SKRIPSI PENGARUH TEKNIK MARMET DALAM PENGOSONGAN PAYUDARA TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI KLINIK PRATAMA JANNAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2017 NOVY RATNASARI SINULINGGA NIM.P07524516026 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV TAHUN 2017
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SKRIPSI
PENGARUH TEKNIK MARMET DALAM PENGOSONGAN PAYUDARA TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU
POST PARTUM DI KLINIK PRATAMA JANNAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2017
NOVY RATNASARI SINULINGGA NIM.P07524516026
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV
TAHUN 2017
SKRIPSI
PENGARUH TEKNIK MARMET DALAM PENGOSONGAN PAYUDARA TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU
POST PARTUM DI KLINIK PRATAMA JANNAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN
KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2017
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV
NOVY RATNASARI SINULINGGA NIM.P07524516026
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN JURUSAN KEBIDANAN MEDAN PRODI D-IV
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV SKRIPSI, AGUSTUS 2017
NOVY RATNASARI SINULINGGA P07524516026
PENGARUH TEKNIK MARMET DALAM PENGOSONGAN PAYUDARA TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM DI KLINIK PRATAMA JANNAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2017
ix + 51 halaman, 8 tabel, 7 lampiran
ABSTRAK
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan sekaligus minuman alami pertama untuk bayi, yang menyediakan semua vitamin, nutrisi dan mineral yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama. Kendala yang sering ditemukan yaitu produksi ASI yang sedikit pada hari-hari pertama setelah melahirkan. Teknik marmet merupakan salah satu cara dalam memecahkan masalah tersebut. Tujuan penelitian mengetahui pengaruh dan perbedaan dilakukan dan tidak dilakukan teknik marmet terhadap produksi ASI.
Penelitian yang digunakan yaitu penelitian Quasy Experimental dengan desain Non-equivalent Control Group Design. Populasi penelitian ibu post partum primipara. Sampel berjumlah 30 orang menggunakan teknik total sampling. Pengumpulan data primer menggunakan lembar observasi. Waktu penelitian bulan mei sampai juli 2017. Hasil penelitian menggunakan uji Paired T Test dan Mann Whitney U Test.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh terhadap dilakukan dan tidak dilakukan teknik marmet pada ibu post partum di Klinik Pratama Jannah dengan Sig. (2-tailed) < 0.05 yaitu 0.000 < 0.05. juga menunjukkan adanya perbedaan hasil observasi produksi ASI dengan Sig. (2-tailed) < 0.05 yaitu 0.000 < 0.05. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai Relative Risk (RR) 1,667 yang berarti ibu post partum yang dilakukan teknik marmet memiliki peluang untuk produksi ASI menjadi baik sebesar 1.667 atau 1 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak dilakukan teknik marmet.
Kata Kunci : Teknik Marmet, Produksi ASI, Ibu Post Partum Primipara Daftar Pustaka : 26 (2012-2016)
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIV SKRIPSI, AUGUST 2017
NOVY RATNASARI SINULINGGA P07524516026
THE INFLUENCE OF MARMET TECHNIQUES IN BREAST SIDEING TO BREASTMILK PRODUCTION ON POST PARTUM MOTHERS IN CLINIC PRATAMA JANNAH DISTRICT PERCUT SEI TUAN DELI SERDANG REGENCY 2017
ix + 51 pages, 8 table, 7 attatchments
ABSTRACT
Breast milk is the first natural baby food and beverage, providing all the vitamins, nutrients and minerals your baby needs for the first six months of growth. Constraints are often found that a little milk production in the first days after childbirth. Marmet technique is one way to solve the problem. The purpose of the study to know the effect and the difference is done and not done marmet technique to breast milk production.
The research used is Quasy Experimental research with Non-equivalent Control Group Design. Population research of primiparous post partum mother. Samples totaling 30 people using total sampling technique. Primary data collection using observation sheet. The time of May until July 2017. The results of this study were used Paired T Test and Mann Whitney U Test.
The results of this study indicate an influence on the done and not done marmet technique on post partum mothers in Clinic Pratama Jannah with Sig. (2-tailed) <0.05 ie 0.000 <0.05, also shows the difference of observation result of milk production with Sig. (2-tailed) <0.05 ie 0.000 <0.0. From the analysis results obtained the value of Relative Risk (RR) 1.667, which means post partum mothers done marmet technique has a chance for milk production to be either equal to 1667 or 1 times greater than mothers who do not do marmet technique. Keywords : Marmet technique, Breastmilk Production, Primiparous
postpartum mother References : 26 (2012-2016)
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkat dan rahmatNya yang selalu dilimpahkan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Pengaruh Teknik Marmet dalam
Pengosongan Payudara terhadap Produksi ASI pada Ibu Post partum di Klinik
Pratama Jannah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun
2017” yang disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
Sarjana Terapan Kebidanan pada Program Studi DIV Jurusan Kebidanan Medan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak dalam memberikan bimbingan dan saran, karena itu pada
kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M. Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Medan.
2. Betty Mangkuji, SST, M. Keb, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Medan.
3. Melva Simatupang, SST, M.Kes, selaku ketua Program Studi DIV Jurusan
Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
4. Suswati, SST, M.Kes, selaku pembimbing yang telah memberikan
bimbingan sehingga Skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Drs. Mukamto, MPH, selaku dosen penguji yang telah bersedia memberikan
masukan kritik dan saran kepada penulis demi kesempurnaan Skripsi.
6. Julietta Hutabarat, SST, M.Keb, selaku dosen penguji yang telah bersedia
memberikan masukan kritik dan saran kepada penulis demi kesempurnaan
Skripsi.
7. Bapak/ Ibu Dosen Staff pengajar Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan
Program Studi DIV Jurusan Kebidanan Medan yang telah banyak memberi
ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.
8. Satiani, AM.Keb, selaku pemilik klinik yang telah memberikan kesempatan
untuk melakukan penelitian di Klinik Pratama Jannah.
9. Teristimewa kepada orangtua saya, Ayahanda Nurat Sinulingga dan Ibunda
Siti Rohana, S.Tr.Keb yang telah membesarkan, membimbing dan
menuntun penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang dan yang selalu
iv
menjadi sumber inspirasi, motivasi serta memberikan dukungan moril, materi
serta doa dan kasih sayang.
10. Buat adik tercinta Gusti Riphaldi Sinulingga dan Rizky Riphaldi Sinulingga
yang telah memberikan doa, dukungan dan perhatian penulis serta menjadi
sumber inspirasi dan semangat dalam penyusunan Skripsi ini.
11. Kawan terbaik penulis, Arihta Utami Ginting yang selalu membantu dan
memberi dukungan dalam proses pembuatan skripsi ini.
12. Adik tersayang penulis, Dora Silvia Pinem yang selalu memberi semangat,
motivasi serta memberi bantuan dalam proses pembuatan skripsi ini.
13. Seluruh rekan mahasiswi Prodi DIV Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Medan stambuk 2016 dan seluruh pihak yang ikut
membantu, memberikan motivasi dan dukungan yang tidak bisa penulis
sebutkan satu persatu sehingga terselesainya Skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan rahmatNya kepada kita
semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan berharap Skripsi ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak.
Medan, Desember 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman:
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK .......................................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................ iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ viii
DAFTAR TABEL .............................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 1 A. Latar Belakang .................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 4 C. Tujuan Penelitian .............................................................. 4
C.1. Tujuan Umum ........................................................... 4 C.2. Tujuan Khusus .......................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................... 6 A. Landasan Teori ................................................................. 6
A.1. Post partum .............................................................. 6 A.1.1. Pengertian Post partum .................................. 6 A.1.2. Perubahan Masa Post partum......................... 6 A.1.3. Asuhan pada Masa Post partum ................... 10 A.1.4. Tujuan Asuhan Masa Post partum ................ 11
A.2. Air Susu Ibu (ASI) ................................................... 11 A.2.1. Pengertian ASI .............................................. 11 A.2.2. Manfaat ASI .................................................. 12 A.2.3. Komposisi ASI ............................................... 16 A.2.4. Laktasi ........................................................... 18 A.2.5. Volume Produksi ASI .................................... 25 A.2.6. Faktor yang Mempengaruhi Produksi
ASI ................................................................ 25 A.3. Teknik Marmet ........................................................ 27
A.3.1. Pengertian Teknik Marmet ............................ 27 A.3.2. Manfaat Memerah ASI Teknik Marmet .......... 28
vi
A.3.3. Cara Memerah ASI dengan Teknik Marmet .......................................................... 28
B. Kerangka Konsep............................................................ 32 C. Definisi Operasional ........................................................ 32 D. Hipotesis Penelitian ......................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 34 A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................... 34 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 34
B.1. Lokasi Penelitian ...................................................... 34 B.2. Waktu Penelitian ...................................................... 35
C. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................... 35 D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data ................................ 35
D.1. Jenis Data ................................................................ 35 D.2. Cara Pengumpulan Data ......................................... 36
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian ..................... 36 F. Prosedur Penelitian ........................................................ 36 G. Analisis Data .................................................................. 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 39 A. Hasil Penelitian ............................................................... 39
A.1. Analisa Data Univariat ............................................. 39 A.1.1. Karakteristik Responden ............................... 39 A.1.2. Distribusi Hasil Observasi Responden .......... 40
A.2. Analisa Data Bivariat................................................ 41 A.2.1. Perbedaan Produksi ASI Dilakukan
dengan Tidak Dilakukan Teknik Marmet dalam Pengosongan Payudara terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum .................................................. 42
A.2.2. Pengaruh Dilakukan Teknik Marmet dalam Pengosongan Payudara terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum .......................................................... 42
B. Pembahasan .................................................................. 43 B.1. Produksi ASI Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Teknik Marmet pada Ibu Post Partum ..................... 44
B.2. Produksi ASI Sebelum dan Sesudah Tidak Dilakukan Teknik Marmet pada Ibu Post Partum ..................................................................... 45
B.3. Perbedaan Produksi ASI Dilakukan dengan Tidak Dilakukan Teknik Marmet dalam
vii
Pengosongan Payudara terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum ................................................ 48
B.4. Pengaruh Dilakukan Teknik Marmet dalam Pengosongan Payudara terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum ................................................ 48
BAB V PENUTUP ............................................................................ 50 A. Kesimpulan ..................................................................... 50 B. Saran .............................................................................. 50
anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang
menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.
c. Aspek penurunan berat badan
Ibu yang menyusui eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat
kembali ke berat badan semula seperti sebelum hamil. Pada saat hamil,
badan bertambah besar, selain karena ada janin, juga karena
penimbunan lemak pada tubuh, cadangan lemak ini sebenarnya memang
disiapkan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Denagan
menyusui tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga
timbunan lemak yang berfungsi sebagai cadangan tenaga akan terpakai.
