Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Stroke merupakan masalah serius dalam kehidupan saat ini karena
paling sering menimbulkan kecacatan pada usia dewasa dan merupakan
penyebab kematian tersering kedua di dunia setelah penyakit jantung iskemik
(Lipska dkk., 2007; van der Worp dkk., 2007). Diperkirakan 5,5 juta orang
meninggal oleh karena stroke di seluruh dunia. Sekitar 80% pasien selamat
dari fase akut stroke dan 50-70% diantaranya menderita kecacatan kronis
dengan derajat yang bervariasi (WHO, 2004).
Insiden stroke di seluruh dunia bervariasi. Insiden tahunan rata-rata
meningkat sejalan dengan pertambahan usia, dari 3 per 100.000 pada
kelompok umur dekade ketiga dan keempat menjadi hampir 300 per 100.000
penduduk pada kelompok umur dekade kedelapan dan kesembilan. ( Fieschi,
et al 1998). Di negara-negara barat, stroke merupakan penyebab kematian
tersering ketiga setelah penyakit jantung dan kanker (Davenport dan Dennis,
2000). Menurut American Heart Association dalam Japardi (2002), insidensi
penyakit stroke di Amerika Serikat mencapai 500.000 pertahun. 400.000
orang terkena stroke iskemik dan 100.000 orang menderita stroke
hemoragik,dengan 175.000 orang diantaranya mengalami kematian. Di negara
Eropa, Jepang dan beberapa negara yang lain, insiden stroke meningkat 500
per 100.000 pada usia 45 sampai 84 tahun. Di negara-negara berkembang,
jumlah penderita stroke cukup tinggi dan mencapai dua pertiga dari total
penderita stroke di seluruh dunia (WHO, 2004). Insidensi dari beberapa
negara di ASEAN sangat meningkat terutama terjadi di Asia Tenggara
tepatnya negara Vietnam dan Thailand dari 690 per 100.000. Di Indonesia
telah terjadi perubahan pola pertanian menuju industry dan pola kebiasaan
makan, sehingga pola penyakit infeksi pun berubah menjadi pola penyakit
degenerative seperti stroke (Khasan, 2001).
1
Page 2
Prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per 1.000
penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe
Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua
(3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita stroke, 6 diantaranya
telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menujukkan sekitar 72,3%
kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun
angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Data menunjukkan bahwa stroke
menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di
Indonesia. Stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik
dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama
penyebab kematian di Indonesia (Departemen Kesehatan R.I, 2009).
Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan salah
satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian, bahkan di pusat
pelayanan neurologi di Indonesia, jumlah penderita gangguan peredaran darah
otak (GPDO) selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat
inap (Harsono,2009). Dalam penelitiannya di Indonesia di Rumah Sakit Dr.
Sutomo Surabaya, Widjaja (2000) mengemukakan bahwa pada penderita
stroke 60,7 persen disebabkan oleh stroke non hemoragik sedangkan 36,6
persen oleh karena stroke hemoragik. Stroke trombotik paling banyak terdapat
(58,3%), disusul oleh perdarahan intraserebral (PIS) (35,6%). Emboli dan
perdarahan subaraknoidal hanya sedikit sekali 2,4% dan 1 %. Laki-laki
(63,5%) lebih banyak terkena dari pada wanita (36,5%). Usia kurang dari 45
tahun lebih jarang terkena (15,9%) dan pada usia lebih dari 45 tahun (84,1%).
Kematian dan seluruh stroke (32,1%) adalah nomer dua setelah
meningoensefalitis (59,5%). Dari semua penderita stroke 50% dan PIS
meninggal, sedangkan pada PSA dan emboli kira-kira 40% meninggal.
Secara garis besar, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan
stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata,
80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis
stroke hemoragik (Davenport dan Dennis,2000; van der Worp dkk., 2007).
Ada banyak faktor risiko dari stroke, diantaranya hipertensi, obesitas,
2
Page 3
hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, merokok, kelainan jantung dan
konsumsi alkohol (Arboix dkk., 2001; Lipska dkk., 2007; Yamamoto dkk.,
2008).
