BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk meningkatkan derajat kesehatan. Lima kebutuhan dasar manusia yang paling penting meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Setiap orang memerlukan tidur yang cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal (1) . Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan oleh jumlah jam tidur (kuantitas tidur) dan kedalaman tidur (kualitas tidur). Setiap manusia membutuhkan waktu tidur kurang lebih sekitar sepertiga waktu hidupnya atau sekitar 6-8 jam sehari, dengan waktu tidur yang cukup maka kita akan merasa segar bugar ketika bangun pagi dan siap melakukan berbagai aktifitas sepanjang hari. Kualitas tidur dikatakan baik jika tidur nyenyak, tidak sering terbangun di tengah malam dan tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti. Sedangkan kualitas tidur yang buruk sering terbangun di tengah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Lima kebutuhan dasar manusia yang paling
penting meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan,
kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan
aktualisasi diri. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
termasuk ke dalam kebutuhan fisiologis. Setiap orang memerlukan tidur yang
cukup agar tubuh dapat berfungsi secara normal. Pada kondisi istirahat dan tidur,
tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hingga
berada dalam kondisi yang optimal (1).
Kebutuhan tidur yang cukup ditentukan oleh jumlah jam tidur (kuantitas
tidur) dan kedalaman tidur (kualitas tidur). Setiap manusia membutuhkan waktu
tidur kurang lebih sekitar sepertiga waktu hidupnya atau sekitar 6-8 jam sehari,
dengan waktu tidur yang cukup maka kita akan merasa segar bugar ketika bangun
pagi dan siap melakukan berbagai aktifitas sepanjang hari. Kualitas tidur
dikatakan baik jika tidur nyenyak, tidak sering terbangun di tengah malam dan
tidak mengalami gangguan-gangguan yang berarti. Sedangkan kualitas tidur yang
buruk sering terbangun di tengah malam dan sulit untuk kembali tertidur. Kualitas
tidur buruk dapat mempengaruhi terjadinya hipertensi (2).
Hipertensi merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Prevalensi yang terus
meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok, obesitas,
Berdasarkan data pada tabel 4.1 diatas, karakteristik responden lebih
banyak terdapat kategori usia dewasa 41-60 tahun sebanyak 76 responden
(93,8%), berdasarkan jenis kelamin responden, jenis kelamin perempuan lebih
banyak daripada laki-laki yaitu berjumlah 49 orang (60,5%) dan berdasarkan
pekerjaan, responden terbanyak menderita hipertensi yaitu IRT yaitu sebanyak 32
responden (39,5%). Berdasarkan Kualitas tidur, responden lebih banyak yang
memiliki kualitas tidur buruk yaitu 53 responden (65,4%). Dan hipertensi
berdasarkan derajatnya, yang paling banyak diderita oleh responden adalah
hipertensi derajat I yang berjumlah 50 responden (61,7%).
4.3 Analisis Bivariat
Hasil analisa data mengenai pengaruh kualitas tidur dan hipertensi dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Pengaruh Kualitas Tidur Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
No Kualitas tidur
HipertensiTotal p valueHipertensi
Derajat IHipertensi Derajat II
n % n % n %1 Baik 21 75 7 25 28 100
0,072 Buruk 29 54,7 24 45,3 53 100
28
Dari tabel 4.2 Hasil analisis diatas menunjukkan bahwa dari 28 pasien yang
memiliki kualitas tidur baik terdapat 21 responden menderita hipertensi derajat I
(75%) dan 7 responden menderita hipertensi derajat II (25%). Sedangkan dari 53
pasien yang memiliki kualitas tidur buruk terdapat 29 responden menderita
hipertensi derajat I (54,7%) dan 24 responden menderita hipertensi derajat II
(45,3%).
Dari hasil analisis menggunakan uji chi-square didapatkan p value 0,07
( p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh kualitas tidur
terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam
BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
4.4 Pembahasan4.4.1 Analisis Univariat
Berdasarkan karakteristik responden, secara persentase didapatkan usia
terbanyak penderita hipertensi yang berobat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam
BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yaitu usia 41-60 tahun sebanyak 76
responden (93,8%), yaitu 31 responden laki-laki dan 45 responden perempuan.
Insiden hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur, hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Oktora 2007 (40) di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
tahun 2005, melaporkan bahwa penderita hipertensi meningkat secara nyata pada
kelompok umur ≥45 tahun, yaitu sebesar 55,55%. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami
penebalan karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (33).