Dan jika timbunan lemak menyusut, berat badan ibu akan cepat kembali
ke keadaan seperti sebelum hamil.
d. Ungkapan kasih sayang
Hubungan batin antara ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat
menyusui bayi menempel pada tubuh ibu dan bersentuhan antar kulit.
Bayi juga bisa mendengarkan detak jantung ibu, merasakan kehangatan
sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu.
e. Ibu sehat, cantik dan ceria
Ibu yang menyusui setelah melahirkan zat oksitosin nya akan bertambah,
sehingga dapat mengurangi jumlah darah yang keluar setelah
malahirkan. Kandungan dan perut bagian bawah juga lebih cepat
menyusut kembali ke bentuk normalnya. Ibu yang menyusui bisa
menguras kalori lebih banyak, maka akan lebih cepat pulih ke berat tubuh
sebelum hamil. Ketika menyusui, pengeluaran hormon muda bertambah,
menyebabkan ibu dalam masa menyusui tidak ada kerepotan terhadap
masalah menstruasi, pada masa ini juga mengurangi kemungkinan
terjadinya kehamilan diluar rencana. Menyusui setelah melahirkan dapat
mempercepat pemulihan kepadatan tulang, mengurangi kemungkinan
menderita osteoporosis (keropos tulang) setelah masa menopause.
Menurut statistik, menyusui juga mengurangi kemungkinan terkena
15
kanker indung telur dan kanker payudara dalam masa menopause. Ibu
juga tidak perlu bangun tengah malam untuk mengaduk susu bubuk,
ketika pergi bertamasya juga tidak perlu membawa setumpuk botol dan
kaleng susu.
3. Bagi Keluarga
a. Aspek ekonomi
Memberikan ASI kepada bayi, dapat mengurangi pengeluaran keluarga.
ASI tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat dipergunakan untuk keperluan lain. Selain
itu, penghematan juga disebabkan bayi yang mendapat ASI lebih jarang
sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
b. Aspek psikologi
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang,
sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendekatkan hubungan
bayi dengan keluarga.
c. Aspek kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan
saja.
4. Bagi Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya factor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI menjamin
status gizi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun.
b. Menghemat devisa Negara
ASI dapat dianggap sebagai kekayaan Nasional. Jika semua ibu
menyusui, diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp 8,6 miliyar
yang seharusnya dipakai untuk membeli susu formula.
c. Mengurangi subsidi untuk rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, karena rawat gabung akan
memperpendek lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi
persalinan dan infeksi nosokomial serta mengurangi biaya yang
diperlukan untuk perawatan anak sakit.
d. Peningkatan kualitas generasi penerus
Anak yang mendapat ASI dapat tumbuh kembang secara optimal
sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin. Anak yang
16
diberi ASI juga memiliki IQ, EQ dan SQ yang baik merupakan kualitas
yang baik sebagai penerus bangsa.
5. Bagi Bumi
a. Menyukseskan perlindungan alam
Melepaskan susu bubuk dan menggunakan ASI, bisa menghemat berapa
banyak sampah botol dan kaleng susu yang dibuang.
A.2.3. Komposisi ASI
Kandungan ASI nyaris tak tertanding. ASI mengandung zat gizi yang
secara khusus diperlukan untuk menunjang proses tumbuh kembang otak dan
memperkuat daya tahan alami tubuh bayi (Maryunani, 2012).
Adapun beberapa komposisi ASI adalah sebagai berikut:
1. Laktosa (Karbohidrat)
Laktosa (gula susu) adalah jenis karbohidrat utama dalam ASI yang
berperan penting sebagai sumber energi. Laktosa membantu bayi
menyerap kalsium dan mudah bermetabolisme menjadi dua gula biasa
(galaktosa dan glukosa) yang diperlukan bagi pertumbuhan otak yang
cepat terjadi pada masa bayi. Komposisi laktosa dalam ASI adalah
7gr/100ml (Maryunani, 2012).
2. Lemak
Lemak merupakan zat gizi terbesar kedua di ASI dan menjadi sumber
energi utama bayi serta berperan dalam pengaturan suhu tubuh bayi.
Lemak di ASI mengandung komponen asam lemak esensial yaitu: asan
linolead dan asam alda linolenat yang akan diolah oleh tubuh bayi
menjadi AA dan DHA. Arachidonic Acid (AA) dan Decosahexanoic Acid
(DHA) adalah asam lemak tak jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty
acids) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal.
Komposisi lemak dalam ASI adalah 3,7-4,8gr/100ml (Maryunani, 2012).
3. Protein
Protein memiliki fungsi untuk pengatur dan pembangunan tubuh bayi.
Komponen dasar dari protein adalah asam amino, berfungsi sebagai
pembentuk struktur otak. Protein dalam susu adalah whey dan kasein.
ASI memiliki perbandingan antara Whey dan Kasein yang sesuai untuk
bayi. ASI mengandung whey lebih banyak dengan perbandingan 63:35.
17
Sehingga protein ASI lebih mudah diserap, sedangkan pada susu sapi
mempunyai perbandingan Whey : Kasein adalah 20 : 80, sehingga tidak
mudah diserap. Whey lebih mudah dicerna dibandingkan dengan kasein
(yang merupakan protein utama susu sapi). Komposisi protein dalam ASI
adalah 0,8-1,0gr/100ml (Maryunani, 2012).
4. Garam dan Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya relative
rendah, tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai berumur 6 bulan.
Zat besi dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil
dan mudah diserap dan jumlahnya tidak dipengaruhi oleh diet ibu. Zat
besi membantu pembentukan darah untuk menghindari bayi dari penyakit
kurang darah atau anemia (Maryunani, 2012).
5. Vitamin
Menurut Wiji (2014), ASI mengandung berbagai vitamin yang diperlukan
bayi. Adapun vitamin yang terkandung dalam ASI adalah sebagai berikut:
a. Vitamin A
ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi. Selain
berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi mendukung
pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan.
b. Vitamin D
ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan pemberian
ASI Eksklusif ditambah dengan membiarkan bayi terpapar sinar matahari
pagi, hal ini mencegah bayi dari menderita penyakit tulang karena
kekurangan vitamin D.
c. Vitamin E
Salah satu keuntungan ASI adalah mengandung vitamin E yang cukup
tinggi, terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting
vitamin E adalah untuk ketahanan dinding sel darah merah.
d. Vitamin K
Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan
vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi
sebagai faktor pembekuan darah.
e. Vitamin yang larut dalam air
18
Hampir semua vitamin yang larut dalam air terdapat dalam ASI.
Diantaranya adalah vitamin B, vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin B1
dan B2 cukup tinggi dalam ASI, tetapi B6 dan B12 serta asam folat
rendah, terutama pada ibu yang kurang gizi. Sehingga ibu yang menyusui
perlu tambahan vitamin ini (Maryunani, 2012).
6. Air
Air merupakan bahan pokok terbesar dari ASI (sekitar 87 persen). Air
membantu bayi memelihara suhu tubuh mereka. Bahkan pada iklim yang
sangat panas, ASI mengandung semua air yang dibutuhkan bayi
(Maryunani, 2012).
7. Kartinin
Kartinin dalam ASI sangat tinggi. Kartinin berfungsi membantu proses
pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan
metabolisme tubuh (Maryunani, 2012).
A.2.4. Laktasi
1. Pengertian Laktasi
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi
sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Laktasi merupakan bagian
integral dari siklus reproduksi mamalia termasuk manusia. Masa laktasi
mempunyai tujuan meningkatkan pembrian ASI Eksklusif dan meneruskan
pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak
mendapatkan kekebalan tubuh secara alami (Wiji, 2014).
Proses laktasi tidak terlepas dari pengaruh hormonal, adapun hormon-
hormon yang berperan dalam proses laktasi menurut Wiji (2014) adalah sebagai
berikut.
a. Progesteron, berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli.
b. Estrogen, berfungsi menstimulasi sistem saluran ASI agar membesar
sehingga dapat menampung ASI lebih banyak. Kadar estrogen menurun
saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap
menyusui.
c. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
d. Luteinizing Hormone (LH)
e. Prolaktin, berperan dalam membesarnya alveoli dalam kehamilan.
19
f. Okstiosin, berfungsi mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat
melahirkan dan setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Selain itu
pasca melahirkan oksitosin juga mengencangkan otot halus disekitar
alveoli untuk memeras ASI menuju saluran susu. Oksitosin berperan
dalam proses turunnya susu let-down/ milk ejection reflex.
g. Human Placental Lactogen (HPL). Sejak bulan kedua kehamilan,
plasenta mengeluarkan banyak HPL yang berperan dalam pertumbuhan
payudara, puting dan aerola sebelum melahirkan. Pada bulan kelima dan
keenam kehamilan, payudara siap memproduksi ASI.
2. Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui sebenarnya mempunyai dua pengertian, yaitu
produksi ASI (prolaktin) dan pengeluaran ASI (oksitosin), yang dikenal dengan
refleks prolaktin dan refleks aliran (let down reflex). Dalam hal ini dua macam
refleks tersebut yang menentukan keberhasilan dalam menyusui bayinya
(Maryunani, 2012).
