-
SKRIPSI
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU SEHAT
DALAM MODIFIKASI GAYA HIDUP PADA PASIEN
STROKE BERULANG DI POLIKLINIK RSS
BUKITTINGGI TAHUN 2018
Oleh:
YULIA PUTRIANI 14103084105042
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES PERINTIS PADANG
TAHUN 2018
-
SKRIPSI
HUBUNGANEFIKASI DIRIDENGAN PERILAKU SEHAT
DALAM MODIFIKASI GAYA HIDUP PADA PASIEN
STROKE BERULANG DI POLIKLINIK RSSN
BUKITTINGGI TAHUN 2017
PenelitianKeperawatanMedikalBedah
DiajukanSebagai Salah
SatuSyaratUntukMelakukanPenelitianKeperawatan
Program StudiSarjanaKeperawatanSTIKesPerintis Padang
Oleh:
YULIA PUTRIANI
14103084105042
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES PERINTIS PADANG
TAHUN 2017/2018
-
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS PADANG
Skripsi, Juli 2018
Yulia Putriani
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN PERILAKU SEHAT DALAM
MODIFIKASI GAYA HIDUP PADA PASIEN STROKE BERULANG DI
POLIKLINIK RSSN BUKITTINGGI TAHUN 2018
vi + 74 halaman, 4 tabel, 2 Gambar, 10 lampiran
ABSTRAK
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
disebabkan
terjadinya gangguan peredaran darah ke otak yang dapat
menyebabkan kelumpuhan.
Setiap pasien stroke dituntut untuk mampu mengontrol perilaku
dan modifikasi gaya
hidup untuk menghindari keparahan dan serangan stroke berulang.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan perilaku
sehat dalam
modifikasi gaya hidup pada pasien stroke berulang di Poliklinik
RSSN Bukittinggi tahun
2018. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan
pendekatan cross sectional
study. Populasi adalah seluruh pasien stroke di poliklinik RSSN
Bukittinggi dengan rata-
rata 159 orang perbulan. Pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling
dengan besaran sampel sebanyak 61 orang. Pengumpulan data pada
penelitian ini
menggunakan kuisioner penelitian, analisa data meliputi analisa
univariat dan analisa
bivariat menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa lebih dari
sebagian (50,8%) responden dengan efikasi diri tinggi dan lebih
dari sebagian (55,7%)
responden dengan perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup
baik. Ada hubungan antara
efikasi diri dengan perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup
pasien stroke dengan nilai
p = 0,03. Dapat disimpulkan bahwa efikasi diri berhubungan
signifikan dengan perilaku
sehat dalam modifikasi gaya hidup pada pasien stroke. Diharapkan
kepada semua pihak
untuk selalu memberikan dukungan moril dan materil pada pasien
stroke dalam rangka
meningkatkan efikasi diri yang berpengaruh terhadap perilaku
sehat dalam modifikasi
gaya hidup pasien stroke.
Daftar Pustaka : 28 (2008 – 2016)
Kata Kunci : Efikasi Diri, Modifikasi Gaya Hidup, Perilaku
Sehat, Stroke
-
NURSING SCIENCE PROGRAM
PERINTIS HIGH SCHOOL OF HEALTH SCIENCE PADANG
Research, July 2018
Yulia Putriani
EFFICIENCY RELATIONSHIP WITH HEALTHY BEHAVIOR IN LIFE STYLE
MODIFICATION ON STROKE PATIENT RECOVER IN POLYCLINIC RSSN
BUKITTINGGI 2018
vi + 74 page, 4 table, 2 picture 10 attachment
ABSTRACT
Stroke is a sudden abnormality of brain function caused by the
disruption of blood
circulation to the brain that can cause paralysis. Each stroke
patient is required to be able
to control the behavior and lifestyle modification to avoiding
the severity and recurrent
of stroke. This study aims to determine the relationship of self
efficacy with healthy
behavior in lifestyle modification in recurrent stroke patients
at National Stroke Hospital
Polychinic Bukittinggi 2018. This research was descriptive
correlation with cross
sectional study approach. The population were all stroke
patients in the with an average
of 159 people per month. Accidental sampling technique determind
sample size of 61
respondents. Data collection by using research questionnaire,
and data analysis include
univariate analysis and bivariate analysis with chi-square test.
The results showed that
more than half (50.8%) respondents with high self efficacy and
more than half (55.7%)
respondents with healthy behavior in good lifestyle
modification. There was an
association between self efficacy was significantly related to
health behavior in lifestyle
modification on stroke patients. It is expected to all parties
to always provide moral and
material support in stroke patients in order to improve self
efficacy that affects healthy
behavior in modifiying lifestyle of stroke patients. It is
expected to all parties to always
provide moral and material support in stroke patients in order
to improve self efficacy
that affects healthy behavior in modifiying lifestyle of stroke
patients.
Daftar Pustaka : 28 (2008 – 2016)
Kata Kunci : Efficacy, Healthy Behavior, Stroke
-
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikanSkripsi ini yang berjudul
“Hubungan
Efikasi Diri Dengan Perilaku Sehat Dalam Modifikasi Gaya Hidup
Pada
Pasien Stroke Berulang Di Poliklinik RSSN Bukittinggi”dapat
diselesaikan.
Selama penulis skripsi ini, tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak yang telah
memberikan arahan dan masukan yang membangun, demi
terselesaikannya
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis juga mengucapkan
terima kasih
kepada:
1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Ketua STIKes
Perintis
Padang.
2. Ibu Ns. Ida Suryati, M.Kep selaku Kepala Program studi
Keperawatan
STIKes Perintis Padang.
3. Ibu Ns. Lisa Mustika Sari,M.Kep selaku pembimbing I yang yang
telah
membimbing dan ketelitiannya telah banyak memberikan ilmu,
arahan
serta sumbangan pemikiran dalam penyususnan skripsi ini.
4. Bapak Def Primal, M. Biomed, PA selaku pembimbing II yang
telah
banyak memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuk dalam
penyususnan skripsi ini.
-
5. Bapak dan Ibu di Prodi Keperawatan yang telah memberikan ilmu
selama
mengikuti pendidikan di STIKes Perintis Padang.
6. Teristimewa kepada Keluarga tercinta yang selalu memberikan
dukungan
baik secara moril maupun materi serta do’a dan kasih sayangnya
sehingga
penulis lebih semangat dalam meyelesaikan skripsi ini.
7. Rekan-rekan se-Angkatan yang telah memberikan dukungan serta
saran-
saran yang bermanfaat dan membangun.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah berusaha
sebaik-baiknya, namun
penulis menyadari atas segala kekurangan itu, penulis
mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan
skripsi ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas segala bantuan dari
semua pihak
yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi
ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Bukittinggi, Juli 2018
Penulis
Yulia Putriani
-
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
....................................................................................
i
ABSTRAK
......................................................................................................
iii
DAFTAR ISI
...................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL
..........................................................................................
viii
DAFTAR GAMBAR
.....................................................................................
ix
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang
..........................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah
.....................................................................................
5
1.3 Tujuan penelitian
......................................................................................
6
1.3.1. Tujuan Umum
...............................................................................
6
1.3.2. Tujuan
Khusus...............................................................................
6
1.4 Manfaat Penelitian
....................................................................................
6
1.4.1. Bagi Peneliti
..................................................................................
6
1.4.2. Bagi Institisu Pendidikan
..............................................................
7
1.4.3. Bagi Lahan
....................................................................................
7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
.........................................................................
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
....................................................................
9
2.1 Stroke
........................................................................................................
9
2.1.1. Pengertian Stroke
............................................................................
9
-
2.1.2. Penyebab Stroke
..............................................................................
10
2.1.3. Faktor Resiko
..................................................................................
11
1. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi
.......................................... 11
a. Usia
...................................................................................................
11
b. Jenis Kelamin
....................................................................................
11
c. Ras
.....................................................................................................
12
d. Riwayat
Keluarga..............................................................................
12
2. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
.................................................. 12
a. Hipertensi
.........................................................................................
13
b. Obesitas
............................................................................................
14
c. Diabetes
............................................................................................
14
d. Merokok
...........................................................................................
15
e. Aktifitas Fisik
...................................................................................
16
f. Alkohol
.............................................................................................
16
2.1.4. Klasifikasi Stroke
.............................................................................
17
a. Stroke Iskemik
..................................................................................
17
b. Stroke Hemoragik
............................................................................
19
2.1.5. Patofiologi
........................................................................................
19
2.1.6. Tanda dan
Gejala..............................................................................
21
2.1.7. Komplikasi
.......................................................................................
22
2.1.8. Prosedur Diagnostik
........................................................................
22
2.1.9 Penatalaksanaan Stroke
....................................................................
23
2.2. Perilaku
Sehat............................................................................................
25
-
2.2.1. Pengertian Perilaku Sehat
...............................................................
25
2.2.2. Unsur-unsur Perilaku
......................................................................
25
2.2.3. Bentuk Perubahan Perilaku
.............................................................
26
2.2.4. Perilaku Kesehatan Pada Penderita Stroke
..................................... 29
2.2.5. Pengukuran Perilaku
.......................................................................
32
2.3. Modifikasi Gaya Hidup
.............................................................................
34
2.3.1. Pengertian Modifikasi Gaya
Hidup................................................. 34
2.3.2. Tujuan Modifikasi Gaya Hidup
..................................................... 35
2.4.EfikasiDiri
..................................................................................................
37
2.4.1. Pengertian efikasi diri
.....................................................................
37
2.4.2. Klasifikasi efikasi diri
.....................................................................
38
2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi efikasi diri
............................... 40
2.4.4. Fungsi efikasi diri
...........................................................................
44
2.4.5. Pengaruh efikasi diri
.......................................................................
47
2.5. Peran Perawat
............................................................................................
48
2.6. Kerangka
Teori..........................................................................................
49
BAB III KERANGKA KONSEP
..................................................................
50
3.1Kerangka Konsep
........................................................................................
50
3.2 Defenisi Operasional
..................................................................................
51
3.3 Hipotesa
.....................................................................................................
52
BAB IV METODE PENELITIAN
..............................................................
53
4.1 Desain Penelitian
........................................................................................
53
4.2 Populasi dan Sampel
.................................................................................