Penelitian lainnya dilakukan oleh Gusmira 2012 (41) menggunakan metode
nonprobability sampling di puskesmas wilayah Depok didapatkan bahwa
kelompok usia terbanyak adalah 50-59 tahun (37,8%). Penelitian yang dilakukan
Apriany dan Mulyati 2012 (11) juga memaparkan bahwa penderita hipertensi di
RSUD Tugureji Semarang meningkat pada umur >56 tahun, yaitu sebesar 39,5%.
Penelitian Rasmaliah et al 2004 (42) Melaporkan proporsi penderita hipertensi di
puskesmas pekan labuhan kota medan meningkat pada umur 45-60 tahun, yaitu
sebesar (38,8%). Pada penelitian yang dilakukan Suryati 2005 (43) di Rumah Sakit
Islam Jakarta, melaporkan bahwa penderita hipertensi umumnya berusia antara
29
36-50 tahun yaitu 56,7%. Penelitian Anggraini et al (2008) (34) menyebutkan
kelompok usia terbanyak adalah ≥45 tahun (89,1%).
Berdasarkan jenis kelamin didapatkan hasil bahwa perempuan lebih
banyak mengalami hipertensi daripada laki-laki yaitu sebanyak 49 responden
(60,5%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Pratiwi 2011 (44) dengan
metode pre-exsperimental di Poliklinik Khusus Hipertensi RSUP. Dr. M. Djamil
Padang, didapatkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami hipertensi yaitu
sebanyak 30 responden (60%). Penelitian Gusmira (2012) (41) menggunakan
metode nonprobability sampling di Puskesmas wilayah Depok tahun 2010 juga
memaparkan bahwa perempuan lebih banyak mengalami hipertensi yaitu 53
pasien (71,6%).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Kurnia 2007 (45) menggunakan metode
case series di rumah sakit umum kota padang panjang juga menunjukan bahwa
perempuan lebih banyak mengalami hipertensi yaitu 115 orang (61,2%). Dari
hasil penelitian Anggraini et al (2008) (34) didapatkan hasil lebih dari setengah
penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%, sedangkan penelitian
Apriany dan Mulyati 2012 (11) menunjukkan perempuan lebih sering mengalami
hipertensi yaitu sebanyak 26 responden, yaitu sebanyak 60,5%. Menurut Cortas
2008 (32) prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang
belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan
dalam meningkatkan kadar HDL. Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan
faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Sedangkan
menurut Julianty (2001) dikutip dalam Rayhani 2005 (46) didapatkan responden
wanita mempunyai risiko 1,53 kali terkena hipertensi dibandingkan dengan pria.
Pada distribusi responden berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa
kelompok pekerjaan yang paling banyak menderita hipertensi adalah IRT yaitu 32
orang (39,5%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Gusmira
2012 (41) menggunakan metode nonprobability sampling di puskesmas wilayah
depok tahun 2010 yang menyebutkan bahwa kelompok pekerjaan yang terbanyak
mengalami hipertensi yaitu IRT sebanyak 55 orang (74,3%) dan penelitian
Sigalingging 2011 (47) menggunakan metode cross-sectional di Rumah Sakit
30
Umum Herna Medan tahun 2011 didapatkan kelompok pekerjaan tebanyak
mengalami hipertensi adalah kelompok IRT yaitu sebanyak 40 orang (50%).
Penelitian Andriani 2004 (48) juga memaparkan bahwa proporsi IRT yang
menderita hipertensi lebih tinggi 46,5% dibandng pekerjaan yang lainnya.
Penelitian Apriany dan Mulyati 2012 (11) jenis pekerjaan pda subjek penelitian
sebagian besar adalah IRT (46,7%). Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga juga erat
kaitannya dengan kurangnya aktifitas fisik. Hal ini yang dapat meningkatkan
risiko IRT menderita hipertensi.
Berdasarkan data distribusi frekuensi kualitas tidur dari hasil penelitian
terhadap 81 pasien hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan bahwa sebagian besar responden yaitu 53
orang memiliki kualitas tidur buruk (65,4%), yaitu 23 responden laki-laki dan 30
responden perempuan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Umami dan Priyanto 2013 (49) terhadap 70 responden didapatkan
juga bahwa sebagian besar responden memiliki kualitas tidur buruk yaitu
sebanyak 47 responden (67,1) dan responden yang memiliki kualitas tidur baik
sebanyak 17 orang (24,3). Buruknya kualitas tidur disebabkan oleh meningkatnya
latensi tidur, berkurangnya efisiensi tidur dan terbangun lebih awal karena proses
penuaan. Proses penuaan tersebut menyebabkan penurunan fungsi
neurontransmiter yang ditandai dengan menurunnya distribusi norepinefrin. Hal
itu menyebabkan perubahan irama sirkadian, dimana terjadi perubahan tidur pada
fase NREM 3 dan 4. Sehingga lansia hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur
dalam. Selain itu gangguan tidur menjadi lebih sering dialami seiring dengan
bertambahnya usia sehingga sering mengalami tidur yang tidak berkualitas (50) .