Lipid yang meninggi, khususnya LDL-kolesterol berkaitan dengan
pembentukan plak aterosklerosis (Yoni Astuti, Nur SM, 2003). Kadar LDL
kolesterol yang tinggi dalam darah bisa menyusup ke dalam endotel pembuluh
darah. Keadaan ini mengundang berkumpulnya platelete yaitu komponen
darah yang berfungsi menutup luka. Berkumpulnya platelete dan zat-zat lain
di suatu titik arteri dapat mendorong penggumpalan atau clotting dan
menyumbat aliran darah. Bila penyumbatan itu terjadi pada arteri-arteri ke
otak, akan menyebabkan stroke. Namun peningkatan kadar kolesterol seiring
dengan bertambahnya resiko penyakit jantung koroner (PJK), sebaliknya
hubungan antara tingkat kolesterol dan resiko stroke masih belum jelas hal ini
di sebabkan karena subfraksi lipoprotein di anggap sebagai salah satu faktor
resiko yang dapat di perhitungkan (Imamura et al. 2008).
Peran hiperkolesterolemia LDL (istilah meningginya kolesterol dalam
darah terutama lipoprotein LDL) sebagai faktor risiko gangguan peredaran
darah otak sebenarnya masih belum jelas benar (Harsono, 2009). Oleh sebab
itu penulis ingin meneliti bahwa hiperkolesterolemia LDL merupakan faktor
risiko terjadinya stroke iskemik.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dirumuskan
adalah “Apakah Hiperkolesterolemia LDL merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi
Surakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
hiperkplesterolemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke
iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
3
Page 4
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah perbendaharaan ilmiah di bidang ilmu pengetahuan,
terutama di bidang neurologi
b. Memberi sumbangan pengetahuan tentang hiperkolesterolemia sebagai
salah satu faktor risiko terjadinya stroke iskemik
2. Manfaat Aplikatif
a. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat menyadari bahaya
hiperkolesterolemia
b. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk program pencegahan
primer terhadap stroke, sehingga dalam jangka panjang akan
menurunkan prevalensi penyakit stroke dan penyakit pembuluh darah
lainnya yang disebabkan oleh kadar kolesterol LDL yang tinggi.
c. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan mengenai stroke
iskemik dan faktor risikonya terutama yang berkaitan dengan kelainan
jantung.
d. Memberikan informasi sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.
4
Page 5
Sebagai penyebab kematian dan kecacatan, penyakit perdarahan otak menempati
angka yang tinggi terutama pada orang tua. Di negara yang telah maju USA
menempati tempat ketiga sebagai kausa kematian setelah penyakit jantung
koroner dan penyakit kanker. Dikemukakan terdapat 500.000 stroke baru disetiap
tahunnya dan 200.000 dari padanya meninggal dunia, bila dihitung dari seluruh
sebab kematian di negara itu angka tersebut mendekati 11%.
Diperkirakan prevalensi 20 per 1000 pada tingkat usia 45-54 tahun, 60 per 1000
pada golongan usia 65-74 tahun dan 95 per 1000 pada golongan usia 75-85 tahun
(Markam, 2008).
Aterosklerosis ialah pengerasan dinding pembuluh darah yang disebabkan
penimbunan lemak di dalamnya. Zat lemak ini berasal dari darah yang terserap ke
dalam dinding pembuluh darah. Trombus yang rapuh atau Kristal kolesterol di
dalam arteri karotis dan arteri vertebralis yang sklerotik kadang-kadang terlepas
dan menimbulkan emboli arteri intrakranium, sehingga menyebabkan gejala-
gejala iskemik otak (Markam, 2008).
5
Page 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Profil Lipid
Lipid merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih
berkerabat dari sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Kelompok
ini mempunyai sfat umum yaitu relatif tidak dapat larut di dalam air
dan larut di dalam pelarut nonpolar, seperti eter, kloroform dan
benzene. Lipid merupakan konstituen diet penting bukan hanya karena
nilai energinya yang tinggi melainkan juga karena vitamin larut lemak
dan asam lemak esensial di dalam lemak makanan alami (Mayes,
2003). Lipid ini meliputi lemak netral yang dikenal juga sebagai
trigliserida, fosfolipid dan kolesterol (Guyton, 2007). Agar lipid dapat
larut dalam cairan darah maka digabung dengan protein. Gabungan
lipid dan protein disebut lipoprotein. Dengan menggunakan
ultrasentrifusi, pada manusia dapat dibedakan enam jenis lipoprotein
yaitu high-density-lipoprotein (HDL), low-density-lipoprotein (LDL),
intermediate-density-lipoprotein (IDL), very low density lipoprotein
(VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil (Lp a) (Sudoyo, 2006).
Lipid dan lipoprotein dibutuhkan dalam metabolism pembuluh darah.
