Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stroke merupakan masalah serius dalam kehidupan saat ini karena paling sering menimbulkan kecacatan pada usia dewasa dan merupakan penyebab kematian tersering kedua di dunia setelah penyakit jantung iskemik (Lipska dkk., 2007; van der Worp dkk., 2007). Diperkirakan 5,5 juta orang meninggal oleh karena stroke di seluruh dunia. Sekitar 80% pasien selamat dari fase akut stroke dan 50-70% diantaranya menderita kecacatan kronis dengan derajat yang bervariasi (WHO, 2004). Insiden stroke di seluruh dunia bervariasi. Insiden tahunan rata-rata meningkat sejalan dengan pertambahan usia, dari 3 per 100.000 pada kelompok umur dekade ketiga dan keempat menjadi hampir 300 per 100.000 penduduk pada kelompok umur dekade kedelapan dan kesembilan. ( Fieschi, et al 1998). Di negara-negara barat, stroke merupakan penyebab kematian tersering ketiga setelah penyakit jantung dan kanker (Davenport dan Dennis, 2000). Menurut American Heart Association dalam Japardi (2002), insidensi penyakit stroke di Amerika Serikat mencapai 500.000 pertahun. 400.000 orang terkena stroke iskemik dan 1
36

Skripsi Bab i

Jan 02, 2016

Download

Documents

aiya_soraya

skripsiiikyu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Skripsi Bab i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Stroke merupakan masalah serius dalam kehidupan saat ini karena

paling sering menimbulkan kecacatan pada usia dewasa dan merupakan

penyebab kematian tersering kedua di dunia setelah penyakit jantung iskemik

(Lipska dkk., 2007; van der Worp dkk., 2007). Diperkirakan 5,5 juta orang

meninggal oleh karena stroke di seluruh dunia. Sekitar 80% pasien selamat

dari fase akut stroke dan 50-70% diantaranya menderita kecacatan kronis

dengan derajat yang bervariasi (WHO, 2004).

Insiden stroke di seluruh dunia bervariasi. Insiden tahunan rata-rata

meningkat sejalan dengan pertambahan usia, dari 3 per 100.000 pada

kelompok umur dekade ketiga dan keempat menjadi hampir 300 per 100.000

penduduk pada kelompok umur dekade kedelapan dan kesembilan. ( Fieschi,

et al 1998). Di negara-negara barat, stroke merupakan penyebab kematian

tersering ketiga setelah penyakit jantung dan kanker (Davenport dan Dennis,

2000). Menurut American Heart Association dalam Japardi (2002), insidensi

penyakit stroke di Amerika Serikat mencapai 500.000 pertahun. 400.000

orang terkena stroke iskemik dan 100.000 orang menderita stroke

hemoragik,dengan 175.000 orang diantaranya mengalami kematian. Di negara

Eropa, Jepang dan beberapa negara yang lain, insiden stroke meningkat 500

per 100.000 pada usia 45 sampai 84 tahun. Di negara-negara berkembang,

jumlah penderita stroke cukup tinggi dan mencapai dua pertiga dari total

penderita stroke di seluruh dunia (WHO, 2004). Insidensi dari beberapa

negara di ASEAN sangat meningkat terutama terjadi di Asia Tenggara

tepatnya negara Vietnam dan Thailand dari 690 per 100.000. Di Indonesia

telah terjadi perubahan pola pertanian menuju industry dan pola kebiasaan

makan, sehingga pola penyakit infeksi pun berubah menjadi pola penyakit

degenerative seperti stroke (Khasan, 2001).

1

Page 2: Skripsi Bab i

Prevalensi stroke di Indonesia mencapai angka 8,3 per 1.000

penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe

Aceh Darussalam (16,6 per 1.000 penduduk) dan yang terendah adalah Papua

(3,8 per 1.000 penduduk). Dari 8,3 per 1.000 penderita stroke, 6 diantaranya

telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan. Hal ini menujukkan sekitar 72,3%

kasus stroke di masyarakat telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan, namun

angka kematian akibat stroke tetap tinggi. Data menunjukkan bahwa stroke

menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua umur di

Indonesia. Stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik

dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama

penyebab kematian di Indonesia (Departemen Kesehatan R.I, 2009).

Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan salah

satu penyakit saraf yang paling banyak menarik perhatian, bahkan di pusat

pelayanan neurologi di Indonesia, jumlah penderita gangguan peredaran darah

otak (GPDO) selalu menempati urutan pertama dari seluruh penderita rawat

inap (Harsono,2009). Dalam penelitiannya di Indonesia di Rumah Sakit Dr.

Sutomo Surabaya, Widjaja (2000) mengemukakan bahwa pada penderita

stroke 60,7 persen disebabkan oleh stroke non hemoragik sedangkan 36,6

persen oleh karena stroke hemoragik. Stroke trombotik paling banyak terdapat

(58,3%), disusul oleh perdarahan intraserebral (PIS) (35,6%). Emboli dan

perdarahan subaraknoidal hanya sedikit sekali 2,4% dan 1 %. Laki-laki

(63,5%) lebih banyak terkena dari pada wanita (36,5%). Usia kurang dari 45

tahun lebih jarang terkena (15,9%) dan pada usia lebih dari 45 tahun (84,1%).

