PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS 4 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2009/2010 (PENELITIAN TINDAKAN KELAS) SKRIPSI Oleh: Happy Kukilowati K.7406083 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
167
Embed
SKRIPSI Happy Kukilowati FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU …/Penerapan... · strategi belajar mengajar siswa aktif supaya guru tidak lagi menjadi pusat belajar di kelas. Dengan strategi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK
MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI SISWA
KELAS XI IS 4 SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2009/2010
(PENELITIAN TINDAKAN KELAS)
SKRIPSI
Oleh:
Happy Kukilowati K.7406083
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK
MENINGKATKAN KUALIATS PEMBELAJARAN
AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS 4
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR
TAHUN AJARAN 2009/2010
( Penelitian Tindakan Kelas )
Oleh:
HAPPY KUKILOWATI
NIM K7406083
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi
Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penerapan model
pembelajaran kooperatif dengan metode NHT dalam meningkatkan kualitas
pembelajaran akuntansi siswa kelas XI IS 4 semester genap SMA Negeri 2
Karanganyar tahun ajaran 2009/20010.
Penelitian ini menggunakan pendekatan tindakan kelas. Obyek penelitian
ini adalah siswa kelas XI IS 4 SMA Negeri 2 Karanganyar yang berjumlah 40
siswa. Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara guru kelas, peneliti,
dan melibatkan siswa. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini dilakukan
dengan memberikan simulasi terlebih dahulu oleh peneliti kepada guru kelas.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi, wawancara, tes, dan
dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (1)persiapan, (2) penyusunan
rencana tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) observasi atau pengamatan, dan
(5) penyusunan laporan. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus,
masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yakni: (1) perencanaan tindakan,
(2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interprestasi, dan (4) analisis dan
refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, siklus pertama
selama 4 x 45 menit dan siklus kedua 5 x 45 menit.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa
terdapat peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi baik proses maupun hasil
melalui penerapan model pembelajaran kooperatif metode NHT. Hal tersebut
terefleksi dari beberapa indikator sebagai berikut: (1) Siswa aktif selama apersepsi
menunjukkan peningkatan sebesar 60%, dari 16 siswa atau 40% pada siklus I
menjadi 40 siswa atau 100% pada siklus II (2) Siswa aktif selama pembelajaran
meningkat sebesar 30% dari 23 siswa atau 57,5% pada siklus I menjadi 35 siswa
atau 87,5% (3) Siswa tepat dan teliti menjawab soal meningkat sebesar 44% dari
22 siswa atau 55% pada siklus I menjadi 40 siswa atau 100%, (4) adanya
peningkatan pencapaian hasil belajar siswa dari 52,5% sebanyak 21 siswa pada
siklus pertama meningkat menjadi 30 siswa sebesar 75% pada siklus kedua.
vii
Peningkatan tersebut terjadi setelah guru dan peneliti melakukan upaya-upaya
dalam peningkatan kualitas pembelajaran.
MOTTO
” Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh
menghina hikmat dan didikan ”.
viii
(Penulis)
” Setiap perkataan yang positif membawa keberhasilan dalam hidup kita tetapi
perkataan yang negatif membawa kita pada kegagalan,”.
(Penulis)
“ Hanya ada satu bukti dari kemampuan: “ Tindakan “
( Marie)
PERSEMBAHAN
ix
Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang,
cinta kasih penulis dan terima kasih penulis kepada :
Ø Orang Tua penulis (Bapak dan Ibu) buat dukungan,
motivasi, doa, materi dan selalu mendampingi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Ø Kakak dan Kakak Ipar atas doa dan motivasi.
Ø Bapak Wahyu dan Bapak Muhtar atas kesabarannya
dalam membimbing penulis.
Ø Ibu Ika serta keluarga besar SMA N 2 Karanganyar
yang telah membantu pelaksanaan penelitian ini.
Ø Dita dan Sita atas doa dan dorongan.
Ø Teman-teman kelas, BKK Akuntansi
Ø Teman-teman di PMK dan panitia LC 2010.
Ø Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya
skripsi ini.
Ø Almamater UNS
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih karunia, berkat dan hikmat dari-Nya, skipsi ini dapat diselesaikan dengan
x
baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan.
Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan
penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,
atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.
3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi dan selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
pengarahan dengan bijaksana.
4. Muhtar, S.Pd. M.Si., selaku pembimbing II yang telah memberikan dorongan,
semangat dan bimbingan dengan baik.
5. Dra. Sri Witurachmi, MM, selaku pembimbing akademis penulis yang telah
memberikan semangat untuk menyusun skripsi.
6. Drs. Wagiman, M.Pd selaku Kepala SMA Negeri 8 Surakarta, serta guru,
karyawan dan siswa-siswa XI yang telah banyak memberikan bantuan bagi
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
7. Bapak, Ibu, dan keluarga, yang selalu memberikan dorongan baik moril
maupun spiritual, kasih sayang serta doa yang tak henti-hentinya mengiringi
penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Dita dan Sita yang selalu memberikan semangat, pertolongan, dan doa.
9. Sahabat-sahabatku akuntansi’06 Tri, Ratih, Melina, Titis dua-duanya, Ema
Waroka, dan semua teman-teman yang tidak saya sebutkan satu-satu atas
keceriaan dan semangat kalian.
10. Teman-teman PMK, PSM VokMa dan semua pihak yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari
Tuhan Yang Maha Esa. Amin.
xi
Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,
namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
8
10
b. Tujuan Pendidikan
Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia seperti yang termaktup
dalam Pembukaan UUD 1945, yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Amanat tersebut ditetapkan dan dirangkum lebih lanjut dalam Garis-Garis
Besar Haluan Negara, kemudian dijabarkan pula dalam Undang-Undang
Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hal ini berarti bangsa Indonesia berkeinginan untuk mengembangkan serta
meningkatkan kecerdasan bangsa agar tiap individu rakyat Indonesia memiliki
potensi dan kemampuan untuk dapat bersaing agar dapat tetap eksis dalam
persaingan di tingkat nasional dan internasional.
Tujuan nasional bangsa Indonesia tersebut dapat dicapai lewat
pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan dapat menciptakan sumber daya
manusia yang dalam segi kualitas dan kuantitas mampu menghadapi
perubahan yang terjadi di alam maupun di masyarakat. Jadi pendidikan itu
memang perlu bagi manusia dan hanya manusia yang memerlukan
pendidikan. Pendidikan sebagai salah satu lapangan kehidupan yang akan
dibangun, dalam upaya menghasilkan manusia yang berjiwa membangun dan
mampu menghadapi perkembangan zaman.
2. Hakekat Proses Belajar Mengajar
a. Pengertian Belajar
Dalam proses pengajaran, unsur proses belajar memegang peranan
yang sangat penting. Belajar adalah suatu proses yang dialami oleh siswa
melalui interaksi lingkungan dengan dirinya yang nantinya akan mengalami
perubahan-perubahan ke arah yang positif. Sehingga proses belajar
membutuhkan waktu yang terus menerus dan panjang dan di dalamnya
terkandung perencanaan dan pelaksanaan pengajaran.
Beberapa pakar pendidikan yang terdapat dalam buku Cooperative
Learning Teori dan aplikasi PAIKEM (Agus suprijono 2009: 2-3)
mendefinisikan belajar sebagai berikut:
11
1) Gagne mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan disposisi atau
kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi
tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang
secara alamiah.
2) Menurut Travers, belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah
laku.
3) Menurut Cronbach, Learning is shown by a change in behavior as a resulf
of experience. (Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengalaman).
4) Harold Spears, Learning is to observe, to learn, to imitate, to try something
themsselves, to listen, to follow direction. (Dengan kata lain bahwa belajar
adalah mengamati, membaca, meniru sesuatu, mendengar dan mengikuti
arah tertentu).
5) Geoch, Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar
adalah perubahan performance sebagai hasil latihan)
Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah modifikasi atau
memperteguh kelakuan melalui pengalaman. (learning is defined as the
modification or strengthening of behavior through experiencing). Jadi
menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan suatu proses, suatu kegiatan,
akan tetapi luas dari pada itu, yakni mengalami.
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi
sebagai akibat dari latihan dan pengalaman baru dalam interaksi dengan
lingkungannya untuk waktu yang relatif lama (Indah Kusharyati 2009: 9).
Jadi, berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat
dari latihan dan pengalaman baru dalam interaksi dengan lingkungannya untuk
waktu yang relatif lama. Dan belajar merupakan suatu proses pembentukan
karakter seseorang, proses mendapatkan pengetahuan yang pada akhirnya
membentuk manusia berkualitas.
Dalam proses belajar tersebut ada faktor-faktor yang mempengaruhi,
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat bersumber pada dirinya, di
12
luar dirinya dan lingkungannya. Motivasi dan keinginan belajar yang ada
dalam diri individu merupakan faktor utama dalam keberhasilan proses
belajar. Sedangkan faktor yang ada di luar individu dan lingkungan
merupakan faktor sekunder dari proses belajar. Apabila lingkungan dan faktor
yang berasal dari luar tidak mendukung untuk proses belajar berlangsung,
tetapi apabila keinginan individu untuk belajar kuat maka proses balajar
tersebut akan tetap berlangsung walaupun tidak maksimal dinikmati.
b. Pengertian Mengajar
Dalam terminologi belajar dan mengajar adalah dua peristiwa yang
berbeda, akan tetapi antar keduanya terdapat hubungan yang erat dan saling
mempengaruhi, seperti definisi belajar, mengajar juga diartikan secara berbeda.
Mengajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan guru dalam
mempersiapkan lingkungan pembelajaran yang meliputi lingkungan alam dan
sosial untuk mendukung terjadinya proses belajar akibat interaksi siswa dan
lingkungan. Maka dapat disimpulkan bahwa mengajar mencakup empat pokok
yaitu:
1) Mengajar adalah mengorganisasi hal-hal yang berhubungan dengan belajar.
2) Mengaktifkan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan.
3) Menyampaikan dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
4) Mengajar adalah membimbing dan membantu siswa mencapai kedewasaan.
c. Hakekat Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara guru dan
peserta didik yang saling berinteraksi. Ada empat unsur utama proses belajar
mengajar, yakni tujuan, bahan, metode dan alat, serta penilaian. Tujuan
sebagai arah dari proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah rumusan
tingkah laku yang diharapkan dapat dikuasai oleh siswa setelah menerima atau
menempuh pangalaman belajarnya.
Menurut Soemarso (2007: 1) mengungkapkan bahwa proses belajar
adalah proses yang dialami secara langsung dan aktif oleh siswa pada saat
13
mengikuti suatu kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dan disajikan di
sekolah baik yang terjadi di kelas maupun di luar kelas. Sedangkan mengajar
adalah proses yang dilakukan oleh seorang guru dalam melaksanakan
perannya dalam proses kegiatan belajar mengajar yang direncanakan.
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur
yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman
(proses) belajar mengajar, dan hasil belajar.
Tujuan instruksional
(a) (c)
Pengalaman belajar Hasil belajar
(proses belajar mengajar) (b)
Gambar 1. Hubungan antara tujuan instruksional, pengalaman belajar
(proses belajar mengajar) dan hasil belajar
Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan
pengalaman belajar (proses belajar mengajar), Garis (b) menunjukkan
hubungan antara proses belajar mengajar dengan hasil belajar, garis (c)
menunjukkan hubungan antara tujuan instruksional dengan hasil belajar.
3. Hakekat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
a. Hakekat Model Pembelajaran
Keberhasilan suatu pembelajaran terletak pada model atau cara yang
digunakan oleh guru dalam mencapai sasaran-sasaran yang diinginkan untuk
mencapai suatu pembelajaran yang berkualitas. Suatu pembelajaran yang
14
diinginkan tentu yang optimal, untuk mencapai hal tersebut ada beberapa hal
yang harus diperhatikan oleh guru, salah satu diantaranya adalah model
pembelajaran yang digunakan, yang berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar.
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam perencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut Arends,
model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan
pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas, Agus
Suprijono (2009: 46).
Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model tersebut. Sehingga model pembelajaran merupakan
landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan
teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi
kurikulum dan implementasi pada tingkat operasional di kelas
Dalam bukunya Trianto (2007: 5), Joyce mengatakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran
dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran
termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Dari teori pembelajaran yang di kemukakan diatas maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola yang berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pendidik dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar. Sehingga melalui model
pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,
ketrampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.
15
b. Model Pembelajaran Kooperatif
1) Hakekat Metode Pembelajaran ooperatif
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan
lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka
saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam
kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang
komplek. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi
aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Konsep yang lebih luas
meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih
dipimpin atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif
dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan
pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi
yang dirancang untuk membantu peseta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud.
