BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tunggak yang dikenal pula sebagai kacang tolo atau kacang dadap merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah lama ditanam di Indonesia, tetapi belum dibudidayakan secara luas dan belum dijadikan komoditas komersial oleh petani (Rukmana dan Oesman, 2000). Tanaman ini mampu tumbuh dan berproduksi pada kisaran lingkungan yang luas, yaitu dari daerah yang beriklim kering-basah, dataran rendah-dataran tinggi, daerah subtropis-tropis dan keragaman lingkungan lainnya. Kacang tunggak merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan di NTT, sebab adaptasinya sangat sesuai dengan karakteristik agroklimat yang ada. Sifat-sifat unggul kacang tunggak jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya adalah mudah dibudidayakan, 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kacang tunggak yang dikenal pula sebagai kacang tolo atau kacang dadap
merupakan salah satu jenis kacang-kacangan yang sudah lama ditanam di
Indonesia, tetapi belum dibudidayakan secara luas dan belum dijadikan komoditas
komersial oleh petani (Rukmana dan Oesman, 2000). Tanaman ini mampu
tumbuh dan berproduksi pada kisaran lingkungan yang luas, yaitu dari daerah
yang beriklim kering-basah, dataran rendah-dataran tinggi, daerah subtropis-
tropis dan keragaman lingkungan lainnya.
Kacang tunggak merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang
mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan di NTT, sebab adaptasinya
sangat sesuai dengan karakteristik agroklimat yang ada. Sifat-sifat unggul kacang
tunggak jika dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya adalah mudah
dibudidayakan, toleran terhadap kekeringan, cepat menghasilkan, tahan terhadap
hama penyakit, dan dapat digunakan sebagai pemenuh kebutuhan akan kacang-
kacangan (Rukmana dan Oesman, 2000).
Kondisi NTT yang sebagian besar adalah daerah lahan kering sehingga
efisiensi penggunaan air sangat dibutuhkan bagi pertumbuhan kacang tunggak.
Tanaman sangat memerlukan air yang cukup pada periode perkecambahan benih,
pembungaan dan pembesaran buah. Kadar air tanah tidak boleh kurang dari 50%.
Penyiraman merupakan salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut dan
1
meningkatkan produksi kacang tunggak. Penyiraman air akan sangat menentukan
Kandungan air tanah yang akan diserap oleh tanaman sangat ditentukan oleh
penyiraman air dan selang waktu penyiraman sangat mempengaruhi kualitas hasil
buah kacang tunggak (Pitojo, 2004).
Produktivitas kacang tunggak ditentukan oleh beberapa faktor penentu
yakni faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan diantaranya adalah
tingkat pemberian air yang belum merata. Kondisi demikian dapat dibantu dengan
teknologi penyiraman guna memenuhi kebutuhan air tanaman kacang tunggak.
Kebiasaan petani NTT melakukan penanaman kacang tunggak masih
diusahakan dalam skala kecil atau hanya sebagai tanaman sampingan, umumnya
ditanam dalam sistem tanam tumpangsari dengan tanaman-tanaman lain tanpa
input teknologi yang memadai sehingga pemberian air pada tanaman tidak merata
dan tidak mencukupi kebutuhan tanaman kacang tunggak, untuk itu dibutuhkan
pemanfaatan air bagi tanaman kacang tunggak selama masa pertumbuhan dan
perkembangannya. Penyiraman dengan interval waktu yang berbeda penting
untuk diterapkan di daerah NTT guna mengetahui kebutuhan air bagi tanaman
kacang tunggak. Pengetahuan masyarakat tentang “Pengaruh Interval Waktu
Penyiraman Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tunggak” masih
sangat kurang, sehingga perlu kiranya penelitian ini untuk dilakukan.
2
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interval
waktu penyiraman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang tunggak serta
mendapatkan pemberian air yang memberikan pertumbuhan dan hasil terbaik dari
kacang tunggak.