Kematian dan seluruh stroke (32,1%) adalah nomer dua setelah

meningoensefalitis (59,5%). Dari semua penderita stroke 50% dan PIS

meninggal, sedangkan pada PSA dan emboli kira-kira 40% meninggal.

Secara garis besar, stroke dapat dibagi menjadi stroke iskemik dan

stroke hemoragik. Di negara barat, dari seluruh penderita stroke yang terdata,

80% merupakan jenis stroke iskemik sementara sisanya merupakan jenis

stroke hemoragik (Davenport dan Dennis,2000; van der Worp dkk., 2007).

Ada banyak faktor risiko dari stroke, diantaranya hipertensi, obesitas,

2

Page 3: Skripsi Bab i

hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, merokok, kelainan jantung dan

konsumsi alkohol (Arboix dkk., 2001; Lipska dkk., 2007; Yamamoto dkk.,

2008).

Lipid yang meninggi, khususnya LDL-kolesterol berkaitan dengan

pembentukan plak aterosklerosis (Yoni Astuti, Nur SM, 2003). Kadar LDL

kolesterol yang tinggi dalam darah bisa menyusup ke dalam endotel pembuluh

darah. Keadaan ini mengundang berkumpulnya platelete yaitu komponen

darah yang berfungsi menutup luka. Berkumpulnya platelete dan zat-zat lain

di suatu titik arteri dapat mendorong penggumpalan atau clotting dan

menyumbat aliran darah. Bila penyumbatan itu terjadi pada arteri-arteri ke

otak, akan menyebabkan stroke. Namun peningkatan kadar kolesterol seiring

dengan bertambahnya resiko penyakit jantung koroner (PJK), sebaliknya

hubungan antara tingkat kolesterol dan resiko stroke masih belum jelas hal ini

di sebabkan karena subfraksi lipoprotein di anggap sebagai salah satu faktor

resiko yang dapat di perhitungkan (Imamura et al. 2008).

Peran hiperkolesterolemia LDL (istilah meningginya kolesterol dalam

darah terutama lipoprotein LDL) sebagai faktor risiko gangguan peredaran

darah otak sebenarnya masih belum jelas benar (Harsono, 2009). Oleh sebab

itu penulis ingin meneliti bahwa hiperkolesterolemia LDL merupakan faktor

risiko terjadinya stroke iskemik.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang akan dirumuskan

adalah “Apakah Hiperkolesterolemia LDL merupakan salah satu faktor risiko

terjadinya stroke iskemik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi

Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

hiperkplesterolemia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya stroke

iskemik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

3

Page 4: Skripsi Bab i

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah perbendaharaan ilmiah di bidang ilmu pengetahuan,

terutama di bidang neurologi

b. Memberi sumbangan pengetahuan tentang hiperkolesterolemia sebagai

salah satu faktor risiko terjadinya stroke iskemik

2. Manfaat Aplikatif

a. Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat menyadari bahaya

hiperkolesterolemia

b. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk program pencegahan

primer terhadap stroke, sehingga dalam jangka panjang akan

menurunkan prevalensi penyakit stroke dan penyakit pembuluh darah

lainnya yang disebabkan oleh kadar kolesterol LDL yang tinggi.

c. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan mengenai stroke

iskemik dan faktor risikonya terutama yang berkaitan dengan kelainan

jantung.

d. Memberikan informasi sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

4

Page 5: Skripsi Bab i

Sebagai penyebab kematian dan kecacatan, penyakit perdarahan otak menempati

angka yang tinggi terutama pada orang tua. Di negara yang telah maju USA

menempati tempat ketiga sebagai kausa kematian setelah penyakit jantung

koroner dan penyakit kanker. Dikemukakan terdapat 500.000 stroke baru disetiap

tahunnya dan 200.000 dari padanya meninggal dunia, bila dihitung dari seluruh

sebab kematian di negara itu angka tersebut mendekati 11%.

Diperkirakan prevalensi 20 per 1000 pada tingkat usia 45-54 tahun, 60 per 1000

pada golongan usia 65-74 tahun dan 95 per 1000 pada golongan usia 75-85 tahun

(Markam, 2008).

Aterosklerosis ialah pengerasan dinding pembuluh darah yang disebabkan

penimbunan lemak di dalamnya. Zat lemak ini berasal dari darah yang terserap ke

dalam dinding pembuluh darah. Trombus yang rapuh atau Kristal kolesterol di

dalam arteri karotis dan arteri vertebralis yang sklerotik kadang-kadang terlepas

dan menimbulkan emboli arteri intrakranium, sehingga menyebabkan gejala-

gejala iskemik otak (Markam, 2008).