53
-
4.3 Sampling
...................................................................................................
55
4.4 Instrumen Penelitian
..................................................................................
55
4.5 Tempat dan Waktu Penelitian
...................................................................
56
4.6 Metode Pengumpulan Data
.......................................................................
56
4.7 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data
............................................... 57
4.8 Etika Penelitian
.........................................................................................
60
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum Responden
....................................................................
62
5.2 Hasil Penelitian
.........................................................................................
62
5.2.1 Analisa Univariat
..........................................................................
62
5.2.2 Analisa Bivariat
..............................................................................
63
5.3 Pembahasan
.............................................................................................
65
5.3.1 Analisa Univariat
...........................................................................
65
5.3.2 Analis Bivariat
...............................................................................
69
BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan
.............................................................................................
73
6.2 Saran
.........................................................................................................
73
6.2.1 Bagi Peneliti
...................................................................................
73
6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
..............................................................
74
6.2.3 Bagi Tempat Penelitian
..................................................................
74
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
-
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Resiko Stroke
...................................................................................
24
Tabel 3.1 Defenisi Operasional
........................................................................
43
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori
.........................................................................
41
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
.....................................................................
42
-
DAFTAR LAMPIRAN
-
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul mendadak
disebabkan
terjadinya gangguan peredaran darah ke otak bisa terjadi pada
siapa saja dan
kapan saja (Muttaqin, 2008). Stroke merupakan penyakit atau
gangguan
fungsional otak berupa kelumpuhan saraf akibat terhambatnya
aliran darah
ke otak. Secara sederhana stroke akut didefinisikan sebagai
penyakit otak
akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke
iskemik) atau
pendarahan (stroke hemoragik).
penelitian yang dilakukan Alvina (2016) tentang Pengaruh Stroke
Education
Program (SEP) Terhadap Pengontrolan Perilaku Kesehatan Dalam
Modifikasi Gaya Hidup Pasca Stroke Di Poliklinik Neuro RSSN
Bukittinggi
tahun 2017”.Salah satu penyebab meningkatnya kasus penyakit
pembuluh
darah, seperti jantung dan stroke adalah kurangnya kesadaran
masyarakat
untuk menerapkan pola gaya hidup sehat. Selain itu, meningkatnya
usia
harapan hidup, kemajuan di bidang sosial ekonomi, serta
perbaikan di bidang
pangan yang tidak diikuti dengan kesadaran menerapkan gaya hidup
sehat
juga menjadi pemicunya. Sebaliknya, masyarakat kita sejak usia
muda
dimanjakan dengan gaya hidup sembarangan, yang kurang
memperhatikan
pola hidup sehat.
-
Efikasi Diri merupakan keyakinan diri seseorang akan
kemampuannya untuk
mengorganisasikan dan melakukan tindakan-tindakan yang perlu
dalam
mencapai tingkat kinerja tertentu. Efikasi merupakan penilaian
diri apakah
seseorang dapat melakukan tindakan yang baik, buruk tepat atau
salah, bisa
atau tidak mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Efikasi ini
berbeda dengan aspirasi, karena cita-cita mengambarkan
penilaian
kemampuan diri (Bandura, 2009). Pasien yang juga kurang yakin
akan
kemampuannya untuk mengikuti anjuran akan cenderung kurang
melakukannya (Kaplan dkk, 2008 ; Alaga dan Reddy, 2008).
Di Amerika serikat, stroke merupakan penyebab kematian keempat
terbesar
yang membunuh lebih dari 129.000 orang setiap tahun (American
Heart
Associantion, 2014). Berdasarkan Lembaga Kelainan dan Stroke
Neurologis
Nasional (2013), insidensi penyakit stroke di Amerika Serikat
mencapai
795.000 pertahun. Diantaranya, 610.000 orang mendapat serangan
stroke
untuk pertama kalinya dan 185.000 orang dengan serangan stroke
berulang
(Penyakit Jantung dan Statistik Stroke, 2013). Data juga dapat
mendapati
bahwa di Amerika Serikat, terdapat seorang yang meninggal dalam
setiap 4
menit akibat stroke (Pusat Nasional Untuk Penyakit Kronis dan
Promosi
Kesehatan, 2014).
Dinegara berkembang jumlah kematian yang diakibatkan oleh stroke
amat
tinggi dan mencapai dua pertiga dari total penderita stroke
diseluruh dunia
(stroke association, 2013). WHO mendefinisikan stroke sebagai
suatu
-
disfungsi neurologis akut fokal yang berlangsung lebih dari 24
jam (BO
Norrving, et al, 2013). Berdasarkan WHO (2016), didapati 15 juta
orang yang
menderita stroke di seluruh dunia, dengan 5 juta orang dari
padanya yang
mati dan 5 juta orang yang lainnya mengalami kecacatan
permanen.
Menurut Data Riset Kesehatan Dasar 2013 prevalensi stroke di
Indonesia
12,1 per 1.000 penduduk. Angka itu naik dibandingkan Riskesdas
2007 yang
sebesar 8,3 %. Stroke telah jadi penyebab kematian utama di
hampir semua
rumah sakit di Indonesia, yakni 14,5 %. Dilihat dari
karakteristiknya, stroke
banyak dialami orang usia lanjut usia, berpendidikan rendah, dan
tinggal
diperkotaan. Perubahan gaya hidup, pola makan terlalu banyak
gula, garam,
dan lemak, serta kurang beraktifitas adalah faktor resiko
stroke.
Angka stroke di Sumatra Barat menepati urutan ke 6 dari 33
Provinsi dengan
persentase 10,6% dengan jumlah penderita stroke 35.108 orang
(Profil Dinas
Kesehatan, 2016). Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN)
Bukittinggi
merupakan satu-satunya pusat stroke yang berada di Sumatra Barat
yang
merawat penderita stroke untuk memenuhi kebutuhan dasar.Penyakit
stroke
termasuk penyakit terbanyak yang ada diruangan unit rawat stroke
di RSSN
Bukittinggi. Berdasarkan dari data di Rumah Sakit Stroke
Nasional
Bukittinggi di dapatkan angka kejadian stroke dari tahun ke
tahun meningkat,
kejadian stroke di akhir tahun 2016 ditemui kasus stroke rawat
inap RSSN
Bukittinggi 4100 orang dan rawat jalan RSSN Bukittinggi 11.113
orang kasus
(Data Mediccal Record, 2016).
-
Menurut penelitian Gabriella tahun 2015 tentang “Hubungan Stres
Dengan
Kejadian Stroke Berulang” Stroke merupakan penyebab kematian
terbesar
ketiga didunia dengan laju mortalitas 18-37 %, Stroke terjadi
berkaitan
dengan faktor resiko salah satunya adalah stres. Penanganan
terhadap stres
perlu dipriolitaskan, karena Dapartemen Kesehatan pada tahun
2008 mencatat
sekitar 10 % dari seluruh penduduk Indonesia mengalami stres.
Tujuan dari
penelitian tersebut adalah mengetahui stres pada kejadian stroke
berulang.
Penelitian yang dilakukan Nur sa’adah (2016) tentang Hubungan
Keyakinan
Diri (Self Efficacy) Terhadap Perilaku Perawatan Kaki Diabetes
Melitus, hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perawatan kaki DM yang
dilakukan teratur
dapat mengurangi angka kejadian amputasi sebanyak 50%. Efikasi
diri yang
baik pada pasien DM akan meningkatkan motivasi dan mendorong
untuk
melakukan perilaku yang mendukung kesehatannya. Penelitian
tersebut
bertujuan untuk mengetahui hubungan efikasi diri dengan perilaku
perawatan
kaki pada pasien DM. Semakin tinggi efikasi diri semakin baik
pula perilaku
perawatan kaki DM. Perawat dapat meningkatkan efikasi diri
pasien dengan
pemberian pendidikan kesehatan yang rutin dan untuk penelitian
selanjutnya
dapat melakukan intervensi untuk meningkatkan efikasi diri pada
pasien DM.
Berdasarkan study pendahuluan yang akan dilakukan peneliti di
RSSN
Bukittinggi khususnya diruangan poliklinik, terdapat pasien
stroke yang
rawat jalan yaitu pasien stroke berulang yang sudah terkena
serangan lebih
dari satu kali. Dari wawancara singkat yang dilakukan oleh
peneliti dengan
-
pasien stroke berulang yang datang ke poliklinik ada sebagian
pasien yang
sulit untuk merubah gaya hidupnya seperti masih mengkonsumsi
makanan
yang bergaram dan berkolestrol bahkan masih ada sebagian dari
pasien laki-
laki yang masih merokok dan kurangnya aktifitas fisik
dirumah.Tingginya
angka kejadian stroke berulang di RSSN Bukittinggi karena
kurangnya fungsi
kognitif dan motivasinya terhadap perilaku sehat dalam
memodifikasi gaya
hidupnya seperti faktor resiko stroke yang dapat diubah.
Berdasarkan fenomena tersebut diatas, peneliti tertarik untuk
melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Efikasi DiriDengan Perilaku
Sehat
Dalam Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Stroke Berulang Di
poliklinik
Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2017”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah
“Hubungan Efikasi Diri Dengan Perilaku Sehat Dalam Modifikasi
Gaya
Hidup Pada Pasien Stroke Berulang Di poliklinik Rumah Sakit
Stroke
Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2017.
1.3 Tujuan Penilitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Efikasi Diri Dengan Perilaku Sehat
Dalam
Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Stroke Berulang Di Poliklinik
Rumah
Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi tahun 2017.
-
1.3.2 Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi distribusi frekuensi efikasi diripada pasien
stroke di
poli klinik Rumah Sakit Stroke (RSSN) Bukittinggi tahun
2017.
b. Mengidentifikasi distribusi frekuensi perilaku sehat dalam
modifikasi
gaya hidup pada pasien stroke berulang di poliklinik rumah sakit
stroke
(RSSN) Bukittinggi tahun 2017.
c. Menganalisis hubungan efikasi diridengan perilaku sehat
dalam
modifikasi gaya hidup pada pasien stroke berulang di poliklinik
rumah
sakit stroke (RSSN) Bukittinggi tahun 2017.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan peneliti dalam
mengembangkan pengetahuan yang diperoleh peneliti selama
menempuh
pendidikan dan untuk menerapkan ilmu penelitiannya “Hubungan
Efikasi
Diri Dengan Perilaku Sehat Dalam Modifikasi Gaya Hidup Pada
Pasien
Stroke Berulang Di Poliklinik RSSN Bukittinggi Tahun 2017.”
