Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kelayakan Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang cepat seperti pada saat sekarang ini, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam mempertahankan hidup mereka. Mulai dari makan, minum, mencari pendidikan yang lebih baik, mencari status sosial yang tinggi, kelayakan yang mapan dalam hidup dan masih banyak yang lainnnya. Beberapa contoh ini, tidak jarang menimbulkan sisi negatif di dalam hidup manusia. Manusia seakan-akan melupakan nilai-nilai moral yang sudah ada lama terkandung di dalam masyarakat kita. Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai pemecahan masalah tersebut, salah satunya adalah dengan adanya fasilitas atau tempat yang berfungsi untuk menaungi serta memenuhi kebutuhan rohani kita. Fasilitas tersebut antara lain adalah gereja. Gereja merupakan tempat berkumpulnya orang-orang beriman yang biasanya digunakan bagi umat Kristen dan Katolik untuk beribadah dan berkomunikasi dengan Tuhan mereka yaitu Yesus Kristus. Selain berfungsi sebagai wadah dalam 1
164

Bazkara skripsi BAB I-V

Jun 10, 2015

Download

Documents

Patrick R
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bazkara skripsi BAB I-V

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Kelayakan

Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang

cepat seperti pada saat sekarang ini, mengakibatkan manusia berlomba-lomba

dalam mempertahankan hidup mereka. Mulai dari makan, minum, mencari

pendidikan yang lebih baik, mencari status sosial yang tinggi, kelayakan yang

mapan dalam hidup dan masih banyak yang lainnnya. Beberapa contoh ini, tidak

jarang menimbulkan sisi negatif di dalam hidup manusia. Manusia seakan-akan

melupakan nilai-nilai moral yang sudah ada lama terkandung di dalam masyarakat

kita.

Banyak cara yang dapat dilakukan sebagai pemecahan masalah tersebut,

salah satunya adalah dengan adanya fasilitas atau tempat yang berfungsi untuk

menaungi serta memenuhi kebutuhan rohani kita. Fasilitas tersebut antara lain

adalah gereja. Gereja merupakan tempat berkumpulnya orang-orang beriman yang

biasanya digunakan bagi umat Kristen dan Katolik untuk beribadah dan

berkomunikasi dengan Tuhan mereka yaitu Yesus Kristus. Selain berfungsi

sebagai wadah dalam pencapaian rohani mereka, gereja juga memiliki fungsi lain

seperti: pemberkatan nikah, sakramen baptis, penunjang fasilitas pendidikan

(sekolah minggu, perpustakaan, pelatihan-pelatihan), sosial (klinik, bimbingan

konseling), kantor, taman doa dan lain-lain.

Sekarang ini perkembangan gereja di Indonesia sangat pesat dan menyebar

keseluruh daerah-daerah. Salah satu daerah yang memiliki tingkat penyebaran

yang tinggi adalah Yogyakarta. Hal ini ditandai dengan meningkatnya jumlah

jemaat yang berakibat pada terdapatnya beberapa jam kebaktian di suatu gereja.

Jam kebaktian tersebut diadakan pagi, siang, sore bahkan malam. Mulanya

masalah ini dapat diatasi dengan baik, namun lama-kelamaan gereja semakin sulit

menampung keseluruhan jemaat yang jumlahnya terus bertambah. Sehingga harus

1

Page 2: Bazkara skripsi BAB I-V

menggunakan atau menyewa tempat pada sebuah hotel atau gedung-gedung yang

ada. Disadari atau tidak, cepat atau lambat gereja tersebut harus membutuhkan

tempat yang lebih nyaman dan bersifat permanen, hal ini terlihat dari data jumlah

pendatang yang ada di Yogyakarta ataupun jumlah jemaat yang ada pada gereja

tersebut. Tidak berlebihan rasanya kalau gereja tersebut harus menambah gedung

baru dengan kapasitas yang memadai agar para jemaat yang menggunakan dapat

merasa nyaman dan tidak was-was karena takut tidak mendapatkan tempat saat

hendak beribadah.

Perancangan gereja ini menggunakan pemanfaatan cahaya alami sebagai

dasar perancangan. Hal ini didasarkan pada alasan psikologis, spiritual dan

fisiologis. Pencahayaan alami memiliki konsekuensi estetis, baik pada interior

maupun pada eksterior bangunan.1 Dengan pencahayaan alami, kita bisa

menghemat energi untuk masa depan yang berkelanjutan dan dapat mengurangi

penggunaan listrik, sehingga sedikit pula polusi yang dibuang ke lingkungan. Jadi,

sebagai usulan desain untuk gereja, diharapkan pencahayaan alami bisa

mendukung kegiatan yang ada di dalam gereja sehingga dapat berlangsung

dengan baik.

1.1.2. Tinjauan Pustaka

Gereja adalah rumah, tempat ibadah/persekutuan atau tempat berdoa dan

untuk melakukan upacara yang sama kepercayaan, ajaran dan tata caranya

(Katolik, Protestan, dan sebagainya).2 Hal-hal spesifik pada gereja Kristen adalah

seperti pada bangunan ibadah, yaitu: akustik, letak mimbar, tempat duduk

Elemen-elemen praktis dan komponen-komponen ruang yang dibutuhkan

dalam sebuah gereja adalah sebagai berikut: area ruang gereja (pusat liturgis),

ruang administrasi, sekolah minggu dan fasilitas pendidikan gerejawi, dapur,

kamar mandi, pertamanan, dan pelataran parkir.

1 Norbert Lechner, ed., Heating, Cooling, Lighting (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hal. 457, mengutip Louis Kahn.2 J. S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994), hal. 272.

2

Page 3: Bazkara skripsi BAB I-V

Pemanfaatan cahaya alami adalah pemanfaatan sinar atau terang (dari

sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, lampu) yang memungkinkan mata

menangkap bayangan benda-benda di langit dan di bumi.3

Penggunaan cahaya alami di siang hari harus mempertimbangkan berbagai

faktor perancangan, meliputi: distribusi cahaya dari langit cerah, variasi dalam

intensitas dan arah cahaya matahari, efek dari cahaya yang tersedia pada area

lokal, pertamanan, dan bangunan sekitar.

Jenis/tipe pencahayaan alami: penyaluran cahaya dari jendela samping,

penyaluran cahaya dari jendela atas, kombinasi pengaturan jendela samping dan

jendela atas, pengaturan maju mundur jendela atas dari dinding samping, jarak ke

dinding belakang, ketinggian dari jendela atas, dan kemiringan jendela atas.

Material yang digunakan untuk pemanfaatan cahaya alami dibagi menjadi

2 yaitu yang memantulkan dan yang meneruskan. Yang memantulkan terdiri dari:

spekular (kaca cermin, kromium, plastik yang menyerupai logam, aluminium

yang halus, besi yang tahan karat, kaca gelap, aluminium proses), menyebarkan

(aluminium proses, kromium satin, cat aluminium, aluminium etched, aluminium

brushed), penyebaran (plesteran putih, lapisan porselen, kaca putih, terakota putih,

batu kapur, cat putih. Yang meneruskan terdiri dari: kaca (kaca bening, kaca pasir,

kaca baur, batu pualam yang putih, kaca padat buram), plastik (warna-warni,

putih, lensa prismatik bening), marmer, batu pualam putih.

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana merancang Gereja Kristen Indonesia di Yogyakarta dengan

memanfaatkan cahaya alami sebagai dasar perancangan.

1.3. Tujuan

Merancang Gereja Kristen Indonesia di Yogyakarta dengan memanfaatkan

cahaya alami sebagai dasar perancangan.

3 Ibid., hal. 145.

3

Page 4: Bazkara skripsi BAB I-V

1.4. Sasaran

1. Melakukan studi tentang gereja.

2. Melakukan studi tentang Gereja Kristen Indonesia.

3. Melakukan studi tentang Yogyakarta.

4. Melakukan studi tentang cahaya alami sebagai dasar perancangan.

5. Melakukan studi tentang manfaat cahaya.

1.5. Lingkup Pembahasan

1. Gereja meliputi/dibatasi pada bangunan gereja dan fasilitasnya.

2. Gereja Kristen Indonesia dibatasi untuk kebaktian atau ibadah.

3. Yogyakarta dibatasi pada hal yang berhubungan dengan pemilihan site

untuk bangunan tersebut.

4. Prinsip-prinsip cahaya alami dibatasi pada bukaan-bukaan dinding,

bukaan-bukaan pada langit-langit dan bukaan-bukaan pada atap gereja.

1.6. Metode Pengumpulan Data

A. Metode Mencari Data

1. Observasi

Pengamatan langsung pada Gereja Kristen Indonesia.

2. Studi Pustaka/Literatur

Mempelajari buku-buku tentang gereja, ruang mimbar dan pemanfaatan

cahaya alami.

3. Studi Banding

Melihat langsung bangunan sejenis yang ada di Yogyakarta yaitu Gereja

Kristen Indonesia (GKI) Gejayan serta dari pustaka.

B. Metode Menganalisis Data

1. Kuantatif: # Dari data jumlah pemeluk agama.

# Dari data jumlah jemaat di GKI Gejayan.

2. Kualitatif: Dari analisis data pada GKI Gejayan terlihat bahwa sebagian

besar dari jemaat tersebut adalah para mahasiswa.

4

Page 5: Bazkara skripsi BAB I-V

C. Metode Perancangan

Metode yang digunakan dalam merancang Gereja Kristen Indonesia di

Yogyakarta yaitu dengan memanfaatkan cahaya alami yang ada, sehingga

dapat menunjang aktifitas yang terjadi di dalam gereja tersebut.

D. Metode Penataan

Metode penataan gedung gereja secara cluster dimana kelompok massa

mengacu pada ruang-ruang yang memiliki kedekatan hubungan atau bersama-

sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan tertentu. Seperti: gedung gereja

dikelompokkan pada zona utama; ruang peralatan, ruang konsistori, ruang

administrasi, ruang kantor pendeta, ruang koster gereja, ruang kelas,

perpustakaan, toko buku, dan studio musik dikelompokkan pada zona

penunjang; sedangkan dapur, gudang, pos satpam, WC pria, WC wanita,

parkir mobil, dan parkir motor dikelompokkan pada zona servis.

1.7. Sistematika Penulisan

Bab 1. PENDAHULUAN

Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran,

lingkup pembahasan, metode dan sistematika penulisan.

Bab 2. TINJAUAN GEREJA KRISTEN INDONESIA DI YOGYAKARTA

Mengungkapkan potensi dan jenis Gereja Kristen di Yogyakarta beserta

segala fasilitas yang menyertai/yang ada.

Bab 3. TINJAUAN TEORITIS GEREJA KRISTEN

Mengungkapkan design requirement Gereja Kristen.

Bab 4. TINJAUAN TEORITIS BANGUNAN YANG MEMANFAATKAN

CAHAYA ALAMI

Mengungkapkan teori pemanfaatan cahaya alami, terutama pemanfaatan

yang dapat diterapkan pada ruang mimbar atau ruang kotbah.

5

Page 6: Bazkara skripsi BAB I-V

Bab 5. ANALISIS MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN

PERANCANGAN GEREJA KRISTEN INDONESIA

Mengungkapkan proses untuk menemukan ide-ide konsep perencanaan

dan perancangan melalui metode-metode tertentu yang diaplikasikan pada

lokasi atau site tersebut.

Bab 6. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN GEREJA

KRISTEN INDONESIA

Mengungkapkan konsep-konsep yang akan ditransformasikan ke dalam

rancangan fisik arsitektural.

6

Page 7: Bazkara skripsi BAB I-V

BAB 2

TINJAUAN GEREJA KRISTEN INDONESIA

DI YOGYAKARTA

2.1. Profil Wilayah

2.1.1. Sejarah Yogyakarta

Kota Yogyakarta didirikan pada tahun 1756 Masehi atau bertepatan

dengan tahun jawa 1682. Pendirian Keraton ini ditandai dengan Condrosengkolo

Memet “Dwi Naga Rasa Tunggal“. Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat didirikan

oleh R.M. Soejono, yang kemudian bergelar Pangeran Mangkubumi. Setelah

mendirikan Keraton di Yogyakarta, Pangeran Mangkubumi “Jumeneng Nata”

dengan gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I. Gelar Sultan diambil dari bahasa

Arab yang dikenal sebagai negara Ngerum, untuk memberikan makna bahwa raja

yang berada di Yogyakarta tidak saja menekankan pada aspek Ke-Tuhanan saja,

tetapi juga aspek kerakyatan atau keduniaan.4

Pada saat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI), Sri Sultan

Hamengku Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII mengirim kawat kepada Presiden

RI, menyatakan bahwa daerah Kasultanan Yogyakarta dan daerah Pakualaman

menjadi bagian wilayah Negara Republik Indonesia, serta bergabung menjadi satu

mewujudkan satu kesatuan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku

Buwono IX dan Sri Paku Alam VIII kemudian menjadi kepala daerah dan wakil

kepala daerah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden Republik

Indonesia.

Kasultanan Yogyakarta sekarang ini terletak di pusat Kota Yogyakarta.

Kepala pemerintahan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (D.I.Y) adalah

gubernur. Sedangkan untuk kepala daerah di D.I.Y adalah walikota.

4 Khairudin H, Filasafat Kota Yogyakarta (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta), hal. 1.

7

Page 8: Bazkara skripsi BAB I-V

2.1.2. Kondisi Geografis

Daerah Istimewa Yogyakarta terletak diantara 7o 33’ LS 8o 15’ dan 110o 5’

BT – 110o 48’ BT. Daerah Istimewa Yogyakarta wilayahnya meliputi wilayah eks

daerah Swapraja Kasultanan Yogyakarta dan eks Swapraja Pakualaman serta eks

Kapanewon Ngawen di Gunung Kidul; Kawedanan Imogiri dan Kapanewon

Kotagede di Bantul, dimana ketiga daerah tersebut semula termasuk wilayah

Propinsi Jawa Tengah, yang keseluruhannya 3.180,80 km2.5

Gambar 2.1. Peta Yogyakarta

Sumber: http://www.unosat.web.cern/chunosat/freeproduct/indonesia.htm, tahun 2007.6

Propinsi D.I.Y memiliki curah hujan berkisar antara 1.88mm-39.85mm

perhari dan dipengaruhi musim kemarau dan penghujan. Suhu maksimum Kota

Yogyakarta sebesar 33.8°C dan suhu minimum sebesar 21.5°C, dengan

5 Keistimewaan Yogyakarta. www.pemda-diy.go.id6 http://www.unosat.web.cern/chunosat/freeproduct/indonesia.htm

8

Page 9: Bazkara skripsi BAB I-V

kelembaban udara sebesar 49.2% hingga 95.1%, tekanan udara 1.008,5mb-

1.013,4mb dengan arah angin 180° - 240°

Batas-batas administrasi wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah:7

- Sebelah Timur dan Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan

Wonogiri.

- Sebelah Barat dan Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Purworejo

dan Magelang.

- Sebelah Utara berbatasan dengan Gunung Merapi.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia (Lautan Indonesia) atau

dikenal masyarakat sebagai Segara Kidul.

2.2. Gambaran Umum Propinsi D.I.Y

Yogyakarta adalah daerah yang kaya akan budaya yang tak ternilai. Salah

satu sejarah dan budaya yang masih berdiri adalah Kraton Kasultanan

Ngayogyakarta Hadiningrat. Kraton Yogyakarta dianggap sebagai pusat

kebudayaan Jawa.

Selain sebagai kota budaya Yogyakarta adalah salah satu tujuan wisatawan

terpenting di Indonesia setelah Bali. Penilaian ini didasarkan pada beberapa faktor

yang menjadi kekuatan kepariwisataan propinsi D.I.Y. Salah satunya adalah

keunikan karakter obyek wisata seperti Kraton Kasultanan Ngayogyakarta

Hadiningrat, Ratu Boko, Candi Prambanan, Pantai Parangtristis dan lain-lain.

Citra sebagai kota wisata juga didukung oleh keberadaan pusat-pusat industri

kerajinan tangan yang jarang ditemui pada daerah lainnya di Indonesia. Mulai dari

gerabah dan keramik, kerajinan batik, kerajinan perak di Kota Gede dan masih

banyak kerajinan yang lain yang memperkuat Yogyakarta sebagai tujuan wisata,

belum lagi ditambah dengan tersedianya aneka masakan khas yang menjadi ciri

khas daerah ini.

Selain memiliki semboyan Yogyakarta Berhati Nyaman, Yogyakarta juga

memiliki faktor pendukung yang cukup baik pada aspek sarana transportasi dan

akomodasi. Hal ini, tentu saja memudahkan wisatawan lokal maupun luar negeri

7 Khairudin H, Op. Cit., hal. 4 et seq.

9

Page 10: Bazkara skripsi BAB I-V

untuk berlibur dan datang untuk menikmati keindahan alam di Yogyakarta. Selain

sebagai tujuan wisata, Yogyakarta juga menjadi kota pelajar dan merupakan salah

satu tempat tujuan hidup bagi para penduduk urban untuk menetap di kota ini.

Dengan adanya kemajuan dan tingkat pertumbuhan yang tinggi,

masyarakata kota Yogyakarta tentu membutuhkan fasilitas atau bangunan publik

yang bisa mencukupi kebutuhan mereka juga. Salah satunya adalah tempat

ibadah. Tempat ibadah menjadi elemen terpenting mengingat negara kita adalah

negara Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun, fasilitas ini semakin lama semakin

kurang mendukung. Hal ini dikarenakan karena setiap tahun pertumbuhan

penduduk semakin cepat tetapi kurang disertai dengan sarana dan prasarana yang

mencukupi untuk ibadah.

Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk di propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta:8

Tabel 2.1. Jumlah Pemeluk Agama Menurut Golongan dan Kabupaten/Kota di

Propinsi D.I.Y

Kabupaten/Kota Islam Kristen Katolik Hindu Budha Lainnya Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Kulonprogo 420.408 5.720 21.382 7 670 - 448.187

Bantul 768.511 11.996 23.192 837 618 12 805.155

Gunungkidul 719.152 14.792 16.659 1.962 443 - 753.008

Sleman 808.154 27.834 59.224 1.025 551 868 897.656

Yogyakarta 402.602 37.958 63.008 2.133 3.218 227 509.146

D.I.Y 3.118.827 98.300 183.485 5.964 5.500 1.107 3.413.183

2003 3.114.444 100.025 168.914 6.141 4.858 153 3.394.535

2002 3.084.990 92.097 162.806 5.798 5.387 117 3.351.195

2001 3.059.957 89.924 158.962 6.209 5.728 103 3.320.913

2000 3.034.805 89.259 157.960 6.077 5.460 153 3.293.714

1999 3.000.234 86.654 162.644 5.727 6.384 298 3.261.941

1998 3.006.171 92.674 159.441 5.637 5.154 708 3.269.785

8 D.I Yogyakarta Dalam Angka 2004 (Yogyakarta: Kanwil Departemen Agama Propinsi D.I.Y)

10

Page 11: Bazkara skripsi BAB I-V

Sumber: Kanwil Departemen Agama Propinsi D.I.Y, tahun 2004

Berikut ini adalah tabel jumlah tempat ibadah yang terdapat di propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta:9

Tabel 2.2. Jumlah Tempat Peribadatan Menurut

Jenisnya di Kabupaten/Kota dalam Propinsi D.I.Y

Tempat Peribadatan Kabupaten atau Kota Jumlah

Kulon

-progo

Bantul Gunung

Kidul

Sleman Yogya-

karta

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Islam/Moslem 1.871 3.042 2.603 3.294 759 11.569

1. Masjid/Mosque 976 1.354 1.542 1.790 392 6.053

2. Mushola/Private Mosque 439 444 459 348 238 1.928

3. Langgar/Other 457 1.244 602 1.156 129 3.588

Kristen/Christian 36 30 56 54 42 218

1. Gereja/Chruch 24 30 53 52 36 195

2. Rumah Kebaktian/Other 12 - 3 2 6 23

Katolik/Catholic 22 23 34 49 11 139

1. Gereja/Chruch 13 15 3 28 8 67

2. Kapel/Capel 12 - 3 2 6 23

Hindu/Hindu 0 4 14 4 0 22

1. Pura/Temple - 3 14 3 - 72

2. Sanggar/Other - 1 - 1 - 2

Budha/Buddist 7 0 8 4 5 24

1. Wihara/Temple 7 - 8 4 5 24

2. Cetya/Other - - - - - -

Jumlah/Total 1.936 3.099 2.715 3.405 817 11.972

2003 1.990 3.055 2.704 3.248 728 11.725

2002 1.974 2.897 2.471 3.166 833 11.341

2001 1.942 2.872 2.224 3.164 819 11.021

9 Ibid.

11

Page 12: Bazkara skripsi BAB I-V

2000 1.921 2.871 2.224 3.147 817 10.980

Tempat Peribadatan Kabupaten atau Kota Jumlah

Kulon

-progo

Bantul Gunung

Kidul

Sleman Yogya-

karta

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1999 1.970 2.788 2.220 3.052 721 10.751

Sumber: Kanwil Departemen Agama Propinsi D.I.Y, tahun 2004

2.3. Sejarah Singkat Gereja Kristen Indonesia Di Yogyakarta

Saat ini di Yogyakarta memiliki 4 Gereja Kristen Indonesia. Gereja-gereja

tersebut adalah GKI Ngupasan, GKI Wongsodirjan, GKI Gondomanan dan yang

terakhir adalah GKI Gejayan. Awal mulanya gereja-gereja tersebut muncul karena

pada awal abad 20-an, presiden memberi ijin kepada Pdt. J. Zwaan untuk

melakukan pemberitaan Injil di daerah Yogyakarta. Sasarannya adalah penduduk

asli atau suku jawa. Karena itu dibangunlah sebuah gedung gereja yang dikenal

dengan Gereja Kristen Jawa Klitern, yang dilayani dalam bahasa jawa. Pada tahun

1905, dibaptilah orang Tionghoa pertama di GKJ Klitren bahkan beberapa waktu

kemudian menjadi majelis jemaat GKJ Klitren.10

Dalam perkembangan berikutnya, para Tionghoa peranakan menumpang

beribadah dalam bahasa melayu di Jl. Pajeksan sejak sekitar tahun 1920. Pada

tahun 1928 dirasakan perlu untuk menyewa rumah di Jl. Ngabean (KHA Dahlan)

dan mengangkat Go Tiang Lioe menjadi Guru Injil yang merangkap kepala

sekolah. Kemudian, karena tempat kebaktian di Jl. Ngabean tak cukup lagi, pada

tahun 1929 mereka pindah ke Jl. Ngadiwinatan dan disanalah jemaat ini

didewasakan pada tanggal 3 Juni 1934 dengan nama Tiong hoa Kie Tok Kauw

Hwee. Sekali lagi jemaat tersebut pindah alamat yakni ke Jl. Ngupasan No. 21.

Karena perkembangan jemaat bertambah pesat seiring dengan kehadiran

Universitas Gajah Mada (UGM) maka pelayanan mahasiswa pun semakin

meningkat. Dengan didorong makin bertambahnya jumlah jemaat maka jemaat

pun bertekad untuk membangun gedung gereja yang baru di Jl. Ngupasan No. 19.

10 Sejarah Jemaat-Jemaat GKI SW Jateng (Indonesia: PT Intan Sejati Klaten, 2007), hal. 227-244.

12

Page 13: Bazkara skripsi BAB I-V

Pembangunan gedung gereja terlaksana dibawah pimpinan arsitek Oei Kang Yan

dan diresmikan pada tahun 1961.

Ketika GKI Ngupasan menyadari, bahwa jumlah anggotanya telah

mencapai angka lebih dari 2000 orang pada tahun 1983, maka dirasakan perlu

untuk mengembangkan jemaat ke arah Utara. Untuk keperluan itu, majelis jemaat

membeli tanah seluas lebih kurang 1.600 m2 dan mendirikan bangunan di atasnya

di Jl. Wongsodirjan No. 2 Yogyakarta. Hal inilah awal mula berdirinya GKI

Wongsodirjan

GKI Ngupasan terus mengembangkan pos-pos kebaktian ke berbagai arah.

Semula, sama sekali tidak ada rencana untuk memproyeksikan wilayah

Gondomanan menjadi sebuah jemaat dewasa. Namun karena seorang anggota

jemaat menghibahkan sebidang tanah seluas 175 m2 dan bangunan diatasnya

dengan alamat di Jl. Gondomanan No. 1. Setelah pergumulan selama 7 tahun

(1987-1994) maka pada tanggal 23 Desember 1985 berdirilah GKI Gondomanan.

GKI Gejayan pada awal pembentukannya merupakan bagian dari

persekutuan wilayah GKI Ngupasan yang sering meliputi daerah Yogyakarta

bagian Utara-Timur. Kemudian, sekitar tahun 1990-an mulai merintis rencana

pembangunan gedung gereja di daerah Gejayan. Seiring dengan bertambahnya

jumlah anggota jemaat dan pengunjung (tamu dan simpatisan), maka melalui

proses pendewasaan pada tanggal 3 Maret 2000 berdirilah GKI Gejayan dengan

jumlah anggota 206 anggota sidi.

2.4. Studi Langsung Ke GKI Gejayan

Pada tanggal 22 Mei 2001 secara resmi GKI Gejayan memiliki seorang

gembala jemaat, yaitu dengan melalui penthabisan pendeta atas diri Pnt. Paulus

Lie, yang masih melayani hingga kini. GKI Gejayan mengalami pertumbuhan dan

pertambahan anggota jemaat yang begitu pesat, sehingga diperlukan tambahan

personalia untuk memperkuat pertumbuhan jemaat GKI Gejayan. Oleh sebab itu,

pada tahun 2004, hadirlah Sdr. Hadyan Tanwikara, yang bermula dari mahasiswa

STTB Bandung, dan kemudian dilanjutkan dengan bantuan pelayanan sambil

beliau meneruskan studi di Master of Divinitas UKDW Yogyakarta.

13

Page 14: Bazkara skripsi BAB I-V

GKI Gejayan adalah salah satu GKI yang memiliki jemaat yang unik,

karena 60%-70% jemaatnya adalah kaum muda (mahasiswa), dan setiap kali

kebaktian selalu dipenuhi oleh para tamu/simpatisan. Jumlah pengunjung

ibadahnya lebih dari 3000 orang, padahal jumlah anggota jemaat hanya 863 orang.

Juga begitu heterogennya suku dan latar belakang warganya menjadikan GKI

Gejayan makin unik, hampir seluruh suku di Indonesia ada di GKI Gejayan.11

Berikut adalah jadwal kebaktian yang masing-masing kebaktian memiliki

kekhasan suasana ibadah, yaitu:

- Hari Sabtu jam 16.00 WIB merupakan Kebaktian Inovatif.

- Hari Minggu jam 6.00 WIB merupakan Kebaktian Umum (biasa).

- Hari Minggu jam 8.00 WIB merupakan Kebaktian Umum (biasa).

- Hari Minggu jam 10.00 WIB merupakan Kebaktian Umum (biasa).

- Hari Minggu jam 12.00 WIB merupakan Kebaktian Ekspresif.

- Hari Minggu jam 16.00 WIB merupakan Kebaktian Impresif.

- Hari Minggu jam 18.30 WIB merupakan Kebaktian Impresif.

- Hari Minggu jam 9.30 WIB Kebaktian Umum di Pos Kebaktian Hotel

Quality Yogyakarta.

Berikut ini adalah tabel jumlah pengunjung (tamu/simpatisan) pada GKI

Gejayan pada tanggal 25/26 Agustus 2007:12

Tabel 2.3. Jumlah Pengunjung GKI Gejayan

Keterangan GKI Gejayan Quality

Hotel

Jam

6.00

Jam

8.00

Jam

10.00

Jam

12.00

Jam

16.00

Jam

18.30

Jam

9.15

Hari Sabtu - - - - 115 - -

Hari Minggu 296 696 578 302 426 652 85

JUMLAH 3.150

Sumber: Warta Jemaat No. 20 Tahun VII Sabtu/Minggu, 25/26 Agustus 2007

2.5. Fasilitas Dalam Gereja 11 Ibid.12 Warta Jemaat (Yogyakarta: GKI Gejayan, 2007), hal. 10.

14

Page 15: Bazkara skripsi BAB I-V

Hasil survey dan wawancara di GKI Gejayan Yogyakarta bersama pak

Yuliato pada tanggal 6 September 2007, yang meliputi besaran ruang, intensitas

penggunaan ruang serta fasilitas-fasilitas yang tersedia di gereja tersebut adalah:13

Tabel 2.4. Fasilitas, Besaran Dan Intensitas Pemakaian Ruang Di GKI Gejayan

No. Nama Ruang Intensitas Pemakaaian Per

Minggunya

Besaran

Dalam Meter

1. Ruang Yerikho 7 X dalam seminggu 6 x 7

2. Ruang Zaitun 7 X dalam seminggu 6 x 7

3. Ruang Hermon 7 X dalam seminggu 4 x 7

4. Ruang Yordan 5 X dalam seminggu 6 x 10

5. Ruang Siloam 3 X dalam seminggu 6 x 4

6. Ruang Perpustakaan 7 X dalam seminggu 3 x 4

7. Studio Musik 7 X dalam seminggu 4 x 7

8. Ruang Konsistori 2 X dalam seminggu 4 x 10

9. Ruang Kebaktian 2 X dalam seminggu 19 x 52

10. Ruang Kebaktian Kecil 2 X dalam seminggu 5 x 6,5

11. Ruang Koster 7 X dalam seminggu 3 x 4

12. Kamar Mandi Pria 7 X dalam seminggu 2 x 1,5

13. Kamar Mandi Wanita 7 X dalam seminggu 2 x 2

14. Dapur 7 X dalam seminggu 2 x 3

Sumber: Hasil Survey Dan Wawancara Penulis Pada Tanggal 6 September 2007

Keterangan hasil Survey:

1. Ruang Yerikho.

Ruang Yerikho biasanya digunakan untuk persiapan mengajar sekolah

minggu, school of prayer, dan pada hari minggu digunakan untuk sekolah

minggu.

2. Ruang Hermon.

Ruang Hermon digunakan untuk aktivitas kerja pendeta.

3. Ruang Yordan.

13 Yulianto, Berdasarkan Hasil Survei Tanggal 6 September 2007

15

Page 16: Bazkara skripsi BAB I-V

Ruang Yordan biasanya digunakan untuk katekisasi, coffee break, dan

pada hari minggu digunakan untuk sekolah minggu.

4. Ruang Siloam.

Ruang Siloam biasanya digunakan untuk rapat doa, school of ministry, dan

pada hari minggu digunakan untuk sekolah minggu.

5. Ruang Zaitun.

Ruang Zaitun pada saat sekarang digunakan untuk kegiatan kantor gereja.

Hal ini disebabkan karena ruang yang dulunya dipakai sebagai kantor gereja

kini dialih fungsikan menjadi perluasan tempat ibadah.

6. Ruang Konsistori.

Ruang yang dipakai oleh pendeta sebelum memasuki mimbar gereja.

7. Ruang Koster.

Ruang yang dipakai oleh penjaga gereja.

Gambar ruang-ruang di GKI Gejayan:

Gambar 2.2. Ruang Yerikho Gambar 2.3. Ruang Hermon

Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.4. Ruang Yordan Gambar 2.5. Ruang Siloam

Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi

16

Page 17: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 2.6. Ruang Zaitun Gambar 2.7. Ruang Konsistori

Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 2.8. Ruang Koster Gambar 2.9. Studio Musik

Sumber: Dokumentasi Pribadi Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pada saat survey tersebut terdapat perubahan pada ruang kantor gereja

Gejayan. Ruang yang semula menampung kegiatan administrasi ini dialih

fungsikan sebagai perluasan tempat ibadah karena ruang tersebut dianggap lebih

dibutuhkan untuk tempat beribadah berkaitan dengan letaknya yang strategis.

Oleh sebab itu, kegiatan perkantoran dari gereja ini dipindahkan ke ruang Zaitun

yang lokasinya berdampingan dengan ruang Yerikho dan ruang Yordan.

Pengalih fungsian ruang ini merupakan perluasan jangka pendek yang

harus ditempuh pihak gereja dalam mengatasi jumlah jemaat yang sangat banyak

pada gereja tersebut. Untuk perluasan jangka panjang pendeta Paulus Lie dalam

wawancara pada tanggal 7 September 2007 mengatakan bahwa pihak GKI

Gejayan telah berencana memperluas ke bagian Timur (wilayahnya terletak di

daerah Hotel Quality) Yogyakarta.14

14 Pendeta GKI Gejayan Paulus Lie, Berdasarkan Hasil Survei Tanggal 7 September 2007

17

Page 18: Bazkara skripsi BAB I-V

2.6. Kesimpulan

GKI Gejayan merupakan GKI termuda di Yogyakarta. Dalam

perkembangannya, GKI Gejayan ini banyak menarik animo jemaat untuk

melakukan ibadah pada gereja tersebut. Hal ini terbukti dari jemaat yang hadir

tiap minggunya berjumlah lebih dari 3000 orang, tetapi anggota jemaat tetapnya

hanya kurang dari 1000 orang. Pertumbuhan jemaat yang pesat ini menyebabkan

pertambahan beberapa jam kebaktian. Namun karena jumlah jemaat yang terus

meningkat banyak, GKI Gejayan memaksimalkan ruang-ruang yang ada pada

gereja tersebut dengan cara melakukan pengalih fungsiaan ruang (ruang kantor

yang semula berada di depan ruang konsistori menjadi ruang ibadah kecil,

sehingga ruang kantor sekarang menempati ruang Zaitun yang terletak di dekat

taman doa).

Sampai pada saat ini, GKI Gejayan terus memaksimalkan pelayanannya

kepada Tuhan dan para jemaatnya. Hal itu terbukti dari adanya rencana GKI

Gejayan untuk memperluas wilayahnya ke bagian Timur Yogyakarta, yang mana

wilayahnya terletak di daerah Hotel Quality.

18

Page 19: Bazkara skripsi BAB I-V

BAB 3

TINJAUAN

TEORITIS GEREJA KRISTEN

3.1. Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) Rumah Ibadah Di Indonesia15

Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 –

No. 8 tahun 2006 (atau sering disingkat Perber 2006) yang mulai berlaku pada

tanggal ditetapkannya yaitu tanggal 21 Maret 2006. Dalam Bab I Pasal 1 ayat 3

dikatakan bahwa “Rumah Ibadah adalah bangunan yang memiliki ciri-ciri tertentu

yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk masing-masing

agama secara permanen, tidak termasuk tempat ibadat keluarga.” Selanjutnya di

dalam Bab I Pasal 1 ayat 8 dikatakan bahwa “Ijin Mendirikan Bangunan Rumah

Ibadah yang selanjutnya disebut IMB Rumah Ibadah adalah ijin yang diterbitkan

oleh Bupati/Walikota untuk pembangunan rumah ibadat.” Dalam Perber 2006,

mekanisme pendirian rumah ibadah diatur dalam Bab IV Pasal 13–17. Pasal 14

disebutkan:

(1) Pendirian rumah ibadah harus memenuhi persyaratan administratif dan

persyaratan teknis bangunan gedung, sebagaimana dimaksud dalam UU No. 28

tahun 2002.

(2). Pendirian rumah ibadah harus memenuhi persyaratan khusus meliputi:

(a). Daftar nama dan kartu tanda penduduk pengguna rumah ibadah

paling sedikit 90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat

setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 13 ayat (3);

(b). Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang

yang disahkan oleh Lurah/Kepala Desa;

(c). Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama

kabupaten/kota;

(d). Rekomendasi tertulis dari forum kerukunan umat beragama 15 Peraturan Bersama Menteri Agama dan Meteri Dalam Negeri No. 9 – No. 8 Tahun 2006. www.peraturantempatibadah.com

19

Page 20: Bazkara skripsi BAB I-V

kabupaten/kota.

Permohonan pendirian rumah ibadah diajukan oleh panitia pembangunan

rumah ibadat kepada Bupati/Walikota untuk memperoleh IMB rumah ibadah.

Bupati/Walikota memberikan keputusan paling lambat 90 (sembilan puluh) hari

sejak permohonan yang diajukan (Pasal 16).

3.2. Definisi Gereja

3.2.1. Menurut Kamus

Gereja Menurut kamus besar bahasa Indonesia, gereja berarti:16

1. Gedung (rumah) tempat berdoa dan melakukan upacara agama Kristen.

2. Badan (organisasi) umat Kristen yang sama kepercayaan, ajaran dan tata

caranya (-Katolik, -Protestan, dan lain-lain).