Agus Suprijono (2009: 55) menyatakan bahwa istilah kooperatif
memiliki makna lebih luas, yaitu menggambarkan keseluruhan proses
sosial dalam belajar dan mencakup pula pengertian kolaboratif.
Kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab
pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab
atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk
menjawab pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak
sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan
kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Pembelajaran koooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama
dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Dengan adanya kelompok-kelompok kecil tersebut maka diharapkan siswa
ngalami proses belajar yang tidak berfokus pada guru tetapi bekerjasama
menyelesaikan kasus bersama teman. Tetapi disini pembelajaran
kooperatif tidak sekedar belajar kelompok.
16
Robert E. Slavin (2008: 5) mengungkapkan bahwa “Pembelajaran
kooperatif memiliki kemampuan untuk mengembangkan hubungan antara
siswa dari latar belakang etnik yang berbeda dan antara siswa-siswa
pendidikan khusus terbelakang secara akademik dengan teman sekelas
mereka”. Sehingga pembelajaran ini bisa dikatakan sebagai pembelajaran
dengan pendekatan pembelajaran berbasis sosial. Siswa dari berbagai latar
belakang etnik, budaya, akademik, akan berkumpul untuk menyelesaikan
masalah bersama demi tujuan bersama pula.
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakanya dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan asal-
asalan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan
benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan efektif. Model
pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif
yaitu pembelajaran yang bercirikan; a) “memudahkan siswa belajar”
sesuatu yang “ bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan
bagaimana hidup serasi dengan sesama; b) pengatahuan, nilai, dan
keterampilan, diakui oleh mereka yang berkompeten untuk menilai.
Roger dan David Johnson dalam bukunya Agus Suprijono
mengatakan bahwa tidak semua kelompok bisa dianggap pembelajaran
kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran
tersebut maka ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif yang
perlu diterapkan, yaitu:
a) Positive interdependence (saling ketergantungan positif)
b) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan)
c) Face to face promotive interaction (interaksi promotif)
d) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)
e) Group processing (pemrosesan kelompok)
Saling ketergantungan positif menanamkan kepada siswa supaya
mereka memiliki hubungan dan saling ketergantungan satu sama lain di
dalam anggota kelompok. Sehingga tiap anggota kelompok tidak mampu
17
bekerja sendiri dalam arti bahwa tiap siswa dalam kelompok berhubungan
satu sama lain, dalam suatu cara dimana seseorang tidak dapat
mengerjakannya kecuali bekerjasama. Unsur ini menunjukkan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif ada dua tanggung jawab kelompok.
Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua,
menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan
yang ditugaskan tersebut.
Ada beberapa cara membangun saling ketergantungan positif
yaitu menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya terintegrasi
dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok
mencapai tujuan. Kemudian, mengusahakan agar semua anggota
kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka
berhasil mencapai tujuan. Dan selanjutnya, mengatur sedemikian rupa
sehingga setiap peserta didik dalam kelompok hanya mendapatkan
sebagian dari keseluruhan tugas kelompok. Artinya, mereka belum dapat
menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas
mereka menjadi satu. Dan, setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau
peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi,
dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok.
Unsur tanggung jawab perseorangan merupakan akibat langsung
dari unsur yang pertama yaitu saling ketergantungan positif. Pertanggung
jawaban ini muncul jika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan
kelompok. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin
semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya,
setelah mengikuti kelompok belajar bersama, anggota kelompok harus
menyelesaikan tugas yang sama. Beberapa cara menumbuhkan tanggung
jawab perseorangan adalah a) kelompok belajar jangan sampai besar; b)
melakukan essesmen terhadap setiap siswa; c) memberi tugas kepada
siswa, yang dipilih secara rondomuntuk mempresentasikan hasil
kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik didepan
kelas; d) mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu
18
dalam membantu kelompok; e) menugasi seorang peserta didik untuk
berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya; f) menugasi peserta didik
mengajar temannya.
Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif.
Unsur ini penting karena dapat menghasilkan saling ketergantungan
positif. Bahwa setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk
bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan memberikan para
pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua
anggota. Ciri-ciri interaksi promotif adalah: a) Saling membantu secara
efektif dan efisien; b) Saling memberikan informasi dan sarana yang
diperlukan; c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan
efisien; d) Saling mengingatkan; e) Saling membantu dalam merumuskan
dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan
wawasan terhadap masalah yang dihadapi; f) Saling percaya; g) Saling
memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah komonikasi antar
anggota. Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan
berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam
kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.
Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para
anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk
mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi dalam
kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajaran tidak bisa
diharapkan langsung menjadi komunikator yang handal dalam waktu
sekejab. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan
perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan
perkembangan mental dan emosional para siswa.
Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan
kelompok. Memprosesan mengandung nilai. Melalui pemrosesan
kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok
dan kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan pemrosesan kelompok dan
19
kegiatan dari anggota kelompok. Tujuan pemrosesan kelompok adalah
meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap
kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok.
2) Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif terkhusus
bagi siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan
peningkatan hasil belajar yang signifikan. Dilihat dari sistem yang bekerja
dari pembelajaran kooperatif tersebut, sehingga siswa akan mudah belajar,
berdiskusi bersama teman kelompoknya dan akan membangun kepekaan
dan kesetiakawaan di antara teman kelompok.
Nurhadi (2004: 116) mengatakan bahwa ada beberapa alasan
yang mendasari dikembangkannya pembelajaran kooperatif. Yaitu
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dari penerapan pembelajaran
kooperatif adalah:
1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial.
2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap,
ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan.
3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial
4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan
komitmen.
5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau sifat egois.
6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa.
7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara
hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktikkan.
8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia.
9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari
berbagai sudut pandang yang berbeda.
10) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan
lebih baik.
20
11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan
kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial,
agama, dan orientasinya juga.
Di samping kelebihan dari pembelajaran kooperatif yang
diungkapkan di atas, terdapat juga beberapa kelemahan; 1) Beberapa
kelemahan pembelajaran kooperatif anatara lain adalah perlu persiapan
yang rumit dalam pelaksanaannya; 2) Siswa tidak cocok dengan anggota
kelompoknya kurang bisa bekerjasama dalam memahami materi maupun
dalam menyelesaikan tugas; 3) Bila terjadi persaingan yang negatif maka
hasilnya akan buruk; 4) Ada siswa yang kurang bisa memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya dalam kelompok belajar; 5) Bila ada anggota kelompok
yang ingin berkuasa atau anggota kelompok yang malas maka usaha
kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh
penghargaan tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Melihat kelemahan-kelemahan ini maka dalam pelaksanaan
pembelajaran kooperatif diperlukan seorang guru yang mampu menjadikan
kondisi belajar yang kondusif dan sepenuhnya menguasai tentang metode
pembelajaran koperatif sehingga proses pelaksanaanya akan menjadi
lancar dan siswa dpat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran
serta siswa dapat berkembang secara positif.
3) Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam
pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah
pembelajaran ini dibuat dengan harapan bahwa tidak adanya kekhawatiran
bahwa pembelajaran kooperatif hanya akan mengakibatkan kekacauan di
kelas dan peserta didik tidak belajar jika mereka ditempatkan dalam
kelompok. Menurut Agus Suprijono (2009: 65) sintak model pembelajaran
kooperatif terdiri dari enam fase.
21
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif.
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1: Present goals and set.
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan peserta didik.
Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan mempersiapkan peserta didik
siap belajar
Fase 2: Present Information.
Menyampaikan informasi
Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: Organize students into
learning teams.
Mengorganisasi peserta didik
ke dalam tim-tim belajar.
Memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang tata cara
pembentukan tim belajar dan
membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and
study
Membantu kerja tim dan
belajar.
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan tugasnya
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta didik
mengenai berbagai meteri
pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan.
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan presentasi
individu maupun kelompok.
Sumber: Agus Suprijono (2009: 65)
22
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran menggunakan NHT diawali dengan Numbering. Yaitu
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil kemudian tiap-tiap
orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor sejumlah anggota yang ada di
dalam kelompok tersebut. Setelah guru membentuk kelompok kemudian guru
mengajukan pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Pada
kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together“
berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah
berikutnya adalah guru memanggil siswa yang memiliki nomor yang sama
dari tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan jawaban mereka. Hal
tersebut dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama
dari masing-masing kelompok mendapatkan giliran memaparkan jawaban atas
pertanyaan guru. Kemudian guru dapat mengembangkan diskusi tersebut yang
pada akhirnya siswa mendapat pengetahuan yang utuh.
Anita Lie (2008: 59) menyatakan bahwa Teknik belajar mengajar
kepala bernomor atau Numbered Heads Together dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan pertimbangan jawaban yang paling tepat. Selain itu,
teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama
mereka.
Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru
menggunakan struktur empat fase, yaitu:
1) Fase 1: Penomoran
Dalam fase ini guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2) Fase 2: Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat
bervariasi. Pertanyaandapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.
Misalnya, “Berapakah jumlah gigi orang dewasa?” Atau berbentuk arahan,
misalnya “Pastikan setiap orang mengetahui 5 buah ibu kota propinsi yang
terletak di pulau Sumatera.”
23
3) Fase 3: Berfikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4) Fase 4: Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan dan mencoba menjawab pertanyaan untuk seluruh
kelas.
4. Hakekat Kualitas Pembelajaran
Kualitas dapat dimaknai dengan istilah mutu atau juga keefektifan.
Secara konseptual maka kualitas pembelajaran tidak berbeda dengan keefektifan
pembelajaran, jika dilihat dari indikator evaluasinya. Sejumlah indikator yang
digunakan untuk menilai kualitas pembelajran antara lain; kualitas hasil belajar,
ketrampilan, kemampuan mengajar, aktivitas siswa, motivasi, dan lain sebagainya.
Efektifitas belajar adalah tingkat pencapaian pembelajaran. Pencapaian tujuan
tersebut berupa peningkatan pengetahuan dan ketrampilan serta pengembangan
sikap melalui proses pembelajaran (Cheppy Riyana, 2006).
Efektivitas ini sesungguhnya merupakan suatu konsep yang lebih luas
mencakup berbagai faktor di dalam maupun di luar diri seseorang. Dengan
demikian efektivitas tidak hanya dapat dilihat dari sisi produktivitas, akan tetapi
juga dapat pula dilihat dari sisi persepsi atau sikap orangnya. Di samping itu,
efektivitas juga dapat dilihat dari bagaimana tingkat kepuasan yang dicapai oleh
orang. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting,
karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam
mencapai sasarannya atau suatu tingkatan terhadap tujuan-tujuan yang akan
dicapai, atau tingkat pencapaian tujuan.
Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan aspek-aspek dari
efektifitas belajar tersebut, yaitu; a. Peningkatan pengetahuan; b. Peningkatan
ketranpilan; c. Perubahan sikap; d. Perilaku; e. Kemampuan adaptasi; f.
Peningkatan integrasi; g. Peningkatan partisipasi; h. Meningkatan interaksi
kultural. Hal ini penting untuk dimaknai bahwa keberhasilan pembelajaran
ditentukan oleh efektifitasnya dalam upaya pencapaian kompetensi belajar.
24
Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2005: 6-7) menjelaskan
bahwa pengertian kualitas pendidikan sebagai kemampuan lembaga pendidikan
untuk menghasilkan “ better students’ learning capacity”. Dalam pengertian itu
terkandung semua komponen masukan instrumental ditata sedemikian rupa,
sehingga secara sinergis mampu menghasilkan proses, hasil, dan dampak belajar
yang optimal.
Masukan instrumental yang berkaitan langsung dengan “better students’
learning capacity” adalah pendidik, kurikulum, dan bahan ajar, iklim
pembelajaran, media belajar, fasilitas belajar, dan materi belajar. Sedangkan
masukan potensial adalah siswa dengan segala karakteristiknya seperti; kesiapan
belajar, motivasi, latar belakang sosial budaya, bekal ajar awal, gaya belajar, serta
kebutuhan dan harapannya.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kualitas pembelajaran
dapat dilihat dari kemauan, kesiapan belajar siswa sendiri dan dampak dari
tingginya kemauan dan kesiapan belajar siswa maka hasil belajar siswa pun tinggi
pula. Sehingga kualitas pembelajaran akan terlihat memalui hasil belajar siswa
yang didalamnya meliputi keaktifan yang dipunyai oleh siswa tersebut dan hasil
belajar dari pembelajaran yang diterima siswa.
a. Motivasi Belajar
.Menurut Martin dan Briggs (1986) dalam buku Made Wena (2009:
32-34) menyatakan, motivasi adalah kondisi internal dan eksternal yang
mempengaruhi bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu kegiatan
atau tingkah laku. Good dan Brophy (1991) mendefinisikan motivasi
sebagai suatu energi penggerak, pegarah, dan memperkuat tingkah laku;
sedangkan Gagne (1985) mendefinisikan motivasi sebagai sesuatu
pengarah dan memperkuat intensitas suatu tingkah laku. Motivasi
seseorang dapat dilihat atau disimpulkan dari usaha yang ajeg, adanya
kecenderungan untuk bekerja terus meskipun sudah tidak berada di bawah
pengawasan, atau adanya kesediaan mempertahankan kegiatan secara
sukarela ke arah penyelesaian tugas.