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat dijadikan sumber masukan dalam bidang ilmu keperawatan
khususnya dalam mata ajar Keperawatan Medikal Bedah dan
dapat
memberikan sumbangan pikiran untuk melakukan penelitian lebih
lanjut
dan melihat dari aspek yang berbeda dan sebagai informasi awal
bagi
-
peneliti selanjutnya.Sebagai bahan bacaan dan literatur di
perpustakaan
STIKes Perintis Padang.
1.4.3 Bagi Lahan
Dapat memberikan masukan atau informasi RSSN dalam keyakinan
diri
melaksanakan perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup pada
pasien
stroke berulang sehingga dapat menambah atau meningkatkan
mutu
pelayanan kesehatan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan efikasi diri
dengan
perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup pada pasien stroke
berulang yang
terkena stroke lebih dari satu kali, terdapat data yang
didapatkan oleh peneliti
dari MR sebanyak 1431 orang dari bulan Januari sampai September
2017
karena peneliti akan melakukan penelitian selama satu bulan maka
jumlah
data dari sembilan bulan di bagi per bulan sebanyak 159 orang.
Dimana yang
akan diteliti adalah efikasi diri atau keyakinan diri pasien
stroke berulang
untuk perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup untuk sembuh.
Penelitian
ini telah dilakukan di poliklinik Rumah Sakit Stroke Nasional
Bukittinggi.
Penelitian ini akan dilakukan peneliti pada bulan Februari
sampai Maret
2018. Peneliti ingin mengangkat judul ini karena ingin lebih
meyakinkan
pasien stroke berulang yang lebih dari satu kali yang sedang
menjalani rawat
jalan di poliklinik RSSN Bukittinggi untuk lebih meningkatkan
motivasinya
untuk memodifikasi gaya hidup. Penelitian ini menggunakan
metode
-
penelitian dengan desain deskriptif kolerasi dengan cara
pengambilan sampel
dengan menggunakan accidental sampling. Instrument yang akan
dipakai
untuk penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stroke
2.1.1 Pengertian Stroke
Stroke merupakan penyakit atau gangguan fungsional otak
berupa
kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran
darah ke
otak. Stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat
terhentinya suplai
darah ke otak karena sumbatan atau perdarahan (Andi, 2011).
Stroke adalah penyakit otak paling destruktif dengan konsekuensi
berat,
termasuk beban psikologis dan fisik. Stroke merupakan cedera
vascular akut
pada otak, Ini berarti bahwa stroke adalah suatu cedera mendadak
dan berat
pada pembuluh-pembuluh darah otak, penyempitan pembuluh
darah,
pecahnya pembuluh darah. Semua ini menyebabkan kurangnya
pasokan
darah yang memadai. Stroke mungkin menampakan gejala, mungkin
juga
tidak (stroke tanpa gejala disebut silent stroke), tergantung
pada tempat dan
ukuran kerusakannya (Bhuana, 2007).
Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan
penyakit
neurolis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara cepat
dan tepat.
Stroke merupakan penyakit yang paling sering menyebabkan cacat
berupa
kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir, daya
ingat dan
bentuk kecacatan lainnya sebagai akibat gangguan fungsi otak
(Muttaqin,
2011).
-
Stroke Berulang adalalah kejadian serebrovaskular baru yang
mempunyai
satu diantara kriteria seperti defisit neurologi yang berbeda
dengan stroke
pertama atau kejadian yang meliputi daerah anatomi atau daerah
pembuluh
darah yang berbeda dengan stroke pertama dan kejadian mempunyai
sub
tipe stroke yang berbeda dengan stroke pertama. Stroke berulang
terjadi
pada orang yang memiliki riwayat stroke sebelumnya atau
terjadinya stroke
baru setelah 28 hari dari onset stroke sebelumnya Menurut
penelitian
(Moroney, J.T, 2001).
Dari beberapa defenisi di atas disimpulkan bahwa stroke adalah
suatu
penyakit atau gangguan fungsional otak yang mengakibatkan
kelumpuhan
dan kecacatan yang berkembang cepat dalam detik atau menit
yang
berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian.
2.1.2 Penyebab Stroke
Stroke disebabkan oleh dua hal utama, yaitu penyumbatan arteri
yang
mengalirkan darah ke otak (disebut stroke iskemik dan
hemoragik). Stroke
dapat terjadi karena adanya dua atau lebih faktor resiko
(multirisk factor),
bukan hanya satu faktor. Banyak yang menyangka bahwa makan
sate
kambing dan merokok sering dianggap penyabab satu-satunya
pemicu
stroke. Pemicu stroke antara lain kecendrungan menu harian yang
berlemak,
pola dan gaya hidup tidak sehat, ketidak mampuan beradaptasi
dengan stres
(Andi, 2011).
-
2.1.3 Faktor Resiko
Faktor resiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang
membuat
seseorang rentan terhadap serangan stroke. Faktor resiko stroke
umumnya
dibagi menajadi 2 kelompok besar sebagai berikut :
a. Faktor resiko Yang Tidak Dapat Dimodifikasi
1) Usia
Makin bertambah usia seseorang, makin meningkat resiko
terkena
stroke atau serang ulang stroke. Penambahan usia menyebabkan
penurunan fungsi sistem pembuluh darah. Menurut feigin
(2004),
setelah mencapai usia 50 tahun, setiap penambahan usia tiga
tahun
resiko stroke meningkat sebesar 11-20%. Resiko tinggi adalah
usia
lebih dari 65 tahun, tetapi hampir 25% dari semua stroke terjadi
pada
usia kurang dari 65 tahun, dan 4% terjadi pada usia antara 15
dan 40
tahun.
2) Jenis kelamin
Laki-laki lebih beresiko dibandingkan wanita, dengan
perbandingan
1,3:1, kecuali pada usia lanjut, resiko stroke pada laki-laki
dan wanita
hampir sama. Menurut penelitian iskandar (2003), laki-laki
terkena
stroke iskemik, sedangkan wanita lebih cenderung terkena
stroke
perdarah subaraknoid. Stroke pada wanita di duga akibat
pemakaian
obat kontrasepsi oral. Angka kematian stroke pada wanita dua
kali
lebih tinggi dari laki-laki.
-
3) Ras
Stroke, terutama stroke hemoragik lebih sering terjadi pada
orang
keturunan Afrika, Asia, Afro-Karibia, Maori dan Kepalaun
Pasifik
dibandingkan keturunan Eropa. Orang jepang dan
Afrika-Amerika
cenderung mengalami stroke perdarahan intrakranial,
sedangkan
orang berkulit putih cenderung terkena stroke iskemik
akibatsumbatan
ekstra kranial. Di Indonesia pada tahun 2007, stroke
merupakan
penyebab kematian tertinggi yaitu 15,4% dan penyebab utama
kecatatan pada kelompok orang dewasa (Kementrian Kesehatan
RI,
2010).
4) Riwayat keluarga
Gen berperan besar dalam beberapa faktor resiko stroke
seperti
hipertensi, penyakit jantung, diabetes dan kelainan pembuluh
darah.
Faktor genetis berperan besar dalam perdarahan subaraknoid.
Genetis
menjadi penyebab pada 7% total kasus sampai 20% pada orang
yang
berusia muda. Riwayat stroke dalam keluarga, terutama jika dua
atau
lebih anggota keluarga pernah mengalami stroke pada usia kurang
dari
60 tahun, akan meningkat resiko stroke.
b. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
Menurut penelitian Alfred (2007) untuk mencegah resiko
berulang
dalam memodifikasi gaya hidup dalam diantaranya :
-
1) Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko yang banyak dialami
penderita
stroke. Berdasarkan data, stroke yang disebabkan oleh
hipertensi
dirumah sakit mencapai 73,9 persen. Banyak pasien mempunyai
tekanan darah sistolik 150-170 mmHg, dan tekanan darah
diastolik
90-100 mmHg. Padahal normalnya, sistolik 110-120 mmHg dan
diastolik 90-100 mmHg. Apabila tak segera diobati, persentase
bakal
terkena penyakit jantung dan stroke berulang akan mencapai
lebih
dari 20 persen.
Untuk mengontrol tekanan darah tinggi pada pasien stroke,
ada
beberapa antipertensi efektif untuk penderita stroke. Beberapa
obat
tersebut adalah perindropin dari golongan ACE (Angiotension
Coverting Enzyme) inhibitor. Obat tersebut terbukti tidak
hanya
penurunkan tensi, tetapi juga mencegah kambuhnya stroke.
Resiko
stroke lanjutan dan serangan jantung juga dikurangi menjadi
20-25
persen. Selain obat obatan, pasien stroke yang mengindap
hipertensi
juga diminta untuk mengurangi asupan makanan yang kadar
garam
tinggi karna garam berpotensi meningktakan tekanan darah.
Mengurangi kadar garam didalam darah hingga 100 mmol/hari.
Pengurangan ini bisa menurunkan tekanan darah 1-7 mmHg
tekanan
darah siastol.
-
2) Obesitas
Menurut penelitian Alfred (2007) Selain itu juga diubah
kebiasaan
makan. Makanan makanan yang berlemak, seperti jeroan harus
dihindari. Berat badan juga perlu dijaga agar tidak terlalu
berlebihan.
Berat badan yang normal bisa diukur dari indeks masa tubuh
(IMT).
Ukurannya berat badan dibagi tinggi badan dalam meter
kuadrat.
Berat badan yang ideal adalah indeks masa tubuhnya 18,5
hingga
24,9. Juga harus memerhatikan lingkar pinggang maksimum 80
cm.
3) Diabetes
Menurut penelitian Alfred (2007) Diabetes mellitus dalah
penyakit
yang disebabkna pada gangguan produksi insulin oleh pankreas.
Ada
dua macam jenis diabetes mellitus :
1. Diabetes tipe 1
Adalah penyakit diabetes yang diakibatkan tidak berfungsinya
pankreas dalam memproduksi insulin. Insulin adalah hormon
yang menyeimbangkan kadar gula darah.