5

Page 6: Skripsi Bab i

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Profil Lipid

Lipid merupakan kelompok heterogen dari senyawa yang lebih

berkerabat dari sifat fisiknya dibandingkan sifat kimianya. Kelompok

ini mempunyai sfat umum yaitu relatif tidak dapat larut di dalam air

dan larut di dalam pelarut nonpolar, seperti eter, kloroform dan

benzene. Lipid merupakan konstituen diet penting bukan hanya karena

nilai energinya yang tinggi melainkan juga karena vitamin larut lemak

dan asam lemak esensial di dalam lemak makanan alami (Mayes,

2003). Lipid ini meliputi lemak netral yang dikenal juga sebagai

trigliserida, fosfolipid dan kolesterol (Guyton, 2007). Agar lipid dapat

larut dalam cairan darah maka digabung dengan protein. Gabungan

lipid dan protein disebut lipoprotein. Dengan menggunakan

ultrasentrifusi, pada manusia dapat dibedakan enam jenis lipoprotein

yaitu high-density-lipoprotein (HDL), low-density-lipoprotein (LDL),

intermediate-density-lipoprotein (IDL), very low density lipoprotein

(VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a kecil (Lp a) (Sudoyo, 2006).

Lipid dan lipoprotein dibutuhkan dalam metabolism pembuluh darah.

Jika tidak diperlukan lagi, maka lipid dan lipoprotein akan

dikembalikan dalam lumen pembuluh darah (Lipid Flux). Proses ini

akan berlanagsung dengan baik bila kadar High Density Lipoprotein

(HDL) tinggi dan kadar Low Density Lipoprotein (LDL) dalam darah

rendah. Tetapi bila kadar High Density Lipoprotein (HDL) rendah dan

kadar Low Density Lipoprotein (LDL) tinggi maka Lipid Flux tidak

dapat berlangsung baik. Disamping itu Lipid Flux tidak akan

berlangsung baik karena metabolism intima terganggu. Metabolisme

intima terganggu karena:

6

Page 7: Skripsi Bab i

a. Tekanan darah yang tinggi berakibat konsentrasi ritmis

dari dinding arteri tidak dapat berlangsung dengan baik.

b. Kadar lemak tinggi

Lemak ini mengalir mendekati dinding pembuluh

darah. Keadaan ini akan mengganggu meresapnya zat

asam ke dalam intima. Ini semua akan menimbulkan

endapan lipid dalam tunika intima dinding pembuluh

darah ini sendiri.

Gumpalan pada proses aterosklerosis terutama terdiri

dari kolesterol dan esternya, dan proses ini dipermudah

oleh karena adanya lesi endotel, agregrasi trombosit dan

proliferasi otot polos. Arteri yang mengalami

aterosklerosis kehilangan distensibilitasnya, dan karena

di daerah dinding pembuluhnya berdegenerasi,

pembuluh menjadi mudah robek. Pada tempat

penonjolan plak ke dalam aliran darah, permukaan plak

yang kasar dapat menyebabkan terbentuknya bekuan

darah, dengan akibat pembentukan thrombus atau

embolus (Guyton, 2007).

Kadar Lipid dan lipoprotein normal adalah:

1. kolesterol total : dibawah 200 mg/dl

2. Trigliserid : dibawah 150 mg/dl

3. Kolesterol HDL : diatas 35 mg/dl

4. Kolesterol LDL : dibawah 130 mg/dl (Sudoyo,

2006).

2. Kolesterol

a. Definisi

Kolesterol adalah molekul sejenis lipid dalam aliran darah dan

diproduksi oleh hati berguna untuk proses metabolisme tubuh

7

Page 8: Skripsi Bab i

(Hardjono,2008).

Kolesterol mungkin merupakan senyawa steroid yang paling

dikenal karena kaitannya dengan aterosklerosis. Kolesterol

sebagai lipid amfipatik, merupakan komponen membrane yang

penting. Unsur lipid ini merupakan senyawa induk bagi semua

steroid lain yang disintesis di dalam tubuh, yang mencakup

hormon-hormon penting seperti hormon korteks adrenal serta

hormone seks, vitamin D dan asam empedu (Mayes, 2003).

Kolesterol merupakan zat gizi atau komponen lemak kompleks

yang di butuhkan oleh tubuh sebagai salah satu sumber energi

yang memberikan kalori paling tinggi dan juga merupakan

bahan dasar pembentukan hormone steroid. Sebagai lemak,

kolesterol melayang-layang, seperti minyak di dalam air, untuk

dapat melayang, di butuhkan protein yang membungkusnya

yang sering di sbeut lipoprotein. Lipoprotein adalah kompleks

makromolekul yang membawa lemak plasma hidrofobik, yaitu

kolesterol dan trigliserida dalam darah. Lipoprotein akan

membawa kolesterol ke seluruh sel tubuh, setelah lemak

berikatan dengan apoprotein, akan membentuk lipoprotein,

sehingga lemak dapat larut di dalam darah (Fikri, 2009).