25
Dalam hal ini secara lebih spesifik motivasi belajar dapat dilihat dari
karaktaristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman
perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dalam kegiatan belajar.
b. Hasil Pembelajaran
Made Wena (2009: 6-7) mengemukakan bahwa hasil pembelajaran
adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang nilai dari
penggunaan strategi pembelajaran di bawah kondisi berbeda. Variabel hasil
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu keefektifan,
efisiansi, daya tarik.
1) Keefektifan pembelajaran, diukur dari tingkat pencapaian siswa, dan
terdapat empat indikator untuk mendeskripsikanya, yaitu kecermatan
penguasaan perilaku yang dipelajari, kecepatan untuk kerja, tingkat
alih belajar, tingkat retensi.
2) Efisiensi pembelajaran, diukur dengan perbandingan antara
keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai siswa dan/atau jumlah
biaya yang digunakan dalam pembelajaran.
3) Daya tarik pembelajaran, diukur dengan mengamati kecenderungan
siswa untuk tetap terus belajar.
5. Hakekat Mata Diklat Akuntansi
Menurut Donald E. Kieso, dkk (2009: 7) dalam bukunya Accounting
Principles mengemukakan bahwa akuntansi adalah suatu sistem informasi yang
mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa
ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan. Untuk
lebih spesifik, maka akan di jelaskan secara lebih dekat ketiga aktivitas tersebut.
a. Mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi akan mengakibatkan
pemilihan aktivitas-aktivitas ekonomi yang relevan agi suatu organisasi
terentu.
b. Setelah teridentifikasi, peristiwa-peristiwa ekonomi tersebut kemudian dicatat
untuk menjadi alur aktivitas keuangan perusahaan. Pencatatan terdiri atas
pembuatan jurnal peristiwa-peristiwa secara sistematis dan kronologis, yang
26
diukur dalam satuan mata uang dolar dan sen. Di dalam pencatatan, peristiwa-
peristiwa ekonomi juga akan diklasifikasikan dan dibuat ikhtisarnya.
c. Aktivitas pengidentifikasian dan pencatatan tidak akan banyak memberikan
manfaat, kecuali jika informasi keuangan akan disampaikan melalui laporan-
laporan akuntansi, yang umumnya disebut sebagai laporan keuangan
(financial stattements).
Berdasarkan definisi Akuntansi, maka proses akuntansi akan terus
berulang- ulang mulai dari transaksi keuangan sampai dengan penyusunan laporan
keuangan. Informasi ekonomis yang dihasilkan oleh akuntansi adalah data
transaksi dalam perusahaan yang dinyatakan dengan uang. Transaksi yang terjadi
dalam perusahaan selama periode tertentu terdiri dari bermacam-macam transaksi
yang terjadi berulang-ulang. Oleh karena itu semua data transaksi keuangan yang
terjadi dalam suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu harus diproses,
sehingga akan menjadi data yang berguna bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Karakteristik yang sangat menonjol dari mata diklat akuntansi adalah
banyak hitungan serta analisis, sehingga metode pembelajaran NHT sesuai
diterapkan di mata diklat akuntansi.
B. Kerangka Berfikir
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, ternyata banyak
permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar di dalam kelas. Baik
dari pihak guru atau pun pihak siswa tersebut. Siswa merasa bosan dengan sistem
pembelajaran di dalam kelas sehingga siswa mencari cara untuk membuang
kebosanan tersebut dengan cara ramai sendiri, bercerita dengan teman. Dan yang
dirasakan oleh guru adalah guru merasa anak didiknya tidak memiliki motivasi
belajar, dan tidak menghormati guru yang sedang mengajar. Dampak dari hal
tersebut adalah siswa tidak memiliki motivasi belajar, nilai mata pelajaran
akuntansi rendah, dengan nilai rata-rata kelas >6, keefektivan dalam proses belajar
pun juga buruk. Maka dari itu kualitas pembelajaran didalam kelas sangat rendah,
dilihat dari keadaan kelas yang demikian.
27
Berdasarkan keadaan tersebut, maka perlu perhatian khusus terhadap
kelas tersebut dengan cara perbaikan pembelajaran untuk meningkatkan
pemahaman materi belajar akuntansi dan keefektivan dalam proses belajar
didalam kelas. Salah satu cara yang bagus untuk ditempuh adalah menggunakan
model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together. Dari
penggunaan model pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan ke
efektivan dalam proses belajar, keaktifan siswa, dan pemahaman materi akuntansi,
sehingga akan menghasilkan keluaran siswa yang kompeten.
Dari pemikiran di atas, maka dibuatlah kerangka pemikiran sebagai
berikut:
Gambar 2. Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas
C. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian yang terdahulu yang
digunakan sebagai acuan dan pembanding penelitian yang dilakukan. Ada
beberapa hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain yang
dilakukan oleh Iza, Ni'matul. 2009 dalam penelitianya yang berjudul Penerapan
Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil
Guru menerapkan model pembelajaran kooperatif
dengan metode NHT
Suasana kelas aktif dan siswa fokus pada pembelajaran
Tindakan
Guru melakukan refleksi pada siklus I kemudian melanjutkan perbaikan pada siklus II
Hasil belajar, keaktifan siswa meningkat dari siklus pertama.
Kondisi akhir
Guru menggunakan metode ceramah dalam
pembelajaran.
Siswa jenuh, bosan dan ramai sendiri dalam
pembelajaran. Kondisi
awal
28
Belajar Siswa pada Kompetensi Mendiskripsikan Pola Kegiatan Ekonomi,
Penggunaan Lahan, dan Pola Permukiman Berdasarkan Kondisi Fisik Permukaan
Bumi Kelas VII SMP Negeri 1 Sumobito Kabupaten Jombang. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa mengalami peningkatan mulai dari pra
tindakan ke siklus I dan siklus I ke siklus II. Peningkatan hasil belajar dilihat dari
peningkatan ketuntasan belajar siswa. Ketuntasan belajar siswa pada pra tindakan
sebesar 47%, pada siklus I meningkat menjadi 65% dan siklus II meningkat
menjadi 91%.
Mufid, Masruhan. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada
Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Siswa kelas VII-A MTs
Islamiyah Sumpiuh-Banyumas Tahun Pelajaran 2006/2007. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Hasil belajar siswa kelas VII-A semester I MTs Islamiyah
Maarif Sumpiuh Kabupaten Banyumas Pokok bahasan operasi hitung bentuk
aljabar dapat ditingkatkan dengan model pembelajaran Numbered Heads
Together, ditunjukkan oleh rata-rata niai tes akhir siklus 1 dari 64,11 menjadi
76,63 pada siklus 2 dan ketuntasan belajar klasikal meningkat pada siklus 1
sebesar 68,4% menjadi 77,5% pada siklus 2.
Persamaan antara kedua penelitian di atas dengan penelitian yang
dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan metode pembelajaran
kooperatif dengan metode Numbered Heads Together (NHT) dalam kegiatan
pembelajaran dan untuk meningkatkan hasil belajar. Perbedaan antara penelitian
Iza Ni’matul dengan Mufid Masruhan adalah penelitian yang dilakukan Iza
Ni’matul dilakukan di SMP Negeri 1 Sumobito. Sedangkan pada penelitian yang
dilakukan oleh Mufid Masrun dilakukan di MTs Islamiyah. Sedangkan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti, dilakukan di SMA Negeri 2 Karanganyar untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran.
29
D. Hipotesis Tindakan
Hipotesis berasal dari 2 penggalan kata, “hypo” yang artinya “ dibawah”
dan “ thesa” yang artinya “ kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara
menulisnya disesuaikan dengan Ejakan Bahasa Indonesia menjadi hipotesis, dan
berkembang menjadi hipotesis. Suharsi Arikunto dalam bukunya Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik mengatakan bahwa hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan kajian teori, kerangka berpikir dari penelitian tindakan
kelas, serta hasil penelitian yang relevan seperti yang telah diuraikan di atas maka
dapat dirumuskan hipotesis bahwa ”Penerapan model pembelajaran kooperatif
dengan metode NHT dapat meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi siswa
kelas XI IS 4 SMA Negeri 2 Karanganyar.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar, yang
beralamat di Jl. Ronggowarsito, Bejen, Karanganyar. Sekolah ini dipimpin oleh
Bapak Drs. Wagiman, M.Pd selaku kepala sekolah. Sekolah ini memiliki 27 kelas
yang terdiri atas:
a. Kelas X sebanyak 9 kelas, yang terdiri dari delapan kelas reguler dan satu
kelas imersi.
b. Kelas XI sebanyak 9 kelas, terdiri dari empat kelas Jurusan IPA, dan empat
kelas Jurusan IS (Ilmu Sosial), dan satu kelas imersi.
c. Kelas XII sebanyak 9 kelas, terdiri dari empat kelas Jurusan IPA, empat kelas
Jurusan IS (Ilmu Sosial) dan satu kelas imersi.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IS 4 dengan jumlah
siswa 40 siswa. Alasan pemilihan sekolah ini sebagai tempat penelitian adalah:
a. Menurut observasi awal yang peneliti lakukan terlihat bahwa dalam proses
pembelajaran akuntansi masih menggunakan model pembelajaran
konvensional sehingga para siswa kurang tertarik dalam mengikuti
pembelajaran akuntansi akibatnya mereka cenderung tidak memperhatikan
penjelasan dari guru, tidak menikmati proses pembelajaran dan perasaan
bosan sehingga siswa mencari cara untuk membuang kejenuhan dengan
gaduh sendiri atau bicara dengan teman sebangku diluar konteks pembelajaran
akuntansi.
b. Sekolah tersebut belum pernah dipergunakan sebagai objek penelitian sejenis,
sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan guru mata
pelajaran akuntansi yaitu Ibu Rahayu Ikawati, S.Pd, yang membantu dalam
pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara
29
31
tidak langsung kegiatan penelitian dapat terarah serta menjaga valid tidaknya data
hasil penelitian.
2. Waktu Penelitian
Penulis merencanakan pelaksanaan penelitian dari bulan Februari 2010
sampai April 2010. Waktu ini meliputi kegiatan persiapan sampai penyusunan
laporan penelitian, dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian
Jenis Desember Januari Februari Maret April Kegiatan 2010 2010 2010 2010 2010
1. Persiapan Penelitian a. Penyusunan judul b.Penyusunan proposal c. Perijinan 2.Perencanaan Tindakan 3.Pelaksanaan Tindakan a. Siklus I b. Siklus II 4. Review 5.Penyusunan Laporan
Sumber: Penulis
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh ahli
spikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946. Inti gagasan
Lewin inilah yang selanjutnya dikembangkan oleh ahli-ahli seperti Stephen
Kemmis, Robin Mc Tanggart, Jonh Elliot, Dave Ebbut, dan sebagainya. PTK di
Indonesia baru dikenal pada akhir dekade 80-an.
Pendekatan penelitian ini menggunakan penekatan Penelitian Tindakan
Kelas. Menurut Indah Kusharyati (2009: 27) penelitian tindakan kelas dapat
diartikan sebagai salah satu penelitian yang dapat dilaksanakan guru sebagai
alternatif pilihan untuk menemukan cara dalam rangka mengatasi masalah-
masalah yang muncul dalam proses pembelajaran guna meningkatkan mutu atau
kualitas proses pembelajaran di sekolah terutama dalam suatu kelas.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action
research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran
32
dikelasnya. Penelitian Tindakan Kelas berfokus pada kelas atau pada proses
belajar mengajar yang terjadi di kelas, bukan pada input kelas (silabus atau meteri
) ataupun output (hasil belajar), jadi PTK harus tertuju atau mengenai hal-hal yang
terjadi didalam kelas (Suharsimi Arikunto, dkk. 2007: 58). Sehingga dapat
diartikan bahwa PTK adalah suatu penelitian tindakan yang dilakukan di kelas
dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran.
Suharsimi (2002) dalam buku Penelitian Tindakan Kelas, Suharsimi
Arikunto, dkk (2007) menjelaskan PTK melalui paparan gabungan definisi dari
tiga kata, yaitu: Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atu informasi yang bermanfaat
untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah
sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama
dari seorang guru.
Berdasarkan definisi-definisi diatas maka dapat diartikan bahwa
Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu mengamatan proses belajar pembelajaran
yang dilakukan di dalam kelas dengan tujuan untuk menemukan masalah-
masalah pembelajaran didalam kelas kemudian mencari cara untuk mengatasi
masalah-masalah tersebut guna meningkatkan mutu atau kualitas pembelajaran.