2. Diabetes tipe 2
Adalah penyakit yang diakibatkan terganggunya produksi
insulin.
Penyakit ini lebih banyak disebabkan oleh pola hidup yang
salah,
seperti stress, makan yang berkolesterol, kurang olahraga,
dan
lain lain.
Penderita diabetes bisa memicu stroke karena kadar gula
darah
yang tinggi bisa merusak pembuluh darah. Darah jadi
mengental
-
dan tak mudah beku. Akibatnya, jika ada luka, sluka sukar
sembuh. Pembuluh darah juga bisa rusak, itu juga bisa
menimpa
pembuluh darah otak. Pembuluh rusak, sehingga darah darah
tak
bisa mengalir ke otak dengan baik. Penderita bisa terkena
stroke
berulang. Untuk itu perlu dijaga kenormalan kada gula darah.
Kadar gula darah normal adalah 80-109 mg/dl.
4) Merokok
Merokok merupakan kebiasaan sekaligus gaya hidup yang
berdampak buruk bagi kesehatan. Apapun rokok yang beredar di
pasaran semuanya mengandung 4000 racun dan 200 diantaranya
sangat berbahaya. Asap rokok mengandung beberapa zat
berbahaya
yang sering disebut oksidator. Zat oksidator ini menimbulkan
kerusakan pada dinding arteri. Dinding arteri yang rusak akibat
asap
rokok akan menjadi lokasi penimbunan lemak, sel trombosit,
kolestrol, dan terjadi penebalanlapisan otot polos dinding
arteri.
Rokok menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam darah
yang menyebabkan stroke jantung bekerja lebih keras, hal ini
memudahkan terbentuknya gumapalan darah. Gumpalan ini akan
menghambat aliran darah ke otak sehingga menyebabkan stroke
(National Stroke Association, 2010). Selain itu rokok juga
menyebabkan konsentrasi fibrinogen, hemtokrit, menurunkan
aktivitas, fibrinolitik dan aliran darah serebral,
vasokonstriksi,
sehingga terjadi aterotrombolitik (Feigin, 2004).
-
Bahkan menurut Feigin (2004) perokok pasif (menghirup asap
rokok
secara tidak langsung) meningkatkan kemungkinan terkena
stroke
hampir 80%. Mereka yang menghisap 20 atau lebih batang rokok
sehari memiliki resiko stroke dua kali lipat di bandingkan
yang
merokok lebih sedikit.
5) Aktitas fisik
Aktivitas fisik moderat yang teratur dapat mengurangi hingga
separuh resiko stroke dan memperkecil kematian dini akibat
semua
sebab sekitar 70%. Yang diperlukan hanya lah olah raga tiga
atau
empat kali seminggu selama 30 menit. Orang yang kurang
aktivitas
fisik (olah raga
-
2.1.4 Klasifikasi Stroke
a. Stroke Iskemik
Stroke iskemik disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah
otak
(stroke non perdarahan atau infark). Otak dapat berfungsi dengan
baik
jika aliran darah yang menuju ke otak lancar dan tidak
mengalami
hambatan. Namun jika persedian oksigen dan nutrisi yang dibawa
oleh
sel-sel darah dan plasma terhalang oleh suatu bekuan darah atau
terjadi
trombosit pada dinding arteri yang mensuplai otak maka akan
terjadi
stroke iskemik yang dapat berakibat kematian jaringan otak
yang
disuplai. Terhalangnya aliran darah yang menuju ke otak
dapat
disebabkan oleh suatu thrombosis atau emboli. Keduanya
merupakan
jenis bekuan darah dan pengerasan arteri yang disebut plak
aterosklerotik
melalui proses aterosklerosis yang merupakan penumpukan dari
lemak
darah, kolestrol, kalsium pada dinding pembuluh darah arteri dan
disebut
juga dengan ateroma.
1) Ateroma
Pada stroke iskemik, penyumbatan bisa terjadi di sepanjang
jalur
arteri yang menuju ke otak. Misalnya suatu ateroma (endapan
lemak)
bisa terbentuknya di dalam arteri karotis sehingga
menyebabkan
berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena
setiap
arteri karotis jalur utama memberikan darah ke sebagian besar
otak.
-
2) Emboli
Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding arteri dan
mengalir di
dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih kecil.
Arteri
karotis dan arteri vertebralis beserta percabangannya bisa
juga
tersumbat karena adanya bekuan darah yang berasal dari
tempat
lain, misalnya dari jantung atau katupnya. Emboli lemak
terbentuk
jika lemak dari sumsum tulang yang pecah dilepaskan ke dalam
aliran darah dan akhirnya tersumbat di dalam sebuah arteri
(kecil).
Stroke karena sumbatan emboli jarang terjadi.
3) Infeksi
Stroke juga bisa terjadi bila suatu perdangan atau infeksi
menyebabkan menyempitannya pembuluh darah yang menuju ke
otak. Selain peradangan umum oleh bakteri, peradangan juga
bisa
dipicu oleh asam urat (penyebab rematik gout) yang
berlebihan
dalam darah.
4) Hipotensi
Penurunan tekanan darah yang tiba-tiba bisa menyebabkan
berkurangnnya aliran darah ke otak, yang biasanya
menyebabkan
seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah
rendahnya
berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang mengalami
kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan,
serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
-
b. Stroke Hemoragik
Penyebab stroke hemoragik adalah terhalanagnya suplai darah ke
otak
pada stroke perdarahan disebabkan oleh arteri yang mensuplai
darah ke
otak pecah. Penyebabnya misalnya tekanan darah yang mendadak
tinggi
dan atau stres psikis berat. Perdarahan otak dapat terjadi di
dalam otak
yang disebut hemoragik otak sehingga otak tercemar oleh
kumpulan
darah (hematom). Atau darah masuk ke selaput otak. Pada
pembuluh
darah yang pecah dapat terjadi kontraksi atau vasokontraksi
yaitu
pengecilan diameter atau saluran arteri yang dapat menghambat
aliran
darah ke otak dan gejala yang timbul tergantung pada daerah otak
mana
yang dipengaruhi.
2.1.5 Patofiologi
a. Stroke Iskemik
Menurut Feigin (2004), Hampir 80% stroke disebabkan oleh
sumbatan
oleh bekuan darah, penyempitan sebuah arteri atau beberapa
arteri yang
mengarah ke otak atau embolus (kotoran) yang terlepas dari
jaringan atau
arteri ekstrakrani (arteri yang berada diluar tengkorak)
yang
menyebabkan sumbatan di satu atau beberapa arteri intrakranial
(arteri
yang ada didalam tengkorak). Stroke Iskemik menyebabkan
penyumbatan atau penyempitan yang disebabkan oleh
aterosklerosis
(mengerasnya arteri).
-
Iskemik disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak
oleh
thrombus atau embulus. Trombus umumnya terjadi karna
berkembangnya arterosklerosis pada dinding pembuluh darah,
sehingga
arteri menjadi tersumbat, aliran darah kearea thrombus
menjadi
berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks
iskemia
akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan
oleh
embulus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri
karotis.
Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang
tiba tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologis fokal.
Perdarahan
otak dapat disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah oleh
emboli
(Bunner dan sudarth, 2002).
b. Stroke hemoragik
Menurut Feigin (2004), stroke hemoragik disebabkan oleh
perdarahan
kedalam jaringan otak (disebut hemoragia intraserebrum atau
hematomserebrum) atau kedalam ruang subaraknoid, yaitu ruang
sempit
antara permukaan otak dan lapisan jaringan yang menetupi
otak.
Perdarahan dari sebuah arteri intraknium biasanya disebabkan
oleh
aneurisma (arteri yang melebar) atau pecah.
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subarchnoid yang menimbulkan
perubahan
kompenen intracranial yang seharusnya konstan. Adanya
perubahan
intracranial yang tidak dikompensasi tubuh akan meningkatkan TIK
yang
bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul
kematian.
-
Disamping itu, darah yang mengalir kesubstansi otak atau
ruang
subaraknoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah
otak
dan penekan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah
berkurang
atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak (Bunner
dan
sudarth, 2002).
2.1.6 Tanda dan Gejala
Manifestasi klinis stroke tergantung pada lokasi dan luas
kerusakan otak
yang terjadi, menurut Summer (2009) gejala stroke berdasarkan
area otak
yang dikenai yaitu :
a. Hemisper dominan (kiri)
Gejalanya adalah arah pandangan ke arah kiri, penurunan
lapang
pandang kanan, hemiparise kanan, kehilangan hemisensori
kanan.
b. Hemisper tidak dominan (kanan)
Gejalanya adalah aerah pandang ke arah kanan, penurunan
lapang
pandang kiri, hemiparise kiri, kehilangan hemifarise kiri dan
left neglect.
c. Batang otak (brainstem)
Gejalanya adalah mual dan muntah, diplopia, disartria, disfagia,
vertigo,
tinitus, hemiparise atau kuadriplegia, kehilangan sensori
disebelah badan
atau semua badan, penurunan kesadaran, cegukan, nafas tidak
normal.
d. Otak kecil (serebellum)
Gejalanya adalah gaya berjalan ataxia, kaku leher.
-
2.1.7 Komplikasi
Kebiasaan yang terjadi bisa mengenai beberapa aspek atau organ
lain :
a. Neurologi, seperti : edema otak, kejang, tekanan tinggi
intrakranial,
infark berdarah, stroke iskemik berulang, delirium akut,
depresi.
b. Paru-paru, seperti : obstruksi jalan nafas, hipoventilasi,
aspirasi,
pneumonia.
c. Kardiovaskuler, seperti : miokard infark, aritmia,
dekompensasi kordis,
hipertensi, DVT (Deep Vena Thrombosis), emboli paru.
d. Nutrisi/pencernaan seperti : ulkus, perdarahan lambung,
konstipasi,
dehidrasi, gangguan elektrolit, malnutrisi, hiperglikemia.
e. Traktus urinarius, seperti : inkontinesia, infeksi saluran
kemih.
f. Ortope – kulit, seperti : dekubitus, kontraktur, nyeri sendi
bahu, jatuh/
fraktur (Misbach, 2007).