TABEL….

b. Jenis-jenis

TABEL Fikri

Kolesterol di bagi menjadi kolesterol high density lipoprotein

(HDL) dan Low Density Lipoprotein (LDL), kolesterol LDL

sebagai pembawa kolesterol dalam darah, bila kadarnya berlebih

akan mengendap pada dinding pembuluh darah arteri dan

membentuk plak serta menimbulkan penyempitan bahkan

penutupan pembuluh darah (aterosklerosis), bila plak terlepas,

8

Page 9: Skripsi Bab i

akan menyumbat aliran darah ke jantung dan menimbulkan

serangan jantung, bila ke otak menyebabkan stroke (Fikri, 2009).

c. Kolesterol LDL

LDL yang berasal dari lipoprotein berdensitas sedang (IDL)

dengan mengeluarkan hampir semua trigliseridnya, dan

menyebabkan konsentrasi kolesterol sangat tinggi dan

konsentrasi fosfolipid cukup tinggi (Guyton, 2007). LDL

berukuran kecil sehingga mudah masuk ke dinding pembuluh

darah, terutama jika dinding tersebut rusak karena ada beberapa

faktor risiko seperti usia, merokok, hipertensi, atau factor

keturunan. LDL yang menumpuk akan membentuk suatu plak

lemak di sepanjang pembuluh darah bagian dalam, plak ini

akan men yumbat pembuluh darah sehingga membuat

lumennya semakin sempit, keadaaan seperti ini sering disebut

aterosklerosis, karena darah akan sulit mengalir melalui

pembuluh darah sempit dan akan meningkatkan resiko penyakit

jantung. Pembuluh darah yang tidak rata akan menyebabkan

pembentukan gumpalan darah di dalam pembuluh, dan akan

membentuk sebuah plakat yang akan menghalangi aliran darah

ke jantung atau otak yang akan menyebabkan penyakit jantung

atau stroke. (Fikri 2009).

3. Lipoprotein

a. Definisi

Lipoprotein merupakan gabungan lemak dan protein

(lipoprotein) merupakan unsure pembentuk penting

pada sel yang terdapat baik di dalam membrane sel

maupun mitokondria di dalam sitoplasma, serta juga

berfungsi sebagai pengangkutan lipid di dalam darah.

9

Page 10: Skripsi Bab i

Kandungan lemak dalam jaringan saraf sangat tinggi

(Mayes, 2003).

b. Jenis-jenis

Partikel - partikel lipoprotein memiliki sifat – sifat

khusus dan berbeda pada proses pembentukan

artherosklerosis ( Imam Soeharto, 2004 ). Adapun

partikel - partikel lipoprotein tersebut antara lain :

1) LDL ( Low Density Lipoprotein )

Merupakan lipoprotein yang

mengangkut paling banyak

kolesterol di dalam darah. Kadar

LDL yang tinggi menyebabkan

pengendapan kolesterol di dalam

arteri.

2) HDL ( High Density Lipoprotein )

Merupakan lipoprotein

yang mengangkut kolesterol yang

lebih sedikit. HDL sering

disebut sebagai kolesterol baik

karena dapat membuang kelebihan

kolesterol di pembuluh arteri

kembali ke liver untuk diproses dan

dibuang. Jadi HDL mencegah

kolesterol mengendap di

pembuluh arteri dan melindungi dari

artherosklerosis.

3) VLDL ( Very Low Density Lipoprotein )

Lipoprotein yang

membawa sebagian besar

10

Page 11: Skripsi Bab i

trigliserida dalam darah. Di dalam

proses sebagian VLDL berubah

menjadi LDL.

4) Trigliserida

Trigliserida adalah jenis

lemak dalam darah yang dapat

mempengaruhi kadar kolesterol

dalam darah.

c. Fungsi

Hampir semua lipoprotein dibentuk di hati yang juga

merupakan tempat sebagian besar kolesterol plasma,

fosfolipid, dan trigliserida disintesis. Fungsi utama

lipoprotein adalah pengangkutan komponen lipidnya di

dalam darah. Lipoprotein yang berdensitas rendah

mengangkut trigliserida yang disintesis dalam hati

terutama ke jaringan adiposa, sedangkan lipoprotein

lainnya terutama penting dalam berbagai tahap transpor

fosfolipid dan kolesterol dari hati ke jaringan perifer

atau dari jaringan perifer ke hati (Guyton, 2007).

d. Peningkatan LDL

Faktor penting yang menyebabkan aterosklerosis adalah

konsentrasi kolesterol yang tinggi dalam plasma darah

dalam bentuk lipoprotein berdensitas rendah.

Konsentrasi plasma dari lipoprotein berdensitas rendah

yang tinggi kolesterol ini ditingkatkan oleh beberapa

faktor meliputi: tingginya lemak jenuh dalam diet

11

Page 12: Skripsi Bab i

sehari-hari, obesitas dan kurangnya aktivitas fisik.