Hasil penelitian ini nantinya diharapkan menjadi bahan informasi
tambahan bagi pengemban budidaya tanaman kacang tunggak, penelitian lanjutan,
pemulia tanaman dan semua pihak yang membutuhkannya.
1.3 Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah terdapat satu perlakuan dari interval waktu
penyiraman yang memberikan pertumbuhan dan hasil kacang tunggak terbaik.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman kacang tunggak berasal dari Afrika. Di Afrika barat, kacang
tunggak dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Saat ini penanaman kacang tunggak
meluas ke daerah-daerah tropis dan subtropis.
2.1 Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak
Kedudukan tanaman kacang tunggak dalam tata nama (taksonomi)
menurut Hanum (1997) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
plantarum, Phyllum spermatophyta, Kelas angiospermae, Sub kelas dcotyledonae
dan Ordo leguminales. Tanaman ini termasuk dalam Famili leguminoceae
(papilionaceae), Genus vigna, dan Spesies Vigna unguiculata (L.) Walp.
Kacang tunggak memiliki ciri polongnya tegak ke atas dan kaku.
Penampilan visual kacang tunggak hampir sama dengan tanaman kacang panjang,
namun beberapa dijumpai tidak merambat. Batangnya lebih pendek dan berbuku-
buku. Daunnya agak kasar, melekat pada tangkai daun yang agak panjang, dengan
posisi daun bersusun tiga. Bunga berbentuk seperti kupu-kupu, terletak pada
ujung tangkai yang panjang. Buah kacang tunggak berukuran lebih kurang 10 cm,
berbentuk polong berwarna hijau, dan kaku. Biji kacang tunggak berbentuk
bulat panjang, agak pipih dengan ukuran 4 mm - 6 mm x 7 mm - 8 mm, dan
berwarna kuning kecokelat-cokelatan (Rukmana dan Oesman, 2000).
Akar tanaman kacang tunggak menyebar pada kedalaman tanah antara
30 cm - 60 cm. Sifat penting dari akar tanaman kacang tunggak adalah dapat
4
bersimbiosis dengan bakteri rhizobium sp., untuk mengikat nitrogen bebas (N2)
dari udara yang kemudian di bentuk menjadi nodula-nodula (bintil-bintil) akar.
Menurut Rukmana dan Oesman (2000), bahwa hasil penelitian para ahli pertanian
menunjukan tiap hektar kacang tunggak dapat menghasilkan 198 kg nodula/tahun,
setara dengan 440 kg urea. Menanam kacang tunggak dapat memberikan dua
manfaat bagi tanah yaitu sebagai penutup tanah (vegetasi) tanah pengendali erosi
dan penghasil nodulu akar sebagai sumber nitrogen penyubur tanah. Penelitian
dan pengembangan kacang tunggak antara lain untuk menghasilkan varietas
unggul, yaitu varietas yang memiliki daya hasil tinggi, berumur pendek (genjah),
dan toleran terhadap penyakit bercak daun serta virus CMMV (Cowpea Mild
Mottle Virus). Perbaikan varietas kacang tunggak dilakukan melalui persilangan,
seleksi dan evaluasi terhadap varietas introduksi maupun varietas lokal.
2.2 Syarat Tumbuh Kacang Tunggak
Tanaman kacang tunggak mempunyai daya adaptasi yang luas terhadap
lingkungan tumbuh. Tanaman kacang tunggak dapat tumbuh dan berproduksi baik
di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian kurang lebih 1500 m di
atas permukaan laut (dpl). Meski demikian, daerah yang paling cocok untuk
menghasilkan produksi yang optimal adalah dataran rendah sampai ketinggian
500 m dpl. Keadaan daerah yang mendukung pertumbuhan dan optimalisasi
produksi kacang tunggak adalah yang mempunyai suhu udara 200 C-250 C,
kelembaban udara 50%-80%, curah hujan antara 600 mm-1.500 mm/tahun, dan
cukup mendapat sinar matahari (Rukmana dan Oesman, 2000).