2.1.8 Prosedur Diagnostik
Diagnosa dini penting untuk penatalaksanaan stroke. Tujuan
pemeriksaan
penunjang adalah untuk mencari penyebab, mencegah rekurensi,
dan
mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menyebabkan perburukan
sistem
saraf pusat (SSP). Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
a. CT-Scan, untuk membedakan stroke iskemik dan perdarahan. CT
Scan
tidak diperlukan oleh semua pasien, terutama jika diagnosis
klinisnya
sudah jelas.
b. EKG, untuk mengetahui penyakit jantung, misalnya Atrial
Fibrilasi, MCI
(Myocard Infark).
-
c. Ultrasound: dopler ekstra maupun intrakranial dapat
menentukan adanya
stenosis atau oklusi, keadaan kolateral atau rekanalisasi.
d. Pemeriksaan laboratorium :
1) Pemeriksan darah rutin meliputi : darah perifer lengkap,
hitung
platelet, INR, APTT, serum elektrolit, gula darah, CRP dan
LED,
fungsi ginjal dan hati.
2) Pemeriksan khusus sesuai indikasi meliputi : protein C, S, AT
III,
cardiopilin antibodies, hemocystein, vasculitis-screening
(ANA,
LupusAC), CSF.(Misback, 2007).
2.1.9 Penatalaksanaan Stroke
Pengobatan stroke akut menentukan kualitas hidup pasien dan
bahkan
mencegah kematian. Sehingga motto pelaksanaan pasien stroke
“time is
brain”. Oleh karna itu perawatan harus dilakukan di unit stroke.
Selain
sudah diakui kelebihannya oleh organisasi stroke internasional,
perawatan di
unit stroke dilakukan oleh multidisiplin yang terdiri dari
dokter ahli saraf,
perawat khusus stroke, fisioterapi, terapi wicara, dan okupasi,
serta ahli
nutrisi. Prinsip manajemen stroke akut adalah ;
a) Diagnosis stroke yang cepat dan tepat
b) Mengurangi luasnya lesi otak
c) Mencegah dan mengobati komplikasi stroke
d) Mencegah serangan stroke ulang dan
e) Memaksimalkan kembali fungsi fungsi neurologik (Miscabk,
2007).
-
Tabel 2.1
Resiko stroke
Faktor
Resiko Skor Faktor Resiko Hasil
0 1 2 3
Umur
(Tahun)
0-44 45-64 65-74 75+ 3
Hipertensi Normal
300
mg/dl)
3
Diabetes Tidak ada Buruk
≥126
Sedang
110-125
Baik 80-
109
3
Obesitas
Imt
(kg/m2)
Normal
(18,5-24,9)
Sedikit
berlebihan
berat badan
(25-26,9)
Lumayan
berlebihan
berat badan
(27-29,9)
Obesitas
(30 atau
lebih)
3
Alkohol Tidak
berlebihan
(0-2 gelas
untuk pria
dan 0-1
untuk
wanita)
Sedikit
berlebihan
(3-4 gelas
untuk pria
dan 2 untuk
wanita)
Lumayan
berlebihan
(5-6 gelas
untuk pria
dan 3-4
gelas untuk
wanita)
Sangat
berlebihan
(>6 gelas
untuk pria
dan >4
untuk
wanita)
3
Aktivitas
fisik
Normal
(aktivitas
berenergi 1
Agak
kurang (1
jam
Lumayan
kurang
(kurang
Aktvitas
fisik sangat
kecil
3
-
jam paling
tidak 3 kali
seminggu)
aktivitas
berenergi
1-2 kali
seminggu)
dari 1 jam
aktivitas
berenergi-
sekali
seminggu)
(hampir
atau tanpa
aktivitas
berenergi)
Sumber: Dimodifikasi Dari The Stroke Foundation Of New Zealand
Guideilines
(2003 ) Oleh Feigin (2004)
2.2 Perilaku Sehat
2.2.1 Pengertian
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang
dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak
luar. Perilaku
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulasi
(rangsangan
dari luar). Sedangkan perilaku kesehatan adalah suatu respons
seseorang
terhadap atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit,
sistem
pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan
(Notoatmodjo, 2010).
Menurut penelitian Sarafino (2011) dikutip dari Rizi Faserina
(2015),
Perilaku kesehatan adalah setiap aktivitas individu yang
dilakukan untuk
mempertahankan atau meningkatkan kondisi kesehatan tanpa
memperhatikan status kesehatan.
2.2.2 Unsur Unsur Perilaku
Perilaku muncul sebagai hasil interaksi antara tanggapan dari
individu
terhadap stimulasi yang datang dari lingkungannya agar bisa
beradaptasi
dan tetap survive yang mendasari timbulnya perilaku kesehatan
adalah
-
dorongan yang ada dalam diri manusia, sedangkan dorongan
merupakan
usia jadi perilaku muncul karna adanya dorongan untuk survive.
Ada tiga
unsur utama perilaku yaitu :
a. Adanya afektif (perasaan atau penilain pada berbagai hal)
b. Kognitif (pengetahuan kepercayaan atau pendapat tentang suatu
obyek)
c. Psikomotor (niat serta tindakan yang berkaitan dengan suatu
obyek)
Perilaku memiliki hubungan yang cukup besar dalam menentukan
tingkat
pemanfaatan sarana kesehatan. Teori adopsi perilaku dari
Rogers
mengemukakan bahwa untuk mengubah perilaku seseorang akan
melewati 5
tahapan yaitu awareness (kesadaran), interest (perhatian atau
ketertarikan
dengan ide baru), evolution (perilaku terhadap ide), trial
(usaha untuk
mencoba) dan terakhir adaption (bila menerima ide baru)
(Notoatmodjo,
2010).
2.2.3 Bentuk Perubahan Perilaku
Menurut Notoatmodjo (2011) Hal yang penting dalam perilaku
kesehatan
adalah masalah pembentukan dan perubahan perilaku, karna
perubahan
perilaku merupakan tujuan dari pendidikan kesehatan atau
promosi
kesehatan sebagai penunjang program-program kesehatan yang
lainnya.
Bentuk perubahan perilaku dikelompokkan menjadi :
a. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagian perubahan
itu
disebabkan karna kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat
sekitar
terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya
dan
-
ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga
akan
mengalami perubahan.
b. Perubahan rencana (Planned Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karna memang direncanakan sendiri
oleh
subjek
c. Kesediaan untuk berubah (Readinnes to Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program
pembangunan
didalam masyarakat, maka yang yang sering terjadi adalah
sebagian
orang yang sangat cepat untuk menerima inovasi atau
perubahan
tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagian orang lagi
sangat
lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal
ini
disebabkan karna pada setiap orang mempunyai kesediaan untuk
berubah.
Dalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan
perilaku
kesehatan yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, sangat
diperlukan usaha-usaha konkrit dan positif. Beberapa strategi
untuk
memperoleh perubahan perilaku tersebut dikelompokkan menjadi
tiga,
menurut WHO (1984) dalam Notoatmodjo (2011) :
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan pada sasaran
atau
masyarakat sehingga ia mau melakukan (berperilaku) seperti
yang
diharapkan. Cara ini akan menghasilkan perubahan
periltersebut
-
belum aku yang cepat, akan tetapi perubahan tersebut belum
tentu
akan berlangsung lama, karna perubahan perubahan perilaku
yang
terjadi tidak atau belum berdasarkan kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan inpai hidup informasi-informasi tentang
cara
mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara
menghindari penyakit dan meningkatkan pengetahuan
masyarakat.
Selanjutnya dengan pengetahuan-pengetahuan itu akan
menimbulkan kesandaran mereka, dan akhirnya akan menyebabkan
orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang
dimilikinya.
Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini akan memakan
waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersifat
langeng
karna didasari pada kesadaran mereka sendiri (bukan karna
paksaan)
3. Diskusi dan partisipasi
Cara ini adalah sebagian peningkatan cara kedua. Dimana
dalam
memberikan informasi-informasi tentang kesehatan tidak
bersifat
searah tetapi dua arah. Hal ini berarti masyarakat tidak hanya
pasif
menerima informasi tetapi juga harus aktif berpartisipasi
melalui
diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Diskusi
partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka
memberikan informasi-informasi dan pesan-pesan kesehatan.
-
2.2.4 Perilaku Kesehatan Pada Penderita Stroke
a. Faktor Berat Badan (Obesitas Atau Kegemukan)
Menurut Basha (2004) dikutip dariRizi Faserina (2015
)Obesitas
merupakan ciri khas penderita hipertensi. Walaupun belum
diketahui
secara pasti hubungan antara hipertensi dan obesitas, namun
terbukti
bahwa daya pompa jantung sirkulasi volume darah penderita
obesitas
dengan hipertensi lebih tinggi dari pada penderita hipertensi
dengan
berat badan normal. Pada orang yang terlalu gemuk, tekanan
darahnya
cenderung tinggi karna seluruh organ tubuh dipacu bekerja keras
untuk
memenuhi kebutuhan energi yang lebih besar, jantungpun
bekerja
ekstra karna banyaknya timbunan lemak yang menyebabkan kadar
lemah darah juga tinggi, sehingga tekanan darah menjadi tinggi
dan
beresiko terjadi stroke.
b. Terapi medikasi dan pengontrolan kesehatan
Terapi medikasi dan pengobatan merupakan faktor yang paling
harus
diperhatikan pada penderita stroke. Penderita dengan pengobatan
yang
rutin dan teratur dapa mengurangi komplikasi penyakit bahkan
menyembuhkan. Akan tetai waktu yang dibutuhkan oleh masing-
masing penderita bervariasi
c. Stres pekerjaan
Menurut Basha (2004) dikutip Rizi Faserina (2015), Stress
diduga
melalui aktivitas syaraf simpatis (syaraf yang bekerja pada saat
kita
beraktivitas). Peningkatan akivitas syaraf simaptis
mengakibatkan
-
tekanan darah secara intermitten (tidak menentu). Gangguan
kepribadian yang bersifat sementara dapat terjadi pada orang
yang
menghadapi keadaan uang menimbulkan stess berat, gangguan
tersebut
dapat berkembang secara tiba-tiba atau secara bertahap.
