Top Banner
SKRIPSI PENGARUH PENERBITAN SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK AZRIEL ALAM DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
72

SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

Jan 18, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

SKRIPSI

PENGARUH PENERBITAN SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA,

DAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN

TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

AZRIEL ALAM

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2016

Page 2: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

ii

SKRIPSI

PENGARUH PENERBITAN SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA,

DAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN

TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi

disusun dan diajukan oleh

AZRIEL ALAM

A31111275

kepada

kepada

DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2016

Page 3: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

iii

SKRIPSI

PENGARUH PENERBITAN SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA,

DAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN

TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

disusun dan diajukan oleh

AZRIEL ALAM A31111275

telah diperiksa dan disetujui untuk diuji

Makassar, 6 Mei 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. R. A. Damayanti, S.E., Ak., M.Soc., Sc., CA Drs. Deng Siraja, Ak., M.Si., CA NIP 196703191992032003 NIP 195112281986031002

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA

NIP 196509251990022001

Page 4: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

iv

SKRIPSI

PENGARUH PENERBITAN SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA,

DAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN

TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

disusun dan diajukan oleh

AZRIEL ALAM

A31111275

telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi pada tanggal 11 Agustus 2016 dan

dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui,

Panitia Penguji

No. Nama Penguji Jabatan Tanda Tangan

1 Dr. Ratna Ayu Damayanti, S.E., Ak., M.Soc, Sc., CA Ketua 1 .....................

2 Drs. Deng Siraja, Ak., M.Si., CA Sekertaris 2 .....................

3 Drs. M. Christian Mangiwa, Ak., M.Si., CA Anggota 3 .....................

4 Drs. Haerial, Ak., M.Si., CA Anggota 4 .....................

Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin

Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA

NIP 196509251990022001

Page 5: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

v

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, nama : Azriel Alam NIM : A31111275 departemen/program studi : Akuntansi dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

PENGARUH PENERBITAN SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN

TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

adalah karya ilmiah saya sendiri dan sepanjang pengetahuan saya di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. Apabila dikemudian hari ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut dan diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70). Makassar, 6 Mei 2016

Yang membuat pernyataan,

Azriel Alam

Page 6: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

vi

PRAKATA

Segala Puji dan Syukur kepada Allah SWT Yang Maha Kuasa, pencipta

alam semesta beserta isinya. Tidak sehelai daun jatuh ke bumi melainkan

dengan izin-Nya, demikian juga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

izin-Nya pula. Sholawat dan salam untuk sang pencerah, Rasulullah Muhammad

SAW, keluarga, beserta sahabat-sahabat beliau sebagai ungkapan rindu penuh

cinta dan berharap dapat dipertemukan oleh-Nya di padang mahsyar kelak.

Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana

Ekonomi (S.E.) pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Hasanuddin Makassar. Dalam menyelesaikan skripsi ini, peneliti

diberi bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara materi maupun

moril. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang

kepada:

1. Kedua orang tua Ir. H. Bustamin, M.P., dan Ir. Hj. Fauziah Nurdin,

M.P., atas segala pengorbanan, doa, motivasi, dan kasih sayang

yang tidak terbalaskan diberikan untuk peneliti. Serta saudara-

saudara peneliti, Arianti S.E., Firdasari Bustamin S.KG., Khaerul

Arqam, dan Faradiba Maulidina atas segala doa yang diberikan.

2. Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Prof.

Dr. Gagaring Pagalung, S.E., Ak., M.Si., CA, beserta jajarannya,

serta seluruh dosen yang telah mencurahkan ilmu pengetahuannya

selama proses perkuliahan.

Page 7: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

vii

3. Ibu Dr. Mediaty, S.E., M.Si., Ak., CA, dan Bapak Dr. Yohanis Rura,

S.E., Ak., M.SA., CA, selaku Ketua dan Sekretaris Departemen

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin

4. Ibu Dr. Kartini, S.E., Ak., M.Si., selaku Penasehat Akademik yang

telah membimbing dan menasehati peneliti agar senantiasa fokus

melewati dunia perkuliahan sejak menyandang status mahasiswa

baru hingga menyandang gelar sarjana.

5. Ibu Dr. Ratna Ayu Damayanti, S.E., Ak., M.Soc., Sc., CA, selaku

Pembimbing I dan Bapak Drs. Deng Siraja, Ak., M.Si., CA, selaku

Pembimbing II atas segala ilmu, saran, dan bimbingan yang diberikan

saat peneliti menghadapi kendala dalam penyusunan skripsi ini.

6. Pak Haji Tarru, Pak Aso, Pak Safar, Pak Budi, Pak Masse, Bu Ida

dan seluruh Pegawai dan Staf Akademik Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Hasanuddin atas segala bantuannya.

7. Pak Jauhari, Pak Erya, Mas Yogi, Mas Riki serta Bapak Tri Hardoto

selaku Kepala Seksi Penagihan Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Pabean Cantikan Surabaya yang telah membantu peneliti dalam

melaksanakan meneliti.

8. Ikatan Mahasiswa Akuntansi, Forum Studi Ekonomi Islam, dan LDM

Al-Aqsho yang memberikan wadah untuk belajar dan berproses

menjadi lebih baik.

9. Teman-teman i11inois yang sama-sama berjuang mulai dari awal

perkuliahan, terimakasih atas doa dan semangatnya. Rijal, Jeri,

Fahmi, Fadil, Agung, Nunu, Puthe, Nuwa, Wachi, Noni, Uci, Ojan,

Acil, Ian, Nona, Fahrul dan lain-lain yang tidak sempat peneliti

cantumkan.

Page 8: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

viii

10. Teman-teman Fakultas Ekonomi dan Bisnis Angkatan 2011 Richard,

Fadli, Jihan, Vq, Ipul, Budi, Alfi serta teman-teman Rega11ian dan

GalaXI.

11. Kakanda dan junior terbaik kak Pajar, kak Tope’, kak Dade, kak Man,

kak Awal, kak Rahman, kak Aiman, kak Malsi, Arya, Rizal, Kana, Ria,

Anti, Jul dan setiap angkatan yang tidak disebutkan namanya.

12. Teman-teman 27 yang hingga sekarang masih tetap solid dan

membawa kebahagiaan, Ullah, Syahrul, Arief, Atthariq, Taufan,

Ghozali, Ashraq, Hadi, Jiwal, Mahyuddin. Semoga bisa tetap

membawa kebahagiaan.

13. Dayat, Piank, Rafiq dan Zul, sahabat yang selalu bersama dikala

suka maupun duka.

14. Keluarga KKN-PK angkatan 47, kak Arman, Yogo, Jean, Dian, Tillah,

Ainun, Ika, Diah, Rani, Zhafirah, Pakde, Bude, Dandi, Wiwi serta

Masyarakat desa Toddolimae, Maros atas keseruan, kekeluargaan

dan pengalaman sangat berharga yang telah mewarnai hidup

peneliti. Aiii..Lakumiii.

15. Teman-teman Prodip 1 STAN BDK Makassar Angkatan XIX dan

rekan-rekan di KPPBC TMP Tanjung Perak atas segala

dukungannya. Salam Korsa !

16. Ambulans, Afreaktum Axelentra, Marching Band GS 17, Golden Era

18of17, Assyura, dan perkumpulan elite lainnya yang senantiasa me-

refresh pikiran dikala peneliti merasa penat.

17. Untuk semua pihak yang turut ikut serta dalam penyusunan skripsi ini

baik secara terang – terangan maupun misterius. Semoga segala

Page 9: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

ix

bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang telah diberikan

kepada peneliti dibalas dengan kebaikan dan pahala dari Allah SWT.

Skripsi ini masih jauh dari sempurna walaupun telah menerima bantuan

dari berbagai pihak. Apabila terdapat kesalahan-kesalahan, sepenuhnya menjadi

tanggung jawab peneliti dan bukan para pemberi bantuan. Kritik dan saran yang

membangun akan lebih menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, peneliti berharap

agar skripsi ini dapat mendatangkan manfaat bagi pembaca.

Makassar, 11 Agustus 2016

Peneliti

Page 10: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

x

ABSTRAK

PENGARUH PENERBITAN SURAT TEGURAN, SURAT PAKSA, DAN SURAT PERINTAH MELAKSANAKAN PENYITAAN

TERHADAP PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

EFFECT OF THE ISSUANCE OF WARNING LETTER, DISTRESS WARRANT AND CONFISCATION LETTER

TOWARD DISBURSEMENT OF TAX ARREARS

Azriel Alam Ratna Ayu Damayanti

Deng Siraja

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerbitan surat teguran, surat paksa, dan surat perintah melaksanakan penyitaan terhadap pencairan tunggakan pajak. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pabean Cantikan tahun 2012 sampai dengan 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif untuk menguji dan memberikan gambaran bagaimana pengaruh setiap variabel berupa surat teguran, surat paksa, dan SPMP terhadap pencairan tunggakan pajak. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa hasil uji hipotesis secara parsial hanya surat teguran yang tidak berpengaruh signifikan terhadap pencairan tunggakan pajak. Sementara surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Tetapi secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan,

tunggakan pajak This research aims to determine the effect of the issuance of the warning letter, distress warrant, and confiscation letter toward disbursement of tax arrears. Types of data used are secondary data obtained from the Tax Office Primary Pabean Cantikan in years 2012-2014. The method used in this research was a comparative descriptive analysis to examine and provide an overview of how the influence of each variable in the form of a warning letter, distress warrant, and confiscation letter (SPMP) toward disbursement of tax arrears. This study uses a quantitative approach and using multiple linear regression analysis. Results of the research showed that the test result in partial only a warning letter that does not have impact on the disbursement of tax arrears. While the distress warrant and SPMP affect the disbursement of tax arrears. But simultaneously the variable warning letter, distress warrant and confiscation letter have impact on the disbursement of tax arrears. Keywords: warning letter, distress warrant, confiscation letter, tax arrears

Page 11: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ..................................................................................... i HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................... v PRAKATA ..................................................................................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 5 1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 1.4 Kegunaan Penelitian .................................................................. 6

1.4.1 Kegunaan Teoritis ........................................................... 6 1.4.2 Kegunaan Praktis ............................................................ 6

1.5 Sistematika Penelitian ................................................................ 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8

2.1. Landasan Teori .......................................................................... 8 2.1.1 Deterrence Theory .......................................................... 8 2.1.2 Pemahaman Tentang Pajak ............................................ 11

2.1.1.1 Definisi Pajak ................................................... 11 2.1.1.2 Fungsi Pajak .................................................... 11 2.1.1.3 Wajib Pajak ...................................................... 12 2.1.1.4 Jenis-Jenis Pajak ............................................. 13 2.1.1.5 Asas Pengenaan Pajak .................................... 14 2.1.1.6 Sistem Pemungutan Pajak ............................... 15 2.1.1.7 Hambatan Pemungutan Pajak ......................... 16

2.1.3 Utang Pajak .................................................................... 17 2.1.2.1 Pengertian Utang Pajak ................................... 17 2.1.2.2 Timbulnya Utang Pajak .................................... 17 2.1.2.3 Terhapusnya Utang Pajak ................................ 18 2.1.2.4 Tunggakan Pajak ............................................. 19

2.1.4 Penagihan Pajak ............................................................. 19 2.1.3.1 Pengertian Penagihan Pajak ............................ 19 2.1.3.2 Dasar-Dasar Penagihan Pajak ......................... 19 2.1.3.3 Juru Sita Pajak ................................................. 20 2.1.3.4 Tahapan Penagihan Pajak ............................... 22 2.1.3.5 Surat Teguran .................................................. 23 2.1.3.6 Surat Paksa ..................................................... 24 2.1.3.7 Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan.......... 26