5
Tanaman kacang tunggak tahan terhadap kekeringan, sehingga cocok
dikembangkan di lahan kering (tegalan) dan lahan sawah tadah hujan,
dibandingkan dengan jenis kacang-kacangan lainnya. Tanaman kacang tunggak
memiliki kelebihan, yaitu dapat tumbuh diberbagi jenis tanah, termasuk tanah
yang asam dan kering. namun, kondisi tanah yang paling ideal bagi pertumbuhan
kacang tunggak adalah tanah yang porus, banyak mengandung bahan organik
(humus), dapat menahan kelembapan tanah, dan mempunyai pH tanah 5,5 - 6,5
(Rukmana dan Oesman, 2000).
2.3 Manfaat dan Kandungan Gizi Kacang Tunggak
Kacang tunggak dapat dikonsumsi pada setiap tahap pertumbuhannya
sebagai sayuran. Daunnya yang bertekstur lembut merupakan sumber makanan
penting di Afrika dan disajikan sebagai sayuran hijau seperti bayam. Polong
mudanya seringkali dicampur dengan bahan makanan lainnya. biji kacang tunggak
yang berwarna hijau biasa direbus sebagai sayuran segar, atau juga dapat dikemas
dalam kaleng atau dibekukan. Biji kering yang telah matang pun dapat direbus
ataupun diolah sebagai bahan-bahan makanan kalengan (Davis, 1991)
Biji kacang tunggak yang telah matang pada pengukuran 100 g
mengandung 10 g air, 22 g protein, 1,4 g lemak, 51 g karbohidrat, 3,7 g vitamin,
3,7 g karbon, 104 mg kalsium dan nutrisi lainnya. Energi yang dihasilkannya
sekitarnya sekitar 1420 kj/100 g. Pada biji yang masih muda dalam 100 g
mengandung 88,3 air, 3 g protein, 0,2 g lemak, 7,9 g karbohidrat, 1,6 vitamin, 0,6
karbon, dan energi yang dihasilkannya sekitar 155 kj/100 g (Van der Maesen dan
Somaatmaja, 1993).
6
2.4 Hubungan Air dengan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang baik tidak terlepas dari
sifat genetiknya dan faktor lingkungan dimana tanaman itu tumbuh. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman
dibedakan atas lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan abiotik dapat dibagi
atas beberapa faktor, yaitu : suhu, air, cahaya, tanah dan atmosfir (Ismal,1979).
Air merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak akan
dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk
lain akan punah tanpa air (Haryati, 2003).
Pentingnya air bagi tumbuh-tumbuhan yakni bagian dari protoplasma (85-
90%) dari berat keseluruhan bagian hijau tumbuh-tumbuhan (jaringan yang
sedang tumbuh) adalah air. Air merupakan reagen yang penting dalam proses-
proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik serta pelarut dari garam-
garam, gas-gas dan material-material yang bergerak kedalam tumbuh-tumbuhan,
melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas,
pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuka dan menutupnya
stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan (Ismal, 1979).
Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,
sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus-
menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada
gilirannya tanaman akan mati. Kebutuhan air bagi tanaman dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain jenis tanaman dalam hubungannya dengan tipe dan
perkembangannya, kadar air tanah dan kondisi cuaca (Fitter dan Hay, 1981).
7
Air tanah harus tersedia pada saat tanaman memerlukannya, karena air
memegang peranan penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air
dalam tubuh tanaman merupakan komponen terbesar penyusun jaringan tanaman
yang berperan dalam mempengaruhi kebutuhan fisiologisnya. Disamping itu air
dalam tanah berfungsi sebagai pelarut dalam mengangkut unsur hara bagi tubuh
tanaman (Hakim, dkk, 1986).