Stress dapat meningkatkan tekanan darah dalam waktu yang
pendek
tetapi kemungkinan bukan penyebab meningkatnya tekanan dalam
waktu yang panjang.
d. Aktivitas fisik (olah raga)
Menurut Beevers (2002) dikutip dari Rizi Faserina (2015),
Olahraga
lebih banyak dihubungkan dengan pengolalaan hipertensi karna
olahraga isotonik dan teratur (aktivitas fisik aerobic selama
30-45
menit/hari) dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan
tekanan darah. Kurangnya melakukan olahraga akan
meningkatkan
kemungkinan timbulnya obesitas (Arjatmo T & Hendra U,
2001).
Meskipun tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang
berolahraga, namun jika berolahraga secara teratur akan lebih
sehat dan
memiliki tekanan darah lebih rendah dari pada mereka yang
tidak
melakukan olahraga. Olahraga yang teratur dalam jumlah sedang
lebih
baik dari pada olahraga berat tetapi hanya sekali.
e. Faktor asupan garam
Menurut Sutrani (2004) dikutip dari Rizi Faserina (2015),
Natrium
bersama klorida yang terdapat dalam garam dapur dalam jumlah
normal
dapat membantu tubuh mempertahankan keseimbanagan cairan
tubuh
-
untuk mengatur tekanan darah. Namun natrium dalam jumlah
yang
berlebihan dapt menahan air (retensi), sehingga meningkatkan
volume
darah. Akibatnya jantung hars bekerja lebih keras untuk
memompanya
dan tekanan darah menjadi naik
f. Perilaku keamanan
Menurut Beevers (2002) dikutip dari Rizi Faserina (2015),
Penimbangan berat badan secara teratur perlu dilakukan pada
penderita
stroke untuk mencegah terjadinya stroke berulang. Selain itu
modifikasi
lingkungan yang aman harus diperhatikan untuk mencegah
resiko
cidera. WHO pada tahun 1990 menganjurkan pembatasan konsumsi
garam dapur hingga 6 gram sehari (sama dengan 2400 mg
Natrium)(Atmatsier, 2006). Konsumsi garam memiliki efek
langsung
terhadap tekanan darah. Telah ditunjukkan bahwa peningkatan
darah
ketika semakin tua, yang terjadi pada semua masyarakat kota,
merupakan akibat dari banyaknya garam yang dikonsumsi.
Masyarakat
yang mengkonsumsi garam yang tinggi dalam pola makannya
adalah
masyarakat dengan tekanan darah yang sedikit, seiring dengan
bertambahnya usia. Terdapat bukti bahwa mereka yang memiliki
kecenderungan menderita hipertensi dan stroke secara
keturunan
memiliki kemampuan yang lebih rendah untuk mengeluarkan
garam
dalam tubuhnya. Namun mereka mengkonsumsi garam tidak lebih
banyak dari orang lain, meskipun tubuh mereka cendurung
menimbun
apa yang mereka makan.
-
2.2.5 Pengukuran Perilaku
Secara garis besar mengukur perilaku terbuka atau praktek dapat
dilakukan
melalui dua metode, yakni:
a. Langsung
Mengukur perilaku secara langsung, berarti peneliti langsung
mengamati
atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti. Peneliti
dapat
menggunakan media instrumen check list dengan skala Guttman.
Skala
ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan
memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan
atau
pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak
setuju,
benar dan salah. Skala Guttman ini pada umumnya dibuat seperti
cheklist
dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan
apabila
salah nilainya 0 dan analisisnya dapat dilakukan seperti skala
Likert
(Hidayat 2012).
b. Tidak langsung
Pengukuran perilaku secara tidak langsung ini, berarti peneliti
tidak
secara langsung mengamati perilaku orang yang diteliti
(responden).
peneliti dapat menggunakan media angket/kuesioner dengan
skala
likert (Notoatmodjo 2010). Menurut Azwar (2011)Salah satu
skor
standar yang biasanya digunakan dalam skala model Likert adalah
skor –
T, yaitu
-
Dimana:
X : Skor responden pada skala perilaku yang hendak diubah
menjadi
skor T
X : Mean skor kelompok
X : Deviasi standar skor kelompok
Untuk mencari s digunakan rumus:
Skor mean T = Skor T Responden
Jumlah Responden
Untuk kategori penilaian menjadi:
Perilaku positif : jika skor T hasil penghitungan > mean T
(50)
Perilaku Negatif : jika skor T hasil perhitungan < mean T
(50)
Pengukuran perilaku sering digunakan adalah skala dengan skala
ini akan
diperoleh jawaban yang tegas yaitu sering, selalu, kadang-kadang
dan
jarang. Penelitian menggunakan skala likert dilakukan bila
ingin
mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan
yang
dinyatakan.
Skala ini dapat pula dibentuk checklist atau pilihan ganda.
Pertanyaan
yang bernilai positif. Jawaban dari item pernyataan perilaku
positif:
a) Selalu (SL) jika responden selalu dengan pernyataan kuesioner
dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
http://4.bp.blogspot.com/-Hljz-PkRIsU/UxkjnF9xFMI/AAAAAAAAA7Y/OLLctWYC18g/s1600/Rumus+Perilaku1.tif
-
b) Sering (SR) jika responden sering dengan pernyataan kuesioner
dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
c) Jarang (KK) jika responden kadang-kadang dengan
pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
d) Tidak Pernah (TP) jika responden tidak pernah dengan
pernyataan
kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
2.3 Modifikasi Gaya hidup
2.3.1 Pengertian Modifikasi Gaya Hidup
Gaya hidup adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang
baik
dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghidarkan kebiasaan
buruk
yang dapat mengganggu kesehatan (Hasil konferensi nasional
promosi
kesehatan 2003).
Menurut penelitian Andalia Roza dkk (Mudzakir 2006)Gaya hidup
adalah
pola tingkah laku sehari-hari yang patut dijalankan oleh suatu
kelompok
social ditengah masyarakat, sesuai dengan norma dan agamanya.
Pada
umumnya gaya hidup dipengaruhi oleh cara pandang kehidupan
seseorang
terhadap pedomannya. Gaya hidup juga dipengaruhi oleh
kemajuan
infrastruktur latar belakang lingkungannya.
2.3.2 Tujuan Modifikasi Gaya Hidup
Tujuan dari modifikasi gaya hidup adalah menerapkan pola hidup
sehat
tentunya untuk menjaga kesehatan tubuh dan mendapatkan kehidupan
yang
lebih baik
a. Mengurangi resiko terkena penyakit tekanan darah tinggi
-
b. Mengurangi resiko diabetes
c. Mengurangi resiko terkena serangan stroke dan jantung
koroner
Unsur-unsur perilaku hidup sehat adalah:
a. Modifikasi diit
Mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan terbukti
memberikan
perlindungan terhadap penyakit stroke. Setiap peningkatan
konsumsi per
hari mengurangi resiko stroke sebesar 6%. Diit dengan membatasi
lemak
total dan lemak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol LDR
hingga
10-20%. Mengurangi penggunaan garam maupun bumbu penyedap.
(stroke esensial, 2003)
b. Tidak merokok
Merokok merupakan kebiasaan sekaligus gaya hidup yang
berdampak
buruk bagi kesehatan. Apapun rokok yang beredar di pasaran
semuanya
mengandung 4000 racun dan 200 diantaranya sangat berbahaya.
Asap
rokok mengandung beberapa zat berbahaya yang sering disebut
oksidator. Zat oksidator ini menimbulkan kerusakan pada dinding
arteri.
Dinding arteri yang rusak akibat asap rokok akan menjadi
lokasi
penimbunan lemak, sel trombosit, kolestrol, dan terjadi
penebalanlapisan
otot polos dinding arteri.
Rokok menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen dalam darah
yang
menyebabkan stroke jantung bekerja lebih keras, hal ini
memudahkan
terbentuknya gumapalan darah. Gumpalan ini akan menghambat
aliran
-
darah ke otak sehingga menyebabkan stroke (National Stroke
Association, 2010). Selain itu rokok juga menyebabkan
konsentrasi
fibrinogen, hemtokrit, menurunkan aktivitas, fibrinolitik dan
aliran darah
serebral, vasokonstriksi, sehingga terjadi aterotrombolitik
(Feigin, 2004).
Bahkan menurut Feigin (2004) perokok pasif (menghirup asap
rokok
seyucara tidak langsung) meningkatkan kemungkinan terkena
stroke
hampir 80%. Mereka yang menghisap 20 atau lebih batang rokok
sehari
memiliki resiko stroke dua kali lipat di bandingkan yang merokok
lebih
sedikit.
c. Aktifitas fisik
Aktivitas fisik moderat yang teratur dapat mengurangi hingga
separuh
resiko stroke dan memperkecil kematian dini akibat semua sebab
sekitar
70%. Yang diperlukan hanya lah olah raga tiga atau empat kali
seminggu
selama 30 menit. Orang yang kurang aktivitas fisik (olah
raga
-
1. Terapi okupasional
Bertujuan untuk melatih diri mengatasi keberisihan pribadi
dan
kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, buang air
besar,
mandi, sikat gigi dan sebagainya. Ketrampilan lebih lanjut
akan
memperikan kemampuan bergerak atau melatih diri untuk sehat.
2. Terapi bicara
Pelatihan untuk menolong mampu berkomunikasi, apakah dalam
kelompok ataupun satu lawan satu, terapi ini untuk
memulihkan
kemampuan bicara harus dilatih kembali, misalnya lidah,
bibir,
rahang, harus aktif digerakkan.
2.4 Efikasi Diri
2.4.1 Pengertian Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan keyakinan diri seseorang akan
kemampuannya untuk
mengorganisasikan dan melakukan tindakan-tindakan yang perlu
dalam
mencapai tingkat kinerja tertentu. Efikasi merupakan penilaian
diri apakah
seseorang dapat melakukan tindakan yang baik, buruk tepat atau
salah, bisa
atau tidak mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Efikasi ini
berbeda dengan aspirasi, karena cita-cita mengambarkan
penilaian
kemampuan diri (Bandura, 2009). Pasien yang juga kurang yakin
akan
kemampuannya untuk mengikuti anjuran akan cenderung kurang
melakukannya (Kaplan dkk, 2008 ; Alaga dan Reddy, 2008).