Untuk lebih memahami definisi PTK, maka perlu memahami
karakteristik dari PTK tersebut. Menurut Zainal Aqib (2006 : 17) PTK setidaknya
memiliki karakteristik antara lain:
1. Didasarkan pada masalah yang dihadapi guru dalam introksional.
2. Adanya kolaborasi dalam pelaksanaanya.
3. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
4. Bertujuan memperbaiki dan meningkatkan kualitas praktisi instruksional
5. Dilaksanakan dalam rangkaian dengan beberapa siklus.
Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian-penelitian lain pada
umumnya. Yang unik dari penelitian ini adalah adanya tidakan praktis yang
dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi dari pengamatan-pengamatan
33
yang dilakukan. Sehingga ada pemikiran yang kritis yang dilakukan oleh guru
maupun peneliti untuk mengadakan suatu tindakan supaya masalah yang terjadi di
dalam kelas bisa diatasi. Penelitian ini akan berhenti sampai ditemukan adanya
perubahan yang terjadi sebelum penelitian sampai di akhir penelitian tersebut.
Oleh karena itu penelitian harus direncanakan dengan baik dan dapat diukur
tingkat keberhasilan dari penelitian yang dilakukan.
Perencanaan penelitian akan sistematis bila dibuat siklus-siklus dalam
pelaksanaanya. Ada empat siklus yang lazim di lalui yaitu: 1. Perencanaan, 2.
Pelaksanaan, 3. Pengamatan, 4. Refleksi. Adapun penjelasan dari masing- masing
tahap adalah sebagai berikut.
Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
(Suharsimi Arikunto dalam Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Sapardi, 2007: 74)
1. Tahap Perencanaan (planning)
Dalam tahap ini peneliti mengadakan penelitian awal atau observasi awal
yang menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan
Perencanaan
SIKLUS I Refleksi Pelaksanaan
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II Pelaksanaan Refleksi
Pengamatan
????
34
bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal
sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan
tindakan dan yang mengamati proses jalanya tindakan. Kemudian dalam tahap
penyususnan rancangan ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa
yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat
sebuah intrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang
terjadi selama tindakan berlangsung.
2. Tahap Pelaksanaan tindakan (Acting)
Tahap kedua dari penelitian tindakan adalah pelaksanaan yang
merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengadakan
tindakan dikelas. Hal yang perlu diingat adalah bahwa dalam tahap kedua ini
pelaksanaan guru harus diingat dan berusaha menaati apa yang sudah
dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak
dibuat-buat.
3. Tahap Pengamatan (Observing)
Tahap ke-3, yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat.
Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamat dipisahkan dengan
pelaksanaan tindakan karena seharusnya pengamatan dilakukan tepat waktu
tindakan sedang dilakukan. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang
sama. Sebutan tahap ke-2 diberikan untuk memberikan peluang kepada guru
pelaksana yang juga berstatus sebagai pengamat. Ketika guru tersebut sedang
melakukan tindakan, karena hatinya menyatu dengan kegiatan
4. Tahap Refleksi (Reflecting)
Tahap ke-4 ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Istilah “ refleksi “ dari kata Inggris reflection, yang di
terjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah pemantulan. Kegiatan ini lebih
tepat dikenakan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan,
kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi
rancangan tersebut. Inilah inti dari penelitian tindakan, yaitu ketika guru
pelaku tindakan siap mengatakan kepada peneliti pengamat tentang hal-hal
35
yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian mana yang belum. Dengan kata
lain, guru pelaksana sedang melakukan evaluasi diri.
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk
membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun yang terus
berulang, dari tahap perencanaan sampai dengan refleksi. Jadi, siklus itulah yang
menjadi suatu bentuk tindakan nyata yang menjadi salah satu karakteristik khusus
sebuah PTK, dan siklus tersebut diakhiri dengan kegiatan refleksi sebagai bentuk
evaluasi terhadap penerapan siklus sebelumnya apakah tindakan yang
dilaksanakan tersebut sudah mencapai tujuan atau belum dan apakah penelitian
perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya atau tidak.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memecahkan masalah dalam penelitian diperlukan data yang
relevan dengan permasalahannya, sedangkan untuk mendapatkan data tersebut
perlu digunakan teknik pengumpulan data sehingga dapat diperoleh data yang
benar-benar valid dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini, antara lain dengan menggunakan:
1. Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan
pengamat, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indra. Jadi mengobservasi dapat dilakukan melalui
penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang dikatakan
ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Dalam artian observasi hanya
dilakukan sebatas mengamati, mengidentifikasi, dan mencatat apa kekurangan dan
kelebihan dalam proses pembelajaran.
2. Wawancara
Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang
berlangsung secara lisan dengan dua orang atau lebih bertatap muka
mendengarkan secara langsung informasi-informasi dari nara sumber. Wawancara
ini dilakukan oleh peneliti kepada guru mata pelajaran akuntansi dan siswa
terhadap kegiatan belajar mengajar yang dimaksudkan untuk mengungkap
36
permasalahan yang dihadapi dan untuk memperoleh informasi tentang berbagai
hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran akuntansi. Wawancara
dilaksanakan setelah kegiatan pembelajaran selesai dan atas dasar pengamatan
dari setiap siklus yang ada kepada para siswa untuk mengetahui respon yang
muncul terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini. Jenis
wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas
terpimpin dimana pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan
diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi jangan
sampai proses wawancara kehilangan arah
3. Tes
Tes merupakan pengumpulan data yang dilakukan pada setiap akhir
penyajian bahan ajar atau akhir siklus. Pemberian tes dimaksudkan untuk
mengukur seberapa jauh hasil belajar yang diperoleh siswa setelah kegiatan
pemberian tindakan apakah sudah memenuhi target yang sudah ditentukan atau
belum. Tes yang diadakan dalam penelitian ini berupa tes tertulis.
4. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal kata dokumen, yang artinya barang-barang
tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
keadaan umum sekolah, keadaan gedung sekplah, struktur organisasi sekolah serta
tugas dan tanggung jawabnya, daftar guru dan karyawan, sarana dan prasarana
serta dokumen yang mendukung penelitian.
Dokumentasi dalam penelitian ini terdiri dari dokumen mengenai
keadaan sekolah secara umum, data siswa, rancangan pelaksanaan pembelajaran,
lembar observasi, pedoman untuk wawancara, serta lembar skor kelompok dan
hasil nilai evaluasi dari setiap siklus. Di samping itu peneliti juga mengambil
gambar atau foto dari kegiatan berlangsungnya penelitian (proses kegiatan belajar
mengajar di kelas).
37
D. Prosedur Penelitian
Prosedur Penelitian merupakan tahap-tahap yang harus dilakukan dalam
penelitian dari awal sampai akhir secara urut. Tujuan dilakukan prosedur
penelitian supaya penelitian dapat berjalan dengan teratur sehingga hasil
penelitian dapat dipertanggung jawabkan.
1. Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah:
a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah dan Guru mata pelajaran Akuntansi
SMA Negeri 2 Karanganyar.
b. Mengidentivikasi masalah
c. Menganalisis masalah secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori
yang relevan
d. Menyusun alat observasi
e. Penyusunan jadwal penelitian
2. Tahap Persiapan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang antara lain adalah:
a. Penyusunan jadwal penelitian
b. Penyusunan rencana pembelajaran
c. Penyusunan soal evaluasi
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Rencana tindakan disusun dalam dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II.
Dan setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, serta tahap analisis dan refleksi.
4. Tahap Implementasi Tindakan
Tahap observasi yaitu tahap penerapan ini rancangan mengenai tindakan
di kelas. Pada tahap ini peneliti menentukan hipotesis tindakan yaitu alternatif
tindakan yang dipandang paling tepat atau dipercaya oleh peneliti dan akan
mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Hipotesis tindakan pada
penelitian ini adalah peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik Numbered Heads Together.
38
5. Tahap Observasi atau Pengamatan
Tahap observasi yaitu tahap pelaksanaan pengamatan oleh peneliti.
Kegiatan observasi dalam penelitian Tindakan Kelas dilakukan untuk mengetahui
dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses
pembelajaran dan pengaruh dari tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas
dalam bentuk data.
6. Tahap Penyusunan Laporan
Pada tahap ini merupakan tahap terakhir dari semua yang telah dilakukan
yaitu dengan membuat atau menyusun laporan dari semua yang telah diteliti.
E. Proses Penelitian
Indikator yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan
kualitas pembelajaran akuntansi pada siswa kelas XI IS 4 SMA Negeri 2
Karanganyar melalui penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode
NHT. Setiap tindakan dalam upaya peningkatan indikator tersebut dirancang
dalam satu unit sebagai satu siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 1.
Perencanaan Tindakan, 2. Pelaksanaan Tindakan, 3. Observasi, dan 4. Refleksi
untuk perencanaan siklus berikutnya. Dalam penelitian ini, direncanakan dalam
dua siklus.
1. Rancangan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:
1) Menyusun Skenario pembelajaran sebagai berikut:
a) Guru menciptakan suasana yang kondusif kemudian memberikan
pengetahuan awal kepada siswa mengenai materi laporan keuangan.
b) Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan
membagikan nomer kepada siswa dalam tiap kelompok. Dan didalam
kelompok tersebut siswa menyelesaikan tugas berupa soal laporan
keuangan.
c) Guru memberitahukan bahwa masing-masing siswa dalam kelompok
harus siap untuk mempresentasikan hasil diskusi, karena guru
39
nantinya akan memanggil nomor secara acak dari tiap kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi.
d) Setelah menyelesaikan diskusi maka guru akan memanggil nomor
secara acak dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
di depan kelas.
2) Menyusun instrumen untuk evaluasi yang berupa soal tes tertulis.
3) Menetapkan indikator ketercapaian.
Tabel 3. Indikator Kualitas Pembelajaran
Aspek yang diukur Persentase target
capaian
Cara mengukur
Keaktifan siswa selama apersepsi
70%
Diamati saat guru memberikan apersepsi kepada siswa pada awal pembelajaran.
Keaktifan siswa di dalam kelompok saat mengikuti pembelajaran
70%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan di nilai tiap siswa yang menunjukkan perhatian, keaktifan dalam kegiatan pembelajaran.
Ketelitian dan ketepatan siswa dalam menyelesaikan soal.
70%
Diamati saat pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi dan dinilai dari kesempurnaan siswa mempresentasikan hasil diskusi lompoknya dan menjawab pertanyaan dari guru.
Ketuntasan hasil belajar (standar nilai70)
70%
Dihitung dari jumlah siswa yang mendapatkan nilai 70 ke atas, untuk siswa yang mendapat nilai 70 dianggap telah mencapai ketuntasan belajar.
Ketuntasan hasil belajar 21 siswa 52,50% 30 siswa 75%
Sumber: Hasil data nilai yang telah di olah
59
Peningkatan kualitas pembelajaran akuntansi tersebut juga dapat dilihat
pada grafik berikut ini:
0
5
10
15
20
25
Siklus I
Grafik Hasil Penelitian Siklus I
Aktif selama apersepsi
Aktif selama pembelajaran
Tepat dan teliti dalam menjawab soal
Ketuntasan hasil belajar
Gambar 4. Grafik Hasil Penelitian Siklus
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Siklus II
Grafik Hasil Penelitian Siklus II
Aktif selama apersepsi
Aktif selama pembelajaran
Tepat dan teliti dalam menjawab soal
Ketuntasan hasil belajar
Gambar 5.Grafik Hasil Penelitian Siklus II
60
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Aktif dalam apersepsi
Aktif selama kegiatan
pembelajaran
Tepat dan teliti
menjawab soal
Ketuntasan hasil belajar
Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II
Siklus I
Siklus II
Gambar 6. Grafik Perbandingan Siklus I dan Siklus II
Grafik tersebut menunjukkan bahwa setelah adanya penerapan model
pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads Together berdampak
terhadap proses dan hasil kegiatan pembelajaran akuntansi. Dampak positif
tersebut antara lain siswa menjadi aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,
siswa tidak merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran karena siswa ikut
langsung terlibat dalam pembelajaran. Selain itu siswa juga lebih mudah
memahami materi yang di sampaikan oleh guru, siswa lebih aktif dan
bersemangat dalam mengikuti diskusi kelompok belajar serta hasil belajar siswa
mengalami peningkatan.
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap
siklus dilaksanakan dalam empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2)
pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi
tindakan.
61
Deskripsi hasil penelitian dari siklus I sampai II dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Sebelum melaksanakan proses penelitian tindakan ini, peneliti
melakukan kegiatan surve awal untuk mengetahui keadaan nyata yang ada di
kelas XI IS 4 SMA Negeri 2 Karanganyar dengan cara observasi dan wawancara
dengan guru maupun siswa. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan surve
tersebut, peneliti menemukan beberapa permasalahan yang ada di dalam kelas
serta dapat dikatakan bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas belum obtimal.