Menurut Wiji (2014), laktasi atau menyusui merupakan proses integral
dari daur reproduksi dan mempunyai dua pengertian yaitu produksi dan
pengeluaran ASI. Kedua proses tersebut harus sama baiknya. Secara alamiah
akibat pengaruh hormon maka akan terjadi perubahan secara bertahap sesuai
umur dan kondisi yaitu terdiri dari proses:
a. Mammogenesis, yaitu pembentukan kelenjar payudara.
Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas, saat
pubertas , masa siklus menstruasi dan masa kehamilan. Pada masa kehamilan
terjadi peningkatan yang jelas dari duktus yang baru, percabangan dan lobulus
yang dipengaruhi oleh hormon placenta dan korpus luteum. Hormon yang ikut
membantu mempercepat pertumbuhan adalah prolaktin, laktogen placenta,
korionik gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tidoid, hormon paratioroid dan
hormon pertumbuhan. Pada usia 3 bulan kehamilan prolaktin dari adenohipofise
(hipofise anterior) mulai merangsang kelenjar air susu untuk menghasilkan air
susu yang disebut kolostrum.
Pada masa ini pengeluaran kolostrum masih dihambat oleh estrogen dan
progesterone, tetapi jumlah prolaktin meningkat hanya dengan aktivitasnya
dalam pembuatan kolostrum yang ditekan. Setelah bayi lahir estrogen dan
20
progesterone akan menurun drastis dan prolaktin akan meningkat, oksitosin
(hipofise posterior) meningkat bila ada rangsangan hisap, sel mioepitelium buah
dada berkontraksi.
b. Galaktogenesis, yaitu proses pembentukan atau produksi ASI.
Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing
berperan sebagai pembentuk dan pengeluaran air susu yaitu refleks Prolaktin
dan refleks oksitosin (let down reflex).
1) Refleks Prolaktin (prolaktin reflex)
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat pada puting
susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa ke
hipotalamus di dasar otak, lalu dilanjutkan ke bagian depan kelenjar hipofise
yang memacu pengeluaran hormon prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi,
prolaktin memacu sel kelenjar memproduksi air susu (Marmi, 2014).
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat
kolostrum, tetapi jumlah kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesterone yang masih tinggi. Pasca persalinan,
yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang
puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang
berfungsi sebagai reseptor mekanik (Maryunani, 2012).
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis
hipotalamus dan akan menekan pengeluaran faktor penghambat sekresi
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor pemacu sekresi
prolaktin. Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior
sehingga keluar prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi
untuk membuat air susu (Maryunani, 2012).
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah
melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada
peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu ibu
tetap berlangsung. Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan
menjadi normal pada minggu ke 2 ± 3 (Maryunani, 2012).
21
Gambar 2.1. Refleks Prolaktin
Sumber : Setiawandari. 2014. Perbedaan Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
2) Refleks Aliran (let down reflex)
Rangsangan yang ditimbulkan bayi saat menyusu diantar sampai bagian
belakang kelenjar hipofise yang akan melepaskan hormon oksitosin masuk ke
dalam darah. Oksitosin akan memacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli
dan duktuli berkontraksi sehingga memeras air susu dari alveoli, duktuli dan
sinus menuju puting susu. Keluarnya air susu karena kontraksi otot polos
tersebut disebut refleks aliran (Marmi, 2014).
Refleks aliran dipengaruhi oleh keadaan kejiwaan ibu, rasa khawatir dan
rasa sakit (misalnya luka jahitan) yang dirasakan ibu dapat menghambat refleks
tersebut. Diduga, hal tersebut menyebabkan lepasnya adrenalin yang
menghambat oksitosin tidak dapat mencapai otot polos sehingga tidak terjadi
kontraksi dari otot polos (Marmi, 2014).
22
Gambar 2.2. Refleks Oksitosin
Sumber : Setiawandari. 2014. Perbedaan Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
c. Galaktopoesis, yaitu proses mempertahankan produksi ASI.
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur
kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu
untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama
menyusui. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu
dari alveoli ke siste duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan
berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses
menyusui (Wiji, 2014).
Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan
isapan kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini
berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu
berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan
pengeluaran air susu ibu mulai sejak minggu pertama kelahiran (Wiji, 2014).
Oksitosin bekerja pada sel-sel meopitellium pada alveoli kelenjar mamae.
Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus
dan dinding saluran sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering menyusui,
pengosongan alveolus dan saluran semakin baik sehingga kemungkinan
23
terjadinya bendungan susu semakin kecil dan menyusui akan semakin lancer.
Jadi peranan prolaktin dan oksitosin mutlak diperlukan dalam laktasi (Wiji, 2014).
Gambar 2.3. Proses Pembentukan ASI
Sumber: Wiji,Rizki Natia. 2014. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha Medika. Hal: 100.
2. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Ibu perlu mempersiapkan segala hal agar proses
menyusui berjalan lancar. Manajemen laktasi dimulai pada masa kehamilan,
segera setelah persalinan, kemudian pada saat menyusui menurut Khasanah
(2013) yaitu sebagai berikut.
Kehamilan Merangsang Perubahan Buah Dada
Impuls syaraf dari hisapan
Stimulasi Hipotalamus
Sekresi Prolaktin
Stimulasi Hipofise Posterior
Stimulasi Hipofise Anterior
Sekresi Oksitosin
Produksi ASI dalam sel alveolar
Kontraksi sel myoepitel sekitar
alveoli Let Down Reflex
(Mengalirnya ASI ke sinus laktiferus)
LAKTASI
24
a. Pada Masa Kehamilan (Antenatal)
Ibu harus siap untuk memberikan ASI kepada bayinya yang akan
dilahirkan, terutama bagi ia yang akan melahirkan untuk pertama kalinya.
Persiapan demikian harus dilakukan sedini mungkin, dan ia harus yakin bahwa
ASI merupakan makanan bayi yang terbaik. Pada Masa ini yang perlu dilakukan
olehnya adalah sebagai berikut.
1) Mengumpulkan informasi tentang manfaat dan keunggulan ASI, serta
menyusui, baik bagi ibu maupun bayinya, di samping bahaya pemberian
susu botol.
2) Pemeriksaan kesehatan, kehamilan, keadaan puting payudara dan
payudara, apakah ada kelainan atau tidak. Disamping itu, perlu dipantau
kenaikan berat badan ibu hamil.
3) Perawatan payudara mulai kehamilan umur 6 bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
4) Memperhatikan kebutuhan gizi karena ibu hamil dan menyusui
memerlukan tambahan gizi untuk mencukupi kebutuhan gizi janin dan
menabung zat gizi untuk menyusui kelak.
5) Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini, perlu
diperhatikan keluarga, terutama suami kepada istri yang sedang hamil
untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
b. Pada Masa Segera Setelah Persalinan
Adapun beberapa hal penting yang perlu dilakukan pada masa segera
setelah kehamilan adalah sebagai berikut:
1) Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran atau disebut dengan
inisiasi menyusu dini, dan ditunjukkan cara menyusui yang baik dan
benar, baik tentang posisi maupun cara melekatkan bayi pada payudara
ibu.
2) Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi dan ibu selama 24 jam
sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
3) Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi dalam waktu 2 minggu
setelah melahirkan.
c. Pada Masa Menyusui
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dilakukan oleh ibu pada masa
menyusui:
25
1) Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi,
yaitu hanya memberikan ASI tanpa makanan atau minuman apa pun
selain ASI.
2) Ibu perlu memperhatikan gizi selama menyusui karena produksi ASI akan
optimal jika gizi ibu terpenuhi kebutuhannya.
3) Ibu menyusui harus cukup istirahat, dan menjaga ketenangan pikiran,
serta menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak
terhambat.
4) Pengertian dan dukungan keluarga, terutama suami penting untuk
menunjang keberhasilan menyusui.
5) Apabila mengalami permasalahan dalam proses menyusui, ibu perlu
segera memeriksakan ke puskesmas atau rumah sakit.
A.2.5. Volume Produksi ASI
Menurut Kent (2007), sebagaimana yang dikutip oleh Pollard (2016)
panduan rata-rata jumlah susu yang mereka berikan kepada bayi selama
menyusui yaitu:
1. Ketika lahir sampai 5 ml ASI penyusuan pertama
2. Dalam 24 jam 7-123 ml/hari ASI 3-8 penyusuan
3. Antara 2-6 hari 395-868 ml/hari ASI 5-10 penyusuan
4. Satu bulan 395-868 ml/hari ASI 6-18 penyusuan
5. Enam bulan 710-803 ml/hari ASI 6-18 penyusuan
Tiap payudara menghasilkan jumlah susu yang berbeda. Pada 7 dari 10
ibu ditemukan bahwa payudara kanan lebih produktif. Kent (2007) menemukan
bahwa bayi mengosongkan payudara hanya satu atau dua kali per hari dan rata-
rata hanya 67 persen dari susu yang tersedia dikonsumsi dengan volume rata-
rata 76 ml setiap kali menyusu (Pollard, 2016).
A.2.6. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Selain kendala pada ibu dan bayi, pemberian ASI juga mengalami
kendala pada faktor produksi ASI. Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi
adalah sebagai berikut (Wiji, 2014).
1. Makanan
26
Makanan yang dikonsumsi ibu menyusui sangat berpengaruh terhadap
produksi ASI. Apabila makanan yang ibu makan cukup akan gizi dan pola
makan yang teratur, maka produksi ASI akan berjalan dengan lancar.
2. Ketenangan jiwa dan fikiran
Untuk memproduksi ASI yang baik, makan kondisi kejiwaan dan fikiran
harus tenang. Keadaan psikologis ibu yang tertekan, sedih dan tegang
akan menurunkan volume ASI.
3. Penggunaan alat kontrasepsi
Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu menyusui perlu diperhatikan agar
tidak mengurangi produksi ASI. Menurut Khasanah (2013), bagi ibu yang
dalam menyusui tidak dianjurkan menggunakan kontrasepsi yang
mengandung hormon estrogen karena hal ini dapat mengurangi jumlah
produksi ASI, bahkan menghentikan produksi ASI secara keseluruhan.
hipofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.