2.2. Penelitian Terdahulu .................................................................. 28 2.3. Kerangka Pemikiran ................................................................... 31 2.4. Hipotesis Penelitian ................................................................... 32

Page 12: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

xii

BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 37

3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 37 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 37 3.3 Populasi dan Sampel ................................................................. 38

3.3.1 Populasi ......................................................................... 38 3.3.2 Sampel ........................................................................... 38

3.4 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 38 3.4.1 Jenis Data ...................................................................... 38 3.4.2 Sumber Data .................................................................. 38

3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 39 3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional .............................. 40 3.7 Analisis Data .............................................................................. 41

3.7.1 Uji Asumsi Klasik ............................................................ 41 3.7.2 Model Regresi Berganda ................................................ 42 3.7.3 Uji Hipotesis ................................................................... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN ......................................................................... 47 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ........................................................... 47 4.2 Deskripsi Data ............................................................................. 51

4.2.1 Deskripsi Penagihan Pajak dengan Surat Teguran pada KPP Pratama Pabean Cantikan ...................................... 51

4.2.2 Deskripsi Penagihan Pajak dengan Surat Paksa pada KPP Pratama Pabean Cantikan ...................................... 54

4.2.3 Deskripsi Penagihan Pajak dengan SPMP pada KPP Pratama Pabean Cantikan .............................................. 57

4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ............................................................ 59 4.3.1 Hasil Uji Asumsi Klasik .................................................... 59 4.3.2 Analisis Regresi Linear Berganda ................................... 62

4.4 Pembahasan ............................................................................... 67 4.4.1 Surat Teguran (X1), Surat Paksa (X2), dan SPMP (X3)

Berpengaruh secara Parsial terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Y) pada KPP Pratama Pabean Cantikan Surabaya .......................................................... 67

4.4.2 Surat Teguran (X1), Surat Paksa (X2), dan SPMP (X3) Berpengaruh secara Simultan terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Y) pada KPP Pratama Pabean Cantikan Surabaya .......................................................... 70

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 72 5.1 Kesimpulan ................................................................................. 72 5.2 Saran .......................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 74 LAMPIRAN ................................................................................................... 77

Page 13: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1 Kontribusi Pajak terhadap APBN Tahun 2009-2013 .......................... 2

3.1 Pedoman Memberikan Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi ...... 41

4.1 Jumlah Wajib Pajak pada KPP Pratama Pabean Cantikan ................ 51

4.2 Target dan Realisasi Penerimaan KPP Pratama Pabean Cantikan. .. 51

4.3 Penagihan Pajak dengan Surat Teguran KPP Pratama Pabean

Cantikan Tahun 2012 s/d 2014 .......................................................... 52

4.4 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa KPP Pratama Pabean

Cantikan Tahun 2012 s/d 2014 .......................................................... 54

4.5 Penagihan Pajak dengan SPMP KPP Pratama Pabean Cantikan

Tahun 2012 s/d 2014 ........................................................................ 57

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 60

4.7 Hasil Persamaan Regresi .................................................................. 63

4.8 Hasil Uji t (Parsial) ............................................................................. 65

4.9 Hasil Uji F (Simultan) ......................................................................... 66

Page 14: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Penelitian ........................................................................ 31

4.1 Uji Normalitas Data dengan Normal P-Plot ..................................... 60

4.2 Hasil Analisis Grafik Uji Heteroskedastisitas ................................... 61

Page 15: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Biodata ........................................................................................... 78

2 Hasil Uji Regresi ............................................................................. 79

Page 16: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.

Sebagai negara kesatuan, bangsa Indonesia mempunyai tujuan negara yang

tertuang dalam potongan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia IV :

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang Undang Dasar Negara Indonesia”

Untuk melaksanakan tujuan tersebut, pemerintah selaku penentu

kebijakan menempuh langkah dengan jalan melaksanakan pembangunan

di semua sektor. Dengan adanya program pembangunan ini pemerintah akan

banyak membutuhkan dana dalam pelaksanaannya.

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara yang digunakan

untuk pembangunan dan pengeluaran pemerintah. Hal tersebut terlihat pada

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Indonesia, pajak menjadi

penyumbang terbesar dari penerimaan negara. Semakin besar pengeluaran

pemerintah untuk pembangunan dan pembiayaan negara, semakin besar pula

tingkat penerimaan negara yang dibutuhkan yang sebagian besar bersumber dari

penerimaan pajak.

Page 17: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

2

Tabel 1.1 Kontribusi pajak terhadap APBN tahun 2009-2013

No Tahun Anggaran Jumlah (dalam Triliun Rupiah)

APBN Pajak

1 2009 848,8 619,9

2 2010 995,3 723,3

3 2011 1.210,6 873,9

4 2012 1.338,1 980,5

5 2013 1.502,0 1.148,4 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas.go.id)

Berdasarkan data pada tabel 1.1 di atas terlihat bahwa target pajak di

tahun 2013 meningkat hampir dua kali lipat bila dibandingkan pada tahun 2009.

Selain itu, kontribusi pajak terhadap APBN sejak tahun 2009 sampai dengan

2013 memiliki rata-rata sekitar 73,5 % bahkan menyentuh angka 76,5 % pada

tahun 2013. Ini menggambarkan bahwa pendapatan Indonesia sangat

bergantung pada pajak. Untuk itu pemerintah terus berbenah dalam hal

mengoptimalisasikan penerimaan negara dari sektor pajak.

Usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara melalui sektor

perpajakan dimulai dengan adanya perubahan atau pembaharuan sistem

perpajakan nasional yang dikenal dengan nama tax reform. Tujuan dari

dilakukannya reformasi perpajakan untuk lebih menegakkan kemandirian negara

dalam membiayai pembangunan nasional dengan kemampuan sendiri.

Pemerintah menyadari bahwa untuk membiayai pelaksanaan pembangunan

nasional kita tidak dapat dan tidak mungkin hanya mengandalkan kepada

peningkatan penerimaan negara dari minyak bumi dan gas alam maupun dari

utang luar negeri.

Salah satu bukti diberlakukannya tax reform adalah sistem pemungutan

pajak yang diterapkan di Indonesia telah berubah dari official assessment system

menjadi self assessment system. Pada official assessment system, aparat pajak

(fiskus) yang berwenang dalam penetapan pajak terutang wajib pajak.

Page 18: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

3

Sementara untuk self assessment system, wajib pajak dipercaya penuh untuk

melaksanakan dan memenuhi kewajiban dan hak perpajakannya yang meliputi

menghitung, memperhitungkan, menyetor dan melaporkan sendiri kewajiban

pajaknya. Tujuannya tentu agar proses perpajakannya ini bisa lebih efisien.

Selanjutnya, dilakukan reformasi perpajakan yang terfokus pada

modernisasi administrasi perpajakan, reformasi kebijakan serta intensifikasi dan

ekstensifikasi. Bentuknya seperti pemberian pelayanan yang lebih baik, terpadu

dan personal dengan konsep one stop service, pelayanan oleh petugas account

representative (AR), pemanfaatan informasi teknologi (IT) dalam layanan e-filing,

e-SPT, e-registration dan pembentukan call center untuk pelayanan informasi

dan pengaduan (Kusumawati, 2012 : 3). Selain itu, aparat pajak juga dituntut

agar lebih profesional dan transparan dalam menjalankan tugasnya untuk

mendukung pelaksanaan good governance.

Banyak jalan yang telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengoptimalkan

penyerapan pajak. Namun, tetap saja ada kendala-kendala yang terjadi

berhubungan dengan perilaku wajib pajak itu sendiri. Salah satu contohnya

adalah wajib pajak yang terus menunda untuk melunasi utang pajaknya.

Sehingga dibutuhkan tindakan yang lebih tegas dalam mengoptimalkan

penyerapan pajak. Berdasarkan deterrence theory, seseorang akan berusaha

untuk menghindari segala bentuk kerugian potensial akibat dari tindakan

melanggar aturan (Riza dan Farid, 2008 : 6).

Penagihan aktif merupakan upaya yang dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Pajak untuk mengamankan potensi penerimaan pajak atas pajak yang

tertunggak. Peran aktif fiskus dalam pelaksanaan pencairan tunggakan pajak

sebagai upaya untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak dapat

dilakukan dengan cara menerbitkan surat teguran, surat paksa, dan surat

Page 19: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

4

perintah melaksanakan penyitaan (SPMP). Ada beberapa tahapan dalam

penagihan aktif yaitu diawali dengan penerbitan surat teguran yang dilakukan

setelah 7 hari sejak jatuh temponya pembayaran pajak. Apabila masih belum

dilunasi setelah 21 hari sejak penerbitan surat teguran, diterbitkan surat paksa

dan dalam waktu 2 x 24 jam masih belum dilunasi akan dilakukan penyitaan.

Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibayar tidak

dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu empat belas hari sejak

tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan pengumuman

lelang. Dan jika masih saja belum dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat

waktu empat belas hari sejak tanggal pengumuman lelang, pejabat segera

melakukan penjualan barang sitaan penanggung pajak melalui Kantor Lelang.

Hal ini merupakan tindakan tegas dari aparat pajak yang berkekuatan hukum.

Tujuannya untuk terus menekan wajib pajak agar melunasi tunggakan pajak.

Namun fenomena yang terjadi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Makassar Utara, jumlah tunggakan pajak terus meningkat. Jumlah tunggakan

pajak pada tahun 2009 sebesar Rp 48.638.498,00. Dan pada 2010 jumlah

tunggakan pajak mengalami peningkatan menjadi Rp 50.194.547.000,00.

Tunggakan pajak yang terus meningkat dari tahun ke tahun

mengharuskan aparat pajak sebagai pihak yang berwenang untuk melakukan

penagihan pajak. Dalam penagihan pajak, fiskus harus mengingat bahwa suatu

kewajiban perpajakan dianggap telah hilang atau gugur apabila telah melewati

jangka waktu tertentu. Makanya fiskus harus lebih aktif lagi dalam melakukan

penagihan sebelum kewajiban perpajakan wajib pajak hilang. Dengan mencegah

daluwarsa penagihan pajak, berarti juga menyelamatkan penerimaaan pajak

negara. Pencairan tunggakan pajak merupakan salah satu bagian dari upaya

Direktorat Jenderal Pajak dalam mengumpulkan penerimaan pajak. Realisasi

Page 20: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

5

penerimaan dalam negeri dari sektor pajak dapat ditingkatkan lagi jika tunggakan

tersebut dapat dicairkan.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti

mengenai “Pengaruh Penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa, dan Surat

Perintah Melaksanakan Penyitaan terhadap Pencairan Tunggakan Pajak”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerbitan surat teguran memengaruhi pencairan tunggakan

pajak ?

2. Apakah penerbitan surat paksa memengaruhi pencairan tunggakan

pajak?

3. Apakah penerbitan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP)

memengaruhi pencairan tunggakan pajak ?

4. Apakah penerbitan surat teguran, surat paksa, dan surat perintah

melaksanakan penyitaan (SPMP) secara simultan memengaruhi

pencairan tunggakan pajak ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerbitan

surat teguran, surat paksa, dan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP)

terhadap pencairan tunggakan pajak.

Page 21: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

6

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai ilmu pengetahuan

khususnya di bidang perpajakan terkait penagihan pajak dan juga dapat menjadi

bahan informasi dan referensi untuk penelitian lebih lanjut sehingga terjadi

penelitian berkelanjutan.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini juga memberikan gambaran mengenai efektivitas penagihan

aktif pajak untuk mencairkan tunggakan pajak sehingga diharapkan dapat

menjadi referensi bagi instansi terkait dalam mengambil kebijakan.