Oleh karena itu peneliti mengadakan diskusi lebih lanjut dengan guru mata
pelajaran akuntansi untuk mengatasi permasalahan yang muncul tersebut dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif dengan metode Numbered Heads
Together (NHT).
Setelah mengadakan diskusi dengan guru, selanjutnya peneliti dibantu
guru membuat RPP dan intrumen penelitian yang akan dilaksanakan dalam siklus
I di dalam kelas. Sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan guru mata
pelajaran akuntansi, maka materi yang akan digunakan adalah laporan keuangan
yaitu laporan laba rugi, laporan ekuitas, dan neraca.
Dalam kegiatan pembelajaran pada siklus I, guru membuat kelompok-
kelompok kecil untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa dan siswa tidak merasa bosan
dalam kegiatan pembelajaran tersebut. Dengan kelompok-kelompok kecil tersebut
siswa bersama siswa yang lain berjuang bersama untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan, sehingga siswa merasa diberi kepercayaan guru bahwa anak didiknya
mampu menyelesaikan tugas. Dari hal tersebut siswa mempunyai motivasi untuk
belajar.
Ketika diskusi dilaksanakan, guru dibantu peneliti memanggil nomor
dan kelompok secara acak dan kemudian siswa diberi kepercayaan dan
kesempatan untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dari hal tersebut
siswa dapat belajar untuk percaya diri dan berani mengeluarkan ide, pendapat, dan
bertanya. Namun , dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap proses
belajar mengajar akuntansi pada siklus I masih terdapat kekurangan dan
62
kelemahan, yaitu siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran, siswa merasa
kebingungan terhadap model pembelajaran yang baru mereka lakukan, dan juga
volume suara guru yang kecil menyebabkan siswa kurang jelas dalam setiap
penjelasan guru. Hal tersebut dapat dilihat dari siswa malu-malu ketika menjawab
pertanyaan atau bertanya dan tidak semua siswa terlibat dalam pemecahan soal
bersama teman kelompoknya. Karena itu, peneliti mencari solusi dan menyusun
rencana pembelajaran siklus II untuk mengatasi kekurangan dan kelemahan dalam
pembelajaran akuntansi.
Materi pembelajaran pada siklus II masih sama dengan siklus I yaitu
laporan keuangan, tetapi soal yang digunakan berbeda dengan siklus I dan untuk
menyiasati suara guru yang kecil maka guru membuat cara supaya siswa tenang
dan mencitakan kondisi kelas yang kondusif. Sehingga dalam pelaksanaan
pembelajaran siswa lebih aktif, percaya diri menjawab atau bertanya, dan siswa
lebih tertarik dalam mengikuti pembelajaran akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti. Di akhir siklus peneliti mengadakan
penelitian untuk mengetahui motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
akuntansi setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan metode
Numbered Heads Together (NHT). Dan hasil yang didapat adalah siswa memiliki
motivasi belajar akuntansi.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses belajar mengajar
akuntansi pada siklus II, kualitas pembelajaran baik hasil maupun proses sudah
menunjukkan peningkatan. Dari segi keaktifan siswa dalam apersepsi
manunjukkan peningkatan dari 16 siswa atau 40% pada siklus I menjadi 40 siswa
atau 100% pada siklus II. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa yang
menunjukkan keaktifan mereka sebanyak 23 siswa atau 57,5% pada siklus I
sedangkan pada siklus II sebanyak 35 siswa atau 87,5%. Dalam ketepatan dan
ketelitian siswa menjawab maupun menyelesaikan soal pada siklus I terdapat 22
siswa atau 55%, pada siklus II terdapat 40 siswa atau 100%. Begitu pula
ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan ditunjukkan dari
banyaknya siswa yang sudah mencapai batas ketuntasan minimal yaitu sebesar
52,5% atau 21 siswa menjadi 75% atau 30 siswa pada siklus II. Siswa yang
63
sebelumnya kurang aktif saat pembelajaran, sekarang lebih antusias dan
menikmati pembelajaran akuntansi. Selain itu siswa yang sebelumnya tidak bisa
bertanggung jawab dengan peranya dalam kelompok, pada siklus II ini sudah
dapat menjalankan tanggung jawab dengan baik. Meskipun begitu, masih
diperlukan ketelatenan guru dalam menolong siswa menguasai konsep
pembelajaran akuntansi dan pendekatan kepada siswa. Oleh sebab itu masalah
yang dihadapi pada pembelajaran akuntansi sudah dapat teratasi dengan cara
penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode pembelajaran
Numbered Heads Together (NHT) yang secara langsung dapat mengaktifkan
siswa dalam proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan tindakan tersebut, guru berhasil melaksanakan pembelajaran
akuntansi yang dapat menarik perhatian siswa. Sehingga kualitas proses dan hasil
pembelajaran akuntansi dapat meningkat. Selain itu, peneliti juga dapat
meningkatkan motivasi dan kinerja guru dalam melaksanakan pembelajara yang
efektif dan menarik. Keberhasilan pembelajaran akuntansi dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif, metode Numbered Heads Together (NHT) dapat
dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut:
1) Siswa terlihat antusias dan bersemangat. Hal tersebut dapat dilihat
dari keaktifan siswa selama apersepsi yang ditunjukan dari kenaikan
dari siklus I sampai siklus II.
2) Siswa menjadi lebih menyadari pentingnya kerjasama dalam
kelompok dan berjuang menyelesaikan tugas bersama teman. Hal
tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa selama pembelajaran
akuntansi berlangsung yang ditunjukan dari peningkatan siklus I
sampai siklus II .
3) Siswa mampu memahami materi yang diberikan oleh guru. Hal
tersebut dapat dilihat dari ketelitian dan ketepatan siswa selama
menjawab pertanyaan dan persoalan dari guru yang ditunjukan dari
peningkatan siklus I sampai siklus II.
64
4) Berdasarkan hasil belajar siswa yang ditunjukan dengan perolehan
nilai test pada setiap akhir siklus mengalami kenaikan mulai dari
siklus I sampai siklus II
65
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di kelas XI IS 4 di SMA
Negeri 2 Karanganyar ini dilakukan dalam dua siklus. Setiap siklus meliputi
empat tahap, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi tindakan.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan kualitas
pembelajaran akuntansi dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan
metode Numbered Heads Together (NHT) pada siswa kelas XI IS 4 SMA Negeri
2 Karanganyar. Hal tersebut terefleksi dari beberapa indikator berikut ini:
1. Keaktifan siswa dalam apersepsi manunjukkan peningkatan sebesar 60% atau
24 siswa, dari 16 siswa atau 40% pada siklus I menjadi 40 siswa atau 100%
pada siklus II.
2. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa yang menunjukkan keaktifan
belajar naik sebanyak 30% atau 12 siswa dari 23 siswa atau 57,5% pada
siklus I dan pada siklus II menjadi 35 siswa atau 87,5%.
3. Ketepatan dan ketelitian siswa menyelesaikan soal pada siklus I terdapat 22
siswa atau 55%, pada siklus II terdapat 40 siswa atau 100% sehingga terjadi
kenaikan sebesar 44% atau 18.
4. Ketuntasan hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar 22,5% atau 9
siswa yang ditunjukkan dari banyaknya siswa yang sudah mencapai batas
ketuntasan minimal yaitu sebesar 52,5% atau 21 siswa menjadi 75% atau 30
siswa pada siklus II.
B. Implikasi
Berdasarkan pada kesimpulan penelitian di atas, maka implikasi dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Implikasi Teoretis
Secara teoretis hasil penelitian ini terbukti secara empirik, kegiatan
pembelajaran akuntansi pada materi laporan keuangan dengan menggunakan
64
66
metode Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran akuntansi dilihat dari segi keaktifan siswa melalui keaktifan siswa
selama apersepsi, keaktifan siswa selama kegiatan pembelajaran, ketepatan dan
ketelitian siswa menjawab soal dan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.
Hal ini disebabkan model kooperatif dengan metode NHT menekankan pada
keaktifan siswa secara penuh, sehingga mendorong untuk selalu aktif dalam
belajar melalui proses kerja sama dan tanggung jawab dalam kerja kelompok.
2. Implikasi Praktis
Implikasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa untuk meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa secara optimal dalam pembelajaran akuntansi,
seorang guru harus dapat memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang
tepat dan sesuai dengan kemampuan siswa, minat, dan kondisi lingkungan yang
ada. Hasil belajar siswa tidak hanya dilakukan melalui tes atau ulangan harian saja
tetapi penilaian harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan, melalui
keaktifan siswa baik selama apersepsi, selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung dan ketepatan serta ketelitian siswa menjawab soal atau pertanyaan
dari guru.
C. Saran
Berkaitan dengan simpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran-
saran sebagai berikut:
1. Bagi Guru
a. Guru perlu menambah wawasannya tentang metode-metode pembelajaran
yang inovatif agar proses pembelajaran lebih menarik dan siswa tidak
merasa bosan dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas..
b. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, sebaiknya guru
meningkatkan kemampuan dalam mengelola kelas sehingga dapat tercipta
situasi kondusif yang mendukung proses pembelajaran.
67
2. Bagi Siswa
a. Siswa sebaiknya menyadari pentingnya memperhatikan ketika guru
menerangkan materi pelajaran.
b. Dengan adanya penerapan model pembelajaran kooperatif metode NHT
sebaiknya dimanfaatkan dengan baik oleh para siswa untuk bekerja sama
dalam satu kelompok.
3. Bagi Peneliti
a. Peneliti dapat menerapkan penelitian yang sejenis dengan penyempurnaan
dalam berbagai hal untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan optimal.
b. Peneliti sebagai calon guru harus dapat menerapkan metode pembelajaran
yang tepat untuk menyampaikan bahan ajar sesuai dengan kondisi yang
diinginkan siswa dalam proses pembelajaran yang akan dilakukan.
4. Bagi Sekolah
a. Perlu adanya bimbingan dan binaan kepada guru agar keberhasilan dalam
proses pembelajaran di kelas tercapai.
b. Sekolah perlu membuka diri dengan lembaga pendidikan maupun instansi
lain untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
68
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal.2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi . 2007. Penelitian Tindakan Kelas . Jakarta : Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Astiwi, Nila. 2009. Penerapan Model Pembelajaran kooperatif Dengan Teknik Kepala Bernomor Terstruktur untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Akuntansi kalas XI IS 1 SMA N 2 Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009. Surakarta: UNS
Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Jihad, Asep, Abdul Haris. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo
Kusharyati, Indah. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Dengan
Metode Jigsaw untuk Meningkatkkan Penguasaaan Konsep Dalam
Pembelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IS 5 SMA N 8 Surakarta Tahun
Ajaran 2008/2009 ( Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta : UNS
Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang- Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Mufid Masruhan. 2007. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together ( NHT ) pada Siswa kelas VII- A MTs Islamiyah Sumpiuh – Banyumas Tahun Pelajaran 2006/2007. Semarang : UNNES
Ngadiman, Sri Witurachmi dan Wahyu Adi.2005. Dasar-dasar Akuntansi. Surakarta : FKIP UNS
312 Prive Trisno 3.000 3.000 411 Pendapatan Jahit 27.800 27.800 511 B. Gaji 6.400 6.400 512 B. Telepon 4.700 4.700 513 B. listrik 3.000 3.000 514 B. Rupa-rupa 2.700 2.700
515 B. Sewa 3.600 3.600 516 B. Perlengkapan 1.200 1.200 517 B. Penyusutan 2.940 2.940 212 Utang B. Gaji 1.000 1.000 213 Utang B. Iklan 1.400 1.400
Diminta untuk membuat laporan laba rugi, neraca dan perubahan modal .