Menurut kamus umum bahasa Indonesia, gereja adalah:17

1. (Port) rumah tempat beribadah bagi orang Kristen.

2. Mazhab atau kaum Kristen: persekutuan.

3. Organisasi umat Kristen yang sama aliran, ajaran dan tata caranya:

(-Katolik, -Protestan, dan lain-lain).

Jadi, gereja adalah rumah, tempat ibadah/persekutuan atau tempat berdoa

dan tempat untuk melakukan upacara yang sama kepercayaan, ajaran dan tata

caranya (Katolik, Protestan, dan lain-lain). Pengertian lain gereja menurut

pengamatan gereja-gereja di Yogyakarta adalah tempat atau sarana dan prasana

untuk melakukan ibadah, persekutan orang-orang yang percaya kepada Yesus

Kristus serta tempat melakukan pelayanan kepada jemaat gereja (belajar doa,

katekisasi, belajar menyanyi dan lain-lain) dan pelayanan kepada masyarakat di

sekitar gereja (pengadaan fasilitas kesehatan, seperti: poliklinik).

3.2.2. Menurut Asal Katanya

16 J. S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Op Cit., hal. 272. 17 Ibid., hal. 516.

20

Page 21: Bazkara skripsi BAB I-V

Kata Gereja berasal dari kata eklesia (bahasa Yunani). Kata eklesia berasal

dari kata ex yang artinya keluar dan kaleo yang artinya memanggil.18 Jadi, eklesia

artinya persekutuan orang-orang yang dipanggil keluar dari kegelapan datang

kepada terang Allah yang ajaib.

Pengertian gereja ini kemudian dikembangkan dan dapat dibedakan dari beberapa

segi, yaitu:

1. Segi Obyektif

Gereja dilihat sebagai tempat manusia dengan keselamatan yang diberikan

Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus.

2. Segi Subyektif

Persekutuan orang-orang yang percaya dan ingin beribadah kepada Allah.

Gereja tidak hanya sebagai tempat dimana manusia mendengarkan dan

menerima firman Tuhan tetapi juga tempat dimana manusia menjawab dan

mengerti panggilan Allah.

3. Segi Apostoler dan segi Ekstravert

Gereja tidak hanya sebagai jembatan antara Allah dengan orang-orang

percaya tetapi juga jembatan antara Allah dengan manusia.

3.3. Hakekat Gereja

Hakekat Gereja didasari oleh Kisah Para Rasul 2 : 1 “Turunnya Roh

Kudus”.19 Roh Kudus, ingin sekali menerangi semua orang dengan cahaya

Kristus, yang bersinar dalam wajah gereja, dengan mewartakan Injil kepada

semua makhluk. Dengan pernyataan ini mau dikatakan kepada kita bahwa gereja

dalam Kristus adalah tanda dan sarana, saluran rahmat persatuan mesra manusia

dengan Allah yang menyelamatkan. Pada saat sekarang ini gereja harus

menunaikan tugas perutusan itu yakni supaya semua orang tergabung secara lebih

erat melalui berbagai cara, hubungan sosial dan budaya memperoleh kesatuan

sepenuhnya dalam Kristus.

3.4. Elemen-Elemen Praktis Dan Komponen-Komponen Yang Dibutuhkan

Di Dalam Suatu Gereja18 Majelis Sinode GPIB, Bahan Pelajaran Katekisasi (Jakarta: Majelis Sinode GBIP), hal. 4.19 Pendeta GKI Gejayan Paulus Lie, Op Cit.

21

Page 22: Bazkara skripsi BAB I-V

Elemen-elemen praktis dan komponen-komponen ruang yang dibutuhkan

di dalam suatu gereja adalah:20

1. Area ruang gereja (pusat liturgi):

- Ruang depan (entrance).

- Area mimbar (altar, mimbar)

- Paduan suara dan fasilitas organ.

- Fasilitas pembaptisan.

- Ruang pendeta.

- Menara Lonceng.

2. Administrasi:

- Kantor kesekretariatan.

- Kantor umum.

- Ruang-ruang kreatif, penyuratan, percetakan.

- Kantor Pendeta.

- Kantor asisten Pendeta.

3. Sekolah minggu dan fasilitas pendidikan gerejawi:

- Kelas taman kanak-kanak.

- Kelas taman kanak-kanak lanjutan.

- Kelas junior.

- Kelas senior.

- Fasilitas kelompok-kelompok mahasiswa/pemuda.

- Fasilitas-fasilitas bagi orang dewasa.

- Fasilitas konseling keluarga.

- Fasilitas pembelajaran visual.

- Ruang ketrampilan anak.

- Ruang-ruang pelatihan gerejawi.

- Fasilitas perpustakaan.

4. Ruangan sosial/umum:

- Auditorium.

20 John Hancock Callender, Time-Saver Standars for Building Types (Singapore, 1983), hal. 565.

22

Page 23: Bazkara skripsi BAB I-V

- Fasilitas dapur umum.

- Toilet.

- Ruang-ruang penyimpanan (untuk penyimpanan kursi, alat-alat,

dan peralatan).

- Lobi.

5. Rumah Gereja.

6. Dapur.

7. Pelataran parkir.

8. Pertamanan.

3.5. Pencapaian Antar Ruang

Tuntutan arsitektural untuk ruang-ruang di dalam gereja Kristen maupun

untuk bangunan gereja Kristen, misalnya: pencapaian antar ruang.21

Diagram 3.1. Pencapaian Antar Ruang

Sumber: Time-Saver Standars For Building Types, tahun 1983

3.6. Hal-Hal Spesifik Pada Gereja

Hal-hal spesifik pada gereja Kristen adalah seperti pada 21 Ibid.

23

Pertamanan Untuk Skema

Kawasan

Area Parki

rGerejaMenara

SosialPendidikan Adminsitrasi

Hubungan Rencana Kawasan

Page 24: Bazkara skripsi BAB I-V

bangunan ibadah, yaitu:

1. Akustik.

Auditorium gereja biasanya terdiri dari beberapa ruang bergandengan

(bagian tengah ruang gereja, mimbar, tempat membaptis, loteng tempat organ dan

paduan suara, dll). Karena itu dalam rancangan akustik, perhatian harus diberikan

pada persyaratan/kebutuhan akustik masing-masing ruang ini:22

a. Daerah mimbar harus cukup dinaikkan dan dikelilingi oleh pagar

pemantul supaya tersedia keadaan yang baik untuk memproyeksi

pembicara ke arah jemaat.

b. Organ dan paduan suara harus berada dalam daerah yang

menyediakan lingkungan akustik yang disukai untuk musik, dan mereka

harus dikeliingi oleh permukaan-permukaan pemantul tanpa menimbulkan

gema, gaung atau pemusatan bunyi. Hubungan letak antara pemain organ,

organ, pemimpin paduan suara dan paduan suara harus dipertimbangkan

dengan teliti.

c. Tiap sektor jemaat harus menikmati kondisi mendengar yang baik

selama tiap acara kebaktian. Karena ruang dalam auditorium gereja selalu

lebih banyak dari pada yang dibutuhkan secara akustik, pengendalian

ruang dengung akan membutuhkan sejumlah lapisan akustik.

d. Ruang-ruang gandeng membutuhkan pengendalian dengung

tersendiri supaya kondisi dengung di dalamnya tidak bertentangan dengan

kondisi dengung yang berlaku dalam bagian utama auditorium gereja.

e. Perhatian yang luar biasa harus diberikan untuk mengeliminasi

bising sebagian kebutuhan awal untuk meditasi dan berdoa.

Masalah akustik akan menjadi semakin rumit apabila volume auditorium

gereja bertambah. Untuk pembangunan sebuah gereja disarankan untuk tidak

memiliki lantai yang denahnya membentuk lingkaran atau melengkung. Lantai ini

biasanya mempunyai atap kubah, dengan demikian menimbulkan cacat akustik

yang serius karena gema, pemusatan bunyi, pemantulan yang sangat lama dan

distribusi bunyi yang tidak merata.

22 Leslie L. Doelle, Akustik Lingkungan ( Jakarta: Penerbit Erlangga, 1985), hal. 115.

24

Page 25: Bazkara skripsi BAB I-V

Dalam rancangan akustik gereja-gereja, perlu juga diperhatikan hakekat

pelayanan keagamaan dalam agama-agama yang berbeda. Karena waktu dengung

reverberation time (RT) optimum akan tergantung pada apakah kotbah ataukah

musik yang dianggap penting dalam suatu kebaktian. Pilihan harus diberikan pada

elemen yang lebih penting karena jarang dimungkinkan untuk menyediakan

kondisi mendengar dengan baik sekali untuk kotbah maupun untuk musik pada

saat yang sama.

2. Letak Mimbar.

Jenis-jenis peletakan mimbar pada beberapa gereja:23

Gambar 3.1. Denah Gereja Hanweiler, Jerman Gambar 3.2. Denah Gereja Planneg, Jerman

Sumber: Data Arsitek, tahun 1990 Sumber: Data Arsitek, tahun 1990

Gambar 3.3. Salah Satu Denah Gereja Di Swedia Gambar 3.4. Denah Gereja Cologne-Riehl, Jerman

Sumber: Dasar-Dasar Arsitektur, tahun 1990 Sumber: Dasar-Dasar Arsitektur, tahun 1990

23 Ernst Neufert, Data Arsitek, terj. Sjamsu Amril (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1990), hal. 184.

25

Page 26: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 3.5. Denah Gereja Corpus Christi, Jerman24

Sumber: Dasar-Dasar Arsitektur, tahun 1990

3. Tempat Duduk Jemaat.25

Gambar 3.6. Tempat Duduk Jemaat

Sumber: Data Arsitek, tahun 1990

Kebutuhan Ruang tiap bangku, tanpa papan untuk berlutut 0,4-0,5m2

Besaran kebutuhan tempat duduk untuk perorangan adalah :

- Lebar antar bangku : 80-90 cm - Panjang kursi : 35 cm

- Tinggi lantai ke bangku : 46 cm - Lebar kursi : 50-55 cm

- Tumpuan kaki : 16 cm - Tinggi kursi : 85 cm

- Tinggi tempat duduk : 46 cm

4. Ukuran Lebar Gang.26

24 Calysvie Yapri dan Sofyan M. Nasir, ed., dasar-Dasar Arsitektur (Bandung: Penerbit M2S, 1990), hal. 139.25 Ernst Neufert, Op. Cit., hal. 185.26 Ibid.

26

Page 27: Bazkara skripsi BAB I-V

A

B

C

D

Gambar 3.7. Ukuran Lebar Tiap Gang

Sumber: Data Arsitek, tahun 1990

Keterangan Gambar:

A. Untuk penggunaan satu bangku dengan panjang sekitar 5 meter

menggunakan satu sirkulasi sebesar 1 meter.

B. Untuk penggunaan satu bangku dengan panjang sekitar 9 meter

menggunakan dua sirkulasi masing-masing sebesar 1 meter.

C. Untuk penggunaan dua bangku dengan panjang masing-masing sekitar 5

meter menggunakan satu sirkulasi sebesar 1,6 meter.

D. Untuk penggunaan dua bangku dengan panjang masing-masing sekitar 9

meter menggunakan tiga sirkulasi, dua sirkulasi sebesar 1,2 meter pada

tepi-tepi bangku dan satu sirkulasi sebesar 1,8 meter berada di tengah-

tengah.

Gang pinggir kurang menguntungkan karena ada pancaran udara dingin

dari dinding bagian dalam. Pada gereja besar gang tengah sangat bermanfaat

untuk iring-iringan upacara, pada saat masuk maupun keluar. Di Inggris tiap

bangku berisi 8-9 orang harus disediakan 1 gang. Bangku yang dapat memuat

lebih dari 10 orang harus diapit yang di kedua ujungnya. Kebutuhan tiap orang

0,63-1,0 m2/tiap orang termasuk ruang gang, kebutuhan ruang pada posisi berdiri

0,25-0,35 m2.

27

Page 28: Bazkara skripsi BAB I-V

3.7. Ruang-Ruang Yang Ditawarkan Pada Gereja

Ruang-ruang yang ditawarkan di dalam bangunan gereja adalah: 27

1. Perkantoran.

Sama halnya dengan kegiatan industri dan pelayanan jasa, kebutuhan

ruang berkembang secara mengejutkan. Kegiatan administrasi dapat dianggap

mempunyai dua komponen, yakni yang mengolah informasi dan yang lain justru

memanfaatkannya. Faktor manusia juga berpengaruh dalam membentuk ketentuan

perancangan yang utama; seperti pekerja-pekerja administrasi umumnya

sepanjang hari berada di tempatnya, sehingga untuk hal tersebut perlu lingkungan

yang menyenangkan dan ruang yang nyaman.

2. Gedung Sekolah Minggu.

Ruang yang dibutuhkan dalam hubungan program dan ukuran sekolah

minggu, adalah:28

Tabel 3.1. Ruang Yang Dibutuhkan Dalam Hubungan

Program Dan Ukuran Sekolah Minggu

Umur Sekolah

Minggu,

1-99

murid

Sekolah

Minggu,

100-299

murid

Sekolah

Minggu, 300-

499 murid

Sekolah

Minggu, 500-

899 murid

Sekolah

Minggu,

lebih

dari 900

murid

Kamar 1,

bayi dan

anak

kecil

yang

baru

belajar

berjalan

Kamar 2,

Dihilangkan

– kecuali

ruang yang

pantas

terpisah dari

ruang yang

ada.

Dihilangkan

– kecuali

ruang yang

pantas

terpisah dari

ruang yang

ada.

Mungkin

disediakan 1

ruang untuk anak

yang baru belajar

berjalan, dengan

mempertim-

bangkan dengan

tempat tidur dan

tempat bermain,

Terpisah dari

tempat tidur dan

tempat bermain.

Terpisah dari

anak kecil yang

baru belajar

berjalan.

Sama

dengan

sekolah

minggu

dengan

ukuran

yang besar.

27 Ernst Neufert, Data Arsitek, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1989), hal. 190.28 John Hancock Callender, Op. Cit., hal. 594.

28

Page 29: Bazkara skripsi BAB I-V

umur 1 ½

tahun dan

2 tahun.

dan lain-lain.

Semuanya di

bawah 18 bulan.

Kamar 3,

umur 3

tahun.

Mungkin

perlu

beberapa

rumah sama

seperi taman

kanak-kanan.

Coba untuk

memisah-kan

bagian ruang,

dan

mengguna-

kan seorang

pengajar.

Pendaftara-an

untuk 8-18

murid. 1

ruang hanya

terdiri dari

anak usia 3

tahun setiap

kelompoknya.

Jika gereja

mendukung

kamar

sekolah setiap

minggunya,

ruang ini dan

taman kanak-

kanak boleh

digunakan.

Pendaftaran

untuk 8-18

murid. 2 ruang.

Ini boleh

digunakan

selama seminggu

oleh orang tua

murid dan lain-

lain, terutama

sekali jika ada

suatu alasan

yang

memisahkan

mereka.

Pendaftaran

untuk 32-52

murid. 3 ruang

yang digunakan

hanya oleh anak

usia 3 tahun, atau

1 ruang yang

digunakan setiap

2-3 sesi.

Hal ini

biasanya

mengguna-

kan dua

sesi.

Taman

kanak-

kanak 1,

2, untuk

usia 4-5

tahun.

Pendaftaran

untuk 12

murid. Ruang

terpisah.

Jangan

memasukkan

murid umur 3

tahun dengan

mengor-

bankan murid

umur 4-5

tahun.

Pendaftaran

untuk 16-25

murid. 1

ruang

digunakan

untuk berdua

selama jam

sekolah

minggu dan

jam gereja;

batas waktu

ditentukan

oleh para

pengguna.

Pendaftaraan

untuk 40-50

murid. 2 ruang,

1untuk umur 4

tahun dan 1 lagi

untuk 5 tahun.

Ini sangat

membantu

mendapatkan

ruang yang

bergandengan

untuk dapat

digunakan oleh

para anak-anak.

Pendaftaraan

64-100 murid.

4 ruang, 2 ruang

untuk murid

umur 4 tahun

dan 2 ruang

untuk murid

umur 5 tahun ;

atau 2 ruang (1

ruang setiap

umur) digunakan

2-3 sesi.

3 sesi akan

menye-

diakan

ruang yang

lebih

mencukupi

setiap

kelompok

umur.

Sumber: Time-Saver Standars For Building Types, tahun 1983

3.8. Kesimpulan

29

Page 30: Bazkara skripsi BAB I-V

Mekanisme pendirian rumah ibadat diatur dalam Bab IV Pasal 13–17.

Pendirian rumah ibadat khususnya gereja, harus memenuhi persyaratan antara

lain:

1. Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit 90 orang.

2. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang.

3. Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.

4. Rekomendasi tertulis dari forum kerukunan umat beragama

kabupaten/kota.

Gereja Kristen yang direncanakan nantinya adalah gereja Kristen yang

bisa menunjang seluruh kegiatan dan aktivitas para jemaat yang berada

didalamnya. Perwujudan dari perancangan gereja diharapkan dapat memberikan

kenyamanan bagi para jemaat terutama pada waktu mereka datang untuk

beribadah.

Dalam mewujudkan kenyamanan pada ruang ibadah tersebut, gereja ini

harus memperhatikan dari segi akustik ruang, peletakan mimbar, pengaturan jarak

bangku yang baik serta memperhatikan lebar gang pada setiap tepi dari

pengaturan jarak bangku tersebut. Pemanfaatan ruang yang baik dapat membantu

para jemaat lebih nyaman dan lebih fokus kepada ibadah yang akan mereka

lakukan serta dapat menampung jumlah pemakai gereja tersebut dengan lebih

efisien.

BAB 4

TINJAUAN TEORITIS BANGUNAN

YANG MEMANFAATKAN

CAHAYA ALAMI

30

Page 31: Bazkara skripsi BAB I-V

4.1. Sejarah Penggunaan Pencahayaan Alami

Hingga pertengahan kedua abad 20 ketika tersedia cahaya lampu pijar dan

murahnya listrik, sejarah penggunaan pencahayaan alami dan arsitektur menjadi

satu.29 Perubahan utama struktur pada bangunan merefleksikan tujuan untuk

meningkatkan jumlah cahaya yang masuk. Karena pencahayaan buatan tidak

terlalu baik dan mahal, bangunan harus memanfaatkan semaksimal mungkin

cahaya alami. Arsitektur Gothic merupakan hasil utama adanya besar jendela

maksimum. Besar dan banyaknya jendela menjadi karakter yang dominan pada

arsitektur Renaissance. Jendela mendominasi fasad, terutama pada daerah iklim

berawan. Sehingga pada abad ke-19, semua bangunan kaca mungkin karena

meningkatnya perkembangan kombinasi kaca dengan cara baru pemakaian besi

pada sistem struktur.