1.5 Sistematika Penelitian

Berdasarkan pada buku Pedoman Penulisan Skripsi pada Bagian Inti

Skripsi (Pendekatan Kuantitatif), maka sistematika penelitian ini adalah sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri atas latar belakang penelitian, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan teori–teori yang telah diperoleh melalui studi

pustaka dari berbagai literatur yang berkaitan dengan masalah

penelitian yang telah ditetapkan sebagai landasan pembahasan serta

berisi tentang penelitian terdahulu dan kerangka pemikiran.

Page 22: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

7

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini terdiri atas lokasi penelitian, subjek penelitian, jenis dan

sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis data, variabel

penelitian serta definisi operasional.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan tentang deskripsi data terkait dengan judul

penelitian, pengujian hipotesis dan pembahasan untuk menjawab

masalah penelitian.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan dan saran – saran kepada pihak – pihak yang terkait serta

keterbatasan dalam melaksanakan penelitian.

Page 23: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Deterrence Theory

Deterrence theory merupakan bagian dari teori utilitarian yang

dikemukakan oleh Jeremy Betham yang menyatakan bahwa hukuman bukan

merupakan sarana pembalasan melainkan untuk mencegah kejahatan. Menurut

kaum utilitarianisme, tujuan perbuatan sekurang-kurangnya menghindari atau

mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh perbuatan yang dilakukan baik untuk

diri sendiri maupun orang lain. Salah satu unsur utamanya yaitu mencari

keseimbangan antara perlunya hukuman dengan biaya penghukuman. Apabila

manfaatnya lebih besar daripada biaya penghukuman, maka perlu suatu

hukuman. Begitu pula sebaliknya apabila efek penjeraan dari hukuman itu tidak

ada, maka hukuman itu tidak perlu ada (Setiyani, 2008 : 8).

Menurut Christiansen dalam penelitian Setiyani (2008 : 9), beberapa ciri

pokok pencegahan dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. The purpose of punishment is prevention 2. Prevention is not a final aim, but a means to a more suprems aim,

e.g. social welfare 3. Only breaches of the law which are imputable to the perpretator as

intent or negligence quality for punishment 4. The penalty shall be determined by its utility as an instrument for

the prevention of crime 5. The punishment is prospective, it points into the future; it may

contain as element of reproach, but neither reproach nor retributive elements can be accepted if they do not serve the prevention of crime for benefit or social welfare.

Intinya, Cristiansen berpendapat bahwa tujuan pengenaan hukuman

bukan untuk pencelaan maupun pembalasan namun lebih kepada tindakan

pencegahan terjadinya kembali pelanggaran dalam rangka mencapai

Page 24: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

9

kesejahteraan masyarakat. Tindakan ini menjadi sarana pencegahan untuk

mengurangi tingkat kejahatan.

Menurut Setiyani (2008 : 11) teori deterrence dapat dibagi menjadi 2

macam:

1. Special deterrence (pencegahan khusus), dimana efek pencegahan

dari hukuman yang dijatuhkan diharapkan terjadi setelah hukuman

dilakukan, sehingga tidak melakukan kejahatan serupa di masa

datang.

2. General deterrence (pencegahan umum), dimana efek pencegahannya

diharapkan terjadi sebelum hukuman dijatuhkan. Pencegahan ini

dilakukan melalui ancaman yang dijatuhkan secara terbuka sehingga

orang lain dapat dicegah dari kemungkinan melakukan kejahatan.

Menurut H.L. Hart dalam peneltian Setiyani (2008 : 11) yang menawarkan

pemikiran yang menghubungkan prinsip keadilan dan tujuan, bahwa beratnya

hukuman ditentukan sebagian oleh pertimbangan pencegahan dan sebagian

oleh pertimbangan keadilan. Bahwa dengan dijatuhkannya penderitaan itu

menimbulkan akibat yang lebih baik daripada apabila tidak dijatuhkan hukuman,

khususnya dalam rangka menimbulkan efek penjeraan bagi yang terlibat. Hal ini

juga didukung oleh Intimidation theory yang berpendapat bahwa sekali

seseorang dijatuhi hukuman, maka selanjutnya secara mental ia akan

terkondisikan untuk menghindari perbuatan serupa yang ia ketahui akan dapat

merugikan kembali dirinya sendiri.

Deterrence theory dapat berhubungan dengan kepatuhan wajib pajak.

Teori ini menggambarkan suatu model yang memperhitungkan biaya dan

manfaat potensial yang akan diperoleh dari suatu tindakan yang dipilih. Sikap

dari wajib pajak yang pada dasarnya tidak bersedia membayar pajak secara

Page 25: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

10

sukarela (voluntary compliance) dapat dicegah dengan pemberian sanksi. Sanksi

merupakan kerugian potensial yang timbul akibat dari tindakan melanggar hukum

yang telah dilakukan. Seseorang akan berusaha untuk menghindari segala

bentuk kerugian potensial akibat dari tindakan melanggar aturan (Riza dan Farid,

2008 : 6).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cahyonowati (2011), hasil

penelitian menunjukkan bahwa faktor motivator utama dalam tax morale dan tax

compliance adalah economic deterrence factor berupa denda pajak yang

dikenakan oleh otoritas pajak. Kekhawatiran untuk membayar denda pajak tinggi

merupakan determinan utama untuk tax morale dan tax compliance.

Apabila setiap wajib pajak berperilaku seperti yang dikemukakan dalam

deterrence theory ini, tentu mereka akan segera melunasi utang pajaknya

sebelum jatuh tempo. Semakin lama wajib pajak membayar pajak, semakin

besar pula yang akan dibayar wajib pajak karena adanya denda administrasi

sebesar 2% tiap bulan dari pajak terutang sejak jatuh tempo pembayaran.

Selain itu, adanya biaya penagihan pajak pada saat penerbitan surat

paksa sebesar Rp50.000,00 dan pada saat pelaksanaan surat perintah

melakukan penyitaan sebesar Rp100.000,00. Dan semakin lama lagi wajib pajak

membayar, semakin besar tingkat kerugiannya karena akan dilakukan penyitaan

terhadap barang – barang milik wajib pajak dengan syarat tertentu. Bahkan bisa

saja dilakukan pelelangan atas barang – barang tersebut apabila wajib pajak

masih belum saja melunasinya (www.pajak.go.id). Sanksi tersebut diharapkan

mencegah wajib pajak menunggak pajak dan juga memberikan efek jera kepada

wajib pajak yang pernah melakukan penunggakan pajak.

Page 26: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

11

2.1.2 Pemahaman Tentang Pajak

2.1.2.1 Definisi pajak

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) pasal 1 bahwa

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Djajadiningrat dalam Resmi (2008 : 1)

Pajak sebagai suatu kewajiban untuk menyerahkan sebagaian dari kekayaan kepada Negara disebabkan oleh suatu keadaan, kejadian, dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan-peraturan yang diterapkan pemerintah serta dapat dipaksakan tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan umum.

Definisi atau pengertian pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH

dalam Mardiasmo (1997 : 3)

Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa imbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Berdasarkan definisi – definisi dari undang – undang dan para ahli, dapat

disumpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan

undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapat balas jasa

secara langsung. Pajak dipungut oleh negara baik itu pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah berdasarkan norma-norma hukum untuk mencapai

kesejahteraan umum.

2.1.2.2 Fungsi Pajak

Pada dasarnya, fungsi pajak adalah untuk memberi kesejahteraan pada

rakyat. Namun berdasarkan definisinya terdapat beberapa fungsi pajak, yaitu:

Page 27: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

12

1. Fungsi Budgetair

Pajak berfungsi sebagai sumber penerimaan negara yang digunakan untuk

membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan negara. Hal ini dapat

dilihat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

2. Fungsi Regulerend

Pajak berfungsi sebagai alat pengatur di bidang sosial dan ekonomi.

Contohnya seperti pengenaan pajak yang tinggi untuk PPnBM ataupun

pengenaan pajak berupa cukai yang diberikan terhadap barang – barang

yang berdampak negatif bagi masyarakat.

3. Fungsi Demokrasi

Fungsi demokrasi pada saat ini lebih sering dikaitkan dengan hak seseorang

untuk memperoleh pelayanan dari pemerintah. Jika seseorang telah

membayar pajak kepada negara sesuai ketentuan, maka ia memiliki hak

untuk memperoleh pelayan yang baik dari pemerintah. Jika tidak, pembayar

pajak bisa melakukan protes kepada pemerintah.

4. Fungsi Redistribusi

Pajak berfungsi untuk pemerataan dan keadilan dalam masyarakat.

Contohnya terlihat dengan diberlakukannya tarif progresif pajak yang

mengenakan pajak yang lebih besar kepada masyarakat yang memiliki

penghasilan besar dan pajak yang kecil terhadap masyarakat yang

berpenghasilan kecil.

2.1.2.3 Wajib Pajak

Dalam KUP pasal 1 ayat 2 berbunyi bahwa Wajib Pajak adalah orang

pribadi atau badan, yang meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan

Page 28: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

13

pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang – undangan perpajakan”.

2.1.2.4 Jenis – jenis Pajak

Secara umum pajak yang berlaku di Indonesia dapat dibagi menjadi

tiga kategori, antara lain:

1. Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak terdiri atas :

a. Pajak Langsung adalah pajak yang pembayarannya harus ditanggung

sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.

Contoh: PPh, PBB.

b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembayarannya dapat

dialihkan kepada pihak lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu

atau peristiwa- peristiwa tertentu saja. Contoh: PPN, PPnBM, bea

materai, dan cukai.

2. Berdasarkan sifatnya, pajak terdiri atas:

a. Pajak Subjektif, yaitu pengenaan pajak bedasarkan atau dengan

memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak (subjeknya). Contoh : pajak

penghasilan.

b. Pajak Objektif, yaitu pengenaan pajak berdasarkan atau dengan

memperhatikan/melihat objeknya, baik berupa keadaan atau perbuatan

atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak.

Contoh : Pajak pertambahan nilai.

3. Berdasarkan pihak yang memungut pajak, terdiri atas:

a. Pajak Pusat adalah pajak-pajak yang dipungut dan dikelola oleh

Pemerintah Pusat yang dalam hal ini sebagian dikelola oleh Direktorat

Jenderal Pajak - Kementerian Keuangan. Contoh : PPh, PPN, PPnBM.

Page 29: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

14

b. Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut dan dikelola oleh pemerintah

daerah baik itu di tingkat provinsi maupun di tingkat kota/kabupaten.

Contoh : pajak reklame, pajak hiburan.

2.1.2.5 Asas Pengenaan Pajak

Dalam melakukan pemungutan pajak dilandasi oleh aturan atau yurisdiksi

dari negara yang bersangkutan. Yurisdiksi adalah batas kewenangan suatu

negara untuk memungut pajak terhadap wajib pajak sesuai peraturan

perundang–undangan, agar pemungutannya tidak menjadi berulang-ulang yang

bisa memberatkan orang yang dikenakan pajak. Di Indonesia berlaku tiga asas.

1. Berdasarkan Asas Sumber

Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di

wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak (Mardiasmo,

1997 : 8). Jika objek pajak itu berada di Negara Indonesia, pemerintah

berwenang memungut pajak terhadap terhadap orang pribadi atau badan

yang memiliki objek pajak tersebut. Contoh pada objek PBB yang berada di

Indonesia, pemerintah berwenang untuk mengenakan dan memungut pajak

bagi wajib pajak yang memiliki, menguasai, atau memperoleh manfaat atas

objek pajak yang dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan.