5. Anatomis payudara
Jumlah lobus dalam payudara juga mempengaruhi produksi ASI. Selain
itu, perlu diperhatikan juga bentuk anatomis papilla atau puting susu ibu.
6. Faktor fisiologi
ASI terbentuk oleh karena pengaruh dari hormon prolaktin yang
menentukan produksi ASI dan mempertahankan sekresi air susu.
7. Pola istirahat
Faktor istirahat mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. Apabila
kondisi ibu terlalu capek, kurang istirahat maka ASI juga berkurang.
8. Faktor isapan anak atau frekuensi penyusuan
Semakin sering bayi menyusu pada payudara ibu, maka produksi dan
pengeluaran ASI akan semakin banyak.
9. Berat lahir bayi
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI
yang lebih rendah dibandingkan bayi yang berat lahir normal (BBL>2500
gr). Kemampuan menghisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi
dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal
27
yang akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam
memproduksi ASI.
10. Umur kehamilan saat melahirkan
Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini
disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34
minggu) sangat lemah dan tidak mampu menghisap secara efektif
sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir cukup bulan.
11. Konsumsi rokok dan alkohol
Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu
hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat
pelepasan oksitosin.
A.3. TEKNIK MARMET
A.3.1. Pengertian Teknik Marmet
Dikenal teknik memerah ASI yang disebut teknik Marmet, yaitu cara
memeras ASI secara manual dan mengutamakan let down reflex (LDR). Teknik
marmet yaitu merangsang LDR di awal proses memerah dapat menghasilkan
ASI sebanyak 2-3 kali lipat dibanding tanpa menggunakan teknik LDR ini. Let
down refleks (LDR) sama dengan rangsangan yang terjadi jika puting dihisap
oleh bayi dan setelah beberapa saat tiba-tiba payudara akan mengencang dan
ASI akan keluar deras sehingga bayi harus mempercepat irama menghisap ASI,
kurang lebih seperti itulah jika efek LDR kita dapatkan. ASI akan tiba-tiba
mengalir dengan deras tanpa diperlukan pijatan atau perasan yang sangat
kencang (Marmi, 2014).
Memerah ASI dengan teknik Marmet awalnya diciptakan oleh seorang ibu
yang harus mengeluarkan ASInya karena alasan medis. Awalnya ia kesulitan
mengeluarkan ASI dengan refleks yang tidak sesuai dengan refleks keluarnya
ASI saat bayi menyusu. Hingga akhirnya ia menemukan suatu metode memijat
dan menstimulasi agar refleks keluarnya ASI optimal. Kunci sukses dari teknik ini
adalah kombinasi dari cara memerah ASI dan cara memijat (Marmi, 2014).
Menurut UNICEF (2008), dalam Pollard (2016) memerah dengan tangan
merupakan teknik dasar yang harus diajarkan kepada seorang ibu dalam 24 jam
setelah bayi lahir supaya ia percaya diri menghadapi semua masalah yang
28
mungkin timbul, seperti memberikan susu suplemen untuk ASI bila bayi sakit,
atau tidak dapat menyusu dengan baik, atau bila terpisah dari ibu karena
berbagai alasan. Juga dapat membantu ibu mengatasi persoalan-persoalan yang
lain, seperti puting yang tidak menonjol atau terjadi pembengkakan payudara.
Pemerahan susu dengan tangan lebih direkomendasikan dari pada dengan
pompa payudara karena pada hari-hari pertama, kadar kolostrum masih rendah
dan dapat hilang atau tertinggal dalam pompa payudara.
Jika teknik ini dilakukan dengan efektif dan tepat, maka seharusnya tidak
akan terjadi masalah dalam produksi ASI ataupun cara mengeluarkan ASI.
Teknik ini dapat dengan mudah dipelajari sesuai instruksi. Tentu saja semakin
sering ibu melatih memerah dengan teknik marmet ini, maka ibu makin terbiasa
dan tidak akan menemui kendala (Marmi, 2014).
A.3.2. Manfaat Memerah ASI dengan Teknik Marmet
Menurut Soraya (2006), dalam Setiawandari (2014) adapun manfaat
memerah ASI dengan menggunakan teknik Marmet yaitu:
a. Penggunaan pompa ASI relative tidak nyaman dan tidak efektif
mengosongkan payudara.
b. Banyak ibu telah membuktikan bahwa memerah ASI dengan tangan jauh
lebih nyaman dan alami (saat mengeluarkan ASI)
c. Refleks keluarnya ASI lebih mudah terstimulasi dengan Skin to skin
contact (dengan cara memerah tangan) daripada penggunaan pompa
(terbuat dari plastik).
d. Nyaman digunakan`
e. Aman dari segi lingkungan.
f. Portable (mudah dibawa kemana-mana) dan ekonomis.
A.3.3. Cara Memerah ASI dengan Teknik Marmet
Menurut UNICEF (2010), dalam Pollard (2016) memerah dengan tangan
menghasilkan stimulus sentuhan yang memacu hormon laktasi dan
memungkinkan ibu untuk memilih daerah-daerah khusus pada payudara bila ada
saluran-saluran yang tersumbat. Bila pemerahan dengan tangan hanya satu-
satunya cara untuk mengosongkan payudara, maka ibu harus didorong untuk
29
memerah paling sedikit 8 kali sehari, termasuk di malam hari ketika kadar
prolaktin paling tinggi.
Teknik marmet merupakan kombinasi cara memerah ASI dan memijat
payudara sehingga refleks ASI dapat optimal. Teknik memerah ASI dengan cara
marmet bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak di
bawah areola sehingga diharapkan dengan mengosongkan ASI pada sinus
laktiferus akan merangsang pengeluaran prolaktin. Pengeluaran hormon
prolaktin diharapkan akan merangsang mammary alveoli untuk memproduksi
ASI. Semakin banyak ASI dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan
semakin baik produksi ASI di payudara (Widiastuti, 2015).
Jones dan Spancer (2008), sebagaimana dikutip oleh Pollard (2016)
memijat payudara yang dilakukan dengan baik dan benar penting untuk
menstimulasi keluarnya susu dan harus dilakukan sebelum memerah dengan
tangan atau ketika menggunakan pompa.
Gambar 2.4. Cara Memerah ASI Teknik dr. Marmet
Sumber : Setiawandari. 2014. Perbedaan Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Menurut Chele Marmet (1978), dalam Setiawandari (2014) cara memerah
Air Susu Ibu dengan menggunakan teknik Marmet yaitu:
1. Perah payudara selama 5 – 7 menit,
30
2. Pijat payudara ± 1 menit
3. Perah payudara selama 3 – 5 menit,
4. Pijat payudara ± 1 menit, dan
5. Perah payudara selama 2-3 menit.
a. Memijat Payudara
1) Tekan 2 jari (Gambar 2.5.1) atau
3 jari (Gambar 2.5.4) ke dinding
dada. Buat gerakan melingkar
pada satu daerah di payudara.
Setelah beberapa detik,
pindahkan jari ke daerah
berikutnya. Arah pijatan spiral
(Gambar 2.5.1, 2.5.2)
mengeliling payudara atau radial
(Gambar 2.5.3, 2.5.4) menuju
puting susu.
2) Kepalkan tangan, tekan ruas ibu
jari ke dinding dada (Gambar
2.5.5). Pindahkan tekanan
berturut-turut ruas telunjuk, jari
tengah, jari manis dan kelingking
ke arah puting (Gambar 2.5.6).
Ulangi gerakan ini pada daerah
berikutnya.
b. Memerah Payudara
1) Letakkan ibu jari di tepi atas aerola pada posisi pukul 12 (Gambar 2.6.1&2).
2) Letakkan jari telunjuk di tepi bawah aerola pada posisi pukul 6. Ketiga jari lain
menyangga payudara (Gambar 2.6.1&2).
3) Dengan kedua jari, tekan jaringan payudara ke dalam ke arah rongga dada
tanpa ibu jari dan jari telunjuk berubah posisi (Gambar 2.6.3).
4) Lanjutkan dengan gerakan ke depan memijat jaringan di bawah aerola
sehingga memerah ASI dalam saluran ASI (Gambar 2.6.4). Lakukan gerakan
ini beberapa kali sampai pancaran ASI yang keluar berkurang.
Gambar 2.5. Memijat Payudara
Sumber : Setiawandari. 2014. Perbedaan Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
31
5) Ubah posisi ibu jari dan telunjuk misalkan pada posisi pukul 9 dan 3 (Gambar
2.6.5). Ulangi tahap 3-4.
6) Lakukan hal sama pada posisi yang berbeda. Setiap posisi ibu jari dan
telunjuk selalu berhadap-hadapan.
c. Memerah ASI yang tidak dianjurkan
Menurut Chele Marmet (1978), sebagaimana yang dikutip oleh
Setiawandari (2014) memerah ASI yang tidak dianjurkan adalah sebagai berikut.
1) Menekan puting susu (Squeeze),
memijat dengan 2 jari dapat
menyebabkan lecet (Gambar
2.7.1).
2) Mengurut – mendorong (Sliding
on) dari pangkal payudara, dapat
menyebabkan kulit nyeri
(payudara memar atau
memerah) (Gambar 2.7.2).
3) Menarik puting dan payudara
(Pulling) dapat menyebabkan
kerusakan jaringan (merusak
lapisan lemak pada aerola)
(Gambar 2.7.3).
Gambar 2.6. Memerah Payudara
Sumber : Setiawandari. 2014. Perbedaan Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Gambar 2.7. Teknik yang Tidak Dianjurkan dalam
Memerah ASI
Sumber : Setiawandari. 2014. Perbedaan Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
32
Para ibu perlu diingatkan bahwa dalam beberapa hari pertama setelah
melahirkan, volume kolostrum masih rendah dan jangan mengharap terlalu
banyak. Setelah mereka percaya diri, beberapa ibu boleh memilih untuk
memerah kedua payudara secara bersamaan (Pollard, 2016).