Jika tidak diperlukan lagi, maka lipid dan lipoprotein akan
dikembalikan dalam lumen pembuluh darah (Lipid Flux). Proses ini
akan berlanagsung dengan baik bila kadar High Density Lipoprotein
(HDL) tinggi dan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah
rendah. Tetapi bila kadar High Density Lipoprotein (HDL) rendah dan
kadar Low Density Lipoprotein (LDL) tinggi maka Lipid Flux tidak
dapat berlangsung baik. Disamping itu Lipid Flux tidak akan
berlangsung baik karena metabolism intima terganggu. Metabolisme
intima terganggu karena:
6
Page 7
a. Tekanan darah yang tinggi berakibat konsentrasi ritmis
dari dinding arteri tidak dapat berlangsung dengan baik.
b. Kadar lemak tinggi
Lemak ini mengalir mendekati dinding pembuluh
darah. Keadaan ini akan mengganggu meresapnya zat
asam ke dalam intima. Ini semua akan menimbulkan
endapan lipid dalam tunika intima dinding pembuluh
darah ini sendiri.
Gumpalan pada proses aterosklerosis terutama terdiri
dari kolesterol dan esternya, dan proses ini dipermudah
oleh karena adanya lesi endotel, agregrasi trombosit dan
proliferasi otot polos. Arteri yang mengalami
aterosklerosis kehilangan distensibilitasnya, dan karena
di daerah dinding pembuluhnya berdegenerasi,
pembuluh menjadi mudah robek. Pada tempat
penonjolan plak ke dalam aliran darah, permukaan plak
yang kasar dapat menyebabkan terbentuknya bekuan
darah, dengan akibat pembentukan thrombus atau
embolus (Guyton, 2007).
Kadar Lipid dan lipoprotein normal adalah:
1. kolesterol total : dibawah 200 mg/dl
2. Trigliserid : dibawah 150 mg/dl
3. Kolesterol HDL : diatas 35 mg/dl
4. Kolesterol LDL : dibawah 130 mg/dl (Sudoyo,
2006).
2. Kolesterol
a. Definisi
Kolesterol adalah molekul sejenis lipid dalam aliran darah dan
diproduksi oleh hati berguna untuk proses metabolisme tubuh
7
Page 8
(Hardjono,2008).
Kolesterol mungkin merupakan senyawa steroid yang paling
dikenal karena kaitannya dengan aterosklerosis. Kolesterol
sebagai lipid amfipatik, merupakan komponen membrane yang
penting. Unsur lipid ini merupakan senyawa induk bagi semua
steroid lain yang disintesis di dalam tubuh, yang mencakup
hormon-hormon penting seperti hormon korteks adrenal serta
hormone seks, vitamin D dan asam empedu (Mayes, 2003).
Kolesterol merupakan zat gizi atau komponen lemak kompleks
yang di butuhkan oleh tubuh sebagai salah satu sumber energi
yang memberikan kalori paling tinggi dan juga merupakan
bahan dasar pembentukan hormone steroid. Sebagai lemak,
kolesterol melayang-layang, seperti minyak di dalam air, untuk
dapat melayang, di butuhkan protein yang membungkusnya
yang sering di sbeut lipoprotein. Lipoprotein adalah kompleks
makromolekul yang membawa lemak plasma hidrofobik, yaitu
kolesterol dan trigliserida dalam darah. Lipoprotein akan
membawa kolesterol ke seluruh sel tubuh, setelah lemak
berikatan dengan apoprotein, akan membentuk lipoprotein,
sehingga lemak dapat larut di dalam darah (Fikri, 2009).
TABEL….
b. Jenis-jenis
TABEL Fikri
Kolesterol di bagi menjadi kolesterol high density lipoprotein
(HDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL), kolesterol LDL
sebagai pembawa kolesterol dalam darah, bila kadarnya berlebih
akan mengendap pada dinding pembuluh darah arteri dan
membentuk plak serta menimbulkan penyempitan bahkan
penutupan pembuluh darah (aterosklerosis), bila plak terlepas,
8
Page 9
akan menyumbat aliran darah ke jantung dan menimbulkan
serangan jantung, bila ke otak menyebabkan stroke (Fikri, 2009).