Para pakar arsitektur abad ke-20 meneruskan penggunaan cahaya alami

sebagai kebutuhan fungsional dan dramatisasi. Pada museum Guggenheim di New

York, Frank Lloyd Wright menggunakan cahaya alami untuk pencahayaan karya

seni dengan cahaya tidak langsung dari jendela dan atrium yang tertutup kubah

kaca. Pada Johnson Wax Building di Racine, Wisconsin, ia menciptakan ruang

tanpa kelihatan adanya batas dengan membiarkan cahaya alami masuk terus-

menerus melalui dinding dan tepi atap. Cahaya alami juga masuk melalui skylight

yang mengelilingi kolom berbentuk jamur.

Sejarah singkat ini menggambarkan bagaimana pentingnya peran cahaya

alami pada dunia arsitektur pada masa sekarang dan masa yang akan datang

nantinya.

4.2. Definisi Cahaya Alami

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, cahaya adalah:30

1. Sinar atau terang (dari sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan,

lampu) yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di

sekitarnya.

29 Norbert Lechner, Op. Cit., hal. 410. 30 J. S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, Op Cit., hal. 145.

31

Page 32: Bazkara skripsi BAB I-V

2. Kilau gemerlap (dari emas, berlian): - nya berkilau bagai intan

3. Kejernihan yang terpancar dari muka : - mukanya berseri-seri

4. Bentuk gelombang elektromagnetik dikurun frekuensi getar tertentu

yang dapat ditangkap dengan mata manusia.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, alami adalah bersifat alam. Alam

adalah:31

1. Dunia

2. Kerajaan ; daerah ; negeri ; - Minangkabau

3. Segala yang ada di langit dan di bumi (seperti bumi, bintang-bintang,

kekuatan-kekuatan) - sekeliling

4. Lingkungan kehidupan : - akhirat

5. Segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan dan dianggap sebagai

satu keutuhan : tumbuh-tumbuhan : pikiran

6. Segala daya yang menyebabkan terjadinya dan

seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini :

hukum - ; ilmu

7. Yang bukan buatan manusia : karet –

Jadi, pemanfaatan cahaya alami adalah pemanfaatan sinar atau terang (dari

sesuatu yang bersinar seperti matahari, bulan, dan benda-benda langit lainnya)

yang memungkinkan mata menangkap bayangan benda-benda di langit dan di

bumi.

4.3. Tujuan Pencahayaan Alami

Tujuan umum pencahayaan alami sama seperti cahaya buatan, yaitu

menghasilkan cahaya berkualitas dan efisien serta meminimalkan silau langsung,

lapisan pemantul, dan berlebihnya rasio tingkat terang.

Inti tujuan pencahayaan alami adalah:32

31 Ibid., hal. 19.

32 Norbert Lechner, Op. Cit., hal. 422.

32

Page 33: Bazkara skripsi BAB I-V

1. Mendapatkan cahaya yang masuk lebih dalam ke dalam bangunan dengan

menaikkan tingkat iluminasi dan menurunkan gradien ruang iluminasi

yang melewati ruang.

Gambar 4.1. Cahaya Menimbulkan Gradien Iluminasi

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Keterangan gambar 4.1.

Cahaya dari jendela menimbulkan gradien iluminasi yang berlebihan

dalam ruang ini (area dekat dinding belakang terlalu gelap dibandingkan

dengan yang dekat jendela).

Gambar 4.2. Cahaya Menciptakan Gradasi Iluminasi

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Keterangan gambar 4.2.

Terciptanya penerimaan gradien iluminasi yang lebih banyak.

2. Mengurangi atau mencegah silau langsung yang kurang baik dari jendela

tak terlindungi skylight. Silau ini bertambah buruk jika dinding dekat

jendela tidak teriluminasi.

33

Page 34: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.3. Silau Dari Sebuah Jendela Yang Posisinya Berdekatan Dengan Dinding

Samping Akan Lebih Sedikit Dibanding Jendela Di Tengah Dinding

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

3. Mencegah berlebihnya rasio tingkat terang (terang utama yang disebabkan

oleh sinar matahari langsung)

Gambar 4.4. Kelebihan Rasio Terang Yang Berlebihan

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4. Mencegah atau meminimalkan selubung pemantul (khususnya dari

skylight dan jendela clerestory)

Gambar 4.5. Cahaya Yang Berlebih

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Keterangan gambar 4.5.

Pemantulan terselubung (veiling) merupakan masalah yang sering

ditemukan pada pencahayaan yang berasal dari atas.

4.4. Strategi Dasar Pencahayaan Alami

Berikut ini cara mengumpulkan dan menyiapkan desain pencahayaan

alami, antara lain adalah:33

1. Orientasi.

33 Ibid., hal. 423.

34

Page 35: Bazkara skripsi BAB I-V

Karena banyaknya kegunaan sinar matahari langsung, orientasi ke arah

Utara biasanya merupakan yang terbaik dalam pencahayaan alami. Sisi Utara

sebuah bangunan mendapatkan sinar matahari yang paling konsisten sepanjang

tahun. Orientasi terbaik kedua adalah Selatan karena cahayanya yang konstan.

Walaupun jumlahnya sedikit, kualitasnya tetap baik.

Orientasi yang lain adalah Timur dan Barat. Alasan tidak hanya karena

kedua orientasi ini menerima sinar matahari hanya setengah setiap harinya, tetapi

juga karena sinar matahari berada pada titik maksimal pada saat panas. Masalah

terburuk adalah matahari Timur dan Barat berada sampai posisi rendah langit

sehingga menimbulkan masalah silau dan bayangan.

Aturan Orientasi :

a. Untuk pencahayaan alami ketika panas diharapkan, gunakan jendela

menghadap ke Utara.

b. Untuk pencahayaan alami ketika panas tidak diharapkan, gunakan

jendela yang menghadap Selatan.

c. Untuk pencahayaan alami tanpa harus terjadi silau dan panas berlebih

pada musim panas, kontrolah jendela yang menghadap Timur atau Barat.

2. Pencahayaan melalui atap.

Hanya satu lantai atau lantai teratas dari bangunan bertingkat banyak yang

dapat mengunakan bukaan dari atas. Saat diaplikasikan, bukaan horizontal

menawarkan dua keuntungan penting, yaitu :

a. Mereka membiarkan iluminasi tidak seragam secara adil pada area

interior yang sangat luas, sementara cahaya alami dari jendela terbatas

pada kedalaman 4,5 meter.

Gambar 4.6. Pencahayaan Alami Terbatas Pada Area Sekitar 4,5 Meter

35

Page 36: Bazkara skripsi BAB I-V

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

b. Bukaan horizontal juga menerima lebih banyak cahaya dari pada bukaan

vertikal. Sayangnya, beberapa masalah penting menyertai orientasi ini.

Intensitas cahaya lebih besar pada saat panas. Membuat bayangan pada

bukaan horizontal merupakan hal sulit. Untuk alasan-alasan ini, sering

disarankan untuk menggunakan bukaan vertikal pada atap dalam bentuk

jendela, clerestory, monitor, atau pengaturan seperti gigi gergaji.

Gambar 4.7. Kemungkinan Bukaan Pada Atap Untuk Pencahayaan Alami

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

3. Bentuk.

Bentuk bangunan tidak hanya ditentukan oleh kombinasi bukaan horizontal

dan vertikal, tetapi juga oleh berapa banyak area lantai yang memiliki akses

terhadap pencahayaan alami. Umumnya, pada bangunan bertingkat banyak, 4,5

meter zona perimeter sepenuhnya mendapat cahaya alami, dan 4,5 meter di

atasnya secara parsial.

4. Perencanaan Ruang.

Perencanaan ruang terbuka sangat menguntungkan untuk membawa cahaya

ke dalam interior. Partisi kaca dapat diberi penyelesaian akustik untuk

memperoleh privasi tanpa menghalangi cahaya. Jika atau ketika privasi visual

juga diperlukan, tirai atau kerai yang dapat menutup kaca atau material tembus

cahaya dapat digunakan. Alternarifnya, partisi dapat terbuat dari kaca pada

ketinggian di atas mata.

36

Page 37: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.8. Partisi Kaca Penuh Atau Sebagian Memungkinkan Pinjaman Cahaya

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

5. Warna.

Gunakan warna ringan untuk ruang luar dan ruang dalam guna memantulkan

lebih banyak cahaya pada bangunan dan lebih jauh lagi ke dalam interior, seperti

dalam penyebaran cahaya. Atap dengan warna ringan dapat meningkatkan cahaya

yang dikumpulkan clerestory. Jendela yang berdekatan atau berlawanan dengan

dinding eksterior berwarna ringan akan menerima lebih banyak cahaya alami.

Fasade berwarna ringan penting dalam area urban untuk meningkatkan

kemampuan pencahayaan alami pada lantai.

Interior berwarna terang tidak hanya dapat memantulkan cahaya lebih jauh

ke dalam ruang, tetapi juga menyebarkannya untuk mengurangi bayangan gelap,

silau, dan rasio tingkat terang berlebih. Plafon harus memiliki faktor pemantulan

semaksimal mungkin. Lantai dan beberapa mebel kecil merupakan faktor

pemantul terkecil dan mungkin hanya memiliki sedikit pantulan (lapisan penutup).

6. Bahan Terpisah.

Gunakan bahan terpisah untuk pemandangan dan pencahayaan alami.

Gunakan jendela tinggi, clerestory, atau skylight untuk pencahayaan alami yang

baik, dan gunakan jendela rendah untuk pemandangan. Glazing tinggi harus

bening atau selektif terhadap spektrum yang masuk, sedangkan glazing rendah

harus terlapisi atau memantulkan untuk mengendalikan silau.

4.5. Bukaan Pada Jendela34

4.5.1. Strategi Dasar Jendela

Untuk memahami strategi pencahayaan alami melalui jendela, akan

menguntungkan jika pertama kali mempelajari cahaya dari jendela biasa.

Iluminasi terbesar ada dalam jendela dan berkurang dramatis sampai pada tingkat

yang tidak cukup kegiatan visual.34 Ibid., hal. 426.

37

Page 38: Bazkara skripsi BAB I-V

Pandangan ke langit sering menjadi sumber silau dan sinar matahari

langsung masuk melalui jendela menimbulkan rasio tingkat terang berlebih, juga

menimbulkan panas berlebih selama musim panas. Untuk mengatasi karakter

negatif jendela biasa ini, biasanya strategi berikut harus diperhatikan seperti:

1. Jendela dinding harus tinggi, tersebar merata, dan pada area yang optimal.

Penetrasi cahaya alami ke dalam ruang akan meningkat seiring dengan

tingginya jendela.

Gambar 4.9. Penetrasi Pencahayaan Alami Meningkat Sesuai Dengan Ketinggian Jendela

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Kedalaman yang berguna untuk cahaya alami terbatas 1,5 kali tinggi atas

jendela. Jika memungkinkan, ketinggian plafon harus dapat dinaikkan supaya

jendela dapat lebih tinggi. Area jendela harus sedikitnya 20 persen dari besaran

lantai karena adanya kelebihan panas pada saat panas dan kehilangan panas pada

saat tidak panas. Dengan penggunaan reflektor dan penyebaran cahaya, area

jendela kecil dapat mengumpulkan jumlah cahaya alami yang besar.

2. Jika mungkin, tempatkan jendela pada lebih dari satu dinding.

Hindari pencahayaan unilateral (jendela hanya pada satu sisi dinding), dan

gunakan pencahayaan bilateral (jendela pada dua sisi dinding) untuk penyebaran

cahaya yang jauh lebih baik dan mengurangi silau.

Gambar 4.10. Pencahayaan Unilateral dan Bilateral

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

38

Page 39: Bazkara skripsi BAB I-V

Jendela pada dinding terdekat sangat efektif untuk mengurangi silau. Jendela

pada dinding akan memberi cahaya ke dinding terdekat, oleh karena itu, akan

mengurangi kontras antara setiap jendela dan dinding yang mengelilinginya.

3. Tempatkan jendela dekat dinding interior.

Di sini dinding interior yang dekat jendela akan berfungsi sebagai pemantul

terang cahaya untuk mengurangi cahaya alami langsung yang terlalu kuat.

Gambar 4.11. Distribusi Cahaya Dapat Ditingkatkan Oleh Dinding Samping

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Silau pada jendela juga dikurangi karena berkurangnya rasio tingkat terang

antara jendela dan dinding karena pantulan balik dari dinding di sampingnya.

Gambar 4.12. Silau Dari Sebuah Jendela Yang Posisinya Berdekatan Dengan Dinding

Samping Akan Lebih Sedikit Dibanding Jendela Di Tengah Dinding

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4. Perbesar dinding untuk mengurangi kekontrasan antara jendela dan dinding.

Jendela menghasilkan silau lebih sedikit ketika dinding terdekat tidak terlalu

gelap dibandingkan dengan jendela tersebut. Tepi bulat menghasilkan transisi

tingkat terang yang lebih nyaman bagi mata.

39

Page 40: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.13. Kontras Dikurangi Dengan Cara Menonjolkan Atau Membentuk Lengkung

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

5. Saring cahaya alami.

Sinar matahari dapat disaring dan diperlembut dengan pohon atau beberapa

benda lain seperti teralis dan pembatas tembus pandang. Bukaan tembus pandang

atau penutup yang sangat ringan dapat membuat masalah silau bertambah buruk.

Walaupun mereka menyebarkan sinar matahari langsung, mereka lebih sering

menjadi sumber terang berlebih dalam prosesnya.

Gambar 4.14. Glazing Yang Tembus Cahaya Bisa Menjadi Sumber Silau

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

6. Lindungi jendela dari sinar matahari berlebih pada saat panas.

Idealnya, hanya sejumlah kecil sinar matahari yang diperbolehkan masuk

melalui jendela pada saat panas, tetapi dalam jumlah maksimum pada saat dingin.

Pada setiap waktu, bagaimanapun cahaya seharusnya disebar dengan

memantulkan ke plafon. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, cahaya harus

terlebih dahulu dilindungi sebelum masuk. Overhang pada jendela Selatan dapat

memberikan kita kendali musimam yang ideal. Mereka juga dapat menghilangkan

kelompok sinar matahari, mengurangi silau, dan bahkan mengeluarkan gradien

cahaya yang melewati ruang. Jika sebuah overhang besar digunakan, maka bagian

bawahnya harus berwarna putih untuk memantulkan cahaya permukaan.

40

Page 41: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.15. Overhang Horizontal Yang Besar Dapat Menghalangi Cahaya

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Kisi-kisi horizontal yang dicat warna terang (berwarna cerah) akan

menguntungkan karena mereka mengahalangi sinar matahari langsung, tetapi

masih memantulkan penyebaran sinar.

Gambar 4.16. Kisi-Kisi Horizontal Yang Memancarkan Cahaya

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Panel vertikal di depan jendela dapat menghalangi sinar matahari langsung

sambil menyebarkan pantulan skylight ke jendela.

Gambar 4.17. Bidang Vertikal Yang Menghalangi Cahaya

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

7. Gunakan peneduh yang bergerak.

Lingkungan yang dinamis memerlukan tanggapan dinamis. Variasi

pencahayaan alami khususnya diperlukan terutama pada bagian Timur dan Barat,

dimana bagian tersebut menerima penyebaran cahaya selama setengah hari dan

41

Page 42: Bazkara skripsi BAB I-V

sinar matahari langsung pada setengah hari lainnya. Peneduh bergerak atau

garden dapat menanggapi kondisi ekstrim ini. Untuk mengurangi panas,

pelindung interior atau tirai harus memiliki sifat pemantul yang tinggi, di mana

warna lebih gelap dapat diterima pada ruang luar. Selain itu, seperti yang telah

disebutkan sebelumnya, pelindung akan lebih efektif ketika diletakkan di bagian

luar glazing.

Gambar 4.18. Peneduh Otomatis Pada Fasad Barat Dan Timur

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4.5.2. Strategi Jendela Lanjutan35

Untuk mendapatkan cahaya alami, agar masuk lebih jauh ke dalam

bangunan melalui jendela sementara kualitas cahaya tetap terjaga, dapat dilakukan

dengan memantulkan cahaya alami ke plafon. Bangunan satu lantai, trotoar, jalan,

dan patio dengan warna terang dapat memantulkan cahaya dalam jumlah yang

signifikan ke plafon.

Gambar 4.19. Lantai Beton Yang Berwarna Terang Dapat Memantulkan Cahaya

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Pada bangunan bertingkat banyak, bagian struktur dapat digunakan untuk

memantulkan cahaya dalam ruang. Penutup di bagian bawah dari jendela dapat

efektif, tetapi juga bisa berpotensi menjadi sumber silau

35 Ibid., hal. 430.

42

Page 43: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.20. Bibir Jendela Yang Lebar Bisa Digunakan Sebgai Pemantul

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Light shelf mencegah masalah silau ketika ditempatkan di atas tingkat

mata. Light shelf ini berfungsi sebagai overhang untuk glazing yang lebih banyak

untuk mencegah masuknya sinar matahari langsung yang menghasilkan kumpulan

cahaya matahari. Overhang ini juga dapat meredam silau dengan menghalangi

pandangan dari langit terang pada jendela yang lebih rendah. Silau dari jendela

atas dapat dikendalikan kisi-kisi atau dengan menambahkan Light shelf di

dalamnya.

Gambar 4.21. Light Shelf Yang Ditempatkan Di Atas Pandangan Manusia

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Adanya light shelf ini bukan hanya memperbaiki kualitas pencahayaan

alami, tetapi juga meningkatkan kedalaman zona pencahayaannya.

43

Page 44: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.22. Light Shelf Yang Meningkatkan Zona Pencahayaan

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4.5.3. Material Glazing Jendela

Memilih material glazing yang tepat merupakan hal penting agar desain

pencahayaan alami menjadi sukses. Bahan/material yang digunakan untuk

pemanfaatan cahaya alami di bagi menjadi 2 yaitu yang memantulkan dan yang

meneruskan. Yang Memantulkan terdiri dari:36

1. Spekular:

- Kaca cermin. - Besi yang tahan karat.