2. Berdasarkan Asas Kewarganegaraan

Pemungutan pajak dikenakan berdasarkan status atau kedudukan warga

negara (Mardiasmo, 1997 : 8). Dimanapun yang bersangkutan bertempat

tinggal atau berkedudukan, selama dia menjadi warga negara yang hendak

melakukan pemungutan pajak, maka tetap dapat dilakukan pemungutan

pajak terhadap yang bersangkutan. Misalnya, untuk Indonesia yang juga

menganut asas kewarganegaraan, pemungutan pajak bukan hanya

Page 30: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

15

dilakukan pada warga negaranya yang bertempat tiggal atau berkedudukan

di Indonesia, tetapi termasuk juga yang bertempat tinggal atau

berkedudukan di luar Indonesia.

3. Berdasarkan Asas Tempat Tinggal

Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan Wajib Pajak

yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari

dalam maupun dari luar negeri (Mardiasmo 1997 : 8). Contohnya jika warga

Negara Malaysia yang bertempat tinggal atau berkedudukan di Indonesia

memperoleh atau mendapat penghasilan di Indonesia, maka atas

penghasilan tersebut dikenakan Pajak Penghasilan.

2.1.2.6 Sistem Pemungutan Pajak

Ada beberapa sistem yang dapat digunakan dalam melakukan

pemungutan pajak, yaitu :

1. Self Assessment System

Yaitu sistem di mana pejabat pajak hanya bersifat pasif dan wajib pajak

bersifat aktif. Wajib pajak diberi kewenangan untuk menghitung,

memperhitungkan, membayar, melaporkan, mempertanggungjawabkan

jumlah pajak yang terutang. Pejabat pajak tidak terlibat dalam penentuan

jumlah pajak yang terutang sebagai beban yang dipikul oleh wajib pajak,

melainkan hanya mengarahkan cara bagaimana wajib pajak memenuhi

kewajiban dan menjalankan hak berdasarkan peraturan perundang-

undangan perpajakan agar tidak terjadi pelanggaran hukum.

2. Official Assessment System

Yaitu sistem di mana terdapat campur tangan pejabat pajak dalam

penentuan pajak yang terutang bagi wajib pajak berupa keterlibatan pejabat

Page 31: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

16

pajak dalam menerbitkan ketetapan pajak yang berisikan utang pajak dan

bahkan dapat memuat sanksi hukum. Pajak yang terutang dalam ketetapan

pajak merupakan inisiatif dari pejabat pajak berdasarkan objek pajak yang

diterima, dimiliki, atau dimanfaatkan oleh wajib pajak.

3. With Holding System

Sistem ini memberi kepercayaan kepada pihak ketiga untuk melakukan

pemungutan pajak atas objek pajak yang diterima atau diperoleh wajib pajak

dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya. Pihak ketiga ditempatkan sebagai

pihak yang berwenang untuk memotong atau memungut pajak tertentu dan

menyetor serta melaporkan kepada pejabat pajak. Pejabat pajak hanya

berwenang melakukan kontrol atau pengawasan terhadap pelaksanaan

pemotongan atau pemungutan pajak sampai kepada pelaporan pajak yang

telah ditentukan.

2.1.2.7 Hambatan pemungutan pajak

Hambatan terhadap pemungutan pajak dikelompokkan menjadi :

1. Perlawanan pasif di mana masyarakat enggan untuk membayar pajak yang

disebabkan antara lain :

a. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat

b. Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat

c. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan dengan baik.

2. Perlawanan aktif, meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara

langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujjuan untuk menghindari pajak.

Bentuknya antara lain :

a. Tax avoidance, usaha meringankan beban pajak yang tidak melanggar

Undang-Undang

Page 32: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

17

b. Tax evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara yang

melanggar Undang-Undang.

2.1.3 Utang Pajak

2.1.3.1 Pengertian Utang Pajak

Menurut Hukum Perdata, utang adalah merupakan suatu perikatan, yang

mengandung kewajiban bagi salah satu pihak baik orang maupun badan sebagai

subyek hukum, untuk melakukan suatu prestasi, yang menjadi hak pihak lainnya

(Surojo, 2013 : 1). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000, utang

pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi

berupa bunga, denda atau kenaikan dalam surat ketetapan pajak atau surat

sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.1.3.2 Timbulnya Utang Pajak

Ada dua teori yang mengatur mengenai kapan utang pajak timbul, yaitu :

1. Teori Materiil

Menurut teori materiil utang pajak timbul karena telah memenuhi syarat

tatbestand yang terdiri dari keadaan-keadaan, peristiwa-peristiwa, atau

perbuatan-perbuatan tertentu, sehingga tidak memerlukan campur tangan

pejabat pajak untuk menerbitkan surat ketetapan pajak. Jadi, utang pajak

timbul karena undang-undang pajak sendiri. Penerapan teori ini sesuai

dengan sistem pemungutan pajak self assesment system.

2. Teori Formil

Teori formil merupakan kebalikan dari teori materiil. Menurut teori ini,

timbulnya utang pajak bukan karena undang-undang pajak. Walaupun telah

dipenuhi tatbestand, tetapi pejabat pajak belum menerbitkan surat ketetapan

pajak, maka belum timbul utang pajak. Jadi, selama belum ada surat

Page 33: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

18

ketetapan pajak, belum ada utang pajak, walaupun syarat-syarat subjekif

dan syarat-syarat objektif serta waktu telah terpenuhi. Teori ini sesuai

dengan sistem pemungutan pajak official assessment system

2.1.3.3 Terhapusnya utang pajak

Ada beberapa hal yang menyebabkan utang pajak dapat terhapus, yaitu :

1. Pembayaran

Utang pajak hapus setelah Wajib Pajak melakukan pembayaran ke Kas

Negara, atau tempat-tempat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

2. Kompensasi terhadap jenis pajak yang sama.

Utang pajak yang masih belum dibayar dapat hapus dengan dilakukannya

kompensasi pembayaran antara kelebihan pembayaran pajak dengan utang

pajak yang belum dibayar. Kompensasi seperti bentuk pengalihan kelebihan

pembayaran pajak terhadap pajak terutang periode selanjutnya selama jenis

pajak yang dikompensasikan sama dengan jenis pajak tujuan kompensasi.

3. Daluwarsa

Daluwarsa yang dimaksud disini adalah daluwarsa penagih artinya ini dapat

terjadi apabila aparat pajak tidak berperan aktif dalam upaya pelunasan

utang pajak. Dalam Pasal 22 Undang-undang KUP. Pajak yang

penagihannya telah kedaluwarsa tidak dapat dilakukan tindakan penagihan

dan dapat diusulkan untuk dihapuskan.

4. Penghapusan

Utang Pajak dapat terhapus apabila wajib pajak menunggak pajak, dan

setelah diadakan penelitian setempat diketahui wajib pajak telah meninggal

dunia dan tidak meninggalkan ahli waris atau tanpa warisan, atau wajib

pajak pailit, atau alamat wajib pajak tidak diketemukan lagi.

Page 34: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

19

2.1.3.4 Tunggakan pajak

Wajib Pajak yang tidak membayar pajak pada waktunya dapat

menimbulkan tunggakan pajak. Tunggakan pajak merupakan utang pajak yang

belum dibayar kepada negara atau belum dilunasi oleh penanggung pajak

melebihi jangka waktu yang telah ditentukan sesuai peraturan perundang –

undangan. orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran

pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban wajib

pajak menurut peraturan perundang – undangan perpajakan.

2.1.4 Penagihan Pajak

2.1.4.1 Pengertian Penagihan Pajak

Penagihan pajak merupakan fungsi penindakan. Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa:

“Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita.”

2.1.4.2 Dasar – Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak diatur dalam Pasal 18 ayat (1) KUP yaitu:

1. Surat Tagihan Pajak (STP)

Adalah surat yang diterbitkan untuk melakukan tagihan pajak dan/atau

sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak,

jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya

sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar.

Page 35: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

20

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak

yang telah ditetapkan.

4. Surat Keputusan Pembetulan

Adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan

hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan

perundang-undangan perpajakan.

5. Surat Keputusan Keberatan

Adalah surat keputusan atas keberatan terhadap surat ketetapan pajak atau

terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan

oleh Wajib Pajak.

6. Putusan Banding

Adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap Surat

Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.

2.1.4.3 Juru Sita Pajak

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 6 UU No. 19 Tahun 1997,

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000,

Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi

penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa, penyitaan dan

penyandraan. Tugas, wewenang dan kewajiban Jurusita Pajak :

1. Tugas Jurusita Pajak

a. Melaksanakan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.

b. Memberitahukan surat paksa yang dilaksanakan dengan cara

membacakan isi surat paksa dan kedua belah pihak menandatangani

berita acara sebagai pernyataan bahwa surat paksa sudah diberitahukan

Page 36: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

21

dan selanjutnya salinan surat paksa diserahkan kepada penanggung

pajak dan asli surat paksa disimpan di kantor Pejabat.

c. Melaksanakan penyitaan berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan

Penyitaan (SPMP).

d. Melaksanakan penyandraan berdasarkan surat perintah penyanderaan.

2. Wewenang Jurusita Pajak

a. Meliputi dan memeriksa semua ruangan, termasuk membuka lemari, laci

dan tempat lain untuk menemukan objek sita.

b. Meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen Kehakiman,

Pemda setempat, BPN, Dirjen Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri,

Bank atau pihak lain dalam rangka pelaksanaan penagihan pajak.

c. Menjelaskan tugas, memberitahukan maksud dan tujuan penyitaan.

3. Kewajiban Jurusita Pajak

a. Memperlihatkan tanda pengenal jurusita pajak

b. Memperlihatkan surat perintah melaksanakan penyitaan.

c. Membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita (BAPS) ditandatangani oleh

jurusita, saksi-saksi dan penanggung pajak.

d. Menempelkan salinan BAPS pada barang yang disita atau tempat barang

yang disita berada atau di tempat umum kecuali jika barang yang disita

sesuai sifatnya tidak dapat ditempeli salinan BAPS.

e. Menempelkan segel sita pada barang yang disita.

f. Membuat pengumuman lelang.

Page 37: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

22

2.1.4.4 Tahapan Penagihan Pajak

Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2000 Tentang

Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan

Surat Paksa, tahapan penagihan pajak adalah sebagai berikut:

1. Tindakan pelaksanaan penagihan diawali dengan penerbitan surat teguran

oleh pejabat atau kuasa yang ditunjuk oleh pejabat tersebut setelah 7 (tujuh)

hari sejak saat jatuh tempo pembayaan. Surat teguran tidak diterbitkan

terhadap penanggung pajak yang telah disetujui untuk mengangsur atau

menunda pembayaran pajaknya.

2. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

penanggung pajak setelah lewat waktu 21 (dua puluh satu) hari sejak

diterbitkannya surat teguran, pejabat segera menerbitkan surat paksa.

3. Apabila jumlah utang pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi oleh

penanggung pajak setelah lewat 2 x 24 (dua puluh empat) jam setelah surat

paksa diberitahukan kepadanya, pajabat segera menerbitkan surat perintah

melaksanakan penyitaan.

4. Apabila utang pajak dan biaya penagihan yang masih harus dibaya tidak

dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari

sejak tanggal pelaksanaan penyitaan, pejabat segera melaksanakan

pengumuman lelang.

5. Apabila utang pajak dan biaya pengihan yang masih harus dibayar tidak

dilunasi oleh penanggung pajak setelah lewat waktu 14 (empat belas) hari

sejak tanggal pengumuman lelang, pejabat segera melakukan penjualan

barang sitaan penanggung pajak melalui Kantor Lelang.

