf
berdasarkan pikiran pokok siswa kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dapat
ditingkatkan terbukti kebenarannya.
Selain data utama berupa hasil tes, data penunjang penelitian berupa data
hasil observasi pada penelitian siklus pertama memberikan gambaran bahwa
pelaksanaan tindakan pada siklus pertama belum sesuai dengan skenario
pembelajaran yang penulis persiapkan akan tetapi pada siklus kedua berdasarkan
pengamatan para pengamat, proses pembelajaran sudah sesuai dengan langkah-
langkah pebelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran. Proses pembelajaran
Page 41
41
siklus kedua relatif lebih baik dari pada pelaksanaan siklus pertama. Hal ini
berkorelasi dengan hasil tes yang juga semakin membaik atau menunjukkan
adanya peningkatan.
BAB VSIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan dapat dituliskan
simpulan umum penelitian ini yaitu “Terdapat peningkatan kemampuan siswa
kelas III SD Negeri 64 Lubuklinggau dalam menulis paragraf berdasarkan pikiran
pokok setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menerapkan model
Cooperative Learning tipe STAD. Sedangkan simpulan khusus penelitian ini
adalah:
1. Pembelajaran dengan menerapkan model Cooperative Learning pada
materi menulis paragraf berdasarkan pikiran pokok adalah dengan
membentuk kelompok-kelompok yang heterogen, memberi bahan ajar dan
tugas-tugas pembelajaran yang harus dikerjakan, dan diakhiri dengan
penilaian dan pemberian penghargaan kepada tim atau kelompok.
2. Terdapat peningkatan nilai/hasil belajar siswa dari tahap pratindakan ke
akhir tindakan siklus II.
a. peningkatan kemampuan siswa dalam menulis paragraf berdasarkan
pikiran pokok pada siklus I dibandingkan dengan hasil pada tahap
pratindakan adalah 14%.
Page 42
42
b. Persentase peningkatan rata-rata yang dicapai pada siklus II
dibandingkan dengan siklus I adalah 6,43%.
c. Besarnya peningkatan kemampuan siswa dari tahap pratindakan
hingga siklus II adalah 17,67 %.
B. Saran
Berdasarkan analisis data dan kesimpulan hasil penelitian yang peneliti
uraikan di atas, penulis memberikan saran kepada rekan guru dan sekolah sebagai
berikut:
1. Pembelajaran menulis paragraf dapat diajarkan dengan model cooperative
learning tipe STAD.
2. Dalam menerapkan model cooperative learning tipe STAD guru
diharapkan memperhatikan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
pembelajaran.
3. Sekolah beserta dewan guru hendaknya dapat menjadikan hasil penelitian
ini sebagai bahan kajian pada materi pembelajaran lainnya.
4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penerapan model
cooperative learning tipe STAD dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
pada pokok bahasan yang lain.
Page 43
43
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, E.Zainal dan S. Amran Tasai. 1995. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Etin Solihatin, Hajjah dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning: Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta: Bumi Aksara.
http://id.wikipedia.org/wiki/Paragraf
http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/apa-dan-mengapa-student-teams-achievement-division-stad/
http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/20/pengertian-cooperative-learning/
http://muhfida.com/pembelajaran-cooperative-learning/
http://id.wikipedia.org/wiki/Menulis
Keraf, Gorys. 1994. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.
Nurgiantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE)
Suparno dan Mohamad Yunus. 2008. Materi Pokok Keterampilan Dasar Menulis (Modul 1-6). Jakarta: Uiversitas Terbuka.
Warsidi, Edi. 2008. Bahasa Indonesia Membuatku Cerdas 3: untuk kelas III Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Page 44
44
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.