- Kromium. - Kaca gelap

- Plastik yang menyerupai logam. - Aluminium proses.

- Aluminium yang halus (polished).

2. Menyebarkan:

- Aluminium proses (processed). - Cat aluminium.

- Aluminium (etched). - Kromium satin.

- Aluminium (brushed).

3. Penyebaran:

- Plesteran putih. - Kaca putih.

- Lapisan porselen. - Terakota putih.

- Batu Kapur. - Cat Putih.

Yang bersifat meneruskan terdiri dari:

1. Kaca:

- Bening. - Kaca pasir.

- Kaca padat buram. - Kaca kabur,

- Kaca gores.36 Ibid., hal. 434.

44

Page 45: Bazkara skripsi BAB I-V

2. Plastik:

- Warna-warni. - Putih.

- Lensa prismatik bening (clear prismatic lens).

3. Marmer.

4. Batu pualam putih.

Glazing transparan memiliki beberapa tipe: bening, berwarna, menyerap

panas, dan spectrally selective (glazing yang memantulkan dapat menghalangi

radiasi inframerah matahari sekaligus dapat menyebarkan radiasi yang dapat

terlihat). Tipe glazing berwarna, menyerap panas, dan memantulkan jarang

diperlukan untuk mengumpulkan cahaya alami karena mereka mengurangi

transmisi cahaya. Dalam pencahayaan alami, mereka kadang-kadang digunakan

untuk mengendalikan silau dengan cara mengurangi perbedaan rasio terang antara

jendela dan dinding. Ketiga tipe glazing ini tidak otomatis menyelesaikan masalah

karena kemungkinan mereka mengurangi terang ruang dalam, sebanyak

mengurangi terang pandangan. Jadi, rasio tingkat terang berkurang sama, seperti

juga silau. Glazing berwarna atau memantulkan dapat meredam silau meskipun

ruang dalam juga diiluminasi oleh sumber lainnya, seperti skylight atau jendela

clerestory, bukan oleh jendela biasa.

Dalam beberapa kasus, pengurangan transmisi pemandangan memperbaiki

masalah silau karena mengurangi terang jendela menjadi lebih dekat terang ruang

dalam. Tentu saja cahaya buatan juga dapat meningkatkan terang dalam, tetapi

menggunakannya untuk meredam silau mengalahkan seluruh ide pencahayaan

alami.

Gambar 4.23. Glazing Berwarna Yang Mengurangi Silau

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

45

Page 46: Bazkara skripsi BAB I-V

Bagian cahaya alami yang sejuk, harus digunakan glazing spectrally

selective apabila yang dibutuhkan banyak cahaya dan sedikit panas.

Gambar 4.24. Glazing Spectrally Selective

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Pada material glazing jendela kita juga menemukan material glass block.

Glass block tidak berguna dalam pencahayaan alami karena mereka menyediakan

sedikit kendali atas arah dan kualitas cahaya. Namun, ada satu tipe glass block

telah dibuat khusus untuk itu. Ia disebut light directing (mengarahkan cahaya)

karena diberi prisma yang merefraksi cahaya menuju plafon untuk penetrasi

cahaya yang dalam dan merata ke dalam ruang.

Gambar 4.25. Glass Block

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4.6. Pencahayaan Atas37

Skylight, monitor, dan clerestory merupakan metode pencahayaan atas.

Keuntungan utama pencahayaan atas ini adalah kemungkinan keseragaman dan

iluminasi tinggi. Sayangnya, pencahayaan ini juga memiliki kerugian. Ini bukan

merupakan strategi yang berhasil pada bangunan yang bertingkat banyak. Karena

tidak dapat memenuhi kepuasan akan kebutuhan pemandangan dan orientasi, ia

harus digunakan sebagai elemen tambahan, bukan pengganti jendela.

37 Ibid., hal. 435.

46

Page 47: Bazkara skripsi BAB I-V

Pencahayaan atas juga merepresentasikan beberapa potensi masalah silau. Seluruh

sumber tersebut berpotensi menjadi sumber pemantul.

Gambar 4.26. Pemantulan Terselubung Bisa Dihindari

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Gambar sebelah kiri di atas adalah pemantulan terselubung yang bisa

dihindari dengan cara menempatkan skylight di luar zona terbuka, sedangkan

gambar sebelah kanan adalah cara menghindari dengan memberikan sistem

penghalang yang dapat mengendalikan silau langsung dalam batas tertentu.

4.6.1. Strategi Skylight

Skylight adalah bukaan berlapis kaca horizontal atau miring pada atap.

Dari bukaan tersebut dapat terlihat bagian langit yang tidak terbatas, dan

akibatnya, memancarkan iluminasi yang sangat tinggi. Karena pancaran sinar

matahari tidak diinginkan pada beberapa objek visual, masuknya sinar matahari

harus disebar dalam berbagai cara. Berikut ini beberapa strategi umum untuk

skylight :

1. Skylight untuk keseragaman cahaya.

Gambar 4.27. Jarak Yang Disarankan Pada Skylight

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

47

Page 48: Bazkara skripsi BAB I-V

2. Gunakan penyebaran bukaan untuk meningkatkan ukuran skylight.

Gambar 4.28. Bukaan Melengkung Lebih Baik Dalam Mendistribusikan Cahaya

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

3. Tempatkan skylight tinggi dalam ruang.

Gambar 4.29. Pada Ruang Yang Tinggi Silau Lebih Sedikit

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4. Tempatkan skylight di dekat dinding.

Gambar 4.30. Skylight Pada Dinding

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

48

Page 49: Bazkara skripsi BAB I-V

5. Gunakan pemantul interior untuk menyebarkan sinar matahari.

Gambar 4.31. Penggunaan Pemantul Interior

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

6. Gunakan skylight dengan kemiringan curam untuk memperbaiki

keseimbangan musim, baik saat panas maupun saat dingin.

Gambar 4.32. Skylight Dengan Kemiringan Curam

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4.6.2. Clerestory, Monitor, Dan Penangkap Cahaya

Clerestory, monitor, dan penangkap cahaya merupakan bagian besar yang

diangkat ke atas atap utama untuk memasukkan cahaya ke pusat ruang. Clerestory

adalah bukaan atas yang mirip jendela. Monitor adalah bukaan atas yang

menghadap ke lebih dari satu arah dan dapat dioperasikan. Sedangkan penangkap

cahaya adalah bukaan atas yang biasanya digunakan jika jendela menghadap

hanya ke satu arah dan berlawanan dengan sisi melengkung untuk merefleksikan

cahaya ke bawah.

49

Page 50: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.33. Clerestory

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Gambar 4.34. Monitor

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Gambar 4.35. penangkap Cahaya

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Keuntungan lain dari tipe pencahayaan atas ini adalah peyebaran cahaya

alami yang dihasilkan karena banyak cahaya yang masuk plafon. Karena cahaya

dengan mudah dapat disebarkan saat di dalam, glazing dapat bersifat transparan.

Beberapa strategi umum untuk clerestory, monitor, dan penangkap cahaya

adalah:38

38 Ibid., hal. 442.

50

Page 51: Bazkara skripsi BAB I-V

1. Orientasi.

Bukaan yang menghadap Utara untuk mendapatkan cahaya paling konstan

sepanjang tahun. Pada iklim panas yang ekstrem, clerestory menghadap Selatan

disarankan, sementara pada daerah iklim panas sebaiknya menggunakan

kombinasi glazing Utara dan Selatan.

2. Pembentukan ruang.

Gambar 4.36. Tipe Jarak Clerestory

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

3. Atap yang memantul.

Gambar 4.37. Keuntungan Pencahayaan Atas

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4. Penghalang penangkap sinar matahari.

Gambar 4.38. Penghalang Pengumpul Sinar Matahari

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

5. Pantulan cahaya ke dinding interior.

51

Page 52: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.39. Dinding Sebagai Pemantul

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4.7. Alat Peneduh

4.7.1. Jenis Alat Peneduh

Peneduh merupakaan strategi kunci dalam mencapai kenyamanan suhu

pada musim panas. Walaupun pemakaian peneduh pada keseluruhan bangunan

sangat menguntungkan, pemakaian peneduh pada jendela-jendela sangatlah

penting. Berikut ini adalah berbagai macam alat peneduh.39

Tabel 4.1. Berbagai Macam Alat Peneduh

No. Gambar

Peneduh

Keterangan Nama Orientasi

Terbaik

Komentar

1.

2.

3.

Overhang

Panel horizontal

Overhang

Louvers horizontal

pada bidang

horizontal

Overhang

Louvers horizontal

pada bidang

vertikal

Selatan,

Barat, dan

Timur

Selatan,

Barat, dan

Timur

Selatan,

Barat, dan

Timur

Menangkap udara

panas

Pergerakan udara

bebas

Memperkecil panjang

pandangan

39 John R. Hoke, ed. Wiley, Architectural Grapic Standar (1998)

52

Page 53: Bazkara skripsi BAB I-V

No. Gambar

Peneduh

Keterangan Nama Orientasi

Terbaik

Komentar

4.

5.

6.

7.

8.

Overhang

Panel vertikal

Sirip

Vertikal

Sirip

Vertikal miring

Eggcrate

(tempat telur)

Eggcrate dengan

sirip mirip

Selatan,

Barat, dan

Timur

Barat, Timur,

dan Utara

Barat, dan

Timur

Barat, dan

Timur

Barat, dan

Timur

Pergerakan udara

bebas dan pandangan

terbatasi

Menghalangi

pandangan

Hanya untuk fasad

bagian utara pada

iklim panas

Miring ke arah Utara

sangat membatasi

pandangan

Untuk iklim yang

sangat panas

Pemandangan sangat

terbatas

Menangkap udara

panas

Pemandangan sangat

terbatas

Menangkap udara

panas

Untuk iklim sangat

panas

Sumber: Architectural Grapic Standars, 1998

53

Page 54: Bazkara skripsi BAB I-V

4.7.2. Orientasi Perangkat Peneduh40

Jendela yang menghadap ke Barat dan Timur menghadapi masalah yang

sulit karena sudut matahari yang rendah pada pagi dan sore hari. Solusi terbaik

sejauh ini adalah dengan pengontrolan pada jendela di bagian Timur dan Barat,

salah satu contohnya dengan menggunakan teritisan horizontal atau sirip vertikal

pada fasad Timur dan Barat.

Gambar 4.40. Denah Lantai Strategi Peneduhan

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Karena pemandangan merupakan prioritas utama untuk semua jendela

maka untuk alasan ini overhang horizontal merupakan pilihan terbaik.

Gambar 4.41. Elemen Kecil Yang Dapat Menghasilkan Naungan

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Skylight (glazing horizontal), menciptakan masalah peneduh yang sulit

karena mereka menghadap matahari langsung hampir selama siang.

40 Norbert Lechner, Op. Cit., hal. 243.

54

Page 55: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.42. GlazingYang Sebaiknya Dihindari

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

Glazing vertikal pada jendela clerestory bisa dilindungi, salah satunya

dengan menggunakan teknik seperti gambar di bawah ini:

Gambar 4.43. Jendela Clerestory Lebih Baik Dari Pada Skylight

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

4.8. Contoh-Contoh Bangunan Yang Memanfaatkan Cahaya Alami

4.8.1. M.I.T Chapel oleh Eero Saarinen41

Gambar 4.44. M.I.T Chapel

Sumber: http://www.galinsky.com/buildings/mitchapel, tahun 2007

41 http://www.galinsky.com/buildings/mitchapel

55

Page 56: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.45. Detail M.I.T Chapel

Sumber: http://www.galinsky.com/

building/mitchapel, tahun 2007

Gambar 4.46. M.I.T Chapel

Sumber: http://www.galinsky.com/buildings/mitchapel, tahun 2007

M.I.T Chapel menggunakan skylight pada bukaan di atas altar. Eero

Saarinen menggunakan bentuk dengan cahaya alami yang menarik karena skylight

di atas altar disesuaikan dengan eggcrates (seperti tempat telur) hitam sehingga

hanya cahaya vertikal yang dapat masuk ke dalam kapel. Cahaya vertikal ini

kemudian dipantulkan ke dalam ruang melalui sculpture yang terbuat dari

reflektor kuningan seperti daun (pada gambar 4.43 di atas).

4.8.2. Church Of The Light oleh Tadao Ando42

Gambar 4.47. Church Of The Light

Sumber: http://www.flaregroup.com/html/imagesarch/ando.jpg, tahun 2007

Pada Church Of The Light, menggunakan bukaan vertikal pada dinding di

belakang altar. Bukaan dinding ini memberi kesan sakral terhadap gereja tersebut,

namun untuk segi fungsional bukaan tersebut sering menyebabkan silau apabila

cahaya yang masuk ke dalam ruangan gereja terlalu berlebih, khususnya pada

siang hari.

4.8.2. Riola Parish Church oleh Alvar Aalto43

42 http://www.flaregroup.com/html/imagesarch/ando.jpg43 http://www.greatbuildings.com/buildings/Riola_Parish_Church.html

56

Page 57: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 4.48. Potongan Parochial44

Sumber: Heating, Cooling, Lighting,

tahun 2007

Gambar 4.49. Interior Gereja Parochial

Sumber: http://www.greatbuildings.com/buildings/Riola_Parish_Church.html, tahun 2007

Pada Gereja Parochial di Riola Italia, menggunakan clerestory pada

bagian atap yang juga dapat digunakan sebagai penangkap cahaya dari luar

bangunan. Gereja ini menggunakan bentangan rangka semen sebagai penopang

atap dan untuk menghalangi silau dari serokan silau dari serokan cahaya.

Gambar 4.50. Eksterior Gereja Parochial45

Sumber: http://www.greatbuildings.com/cgi-bin/gbi.cgi/Riola_Parish_Church.html, tahun 2007

Evaluasi bangunan yang memanfaatkan cahaya alami:

No. Bangunan Arsitek Sumber

Cahaya

Jenis

Bukaan

Kesimpulan

44 Norbert Lechner, Op. Cit., hal. 446.45 http://www.greatbuildings.com/cgi-bin/gbi.cgi/Riola_Parish_Church.html

57

Serokan Cahaya

Page 58: Bazkara skripsi BAB I-V

1. M.I.T

Chapel

Eero

Saarinen

Bukaan

Atap

SkylightBukaan ini akan digunakan

pada desain gereja nantinya.

Agar terkesan sakral maka

bukaan ini akan ditempatkan di

atas altar dan menggunakan

glazing spectrally selective

(glazing yang memantulkan

dan menghalangi radiasi

inframerah matahari sekaligus

menyebarkan radiasi yang

dapat terlihat).

2. Church Of

The Light

Tadao

Ando

Bukaan

Dinding

Vertikal Bukaan vertikal juga

memberikan kesan yang

sakral. Karena segi fungsional

juga harus diperhatikan, maka

bukaan tersebut tidak cocok

untuk diterapkan sebab akan

membuat efek silau terhadap

pemakai bangunan gereja

nantinya.

3. Gereja

Parochial

Alvar

Aalto

Bukaan

Atap

Clerestory

yang juga

bisa digu-

nakan

sebagai

serokan

cahaya.

Bukaan ini juga akan diguna-

kan pada gereja Kristen.

Alasan penggunaan bukaan ini

karena bukaan ini dapat

memasukan cahaya ke dalam

ruangan tanpa menyebabkan

silau.

4.9. Kesimpulan

Dari teori diatas bisa ditarik kesimpulan bahwa:

1. Pencahayaan alami masih dibutuhkan karena:

58

Page 59: Bazkara skripsi BAB I-V

a. Manusia memerlukan dan menikmati kualitas dari cahaya alami.

b. Pencahayaan alami menghemat energi dan dapat mengurangi pemakaian

listrik.

2. Cahaya alami merupakan sumber yang sangat banyak. Pada hari berawan,

iluminasinya di atas 30 kali dari yang dibutuhkan di dalam ruang, dan pada

hari cerah, sekitar 160 kali lebih besar.

3. Pencahayaan Utara adalah yang terbaik karena hangat, banyak, mudah

dikendalikan. Pencahayaan Selatan adalah yang terbaik kedua karena sejuk

dan konstan, namun tidak sebanyak dan sehangat cahaya Utara.

4. Strategi desain pencahayaan alami:

a. Gunakan bentuk bangunan yang dapat memanfaatkan area pencahayaan

alami (misalnya persegi panjang atau atrium).

b. Gunakan bukaan terencana.

c. Letakkan Jendela tinggi pada dinding.

d. Saring cahaya alami untuk mengurangi silau.

e. Gunakan clerestory selatan dengan penghalang cahaya sehingga bebas

silau dan dapat mengumpulkan sinar matahari.

f. Gunakan skylight dengan perlindungan saat panas.

BAB 5

ANALISIS

MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

59

Page 60: Bazkara skripsi BAB I-V

GEREJA KRISTEN INDONESIA DI YOGYAKARTA

5.1. Lokasi

Dalam perencanan dan perancangan Gereja Kristen Indonesia (GKI) di

Yogyakarta, untuk menghasilkan suatu desain yang baik dan benar maka

diperlukan beberapa pendekatan-pendekatan yang memiliki keterkaitan dengan

site dan lokasi terpilih. Hal tersebut dimaksudkan agar adanya pengertian yang

mendasar dalam ide, bentuk dan gagasan yang akan diterapkan dalam

perencanaan tersebut.

5.1.1.Kriteria Pemilihan Lokasi

Dalam pemilihan lokasi ada beberapa kriteria yang harus dijadikan

pertimbangan, antara lain:

1. Tata guna lahan yang cukup luas untuk menampung seluruh kegiatan yang

akan ada nantinya.

2. Memperhatikan arah perkembangan permukiman dan kebutuhan fasilitas

publik di suatu wilayah.

3. Lokasi merupakan tempat yang mudah dijangkau atau tidak jauh dari pusat

kota. Hal ini bermaksud agar, lokasi dapat ditempuh dan diakses dengan

kendaraan pribadi atau kendaraan umum.

4. Terletak di daerah yang mempunyai jaringan infrastruktur yang baik sehingga

memudahkan dalam perencanaan dan perancangan bangunan nantinya.