Page 38: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

23

6. Surat paksa dapat diterbitkan tanpa menunggu lewat tenggang waktu 21

(dua puluh satu) hari sejak surat teguran diterbitkan apabila terhadap

penanggung jawab dilakukan penagihan seketika dan sekaligus.

2.1.4.5 Surat Teguran

Penyampaian surat teguran merupakan awal pelaksanaan tindakan

penagihan oleh fiskus untuk memperingatkan wajib pajak yang tidak melunasi

utang pajaknya sesuai dengan keputusan penetapan (STP, SKPKB, SKPKBT)

sampai dengan saat jatuh tempo. Surat teguran, surat peringatan atau surat lain

yang sejenis sesuai dengan Pasal 1 angka 10 UU Penagihan Pajak adalah “surat

yang diterbitkan oleh pejabat pajak untuk menegur atau memperingatkan kepada

wajib pajak untuk melunasi utang pajaknya”.

Sesuai Pasal 5 Keputusan Menteri Keuangan No. 561/KMK.04/2000

bahwa tindakan pelaksanaan penagihan pajak diawali dengan surat teguran,

surat peringatan atau surat lain yang sejenis oleh pejabat atau kuasa pejabat

setelah 7 hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. Sesuai pasal 8 ayat (2) UU

Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, surat teguran / surat peringatan atau

surat lain yang sejenis diterbitkan apabila penganggung pajak tidak melunasi

utang pajak sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Penentuan

tanggal jatuh tempo :

1. STP, SKPKB, SKPKBT, dan surat keputusan pembetulan, surat keputusan

keberatan, putusan banding, serta putusan peninjauan kembali, yang

menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi

dalam jangka waktu satu bulan setelah tanggal diterbitkan.

2. Bagi wajib pajak usaha kecil dan wajib pajak di daerah tertentu sesuai

dengan ketentuan peraturan perpajakan, jangka waktu pelunasan

Page 39: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

24

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang menjadi paling

lama dua bulan.

3. Surat Tagihan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan (SPT PBB) harus dilunasi

dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal diterima oleh wajib pajak.

4. Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas SKPKB/SKPKBT, jangka

waktu pelunasan pajak yang tidak disetunjui dalam pembahasan akhir hasil

pemerikasaan, tertangguh sampai dengan satu bulan sejak tanggal

penerbitan surat keputusan keberatan.

5. Dalam hal wajib pajak mengajukan banding atas surat keputusan keberatan

sehubungan SKPKB/SKPKBT, jangka waktu pelunasan pajak tertangguh

sampai dengan satu bulan sejak tanggal penerbitan putusan banding.

2.1.4.6 Surat Paksa

Surat paksa sesuai Pasal 1 huruf 21 UU KUP dan Pasal 1 huruf 12 UU

Penagihan Pajak menyatakan bahwa “surat paksa adalah surat perintah

membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak”. Surat paksa berkepala kata-

kata “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Agar tercapai

efektivitas dan efisiensi penagihan pajak yang didasari dengan surat paksa,

maka surat paksa mempunyai kekuatan hukum eksekutorial dan kedudukan

hukum yang sama dengan grosse akte yaitu putusan pengadilan perdata yang

telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

Dengan demikian, surat paksa langsung dapat dilaksanakan tanpa

bantuan putusan pengadilan lagi dan tidak dapat diajukan banding. Dalam pasal

7 ayat 2 UU Penagihan Pajak, disebutkan bahwa surat paksa sekurang-

kurangnya harus memuat :

Page 40: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

25

1. Nama wajib pajak atau nama wajib pajak dan penanggung pajak

2. Dasar penagihan

3. Besarnya utang pajak

4. Perintah untuk membayar

Surat paksa diterbitkan setelah surat teguran, surat peringatan atau surat

lain yang sejenis dikeluarkan oleh pejabat. Menurut pasal 8 UU Penagihan Pajak

menyatakan bahwa surat paksa diterbitkan apabila:

1. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah

diterbitkan surat teguran, surat peringatan atau surat lain yang sejenis.

2. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan pajak seketika

dan sekaligus, atau

3. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum

dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran.

Surat paksa diberitahukan oleh jurusita pajak dengan pernyataan dan

penyerahan salinan surat paksa kepada penanggung pajak. Pemberitahuan surat

paksa dilaksanakan dengan cara membacakan isi surat paksa dan kedua belah

pihak menandatangani berita acara sebagai pernyataan bahwa surat paksa telah

diberitahukan. Selanjutnya salinan surat paksa diserahkan kepada penanggung

pajak dan surat paksa yang asli diserahkan disimpan di kantor pejabat.

Pemberitahuan surat paksa dituangkan dalam berita acara yang sekurang-

kurangnya memuat hari dan tanggal pemberitahuan surat paksa, nama jurusita

pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan surat paksa.

Berdasarkan Pasal 10 ayat 3 UU Penagihan Pajak, surat paksa terhadap

orang pribadi diberitahukan oleh jurusita pajak kepada:

a. Penanggung pajak di tempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang

memungkinkan.

Page 41: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

26

b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama ataupun yang bekerja di

tempat usaha penanggung pajak, apabila penanggung pajak tidak dapat

dijumpai.

c. Salah seorang ahli waris atau pelaksana wasiat atau yang mengurus harta

peninggalannya, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta

warisan belum dibagi.

d. Para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan

telah dibagi.

Berdasarkan Pasal 10 ayat 4 UU Penagihan Pajak, surat paksa terhadap

badan diberitahukan oleh jurusita pajak kepada:

a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik

modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat

tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan, atau

b. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau di tempat usaha badan yang

bersangkutan apabila jurusita pajak tidak dapat menjumpai salah seorang

sebagaimana dimaksud (Suandy, 2008 : 179).

2.1.4.7 Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP)

Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebit lanjut setelah surat paksa.

surat penyitaan diterbitkan apabila utang pajak belum dilunasi dalam jangka

waktu 2×24 jam setelah surat paksa diberitahukan, untuk itu maka dapat

dilakukan tindakan penyitaan atas barang-barang wajib pajak. Dalam penagihan

pajak dengan surat paksa, juru sita pajak berwenang melakukan penyitaan

terhadap harta kekayaan wajib pajak.

Menurut Undang-undang no. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Dengan

Surat Paksa, Penyitaan adalah tindakan juru sita pajak untuk menguasai barang

Page 42: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

27

dengan penanggungan pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang

pajak menurut peraturan perundang-undangan. Pada pasal 14 ayat 1, penyitaan

dilaksanakan terhadap barang milik penanggung pajak yang berada di tempat

tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau tempat lain termasuk yang

penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai

pelunasan utang tertentu yang dapat berupa:

1. Barang bergerak termasuk mobil, perhiasan, uang tunai, dan deposito,

tabungan, saldo rekening koran, giro, atau bentuk lainnya yang

dipersamakan dengan itu, obligasi, saham, atau surat berharga lainnya,

piutang, dan penyertaan modal pada perusahaan lain; dan atau

2. Barang tidak bergerak termasuk tanah, bangunan, dan kapal dengan isi

kotor tertentu.

Namun, ada juga barang bergerak milik Penanggung Pajak yang

dikecualikan dari penyitaan sesuai pasal 15 ayat 1 yaitu:

1. Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh

penanggung pajak dan keluarga yang menjadi tanggungannya.

2. Persediaan makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta

peralatan memasak yang berada di rumah, termasuk obat-obatan yang

dipergunakan penanggung pajak beserta keluarganya.

3. Perlengkapan penanggung pajak yang bersifat dinas yang diperoleh dari

negara.

4. Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan penanggung pajak

alat-alat yang dipergunakan untuk pendidikan, kebudayaan dan keilmuan

5. Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan

pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari

Page 43: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

28

Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) atau jumlah lain yang ditetapkan

Menteri Keuangan atau Kepala Daerah; atau

6. Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh penanggung pajak dan

keluarga yang menjadi tanggungannya.

Setiap pelaksanaan penyitaan, juru sita pajak membuat berita acara

pelaksanaan sita yang ditandatangani oleh juru sita pajak, penanggung pajak

dan saksi-saksi.Jika penanggung pajak adalah badan maka berita acara

pelaksanaan sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala

cabang, penanggung pajak, pemilik modal atau pegawai tetap perusahaan.

Salinan berita acara pelaksanaan sita dapat ditempelkan di tempat umum dan

berlaku sebagai pemberitahuan maksud tindakan juru sita pajak pada

penanggung pajak atas barang yang disita atau diberi segel sita.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu telah menguji terkait dengan variabel yang

diteliti pada penelitian kali ini seperti surat teguran dan surat paksa sebagai

variabel independen dan kepatuhan wajib pajak, pencairan tunggakan pajak,

serta penerimaan pajak sebagai variabel dependen. Hasil penelitiannya pun ada

yang berbeda.

Hidayat dan Cheisviyanny (2013) meneliti mengenai pengaruh kualitas

penetapan pajak dan tindakan penagihan aktif terhadap pencairan tunggakan

pajak di KPP Pratama Padang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Kualitas

penetapan berpengaruh signifikan positif terhadap pencairan tunggakan pajak, 2)

Tindakan penagihan aktif berpengaruh signifikan positif terhadap pencairan

tunggakan pajak. Pada penelitian tersebut ditemukan bahwa pencairan

tunggakan pajak melalui penagihan aktif mencapai 69,5%. Hasil ini menunjukkan

Page 44: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

29

bahwa tindakan penagihan aktif berbanding lurus dengan pencairan tunggakan

pajak yang berarti penagihan aktif merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi

rendahnya pencairan tunggakan pajak.

Penelitian yang hampir sama juga dilakukan oleh Pertiwi (2014) dengan

judul pengaruh penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap

efektivitas pencairan tunggakan pajak pada KPP Pratama Bandung Karees. Hasil

penelitian menunjukkan hasil yang berbeda dimana 1) penagihan pajak dengan

surat teguran dan surat paksa terhadap efektivitas pencairan tunggakan pajak

secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap efektivitas pencairan

tunggakan pajak, 2) penagihan pajak dengan surat teguran dan surat paksa

terhadap efektivitas pencairan tunggakan pajak secara parsial tidak berpengaruh

signifikan terhadap efektivitas pencairan tunggakan pajak dengan arah hubungan

negatif.

Pujianning (2011) meneliti untuk mengetahui apakah ada pengaruh

penagihan pajak yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Malang

Selatan terhadap tingkat penerimaan tunggakan. Hasil penelitian tersebut

terdapat pengaruh simultan dan parsial antara kegiatan penagihan (surat

teguran, surat paksa, SPMP dan pengumuman lelang) terhadap penerimaan

tunggakan pajak sebesar 30,5% dan sisanya 69,5% dijelaskan oleh faktor lain

yang tidak diteliti.

Yenni Husniati (2013) dengan judul penelitiannya Efektivitas Penagihan

Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa Terhadap Pencairan Tunggakan

Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya Batam menemukan bahwa

Efektivitas penagihan pajak dengan surat teguran pada tahun 2011 sebesar

157% dan surat paksa sebesar 42% dari target yang telah ditetapkan sebesar

Rp48.323.431.513. Pada tahun 2012 Efektivitas penagihan pajak dengan surat

Page 45: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

30

teguran pada tahun 2012 sebesar 39% dan surat paksa sebesar 21% dari target

yang telah ditetapkan sebesar Rp76.470.710.847. Kontribusi surat teguran pada

tahun 2011 sebesar 38% dan surat paksa sebesar 29%, sedangkan pada tahun

2012 kontribusi surat teguran sebesar 10% dan surat paksa sebesar 16%.