B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Teknik
Marmet dalam Pengosongan Payudara terhadap Produksi ASI pada Ibu Post
partum di Klinik Pratama Jannah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2017” adalah sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.8. Kerangka Konsep Penelitian
Dari kerangka konsep di atas, dapat dilihat bahwa Variabel Independen
dalam penelitian ini adalah Teknik Marmet dalam Pengosongan Payudara
sedangkan Variabel Dependen dalam penelitian ini adalah Produksi ASI.
C. Definisi Oprasional
Definisi operasional berkaitan dengan judul penelitian ini dapat diuraikan
pada table berikut.
Tabel 2.1. Definisi Operasional
NO VARIABEL DEFINISI
OPERASIONAL ALAT UKUR
INDIKATOR PENILAIAN
SKALA
1 Teknik Marmet
Teknik mengeluarkan ASI pada ibu post partum dengan cara memijat dan memerah payudara
Lembar Observasi
1 = Dilakukan 0 = Tidak Dilakukan
Nominal
2 Produksi ASI
Banyaknya ASI ibu post partum yang keluar, diukur dengan menggunakan alat pompa payudara (Breast Pump)
Pompa Payudara (Breast Pump) merek Dodo
Baik apabila produksi ASI ≥ 7 ml/perah dengan interval 6 jam Tidak Baik apabila produksi ASI < 7 ml/perah dengan interval 6 jam
Rasio
Teknik Marmet (Pengosongan Payudara)
Produksi ASI
33
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep teoritis dan definisi operasional dapat
diajukan hipotesis penelitian yaitu:
1. Terdapat perbedaan produksi ASI pada kelompok dilakukan dengan tidak
dilakukan teknik marmet dalam pengosongan payudara pada ibu post
partum.
2. Terdapat pengaruh dilakukan teknik marmet dalam pengosongan
payudara terhadap produksi ASI pada ibu post partum.
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan metode yang digunakan adalah
Quasy Experimental (Eksperimen Semu) dengan desain penelitian non
equivalent control group design (desain kelompok kontrol non ekuivalen).
Dimana jenis racangan penelitian ini yang dilakukan pada dua kelompok
(perlakuan dan kontrol) tanpa adanya proses randomisasi kemudian dilakukan
pengamatan sebelum dan sesudah. Rancangan penelitian ini dipilih karena tidak
mamppu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk mengontrol pengaruh
dari variabel eksterna.
Pretes Perlakuan Postes
Kelompok Eksperimen O1 X O2
Kelompok Kontrol O3 O4
Keterangan :
O1 : Hasil observasi awal (pre-test) kelompok Eksperimen
O3 : Hasil observasi awal (pre-test) kelompok Kontrol
X : Teknik Marmet dalam pengosongan payudara
O2 : Hasil observasi akhir (post-test) kelompok Eksperimen
O4 : Hasil observasi akhir (post-test) kelompok Kontrol
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
B.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Klinik Pratama Jannah Jl. Makmur No.
139 Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang
Tahun 2017. Pemilihan lokasi penelitian tersebut dilakukan atas pertimbangan di
Klinik Pratama Jannah belum pernah dilakukan penelitian terkait Teknik Marmet
terhadap produksi ASI. Dan terdapat ibu yang tidak menyusui bayinya dengan
alasan ASI tidak lancar.
35
B.2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 sampai dengan
November 2017. Penelitian ini dimulai dari pengajuan judul, survey awal,
pengajuan proposal, sidang proposal, perbaikan proposal, melakukan penelitian,
mengajukan hasil penelitian, sidang skripsi dan perbaikan skripsi.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian adalah semua ibu post partum yang melahirkan
di Klinik Pratama Jannah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Jumlah populasi peneliti dalam survei awal pada periode bulan Januari sampai
dengan maret 2017 sebanyak 83 ibu postpartum dan 30 diantaranya ibu
postpartum primipara.
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah populasi yang
memenuhi kriteria inklusi penelitian yaitu:
1. Bersedia menjadi responden.
2. Ibu post partum primipara yang melahirkan di Klinik Pratama Jannah.
3. Ibu Post partum dengan Hb normal.
4. Bayi lahir dengan keadaan normal dan sehat.
Kriteria Eksklusi:
1. Ibu post partum yang mengalami komplikasi atau penyulit pada saat nifas
Teknik sampling menggunakan Total Sampling, yaitu seluruh populasi
yang memenuhi kriteria inklusi. Besar sampel pada penelitian ini adalah seluruh
jumlah populasi. Maka besar sampel yang diambil adalah 30 orang.
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
D.1. Jenis Data
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden
penelitian, yang diperoleh melalui lembar observasi penelitian. Observasi adalah
motode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap subjek
penelitian.
Data sekunder yaitu data yang mendukung dalam penelitian berupa
referensi, laporan, dokumen klinik dari Klinik Pratama Jannah Kecamatan Percut
Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
36
D.2. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data penelitian untuk variabel produksi ASI
menggunakan lembar observasi dengan melakukan pengukuran banyaknya ASI
dengan menggunakan Breast Pump sebelum dan sesudah dilakukan Teknik
Marmet dalam pengosongan payudara.
E. Alat Ukur/Instrumen dan Bahan Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan yaitu Pompa Payudara (Breast
Pump) merek Dodo dan Standar Operasional Prosedur (SOP) teknik marmet
sebagai alat ukur untuk mengukur produksi ASI ibu post partum.
F. Prosedur Penelitian
Pertama peneliti memberikan surat permohonan izin tempat penelitian
dengan nomor : KH.03.02/01.04/0842/2017 pada tanggal 7 Agustus 2017 ke
Klinik Pratama Jannah. Pada tanggal 8 Agustus 2017 peneliti mendapatkan surat
balasan permohonan izin tempat penelitian dengan nomor :
3146/440/KP/V/DS/2015 yang berisi menyetujui permohonan izin tersebut.
Selanjutnya peneliti akan memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada
calon responden yang melakukan kunjungan akhir atau kunjungan rumah (home
visit) sebelum bersalin yang memenuhi kriteria inklusi. Kemudian menjelaskan
tentang penelitian yang akan dilakukan dan kebutuhan adanya responden dalam
penelitian tersebut. Setelah melakukan permohonan menjadi responden apabila
responden setuju maka responden menandatangani lembar Informed consent.
Tujuannya agar partisipan mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta
dampak yang akan diterima yang mungkin terjadi selama pengumpulan data.Jika
responden tidak bersedia untuk diteliti, peneliti tidak akan memaksa dan tetap
menghormati haknya.
Selanjutnya peneliti hanya akan mencantumkan inisial dan tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data untuk menjaga
kerahasiaan yang disebut Anonimity (tanpa nama). Peneliti juga akan menjaga
kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden yang disebut Confidentially
(kerahasiaan). Infromed consent responden yang diperoleh pada saat kunjungan
37
akhir sebelum bersalin di klinik terdapat 22 responden dan 8 informed consent
responden diperoleh pada saat kunjungan rumah (home visit).
Selanjutnya peneliti membagi sampel menjadi dua kelompok yaitu
kelompok 1 diberikan intervensi teknik marmet dan kelompok 2 tidak diberikan
intervensi teknik marmet. Apabila responden datang ke klinik dan ingin bersalin
bidan yang bekerja di klinik tersebut menghubungi peneliti melalui handphone
agar segera datang.
Setelah ibu selesai bersalin dan 2 jam masa kala IV (pengawasan) maka
dilakukan pengukuran produksi ASI sebelum (pretest) dilakukan intervensi pada
kedua kelompok. Kemudian dilakukan teknik marmet sebanyak 2 kali sesuai
Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan interval waktu 2 jam pada
kelompok yang dilakukan intervensi saja. Sedangkan kelompok kontrol tidak
diberikan perlakuan apa pun. Dan untuk pengukuran produksi ASI sesudah
(posttest) dilakukan pada kedua kelompok pada 6 jam postpartum. Selanjutnya
apabila data sudah diperoleh maka peneliti melakukan pengolahan dan analisis
data hingga didapatkan hasil dan kesimpulan.
G. Analisis Data
G.1. Analisa Univariat
Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan/ mendeskripsikan
karakteristik masing-masing variabel (Oktavia, 2015). Analisa univariat dalam
penelitian ini menggunakan bantuan program komputer.
G.2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat merupakan metode-metode statistik deskriptif dan
inferensial yang digunakan untuk menguji perbedaan atau mengukur hubungan
antara dua variabel penelitian (Alhamda, 2016).
Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Paired T Test dan
Mann Whitney U Test yang digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen. Sedangkan interpretasinya adalah
sebagai berikut:
a. Apabila – t tabel < t hitung < t tabel atau p value > 0,05 maka
kesimpulannya adalah H0 diterima dan H1 ditolak, artinya tidak ada
38
perbedaan pengaruh ibu post partum dengan teknik marmet dan ibu post
partum tanpa teknik marmet terhadap produksi ASI.
b. Apabila t hitung < - t tabel dan t hitung > t tabel atau p value < 0,05
maka kesimpulannya adalah H0 ditolak dan H1 diterima, artinya ada
perbedaan pengaruh teknik marmet pada ibu post partum dan ibu post
partum tanpa teknik marmet terhadap produksi ASI.
c. Apabila atau p value > 0,05 maka kesimpulannya adalah H0 diterima dan
H1 ditolak, artinya tidak ada perbedaan pengaruh ibu post partum dengan
teknik marmet dan ibu post partum tanpa teknik marmet terhadap
produksi ASI.
d. Apabila atau p value < 0,05 maka kesimpulannya adalah H0 ditolak dan
H1 diterima, artinya ada perbedaan pengaruh teknik marmet pada ibu
post partum dan ibu post partum tanpa teknik marmet terhadap produksi
ASI.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 30 responden ibu post partum
mengenai “Pengaruh Teknik Marmet dalam Pengosongan Payudara terhadap
Produksi ASI pada Ibu Post Partum di Klinik Pratama Jannah Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017” maka didapat hasil sebagai berikut :
A.1. Analisa Data Univariat
Analisis data univariat digunakan untuk melihat distribusi frekuensi dari
variabel dependen dan variabel independen yaitu :
A.1.1. Karakteristik Responden
Adapun karakteristik ibu post partum meliputi umur dan pendidikan terakhir
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Ibu Post Partum Primipara di Klinik Pratama Jannah
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
No. Karakteristik Ibu Frekuensi %
1. 2. 3.