5. Dalam penyediaan faslitas baru ini hendaknya didukung dengan peraturan-

peraturan pemerintah mengenai ijin penyelenggaraan, pembangunan dan

sebagainya sehingga penyediaan fasilitas baru ini diharapkan menguntungkan

semua pihak dan tidak merugikan penduduk sekitar.

Dari beberapa analisis diatas maka beberapa alternatif lokasi yang

memenuhi syarat diatas antara lain: jalan Nologaten, jalan Seturan, jalan

Babarsari.

60

Page 61: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 5.1. Alternatif Lokasi

Sumber: http://www.googleearth.com, tahun 2007

5.1.2. Lokasi Terpilih

Dari 3 alternatif lokasi di atas, alternatif yang paling sesuai sebagai lokasi

gereja Kristen adalah alternatif yang ke-3 di sekitar jalan Babarsari.

5.2. Site

5.2.1. Kriteria Pemilihan Site

Pendekatan site meliputi:

1. Site terpilih hendaknya memiliki orientasi yang baik dari akses jalan utama

agar mudah dicapai oleh semua pengguna dengan kendaraan pribadi maupun

kendaraan umum.

2. Di sekitar site hendaknya dekat dengan sarana pendukung, seperti:

pemukiman penduduk, fasilitas perdagangan, fasilitas pendidikan dan lain-

lain.

61

Alternatif 1Jln. Nologaten

Alternatif 3Jln. Babarsari

Alternatif 2Jln. Seturan

Page 62: Bazkara skripsi BAB I-V

3. Site terpilih hendaknya dilalui jaringan infrastruktur yang lengkap, sehingga

memudahkan dalam perencanaan dan perancangan bangunan.

4. Kategori site haruslah termasuk dalam lokasi yang didukung oleh peraturan

pemerintah mengenai ijin pembangunan sehingga penyediaan fasilitas baru ini

tidak menggangu kestabilan kegiatan yang ada di sekitar site serta dapat

menguntungkan semua pihak dan tidak merugikan masyarakat sekitar.

Berikut ini adalah tabel jumlah anggota GKI Gejayan pada tahun 2006:46

Tabel 5.1. Jumlah Anggota GKI Gejayan

No. Domisili Jemaat Jumlah

1. Di Sekitar Wilayah Gejayan 178

2. Di Sekitar Wilayah Condong Catur 68

3. Di Sekitar Wilayah Jalan Kaliurang 84

4. Di Sekitar Wilayah Jalan Solo 76

5. Di Sekitar Wilayah Minomartani dan Gebang 129

6. Di Sekitar Wilayah Maguwoharjo 28

7. Di Sekitar Wilayah Sayidan 7

8. Di Sekitar Wilayah Jetis 11

9. Di Sekitar Wilayah Kolombo dan Sagan 33

10. Di Sekitar Wilayah Babarsari dan Seturan 112

11. Di Sekitar Wilayah Jalan Magelang 28

12. Di Sekitar Wilayah Jalan Wonosari 7

13. Di Sekitar Wilayah Tugu 8

14. Di Sekitar Wilayah Baciro dan Timoho 29

15. Di Sekitar Wilayah Bantul 9

16. Di Sekitar Wilayah Tukangan 13

17. Di Sekitar Wilayah Pengok 17

18. Di Sekitar Wilayah Gedung Kuning 9

19. Dan Lain-Lain 17

Jumlah 86346 Data GKI Gejayan (Yogyakarta: GKI Gejayan, 2007)

62

Page 63: Bazkara skripsi BAB I-V

Pria : 421 orang

Wanita : 442 orang

Terbanyak 1

(Di sekitar wilayah Gejayan)

Wilayah Terbanyak 2

(Di sekitar wilayah Minomartani dan Gebang)

Wilayah Terbanyak 3

(Di sekitar wilayah Babarsari dan Seturan)

178

Dalam Persen 20,625

129

Dalam Persen 14,947

112

Dalam Persen 12,977

Sumber: Data GKI Gejayan, 13 September 2007

Keterangan:

Pada daerah terbanyak 1 yaitu di sekitar wilayah Gejayan sudah diwadahi

oleh Gereja Kristen Indonesia (GKI) Gejayan.

Pada daerah terbanyak 2 yaitu di sekitar wilayah Minomartani dan Gebang

sudah diwadahi oleh Gereja Kristen Jawa (GKJ) Minomartani dan Gereja

Kristen Jawa (GKJ) Condong Catur. Walaupun GKJ dan GKI berbeda

namun mereka memiliki banyak kesaamaan dalam cara kebaktiannya, jadi

hal ini yang menyebabkan daerah Minomartani dan Gebang kurang

mendukung dalam pendirian gereja Kristen yang baru.

Pada daerah terbanyak 3 yaitu di sekitar wilayah Babarsari sudah ada

beberapa gereja Kristen seperti Gereja Kristen Nazarene dan Gereja Baptis

Indonesia. Namun karena kedua gereja tersebut memiliki cara ibadah yang

berbeda dengan Gereja Kristen Indonesia, jadi tidak ada salahnya apabila

site gereja Kristen yang dibangun ini nantinya berada di sekitar daerah

Babarsari.

Beberapa pertimbangan di atas ini maka terdapat 3 alternatif site yang

sesuai dengan kriteria pemilihan site, antara lain:

63

Alternatif 1

Alternatif 2

Page 64: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 5.2. Alternatif Site

Sumber: http://www.googleearth.com, tahun 2007

5.2.2. Site Terpilih

Dari analisis di atas site yang sesuai sebagai site Gereja Kristen Indonesia

di Yogyakarta adalah site dengan alternatif 3 yaitu di jalan Babarsari tepatnya di

depan SMP Negeri 4 Depok, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

5.3. Kondisi Site Terpilih

Kondisi site terpilih meliputi keadaan asli yang terdapat pada site meliputi:

kondisi site, dimensi site, batas-batas site, utilitas & peraturan pemerintah.

5.3.1. Kondisi Site

Gambar 5.3. Kondisi Site

Sumber: http://www.googleearth.com, tahun 2007

1. Site terpilih memiliki orientasi yang baik dari jalan utama yaitu jalan

Babarsari, sehingga memudahkan akses keluar masuk bagi penggunanya.

2. Di sekitar site terdapat beberapa sarana pendukung seperti fasilitas pendidikan

(SMP 4 Depok, universitas YKPN, universitas Atmajaya, universitas UPN,

64

Alternatif 3

U

Page 65: Bazkara skripsi BAB I-V

dan lain-lain), fasilitas komersil (ruko, warung makan, sport center, dan lain-

lain), pemukiman penduduk, rumah-rumah kos dan sebagainya. Hal ini bisa

menjadi sisi positif dalam peningkatan jemaat gereja Kristen tersebut.

3. Adanya jaringan infrastruktur yang baik dan layak pada daerah sekitar site,

sehingga memudahkan dalam perencanaan & perancangan, antara lain: jalan

di sekitar site yang sudah diaspal, jaringan air bersih, adanya aliran listrik,

saluran telepon, saluran real kota, dan sebagainya.

5.3.2. Dimensi Site Terpilih

Gambar 5.4. Dimensi Site

Sumber: Data Dari Analisis Penulis

5.3.3. Batas-Batas Site Terpilih

65

Dimensi site:

Utara : 92 m

Barat : 76 m

Selatan : 46 m

Timur (a) : 49 m

Timur (b) : 47 m

Luas Site Keseluruhan : 6.360 m2 Batas-batas site terpilih:

Utara : Jalan Babarsari

Selatan : Permukiman penduduk

Barat : Pemukiman penduduk dan sawah

Timur : Resto Panggon Ijo

U

Page 66: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 5.5. Batas Site Terpilih

Sumber: Data Dari Analisis Penulis

5.4. Kegiatan Yang Diwadahi Di Dalam Gereja Kristen

Seperti telah di bahas dalam bab 2 dan bab 3, Gereja Kristen Indonesia

yang memenuhi standar ini akan mewadahi empat kelompok kegiatan yaitu:

1. Kegiatan Utama

Kegiatan yang dianggap paling penting karena di dalamnya terdapat kegiatan

untuk beribadah kepada Tuhan Yesus Kristus. Kegiatan beribadah ini

berhubungan dengan mendengarkan firman, membaca alkitab, membaca kidung

pujian, berdoa, bersekutu dll. Kegiatan ini diwadahi oleh bangunan inti yaitu

berupa gedung gereja itu sendiri.

2. Kegiatan Penunjang

Kegiatan penunjang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendukung

kegiatan-kegiatan yang ada di dalam gedung gereja sehingga semua kegiatan yang

dilakukan di dalam gedung gereja dapat berjalan dengan baik. Kegiatan ini

diwadahi oleh beberapa ruang-ruang, seperti: ruang sekolah minggu, ruang rapat,

kantor administrasi, perpustakaan kecil, toko buku (merupakan kebutuhan di

Yogyakarta dan juga di Indonesia, yang di dalamnya di isi dengan penjualan

buku-buku, kaset atau CD rohani, aksesoris Kristen dan lain-lain), ruang studio,

ruang konsistori, ruang koster dan lain-lain.

3. Servis

Servis merupakan bagian yang bekerja dan bertanggung jawab terhadap

pelayanan dan pemeliharaan gedung gereja. Servis ini meliputi: dapur, toilet, dan

parkir.

66

U

Page 67: Bazkara skripsi BAB I-V

5.5. Besaran Ruang

Karena di daerah Babarsari sudah terdapat 2 gereja Kristen yaitu Gereja

Kristen Nazarene dan Gereja Baptis Indonesia, maka kapasitas jemaat yang akan

diwadahi pada Gereja Kristen Indonesia yang akan dibangun nantinya adalah:

Gereja Kristen Nazarene memiliki jumlah jemaat sekitar 650 orang

Gereja Baptis Indonesia memiliki jumlah jemaat sekitar 50 orang

Gereja Kristen memiliki keunikan berbeda dibandingkan tempat ibadah

lain, maksudnya disini adalah bahwa setiap anggota jemaat pada suatu gereja

belum tentu akan melakukan ibadahnya di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini

dikarenakan bahwa setiap gereja memiliki kekhasan tertentu dalam hal

kebaktiaan. Dengan demikian jumlah pemeluk yang berjumlah 2.202 orang di

sekitar Babarsari tidak seluruhnya akan melakukan kebaktian di gereja-gereja

yang ada pada daerah Babarsari. Jadi 10 persen dari jumlah 2.202 yaitu sekitar

220 orang akan melakukan kebaktian di gereja yang menurut mereka cocok

dengan cara ibadah yang mereka inginkan.

Dengan demikian jumlah jemaat yang nantinya akan melakukan kegiatan

pada gereja Kristen yang berada di daerah babarsari adalah:

Jadi, asumsi jumlah jemaat yang akan melakukan kebaktian di Gereja

Kristen Indonesia yang baru sebanyak 1.300 orang. Karena akan diadakan Tiga

kali (3X) yaitu pada jam 06.00 WIB, 08.00 WIB dan 10.00 WIB, maka 1.300

orang : 3 = 434 orang tiap kali kebaktiannya.

Tabel 5.2. Kebutuhan Ruang

Kelompok

Kegiatan

Jenis

Kegiatan

Kebutuhan

Ruang

Kapasita

s

Standar

(m2)

Jumlah

Ruang

Total

Besaran

Ruang (m2)

Ibadah Gereja 434 1,8/Orang 1 785

67

- Jumlah keselurah pemeluk agam Kristen : 2.202 orang

- Jumlah jemaat Gereja Kristen Nazarene : 650 orang

- Jumlah jemaat Gereja Baptis Indonesia : 50 orang

- Jumlah jemaat yang akan melakukan kebaktian di tempat lain : 202 orang

1300 orang

Page 68: Bazkara skripsi BAB I-V

Kegiatan

Utama

Orang

Sirkulasi 30 % 235,5

Total Kegiatan Utama 1.020.5

Kegiatan

Penunjang

Bekerja Ruang

Konsistori

3 Orang 15 1 15

Ruang

Administrasi

4 Orang 30 1 30

Ruang Kantor

Pendeta

4 Orang 36 1 36

Ruang Koster

(kamar mandi)

2 Orang 42 1 42

Sirkulasi 30 % 36,9

Belajar Ruang

Kelas

10 Orang 42 3 126

Perpustakaan 3 Orang 15 1 15

Toko

Buku

30 Orang 1,8/Orang 1 48

Studio

Musik

8 Orang 30 1 30

Sirkulasi 30 % 65,7

Total Kegiatan Penunjang 444,6

Servis

Servis

Dapur 2 Orang 6 1 6

Gudang 2 Orang 12 1 12

Ruang

Peralatan

2 Orang 10 1 10

Pos

Satpam

1 Orang 4 2 8

WC

Pria

7 Urinoir,

6 toilet

36 - 36

WC

Wanita

8 Toilet 30 - 30

Parkir Mobil 1 Mobil 12,5 26 325

68

Page 69: Bazkara skripsi BAB I-V

Parkir Motor 1 Motor 3 150 450

Sirkulasi 30 % 263,1

Total Servis 1.140,1

Total Keseluruhan Bangunan 2.605,2

Pembulatan Total Bangunan 2.606

Luas Site 6.360

KDB 70 % ( 70 x 6360 : 100) 4.452

Sumber: Data Arsitek Dan Analisis Penulis

Keterangan:

Karena total luas bangunan 2.606 m2 dan luas site 6.360 m2, maka sesuai dengan

batas KDB (koefisien dasar bangunan) jadi tidak perlu dibangun lebih dari 1

lantai.

5.6. Analisis Penzoningan

Pembagian penzoningan di dalam gereja Kristen ini akan dibagi berdasarkan

kegiatan/fungsi ruang yang secara garis besar sudah dibahas. Yang terdiri atas zona

utama (gereja itu sendiri), zona penunjang (ruang konsistori, ruang administrasi,

ruang kantor pendeta, ruang koster gereja, ruang kelas, perpustakaan, toko buku,

dan studio musik) dan zona servis (dapur, gudang peralatan, gudang, pos satpam,

WC pria, WC wanita, parkir mobil, dan parkir motor).

69

Utama

- Gereja

Penunjang

- Ruang Konsistori- Ruang Administrasi- Ruang Kantor Pendeta- Ruang Koster- Ruang Kelas- Perpustakaan - Toko Buku- Studio Musik

Servis

- Dapur- Ruang Peralatan- Gudang- Pos Satpam- Toilet- Parkir

Gereja Kristen Indonesia

Page 70: Bazkara skripsi BAB I-V

Diagram 5.1. Zona Pembagiaan Kegiatan/Fungsi Ruang

Sumber: Analisis Penulis

Berikut kriteria penzoningan, diantaranya adalah:

Zona Utama : Harus terletak di depan massa bangunan yang lain, karena pada

zona ini merupakan pusat segala kegiatan di dalam suatu gereja

Kristen. Zona utama ini juga harus memiliki fasad dan desain

yang lebih menarik dibandingkan zona-zona lainnya.

Zona Penunjang : Zona penunjang ialah zona yang terdiri atas semua fasilitas-

fasilitas penunjang pada suatu gereja Kristen. Keseluruhan

fasilitas pada zona ini berfungsi untuk menunjang segala

kegiatan pada zona utama yaitu gedung gereja. Pada zona

penunjang ini umumnya tidak mempunyai batas yang pasti. Hal

ini dikarena bahwa fasilitas-fasilitas yang ada pada zona

penunjang terletak disekitar zona utama dan fungsi zona

penunjang adalah untuk memudah dalam pengaksesan dari

zona utama.

Servis : Servis ialah semua kegiatannya yang terdiri atas pemeliharaan,

pelayanan, perawatan, dan pengawasan bangunan. Semua

fasilitas-fasilitas servis pada gereja Kristen ini berfungsi untuk

menunjang segala aktifitas-aktifitas pada zona utama dan pada

zona penunjang. Pelaku kegiatan servis ini antara lain, petugas

kebersihan, petugas keamanan, petugas parkir, office boy dan

bisa juga diambil alih oleh koster gereja. Karena fungsi dari

70

Page 71: Bazkara skripsi BAB I-V

Entrance

servis ini sebagai pemeliharan, pelayanan, perawatan dan

pengawasan bangunan, jadi untuk peletakan zona servis ini

diharapkan berada ditempat strategis pada zona utama dan zona

penunjang di dalam suatu gereja.

Gambar 5.6. Analisis Penzoningan

Sumber: Data Dari Analisis Penulis

5.7. Analisis Sirkulasi

5.7.1. Pencapaian Ke Site

Pencapaian ke site dapat dilakukan dari arah timur atau dari arah barat.

Dari arah timur melalui jalan Babarsari sedangkan dari arah barat bisa di akses

melalui jalan Seturan dan jalan Kapas Kledokan. Sirkulasi kendaraan pada jalan

ini terdiri dari dua arah, dengan pencapaian ke site yang dapat dilakukan oleh

angkutan kota (angkot), becak, ojek, maupun kendaraan pribadi, ataupun dengan

berjalan kaki.

Entrance dan exit pada site dipisahkan. Hal ini dikarenakan untuk

mempermudah jalur sirkulasi kendaraan keluar ataupun masuk site dan untuk

meminimalkan kemacetan di sekitar bangunan gereja Kristen. Untuk entrance

(jalan masuk ke dalam bangunan), pada gereja Kristen ini menggunakan satu

71

U

Keterangan:

Servis (Pos Satpam)

Zona Utama

Zona Penunjang

Servis (Area Parkir)

Servis

U

Page 72: Bazkara skripsi BAB I-V

Entrance

Entrance

macam, yaitu berdekatan dengan pos satpam (di sebelah Timur). Kemudian untuk

exit (jalan keluar dari dalam bangunan) gereja Kristen ini juga menggunakan satu

macam yaitu di antara entrance pejalan kaki dan di dekat area parkir mobil.