Tanaman akan mampu tumbuh dengan baik bila kebutuhan airnya dapat
terpenuhi dalam jumlah dan waktu yang tepat, serta unsur hara, CO2, temperatur
dan sinar matahari yang tersedia mencukupi. Jika tanaman kekurangan air, maka
proses pertumbuhan terhambat dan hasil akan menurun (Lubis, 2000).
Pertumbuhan dan perkembangan kacang tunggak pada masa vegetatif
menuju fase generatif perlu diperhatikan untuk mendapatkan produksi yang
maksimal. Fase vegetatif sangat menentukan hasil panen yang akan dicapai,
beberapa komponen pertumbuhan vegetatif perlu dikaji dalam kaitannya dengan
sumbangan masing-masing komponen terhadap pertumbuhan biomassa, masa
transisi, dan memasuki fase generatif. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
kita melakukan perlakuan-perlakuan untuk menstabilkan hasil dan meningkatkan
produktivitas tanaman dengan mengatur pertumbuhan yang disesuaikan dengan
pola tumbuh, kondisi iklim dan tuntutan terhadap kebutuhan air (Rita, 1998).
Tanaman apabila mendapatkan cekaman air berkepanjangan maka
tanaman tersebut akhirnya akan mati, tetapi jika memperoleh air kembali sebelum
mencapai titik layu permanen, maka tanaman masih mungkin dapat melanjutkan
pertumbuhannya (Sutoro, Iskandar dan Susanto, 1989).
8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan kering milik petani di Kelurahan
Noelbaki Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang dan penelitian ini
berlangsung pada bulan Juli – bulan November 2008.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kacang tunggak
tunggak pada perlakuan penyiraman dua hari sekali merupakan bukti bahwa untuk
mendapatkan hasil yang optimal air harus diberikan dalam jumlah yang
mencukupi kebutuhan tanaman artinya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu
sedikit. Efisiensi pemberian air pada tanaman juga dapat berjalan dengan baik dan
tidak terjadi evaporasi yang tinggi, sehingga dapat menyebabkan rendahnya bobot
24
biji seperti halnya yang terjadi pada perlakuan penyiraman setiap hari. Kurangnya
pemberian air pun akan menyebabkan rendahnya ketersediaan air tanah, sehingga
dapat menurunkan bobot biji tanaman seperti pada perlakuan penyiraman tiga,
empat dan lima hari sekali.
Pengaruh perlakuan penyiraman tiga dan empat hari sekali menyebabkan
rendahnya ketersediaan air tanah yang mengakibatkan berkurangnya laju
fotosintesis yang berdampak pada rendahnya bobot biji tanaman kacang tunggak.
Menurut Jurgen et al dalam Kasim (1994), selama pengisian biji berlangsung,
karbohidrat yang telah terakumulasi dalam daun ditranslokasikan ke dalam biji
yang sedang berkembang.
Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap
kekurangan air. Pada gilirannya hal ini menyebabkan pengurangan dalam hal
sintesis protein, sintesis dinding sel, dan pengembangan sel. Rendahnya
pemberian air pada perlakuan lima hari sekali mengakibatkan potensial air di
dalam larutan lebih rendah sehingga air yang masuk ke dalam tanaman relatif
sedikit, sedangkan air yang dibutuhkan harus cukup untuk proses perkembangan
biji. Perlakuan penyiraman lima hari sekali dapat mengurangi pembentukan
senyawa-senyawa baru yang mengakibatkan produksi polong berkurang, dimana
semakin sedikit jumlah polong maka bobot biji juga semakin menurun, Harjadi
(2002) menyatakan bahwa air juga diperlukan sebagai hara untuk pembentukan
persenyawaan baru.
4.2.6 Bobot 100 biji (g)
25
Hasil analisis varians interval waktu penyiraman terhadap rata-rata bobot
100 biji kacang tunggak dapat dilihat pada lampiran 13a. Pengaruh interval waktu
penyiraman ternyata tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot 100
biji. Rata-rata hasil pengamatan bobot 100 biji setiap perlakuan disajikan pada
tabel 6.