c. Kolesterol LDL
LDL yang berasal dari lipoprotein berdensitas sedang (IDL)
dengan mengeluarkan hampir semua trigliseridnya, dan
menyebabkan konsentrasi kolesterol sangat tinggi dan
konsentrasi fosfolipid cukup tinggi (Guyton, 2007). LDL
berukuran kecil sehingga mudah masuk ke dinding pembuluh
darah, terutama jika dinding tersebut rusak karena ada beberapa
faktor risiko seperti usia, merokok, hipertensi, atau factor
keturunan. LDL yang menumpuk akan membentuk suatu plak
lemak di sepanjang pembuluh darah bagian dalam, plak ini
akan men yumbat pembuluh darah sehingga membuat
lumennya semakin sempit, keadaaan seperti ini sering disebut
aterosklerosis, karena darah akan sulit mengalir melalui
pembuluh darah sempit dan akan meningkatkan resiko penyakit
jantung. Pembuluh darah yang tidak rata akan menyebabkan
pembentukan gumpalan darah di dalam pembuluh, dan akan
membentuk sebuah plakat yang akan menghalangi aliran darah
ke jantung atau otak yang akan menyebabkan penyakit jantung
atau stroke. (Fikri 2009).
3. Lipoprotein
a. Definisi
Lipoprotein merupakan gabungan lemak dan protein
(lipoprotein) merupakan unsure pembentuk penting
pada sel yang terdapat baik di dalam membrane sel
maupun mitokondria di dalam sitoplasma, serta juga
berfungsi sebagai pengangkutan lipid di dalam darah.
9
Page 10
Kandungan lemak dalam jaringan saraf sangat tinggi
(Mayes, 2003).
b. Jenis-jenis
Partikel - partikel lipoprotein memiliki sifat – sifat
khusus dan berbeda pada proses pembentukan
artherosklerosis ( Imam Soeharto, 2004 ). Adapun
partikel - partikel lipoprotein tersebut antara lain :
1) LDL ( Low Density Lipoprotein )
Merupakan lipoprotein yang
mengangkut paling banyak
kolesterol di dalam darah. Kadar
LDL yang tinggi menyebabkan
pengendapan kolesterol di dalam
arteri.
2) HDL ( High Density Lipoprotein )
Merupakan lipoprotein
yang mengangkut kolesterol yang
lebih sedikit. HDL sering
disebut sebagai kolesterol baik
karena dapat membuang kelebihan
kolesterol di pembuluh arteri
kembali ke liver untuk diproses dan
dibuang. Jadi HDL mencegah
kolesterol mengendap di
pembuluh arteri dan melindungi dari
artherosklerosis.
3) VLDL ( Very Low Density Lipoprotein )
Lipoprotein yang
membawa sebagian besar
10
Page 11
trigliserida dalam darah. Di dalam
proses sebagian VLDL berubah
menjadi LDL.
4) Trigliserida
Trigliserida adalah jenis
lemak dalam darah yang dapat
mempengaruhi kadar kolesterol
dalam darah.
c. Fungsi
Hampir semua lipoprotein dibentuk di hati yang juga
merupakan tempat sebagian besar kolesterol plasma,
fosfolipid, dan trigliserida disintesis. Fungsi utama
lipoprotein adalah pengangkutan komponen lipidnya di
dalam darah. Lipoprotein yang berdensitas rendah
mengangkut trigliserida yang disintesis dalam hati
terutama ke jaringan adiposa, sedangkan lipoprotein
lainnya terutama penting dalam berbagai tahap transpor
fosfolipid dan kolesterol dari hati ke jaringan perifer
atau dari jaringan perifer ke hati (Guyton, 2007).
d. Peningkatan LDL
Faktor penting yang menyebabkan aterosklerosis adalah
konsentrasi kolesterol yang tinggi dalam plasma darah
dalam bentuk lipoprotein berdensitas rendah.
Konsentrasi plasma dari lipoprotein berdensitas rendah
yang tinggi kolesterol ini ditingkatkan oleh beberapa
faktor meliputi: tingginya lemak jenuh dalam diet
11
Page 12
sehari-hari, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.
Dalam jumlah yang kecil, konsumsi kolesterol yang
berlebihan juga dapat meningkatkan kadar lipoprotein
berdensitas rendah dalam plasma (Guyton, 2007).