Dalam jumlah yang kecil, konsumsi kolesterol yang

berlebihan juga dapat meningkatkan kadar lipoprotein

berdensitas rendah dalam plasma (Guyton, 2007).

e. Aterosklerosis (Harrison, guyton)

Klasifikasi Stroke Iskemik (Gofir, 2009)

Klasifikasi Stroke Iskemik dari Trial of Org 10172 in Acute Stroke

Treatment (TOAST) membagi stroke iskemik berdasarkan mekanisme

patofisiologi yang bersumber dari penemuan klinis dan pemeriksaan

penunjang (CT scan atau MRI) antara lain:

a. Large-artery atherosclerosis (embolus/thrombosis)

b. Cardioembolism (high risk/medium risk)

c. Small vessel occlusion (lakuner)

d. Stroke of other determined etiology

e. Stroke of undertemined etiology (kriptogenik)

Klasifikasi Stroke Iskemik (Price, 2005)

1) Stroke Lakunar

Infark lakunar terjadi karena penyaki hipertensi presisten dan

menyebabkan sindrom stroke yang biasanya muncul dalam

beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama. Infark lakunar

merupakan infark yang terjadi setelah oklusi aterotrombotik

atau hialin-lipid salah satu cabang-cabang penetrans airkulus

wilisi, arteria serebri media, atau arteria vertebralis dan

basilaris. Terdapat empat sindrom lakunar yang sering dijumpai

yaitu hemiparesis motorik murni akibat infark kapsula interna

posterior, hemiparesis motorik murni akibat infark pars anterior

kapsula interna, stroke sensorik murni akibat infark thalamus,

dan hemiparesis ataksik atau disartria serta gerakan tangan atau

12

Page 13: Skripsi Bab i

lengan yang canggung akibat infark pons basal (Smith et al.,

2001).

2) Stroke Trombotik Pembuluh Besar

Trombosis pembuluh besar dengan aliran lambat adalah subtipe

kedua stroke iskemik. Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat

tidur, saat pasien relative mengalami dehidrasi dan dinamika

sirkulasi menurun. Stroke ini sering berkaitan dengan lesi

aterosklerotik yang menyebabkan penyempitan atau stenosis di

arteria karotis interna atau, yang lebih jarang di pangkal arteria

serebri media. Trombosis pembuluh otak cenderung memiliki

awitan bertahap, bahkan berkembang dalam beberapa hari.

Pola ini menyebabkan timbulnya istilah “stroke in evolution”.

3) Stroke Embolik

Stroke embolik adalah penyebab stroke yang paling sering

dengan gamabaran karakteristiknya berupa defisit neurologik

yang mendadak (Gofir, 2009). Biasanya serangan terjadi pada

pasien yang beraktivitas. Trombus embolik ini sering

tersangkut di bagian pembuluh yang mengalami stenosis.

Stroke kardioembolik, yaitu jenis stroke embolik tersering yang

sering disebabkan oleh adanya kausa jantung seperti fibrilasi

atrium. Embolus berasal dari bahan trombotik yang terbentuk

di dinding rongga jantung atau katup mitralis. Karena biasanya

ada bekuan yang sangat kecil, fragmen-framen embolus dari

jantung mencapai otak melalui arteria karotis atau vertebralis.

4) Stroke Kriptogenik

Walaupun kardioembolisme menimbulkan gambaran klinis

yang dramatis, namun sebagian pasien mengalami oklusi

mendadak pembuluh intrakranium besar tanpa penyebab yang

jelas. Kelainan ini disebut stroke kriptogenik karena sumbernya

tersembunyi (Price, 2005).

13

Page 14: Skripsi Bab i

Smith WS, Hauser SL, Easton JD:Cerebrovascular Disease. In

Braunwald E et al,editors: Harrison’s principles of internal

medicine, ed 15, New York, 2001, McGraw-Hill.

Pengobatan Stroke

a) Stroke Iskemik

Tujuan utama terapi stroke iskemik akut adalah

menyelamatkan area hipovolemi pada iskemik penumbra. Area

oligemia bisa diselamatkan dengan menghambat beratnya

iskemik injuri (neuronal protection) dan menurunkan durasi

iskemik (memperbaiki aliran darah pada daerah iskemik)

(Gofir, 2009).

Penatalaksanaan dini stroke iskemik dengan terapi umum

meliputi:

1) Memelihara jalan nafas, fungsi respirasi dan kardiovaskular.

2) Mengatasi febris dengan obat antipiretika, kompres dingin dan

sedapat mungkin mengatasi sumber penyebabnya.

3) Memantau dan mengelola tekanan darah dengan berpedoman

pada konsesus, bahwa obat antihipertensi diberikan jika

tekanan sistolik >220 mmHg atau tekanan diastolik >120

mmHg. Oleh karena penurunan tekanan darah secara cepat

dapat memperburuk kondisi otak, maka pemberian nifedipin

sublingual dan antihipertensif lain yang mengakibatkan

penurunan tekanan darah secara cepat, harus dihindari.

4) Memantau dan mengelola kadar glukosa darah, karena pada

stroke iskemik, hipoglikemia maupun hiperglikemia dapat

memperburuk kondisi otak (Baoezier, 2006).