Umur (Tahun) ≤20 21-25 26-30
12 15 3
40,0 50,3 10,7
Jumlah 30 100,0
1. 2. 3. 4.
Pendidikan
SD SMP SMA Perguruan Tinggi
5 9
12 4
16,7 30,0 40,0 13,3
Jumlah 30 100,0
Pada tabel 4.1 diketahui bahwa umur responden di Klinik Pratama Jannah
mayoritas berusia 21-25 tahun sebanyak 15 orang (50,3%) dan pendidikan
mayoritas responden adalah SMA sebanyak 12 orang (40,0%).
40
A.1.2. Distribusi Hasil Observasi Responden
Setelah dilakukan penelitian terhadap 30 ibu post partum primipara dengan
mengadakan observasi sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) pada kelompok
dilakukan dan tidak dilakukan teknik marmet dalam pengosongan payudara di Klinik
Pratama Jannah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017,
maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 4.2. Distribusi Produksi ASI Ibu Post Partum yang Dilakukan Teknik Marmet di Klinik
Pratama Jannah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
PRODUKSI ASI PRE-TEST POST-TEST
FREKUENSI PERSENTASI
(%) FREKUENSI
PERSENTASI (%)
Baik 5 33% 15 100%
Tidak Baik 10 67% 0 0%
JUMLAH 15 100% 15 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa produksi ASI pada ibu
postpartum kelompok yang dilakukan teknik marmet berjumlah 15 orang. Pada hasil
pre-test didapatkan hasil yang produksi ASI baik berjumlah 5 orang (33%) dan Tidak
Baik berjumlah 10 orang (67%). Setelah dilakukan teknik marmet didapatkan hasil
pada post-test produksi ASI ibu post partum seluruhnya (100%) baik.
Tabel 4.3. Distribusi Produksi ASI Ibu Post Partum yang Tidak Dilakukan Teknik Marmet di Klinik
Pratama Jannah Kecamatan Medan Tuntungan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017
PRODUKSI ASI PRE-TEST POST-TEST
FREKUENSI PERSENTASI
(%) FREKUENSI
PERSENTASI (%)
Baik 5 33% 9 60%
Tidak Baik 10 67% 6 40%
JUMLAH 15 100% 15 100%
Dan pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa produksi ASI pada ibu postpartum
kelompok yang tidak dilakukan teknik marmet berjumlah 15 orang. Pada hasil pre-
test didapatkan hasil yang produksi ASI baik berjumlah 5 orang (33%) dan Tidak
41
Baik berjumlah 10 orang (67%). Tanpa dilakukan teknik marmet didapatkan hasil
pada post-test setelah 6 jam post partum maka terlihat bahwa produksi ASI ibu post
partum baik hanya berjumlah 6 orang (40%) dan produksi ASI yang tidak baik
terdapat 9 orang (60%).
Tabel 4.4. Deskripsi Data Selisih/ Beda Pretest dan Postest Produksi ASI pada Kelompok
Dilakukan dan Tidak Dilakukan Teknik Marmet dalam Pengosongan Payudara pada Ibu
Post Partum
KELOMPOK SAMPEL
MEAN BEDA MEAN
N PRE-TEST POST-TEST
Dilakukan Teknik Marmet 6.00 9.80 3.80 15
Tidak Dilakukan Teknik Marmet 5.87 7.07 1.20 15
Selisih hasil observasi pretest dan posttest pada kelompok yang dilakukan
teknik marmet dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang diperoleh rata-rata
sebesar 3.80. Dan untuk hasil observasi pretest dan posttest pada kelompok yang
tidak dilakukan teknik marmet dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang diperoleh
rata-rata sebesar 1.20. Dari deskripsi data selisih/beda antara hasil observasi
produksi ASI pada kelompok dilakukan teknik marmet dengan tidak dilakukan dapat
terlihat bahwa rata-rata selisih/beda kelompok dillakukan teknik marmet lebih tinggi
dibandingkan dengan rata-rata kelompok tidak dilakukan teknik marmet.
A.2. Analisa Data Bivariat
Analisa data bivariat dalam penelitian ini digunakan untuk menjawab
hipotesis penelitian yaitu untuk mengetahui perbedaan produksi ASI sebelum dan
sesudah dilakukan dan tidak dilakukan teknik marmet dalam pengosongan payudara
terhadap produksi ASI pada ibu post partum dilakukan dengan menggunakan uji
Paired Sample t test dan mengetahui pengaruh dilakukan teknik marmet dalam
pengosongan payudara terhadap produksi ASI ibu post partum dilakukan dengan
menggunakan uji Mann Whitney U Test.
42
A.2.1. Perbedaan Produksi ASI Dilakukan dengan Tidak Dilakukan Teknik
Marmet dalam Pengosongan Payudara terhadap Produksi ASI Ibu Post
Partum
Tabel 4.5. Hasil Uji Paired Sample T Test Dilakukan Teknik Marmet terhadap Produksi ASI
KELOMPOK SAMPEL
MEAN BEDA MEAN
N p value t PRE-TEST POST-TEST
Dilakukan Teknik Marmet
6.00 9.80 3.80 15 0.00 21.77
Berdasarkan hasil analisa uji statistik perbedaan rata-rata pretest dengan
posttest pada kelompok yang dilakukan teknik marmet dengan menggunakan
uji Paired Sample T-Test didapatkan nilai t hitung = 21.77 > t tabel 2.53 dan
nilai p = 0.00 (p < 0.05) maka kesimpulannya adalah H0 ditolak dan H1
diterima, artinya terdapat pengaruh dilakukan teknik marmet dalam
pengosongan payudara pada ibu post partum.
Tabel 4.6.
Hasil Uji Paired Sample T Test Tidak Dilakukan Teknik Marmet terhadap
Produksi ASI
KELOMPOK SAMPEL
MEAN BEDA MEAN
N p value t PRE-TEST POST-TEST
Tidak Dilakukan Teknik Marmet
5.87 7.07 1.20 15 0.00 8.29
Berdasarkan hasil analisa uji statistik perbedaan rata-rata pretest dengan
posttest pada kelompok yang tidak dilakukan teknik marmet dengan
menggunakan uji Paired Sample T-Test didapatkan nilai t hitung = 8.29 > t
tabel 2.53 dan nilai p = 0.00 (p < 0.05) maka kesimpulannya adalah H0
ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh tidak dilakukan teknik
marmet dalam pengosongan payudara pada ibu post partum.
A.2.2. Pengaruh Dilakukan Teknik Marmet dalam Pengosongan Payudara
terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum
43
Tabel 4.7. Hasil Uji Mann Whitney U Test Perbedaan Hasil Observasi Produksi ASI antara
Dilakukan dan Tidak Dilakukan Teknik Marmet dalam Pengosongan Payudara
KELOMPOK SAMPEL BEDA MEAN
N RR
95% CI p
value z
Dilakukan Teknik Marmet 3.80 15 1.667 (1.103-2.519)
0.00 -4.82 Tidak Dilakukan Teknik Marmet 1.20 15
Berdasarkan hasil analisa uji statistik perbedaan rata-rata pada kelompok
yang dilakukan teknik marmet dengan tidak dilakukan teknik marmet dengan
menggunakan uji Mann Whitney U Test didapatkan nilai Iz hitungI = 4.82 > Iz
tabelI 1.96 dan nilai p = 0.00 (p < 0.05) maka kesimpulannya adalah H0
ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat perbedaan hasil observasi produksi
ASI antara dilakukan dan tidak dilakukan teknik marmet dalam pengosongan
payudara pada ibu post partum. Dari hasil analisis tersebut diperoleh nilai
Relative Risk (RR) 1,667 yang berarti ibu post partum yang dilakukan teknik
marmet memiliki peluang untuk produksi ASI menjadi baik sebesar 1.667
atau 1 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak dilakukan teknik
marmet.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian “Pengaruh Teknik Marmet dalam Pengosongan
Payudara pada Ibu Post Partum di Klinik Pratama Jannah Kecamatan Percut Sei
Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017” diperoleh pembahasan sebagai berikut.
B.1. Poduksi ASI Sebelum dan Setelah Dilakukan Teknik Marmet pada Ibu
Post Partum
Berdasarkan uji Paired Sample T Test diketahui bahwa p = 0.00 (p < 0.05)
maka artinya terdapat perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan
teknik marmet dalam pengosongan payudara pada ibu post partum. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara produksi ASI sebelum dan
sesudah dilakukan teknik tersebut yaitu sebanyak 15 responden mendapatkan
produksi ASI yang baik. Berdasarkan hasil observasi produksi ASI dilihat dari hasil
44
perahan sebelum dilakukan teknik marmet terdapat 10 responden yang
mendapatkan produksi ASI tidak baik (<7ml/perah). Setelah dilakukan teknik
marmet didapatkan hasil bahwa seluruh responden (100%) mendapatkan produksi
ASI yang baik (≥7ml/perah) dengan interval 6 jam setelah dilakukan pretest.