e. Aterosklerosis (Harrison, guyton)
Klasifikasi Stroke Iskemik (Gofir, 2009)
Klasifikasi Stroke Iskemik dari Trial of Org 10172 in Acute Stroke
Treatment (TOAST) membagi stroke iskemik berdasarkan mekanisme
patofisiologi yang bersumber dari penemuan klinis dan pemeriksaan
penunjang (CT scan atau MRI) antara lain:
a. Large-artery atherosclerosis (embolus/thrombosis)
b. Cardioembolism (high risk/medium risk)
c. Small vessel occlusion (lakuner)
d. Stroke of other determined etiology
e. Stroke of undertemined etiology (kriptogenik)
Klasifikasi Stroke Iskemik (Price, 2005)
1) Stroke Lakunar
Infark lakunar terjadi karena penyaki hipertensi presisten dan
menyebabkan sindrom stroke yang biasanya muncul dalam
beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama. Infark lakunar
merupakan infark yang terjadi setelah oklusi aterotrombotik
atau hialin-lipid salah satu cabang-cabang penetrans airkulus
wilisi, arteria serebri media, atau arteria vertebralis dan
basilaris. Terdapat empat sindrom lakunar yang sering dijumpai
yaitu hemiparesis motorik murni akibat infark kapsula interna
posterior, hemiparesis motorik murni akibat infark pars anterior
kapsula interna, stroke sensorik murni akibat infark thalamus,
dan hemiparesis ataksik atau disartria serta gerakan tangan atau
12
Page 13
lengan yang canggung akibat infark pons basal (Smith et al.,
2001).
2) Stroke Trombotik Pembuluh Besar
Trombosis pembuluh besar dengan aliran lambat adalah subtipe
kedua stroke iskemik. Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat
tidur, saat pasien relative mengalami dehidrasi dan dinamika
sirkulasi menurun. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi
aterosklerotik yang menyebabkan penyempitan atau stenosis di
arteria karotis interna atau, yang lebih jarang di pangkal arteria
serebri media. Trombosis pembuluh otak cenderung memiliki
awitan bertahap, bahkan berkembang dalam beberapa hari.
Pola ini menyebabkan timbulnya istilah “stroke in evolution”.
3) Stroke Embolik
Stroke embolik adalah penyebab stroke yang paling sering
dengan gamabaran karakteristiknya berupa defisit neurologik
yang mendadak (Gofir, 2009). Biasanya serangan terjadi pada
pasien yang beraktivitas. Trombus embolik ini sering
tersangkut di bagian pembuluh yang mengalami stenosis.
Stroke kardioembolik, yaitu jenis stroke embolik tersering yang
sering disebabkan oleh adanya kausa jantung seperti fibrilasi
atrium. Embolus berasal dari bahan trombotik yang terbentuk
di dinding rongga jantung atau katup mitralis. Karena biasanya
ada bekuan yang sangat kecil, fragmen-framen embolus dari
jantung mencapai otak melalui arteria karotis atau vertebralis.
4) Stroke Kriptogenik
Walaupun kardioembolisme menimbulkan gambaran klinis
yang dramatis, namun sebagian pasien mengalami oklusi
mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab yang
jelas. Kelainan ini disebut stroke kriptogenik karena sumbernya
tersembunyi (Price, 2005).
13
Page 14
Smith WS, Hauser SL, Easton JD:Cerebrovascular Disease. In
Braunwald E et al,editors: Harrison’s principles of internal
medicine, ed 15, New York, 2001, McGraw-Hill.
Pengobatan Stroke
a) Stroke Iskemik
Tujuan utama terapi stroke iskemik akut adalah
menyelamatkan area hipovolemi pada iskemik penumbra. Area
oligemia bisa diselamatkan dengan menghambat beratnya
iskemik injuri (neuronal protection) dan menurunkan durasi
iskemik (memperbaiki aliran darah pada daerah iskemik)
(Gofir, 2009).
Penatalaksanaan dini stroke iskemik dengan terapi umum
meliputi:
1) Memelihara jalan nafas, fungsi respirasi dan kardiovaskular.
2) Mengatasi febris dengan obat antipiretika, kompres dingin dan
sedapat mungkin mengatasi sumber penyebabnya.
3) Memantau dan mengelola tekanan darah dengan berpedoman
pada konsesus, bahwa obat antihipertensi diberikan jika
tekanan sistolik >220 mmHg atau tekanan diastolik >120
mmHg. Oleh karena penurunan tekanan darah secara cepat
dapat memperburuk kondisi otak, maka pemberian nifedipin
sublingual dan antihipertensif lain yang mengakibatkan
penurunan tekanan darah secara cepat, harus dihindari.
4) Memantau dan mengelola kadar glukosa darah, karena pada
stroke iskemik, hipoglikemia maupun hiperglikemia dapat
memperburuk kondisi otak (Baoezier, 2006).
5) Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan
metabolisme otak yang menderita di daerah iskemik antara lain
: obat anti edema otak seperti gliserol 10% per infuse, 1
gr/kgBB/hari dalam 6 jam, kortikosteroid yang banyak
14
Page 15
digunakan, deksametason dengan bolus 10-20 mg IV, diikuti 4-
5 mg/6 jam selama beberapa hari lalu tapering off. Obat anti
agregrasi trombosit yang umum dipakai seperti aspirin, aspilet
dll, dengan dosis rendah : 80-300 mg/hari dan obat
antikoagulan misalnya heparin (Harsono, 2009).
b) Stroke Hemoragik
Terapi pada penderita stroke hemoragik terbagi atas terapi
Perdarahan Intraserebral (PIS) dan terapi Perdarahan
Subarachnoid (PSA).
a) Perdarahan Intraserebral (PIS)
Pasien perdarahan intraserebral biasanya datang ke rumah sakit
dalam keadan koma, maka dari itu penanganannya di bagi
dalam penanganan umum dan penanganan khusus.
(1) Penanganan Umum
Penanganan umum meliputi pernafasan, jalan nafas harus bebas
untuk menjamin kebutuhan oksigen; dijaga tekanan dan
komposisi darah agar cukup untuk memenuhi kebutuhan
perfusi dan metabolisme otak; mencegah terjadinya edema
serebri; dijaga keseimbangan cairan melalui kontrol ginjal; juga
gastrointestinum jangan sampai diabaikan.
(2) Penanganan Khusus
Penanganan khusus adalah penanganan terhadap kausa.
Pengobatan terhadap perdarahan di otak dengan tujuan
mempertahankan hemostasis.
b) Perdarahan Subarachnoid (PSA)
Cara penanganan yang digunakan untuk PIS, dipakai juga
untuk PSA fase akut. Setelah fase akut lewat , dianjurkan
angiografi untuk mencari lesi (aneurisma atau angioma,MVA)
sumber PSA. Bila di temukan, maka bisa dilakukan operasi
bedah saraf (Harsono, 2009).
15
Page 16
NB : Aliah 2009 (Harsono, 2009) ???
d. Profil Lipid
Di dalam darah kita ditemukan 3 jenis lipid yaitu kolesterol,
trigliserid dan fosfolipid. Oleh karena sifat lipid yang susah larut
dalam lemak, maka perlu dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu
dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal
dengan nama apolipoprotein atau apoprotein. Pada saat ini dikenal
Sembilan jenis apoprotein yang diberi nama secara alfabetis yaitu
Apo A, Apo B, Apo C, dan Apo E. Senyawa lipid dengan
apoprotein ini dikenal dengan lipoprotein. Setiap jenis lipoprotein
mempunyai Apo tersendiri. Setiap lipoprotein akan terdiri atas
kolesterol (bebas atau ester), trigliserid, fosfolipid dan apoprotein.
Setiap lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi
lemak, dan komposisi apoprotein. Dengan menggunakan
ultrasentrifusi, pada manusia dapat dibedakan enam jenis
lipoprotein yaitu high-density-lipoprotein (HDL), low-density-
lipoprotein (LDL), intermediate-density-lipoprotein (IDL), very
low density lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a
kecil (Lp a) (Sudoyo, 2006).
e. Klasifikasi Lipid
Partikel - partikel lipoprotein memiliki sifat - sifat khusus dan
berbeda pada proses pembentukan artherosklerosis ( Imam
Soeharto, 2004 ). Adapun partikel - partikel lipoprotein tersebut
antara lain :
1) LDL ( Low Density Lipoprotein ) merupakan lipoprotein
yang mengangkut paling banyak kolesterol di dalam darah.
16
Page 17
Kadar LDL yang tinggi menyebabkan pengendapan
kolesterol di dalam arteri.
2) HDL ( High Density Lipoprotein ) merupakan lipoprotein
yang mengangkut kolesterol yang lebih sedikit. HDL
sering disebut sebagai kolesterol baik karena dapat
membuang kelebihan kolesterol di pembuluh arteri kembali
ke liver untuk diproses dan dibuang. Jadi HDL mencegah
kolesterol mengendap di pembuluh arteri dan melindungi
dari arterosklerosis.
3) VLDL ( Very Low Density Lipoprotein ) merupakan
lipoprotein yang membawa sebagian besar trigliserida
dalam darah. Di dalam proses sebagian VLDL berubah
menjadi LDL.
4) Trigliserida adalah jenis lemak dalam darah yang
dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah.
Lipoprotein mempunyai fungsi mengangkut lipid di dalam
plasma ke jaringan - jaringan yang membutuhkan sebagai sumber
energi dan sebagai komponen membran sel ( Sunita Almatsier, 2002 ).
Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan
trigliserid menurut National Cholesterol Education Program Adult
Panel III (NCEP ATP III 2001)
Kolesterol LDL
< 100 mg/dl : optimal
100-129 mg/dl : hampir optimal
130-159 mg/dl : borderline tinggi
160-189 mg/dl : tinggi
Kolesterol total
17
Page 18
<200 mg/dl : idaman
200-239 mg/dl : borderline tinggi
>=240 mg/dl : tinggi
Kolesterol HDL
< 40 mg/dl : rendah
>= 60 mg/dl : tinggi
Kadar Trigliserid
< 150 mg/dl : normal
150-199 mg/dl: borderline tinggi
200-499 mg/dl : tinggi
f. Kolesterol LDL
Kolesterol LDL adalah lipoprotein serum sebagai pembawa utama
kolesterol. LDL terdiri dari inti non polar yang tersusun sebagian
besar oleh ester kolesterol. Fungsi LDL adalah membawa
kolesterol ke jaringan perifer atau dinding arteri. Oleh karena itu
paling bersifat aterogenik dari semua lipoprotein dan dapat
menimbulkan aterosklerosis ditandai dengan lesi intima yang
disebut ateroma, atau plak ateromatosa yang menonjol ke dalam
dan menyumbat lumaen pembuluh, memperlemah media
dibawahnya, dan mungkin mengalami penyulit serius. (Kumar,
2007)
LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung
kolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati
dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis,
dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL.
Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan
18
Page 19
ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan
akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-
LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi
dan ditangkap oleh sel makrofag. LDL berukuran kecil sehingga
mudah masuk ke dinding pembuluh darah, terutama jika dinding
tersebut rusak karena ada beberapa faktor risiko seperti usia,
merokok, hipertensi, atau factor keturunan (Sudoyo, 2006).
Fakta berdasarkan hipotesis modifikasi oksidatif, mengatakan
bahwa LDL dalam bentuk aslinya sebenarnya tidak bersifat
atherogenik. Menjadi atherogenik karena perubahan bentuk LDL
akibat proses oksidasi. LDL bisa teroksidasi dan termodifikasi
karena perubahan sel-sel utama pada dinding arteri. Di tahap
sangat dini, oksidasi ringan LDL akan menghasilkan bentuk yang
disebut minimally modified LDL (MM-LDL) pada subendotelial.
Sedangkan, oksidasi LDL yang ekstensif (Ox-LDL) tidak dikenali
oleh reseptor LDL tetapi sangat disukai oleh reseptor di makrofag
dan memicu akumulasi ester kolesterol yang cukup besar dan
terbentuk sel busa (Uno, 2011)
LDL oksidatif (oxidized low density lipoprotein) yang
dimodifikasi oleh tubuh penting untuk patogenesis aterosklerosis.
Peroksidasi lipid ini mulai dari polyunsaturated fatty acids (PUFA)
yang terdapat pada fosfolipid dipermukaan LDL. LDL yang
teroksidasi ini (Ox-LDL) merangsang monosit untuk mengekskresi
interleukin-1, yang selanjutnya merangsang proliferasi sel otot
polos. Ox-LDL ini juga imunogenik dan terdapat antibodi terhadap
epitop dan Ox-LDL. Ox-LDL mengganggu juga vasorelaksasi dan
nitrit oksida. Hasil senyawa Ox-LDL seperti oksisterol sangat
toksis terhadap sel endotel dan dapat mematahkan integritas
endotel (Witztum, 2004).
19
Page 20
g. Fungsi dan Disfungsi Endotel
1) Fungsi Endotel
Sel endotel membentuk lapisan tunggal (monolayer ;
endothelium) yang melapisi seluruh sistem vaskular.
Integritas struktural dan fungsional SE merupakan hal
mendasar bagi pemeliharaan homeostasis dinding
pembuluh dan fungsi sirkulasi. Sel ini memiliki badan
Weibel-Palade, organel berlapis membran dengan panjang
0,3 m dan lebar 0,1 m untuk menyimpan faktor von
Willebrand. Endotel vaskular merupakan jaringan
multifungsi yang memiliki banyak kemampuan sintetik
dan metabolik dan merupakan peserta aktif dalam interaksi
darah-jaringan. Sebagai suatu membran semipermiabel,
endotel mengendalikan perpindahan molekul besar dan
kecil ke dalam dinding pembuluh. Di sebagian besar regio,
taut antarsel umumnya impermeabel ; namun, taut yang
relatif erat antara dua sel endotel dapat melebar di bawah
pengaruh faktor hemodinamik (misal, tekanan darah
tinggi) dan zat vasoaktif (misal histamin pada
peradangan). Selain itu, sel endotel berperan dalam
memelihara antarmuka darah-jaringan non-trombogenik,
modulasi aliran darah dan resistensi vaskular, metabolisme
hormon, pengendalian reaksi imun dan peradangan, serta
pengaturan pertumbuhan sel jenis lain, terutama sel otot
polos (Kumar, 2007).