Novialia (2013) juga meneliti untuk mengetahui pengaruh penagihan

pajak aktif terhadap realisasi pencairan tunggakan pajak di Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Efektivitas penagihan pajak tahun 2010

- 2012 yang dilakukan dengan Surat Teguran di KPP Pratama Jakarta Taman

Sari Dua tergolong tidak efektif. Persentase efektivitas yang diperoleh selama

tiga tahun tersebut menunjukan angka kurang dari 60%. Efektivitas penagihan

dengan Surat Paksa selama tahun 2010 – 2012 tergolong tidak efektif. Terlihat

dalam persentase efektivitas selama tiga tahun yang angkanya tidak mencapai

25%. Penyebab pencairan tunggakan pajak tidak mencapai 100% adalah

penanggung pajak sedang mengalami kondisi keuangan yang tidak baik

sehingga pelunasan tunggakan pajak pun sulit dilakukan. Untuk itu biasanya

Wajib Pajak akan mengangsur pembayaran tunggakan pajak atau menunda

pembayaran pajaknya sampai waktu yang disetujui oleh Fiskus. Kontribusi

penagihan dari tahun 2010 sampai dengan 2012 dengan penerbitan Surat

Teguran pada tahun 2010 tergolong kurang (13,03%), tahun 2011 tergolong baik

(56,61%), tahun 2012 tergolong baik (43,30%). Penagihan dengan penerbitan

Surat Paksa pada tahun 2010 tergolong sedang (21,54%), tahun 2011 tergolong

sangat kurang (9,65%), dan tahun 2012 tergolong kurang (17,21%).

Yuliana (2008) juga meneliti tentang pengaruh pelaksanaan tindakan

penagihan aktif terhadap tingkat penerimaan pajak pada KPP Pratama

Balikapapan dan menemukan bahwa variabel pelaksanaan penagihan yang

meliputi jumlah surat teguran, surat paksa, SPMP mampu menjelaskan pengaruh

Page 46: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

31

dari jumlah penerimaan pajak sebesar 89%. Sedangkan sisanya sebesar 11%

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak masuk dalam persamaan. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan penagihan aktif mempunyai

pengaruh yang sangat kuat terhadap tingkat penerimaan pajak.

2.3 Kerangka Pemikiran

Tax reform pada tahun 1983 yang ditandai dengan pengalihan sistem

pemungutan pajak dari official assessment system menjadi self assestment

system merupakan upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk memperbaiki

administrasi perpajakan. Wajib pajak diberi kepercayaan untuk melaksanakan

hak dan kewajibannya yang meliputi kegiatan menghitung, memperhitungkan,

membayar, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang.

Namun dalam kenyataannya, usaha pemerintah untuk mengoptimalkan

penerimaan negara dari sektor pajak masih belum efektif sepenuhnya karena

masih ada masyarakat yang enggan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Tidak dibayarnya utang pajak maka akan menimbulkan tunggakan pajak. Oleh

karena itu, pemerintah menerbitkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997

tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Diawali dengan penerbitan surat

teguran yang dilakukan setelah 7 hari sejak jatuh temponya pembayaran pajak.

Apabila masih belum dilunasi setelah 21 hari sejak penerbitan surat teguran,

diterbitkan surat paksa dan dalam waktu 2 x 24 jam masih belum dilunasi akan

dilakukan penyitaan oleh juru sita berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan

Penyitaan.

Page 47: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

32

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

2.4.1 Pengaruh Penerbitan Surat Teguran terhadap Pencairan Tunggakan

Pajak

Surat teguran merupakan surat yang diterbitkan oleh pejabat pajak 7 hari

setelah jatuh tempo pembayaran untuk menegur atau memperingatkan kepada

wajib pajak agar melunasi utang pajaknya yang tertunggak. General deterrence

dalam teori deterrence mengatakan bahwa efek pencegahannya diharapkan

terjadi sebelum hukuman dijatuhkan. Pencegahan ini dilakukan melalui

peringatan yang dijatuhkan secara terbuka sehingga orang lain dapat dicegah

dari kemungkinan melakukan pelanggaran.

H1 H2

H3

TUNGGAKAN PAJAK

PENAGIHAN PAJAK

SURATPERINTAH

MELAKSANAKAN

PENYITAAN (X3)

SURAT PAKSA

(X2)

SURAT TEGURAN

(X1)

PENCAIRAN

TUNGGAKAN

PAJAK (Y)

H4

Page 48: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

33

Husniati (2013) dalam penelitiannya yang berjudul efektivitas penagihan

pajak dengan surat teguran dan surat paksa terhadap pencairan tunggakan

pajak di KPP Madya Batam mengatakan bahwa kontribusi penagihan pajak

dengan surat teguran dalam upaya pencairan tunggakan pajak mencapai angka

38%. Begitu pula yang diteliti Widyaningsih (2011) yang menemukan bahwa

surat teguran berkontribusi sebesar 48% terhadap pencairan tunggakan pajak

pada KPP Pratama Karanganyar tahun 2010.

Melalui peringatan secara persuasif dengan surat teguran ini diharapkan

agar wajib pajak segera melunasinya. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka

hipotesis yang dibentuk yaitu:

H1 : terdapat pengaruh penerbitan surat teguran terhadap pencairan

tunggakan pajak.

2.4.2 Pengaruh Penerbitan Surat Paksa terhadap Pencairan Tunggakan

Pajak

Apabila dalam waktu 21 hari sejak penerbitan surat teguran utang pajak

masih belum dilunasi, maka akan diterbitkan surat paksa yaitu surat perintah

yang bersifat lebih tegas untuk membayar utang pajak dan biaya penagihan

pajak. Apabila cara persuasif tidak berhasil, dilakukan cara yang lebih tegas.

Tunas (2013) dalam penelitiannya pada Kantor Pelayanan Pajak

Pratama Manado menunjukan bahwa penagihan tunggakan pajak dengan

menggunakan surat paksa pada tahun 2011 dilihat dari jumlah lembar memiliki

persentase efektivitas 41.26%, sedangkan pada tahun 2012 dilihat dari jumlah

lembar memiliki persentase efektivitas 84.09% yang indikatornya tergolong

efektif. Dengan demikian penerimaan pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Manado dalam hal pembayaran tunggakan pajak dengan surat paksa bisa

Page 49: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

34

dikategorikan efektif karena penerimaan tunggakan pajak tahun 2011 ke tahun

2012 mengalami peningkatan. Sama halnya dengan temuan dari Widyaningsih

(2011) pada KPP Pratama Karanganyar bahwa surat paksa memberikan

kontribusi sebesar 53% terhadap pencairan tunggakan pajak.

Dengan dilakukannya tindakan yang lebih tegas melalui surat paksa,

diharapkan semakin patuhnya wajib pajak untuk melunasi tunggakan pajaknya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang dibentuk yaitu:

H2 : terdapat pengaruh penerbitan surat paksa terhadap pencairan tunggakan

pajak.

2.4.3 Pengaruh Penerbitan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan

(SPMP) terhadap Pencairan Tunggakan Pajak

Dalam waktu 2x24 jam, akan diterbitkan SPMP untuk dilakukan penyitaan

terhadap barang – barang tertentu wajib pajak apabila utang pajaknya belum

dilunasi sejak penerbitan surat paksa. Special deterrence dalam teori deterrence

mengatakan bahwa efek pencegahan dari hukuman yang dijatuhkan diharapkan

terjadi setelah hukuman dilakukan, sehingga tidak melakukan pelanggaran

serupa di masa datang.

Kusumo (2013) mengatakan bahwa tindakan penyitaan memiliki

hubungan positif dengan penerimaan pajak. Adanya penagihan pajak dengan

penyitaan, maka penerimaan pajak otomatis akan bertambah. Gunawan (2012)

mengatakan dalam penelitiannya yang berjudul analisa pengaruh tindakan

penagihan aktif terhadap pencairan tunggakan pajak di KPP dalam lingkup

kanwil DJP Jatim I bahwa variabel SPMP berpengaruh signifikan dalam

pencairan tunggakan pajak.

Page 50: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

35

Dengan dilakukannya penyitaan, wajib pajak akan tertekan untuk

sesegera mungkin melunasi utang pajaknya. Berdasarkan penjelasan tersebut,

maka hipotesis yang dibentuk yaitu:

H3 : terdapat pengaruh penerbitan surat perintah melaksanakan penyitaan

(SPMP) terhadap pencairan tunggakan pajak.

2.4.4 Pengaruh Penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa, dan Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan (SPMP) terhadap Pencairan Tunggakan

Pajak

Berdasarkan teori deterrence, seseorang akan berusaha untuk

menghindari segala bentuk kerugian potensial akibat dari tindakan melanggar

aturan. Dengan dilakukannya penagihan aktif melalui penerbitan surat teguran,

surat paksa dan SPMP serta semakin lama menunggak pajak semakin besar

pula denda administrasi yang diberikan, tentu wajib pajak akan merasa takut dan

secepatnya akan melunasi tunggakan pajaknya baik secara langsung maupun

angsuran yang tentunya akan mempengaruhi pencairan tunggakan pajak.

Yuliana (2008) meneliti tentang pengaruh pelaksanaan tindakan

penagihan aktif terhadap tingkat penerimaan pajak pada KPP Pratama

Balikpapan yang menemukan bahwa pelaksanaan tindakan penagihan aktif yang

meliputi jumlah surat teguran, surat paksa, SPMP mampu mempunyai pengaruh

yang sangat kuat sebesar 89% terhadap tingkat penerimaan pajak pada KPP

Pratama Balikpapan variabel pelaksanaan penagihan. Hal ini didukung oleh

penelitian Hidayat dan Cheisviyanny (2013) yang menemukan bahwa tindakan

penagihan aktif berpengaruh signifikan positif terhadap pencairan tunggakan

pajak pada KPP Pratama Padang.

Page 51: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

36

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang dibentuk yaitu:

H4 : terdapat pengaruh secara simultan penerbitan surat teguran, surat paksa,

dan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) terhadap pencairan

tunggakan pajak.

Page 52: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

37

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan metode

penelitian deskriptif komparatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dibuat

dengan mengumpulkan data terkait variabel yang selanjutnya akan dipaparkan

mengenai karakteristik variabel tersebut (sekaran and bougie, 2013 : 97). Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan analisis statistik dalam melakukan analisis

dan pengolahan data yang berupa angka - angka terkait penelitian. Dengan

metode ini, peneliti akan mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena yang

terjadi yaitu bagaimana pengaruh penagihan pajak melalui penerbitan surat

teguran, surat paksa dan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) dalam

pencairan tunggakan pajak.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

Surabaya Pabean Cantikan yang beralamat di Gedung Keuangan Negara (GKN)

I, Jl. Indrapura No.5 Surabaya. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2015

sampai dengan selesai.

Page 53: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

38

3.3 Populasi Dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan kumpulan / keseluruhan anggota dari obyek

penelitian dan memenuhi kriteria tertentu yang telah ditetapkan dalam penelitian

(Sekaran and Bougie, 2013 : 240). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan

jumlah surat teguran, surat paksa, dan surat perintah melaksanakan penyitaan

(SPMP) yang diterbitkan serta laporan jumlah pajak tertunggak yang berhasil

dicairkan.

3.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian tertentu dari unit populasi (Sekaran and

Bougie, 2013 : 241). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan

jumlah surat teguran, surat paksa, dan surat perintah melaksanakan penyitaan

(SPMP) yang diterbitkan serta laporan jumlah pajak tertunggak yang berhasil

dicairkan selama tahun 2012-2014.