Gambar 5.7. Analisis Posisi Entrance Dan Exit

Sumber: Analisis Penulis

Gambar 5.8. Analisis Sirkulasi Kendaraan Dari Arah Barat

Sumber: Analisis Penulis

72

Exit

Exit

Exit

Page 73: Bazkara skripsi BAB I-V

Entrance

Gambar 5.9. Analisis Sirkulasi Kendaraan Dari Arah Timur

Sumber: Analisis Penulis

Gambar 5.10. Analisis Sirkulasi Pejalan Kaki

Sumber: Analisis Penulis

5.8. Penggunaan Vegetasi

Vegetasi pada tapak di sekitar bangunan dapat membentuk dan

membangun suasana yang mendukung fungsi di dalam bangunan. Selain itu,

penataan vegetasi di sekitar site memiliki bermacam-macam fungsi diantaranya:

1. Sebagai Penyaring Udara Dan Penyejuk Bangunan

73

PejalanKaki

Exit

Page 74: Bazkara skripsi BAB I-V

Vegetasi menyerap karbon dioksida dari udara di sekitarnya, lalu karbo

dioksida tersebut menghasilkan oksigen, dimana oksigen adalah zat yang

dibutuhkan manusia untuk melakukan pernapasan. Air yang secara teratur

menguap dari dedaunan akan aktif membersihkan udara kotor akibat polusi dan

bahan-bahan kimia. Bayangan yang diakibatkan oleh pohon-pohon besar yang

berada di sekitar bangunan dapat juga memberikan rasa peneduh kepada orang

yang berada disekitar pohon tersebut sehingga panas dan cahaya matahari yang

masuk dapat lebih dicegah dan terkontrol.

Gambar 5.11. Vegetasi Sebagai Penyaring Udara

Sumber: Analisis Penulis

2. Sebagai Pembatas Site

Vegetasi juga dapat digunakan untuk mempertegas batasan antara site

dengan lingkungan di sekitarnya. Untuk pembatas site, biasanya menggunakan

vegetasi yang cenderung memiliki tubuh yang tinggi dan usia yang cukup lama

(hal ini dikarenakan untuk mempermudah dalam perawatan). Contoh

74

Keterangan:Sebagai Penyaring Udara

Page 75: Bazkara skripsi BAB I-V

vegetasinya antara lain: walisongo (schefflera spesies), kerai payung (filicium

decipiens), ketapang (terminalia catappa), daun saputangan (maniltoa

gemmipara), glodokan (polyalthia longifolia) dan lain-lain.

Gambar 5.12. Vegetasi Sebagai Pembatas Site

Sumber: Analisis Penulis

3. Vegetasi Sebagai Pengarah Sirkulasi

Vegetasi juga dapat difungsikan sebagai pengarah sirkulasi bagi pengguna

kendaraan bermotor ke area parkir. Untuk pengarah sirkulasi ini disarankan agar

menggunakan vegetasi yang cenderung lebih kecil, hal ini bertujuan untuk

memudahkan mobilitas kendaraan yang ada pada area parkir.

75

Keterangan:Sebagai Pembatas Site

Page 76: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 5.13. Vegetasi Sebagai Pengarah Sirkulasi

Sumber: Analisis Penulis

5.9. Gubahan Massa

Pengolahan dan perencanaan gubahan masa di dalam site terdiri dari dua

macam jenis, yaitu:

5.9.1. Jumlah Massa

1. Massa bangunan yang digunakan yaitu massa majemuk. Dimana di dalam

satu site terdiri lebih dari satu macam massa bangunan dan terdapat beberapa

bentuk yang saling berhubungan.

2. Karakter dari massa majemuk yaitu memiliki kualitas yang sama antar

bangunan di dalam site. Maksudnya di sini adalah setiap bangunan memiliki

hubungan yang erat antar massa yang satu dengan massa yang lain, sehingga satu

sama yang lain saling mendukung dan menunjang.

3. Bentukan massa mempertimbangkan kondisi lingkungan di sekitar site,

maupun site itu sendiri. Pengolahan gubahan massa dapat dilakukan antara lain

dengan menyesuaikan bentuk bangunan terhadap bentuk site.

76

Keterangan:Sebagai PengarahSirkulasi BagiPenggunaKendaraanBermotor ke AreaParkir

Page 77: Bazkara skripsi BAB I-V

Gubahan massa pada umumnya berasal dari 3 macam bentuk, yaitu segi

tiga, segi empat, dan lingkaran.

Gambar 5.14. Bentuk Massa Majemuk

Sumber: Analisis Penulis

+ =

Gambar 5.15. Proses Gubahan Massa Majemuk 1

Sumber: Analisis Penulis

+ =

Gambar 5.16. Proses Gubahan Massa Majemuk 2

Sumber: Analisis Penulis

+ =

Gambar 5.17. Proses Gubahan Massa Majemuk 3

Sumber: Analisis Penulis

5.9.2. Pola Penataan

Metode penataan gedung gereja secara cluster dimana kelompok massa

mengacu pada ruang-ruang yang memiliki kedekatan hubungan atau bersama-

77

Page 78: Bazkara skripsi BAB I-V

sama memanfaatkan satu ciri atau hubungan tertentu. Seperti: gedung gereja

dikelompokkan pada zona utama; ruang peralatan, ruang konsistori, ruang

administrasi, ruang kantor pendeta, ruang koster gereja, ruang kelas,

perpustakaan, toko buku, dan studio musik dikelompokkan pada zona penunjang;

sedangkan dapur, gudang, pos satpam, WC pria, WC wanita, parkir mobil, dan

parkir motor dikelompokkan pada zona servis.

5.10. Orientasi Bangunan (View Dari Luar Site)

Orientasi bangunan gereja Kristen ini nantinya akan menghadap Utara.

Hal ini dikarenakan pencapaian pada site dilalui dari sisi Utara, sehingga sisi

Utara dari bangunan gereja Kristen ini diharapkan bisa menjadi nilai positif. Nilai

positif di sini bermaksud dapat menarik rasa keingintauan orang yang baru

pertama kali melihat bangunan gereja Kristen. Dan mudah-mudahan rasa

keingintauan itu menyebabkan mereka beribadah di dalam gereja Kristen tersebut.

Utara

Gambar 5.18. Orientasi Bangunan (View Dari Luar Site)

Sumber: Analisis Penulis

5.11. Orientasi Bangunan Dengan Pemanfaatan Cahaya Alami

Karena banyaknya kegunaan sinar matahari yang dibutuhkan, orientasi ke

arah Utara biasanya merupakan yang terbaik dalam pencahayaan alami. Selain itu

78

Page 79: Bazkara skripsi BAB I-V

pada sisi Timur bangunan akan mendapatkan intensitas cahaya yang lebih banyak

dikarenakan bentang panjang bangunan yang mengarah ke Selatan dan Utara.

Utara

Gambar 5.19. Orientasi Bangunan Dengan Pemanfaatan Cahaya Alami

Sumber: Analisis Penulis

5.12. Ide Bangunan Dengan Pemanfaatan Cahaya Alami

5.12.1. Bentuk Denah Bangunan

79

Keterangan:Sisi bagian Timurdiharapkan mendapatkan Intensitas cahaya yang lebih banyak.

Page 80: Bazkara skripsi BAB I-V

Karena jendela yang menghadap ke Barat dan Timur menghadapi masalah

yang sulit karena sudut matahari yang rendah pada pagi dan sore hari. Solusi

terbaik sejauh ini adalah dengan mengontrol jendela di bagian Timur dan Barat.

Untuk tetap mengontrol sinar matahari yang masuk maka bentuk denah bangunan

yang digunakan nantinya adalah:

Gambar 5.20. Bentuk Denah Bangunan

Sumber: Analisis Penulis

Pintu Masuk

Pintu Masuk Utama

Pintu Masuk

Gambar 5.21. Perspektif Bentuk Denah Bangunan

Sumber: Analisis Penulis

Sirip-sirip vertikal di atas selain untuk mengontrol cahaya sinar matahari

yang masuk, bisa juga difungsikan sebagai pintu masuk ke dalam bangunan

gedung gereja.

5.12.2. Penggunaan Warna Dan Material Pada Bangunan Utama

Untuk memperoleh sinar matahari yang lebih berkualitas pada lantai

80

Page 81: Bazkara skripsi BAB I-V

sebaiknya menggunakan warna yang lebih gelap (karena warna gelap tingkat

pemantulannya kecil) dari pada warna interior yang terdapat di dalam gedung

gereja tersebut. Selain itu warna gelap juga dapat menyerap suara (hal ini baik

bagi gedung gereja, karena secara tidak langsung gedung gereja membutuhkan

akustik yang cukup baik). Untuk material sebaiknya menggunakan material yang

sifatnya tidak memantulkan cahaya. Biasanya material yang licin dan mengkilap

tingkat pemantulannya lebih tinggi jika dibandingkan dengan material yang kasar

atau memiliki tekstur. Penggunaan material yang kasar juga membuat kita merasa

aman karena nyaman jika diinjak sehingga membuat kita tetap aman dan

mengurangi resiko tergelincir (khususnya para wanita yang menggunakan sepatu

dengan hak tinggi).

Berikut adalah berbagai macam contoh material yang kasar dan yang

berwarna agak gelap:

Gambar 5.22. Material (Stucco) Gambar 5.23. Material (Stone Walk)

Sumber: Sketch Up Components Sumber: Sketch Up Components

81

Page 82: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 5.24. Material (Ashlar Stone) Gambar 5.25. Material (Stone )

Sumber: Sketch Up Components Sumber: Sketch Up Components

Gambar 5.26. Material ( Stone Walk )

Sumber: Sketch Up Components

5.12.3. Penggunaan Pola Lantai Baik Pada Eksterior Maupun Interior

5.12.3.1. Untuk Eksterior

Gambar 5.27. Pola Lantai Eksterior

Sumber: Analisis Penulis

82

Page 83: Bazkara skripsi BAB I-V

5.12.3.2.1. Untuk Interior

Gambar 5.28. Pola Lantai Interior

Sumber: Analisis Penulis

5.12.3.2.2. Untuk Interior

Gambar 5.29. Pola Lantai Interior

Sumber: Analisis Penulis

5.12.4. Ide Bukaan Atap Pada Bangunan

Ide bukaan atap pada bangunan gereja merupakan hal yang sangat penting,

mengingat gereja ini membutuhkan cahaya yang sangat berkualitas untuk

menunjang kegiatan yang ada di dalam gereja. Selain dapat menghemat

penggunaan energi khususnya listrik, hal ini dimaksudkan agar cahaya tersebut

bisa membantu para penggunan gereja (pendeta, majelis, pemandu nyanyian, para

jemaat dll) untuk melakukan kegiatan yang ada di dalam gereja seperti, membaca

kitab suci, membaca kidung pujian atau bahkan untuk melihat pendeta pada saat

kotbah. Dengan adanya cahaya, jemaat juga diharapkan dapat merasakan

kedekatan psikis maupun psikologis pada saat mereka beribadah di dalam gereja

tersebut.

83

Page 84: Bazkara skripsi BAB I-V

Berikut adalah jenis bukaan yang akan digunakan pada bagian atap:

5.12.4.1. Jenis Skylight

Skylight di atas altar disesuaikan

dengan eggcrates (seperti tempat

telur) hitam, sehingga hanya cahaya

yang vertikal yang dapat masuk.

Gambar 5.30. M.I.T Chapel

Sumber: http://www.galinsky.com/buildings/mitchapel, tahun 2007

Cahaya kemudian dipantulkan

ke dalam ruang melalui sculpture

yang terbuat dari reflektor

kuningan seperti daun.

Gambar 5.31. Detail M.I.T Chapel

Sumber: http://www.galinsky.com/building/mitchapel, tahun 2007

5.12.4.2. Jenis Clerestory Yang Juga Bisa Digunakan Sebagai Penangkap

Cahaya

Penggunaan clerestory sebagai

serokan cahaya pada bukaan atap

memiliki tujuan untuk mengontrol sinar

matahari yang masuk ke dalam

bangunan. Selain itu bukaan dengan

jenis ini juga menghalangi silau yang

masuk pada bangunan.

Gambar 5.32. Potongan Gereja Parochial

Sumber: Heating, Cooling, Lighting, tahun 2007

84

Page 85: Bazkara skripsi BAB I-V

5.12.5. Pengadaan Cahaya Buatan

Pada aspek pencahayaan di dalam gedung gereja ini tidak seutuhnya

menggunakan sistem pencahayaan alami. Hal ini dikarenakan apabila sewaktu-

waktu terjadi kondisi yang tidak memungkinkan, misalnya pada saat hujan atau

matahari masih tertutup oleh awan. Gereja tersebut pasti tidak dapat berfungsi

dengan baik Untuk itu, adanya penggunaan pencahayaan buatan di dalam gedung

gereja akan sangat membantu segala aktivitas di dalam gedung gereja. Sehingga

dalam kondisi cuaca apapun aktivitas ibadah atau yang lainnya bisa dilaksanakan

dengan baik tanpa harus bergantung pada cuaca atau suasana apapun.

5.13. Analisis Sistem Utilitas

5.13.1. Sistem Penyaluran Air

5.13.1.1. Sistem Penyaluran Air Bersih

Penyediaan air bersih bagi bangunan gereja Kristen diperoleh dari dua

sumber, yaitu melalui perusahaan daerah air minum (PDAM) dan dari sumur air

bersih. Penggunan dua sumber ini beralasan apabila salah satu dari PDAM atau

sumur rusak maka gereja Kristen ini masih memiliki cadangan sumber penyediaan

air bersih yang lainnya. Secara umum, kedua sumber air bersih ini memiliki

fungsi yang sama yaitu dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari (mandi,

mencuci, menyiram tanaman, mengisi kolam pada taman dan lain-lain).

Pendistribusian air bersih pada bangunan gereja Kristen ini menggunakan bak

tampung bawah dan bak penampungan di atas (water tower sebagai tangki-tangki

penyimpanan air sampai batas tertentu) untuk selanjutnya dialirkan ke masing-

masing ruang yang membutuhkan seperti, kamar mandi, kolam, dapur dan lain-

lain.

85

Page 86: Bazkara skripsi BAB I-V

Diagram 5.2. Sistem Penyaluran Air Bersih

Sumber: Analisis Penulis

PDAM Hydrant

Sumur Air Bersih

Bak Penampungan

Water BawahTower

Gambar 5.33. Sistem Penyaluran Air Bersih

Sumber: Analisis Penulis

5.13.1.2. Sistem Penyaluran Air Kotor Dan Air Hujan

PDAM

Sumur

Bak Penampungan

Bawah

Water Pump

Dapur

WaterTower

Wastafel

Kran

WC

Hydrant

Penyemprot

Taman

86

Page 87: Bazkara skripsi BAB I-V

Sistem penyaluran air koor dan air hujan dari beberapa tempat di dalam

bangunan, seperti: WC, tempat cuci dan dapur biasanya dialirkan ke riol kota

melalui jaringan bak kontrol, septic tank dan sumur peresapan. Sedangkan air

hujan dialirkan melalui bak kontrol ke sumur peresapan kemudian langsung ke

riol kota.

D

iagram 5.3. Sistem Penyaluran Air Kotor Dan Air Hujan

Sumber: Analisis Penulis

Riol Kota

Bak Kontrol Septictank

Gambar 5.34. Sistem Penyaluran Air Kotor Dan Air Hujan

Septic Tank

Sumur Peresapan

WC

Bak Kontrol

Wastafel

Bak Kontrol

Dapur Talang Air

Bak Kontrol

Riol Kota

87

Page 88: Bazkara skripsi BAB I-V

Sumber: Analisis Penulis

5.13.2. Sistem Jaringan Listrik

Sumber aliran listrik diperoleh dari dua sumber, yaitu jaringan listrik PLN

(main electric power supplay) dan generator set (genset) sebagai secondary power

supplay, dimana semuanya disediakan terintegrasikan dengan fungsi bangunan.

Dengan prinsip distribusi menggunakan panel pada setiap bangunan (bangunan

majemuk), diharapkan akan mempermudah pemeliharaan dan memperkecil

terjadinya gangguan hubungan arus pendek pada gedung gereja Kristen.

Diagram 5.4. Sistem Jaringan Listrik

Sumber: Diktat Kuliah Utilitas

Genset digunakan pada saat terjadi putusnya hubungan listrik pada waktu-

waktu yang tidak ditentukan dari sumber listrik PLN. Mengingat genset sebagai

sumber lisrik cadangan yang selalu menimbulkan efek bising. Untuk itu

peletakkannya juga harus sesuai dengan lahan atau tempat yang memiliki daya

serap atau daya gangguan yang sangat kecil terhadap aktivitas di dalam bangunan

gereja Kristen. Salah satu tempat yang mungkin menjadi alternatif penyimpanan

genset adalah di ruang gudang.

88

Sub Panel

Sub Panel

Sub PanelAlat Pemindah

Listrik Otomatis

Panel Utama

PLN

Genset

Page 89: Bazkara skripsi BAB I-V

PLN

Panel Utama

Genset

Sub Panel

Sub Panel

Sub Panel

Gambar 5.35. Sistem Jaringan Listrik

Sumber: Analisis Penulis

5.13.3. Sistem Penaggulangan Bahaya Kebakaran

Bahaya kebakaran adalah bahaya yang ditimbulkan oleh adanya nyala api

yang tidak terkendali, sehingga dapat mengancam keselamatan nyawa manusia

maupun harta benda yang berada di dalam bangunan. Bahaya kebakaran bisa

disebabkan oleh: api rokok, konsleting listrik, bahan gas, minyak dan sebagainya.

Bahaya kebakaran ini perlu segera ditanggulangi dengan cara pemadam,

antara lain:

1. Penguraian: memisahkan benda-benda yang mudah terbakar.

2. Pendinginan: penyemprotan air pada benda-benda terbakar.

3. Isolasi: menyemprotkan bahan-bahan kimia.

Untuk penanggulangan bahaya kebakaran yang mungkin terjadi pada

bangunan gereja Kristen ini, digunakan sistem deteksi awal bahaya (Early

Warning Fire Detection), yang secara otomatis memberikan alarm bahaya atau

langsung mengaktifkan alat pemadam.

89

Page 90: Bazkara skripsi BAB I-V

Diagram 5.5. Sistem Penanggulan Bahaya Kebakaran

Sumber: Utilitas Bangunan

Sistem deteksi awal terdiri dari: 47

1. Alat deteksi asap (smoke detector)

Mempunyai kepekaan yang tinggi dan akan memberikan alarm bila terjadi

asap di ruang tempat alat itu dipasang

2. Alat deteksi nyala api (flame detector)

Dapat mendeteksi adanya nyala api tidak terkendali dengan cara menangkap

sinar ultra violet yang dipancarkan nyala api tersebut.

3. Alat deteksi panas (heat detector)

Dapat membedakan adanya bahaya kebakaran dengan cara membedakan

kenaikan temperature (panas) yang terjadi di ruangan.