93
KUNCI JAWABAN SOAL DISKUSI SIKLUS I
PENJAHIT “PRESIDENT”
LAPORAN LABA/RUGI
Per 31 Desember 2007
( dalam Rupiah)
Pendapatan Jahit 27.800.000,00
B. Gaji 6.400.000,00
B. Telepon 4.700.000,00
B. listrik 3.000.000,00
B. Rupa-rupa 2.700.000,00
B. Sewa 3.600.000,00
B. Perlengkapan 1.200.000,00
B. Penyusutan 2.940.000,00
Total Beban 24.540.000,00
Laba 3.260.000,00
PENJAHIT “PRESIDENT”
LAPORAN EKUITAS
Per 31 Desember 2007
Modal Trisno Awal
Laba Rp
3.260.000,00
Prive Rp
3.000.000,00
Modal Tisno per 31 Desember 2007
Rp
40.000.000,00
Rp
2.60.000,00
Rp
40.260.000,00
94
PENJAHIT “PRESIDENT”
NERACA
Per 31 Desember 2007
(Dalam ribuan rupiah)
Aktiva Kewajiban dan Modal
Kas 15.000,00 Utang 21.600,00
Piutang 9.000,00 Wesel Bayar 4.200,00
Wesel tagih 15.000,00 Utang Gaji 1.000,00
Sewa dby.dmk 3.600,00 Utang Iklan 1.400,00
Perlengkapan 1.800,00 Total Utang 28.200,00
Peralatan 29.400,00 Modal Trisno 40.260,00
Akmls.Peny. Peralatan (5.340,00)
Total Aktiva 68.460,00 Total Pasiva 68.460,00
95
SOAL EVALUASI SIKLUS I
Mata pelajaran : Akuntansi Kelas / Semester : XI IS 4 / Genap
1. Data berikut ini berasal dari PERUSAHAAN ANGKUTAN
DIRGANTARA per 31 Desember 2007:
Nama Akun Jumlah
Kas Piutang Porskot sewa Beban gaji Beban listrik Beban telepon Beban iklan Beban asuransi Beban perlengkapan Beban bunga Pendapatan jasa Pendapatan Bunga Prive Modal dirgantara
Rp 2.000.000,00 Rp 1.300.000,00 Rp 3.000.000,00 Rp 2.400.000,00 Rp 350.000,00 Rp 250.000,00 Rp 600.000,00 Rp 300.000,00 Rp 750.000,00 Rp 225.000,00 Rp 6.750.000,00 Rp 1.500.000,00 Rp 600.000,00 Rp 5.000.000,00
diminta: Berdasarkan data di atas buatlah Laporan L/R untuk Perusahaan Angkutan Dirgantara Per 31 Desember 2007 dalam bentuk bertahap !
2. Perusahaan Biro Perjalanan SIMPATI per 31 Desember 2007
mempunyai data-data sebagai berikut:.
Modal Sarjana Rp 50.000.000,00 Prive Sarjana Rp 3.000.000,00
Pendapatan jasa Rp 32.000.000,00 Pendapatan Sewa Peralatan Rp 3.000.000,00 Pendapatan Komisi Rp 5.000.000,00 Beban perlengkapan kantor Rp 2.500.000,00 Beban Gaji Rp 3.200.000,00 Beban Telepon Rp 1.300.000,00 Beban bunga Rp 1.500.000,00
Buatlah : a. Laporan Laba/Rugi BP. SIMPATI per 31 Desember 2007!
b. Laporan Ekuitas!
96
KUNCI JAWABAN SOAL EVALUASI
SIKLUS I
1.
PA. DIRGANTARA LAPORAN LABA/RUGI
Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2007
Pendapatan Usaha Pendapatan Jasa Beban Usaha Beban gaji Beban listrik Beban telepon Beban iklan Beban asuransi Beban perlengkapan Total beban usaha Pendapatan Diluar usaha: Pendapatan Bunga Beban diluar usaha: Beban bunga Laba diluar usaha
Rp 2.400.000,00 Rp 350.000,00 Rp 250.000,00 Rp 600.000,00 Rp 300.000,00
III. Rp 750.000,00
Rp 1.500.000,00 Rp 225.000,00
Rp 6.750.000,00
Rp 4.650.000,00 Rp 2.100.000,00
Rp 1.275.000,00
Laba Bersih Rp 3.375.000,00
2. a. Laporan Laba/Rugi: Pendapatan Jasa Rp 32.000.000,00 Pendapatan sewa Rp 3.000.000,00 Pendapatan komisi Rp 5.000.000,00 Total pendapatan Rp 40.000.000,00 Beban-beban: Beban perlengkapan kantor Rp 2.500.000,00 Beban Gaji Rp 3.200.000,00 Beban Telepon Rp 1.300.000,00 Beban bunga Rp 1.500.000,00 Total Beban Rp 8.000.000,00 Laba Bersih Rp 32.000.000,00
97
b. Laporan Ekuitas: Modal Awal Rp 50.000.000,00 Laba Rp 32.000.000,00 Prive Rp 3.000.000,00 Penambahan modal Rp 29.000.000,00 Modal akhir Rp 21.000.000,00
Penilaian:
1. Soal no 1 bobot 40
2. Soal no 2 bobot untuk soal a. adalah 40, sedangkan utuk soal b adalah 20
3. Nilai= 40+40+20, nilai sempurna adalah 100
98
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SELAMA APERSEPSI
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 4
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2009/2010”
Kelas/Semester : XI IS 4/II
Pokok Bahasan : Laporan keuangan
Siklus Ke : I
Nama pengamat : Happy Kukilowati
Lembar ini diisi oleh peneliti sebagai pengamat pada saat proses pembelajaran.
Lembar observasi ini memuat aspek-aspek pengukuran dari penerapan metode
Numbered Heads Together (NHT)
Berilah tanda check list (√) pada angka-angka yang sesuai dengan pengamatan
Anda pada kolom indikator yang tersedia:
Skor 5 : Baik Sekali
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Kurang Sekali
99
No Nama Siswa Ketepatan waktu, ketika siswa memasuki ruangan kelas
Perhatian siswa ketika guru membuka pembelajaran dengan salam pembuka
Cara siswa menjawab pertanyaan dengan menunjuk jari
11-15 Baik Standar yang dikatakan siswa aktif dalam apersepsi adalah dalam range Baik, yaitu sebesar:
0-5 17 siswa 6-10 7 siswa 11-15 16 siswa Dari data di atas maka jumlah siswa yang aktih dalam apersepsi adalah: Kurang : 17/40 X 100% = 42,5% Cukup : 7/40 X 100% = 17,5% Baik : 16/40 X 100% = 40%
Jadi dapat disimpulkan siswa yang aktif dalam apersepsi sebesar 40% siswa yang lain belum aktif dalam apersepsi karena ada 42,5% siswa kurang aktif dan 17,5% siswa sudah cukup aktif tetapi masih belum mempersiapkan diri untuk memulai pembelajaran.
101
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SELAMA
PEMBELAJARAN
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 4
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2009/2010”
Kelas/Semester : XI IS 4/II
Pokok Bahasan : Laporan keuangan
Siklus Ke : I
Nama pengamat : Happy Kukilowati
Lembar ini diisi oleh peneliti sebagai pengamat pada saat proses pembelajaran.
Lembar observasi ini memuat aspek-aspek pengukuran dari penerapan metode
Numbered Heads Together (NHT)
Berilah tanda check list (√) pada angka-angka yang sesuai dengan pengamatan
Anda pada kolom indikator yang tersedia:
Skor 5 : Baik Sekali
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Kurang Sekali
102
LEMBAR OBSERVASI KETELITIAN DAN KETEPATAN SISWA
DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 4
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2009/2010”
Kelas/Semester : XI IS 4/II
Pokok Bahasan : Laporan keuangan
Siklus Ke : I
Nama pengamat : Happy Kukilowati
Lembar ini diisi oleh peneliti sebagai pengamat pada saat proses pembelajaran.
Lembar observasi ini memuat aspek-aspek pengukuran dari penerapan metode
Numbered Heads Together (NHT)
Berilah tanda check list (√) pada angka-angka yang sesuai dengan pengamatan
Anda pada kolom indikator yang tersedia:
Skor 5 : Baik Sekali
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Kurang Sekali
103
No Nama Siswa Ketepatan siswa dalam menjawab pertanyaan
Kesempurnaan siswa dalam menyelesaikan tugas bersama teman kelompok
Kerapian siswa dalam mengerjakan tugas bersama teman kelompok
Di ukur dengan menggunakan standar range: 0-5 Kurang 6-10 Cukup 11-15 Baik
Standar yang dapat dikatakan siswa tepat dan teliti dalam menjawab pertanyaan, masuk dalam range Baik, yaitu sebesar:
0-5 : - siswa 6-10 : 18 siswa 11-15 : 22 Siswa Dari data diatas maka jumlah siswa yang teliti dan tepat dalam menjawab pertanyaan adalah sebesar:
Kurang: - Cukup: 18/40 X100% = 45% Baik : 22/40 X 100% = 55% Jadi siswa yang dikatakan siswa tepat dan teliti dalam menjawab pertanyaan adalah sebesar 55% dan 45% siswa belum tepat dan teliti dalam menjawab pertanyaan baik lisan atau tugas yang diberikan oleh guru.
105
LEMBAR OBSERVASI KETUNTASAN HASIL BELAJAR
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 4
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2009/2010”
Kelas/Semester : XI IS 4/II
Pokok Bahasan : Laporan keuangan
Siklus Ke : I
Nama pengamat : Happy Kukilowati
Lembar ini diisi oleh peneliti sebagai pengamat pada saat proses pembelajaran.
Lembar observasi ini memuat aspek-aspek pengukuran dari penerapan metode
Numbered Heads Together (NHT)
Berilah tanda check list (√) pada angka-angka yang sesuai dengan pengamatan
Anda pada kolom indikator yang tersedia:
Skor 5 : Baik Sekali
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Kurang Sekali
106
No Nama Mahasiswa Nilai Keterangan 1 Aditya Ian Permana 35 BT 2 Agus Sapta Riadi Wijaya 10 BT 3 Anang Hananto 35 BT 4 Arie Budiyanto 40 BT 5 Asri Suryaningsih 45 BT 6 Bernadita Tridian Fitranti 35 BT 7 Bernadus Median Firianto 70 T 8 Christopher Carlos Latuheru 20 BT 9 Daru Cahyo Anggara 90 T 10 Desy Ria Irawan 40 BT 11 Eko Fitriyanto 70 T 12 Evawati Suci Rindang P. 85 T 13 Hadi Prakoso 70 T 14 Hanif Arifin 40 BT 15 Hery Hermawati 70 T 16 I Putu Nugrahening W.B.P 35 BT 17 Ika Yulianti 90 T 18 Ismawati 90 T 19 Krisna Dinar Praditya 40 BT 20 Kristian Pungki Ari S. 10 BT 21 Mahendra Risal MI 70 T 22 Nandiko Yogo Widoto 10 BT 23 Nining Hartati 75 T 24 Nisa Adi Tama 40 BT 25 Nita Sarmelia 55 BT 26 Novita Sari 50 BT 27 Putri Febriyanti 85 T 28 Ria Dewi Romadani 70 T 29 Riska Priyadi Yanti 75 T 30 Ryan Supriyanto Hari P 90 T 31 Sri Harini 40 BT 32 Susilo Pujianto 40 BT 33 Tri Joko Wasiso 90 T 34 Tri Widiastuti 75 T 35 Udhin Ismadi 90 T 36 Wahyu Puji Astuti 70 T 37 Wawan Sumarwanto 70 T 38 Wikan Prakoso 90 T 39 Yohanes Rendra 90 T 40 Yuri Septiani 40 BT Rata-rata 58,38 BT
107
Tuntas : 21/40 X100% = 52,5% siswa Belum tuntas : 19/40 X 100% = 47,5 % siswa Kesimpulan: Berdasarka hasil evaluasi mengerjakan laporan keuangan yang mendapat nilai 70 ke atas sebesar 21 siswa yaitu 52,5% siswa. Sedangkan 19 siswa lain atau 47,5% siswa belum tuntas dalam mengerjakan evaluasi pada siklus I.
108
109
PEMBAGIAN KELOMPOK
Kelompok 1 Tri Widiastuti(1)
Wahyu Astuti(2)
Kristian Pungki A. S(3)
Mahendra Risal M. I(4)
Ika Yulianti(5)
Aditya Ian Permana(6)
Kelompok 2
Yuri Septiani(1)
Agus Sapta Riadi Wijaya(2)
Asri Suryaningsih(3)
Hanif Arifin(4)
Nita Sarmelia(5)
Susilo Pujianto(6)
Kelompok 3
Putri Febriyanti(1)
Bernadita Tridian Fitantri(2)
Eko Fitriyanto(3)
Hadi Prakoso(4)
Ismawati(5)
Yohanes Rendra(6)
Kelompok 4
Nisa Adi Tama(1)
Anang Hananto(2)
Bernadus Median Fitrianto(3)
I Putu Nugrahening W
B P(4)
Wikan Prakoso(5)
Kelompok 5
Novita Sari(1)
Christoper C L(2)
Nandiko Yogo Widianto(3)
Tri Joko Waseso(4)
Riska Prihadi Yanti(5)
Sri Harini(6)
Kelompok 6
Evawati Suci Rindang P(1)
Wawan Sumarwanto(2)
Hery Hermawati(3)
Udin Ismadi(4)
Rian Supriyanto Hari
P(5)
Kelompok 7
Daru Cahya A (1)
Arie Budiyanto(2)
Desy Ria Irawan(3)
Krisna Dinar P (4)
Nining Hartati(5)
Ria Dewi R (6)
110
CATATAN LAPANGAN 4
Data Kelas : Kelas XI IS 4 SMA Negeri 2 Karanganyar
Model Pembelajaran : NHT
Tema Pembelajaran : Laporan keuangan
Jumlah Siswa : 40 siswa
Jenis : Observasi mendalam (Siklus 2)
A. Pertemuan 1
Hari / tanggal : Selasa, 20 April 2010
Waktu : jam 12.30-13.30
Deskripsi:
Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam dan
dilanjutukan presensi kehadiran siswa dan yang tidak masuk adalah Eko
Fitriyanto, Hadi Prakoso, Mahendra Rusal. Kemudian guru membahas soal
evaluasi yang telah diujikan dan memberikan pertanyaan-pertanyaan seputar
soal evaluasi yang telah diujikan dan materi laporan keuangan.