3.4 Jenis Dan Sumber Data

3.4.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data kuantitatif,

yaitu data berbentuk angka berupa data penerbitan surat teguran, surat paksa,

surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP), dan laporan pencairan

tunggakan pajak serta data lainnya terkait dengan penelitian yang dilakukan.

3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan pada penelitian ini berupa :

1. Data primer adalah informasi yang diperoleh peneliti secara langsung dari

tangan pertama. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah

data yang diperoleh hasil dari wawancara secara langsung dengan

Page 54: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

39

pegawai yang diberi kewenangan untuk memberikan informasi terkait

dengan penelitian.

2. Data sekunder adalah Informasi yang diperoleh peneliti dari sumber yang

sudah ada atau melalui perantara. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi laporan yang merupakan arsip instansi terkait.

Selain itu, juga bersumber dari berbagai tinjauan literatur yang diperoleh

dengan menggunakan tinjauan kepustakaan maupun mengakses website

terkait penelitian.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik sebagai berikut:

1. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

tanya jawab langsung antara peneliti terhadap narasumber. Dalam

penelitian ini, peneliti mewawancarai pegawai instansi terkait yang

berwenang memberikan informasi.

2. Dokumentasi adalah mencari data atau variabel yang berupa catatan,

transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, raport, agenda dan

sebagainya. Metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-

data terkait penelitian yang diperoleh pada KPP Pratama Surabaya

Pabean Cantikan.

3. Mengakses website dan situs – situs, metode ini digunakan untuk

mencari website dan situs yang menyediakan informasi sehubungan

dengan masalah penelitian yang dilakukan.

Page 55: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

40

3.6 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah definisi yang didasarkan atas variabel

yang diamati. Tujuannya adalah agar memberikan gambaran tentang bagaimana

variabel tersebut dapat di ukur. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini

yang perlu didefinisikan antara lain :

1. Surat Teguran (X1)

Merupakan variabel bebas yang didefinisikan sebagai surat yang diterbitkan

oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setelah 7 hari sejak jatuh tempo

pembayaran utang pajak untuk memberi teguran kepada wajib pajak agar

melunasi tunggakan pajaknya. Variabel ini dapat diukur dari jumlah surat

teguran yang diterbitkan oleh KPP.

2. Surat Paksa (X2)

Merupakan variabel bebas yang didefinisikan sebagai surat perintah yang

diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang bersifat memaksa agar

wajib pajak segera melunasi tunggakan pajaknya apabila tidak dilunasi

setelah 21 hari setelah tanggal surat teguran diterbitkan. Variabel ini dapat

diukur dari jumlah surat paksa yang diterbitkan oleh KPP.

3. Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (X3)

Merupakan variabel bebas yang didefinisikan sebagai surat perintah yang

diterbitkan oleh Kantor Pelayan Pajak (KPP) untuk melakukan penyitaan

terhadap barang penanggung pajak apabila tunggakan pajaknya tidak

dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diterbitkan.

Variabel ini dapat diukur dari jumlah SPMP yang diterbitkan oleh KPP

4. Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

Merupakan variabel terikat. Pencairan tunggakan pajak merupakan upaya

yang dilakukan pemerintah untuk mencairkan pajak yang tertunggak untuk di

Page 56: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

41

setor ke kas negara melalui tindakan penagihan pajak. Variabel ini dapat

diukur dari jumlah tunggakan pajak yang dapat dicairkan.

3.7 Analisis Data

Analisa data dilakukan setelah data terkumpul. Proses analisis data

merupakan usaha untuk memperoleh jawaban permasalahan penelitian. Analisis

data yang dapat digunakan dalam penelitian menggunakan aplikasi perangkat

lunak pengelola angka yaitu Statistical Product and Service Solution (SPSS).

Adapun bentuk – bentuk pengujian analisis data, yaitu :

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

Untuk memperoleh data yang lebih akurat dan mendekati atau sama

dengan kenyataan, dapat dilakukan beberapa pengujian atau asumsi dasar yang

menghasilkan persamaan regresi yang valid untuk digunakan dalam penelitian.

Asumsi-asumsi dasar itu dikenal sebagai asumsi klasik yang terdiri atas :

3.7.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data pada persamaan

regresi yang dihasilkan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal

(Sunyoto, 2011 : 84). Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data

variabel bebas dan variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal

sama sekali.

3.7.1.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada tidaknya korelasi yang

tinggi antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi linier berganda

(Sunyoto 2011 : 79). Jika ada korelasi yang tinggi diantara variabel-variabel

bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya

menjadi terganggu.

Page 57: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

42

3.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual observasi yang satu dengan

observasi yang lain (Sunyoto, 2011 : 82). Jika varians tetap maka disebut

homoskedastisitas menandakan persamaan regresi yang baik. Dan jika berbeda

maka terjadi problem heteroskedastisitas.

3.7.1.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam persamaan model

regresi linier terdapat korelasi antara periode t dengan pada periode sebelumnya

(t-1) (Sunyoto, 2011 : 91). Persamaan regresi yang baik digunakan ketika tidak

terjadi autokorelasi.

3.7.2 Model Regresi Linear Berganda

Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel

dependen dapat diprediksikan melalui variabel independen, secara individual.

Dengan demikian, analisis regresi dapat digunakan untuk memutuskan apakah

naik dan menurunnya variabel dependen dapat dilakukan dengan cara

menaikkan dan menurunkan keadaan variabel independen, atau untuk

meningkatkan keadaan variabel dependen dapat dilakukan dengan

meningkatkan variabel independen dan sebaliknya (Sugiyono, 2007).

Sedangkan suatu model regresi linear berganda digunakan untuk

meramalkan atau memprediksikan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel

dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor

dimanipulasi. Jadi analisis regresi linear berganda akan dilakukan bila jumlah

variabel independennya minimal ada 2 (Sugiyono, 2007). Persamaan regresi

linear berganda untuk dua variabel independen dinyatakan sebagai berikut :

Page 58: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

43

Y = a + b1 X1 + b2 X2+ b3 X3 +e

Dimana : Y = variabel terikat ( Pencairan tunggakan pajak )

A = konstanta

b1,b2,b3= koefisien regresi

X1 = variabel bebas 1 ( Surat Teguran )

X2 = variabel bebas 2 ( Surat Paksa )

X3 = variabel bebas 3 ( SPMP )

e = kesalahan residual (error)

Dari analisis regresi linier berganda, maka akan diperoleh koefisien

regresi linier dari masing-masing variabel. Untuk menguji setiap koefisien dengan

pengujian koefisien Determinasi R2, Regresi secara individual ( t-test ), dan

secara menyeluruh ( F-test ).

3.7.3 Uji hipotesis

3.7.3.1 Koefisien Determinasi R²

Nilai R² menunjukkan besarnya variasi variabel-variabel independen

dalam mempengaruhi variabel dependen. Semakin besar nilai R² berarti semakin

besar variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-

variabel independen. Sedangkan semakin kecil nilai R² berarti semakin kecil

variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel-variabel

independen. Informasi yang dapat diperoleh dari koefisien determinasi R² adalah

untuk mengetahui seberapa besar variabel independen dalam menjelaskan

variabel-variabel dependen.

Analisa yang digunakan untuk mengetahui pola hubungan dua atau lebih

variabel bebas, menurut Sugiyono (2007), rumusnya adalah :

b1 ( ∑ x1y) + b2 (∑x2y) + b3 (∑x3y) R2 =

∑ y2

Page 59: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

44

Keterangan :

R2 = koefisien determinasi

X1 = variabel bebas 1 ( Surat Teguran )

X2 = variabel bebas 2 ( Surat Paksa )

X3 = variabel bebas 3 ( SPMP )

b1,2,3 = koefisien regresi

y = variabel terikat ( Pencairan tunggakan pajak )

Sifat dari koefisien determinasi ini adalah:

1. R² merupakan besarnya non negatif ( bukan angka negatif ).

2. Batasannya adalah 0 < R² < 1. Apabila suatu r2 sebesar 1 berarti suatu

kecocokan sempurna, sedangkan r2 yang bernilai 0 ( nol ) berarti tidak ada

hubungan antara variabel dependen dengan variabel yang menjelaskan.

Tabel 3.1 Pedoman Memberikan Interprestasi terhadap Koefisien Korelasi (Sugiyono,2007)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

3.7.3.2 Uji T ( Uji Parsial / Individual)

Dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara

individual terhadap variabel dependen, dengan menganggap variabel

independen lainnya konstan. Langkah – langkap uji T sebagai berikut.

Page 60: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

45

1. Merumuskan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antar variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Surat teguran, surat paksa,

dan surat perintah melaksanakan penyitaan tidak berpengaruh terhadap

pencairan tunggakan pajak.

Ha : β ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

independen (X) terhadap variabel dependen (Y). Surat teguran, surat paksa,

dan surat perintah melaksanakan penyitaan berpengaruh terhadap pencairan

tunggakan pajak.

2. Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5%, artinya risiko kesalahan

mengambil keputusan adalah 5%.

3. Pengambilan Keputusan

a. Jika probabilitas (sig t) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X)

terhadap variabel dependen (Y).

b. Jika probabilitas (sig t) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh

yang signifikan secara parsial dari variabel independen (X).

3.7.3.3 Uji F (Uji Hipotesis Koefisien Regresi Secara Menyeluruh)

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen

secara keseluruhan signifikan secara statistik dalam mempengaruhi variabel

dependen. Maka variabel-variabel independen secara keseluruhan atau secara

bersama-sama variabel tersebut berpengaruh terhadap variabel dependen.

Langkah-langkah Uji f sebagai berikut.

Page 61: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

46

1. Menentukan Hipotesis

Ho : β = 0, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak

berpengaruh terhadap variabel dependen.

Ha : β ≠ 0, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh

terhadap variabel dependen.

2. Menentukan Tingkat Signifikan

Tingkat signifikan pada penelitian ini adalah 5% artinya risiko kesalahan

mengambil keputusan 5%.

3. Pengambilan Keputusan

a. Jika probabilitas (sig F) > α (0,05) maka Ho diterima, artinya tidak ada

pengaruh yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel

dependen.

b. Jika probabilitas (sig F) < α (0,05) maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh

yang signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen.

Page 62: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

72

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kantor Pelayanan Pajak

(KPP) Pratama Surabaya Pabean Cantikan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa Surat Teguran (X1) tidak

berpengaruh secara parsial terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Y) pada

KPP Pratama Pabean Cantikan Surabaya. Hal ini tidak sesuai dengan

general deterrence dalam teori deterrence yang mengatakan bahwa efek

pencegahan diharapkan terjadi sebelum hukuman dijatuhkan karena

peringatan yang hanya berupa surat teguran masih belum membuat wajib

pajak tertekan untuk melunasi tunggakan pajaknya.

2. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa Surat Paksa (X2)

berpengaruh secara parsial terhadap Pencairan Tunggakan Pajak (Y) pada

KPP Pratama Pabean Cantikan Surabaya. Hal ini sesuai dengan teori

deterrence dimana pencegahan melalui peringatan yang dijatuhkan secara

terbuka dapat mencegah kemungkinan melakukan pelanggaran karena surat

paksa ini diantarkan langsung oleh jurusita yang ditugaskan oleh kantor.

3. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa Surat Perintah

Melaksanakan Penyitaan (X3) berpengaruh secara parsial terhadap Pencairan

Tunggakan Pajak (Y) pada KPP Pratama Pabean Cantikan Surabaya. Hal

ini sesuai dengan special deterrence dalam teori deterrence yang

mengatakan bahwa efek pencegahan dari hukuman yang dijatuhkan

diharapkan terjadi setelah hukuman dilakukan karena dalam hal ini jurusita

Page 63: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

73

langsung menyita aset yang dimiliki penunggak pajak bila tidak melunasi

tuggakan pajaknya.

4. Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa Surat Teguran (X1), Surat

Paksa (X2), dan SPMP (X3) berpengaruh secara simultan terhadap

Pencairan Tunggakan Pajak (Y) pada KPP Pratama Pabean Cantikan

Surabaya. Hal ini sesuai dengan teori deterrence bahwa seseorang akan

berusaha menghindari segala bentuk kerugian potensial akibat melanggar

aturan. Semakin lama wajib pajak melunasi tunggakan pajaknya,

kerugiannya juga semakin besar bahkan aset yang dimilikinya bisa disita.

5.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Diharapkan aparat pajak melakukan tindakan tegas terhadap Wajib

Pajak yang tidak kooperatif sesuai dengan ketentuan perpajakan yang

ada dan berlaku di Indonesia.

2. Meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam menunaikan kewajibannya

membayar pajak melalui kegiatan penyuluhan-penyuluhan pajak secara

intensif.

3. Melakukan reformasi administrasi seperti penyederhanaan prosedur

perpajakan serta pembenahan sumber daya manusia melalui reformasi

moral dan etika sehingga tercipta fiskus yang professional, jujur dan

bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan amanat yang

diembannya.

Page 64: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

74

DAFTAR PUSTAKA

Cahyonowati, N. 2011. Model Moral dan Kepatuhan Perpajakan : Wajib Pajak

Orang Pribadi. Semarang : JAAI VOLUME 15 NO. 2, DESEMBER 2011: 161-177.

Gunawan, I.M. 2012. Analisa Pengaruh Tindakan Penagihan Aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP dalam Lingkup Kanwil DJP Jatim I. Surabaya : Universitas Kristen Petra.

Hidayat, R. dan Cheisviyanny, C. 2013. Pengaruh Kualitas Penetapan Pajak dan TIndakan Penagihan Pajak Aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Padang : Jurnal WRA, Vol. 1, No. 1, April 2013.

Jerry, dan Felicia, I. 2011. Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan. Bandung : Dialogia Iuridica, Vol. 3 No . 1, ISSN : 2085-9945.

Kanwil DJP Sulselbartra. 2012. Kumpulan Undang-undang Perpajakan. Makassar : Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Kusumawati, A. 2012. Pengaruh dimensi budaya, kewajiban moral dan planned behaviour terhadap Kepatuhan Wajib Pajak, (Online), (http://unhas.ac.id, diakses 11 November 2014).

Mardiasmo. 1997. Perpajakan. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

Novialia. 2013. Pengaruh Penagihan Pajak Aktif terhadap Realisasi Pencairan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Jakarta : Universitas Bina Nusantara.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 561/KMK.04/2000 Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika Dan Sekaligus Dan Pelaksanaan Surat Paksa. 2010. Jakarta : Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. 2000. Jakarta : Sekretaris Negara Republik Indonesia.

Pertiwi, D.P. 2014. Pengaruh Penagihan Pajak dengan Surat Teguran dan Surat Paksa terhadap Efektivitas Pencairan Tunggakan Pajak. Bandung : Bina Ekonomi Majalah Ilmiah Fakultas Ekonomi Unpar Volume 18, Nomor 2.

Rifqiansyah, H., Saifi, M., dan Azizah, D.F. 2014. Analisis Efektivitas Dan Kontribusi Penagihan Pajak Aktif Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak. Jurnal Administrasi Bisnis, (Online), Vol. 15, No. 1,

Page 65: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

75

(http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id, diakses 22 November 2014).

Resmi, S. 2008. Perjakan Teori Dan Kasus Edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.

Said, D., Mardiana, R., Rahmatia, Amar, M.Y., Habbe, A.H., Damayanti, R.A., Pontoh, G., Djaya, Y., Thayf, H.S., dan Fattah, S. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi. Makassar: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin.

Salman, K.R. dan Farid, M. 2008. Pengaruh Sikap dan Moral Wajib Pajak pada Industri Perbankan di Surabaya. Surabaya : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.

Sekaran, U. dan Bougie, R. 2013. Research Method for Business (Sixth Edition). John Wiley & Sons Ltd.

Setiyani, R. 2008. Deterrent Effect. Jakarta : FISIP UI.

Suandy, E. 2008. Hukum pajak edisi 4. Jakarta : Salemba Empat.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta.

Sukmana, A. 2013. Penerapan Hukum Pajak Atas Tunggakan Pajak Daerah di Dinas Pelayanan Pajak Provinsi DKI Jakarta. Jurnal Ekono Insentif Kopwil4, Volume 7 No. 1, ISSN: 1907 - 0640, halaman 51 s.d 59.

Sunyoto, D. 2011. Analisis regresi dan uji hipotesis. Jakarta : CAPS.

Syahab, Z.M. dan Gisijanto, H.A. 2008. Pengaruh Penagihan Pajak Dan Surat Paksa Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Badan. Depok : Jurnal Ekonomi Bisnis No. 2 Vol. 13.

Tunas, D.S. 2013. Efektivitas Penagihan Tunggakan Pajak dengan Menggunakan Surat Paksa. Manado : Jurnal Emba Vol.1 No.4 Desember 2013, Hal. 1520-1531 ISSN 2303-1174.

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. 2000. Jakarta : Sekretaris Negara Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. 2007. Jakarta : Sekretaris Negara Republik Indonesia.

Widyaningsih, D.N. 2011. Efektivitas Tindakan Penagihan Aktif terhadap Pencairan Tunggakan Pajak di KPP Pratama Karanganyar. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.

Page 66: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

76

Yuliana, K.N. 2008. Pengaruh Pelaksanaan Tindakan Penagihan Aktif terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Pada KPP Pratama Kota Balikpapan. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Yuliana. 2012. Analisis Pengaruh Persepsi Pentingnya Etika Dan Tanggung Jawab Sosial, Sifat Machiavellian, Dan Keputusan Etis Terhadap Niat Berpartisipasi Dalam Penghindaran Pajak. Semarang : Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro.

Page 67: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

77

Page 68: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

78

Lampiran 1

BIODATA

Identitas Diri

Nama : Azriel Alam

Tempat, Tanggal Lahir : Ujung Pandang, 4 Juni 1995

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Bumi Tamalanrea Permai Blok G baru No.70, Makassar

No. Telepon : 0851 4519 5406

Email : [email protected]

Riwayat Pendidikan

Pendidikan Formal

a. TK Bukatun Mubarakah (Tahun 1999 – 2000)

b. SD Inpres Tamalanrea VI (Tahun 2000 – 2006)

c. SMP Negeri 30 Makassar (Tahun 2006 – 2009)

d. SMA Negeri 17 Makassar (Tahun 2009 – 2011)

e. S1 Akuntansi Universitas Hasanuddin (Tahun 2011 - 2016)

Riwayat Organisasi

1. Anggota Marching Band Gema Suara 17 Makassar Periode 2009 - 2011.

2. Anggota Departemen Hubungan Masyarakat Ikatan Mahasiswa Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin Periode 2013 - 2014.

3. Anggota Departemen Sumber Daya Insani Forum Studi Ekonomi Islam

Universitas Hasanuddin Periode 2012 - 2013

4. Bendahara Umum Forum Studi Ekonomi Islam Universitas Hasanuddin 2013

- 2014.

Demikian biodata ini dibuat dengan sebenarnya.

Makassar, 11 Agustus 2016

Azriel Alam

Page 69: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

79

Lampiran 2

HASIL UJI REGRESI

Regression Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Pencairan Tunggakan Pajak (Y) 1.98E9 1.730E9 36

Surat Teguran (X1) 413.58 271.565 36

Surat Paksa (X2) 692.08 311.821 36

SPMP (X3) 25.14 20.490 36

Correlations

Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

Surat Teguran (X1)

Surat Paksa (X2)

Pearson Correlation Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

1.000 .177 .738

Surat Teguran (X1) .177 1.000 .524

Surat Paksa (X2) .738 .524 1.000

SPMP (X3) .872 -.078 .551

Sig. (1-tailed) Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

. .151 .000

Surat Teguran (X1) .151 . .001

Surat Paksa (X2) .000 .001 .

SPMP (X3) .000 .325 .000

N Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

36 36 36

Surat Teguran (X1) 36 36 36

Surat Paksa (X2) 36 36 36

SPMP (X3) 36 36 36

Correlations

SPMP (X3)

Pearson Correlation Pencairan Tunggakan Pajak (Y) .872

Surat Teguran (X1) -.078

Surat Paksa (X2) .551

SPMP (X3) 1.000

Sig. (1-tailed) Pencairan Tunggakan Pajak (Y) .000

Surat Teguran (X1) .325

Surat Paksa (X2) .000

SPMP (X3) .

N Pencairan Tunggakan Pajak (Y) 36

Surat Teguran (X1) 36

Surat Paksa (X2) 36

SPMP (X3) 36

Page 70: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

80

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered Variables Removed Method

1 SPMP (X3), Surat Teguran (X1), Surat Paksa (X2)

. Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the

Estimate

1 .927a .859 .846 6.799E8

Model Summaryb

Model

Change Statistics

Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .859 64.886 3 32 .000 1.245

a. Predictors: (Constant), SPMP (X3), Surat Teguran (X1), Surat Paksa (X2) b. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 8.999E19 3 3.000E19 64.886 .000a

Residual 1.479E19 32 4.623E17

Total 1.048E20 35

a. Predictors: (Constant), SPMP (X3), Surat Teguran (X1), Surat Paksa (X2) b. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

B Std. Error

1 (Constant) -8.968E8 2.849E8

Surat Teguran (X1) 422954.577 580397.988

Surat Paksa (X2) 1751829.256 603858.889

SPMP (X3) 59423734.546 7849373.364

Coefficientsa

Model

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations

Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) -3.148 .004 Surat Teguran (X1)

.066 .729 .471 .177 .128 .048

Surat Paksa (X2) .316 2.901 .007 .738 .456 .193

SPMP (X3) .704 7.571 .000 .872 .801 .503

Page 71: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

81

Coefficientsa

Model

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 (Constant) Surat Teguran (X1) .532 1.881

Surat Paksa (X2) .373 2.684

SPMP (X3) .511 1.958

a. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean

Std. Deviation N

Predicted Value -7.91E8 6.44E9 1.98E9 1.603E9 36

Std. Predicted Value -1.731 2.777 .000 1.000 36

Standard Error of Predicted Value

1.481E8 4.328E8 2.212E8 50080358.717

36

Adjusted Predicted Value

-9.37E8 6.32E9 1.97E9 1.599E9 36

Residual -1.428E9 2.065E9 .000 6.501E8 36

Std. Residual -2.101 3.037 .000 .956 36

Stud. Residual -2.176 3.281 .010 1.016 36

Deleted Residual -1.533E9 2.410E9 14426412.488

7.352E8 36

Stud. Deleted Residual -2.320 3.965 .030 1.106 36

Mahal. Distance .690 13.209 2.917 2.098 36

Cook's Distance .000 .450 .033 .081 36

Centered Leverage Value

.020 .377 .083 .060 36

a. Dependent Variable: Pencairan Tunggakan Pajak (Y)

Charts

Page 72: SKRIPSI - CORE · secara simultan variabel surat teguran, surat paksa dan SPMP berpengaruh terhadap pencairan tunggakan pajak. Kata kunci: surat teguran, surat paksa, surat perintah

82