Fungsi utama endotel adalah mengatur tonus
pembuluh darah, mengatur adhesi lekosit dan inflamasi,
serta mempertahankan keseimbangan antara trombosis dan
fibrinolisis. Fungsi endotel ini dilakukan oleh substansi-
20
Page 21
substansi khusus yang dikelompokkan dalam 2 golongan
besar yaitu Endothelium Derived Relaxing Factors
(EDRFs) dan Endothelium Derived Contracting Factors
(EDCFs). Substansi yang tergolong EDRFs adalah nitric
oxide (NO), prostasiklin, dan faktor relaksasi
hiperpolarisasi (endothelium derived hyperpolarizing
factor, EDHF). NO merupakan EDRFs terpenting yang
terbentuk dari transformasi asam amino Larginin menjadi
sitrulin melalui jalur L-arginine-nitric oxide dengan
bantuan enzim NO sintetase (NOS). NO diproduksi atas
pengaruh asetilkolin, bradikinin, serotonin, dan bertindak
sebagai reseptor endotel spesifik. NOS diaktivasi oleh
adanya robekan pada pembuluh darah dan estrogen,
sebaliknya aktivasi NOS dihambat oleh asam amino dalam
sirkulasi dan oleh adanya ADMA (asymmetrical
dimethylarginine). Pada pembuluh darah, sintesis NO
mempengaruhi tonus pembuluh darah sehingga berperan
pada pengaturan tekanan darah, selain itu pada sistem saraf
pusat NO merupakan neurotransmitter yang menjalankan
beberapa fungsi termasuk pembentukan ingatan.
Prostasiklin dihasilkan endotel sebagai respons adanya
stress yang berat dan hipoksia. Prostasiklin meningkatkan
cAMP pada otot polos dan trombosit. NO dan prostasiklin
secara sinergistik menghambat agregasi trombosit
sehingga dengan adanya kedua zat ini terjadilah
penghambatan aktivasi trombosit secara maksimal. Hal ini
merupakan komponen utama dalam patogenesis berbagai
penyakit vaskuler seperti hipertensi.
2) Disfungsi Endotel
21
Page 22
Istilah disfungsi endotel, menerangkan beberapa
jenis perubahan (yang mungkin reversibel) status
fungsional sel endotel yang terjadi sebagai respon terhadap
rangsangan lingkungan. Pada keadaan tertentu seperti
penuaan, menopause, dan keadaan patologis seperti
hipertensi, diabetes mellitus,aterosklerosis, sel endotel
teraktivasi untuk menghasilkan faktor konstriksi seperti
EDCF (TXA2, PGH2) dan radikal bebas yang
menghambat efek relaksasi NO. Radikal bebas dapat
menghambat fungsi endotel dengan menyebabkan
rusaknya NO. Ketidakseimbangan antara faktor kontraksi
dan relaksasi yang terjadi pada endotel inilah yang disebut
disfungsi endotel. Sumber lain menyebutkan disfungsi
endotel merupakan perubahan fungsi sel endotel yang
berakibat pada kegagalan avaibilitas NO, sehingga
disfungsi endotel harus dibedakan dari kerusakan endotel
yang berarti terjadinya kerusakan anatomi endotel. Letak
endotel pada pembuluh darah sangat menguntungkan tapi
juga sekaligus merugikan, karena pada keadaan hipertensi,
diabetes melitus dan hiperlipidemia, endotel menjadi
sasaran (target organ) dari kerusakan akibat penyakit-
penyakit tersebut (Tjokroprawiro, 2006).
Disfungsi endotel dapat bermanifestasi sebagai
gangguan vasodilatasi dependen-endotel, penurunan
sintesis nitrat oksida, peningkatan kadar endotelin, dan
pembentukan radikal bebas oksigen. Disfungsi endotel
sangat penting pada pathogenesis penyakit pembuluh
darah. Pemicu disfungsi endotel adalah sitokin dan produk
bakteri, yang juga menyebabkan jejas inflamasi dan syok
septik,stress hemodinamik dan produk lemak, yang
22
Page 23
penting dalam pathogenesis aterosklerosis dan jejas lain
(Kumar, 2007)
23