5) Penggunaan obat untuk memulihkan aliran darah dan

metabolisme otak yang menderita di daerah iskemik antara lain

: obat anti edema otak seperti gliserol 10% per infuse, 1

gr/kgBB/hari dalam 6 jam, kortikosteroid yang banyak

14

Page 15: Skripsi Bab i

digunakan, deksametason dengan bolus 10-20 mg IV, diikuti 4-

5 mg/6 jam selama beberapa hari lalu tapering off. Obat anti

agregrasi trombosit yang umum dipakai seperti aspirin, aspilet

dll, dengan dosis rendah : 80-300 mg/hari dan obat

antikoagulan misalnya heparin (Harsono, 2009).

b) Stroke Hemoragik

Terapi pada penderita stroke hemoragik terbagi atas terapi

Perdarahan Intraserebral (PIS) dan terapi Perdarahan

Subarachnoid (PSA).

a) Perdarahan Intraserebral (PIS)

Pasien perdarahan intraserebral biasanya datang ke rumah sakit

dalam keadan koma, maka dari itu penanganannya di bagi

dalam penanganan umum dan penanganan khusus.

(1) Penanganan Umum

Penanganan umum meliputi pernafasan, jalan nafas harus bebas

untuk menjamin kebutuhan oksigen; dijaga tekanan dan

komposisi darah agar cukup untuk memenuhi kebutuhan

perfusi dan metabolisme otak; mencegah terjadinya edema

serebri; dijaga keseimbangan cairan melalui kontrol ginjal; juga

gastrointestinum jangan sampai diabaikan.

(2) Penanganan Khusus

Penanganan khusus adalah penanganan terhadap kausa.

Pengobatan terhadap perdarahan di otak dengan tujuan

mempertahankan hemostasis.

b) Perdarahan Subarachnoid (PSA)

Cara penanganan yang digunakan untuk PIS, dipakai juga

untuk PSA fase akut. Setelah fase akut lewat , dianjurkan

angiografi untuk mencari lesi (aneurisma atau angioma,MVA)

sumber PSA. Bila di temukan, maka bisa dilakukan operasi

bedah saraf (Harsono, 2009).

15

Page 16: Skripsi Bab i

NB : Aliah 2009 (Harsono, 2009) ???

d. Profil Lipid

Di dalam darah kita ditemukan 3 jenis lipid yaitu kolesterol,

trigliserid dan fosfolipid. Oleh karena sifat lipid yang susah larut

dalam lemak, maka perlu dibuat bentuk yang terlarut. Untuk itu

dibutuhkan suatu zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal

dengan nama apolipoprotein atau apoprotein. Pada saat ini dikenal

Sembilan jenis apoprotein yang diberi nama secara alfabetis yaitu

Apo A, Apo B, Apo C, dan Apo E. Senyawa lipid dengan

apoprotein ini dikenal dengan lipoprotein. Setiap jenis lipoprotein

mempunyai Apo tersendiri. Setiap lipoprotein akan terdiri atas

kolesterol (bebas atau ester), trigliserid, fosfolipid dan apoprotein.

Setiap lipoprotein berbeda dalam ukuran, densitas, komposisi

lemak, dan komposisi apoprotein. Dengan menggunakan

ultrasentrifusi, pada manusia dapat dibedakan enam jenis

lipoprotein yaitu high-density-lipoprotein (HDL), low-density-

lipoprotein (LDL), intermediate-density-lipoprotein (IDL), very

low density lipoprotein (VLDL), kilomikron, dan lipoprotein a

kecil (Lp a) (Sudoyo, 2006).

e. Klasifikasi Lipid

Partikel - partikel lipoprotein memiliki sifat - sifat khusus dan

berbeda pada proses pembentukan artherosklerosis ( Imam

Soeharto, 2004 ). Adapun partikel - partikel lipoprotein tersebut

antara lain :

1) LDL ( Low Density Lipoprotein ) merupakan lipoprotein

yang mengangkut paling banyak kolesterol di dalam darah.

16

Page 17: Skripsi Bab i

Kadar LDL yang tinggi menyebabkan pengendapan

kolesterol di dalam arteri.

2) HDL ( High Density Lipoprotein ) merupakan lipoprotein

yang mengangkut kolesterol yang lebih sedikit. HDL

sering disebut sebagai kolesterol baik karena dapat

membuang kelebihan kolesterol di pembuluh arteri kembali

ke liver untuk diproses dan dibuang. Jadi HDL mencegah

kolesterol mengendap di pembuluh arteri dan melindungi

dari arterosklerosis.

3) VLDL ( Very Low Density Lipoprotein ) merupakan

lipoprotein yang membawa sebagian besar trigliserida

dalam darah. Di dalam proses sebagian VLDL berubah

menjadi LDL.

4) Trigliserida adalah jenis lemak dalam darah yang

dapat mempengaruhi kadar kolesterol dalam darah.