-
2.4.2 Klasifikasi Efikasi Diri
Secara garis besar, Efikasi diri terbagi atas dua bentuk yaitu
efikasi diri
tinggi dan efikasi diri rendah :
a. Efikasi diri tinggi
Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi menganggap
kegagalan sebagai akibat dari kurangnya usaha keras,
pengetahuan, dan
keterampilan. Di dalam melaksanakan berbagai tugas orang
yang
mempunyai efikasi diri yang tinggi adalah sebagai orang yang
berkinerja sangat baik. Seseorang yang efikasi diri tinggi
memiliki cirri-
ciri yang mampu menangani masalah yang mereka hadapi secara
efektif, yakin terhadap kesuksesan dalam menghadapi masalah
atau
rintangan.
b. Efikasi diri rendah
Seseorang yang ragu akan kemampuan mereka (efikasi diri yang
rendah) akan menjauhi tugas-tugas yang sulit karena tugas
tersebut
dipandang sebagai ancaman bagi mereka. Orang yang memeliki
efikasi
diri yang rendah tidak berfikir tentang bagaimana cara yang baik
dalam
menghadapi tugas-tugas yang sulit, mereka juga lamban dalam
memenahi atau pun mendapatkan kembali efikasi diri mereka
ketika
menghadapi kegagalan. Meraka yang memiliki efikasi diri yang
rendah
mencoba pun tidak bisa, tidak peduli betapa baiknya
kemampuan
mereka yang sesungguhnya. Seseorang yang memiliki efikasi diri
yang
rendah memiliki ciri- ciri yang tidak yakin bisa menghadapi
-
masalahnya, mengihindari masalah yang sulit seperti ancaman
dipandang sebagai sesuatu yang harus dihindari. Cepat menyerah
ketika
menghadapi masalah ragu dalam kemampuan dirinya sendiri.
Tabel 2.2
Kombinasi efikasi diri dengan lingkungan sebagai prediktor
tingkahlaku
Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi Responsif Sukses, melaksanakan tugas yang
sesuai dengan kemampuannya
Rendah Tidak responsive Depresi, melihat orang lain sukses
pada tugas yang dianggapnya sulit
Tinggi Tidak responsive Berusaha keras mengubah lingkungan
menjadi responsive, melakukan
aktifitas social, bahkan memaksakan
perubahan
Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa
tidak mampu
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri
Menurut Bandura (dalam Jess Feist & Feist, 2010:213-215)
efikasi diri
dapat ditumbuhkan dan dipelajari melalui empat hal, yaitu:
a. Pengalaman Menguasai Sesuatu
-
Pengalaman menguasai sesuatu yaitu performa masa lalu. Secara
umum
performa yang berhasil akan menaikan efikasi diri individu,
sedangkan
pengalaman pada kegagalan akan menurunkan. Setelah efikasi diri
kuat
dan berkembang melalui serangkain keberhasilan, dampak negatif
dari
kegagalan-kegagalan yang umum akan terkurangi secara
sendirinya.
Bahkan kegagalan-kegagalan tersebut dapat diatasi dengan
memperkuat
motivasi diri apabila seseorang menemukan hambatan yang
tersulit
melalui usaha yang terus-menerus.
b. Modeling Sosial
Pengamatan terhadap keberhasilan orang lain dengan kemampuan
yang
sebanding dalam mengerjakan suatu tugas akan meningkatkan
efikasi
diri individu dalam mengerjakan tugas yang sama. Begitu pula
sebaliknya, pengamatan terhadap kegagalan orang lain akan
menurunkan penilaian individu mengenai kemampuannya dan
individu
akan mengurangi usaha yang dilakukannya.
c. Persuasi Sosial
Individu diarahkan berdasarkan saran, nasihat, dan bimbingan
sehingga
dapat meningkatkan keyakinannya tentang kemampuan-kemampuan
yang dimiliki dapat membantu tercapainya tujuan yang
diinginkan.
Individu yang diyakinkan secara verbal cenderung akan berusaha
lebih
keras untuk mencapai suatu keberhasilan. Namun pengaruh
persuasi
tidaklah terlalu besar, dikarenakan tidak memberikan pengalaman
yang
-
dapat langsung dialami atau diamati individu. Pada kondisi
tertekan dan
kegagalan yang terus-menerus, akan menurunkan kapasitas
pengaruh
sugesti dan lenyap disaat mengalami kegagalan yang tidak
menyenangkan.
d. Kondisi Fisik dan Emosional
Emosi yang kuat biasanya akan mengurangi performa, saat
seseorang
mengalami ketakutan yang kuat, kecemasan akut, atau tingkat
stres yang
tinggi, kemungkinan akan mempunyai ekspetasi efikasi yang
rendah.
Tinggi rendahnya Efikasi Diri seseorang dalam tiap tugas
sangat
bervariasi. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor
yang
berpengaruh dalam mempersepsikan kemampuan diri individu.
Ada
beberapa yang mempengaruhi Efikasi Diri, antara lain: (Bandura,
dalam
Anwar: 2009)
a. Budaya
Budaya mempengaruhi efikasi diri melalui nilai (value),
kepercayaan (beliefs), dan proses pengaturan diri
(self-regulation
process) yang berfungsi sebagai sumber penilaian efikasi diri
dan
juga sebagai konsekuensi dari keyakinan akan efikasi diri.
b. Jenis Kelamin
Perbedaan gender juga berpengaruh terhadap efikasi diri. Hal
ini
dapat dilihat dari penelitian Bandura (1997) yang menyatakan
-
bahwa wanita efikasinya lebih tinggi dalam mengelola
perannya.
Wanita yang memiliki peran selain sebagai ibu rumah tangga,
juga
sebagai wanita karir akan memiliki efikasi diri yang tinggi
dibandingkan dengan pria yang bekerja.
c. Sifat dari tugas yang dihadapi
Derajat kompleksitas dari kesulitan tugas yang dihadapi oleh
individu akan mempengaruhi penilaian individu tersebut
terhadap
kemampuan dirinya sendiri semakin kompleks suatu tugas yang
dihadapi oleh individu maka akan semakin rendah individu
tersebut
menilai kemampuannya. Sebaliknya, jika individu dihadapkan
pada
tugas yang mudah dan sederhana maka akan semakin tinggi
individu tersebut menilai kemampuannya.
d. Insentif eksternal
Faktor lain yang dapat mempengaruhi efikasi diri individu
adalah
insentif yang diperolehnya. Bandura menyatakan bahwa salah
satu
faktor yang dapat meningkatkan efikasi diri adalah competent
contingens incentive, yaitu insentif yang diberikan oleh orang
lain
yang merefleksikan keberhasilan seseorang.
e. Status atau peran individu dalam lingkungan
Individu yang memiliki status lebih tinggi akan memperoleh
derajat
-
kontrol yang lebih besar sehingga efikasi diri yang dimilikinya
juga
tinggi. Sedangkan individu yang memiliki status yang lebih
rendah
akan memiliki kontrol yang lebih kecil sehingga efikasi diri
yang
dimilikinya juga rendah.
f. Informasi tentang kemampuan diri
Individu akan memiliki efikasi diri tinggi, jika ia
memperoleh
informasi positif mengenai dirinya, sementara individu akan
memiliki efikasi diri yang rendah, jika ia memperoleh
informasi
negatif mengenai dirinya.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efikasi diri menurut
Greenberg dan Baron (Maryati, 2008:51) mengatakan ada dua
faktor yang mempengaruhi, yaitu:
a. Pengalaman langsung, sebagai hasil dari pengalaman
mengerjakan suatu tugas dimasa lalu (sudah melakukan tugas
yang sama dimasa lalu).
b. Pengalaman tidak langsung, sebagai hasil observasi
pengalaman
orang lain dalam melakukan tugas yang sama (pada waktu
individu mengerjakan sesuatu dan bagaimana individu tersebut
menerjemahkan pengalamannya tersebut dalam mengerjakan
suatu tugas.
-
2.4.4 Fungsi Efikasi diri
Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi
fungsi
pada aktifitas individu. Bandura (1994) menjelaskan tentang
pengaruh dan
fungsi tersebut, yaitu:
a. Fungsi kognitif
Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada
proses
kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi diri yang
kuat
akan mempengaruhi tujuan pribadinya. Semakin kuat efikasi
diri,
semakin tinggi tujuan yang ditetapkan oleh individu bagi
dirinya
sendiri dan yang memperkuat adalah komitmen individu
terhadap
tujuan tersebut. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan
mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana dan
berkomitmen
pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut. Kedua, individu
dengan
efikasi diri yang kuat akan mempengaruhi bagaimana individu
tersebut
menyiapkan langkah-langkah antisipasi bila usahanya yang
pertama
gagal dilakukan.
b. Fungsi motivasi
Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan
motivasi
diri. Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan secara
kognitif.
Individu memotivasi dirinya sendiri dan menuntun tindakan-
tindakannya dengan menggunakan pemikiran-pemikiran tentang
masa
depan sehingga individu tersebut akan membentuk kepercayaan
-
mengenai apa yang dapat dirinya lakukan. Individu juga akan
mengantisipasi hasil-hasil dari tindakan- tindakan yang
prospektif,
menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan bagian
dari
tindakan-tindakan untuk merealisasikan masa depan yang
berharga.
Efikasi diri mendukung motivasi dalam berbagai cara dan
menentukan
tujuan-tujuan yang diciptakan individu bagi dirinya sendiri
dengan
seberapa besar ketahanan individu terhadap kegagalan. Ketika
menghadapi kesulitan dan kegagalan, individu yang mempunyai
keraguan diri terhadap kemampuan dirinya akan lebih cepat
dalam
mengurangi usaha-usaha yang dilakukan atau menyerah.
Individu
yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan dirinya
akan
melakukan usaha yang lebih besar ketika individu tersebut
gagal
dalam menghadapi tantangan. Kegigihan atau ketekunan yang
kuat
mendukung bagi mencapaian suatu performansi yang optimal.
Efikasi
diri akan berpengaruh terhadap aktifitas yang dipilih, keras
atau
tidaknya dan tekun atau tidaknya individu dalam usaha
mengatasi
masalah yang sedang dihadapi.
c. Fungsi Afeksi
Efikasi diri akan mempunyai kemampuan coping individu dalam
mengatasi besarnya stres dan depresi yang individu alami pada
situasi
yang sulit dan menekan, dan juga akan mempengaruhi tingkat
motivasi individu tersebut. Efikasi diri memegang peranan
penting
-
dalam kecemasan, yaitu untuk mengontrol stres yang terjadi.