Tabel 6. Rata-rata bobot 100 biji (g)
PerlakuanBobot 100 biji (g)
Penyiraman setiap hari19.12
Penyiraman 2 hari sekali19.44
Penyiraman 3 hari sekali14.90
Penyiraman 4 hari sekali14.38
Penyiraman 5 hari sekali13.88
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah berbeda tidak nyata pada uji DMRT 0.05
Tabel di atas menunjukkan bahwa penyiraman yang berbeda tidak
berpengaruh terhadap bobot 100 biji. Hal ini di duga karena tanaman di pengaruhi
oleh gen yang merupakan bentuk adaptasi genetik suatu tanaman dalam
mempertahankan hasil dalam berbagai kondisi. Salah satunya adalah kondisi
jumlah air yang diberikan berbeda pada setiap perlakuannya, namun memberikan
bobot 100 biji yang sama. Sebagaimana Mugnisyah (1990) yang menyatakan
bahwa besar dan beratnya benih dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah adanya pengaruh faktor genetik dan lingkungan.
26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
27
Hasil penelitian pengaruh interval waktu penyiraman terhadap
pertumbuhan dan hasil kacang tunggak yang telah dilaksanakan menunjukkan
bahwa :
1. Pengaruh interval waktu penyiraman pada masa pertumbuhan vegetatif
yang terdiri dari pengamatan tinggi tanaman dan jumlah daun memberikan
respon tertinggi pada perlakuan penyiraman setiap hari.
2. Fase generatif yang meliputi jumlah cabang, jumlah polong pertanaman
dan bobot 100 biji memberikan respon yang paling besar pada perlakuan
penyiraman setiap hari namun dalam hal untuk mendapatkan bobot biji
terbaik, maka penyiraman dua hari sekali merupakan perlakuan terbaik
dalam pemanfaatan air yang optimal.
5.2 Saran
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka disarankan untuk dilakukan
penyiraman setiap hari sekali guna mendapatkan pertumbuhan dan hasil kacang
tunggak yang terbaik. Sedangkan untuk menghasilkan bobot biji tanaman
sebaiknya penyiraman dilakukan setiap dua hari sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Davis, 1991. Dalam Proposal Penelitian 1 Universitas Padjajaran Bandung dengan Universitas Nusa Cendana Kupang, 2007.
28
Fitter, A.H. dan R.K.M. Hay. 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, yogyakarta.
Gardner, P. Franklim, Pearce B. R, Michell L. R. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta.
Goldsworthy, P. R. dan N.M. Fisher, 1996. Fisiologis Tanaman Budidaya Tropik. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Hakim, N., M. Lubis, S. G. Nugroho, dan M. R. Diha. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung.
Hanum, F. 1997. Plant Resources of South East Asia. Prosea, Bogor
Harjadi, S. S. M. M., 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Haryati, 2003. Pengaruh Cekaman Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Ismal, G. 1979. Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian. Universitas Andalas, Padang.
Jumin, H. B., 1988. Dasar-Dasar Agronomi. Rajawali, Jakarta.
Liubana, S. 2008. Uji Daya Hasil Beberapa Aksesi Kacang Tunggak Lokal Asal Maumere Yang Ditumpangsarikan Dengan Jagung Di Tarus Kecamatan Kupang Tengah Kabupaten Kupang. Skripsi Faperta Undana, Kupang.
Lubis, K. 2000. Tanggapan Tanaman Terhadap Kekurangan Air. Makalah Seminar. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Mugnisyah, W. 1990. Pengantar Produksi Benih. Rajawali Press, Jakarta.
Pitojo, S. 2005. Bertanam Tomat. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rita, I, R. 1998. Pengaruh Jumlah Cabang Utama Terhadap Efisiensi Penggunaan Air pada Tanaman Tomat Selama Fase Vegetatif. Skripsi Faperta Undana, Kupang.