Lipoprotein mempunyai fungsi mengangkut lipid di dalam

plasma ke jaringan - jaringan yang membutuhkan sebagai sumber

energi dan sebagai komponen membran sel ( Sunita Almatsier, 2002 ).

Klasifikasi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL dan

trigliserid menurut National Cholesterol Education Program Adult

Panel III (NCEP ATP III 2001)

Kolesterol LDL

< 100 mg/dl : optimal

100-129 mg/dl : hampir optimal

130-159 mg/dl : borderline tinggi

160-189 mg/dl : tinggi

Kolesterol total

17

Page 18: Skripsi Bab i

<200 mg/dl : idaman

200-239 mg/dl : borderline tinggi

>=240 mg/dl : tinggi

Kolesterol HDL

< 40 mg/dl : rendah

>= 60 mg/dl : tinggi

Kadar Trigliserid

< 150 mg/dl : normal

150-199 mg/dl: borderline tinggi

200-499 mg/dl : tinggi

f. Kolesterol LDL

Kolesterol LDL adalah lipoprotein serum sebagai pembawa utama

kolesterol. LDL terdiri dari inti non polar yang tersusun sebagian

besar oleh ester kolesterol. Fungsi LDL adalah membawa

kolesterol ke jaringan perifer atau dinding arteri. Oleh karena itu

paling bersifat aterogenik dari semua lipoprotein dan dapat

menimbulkan aterosklerosis ditandai dengan lesi intima yang

disebut ateroma, atau plak ateromatosa yang menonjol ke dalam

dan menyumbat lumaen pembuluh, memperlemah media

dibawahnya, dan mungkin mengalami penyulit serius. (Kumar,

2007)

LDL adalah lipoprotein yang paling banyak mengandung

kolesterol. Sebagian dari kolesterol di LDL akan dibawa ke hati

dan jaringan steroidogenik lainnya seperti kelenjar adrenal, testis,

dan ovarium yang mempunyai reseptor untuk kolesterol-LDL.

Sebagian lagi dari kolesterol-LDL akan mengalami oksidasi dan

18

Page 19: Skripsi Bab i

ditangkap oleh reseptor scavenger-A (SR-A) di makrofag dan

akan menjadi sel busa (foam cell). Makin banyak kadar kolesterol-

LDL dalam plasma makin banyak yang akan mengalami oksidasi

dan ditangkap oleh sel makrofag. LDL berukuran kecil sehingga

mudah masuk ke dinding pembuluh darah, terutama jika dinding

tersebut rusak karena ada beberapa faktor risiko seperti usia,

merokok, hipertensi, atau factor keturunan (Sudoyo, 2006).

Fakta berdasarkan hipotesis modifikasi oksidatif, mengatakan

bahwa LDL dalam bentuk aslinya sebenarnya tidak bersifat

atherogenik. Menjadi atherogenik karena perubahan bentuk LDL

akibat proses oksidasi. LDL bisa teroksidasi dan termodifikasi

karena perubahan sel-sel utama pada dinding arteri. Di tahap

sangat dini, oksidasi ringan LDL akan menghasilkan bentuk yang

disebut minimally modified LDL (MM-LDL) pada subendotelial.

Sedangkan, oksidasi LDL yang ekstensif (Ox-LDL) tidak dikenali

oleh reseptor LDL tetapi sangat disukai oleh reseptor di makrofag

dan memicu akumulasi ester kolesterol yang cukup besar dan

terbentuk sel busa (Uno, 2011)

LDL oksidatif (oxidized low density lipoprotein) yang

dimodifikasi oleh tubuh penting untuk patogenesis aterosklerosis.

Peroksidasi lipid ini mulai dari polyunsaturated fatty acids (PUFA)

yang terdapat pada fosfolipid dipermukaan LDL. LDL yang

teroksidasi ini (Ox-LDL) merangsang monosit untuk mengekskresi

interleukin-1, yang selanjutnya merangsang proliferasi sel otot

polos. Ox-LDL ini juga imunogenik dan terdapat antibodi terhadap

epitop dan Ox-LDL. Ox-LDL mengganggu juga vasorelaksasi dan

nitrit oksida. Hasil senyawa Ox-LDL seperti oksisterol sangat

toksis terhadap sel endotel dan dapat mematahkan integritas

endotel (Witztum, 2004).

19

Page 20: Skripsi Bab i

g. Fungsi dan Disfungsi Endotel

1) Fungsi Endotel

Sel endotel membentuk lapisan tunggal (monolayer ;

endothelium) yang melapisi seluruh sistem vaskular.