Penjelasan tersebut sesuai dengan pernyataan Bandura bahwa
efikasi
diri mengatur perilaku untuk menghindari suatu kecemasan.
Semakin
kuat efikasi diri, individu semakin berani menghadapi tindakan
yang
menekan dan mengancam. Individu yang yakin pada dirinya
sendiri
dapat menggunakan kontrol pada situasi yang mengancam, tidak
akan
membangkitkan pola-pola pikiran yang mengganggu. Sedangkan
bagi
individu yang tidak dapat mengatur situasi yang mengancam
akan
mengalami kecemasan yang tinggi. Individu yang memikirkan
ketidakmampuan coping dalam dirinya dan memandang banyak
aspek
dari lingkungan sekeliling sebagai situasi ancaman yang
penuh
bahaya, akhirnya akan membuat individu membesar-besarkan
ancaman yang mungkin terjadi dan khawatiran terhadap hal-hal
yang
sangat jarang terjadi. Melalui pikiran-pikiran tersebut,
individu
menekan dirinya sendiri dan meremehkan kemampuan dirinya
sendiri.
d. Fungsi Selektif
Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas atau
tujuan
yang akan diambil oleh indvidu. Individu menghindari aktivitas
dan
situasi yang individu percayai telah melampaui batas
kemampuan
coping dalam dirinya, namun individu tersebut telah siap
melakukan
aktivitas-aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang
dinilai
mampu untuk diatasi. Perilaku yang individu buat ini akan
memperkuat kemampuan, minat- minat dan jaringan sosial yang
-
mempengaruhi kehidupan, dan akhirnya akan mempengaruhi arah
perkembangan personal. Hal ini karena pengaruh sosial
berperan
dalam pemilihan lingkungan, berlanjut untuk meningkatkan
kompetensi, nilai-nilai dan minat-minat tersebut dalam waktu
yang
lama setelah faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan
keyakinan
telah memberikan pengaruh awal.
2.4.5 Pengaruh Efikasi diri
Menurut hidayat (2011: 157) apapun faktor yang mempengaruhi
sebuah
perilaku, pada dasarnya berakar dari keyakinan bahwa mereka
dapat
mencapai target yang diharapkan. Orang yang memiliki efikasi
diri
cenderung memelih tugas-tugas atau kegiatan yang membuat
mereka
merasa kompoten dan percaya diri, dan sebaliknya akan
menghindari
kegiatan yang mereka anggap tidak dapat diselesaikan. Apabila
seorang
individu memiliki keyakinan diri yang besar untuk dapat
menyelesaikan
suatu masalah, ia cenderung memiliki usaha yang lebih hingga
mencapai
tujuan yang diinginkan.
(Bandura, 2009), menjelasakan bahwa efikasi diri seseorang
akan
mempengaruhi tindakan, upaya, ketekunan, fleksibilitas, dan
realisasi tujuan
dari individu sehingga efikasi diri yang terkait dengan
kemampuan
seseorang sering kali menentukan outcome sebelum tindakan
terjadi.
Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi mampu meningkatkan
upaya dan
selalu optimis dalam melakukan suatu kegiatan. Mereka akan terus
berusaha
untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
-
2.5 Peran Perawat
Peran perawat yang dapat dilakukan dari pengetahuan tentang
terapi
komplementer diantaranya sebagai konselor, pendidi kesehatan,
peneliti,
pemberi pelayanan langsung, coordinator dan sebagai advokat.
Sebagai
konselor perawat dapat menjadi tempat bertanya, konsultasi, dan
diskusi
apabila klien membutuhkan informasi atau sebelum mengambil
keputusan.
Sebagai pendidik kesehatan, perawat dapat penjadi pendidik bagi
perawat
disekolah tinggi keperawatan seperti yang berkembang di
Australia dengan
lebih dahulu mengembangkab kurikulum pendidikan (Crips &
Taylor, 2001).
Peran perawat sebagai peneliti diantaranya dengan melakukan
berbagai
penelitian yang dikembangkan dari hasil-hasil Evidence-Based
Practice.
Perawat dapat berperan sebagai pemberi pelayanan langsung
misalnya dalam
praktik pelayanan kesehatan yang melakukan integrasi terapi
komplementer
(Snyder & Lindquis, 2002). Perawat lebih banyak berinteraksi
dengan klien
sehingga peran koordinator dalam terapi komplementer juga sangat
penting.
Perawat dapat mendiskusikan terapi komplementer dengan dokter
yang
merawat dan unit menajer terkait. Sedangkan sebagai advokat
perawat
berperan untuk memenuhi permintaan kebutuhan perawatan
komplementer
yang mungkin diberikan termasuk perawatan alternatif dan perawat
sebagai
Educator, yaitu orang yang memberikan informasi kesehatan.
(Smith et al,
2004).
-
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.1
Kerangka Teori Modifikasi Siswanto (2005:77), Sacco, Burn.
Stroke Berulang adalalah kejadian
serebrovaskular baru yang
mempunyai satu diantara kriteria
seperti defisit neurologi yang berbeda
dengan stroke pertama atau kejadian
yang meliputi daerah anatomi atau
daerah pembuluh darah yang berbeda
dengan stroke pertama dan kejadian
mempunyai sub tipe stroke yang
berbeda dengan stroke pertama. Stroke
berulang terjadi pada orang yang
memiliki riwayat stroke sebelumnya
atau terjadinya stroke baru setelah 28
hari dari onset stroke sebelumnya
Menurut penelitian (Moroney,J.T,
2001).
Faktor Resiko Yang Tidak
Dapat Diubah
Umur
Jenis Kelamin
Ras atau suku
Riwayat stroke
Faktor Resiko Yang Dapat
Diubah
Hipertensi
Penyakit Jantung
Diabetes
Dyslipidemia
Atherosclerosis
Obesitas
Konsumsi rokok
Konsumsi alkohol
Kontrasepsi oral
Stroke adalah cedera vascular akut
pada otak. Disebabkan pecahnya
pembuluh darah dan sumbatan oleh
bekuan darah (feigin, 2004).
Faktor Resiko
Stroke Berulang
Riwayat hipertensi
Riwayat diabetes
TIA
Riwayat stroke Pencegahan
sekunder
-
BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian
yang
dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih
sesuai
dengan identifikasi masalahnya (Hidayat, 2012).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan efikasi diri
dengan
perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup pada pasien stroke
berulang di
poliklinik RSSN Bukittinggi tahun 2017. Adapun yang menjadi
variabel
independen adalah efikasi diri dan yang menjadi variabel
dependen adalah
Perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup.
Variable independen Variable dependen
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Efikasi diri Perilaku sehat dalam modifikasi
gaya hidup
-
3.2 Defenisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
N
o Variable
Definisi
Operasional Cara Ukur Alat Ukur Skala Hasil Ukur
1 Independen
Efikasi diri
Kurangnya
keyakinan diri
atau motivasi
pasien stroke
berulang dengan
perilaku sehat
dalam
modifikasi gaya
hidupnya
dengan faktor
resiko stroke
yang dapat
dimodifikasi
seperti :
hipertensi,
obesitas,
merokok,
aktifitas fisik.
Lembar
kuesioner
Kuesioner
Ordinal
Tinggi
> 85
Rendah
≤ 85
2 Dependen
Perilaku
Kesehatan
Dalam
Modifikasi
Gaya Hidup
Kurangnya
pengetahuan
pasien stroke
berulang dengan
Perilaku sehat
dalam
modifikasinya
Lembar
kuesioner
Kuesioner
Ordinal
- Baik >40
- Kurang Baik ≤
40
-
3.3 Hipotesa
Hipotesa adalah jawaban atau dalil sementara yang kebenarannya
akan
dibuktikan melalui penelitian. Hipotesa ditarik dari serangkaian
fakta yan
muncul sehubungan dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo,
2010).
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis yang
diajukan dalam
penelitian adalah :
Ha : Ada Hubungan efikasi diri Dengan Pengontrolan Perilaku
kesehatan
dalam Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Stroke Berulang Di
poliklinik RSSN Bukittinggi Tahun 2017.
Ho : Tidak Ada Hubungan efikasi diri Dengan Pengontrolan
Perilaku
Kesehatan dalam Modifikasi Gaya Hidup Pada Pasien Stroke
Berulang
Di poliklinik RSSN Bukittinggi Tahun 2017.
-
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.9 Desain Penelitian
Desain atau rancangan penelitian adalah sesuatu yang sangat
penting dalam
penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor
yang
dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil (Nursalam, 2013).
Penelitian ini menggunakan desain atau rancangan penelitian
deskriptif
korelasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua
variable pada
suatu situasi atau sekelompok subjek. Dengan melihat hubungan
antara
efikasi diri dengan perilaku sehat dalam modifikasi gaya hidup
pada pasien
stroke berulang di poliklinik RSSN Bukittinggi Tahun 2017.
4.2 Populasi Dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi adalah subjek yang memenuhi kriteria yang telah di
tetapkan
(Nursalam, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua
pasien
stroke berulang yang terkena stroke lebihdarisatu kali yang
datang ke
poliklinik RSSN Bukittinggi, dimana didapatkan data populasi
pasien
stroke tahun 2017 sebanyak 1431 orang dari bulan Januari
sampai
September tahun 2017dihitung per bulan berjumlah 159 orang.
-
4.2.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang terpilih dengan sampling
tertentu
mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013) untuk penelitian
menggunakan rumus slovin dapat dirumuskan :
2)(1 dN
Nn
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah populasi
d = Tingkat Signifikan (p)
Jadi sampelnya adalah dari populasi 159 orang, tingkat
signifikan 95%
Rumus :
2)(1 dN
Nn
2)1,0(1591
159n
59,2
159n
n = 61,3
n = 61 responden
Dari rumus di atas maka jumlah responden yaitu 61 orang.
-
4.3 Sampling
Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik pengambilan
secara
Accidental sampling yaitu pengambilan sampel dengan mengambil
kasus atau
responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai
dengan
konteks pen