Guru yang dibantu oleh peneliti menjelaskan rencana pembelajaran
yang sama pada waktu siklus I. Kemudian siswa diminta untuk kembali ke
dalam kelompoknya yang sama pada waktu siklus I. Kemudian guru
membagikan soal tentang laporan keuangan yang soalnya tidak jauh berbeda
pada saat siklus I. Setelah siswa mendapatkan soal kemudian siswa diminta
untuk mengerjakan bersama teman kelompok dan guru memonitoring setiap
kelompok dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan. Ada satu siswa yang tidak pernah memperhatikan pelajaran dan
acuh terhadapan pelajaran tetapi pada pertemuan ini siswa tersebut memiliki
keinginan untuk mengerjakan soal bersama teman kelompok dan apabila
mengalami kesulitan siswa tersebut bertanya kepada guru.
Diakhir jam pelajaran guru meminta lembar pekerjaan kemudian guru
menyimpulkan pelajaran yang telah dilaksanakan. Guru menutp
111
pembelajaran dan sebelum ditutup guru selalu menanyakan bagaimana
perasaan siswa setelah belajar akuntansi dengan metode NHT.
Refleksi:
Setelah bel berbunyi banyak siswa langsung masuk ke dalam kelas
kemudian pada saan guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan-
pertanyaan banyak siswa menjawab dan terlihat perasaan tiap siswa senang
dan menikmati pembelajaran akuntansi terlihat dari banyaknya siswa
menjawab tiap pertanyaan dari guru dan perhatian siswa terhadap guru.
Ketika dalam mengerjakan pekerjaan bersama teman kelompok terlihat
banyak siswa berdiskusi tentang soal yang diberikan oleh guru. Volume
suara guru yang kecil bisa diatasi dengan cara membuat kesepakatan dengan
siswa yaitu ketika guru berbicara siswa harus mendengarkan dan guru
meminta waktu 10 menit untuk berbicara. Sehingga masalah volume suara
guru yang kecil bisa diatasi. Dan ketika diakhir pembelajaran ketika guru
bertanya kepada siswa tentang perasaan siswa ketika mengikuti
pembelajaran, dengan serentak siswa menjawab senang dengan
pembelajaran akuntansi dengan metode NHT.
B. Pertemuan 2
Hari / tanggal : Selasa, 27 April 2010
Waktu : jam 02.30-13.30
Deskripsi:
Guru membuka pelajaran dengan cara memotivasi siswa untuk
memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya. Siswa diminta untuk
kembali ke dalam kelompoknya dan guru memberikan nomor kepada siswa
ditiap kelompok. Kemudian diskusi dimulai dengan cara guru memanggil
nomor dan kelompok, ketika guru mulai memanggil nomor dan kelompok,
siswa benar-benar memperhatikan dan ketika siswa telah menyebut nomor
dan kelompok, kemudian dengan serempak siswa tertawa kegirangan. Dan
siswa yang mendapat kesempatan untuk mempresentasikan hasil
112
pekerjaannya adalah nomor 4 dari kelompok 7, Krisna Dinar, tetapi Krisna
tidak sempurna mempresentasikan hasil pekerjaanya kemudian dibantu oelh
teman kelompoknya. Dan yang ke dua, yang berkesempatan
mempresentasikan hasil pekerjaan adalah nomor 1 dari kelompok 3 yaitu
Yuri Septiani. Dan ada beberapa teman yang bertanya tentang hasil
presentasi yang di presentasikan oleh siswa yang lain. Kemudian guru
memberikan penghargaan kepada siswa yang telah mempresentasikan hasil
pekerjaanya dan siswa yang telah menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
guru.
Refleksi:
Pada pertemuan kali ini dari segi pengamat, guru, dan siswa merasa puas
dan senang dengan pembelajaran yang berlangsung. Hal tersebut
dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara guru dengan siswa dengan
cara membuat kesepakatan-kesepakatan tentang kapan siswa harus berbicara
dan kapan siswa harus tidak berbicara. Guru juga akan memberikan
pertolongan kepada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal. Evaluasi pada
pertemuan ini adalah guru harus tegas menegur siswa yang suka terlambat
masuk kelas.
C. Pertemuan 3
Hari / tanggal : Sabtu, 28 Maret 2009
Waktu : jam 07.00-08.30
Deskripsi:
Guru memulai pembelajaran dengan mengucapkan salam pembuka dan
dilanjutkan presensi kehadiran siswa. Guru memerintahkan siswa untuk
duduk dengan rapi dan tertib pada tempat duduknya masing-masing.
Guru membagi soal tes evaluasi dan meminta siswa untuk mengerjakan
dengan tenang dan sesuai kemampuan dirinya sendiri tidak diperkenankan
untuk bekerja sama dengan teman yang lain. Waktu untuk mengerjakan
113
selama 45 menit. Setelah selesai guru mengumpulkan hasil pekerjaan siswa
saat itu juga.
Guru membahas soal tes sebentar kemudian menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam penutup. Guru dan peneliti mengucapkan terima
ksaih kepada para siswa atas kerja sama selama pembelajaran. Guru
kemudian meninggalkan kelas tetapi peneliti tinggal di kelas untuk
memberikan angket motivasi siswa.
Refleksi:
Guru ketika menyimpulkan materi pembelajaran pada pertemuan I terlalu
cepat sehingga siswa kurang jelas dan meminta peneliti mengulangi
penjelasan kembali ketika sedang mengawasi kegiatan diskusi di kelompok
ahli. Sedangkan dari segi siswa ditemukan beberapa kekurangan, yaitu
masih ada siswa yang acuh terhadap kegiatan diskusi di kelompoknya.
Dari segi nilai yang diperoleh siswa, nilai tertinggi adalah 100, nilai
terendah adalah 35 dan nilai rata-rata kelas yaitu 80,75. Dan siswa yang
mencapai nilai di atas 70 sebanyak 30 siswa (75%). Nilai ini tersebut sudah
diatas nilai standar KKM. Sehingga dianggap pembelajaran sudah mencapai
titik ketuntasan.
114
Gambar siswa sedang berdiskusi bersama teman kelompok pada siklus II
Gambar siswa sedang peresentasi pada siklus II
115
Gambar siswa sedang mengerjakan evaluasi pada siklus II
116
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Siklus II
Sekolah : SMA N 2 Karanganyar
Mata pelajaran : Akuntansi
Kelas /semester : XI IS / II
Alokasi waktu : 5 X 45 menit
Materi pembelajaran : Laporan Keuangan
Standar Kompetensi
Memahami penyusunan laporan keuangan perusahaan jasa
Kompetensi Dasar
Membuat laporan keuangan perusahaan jasa
Indikator
1. Membuat laporan keuangan berupa neraca
2. Membuat laporan keuangan laba rugi
3. Membuat laporan perubahan modal
Tujuan Pembelajaran
1. Siswa mampu membuat neraca keuangan
2. Siswa mampu membuat laporan keuangan laba rugi
3. Siswa mampu membuat laporan perubahan modal
Skenario Pembelajaran
Pertemuan ke-1
1. Kegiatan Awal
a. Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa.
b. Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.
117
2. Kegiatan Inti
a. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari yaitu laporan
keuangan neraca laporan keuangan laba rugi,laporan perubahan modal
kemudian memberikan contoh soal.
b. Guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok tiap kelompok terdiri dari
6 siswa tetapi ada 2 kelompok yang terdiri dari 5 siswa.
c. Guru membagi nomor kepada tiap-tiap siswa yang terdiri dari 1-6 atau
5 nomor dalam tiap kelompok kelompok.
d. Guru memberikan soal yang nantinya akan didiskusikan disini guru
sebagai fasilitator.
e. Guru mengumpulkan hasil diskusi yang nantinya akan didiskusikan
bersama teman kelas pada pertemuan berikutnya.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberi kesimpulan materi yang telah disampaikan.
b. Guru memberikan motivasi dan salam penutup.
Pertemuan ke-2
1. Kegiatan Awal
a. Guru membuka pelajaran dengan memberikan salam.
b. Guru menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan minat
siswa dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.
2. Kegiatan Inti
a. Guru mengulang sedikit materi yang telah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya.
b. Guru meminta siswa untuk bergabung dengan teman kelompoknya yang
telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya.
c. Guru memanggil nomor dari tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil
pekerjaan kelompoknya.
d. Guru memberikan waktu untuk teman yang lain bertanya atau memberi
pendapat.
e. Begitu seterusnya
118
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
b. Guru memberikan motivasi dan menutup pembelajaran dengan salam
penutup.
Pertemuan ke-3
1. Kegiatan Awal
a. Salam pembuka dan mengabsen kehadiran siswa.
b. Menciptakan situasi yang kondusif untuk membangkitkan minat siswa
dengan mengecek kondisi siswa dan kondisi kelas.
2. Kegiatan Inti
a. Guru mengulang materi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan
kecil kepada siswa.
b. Guru menjelaskan materi pembelajaran yang lalu secara menyeluruh
dan cepat.
c. Guru memberikan waktu kepada siswa untuk mempersiapkan diri
untuk memngikuti kuis.
d. Guru membagikan soal dan siswa mengerjakan secara mandiri.
3. Kegiatan Akhir
a. Guru memberi kesimpulan materi yang telah disampaikan.
b. Guru memberikan motivasi dan salam penutup.
ALAT / BAHAN / SUMBER BELAJAR
1. Alat / bahan:
a. Katon , spidol berwarna,perekat karton.
b. Hand out siswa
c. White board, penggaris, penghapus, spidol.
d. Soal
e. Nomor
119
2. Sumber Belajar:
a. Buku pegangan Prinsip-prinsip Akuntansi 1 untuk SMA kelas XI,
Yudhistira
b. LKS SIMPATI untuk SMA kelas XI semester genap
c. Buku lain yang relevan
d. Buku pegangan “hand out”
PENILAIAN
a. Penilaian dengan test tertulis dan pengamatan dari guru.
MATERI AJAR
Lampiran
120
LAMPIRAN MATERI PEMBELAJARAN SIKLUS I
TAHAP PELAPORAN SIKLUS AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA Secara garis besar laporan keuangan untuk akuntansi perusahaan jasa meliputi:
Susunlah laporan keuangan yang terdiri: Laporan Laba/Rugi Laporan Ekuitas Neraca per 31 Desember 2007
125
KUNCI JAWABAN SOAL DISKUSI SIKLUS II
1. Laporan Laba/Rugi:
CAKRA TAILOR Per 31 Desember 2007 ( dalam ribuan rupiah)
Penadapatan Rp 12.800.000,00 Beban Gaji Rp 760.000,00 Beban listrik Rp 100.000,00 Beban Asuransi Rp 140.000,00 Beban Sewa Rp 2.400.000,00 BebanPerlkp Rp 1.600.000,0 Beban penyPrlt Rp 240.000,00
Total Beban Rp 5.240.000,00
Laba Bersih Rp 7.560.000,00
2. Laporan Ekuitas: CAKRA TAILOR
Per 31 Desember 2007 ( dalam ribuan rupiah)
Modal Cokro awal Rp 18.000.000,00 Laba Rp 7.560.000,00 Prive Rp 1.000.000,00 Penambahan Modal Rp 6.560.000,00 Modal Akhir Rp 24.560.000,00
3. Neraca:
CAKRA TAILOR Per 31 Desember 2007 ( dalam ribuan rupiah)
Aktiva Kas Rp 16.000.000,00 Piutang Rp 15.000.000,00 Sewa dibayar dimuka Rp 6.400.000,00 Porskot Asuransi Rp 4.800.000,00 Perlengkapan Rp 6.000.000,00 Peralatan jahit Rp 18.000.000,00
Akumulasi Penysusutan Prlt (Rp.3.000.000,00) Total AKTIVA Rp 63.200.000,00
Total PASIVA Rp 63.200.000,00 SOAL EVALUASI SIKLUS II
Mata pelajaran : Akuntansi Kelas / Semester : XI IS 4 / Genap
1. Data berikut ini berasal dari Usaha Kolam Renang “MENUJU SEHAT”
per 31 Desember 2007 mempunyai dat-dta sebagai berikut:
Peralatan Rp 16.000.000,00
Akumulusi penys Peralatan Rp 3.000.000,00
Kolam Renang Rp 28.000.000,00
Akumulasi penyust. Kolam Rp 4.000.000,00
Piutang usaha Rp 1.500.000,00
Sewa dibayar dimuka Rp 2.500.000,00
Perlengkapan kantor Rp 7.000.000,00
Utang usaha Rp 5.000.000,00
Utang wesel Rp 5.600.000,00
Utang obligasi Rp 8.000.000,00
Kas Rp 600.000,00
Modal Surya Rp 30.000.000,00
Diminta: Buatlah Neraca untuk Kolam Renang MENUJU SEHAT per 31 Desember 2007!