Integritas struktural dan fungsional SE merupakan hal

mendasar bagi pemeliharaan homeostasis dinding

pembuluh dan fungsi sirkulasi. Sel ini memiliki badan

Weibel-Palade, organel berlapis membran dengan panjang

0,3 m dan lebar 0,1 m untuk menyimpan faktor von

Willebrand. Endotel vaskular merupakan jaringan

multifungsi yang memiliki banyak kemampuan sintetik

dan metabolik dan merupakan peserta aktif dalam interaksi

darah-jaringan. Sebagai suatu membran semipermiabel,

endotel mengendalikan perpindahan molekul besar dan

kecil ke dalam dinding pembuluh. Di sebagian besar regio,

taut antarsel umumnya impermeabel ; namun, taut yang

relatif erat antara dua sel endotel dapat melebar di bawah

pengaruh faktor hemodinamik (misal, tekanan darah

tinggi) dan zat vasoaktif (misal histamin pada

peradangan). Selain itu, sel endotel berperan dalam

memelihara antarmuka darah-jaringan non-trombogenik,

modulasi aliran darah dan resistensi vaskular, metabolisme

hormon, pengendalian reaksi imun dan peradangan, serta

pengaturan pertumbuhan sel jenis lain, terutama sel otot

polos (Kumar, 2007).

Fungsi utama endotel adalah mengatur tonus

pembuluh darah, mengatur adhesi lekosit dan inflamasi,

serta mempertahankan keseimbangan antara trombosis dan

fibrinolisis. Fungsi endotel ini dilakukan oleh substansi-

20

Page 21: Skripsi Bab i

substansi khusus yang dikelompokkan dalam 2 golongan

besar yaitu Endothelium Derived Relaxing Factors

(EDRFs) dan Endothelium Derived Contracting Factors

(EDCFs). Substansi yang tergolong EDRFs adalah nitric

oxide (NO), prostasiklin, dan faktor relaksasi

hiperpolarisasi (endothelium derived hyperpolarizing

factor, EDHF). NO merupakan EDRFs terpenting yang

terbentuk dari transformasi asam amino Larginin menjadi

sitrulin melalui jalur L-arginine-nitric oxide dengan

bantuan enzim NO sintetase (NOS). NO diproduksi atas

pengaruh asetilkolin, bradikinin, serotonin, dan bertindak

sebagai reseptor endotel spesifik. NOS diaktivasi oleh

adanya robekan pada pembuluh darah dan estrogen,

sebaliknya aktivasi NOS dihambat oleh asam amino dalam

sirkulasi dan oleh adanya ADMA (asymmetrical

dimethylarginine). Pada pembuluh darah, sintesis NO

mempengaruhi tonus pembuluh darah sehingga berperan

pada pengaturan tekanan darah, selain itu pada sistem saraf

pusat NO merupakan neurotransmitter yang menjalankan

beberapa fungsi termasuk pembentukan ingatan.

Prostasiklin dihasilkan endotel sebagai respons adanya

stress yang berat dan hipoksia. Prostasiklin meningkatkan

cAMP pada otot polos dan trombosit. NO dan prostasiklin

secara sinergistik menghambat agregasi trombosit

sehingga dengan adanya kedua zat ini terjadilah

penghambatan aktivasi trombosit secara maksimal. Hal ini

merupakan komponen utama dalam patogenesis berbagai

penyakit vaskuler seperti hipertensi.

2) Disfungsi Endotel

21

Page 22: Skripsi Bab i

Istilah disfungsi endotel, menerangkan beberapa

jenis perubahan (yang mungkin reversibel) status

fungsional sel endotel yang terjadi sebagai respon terhadap

rangsangan lingkungan. Pada keadaan tertentu seperti

penuaan, menopause, dan keadaan patologis seperti

hipertensi, diabetes mellitus,aterosklerosis, sel endotel

teraktivasi untuk menghasilkan faktor konstriksi seperti

EDCF (TXA2, PGH2) dan radikal bebas yang

menghambat efek relaksasi NO. Radikal bebas dapat

menghambat fungsi endotel dengan menyebabkan

rusaknya NO. Ketidakseimbangan antara faktor kontraksi

dan relaksasi yang terjadi pada endotel inilah yang disebut

disfungsi endotel. Sumber lain menyebutkan disfungsi

endotel merupakan perubahan fungsi sel endotel yang

berakibat pada kegagalan avaibilitas NO, sehingga

disfungsi endotel harus dibedakan dari kerusakan endotel

yang berarti terjadinya kerusakan anatomi endotel. Letak

endotel pada pembuluh darah sangat menguntungkan tapi

juga sekaligus merugikan, karena pada keadaan hipertensi,

diabetes melitus dan hiperlipidemia, endotel menjadi

sasaran (target organ) dari kerusakan akibat penyakit-

penyakit tersebut (Tjokroprawiro, 2006).

Disfungsi endotel dapat bermanifestasi sebagai

gangguan vasodilatasi dependen-endotel, penurunan

sintesis nitrat oksida, peningkatan kadar endotelin, dan

pembentukan radikal bebas oksigen. Disfungsi endotel

sangat penting pada pathogenesis penyakit pembuluh

darah. Pemicu disfungsi endotel adalah sitokin dan produk

bakteri, yang juga menyebabkan jejas inflamasi dan syok

septik,stress hemodinamik dan produk lemak, yang

22

Page 23: Skripsi Bab i

penting dalam pathogenesis aterosklerosis dan jejas lain

(Kumar, 2007)

23