Menurut Hormann (2006) dengan melakukan teknik marmet dapat membantu
kunci reflek pengeluaran ASI (letdown reflex) yang efektif dalam hari-hari pertama
menyusui, karena tebalnya konsistensi kolostrum dan ketika susu matang
diproduksi. Teknik marmet mengembangkan metode pijat dan stimulasi untuk
membantu kunci reflek pengeluaran ASI. Keberhasilan dari teknik ini adalah
kombinasi dari metode pijat dan pengeluaran susu (Milk Ejection Reflex) sehingga
ibu menyusui yang sebelumnya hanya mampu mengeluarkan ASI sedikit atau tidak
sama sekali, mendapatkan hasil yang sangat baik dengan teknik ini (Titisari, 2016).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Titisari (2016),
Perbandingan Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin dengan
Breast Care Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum yaitu hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pemberian teknik marmet dan oksitosin mempengaruhi
produksi ASI ibu post partum yang dapat dicapai oleh seluruh responden.
Pada penelitian widiastuti (2015), Pengaruh Teknik Marmet terhadap
Kelancaran Air Susu Ibu dan Kenaikan Berat Badan Bayi diperoleh hasil analisis uji
statistik pada penelitian ini tentang perbedaan teknik marrmet dan masase
payudara terhadap kelancaran ASI menunjukkan adanya perbedaan secara
statistik. Berdasarkan pengamatan dan wawancara terstruktur kelompok responden
yang mendapatkan teknik marmet pada empat hari post partum, persentase skor
kelancaran ASI tinggi lebih banyak bila dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Berdasarkan uji pengaruh menggunakan uji one sample kolmogorovsmirnov pada
masing-masing perlakuan di dapatkan hasil bahwa teknik marmet berpengaruh
dengan p 0.01< alpha 0.05. Sedangkan masase payudara secara statistik tidak
berpengaruh pada penelitian ini dengan nilai p 0.07> dari nilai alpha 0.05. Dengan
hasil ini dapat diketahui bahwa teknik marmet lebih memberikan pengaruh dalam
kelancaran ASI dibandingkan dengan teknik masase payudara.
45
B.2. Produksi ASI Sebelum dan Sesudah Tidak Dilakukan Teknik Marmet
pada Ibu Post Partum
Secara statistik pada kelompok yang tidak dilakukan teknik marmet
didapatkan nilai p = 0.00 (p < 0.05) maka artinya terdapat pengaruh sebelum dan
sesudah tidak dilakukan teknik marmet dalam pengosongan payudara pada ibu
post partum. Pada hasil observasi pretest pada kelompok tidak dilakukan teknik
marmet sebanyak 5 responden mendapatkan produksi ASI yang baik (≥7ml/1 x
perah). Kemudian pada hasil observasi posttest pada kelompok yang tidak
dilakukan teknik marmet didapatkan hasil bahwa 9 responden (60%) mendapatkan
produksi ASI yang baik (≥7ml/perah) dan masih ada 6 responden yang masih
mendapatkan produksi ASI yang tidak baik (<7ml/perah) dengan interval 6 jam
setelah dilakukan pretest.
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat kompleks antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Pengaturan hormon
terhadap pengeluaran ASI dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu pembentukan
kelenjar payudara yang dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron dan
prolaktin; pembentukan air susu dipengaruhi oleh refleks prolaktin (hormon
prolaktin) dan refleks let down (isapan bayi serta dipengaruhi hormon oksitosin);
dan pemeliharaan pengeluaran air susu dipengaruhi oleh prolaktin dan oksitosin
(Trisnawati, 2017).
Menurut penelitian Puspitasari (2016) ada hubungan antara inisiasi menyusu
dini dengan kelancaran pengeluaran ASI pada ibu post partum di wilayah kerja
Puskesmas Patrang Kabupaten Jember dengan p value sebesar 0.028 (p value <
α(0.05)). Nilai Resiko Relatif (RR) = 0.392, artinya IMD yang dilakukan dengan
tepat mempunyai peluang 0.392 kali mengalami kelancaran pengeluaran ASI
dibanding IMD yang dilakukan dengan tidak tepat.
Namun pada penelitian Trisnawati (2017), diketahui bahwa dalam
penelitiannya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama pelaksanaan
IMD dengan waktu pengeluaran ASI. Dimana nilai p = 0.176 lebih besar dari α 0.05
sehingga tidak terdapat hubungan antara lama IMD dengan waktu pengeluaran
ASI.
46
Menurut peneliti hasil observasi pada kelompok yang tidak dilakukan teknik
marmet ini terlihat adanya peningkatan produksi ASI namun masih ada juga yang
produksi ASI masih dalam kondisi tidak baik. Dari hasil kedua penelitian di atas
menunjukkan bahwa selain keberhasilan inisiasi menyusu dini dapat memperlancar
produksi ASI, terdapat beberapa faktor lain yang bisa mempengaruhi kelancaran
ASI, yaitu frekuensi menyusui, kondisi ibu harus rileks, nutrisi ibu, pemberian susu
formula dan perawatan payudara.
Salah satu faktor yang mempengaruhi Produksi ASI salah satunya yaitu
faktor fisik ibu, ibu yang usianya lebih muda atau kurang dari 35 tahun lebih banyak
memproduksi ASI dibandingkan dengan ibu-ibu yang usianya lebih tua, tetapi ibu
yang sangat muda (kurang dari 20 tahun) produksi ASInya juga kurang karena
dilihat dari tingkat kedewasaannya (Astuti, 2015).
Menurut penelitian Novitasari (2015), ada hubungan umur ibu post partum
dengan onset laktasi pada ibu postpartum di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
tahun 2015 dengan keeratan hubungan lemah. Menurut penelitian Rivers dkk
(2010) menunjukkan bahwa umur >30 tahun secara signifikan dapat menyebabkan
keterlambatan onset laktasi. Menurut Lain (2010), umur yang lebih tua memiliki
faktor resiko intolerans kadar karbohidrat selama kehamilan. Intolerans karbohidrat
selama kehamilan dapat mengakibatkan kadar gula ibu meningkat sehingga dapat
meningkatkan Body Mass Indeks (BMI) ibu yang overweight akan menyebabkan
penurunan kadar progesterone segera setelah plasenta lahir, sehingga
menghambat produksi prolaktin. Sedangkan keterlambatan onset laktasi pada ibu
dengan umur beresiko <20 tahun dan >30 tahun hal ini juga bisa disebabkan
karena faktor kecemasan dari ibu. Umur ibu yang masih <20 tahun secara
psikologis masih berada pada tahapan remaja akhir sehingga masih tahap
pencarian jati diri. Hal ini berhubungan dengan bagaimana presepsi ibu terhadap
proses kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui, sehingga ibu akan melakukan
apa yang seharusnya dilakukan.
Berdasarkan data penelitian diperoleh data yaitu ibu post partum primipara
mayoritas berusia 21-25 tahun sebanyak 15 orang (50.3%), berusia ≤20 tahun
sebanyak 12 orang (40.0%) dan berusia 26-30 tahun sebanyak 3 orang (10.7%).
47
Pada usia 21-30 tahun merupakan kurun waktu reproduksi sehat dan aman untuk
kehamilan dan persalinan. Oleh sebab itu, peneliti berasumsi bahwa akibat adanya
responden yang masih berusia ≤20 tahun sebanyak 12 orang maka pada kelompok
yang tidak dilakukan teknik marmet masih terdapat responden yang memiliki
produksi ASI tidak baik.
Pendidikan merupakan bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup (Widiyanto, 2012).
Berdasarkan data penelitian diperoleh data yaitu ibu post partum primipara
mayoritas pendidikan terakhir adalah SMA sebanyak 12 orang (40.0%), pendidikan
SMP sebanyak 9 orang (30.0%), pendidikan SD sebanyak 5 orang (16.7%) dan
pendidikan perguruan tinggi sebanyak 4 orang (13.3%). Menurut Penelitian
Widiyanto (2012), semakin rendah pendidikan semakin rendah kemampuan dasar
seseorang dalam berfikir untuk pengambilan keputusan khususnya dalam
pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.
Menurut asumsi peneliti usia dan tingkat pendidikan ibu post partum sangat
berpengaruh penting dalam penelitian ini. Dimana usia ibu yang terlalu tua (>30
tahun) dan terlalu muda (<20 tahun) dikhawatirkan produksi ASInya sedikit
dipengaruhi oleh kematangan fisik dan psikologis dari ibu post partum tersebut.
Pada tingkat pendidikan ibu post partum juga memiliki peran penting dimana
seseorang yang memiliki pendidikan tinggi umumnya terbuka menerima perubahan
atau hal-hal baru yang berkaitan dengan pemberian ASI pada bayinya.
B.3. Perbedaan Produksi ASI Dilakukan dengan Tidak Dilakukan Teknik
Marmet dalam Pengosongan Payudara terhadap Produksi ASI Ibu Post
Partum
Berdasarkan hasil analisa uji statistik perbedaan rata-rata pada kelompok
yang dilakukan teknik marmet dengan tidak dilakukan teknik marmet dengan
menggunakan uji Mann Whitney U Test didapatkan p = 0.00 (p < 0.05), artinya
48
terdapat perbedaan hasil observasi produksi ASI antara dilakukan dan tidak
dilakukan teknik marmet dalam pengosongan payudara pada ibu post partum.
Dimana hasil observasi pada penelitian menunjukkan adanya perbedaan selisih
rata-rata pada kelompok dilakukan teknik marmet yaitu sebesar 3.80 sedangkan
pada kelompok yang tidak dilakukan teknik marmet yaitu sebesar 1.20.
Menurut penelitian Widiastuti (2015) hasil analisis uji statistik pada penelitian
ini tentang perbedaan teknik marmet dan masase payudara terhadap kelancaran
ASI menunjukkan adanya perbedaan secara statistik yaitu teknik marmet lebih
memberikan pengaruh dalam kelancaran ASI dibandingkan dengan teknik masase
payudara.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara
produksi ASI sebelum dan sesudah dilakukan teknik tersebut yaitu hasil bahwa
seluruh responden (100%) mendapatkan produksi ASI yang baik (≥7ml/perah)
dengan interval 6 jam setelah dilakukan pretest. Hal ini sejalan dengan penelitian
Ulfah (2013) yang mengatakan bahwa setelah pemberian teknik marmet didapatkan
semua responden produksi ASInya lancar (Rahayu, 2014).