2. Data di bawah ini berasal dari Percetakan CERMAT per 31 desember 2007
Pendapatan bunga deposito Rp 4.000.000,00 Beban Perlengkapan Cetak Rp 7.500.000,00 Beban gaji Rp 4.300.000,00 Beban listrik Rp 600.000,00 Beban telepon Rp 900.000,00 Beban iklan Rp 1.750.000,00 Beban penyusutan peralatan Cetak Rp 1.200.000,00 Beban lain-lain Rp 550.000,00 Pendapatan Jasa percetakan Rp 75.000.000,00 Diminta: Susunlah laporan laba/rugi untuk Percetakan CERMAT per 31 Desember 2007 dalam bentuk Single Step!
127
KUNCU JAWABAN SOAL EVALUASI SIKLUS II
1. Neraca:
USAHA KOLAM RENANG “MENUJU SEHAT”
Per 31 Desember 2007
(dalam ribuan rupiah)
Aktiva
Aktiva lancar
Kas Rp 600.000,00
Piutang Rp 1.500.000,00
Sewa dibayar dimuka Rp 2.500.000,00
Perlengkapan kantor Rp 7.000.000,00
Total Aktiva lancar Rp 11.600.000,00
Aktiva tetap
Peralatan Rp 16.000.000,00
Akumulusi penys Prlt (Rp 3.000.000,00)
Kolam renang Rp 28.000.000,00
Akumulasi penyust. Kolam (Rp 4.000.000,00)
Total aktiva tetap Rp 37.000.000,00
Total Aktiva Rp 48.600.000,00
Pasiva
Utang usaha Rp 5.000.000,00
Utang wesel Rp 5.600.000,00
Utang obligasi Rp 8.000.000,00
Total Utang Rp 18.600.000,00
Modal Surya Rp 30.000.000,00
Total Kewajiban dan Modal Rp 48.600.000,00
128
2. Laporan laba rugi:
USAHA KOLAM RENANG “MENUJU SEHAT”
Per 31 Desember 2007
(dalam ribuan rupiah)
Pendapatan Jasa percetakan Rp 75.000.000,00 Pendapatan bunga deposito Rp 4.000.000,00 Total Pendapatan Rp 79.000.000,00 Beban-beban: Beban Perlengkapan Cetak Rp 7.500.000,00 Beban gaji Rp 4.300.000,00 Beban listrik Rp 600.000,00 Beban telepon Rp 900.000,00 Beban iklan Rp 1.750.000,00 Beban penyusutan peralatan Cetak Rp 1.200.000,00 Beban lain-lain Rp 550.000,00 Total Beban Rp 16.800.000,00 Laba Rp 62.200.000,00
129
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SELAMA APERSEPSI
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 4
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2009/2010”
Kelas/Semester : XI IS 4/II
Pokok Bahasan : Laporan keuangan
Siklus Ke : II
Nama pengamat : Happy Kukilowati
Lembar ini diisi oleh peneliti sebagai pengamat pada saat proses pembelajaran.
Lembar observasi ini memuat aspek-aspek pengukuran dari penerapan metode
Numbered Heads Together (NHT)
Berilah tanda check list (√) pada angka-angka yang sesuai dengan pengamatan
Anda pada kolom indikator yang tersedia:
Skor 5 : Baik Sekali
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Kurang Sekali
130
No Nama Siswa Ketepatan waktu, ketika siswa memasuki ruangan kelas
Perhatian siswa ketika guru membuka pembelajaran dengan salam pembuka
Cara siswa menjawab pertanyaan dengan menunjuk jari
Keaktifan siswa dalam apersepsi di ukur dengan menggunakan standar range: 0-5 Kurang 6-10 Cukup 11-15 Baik Standar yang dipakai untuk mengukur siswa yang aktif dalam apersepsi kegiatan belajar mengajar adalah masuk dalam range Baik, yaitu sebesar: 0-5 - siswa
6-10 - siswa 11-15 40 siswa Dari data diatas maka jumlah siswa yang aktif dalam apersepsi sebesar: 40/40X100% =100%
Maka dapat disimpulkan bahwa dalam siklus II ini terdapat 100% siswa aktif dalam apersepsi.
132
LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA SELAMA
PEMBELAJARAN
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 4
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2009/2010”
Kelas/Semester : XI IS 4/II
Pokok Bahasan : Laporan keuangan
Siklus Ke : II
Nama pengamat : Happy Kukilowati
Lembar ini diisi oleh peneliti sebagai pengamat pada saat proses pembelajaran.
Lembar observasi ini memuat aspek-aspek pengukuran dari penerapan metode
Numbered Heads Together (NHT)
Berilah tanda check list (√) pada angka-angka yang sesuai dengan pengamatan
Anda pada kolom indikator yang tersedia:
Skor 5 : Baik Sekali
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Kurang Sekali
133
Aspek yang Diamati No Nama Siswa
Terlibat dalam pemecahan masalah
Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya
Berusaha mencari berbagai informasi
yang diperlukan
untuk pemecahan
masalah
Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru
Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperoleh nya
1. Aditya Ian Permana 4 5 4 5 3
2. Agus Sapta Riadi Wijaya 4 5 5 4 4
3. Anang Hananto 5 5 5 5 3
4. Arie Budiyanto 5 5 4 4 4
5. Asri Suryaningsih 4 5 5 5 4
6. Bernadita Tridian Fitranti 5 5 5 5 3
7. Bernadus Median F 3 2 2 3 3
8. Christopher Carlos L 4 3 4 5 3
9. Daru Cahyo Anggara 5 4 3 5 4
10. Desy Ria Irawan 5 5 5 5 4
11. Eko Fitriyanto 5 5 4 5 3
12. Evawati Suci Rindang P. 5 5 5 5 5
13. Hadi Prakoso 3 2 3 2 2
14. Hanif Arifin 4 4 3 5 3
15. Hery Hermawati 5 5 5 5 3
16. I Putu Nugrahenin 4 5 4 5 4
17. Ika Yulianti 5 5 5 5 5
18. Ismawati 5 5 5 5 4
19. Krisna Dinar Praditya 4 5 4 5 3
20. Kristian Pungki Ari S. 5 5 4 5 2
21. Mahendra Risal MI 5 5 5 5 3
22. Nandiko Yogo Widoto 5 5 5 5 4
23. Nining Hartati 4 2 3 2 3
24. Nisa Adi Tama 5 5 5 5 4
134
25. Nita Sarmelia 5 4 5 5 4
26. Novita Sari 4 5 4 5 4
27. Putri Febriyanti 5 5 5 5 4
28. Ria Dewi Romadani 4 4 4 5 3
29. Riska Priyadi Yanti 4 5 5 5 4
30. Ryan Supriyanto Hari P 4 4 4 5 3
31. Sri Harini 4 4 5 5 4
32. Susilo Pujianto 4 5 5 5 4
33. Tri Joko Wasiso 2 2 3 2 3
34. Tri Widiastuti 4 5 4 4 3
35. Udhin Ismadi 3 4 4 5 3
36. Wahyu Puji Astuti 3 5 4 4 3
37. Wawan Sumarwanto 4 4 3 4 3
38. Wikan Prakoso 2 3 2 2 2
39. Yohanes Rendra 4 4 3 4 3
40. Yuri Septiani 4 4 3 4 3
135
LEMBAR OBSERVASI KETELITIAN DAN KETEPATAN SISWA
DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 4
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2009/2010”
Kelas/Semester : XI IS 4/II
Pokok Bahasan : Laporan keuangan
Siklus Ke : II
Nama pengamat : Happy Kukilowati
Lembar ini diisi oleh peneliti sebagai pengamat pada saat proses pembelajaran.
Lembar observasi ini memuat aspek-aspek pengukuran dari penerapan metode
Numbered Heads Together (NHT)
Berilah tanda check list (√) pada angka-angka yang sesuai dengan pengamatan
Anda pada kolom indikator yang tersedia:
Skor 5 : Baik Sekali
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Kurang Sekali
136
No Nama Siswa Ketepatan siswa dalam menjawab pertanyaan dalam tanya jawab
Kesempurnaan siswa dalam menyelesaikan tugas bersama teman kelompok
Kerapian siswa dalam menegrjakan tugas bersama teman kelompok
Keaktifan siswa dalam apersepsi di ukur dengan menggunakan standar range: 0-5 Kurang 6-10 Cukup 11-15 Baik Standar yang dipakai untuk mengukur siswa yang tepat dan sempurna dalam menjawab kegiatan belajar mengajar adalah masuk dalam range Baik, yaitu sebesar: 0-5 - siswa
6-10 - siswa 11-15 40 siswa
Dari data diatas maka jumlah siswa yang tepat dan sempurna dalam menjawab pertanyaan sebesar:
40/40X100% =100% Maka dapat disimpulkan bahwa dalam siklus II ini terdapat 100% siswa yang tepat dan sempurna menjawab pertanyaan.
138
LEMBAR OBSERVASI KETUNTASAN HASIL BELAJAR
“PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN
AKUNTANSI PADA SISWA KELAS XI IS 4
SMA NEGERI 2 KARANGANYAR TAHUN 2009/2010”
Kelas/Semester : XI IS 4/II
Pokok Bahasan : Laporan keuangan
Siklus Ke : II
Nama pengamat : Happy Kukilowati
Lembar ini diisi oleh peneliti sebagai pengamat pada saat proses pembelajaran.
Lembar observasi ini memuat aspek-aspek pengukuran dari penerapan metode
Numbered Heads Together (NHT)
Berilah tanda check list (√) pada angka-angka yang sesuai dengan pengamatan
Anda pada kolom indikator yang tersedia:
Skor 5 : Baik Sekali
Skor 4 : Baik
Skor 3 : Cukup
Skor 2 : Kurang
Skor 1 : Kurang Sekali
139
No Nama Mahasiswa Nilai Keterangan 1 Aditya Ian Permana 50 BT 2 Agus Sapta Riadi Wijaya 30 BT 3 Anang Hananto 90 T 4 Arie Budiyanto 90 T 5 Asri Suryaningsih 70 T 6 Bernadita Tridian Fitranti 40 BT 7 Bernadus Median Firianto 100 T 8 Christopher Carlos Latuheru 80 T 9 Daru Cahyo Anggara 70 T 10 Desy Ria Irawan 35 BT 11 Eko Fitriyanto 100 T 12 Evawati Suci Rindang P. 100 T 13 Hadi Prakoso 50 BT 14 Hanif Arifin 80 T 15 Hery Hermawati 100 T 16 I Putu Nugrahening W.B.P 100 T 17 Ika Yulianti 100 T 18 Ismawati 30 BT 19 Krisna Dinar Praditya 100 T 20 Kristian Pungki Ari S. 30 BT 21 Mahendra Risal MI 90 T 22 Nandiko Yogo Widoto 100 T 23 Nining Hartati 100 T 24 Nisa Adi Tama 100 T 25 Nita Sarmelia 100 T 26 Novita Sari 100 T 27 Putri Febriyanti 100 T 28 Ria Dewi Romadani 50 BT 29 Riska Priyadi Yanti 95 T 30 Ryan Supriyanto Hari P 100 T 31 Sri Harini 100 T 32 Susilo Pujianto 90 T 33 Tri Joko Wasiso 30 BT 34 Tri Widiastuti 100 T 35 Udhin Ismadi 80 T 36 Wahyu Puji Astuti 100 T 37 Wawan Sumarwanto 70 T 38 Wikan Prakoso 80 BT 39 Yohanes Rendra 100 T 40 Yuri Septiani 100 T Rata-rata 80,75 T Tuntas : 30/40 X100% = 75,0% siswa Belum tuntas : 10/40 X 100% = 25,0 % siswa
140
Kesimpulan: Berdasarka hasil evaluasi mengerjakan laporan keuangan yang mendapat nilai 70 ke atas sebesar 30 siswa yaitu 75% siswa. Sedangkan 10 siswa lain atau 25,0% siswa belum tuntas dalam mengerjakan evaluasi pada siklus II.
141
142
ANGKET PENILAIAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA
Nama :
Kelas/No.Absen :
Petunjuk Pengisian:
Bacalah pernyataan berikut dengan baik-baik, kemudian berilah tanda chek (v)