Rukmana, R. dan Y. Y. Oesman. 2000. Kacang Tunggak, Budi Daya dan Prospek Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta.
29
Soemartono, 1990. Genetika Kuantitaif dan Biologi Molekuler. PAU-UGM. Yogyakarta.
Sutoro, Iskandar, S. dan Susanto, T. 1989. Pengaruh Cekaman Air dan Reaksi Pemulihan Tanaman Jagung ( Zea mays L. ) dan Sorgum (Shorgum bicolor L. ) pada Fase Pertumbuhan Vegetatif. Penelitian Pertanian Volume 9 No. 4. Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.
Van der Maesen, L, J, G. dan Somaatmadja S. 1993. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I. Kacang-Kacangan, PROSEA. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Yitnosumarno. 1993. Perancangan Percobaan, Analisis Interpretasi. Gramedia, Jakarta.
Lampiran 1 : Denah Percobaan
30
BLOK I BLOK II BLOK III BLOK IV BLOK V
A2 A3 A4 A5 A1
A3 A4 A5 A1 A2
A5 A2 A1 A4 A3A4 A1 A2 A3 A5A1 A5 A3 A2 A4
B
U
T
S
Keterangan :
A1 = Perlakuan Penyiraman setiap hari
A2 = Perlakuan Penyiraman dua hari sekali
A3 = Perlakuan Penyiraman tiga hari sekali
A4 = Perlakuan Penyiraman empat hari sekali
A5 = Perlakuan Penyiraman lima hari sekali
Lampiran 2. Data Evaporasi Rata-rata Bulanan (mm) untuk sepuluh tahun Terakhir
A5 20.00 22.00 36.00 21.00 41.00 140.00 28.00T o t a l 212.00 224.00 291.00 221.00 310.00 1258.00 50.32
Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 5b. Analisis varians untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan (cm) III
Sumber DB JK KT F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 1645.840 411.460 Perlakuan 4 11775.040 2943.760 82.84 ** 3.01 4.77Galat 16 568.560 35.535 Total 24 13989.440
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 11.85 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 5c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk tinggi tanaman kacang tunggak pengamatan III
DMRT 0,05 = 2.67
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 8.00 8.40 8.61 8.80
37
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 89.40 D 5A2 56.20 C 4A3 43.40 B 3A4 34.60 A 2A5 28.00 A 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 6a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan I
T o t a l 9.0 10.5 9.4 11.8 14.5 55.2 2.21 Ket. : A1 = Penyiraman tiap hari
A2 = Penyiraman 2 hari sekaliA3 = Penyiraman 3 hari sekaliA4 = Penyiraman 4 hari sekaliA5 = Penyiraman 5 hari sekali
Lampiran 6b. Analisis varians untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan I
Sumber DB JK KT F hit F tabelVariasi 0.05 0.01Kelompok 4 3.93840 0.98460 Perlakuan 4 0.87840 0.21960 1.25 tn 3.01 4.77Galat 16 2.80160 0.17510 Total 24 7.61840
38
Ket. : * = Berpengaruh nyata pada F (0.05) KK = 18.95 %** = Berpengaruh sangat nyata pada F (0.01)tn = Berpengaruh tidak nyata pada Uji F (0.05).
Lampiran 6c. Uji Lanjut DMRT 0,05 untuk jumlah daun kacang tunggak pengamatan I
DMRT 0,05 = 0.19
Jarak 2 3 4 5p (16 ; 0,05) 3.00 3.15 3.23 3.30
Rp 0.56 0.59 0.60 0.62
Perlakuan Rerata & Notasi Rank.A1 2.40 A 5A2 2.30 A 3A3 2.30 A 3A4 2.18 A 2A5 1.86 A 1
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama adalah tidak berbeda nyata pada Uji DMRT 0.05.
Lampiran 7a. Data pengamatan/perhitungan jumlah daun kacang tunggak (helai) pengamatan II