B.4. Pengaruh Dilakukan Teknik Marmet dalam Pengosongan Payudara
terhadap Produksi ASI Ibu Post Parum
Dari hasil analisis diperoleh nilai Relative Risk (RR) 1,667 yang berarti ibu
post partum yang dilakukan teknik marmet memiliki peluang untuk produksi ASI
menjadi baik sebesar 1.667 atau 1 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang
tidak dilakukan teknik marmet. Dimana nilai tersebut artinya tidak ada perbedaan
yang bermakna dilakukan teknik marmet terhadap produksi ASI.
Menurut Mardiyaningsih (2010) sebagaimana yang dikutip oleh widiastuti
(2015) penelitian tentang pemberian intervensi teknik marmet terhadap kelancaran
ASI tersebut dijelaskan ada perbedaan kelancaran ASI pada kelompok intervensi
dibandingakna dengan kelompok kontrol. Hasil yang ditunjukkan dengan nilai OR
yang berarti dengan pemberian intervensi mampu meningkatkan 11,5 kali lebih baik
produksi ASI dibandingkan dengan kelompok kontrol.
49
Menurut peneliti banyak hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI. Salah
satu hal yang dapat mempengaruhi produksi ASI tersebut adalah teknik marmet.
Dimana teknik ini sebelumnya sudah dilakukan penelitian terhadap pengaruh
produksi ASI pada ibu post partum. Cara kerja teknik ini sangat efektif dikarenakan
memadukan metode pijat dan pengeluaran ASI. Keberhasilan dari teknik ini adalah
kombinasi dari metode pijat dan pengeluaran ASI yang membantu refleks
pengeluaran susu (Milk Ejection Reflex). Teknik memerah ASI dengan cara marmet
bertujuan untuk mengosongkan ASI dari sinus laktiferus yang terletak di bawah
areola sehingga diharapkan dengan mengosongkan ASI pada sinus laktiferus akan
merangsang pengeluaran prolaktin. Pengeluaran hormon prolaktin diharapkan akan
merangsang mammary alveoli untuk memproduksi ASI. Semakin banyak ASI
dikeluarkan atau dikosongkan dari payudara akan semakin baik produksi ASI di
payudara.
Masalah yang biasa ibu post partum primipara hadapi ketika hari-hari
pertama setelah melahirkan adalah produksi ASI yang sedikit. Sehingga banyak dari
ibu post partum khawatir akan kebutuhan ASI bayinya terpenuhi atau tidak.
Rendahnya produksi ASI pada hari-hari pertama setelah melahirkan dapat
disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat
berperan dalam kelancaran produksi ASI. Oleh karena itu peneliti menganjurkan
untuk menangani kasus di atas dengan melakukan teknik marmet demi kelancaran
produksi ASI. Teknik marmet ini sangat efektif dikarenakan tidak membutuhkan alat
yang sulit didapat, hanya dengan menggunakan kedua tangan dan wadah bersih
untuk melakukan pemijatan dan pemerahan/pengosongan payudara.
50
BAB V
PENUTUP
A.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Pengaruh Teknik Marmet dalam
Pengosongan Payudara pada Ibu Post Partum di Klinik Pratama Jannah
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2017 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil penelitian pada kelompok yang dilakukan teknik marmet
menunjukkan terdapat perbedaan antara produksi ASI sebelum dan
sesudah dilakukan teknik marmet dengan nilai p value = 0.00 (p<0.05).
Rata-rata hasil observasi pretest produksi ASI pada kelompok yang
dilakukan teknik marmet adalah 6.00 ml dan rata-rata hasil observasi
posttest adalah 9.80 ml dengan selisih beda rata-rata sebesar 3.80 ml.
2. Hasil penelitian pada kelompok yang tidak dilakukan teknik marmet
menunjukkan terdapat perbedaan antara produksi ASI sebelum dan
sesudah tidak dilakukan teknik marmet dengan nilai p value = 0.00
(p<0.05). Rata-rata hasil observasi pretest produksi ASI pada kelompok
yang tidak dilakukan teknik marmet adalah 5.87 ml dan rata-rata hasil
observasi posttest adalah 7.07 ml dengan selisih beda rata-rata sebesar
1.20 ml.
3. Hasil analisa uji statistik perbedaan rata-rata pada kelompok yang
dilakukan teknik marmet dengan tidak dilakukan teknik marmet
didapatkan p = 0.00 (p < 0.05), artinya terdapat perbedaan hasil
observasi produksi ASI antara dilakukan dan tidak dilakukan teknik
marmet dalam pengosongan payudara pada ibu post partum. Dari hasil
analisis diperoleh nilai Relative Risk (RR) 1,667 yang berarti ibu post
partum yang dilakukan teknik marmet memiliki peluang untuk produksi
ASI menjadi baik sebesar 1.667 atau 1 kali lebih besar dibandingkan
dengan ibu yang tidak dilakukan teknik marmet.
A.2. Saran
1. Diharapkan mahasiswi Jurusan Kebidanan Medan Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai
51
bahan bacaan, masukan dan perbandingan bagi mahasiswi yang akan
melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda.
2. Diharapkan petugas medis yang bertugas di Klinik Pratama Jannah
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang untuk tetap
mengajarkan teknik marmet kepada ibu nifas dan terus memotivasi ibu
untuk menyusui secara eksklusif.
3. Diharapkan ibu post partum agar dapat berpartisipasi dalam program ASI
Eksklusif dan mendapatkan informasi mengenai teknik marmet serta
menerapkannya.
DAFTAR PUSTAKA
Alhamda, Syukra. 2016. Buku Ajar Metlit dan Statistik. Yogyakarta:
DEEPUBLISH (Grup Penerbit CV BUDI UTAMA).
Aprilina, Happy Dwi. 2016. Kombinasi Breast Care dan Teknik Marmet Terhadap Produksi ASI Post Sectio Caesaria di Ruang Flamboyan RSUD Prof. dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan. Vol. 14
No. 2. :1-9.
Astuti, Sri, dkk. 2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Bandung:
Erlangga.
Dinkes, Sumut. 2015. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2014.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2014/02_Sumut_2014.pdf (diakses tanggal 2 Maret 2017)..
Khasanah, Nur. 2013. ASI atau Susu Formula ya?. Yogyakarta: FlashBooks.
Kemenkes. RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjG-KDB3vXSAhVM-GMKHZrlBwoQFggZMAA&url=http%3A%2F%2Fwww.depkes.go.id%2Fresources%2Fdownload%2Fpusdatin%2Fprofil-kesehatan-indonesia... (diakses tanggal 2 Maret 2017).
. 2015. Kesehatan dalam Rangka Sustainable Development Goals (SDGs). https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwi4-... (diakses tanggal 2 Maret 2017).
. 2014. InfoDATIN Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-asi.pdf (diakses tanggal 3 Maret 2017).
Marmi. 2014. ASI Saja Mama Berilah Aku ASI Karena Aku Bukan Anak Sapi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Maryunani, Anik. 2012. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi. Jakarta: Trans Info Media.
Monika, F. B. 2014. Buku Pintar ASI dan Menyusui. Jakarta: Noura Books PT.
Mizan Publika.
Novitasari, Hepy. 2015. Hubungan Umur Ibu dengan Onset Laktasi pada Ibu Postpartum di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Naskah Publikasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Oktavia, Nova. 2015. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah. Yogyakarta:
DEEPUBLISH (Grup Penerbit CV BUDI UTAMA).
Pollard, Maria. 2015. ASI Asuhan Berbasis Bukti. Jakarta: EGC.
Puspitasari, Alisa M.. 2016. Hubungan Inisiasi Menyusu Dini dengan Kelancaran
Pengeluaran ASI pada Ibu Post Partum di Puskesmas Patrang
Kabupaten Jember. Skripsi. Universitas Jember. Jember.
Rahayu,Rani, dkk. 2014. Metode Memperbanyak Produksi ASI pada Ibu Post Sectio Caesarea dengan Tehnik Marmet dan Breast Care di RSUD Karanganyar. GASTER. Vol. XI. No. 2:56-68.
Rini, Susilo dan Kumala Feti. 2016. Panduan Asuhan Nifas dan Evidence Based Practice. Yogyakarta: Budi Utama.
Sari, Eka Puspita dan Riamandini, Kurnia Dwi. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas (Postnatal Care). Jakarta: Trans Info Media.
Setiawandari. 2014. Perbedaan Pengaruh Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post partum di Rumah Sakit Ibu dan Anak IBI Surabaya. Tesis. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sugito, Mohamad Shofin. 2016. Ayah ASI dalam Prespektif Al-Qur’an. Jurnal Studi Gender dan Anak. Vol. 3 No. 1. :75-91.
Titisari, Ira. 2016. Perbandingan Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin dengan Breast Care Terhadap Produksi ASI pada Ibu Post Partum. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 5 No. 1: 87-95.
Trisnawati, Yuli. 2017. Korelasi Lama Inisiasi Menyusu Dini (IMD) terhadap Pengeluaran ASI di Puskesmas Kalibagor Kabupaten Banyumas. Jurnal Ilmiah Kebidanan. Vol. 8 No. 1: 50-56.
UNICEF. 2013. ASI adalah Penyelamat Hidup paling Murah dan Efektif di Dunia. https://www.unicef.org/indonesia/id/media_21270.html (diakses tanggal 2 Maret 2017).
Widiastuti, Anita. 2015. Pengaruh Teknik Marmet terhadap Kelancaran Air Susu Ibu dan Kenaikan Berat Badan Bayi. Jurnal Kesehatan Nasional. Vol. 9
No. 4: 316-319.
Widiyanto, Subur, dkk. 2012. Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Ibu Tentang ASI Eksklusif dengan Sikap Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Jurnal Kedokteran Muhammadiyah Vol. 1 No. 1 : 25-29.
Wiji,Rizki Natia. 2014. ASI dan Panduan Ibu Menyusui. Yogyakarta: Nuha