Jika terdeteksi adanya panas, nyala api, ataupun asap yang terjadi akibat

bekerjanya sistem deteksi awal tersebut, maka terdapat sinyal listrik yang

47 Ir. Hartono Poerbo, M. Arch, Utilitas Bangunan (Jakarta: Djambatan, 1998), hal 72-73.

Alat Pemadam Aktif

Alat Deteksi

Sistem Start

Manusia

Panel Alarm

Api

Alat Pemadam Aktif

Alat Deteksi

Sistem Start

Panel Alarm

Api

Sistem Semi Otomatis Sistem Otomatis

90

Page 91: Bazkara skripsi BAB I-V

dikirimkan ke unit kontrol kemudian mengaktifkan alat pemadam kebakaran

otomatis.

Sistem penanggulangan bahaya kebakaran juga dapat disediakan dari

dalam dan luar bangunan. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran di luar

bangunan dilakukan dengan hydrant luar dengan jarak ±50 m. Jika bangunan

terdiri dari lantai banyak maka diperlukan sistem penanggulangan bahaya

kebakaran di dalam bangunan. Pada sistem pemadaman kebakaran luar bangunan

juga menggunakan sistem pemadaman kebakaran dalam bangunan pada unit-unit

bangunan tertentu yang terdiri atas Sprinkler system, antara lain:

1. Stand pipe and hose system (pipa saluran dan kran penyemprot) sistem ini

menggunakan air sebagai bahan pemadam api. Persediaan air dijadikan satu

dengan water tower. Pipa penyemprot dilipat dalam kotak kaca warna merah yang

ditempatkan pada lokasi-lokasi strategis pada unit gereja Kristen yang mudah

diakses dan dapat menjangkau semua lokasi yang berpotensi terjadinya

kebakaran. Apabila terjadi kebakaran kotak ini harus dipecahkan lalu kran air

dihidupkan agar air bisa mengalir.

2. Sprinkler and vent system. Umumnya peralatan ini dipasang pada plafon,

lengkap dengan peralatan alat pendeteksi. Apabila dalam ruangan terjadi

kebakaran maka alat ini akan memutar mengeluarkan air jika adanya deteksi

kebakaran yang diterimah oleh masing-masing detector. Kelebihan dari sistem ini

karena lebih cepat bekerja dan tidak memerlukan tenaga manusia.

Gambar 5.36. Jenis Springkler

Sumber: Utilitas Bangunan

91

Page 92: Bazkara skripsi BAB I-V

5.13.4. Sistem Penangkal Petir

Untuk menangani ganguan loncatan listrik pada waktu hujan, maka gereja

Kristen ini menggunakan instalasi penangkal petir. Sistem terdiri dari komponen-

komponen yang berfungsi untuk menangkap petir dan menyalurkannya ke tanah,

sehingga semua bagian dari bangunan beserta isinya terhindar dari bahaya

sembaran petir. Sistem penangkal petir umumnya terdiri atas:

1. Penghantar diatas atap, ialah penghantar yang dipasang di atas atap sebagai

penangkap petir, berupa elektroda logam yang dipasang tegak dan elektroda

logam yang dipasang mendatar.

2. Penghantar pada dinding, sebagai penyalur arus petir ketanah yang terbuat dari

tembaga, baja galvanish atau aluminium.

3. Elektroda-elektroda tanah, antara lain :

Elektroda pita (strip), yang ditanam minimum 0,5-1 m dari

permukaan tanah.

Elektroda batang, dari pipa atau besi baja profil yang

dipancangkan tegak lurus dalam tanah sedalam ±2 m.

Elektroda pelat, ditanam minimum 50 cm dari permukaan

tanah.

92

Page 93: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 5.37. Detail Split Penerima

Sumber: Utilitas Bangunan

Gambar 5.38. Detail Arus Ke Bak Kontrol Gambar 5.39. Detail Arus Ketanah

Sumber: Utilitas Bangunan Sumber: Utilitas Bangunan

.

Permukaan Tanah Permukaan Tanah

Permukaan Tanah Permukaan Tanah

Permukaan Tanah Permukaan Tanah

Gambar 5.40. Sistem Penangkal Petir

93

Page 94: Bazkara skripsi BAB I-V

Sumber: Analisis Penulis

5.13.5. Sistem Pengkondisian Udara

Sistem pengkondisian udara merupakan faktor yang penting dalam

bangunan. Faktor ini menentukan tingkat kenyamanan jemaat yang berada di

dalam gereja. Pada sistem tata udara di gereja ini menggunakan pengkondisian

udara/penghawaan bantuan berupa air conditioning split selain penghawaan alami

yang berasal dari bukaan-bukaan di dalam bangunan. Pemilihan air conditioning

split sebagai penghawaan buatan dikarenakan sistem ini lebih mudah

dibandingkan dengan air conditioning central dan memiliki tingkat kebisingan

yang cukup rendah di dalam bangunan.

5.14. Analisis Sistem Struktur

5.14.1. Struktur Bangunan

Struktur bangunan yang dipilih pada gereja Kristen ini menggunakan

beton portal yang menggabungkan antara rangka atap dan kolom kemudian

disalurkan ke pondasi (strukturnya hampir mirp dengan arc-system). Sedangkan

untuk bangunan penunjang menggunakan struktur bangunan rangka, dimana

kolom berfungsi sebagai penyangga vertikal yang menerima beban dan

menyalurkannya ke pondasi.

94

A. Struktur Untuk Bangunan Utama

B. Stuktur Untuk Bangunan Penunjang

Page 95: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 5.41. Struktur Bangunan

Sumber: Analisis Penulis

5.14.2. Dinding

Struktur bangunan yang digunakan adalah struktur rangka, maka bidang

dinding hanya berfungsi sebagai partisi pengisi. Material yang digunakan untuk

dinding-dinding pengisi adalah pasangan bata setengah batu.

Gambar 5.42. Dinding Sebagai Partisi Pengisi Kolom

Sumber: Analisis Penulis

5.14.3. Pondasi

Keadaan daya dukung tanah pada site cukup baik, sehingga pondasi yang

dipergunakan dapat berupa pondasi dangkal. Karena tinggi gereja Kristen lebih

dari 6 meter dan hampir setara dengan tinggi bangunan untuk 2-3 lantai. Jadi

pondasi yang dipilih adalah pondasi beton setempat (foetplat).

95

Page 96: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 5.43. Pondasi Beton Setempat

Sumber: Analisis Penulis

BAB 6

KONSEP

PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

GEREJA KRISTEN INDONESIA DI YOGYAKARTA

6.1. Lokasi Terpilih

Lokasi terpilih sebagai lokasi gereja Kristen adalah di sekitar jalan

Babarsari.

Gambar 6.1. Lokasi Babarsari

Sumber: http://www.googleearth.com, tahun 2007

6.2. Site Terpilih

96

Jln. Babarsari

Page 97: Bazkara skripsi BAB I-V

Site terpilih terletak di sekitar jalan Babarsari di depan SMP Negeri 4

Depok, dengan potensi yang ada pada site sebagai berikut:

1. Site terpilih memiliki orientasi yang baik dari jalan utama yaitu jalan

Babarsari, sehingga memudahkan akses keluar masuk bagi penggunanya.

2. Di sekitar site terdapat beberapa sarana pendukung seperti fasilitas pendidikan

(SMP 4 Depok, universitas YKPN, universitas Atmajaya, universitas UPN,

dan lain-lain), fasilitas komersil (ruko, warung makan, sport center, dan lain-

lain), pemukiman penduduk, rumah-rumah kos dan sebagainya. Hal ini bisa

menjadi sisi positif dalam peningkatan jemaat gereja Kristen tersebut.

3. Adanya jaringan infrastruktur yang baik dan layak pada daerah sekitar site,

sehingga memudahkan dalam perencanaan & perancangan, antara lain: jalan

di sekitar site yang sudah diaspal, jaringan air bersih, adanya aliran listrik,

saluran telepon, saluran real kota, dan sebagainya.

4. Kategori site haruslah termasuk dalam lokasi yang didukung oleh peraturan

pemerintah mengenai ijin pembangunan sehingga penyediaan fasilitas baru ini

tidak menggangu kestabilan kegiatan yang ada di sekitar site serta dapat

menguntungkan semua pihak dan tidak merugikan masyarakat sekitar.

6.3. Kondisi Site Terpilih

Kondisi site terpilih meliputi keadaan asli yang terdapat pada site meliputi:

kondisi site, dimensi site, batas-batas site, utilitas & peraturan pemerintah.

6.3.1. Kondisi Site

97

Page 98: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.2. Kondisi Site

Sumber: http://www.googleearth.com, tahun 20076.3.2. Dimensi Site Terpilih

Gambar 6.3. Dimensi Site

Sumber: Data Penulis

6.3.3. Batas-Batas Site Terpilih

98

Dimensi site:

Utara : 92 m

Barat : 76 m

Selatan : 46 m

Timur (a) : 49 m

Timur (b) : 47 m

Luas Site Keseluruhan : 6.360 m2

Batas-batas site terpilih:

Utara : Jalan Babarsari

Selatan : Permukiman penduduk

Barat : Pemukiman penduduk dan sawah

Timur : Resto Panggon Ijo

U

Page 99: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.4. Batas Site Terpilih

Sumber: Data Penulis

6.4. Besaran Ruang

Tabel 6.1. Kebutuhan Ruang

Kelompok

Kegiatan

Jenis

Kegiatan

Kebutuhan

Ruang

Kapasita

s

Standar

(m2)

Jumlah

Ruang

Total

Besaran

Ruang (m2)

Kegiatan

Utama

Ibadah Gereja 434

Orang

1,8/Orang 1 785

Sirkulasi 30 % 235,5

Total Kegiatan Utama 1.020.5

Kegiatan

Penunjang

Bekerja Ruang

Konsistori

3 Orang 15 1 15

Ruang

Administrasi

4 Orang 30 1 30

Ruang Kantor

Pendeta

4 Orang 36 1 36

Ruang Koster

(kamar mandi)

2 Orang 42 1 42

Sirkulasi 30 % 36,9

Belajar Ruang

Kelas

10 Orang 42 3 126

Perpustakaan 3 Orang 15 1 15

99

U

Page 100: Bazkara skripsi BAB I-V

Toko

Buku

30 Orang 1,8/Orang 1 48

Studio

Musik

8 Orang 30 1 30

Sirkulasi 30 % 65,7

Total Kegiatan Penunjang 444,6

Servis

Servis

Dapur 2 Orang 6 1 6

Gudang 2 Orang 12 1 12

Ruang

Peralatan

2 Orang 10 1 10

Pos

Satpam

1 Orang 4 2 8

WC

Pria

7 Urinoir,

6 toilet

36 - 36

WC

Wanita

8 Toilet 30 - 30

Parkir Mobil 1 Mobil 12,5 26 325

Parkir Motor 1 Motor 3 150 450

Sirkulasi 30 % 263,1

Total Servis 1.140,1

Total Keseluruhan Bangunan 2.605,2

Pembulatan Total Bangunan 2.606

Luas Site 6.360

KDB 70 % ( 70 x 6360 : 100) 4.452

Sumber: Data Arsitek Dan Hasil Analisis Penulis

Keterangan:

Karena total luas bangunan 3158 m2 dan luas site 6360 m2, maka sesuai dengan

batas KDB (koefisien dasar bangunan) jadi tidak perlu dibangun lebih dari 1

100

Page 101: Bazkara skripsi BAB I-V

lantai.

6.5. Penzoningan

Diagram 6.1. Zona Pembagiaan Kegiatan/Fungsi Ruang

Sumber: Hasil Analisis

101

Utama

- Gereja

Penunjang

- Ruang Konsistori- Ruang Administrasi- Ruang Kantor Pendeta- Ruang Koster- Ruang Kelas- Perpustakaan - Toko Buku- Studio Musik

Servis

- Dapur- Gudang Peralatan- Gudang- Pos Satpam- Toilet- Parkir

Gereja Kristen Indonesia

Page 102: Bazkara skripsi BAB I-V

Entrance

Pembagian penzoningan dalam ini akan terbagi berdasarkan

aktifitas/fungsi yang secara garis besar terdiri atas Zona Perkantoran, Zona

Pendidikan, dan Zona Penunjang.

Gambar 6.5. Penzoningan

Sumber: Hasil Analisis

6.6. Sirkulasi

Gambar 6.6. Posisi Entrance Dan Exit

102

U

Keterangan:

Servis (Pos Satpam)

Zona Utama

Zona Penunjang

Servis (Area Parkir)

Servis

U

Exit

Page 103: Bazkara skripsi BAB I-V

Entrance

Entrance

Entrance

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 6.7. Sirkulasi Kendaraan Dari Arah Barat

Sumber: Hasil Analisis

Gambar 6.8. Sirkulasi Kendaraan Dari Arah Timur

Sumber: Hasil Analisis

103

Exit

Exit

Page 104: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.9. Sirkulasi Pejalan Kaki

Sumber: Hasil Analisis

6.7. Penggunaan Vegetasi

Gambar 6.10. Vegetasi Sebagai Penyaring Udara

Sumber: Hasil Analisis

104

PejalanKaki

Exit

Keterangan:Sebagai Penyaring Udara

Page 105: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.11. Vegetasi Sebagai Pembatas Site

Sumber: Hasil Analisis

105

Keterangan:Sebagai Pembatas Site

Keterangan:Sebagai PengarahSirkulasi BagiPenggunaKendaraanBermotor ke AreaParkir

Page 106: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.12. Vegetasi Sebagai Pengarah Sirkulasi

Sumber: Hasil Analisis

6.8. Gubahan Massa

Proses gubahan massa terdiri dari 3 macam bentuk, yaitu:

Gambar 6.13. Bentuk Massa Majemuk

Sumber: Hasil Analisis

+ =

Gambar 6.14. Proses Gubahan Massa Majemuk 1

Sumber: Hasil Analisis

+ =

Gambar 6.15. Proses Gubahan Massa Majemuk 2

Sumber: Hasil Analisis

+ =

Gambar 6.16. Proses Gubahan Massa Majemuk 3

Sumber: Hasil Analisis

106

Page 107: Bazkara skripsi BAB I-V

6.9. Orientasi Bangunan (View Dari Luar Site)

Utara

Gambar 6.17. Orientasi Bangunan (View Dari Luar Site)

Sumber: Hasil Analisis

6.10. Orientasi Bangunan Dengan Pemanfaatan Cahaya Alami

107

Keterangan:Sisi bagian Timurdiharapkan mendapatkan Intensitas cahaya yang lebih banyak.

Page 108: Bazkara skripsi BAB I-V

Utara

Gambar 6.18. Orientasi Bangunan Dengan Pemanfaatan Cahaya Alami

Sumber: Hasil Analisis

6.11. Ide Bangunan Dengan Pemanfaatan Cahaya Alami

6.11.1. Bentuk Denah Bangunan

Gambar 6.19. Bentuk Denah Bangunan

108

Page 109: Bazkara skripsi BAB I-V

Sumber: Hasil Analisis

Pintu Masuk

Pintu Masuk Utama

Pintu Masuk

Gambar 6.20. Perspektif Bentuk Denah Bangunan

Sumber: Hasil Analisis

6.11.2. Penggunaan Warna Dan Material Pada Bangunan Utama

Berikut adalah berbagai macam contoh material yang kasar dan yang

berwarna agak gelap:

109

Page 110: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.21. Material (Stucco) Gambar 6.22. Material (Stone Walk)

Sumber: Sketch Up Components Sumber: Sketch Up Components

Gambar 6.23. Material (Ashlar Stone) Gambar 6.24. Material (Stone )

Sumber: Sketch Up Components Sumber: Sketch Up Components

Gambar 6.25. Material ( Stone Walk )

Sumber: Sketch Up Components

6.11.3. Penggunaan Pola Lantai Baik Pada Eksterior Maupun Interior

6.11.3.1. Untuk Eksterior

110

Page 111: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.26. Pola Lantai Eksterior

Sumber: Analisis Penulis

6.11.3.2.1. Untuk Interior

Gambar 6.27. Pola Lantai Interior

Sumber: Analisis Penulis

6.11.3.2.2. Untuk Interior

Gambar 6.28. Pola Lantai Interior

Sumber: Analisis Penulis

6.11.4. Ide Bukaan Atap Pada Bangunan

Berikut adalah jenis bukaan yang akan digunakan pada bagian atap:

111

Page 112: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.29. Ide Bukaan Atap Pada Bangunan

Sumber: Hasil Analisis

6.12. Sistem Utilitas

6.12.1. Sistem Penyaluran Air

6.12.1.1. Sistem Penyaluran Air Bersih

PDAM Hydrant

Sumur Air Bersih

Bak Penampungan

Water BawahTower

112

Bukaan yang akan di gunakan pada atap bagian Timur pada bangunan utama yaitu gedung gereja.

Bukaan horizontal pada atap di atas. mimbar.

Efek dramatis yang didapatkan pada daerah mimbar.

Detail yang terbuat dari reflektor kuningan yang menyerupai daun.

Page 113: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.30. Sistem Penyaluran Air Bersih

Sumber: Hasil Analisis

6.12.1.2. Sistem Penyaluran Air Kotor Dan Air Hujan

Riol Kota

Bak Kontrol Septictank

Gambar 6.31. Sistem Penyaluran Air Kotor Dan Air Hujan

Sumber: Hasil Analisis

6.12.2. Sistem Jaringan Listrik

PLN

Panel Utama

Genset

Sub Panel

Sub Panel

Sub Panel

113

Page 114: Bazkara skripsi BAB I-V

Gambar 6.32. Sistem Jaringan Listrik

Sumber: Hasil Analisis

6.12.3. Sistem Penangkal Petir

Permukaan Tanah Permukaan Tanah

Permukaan Tanah Permukaan Tanah

Permukaan Tanah Permukaan Tanah

Gambar 6.33. Sistem Penangkal Petir

Sumber: Hasil Analisis

6.13. Sistem Struktur

Struktur Deskripsi Gambar

Struktur Bangunan

Utama.

Struktur Bangunan

Penunjang.

Beton portal yang menggabungkan

antara rangka atap dan kolom

kemudian disalurkan ke pondasi.

Rangka kolom menjadi penerima

114

Page 115: Bazkara skripsi BAB I-V

Dinding.

Pondasi.

dan penyalur beban ke pondasi.

Pasangan bata setengah batu

sebagai dinding pengisi.

Pondasi beton setempat (foetplat).

115