Berdasarkan data distribusi frekuensi derajat hipertensi dari hasil
penelitian terhadap 81 pasien hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh didapatkan bahwa sebagian besar
responden mengalami hipertensi derajat I yang berjumlah 50 responden (61,7%),
yaitu 18 responden laki-laki dan 32 responden perempuan. Hal ini sejalan dengan
penelitian Kurnia 2007 (45) menunjukkan bahwa pada derajat hipertensi I proporsi
yang paling tinggi yaitu 96,20 %. Hal yang sama juga seperti penelitian Wahyuni
2004 (51) di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura yang memperoleh proporsi
31
penderita hipertensi I yaitu sebesar 55,0%. Peningkatan tekanan darah atau
hipertensi lebih cenderung terjadi pada orang-orang yang kurang tidur, karena jika
kurang tidur mengakibatkan tekanan darah naik dan meningkatkan resiko
serangan jantung, diabetes melitus dan penyakit lainya. Faktor kurang tidur tidak
saja menjadi penyebab adanya hubungan dengan perubahan tekanan darah, tetapi
ada faktor lain yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah yaitu faktor
umur, jenis kelamin dan genetik, serta faktor- faktor lainnya seperti merokok,
obesitas, alkohol, aktivitas fisik.
4.4.2 Analisis Bivariat
Berdasarkan dari tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 53 pasien yang
memiliki kualitas tidur buruk terdapat 29 responden menderita hipertensi (54,7%).
Sedangkan dari 28 pasien yang memiliki kualitas tidur baik terdapat 21 responden
menderita hipertensi (75%), dari hasil uji chi-square didapatkan bahwa tidak ada
pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi dengan p value 0,07 ( p >
0,05). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Angkat
2009 (12) menggunakan metode cross-sectional yang melaporkan bahwa kualitas
tidur yang buruk tidak mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Penelitian
lainnya yang dilakukan Noviani et al 2011 (50) menggunakan metode korelasi
kuantitatif juga melaporkan bahwa tidak ada pengaruh antara kualitas tidur
dengan hipertensi.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rong et al 2012 (52) menggunakan metode
cross-sectional juga melaporkan tidak adanya pengaruh antara kualitas tidur yang
buruk dengan kejadian hipertensi, baik dalam skor kualitas tidur, latensi tidur, dan
persentase efisiensi tidur dan kualitas tidur yang buruk dengan hipertensi.
Penelitian Bruno et al 2013 (53) juga memaparkan bahwa tidak ada pengaruh
antara kualitas tidur yang buruk dengan hipertensi pada pasien yang berobat ke
Unit Rawat Jalan. Tidak adanya pengaruh tersebut disebabkan oleh karena
hipertensi dapat disebabkan oleh multifaktorial bukan hanya kualitas tidur yang
buruk melainkan karena faktor usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan
hipertensi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi hipertensi adalah asupan garam,
obesitas, aktivitas fisik, merokok, stress, minuman beralkohol dan obat-obatan.
Masing-masing faktor memiliki peran dalam menaikan tekanan darah (34).
32
Hal yang berbeda dilaporkan oleh Cappuccio et al 2007 (54) menunjukkan
adanya pengaruh antara kualitas tidur dan tekanan darah. Penelitian mengaitkan
kualitas tidur yang buruk terhadap peningkatan risiko tekanan darah tinggi.
Kehilangan waktu tidur dapat berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi. Ini
karena kekurangan waktu tidur membuat sistem saraf berada pada keadaan
hiperaktif, yang kemudian mempengaruhi sistem seluruh tubuh, termasuk jantung
dan pembuluh darah. Penelitian Gottlieb et al (2006) (55) memaparkan bahwa
kurang tidur atau kualitas tidur yang buruk dapat mengubah mekanisme
pengaturan tekanan darah dan dapat meningkatkan risiko hipertensi. Hal serupa
juga dilaporkan Suraj et al 2008 (56) yang memaparkan bahwa durasi tidur yang
berkurang secara signifikan meningkatkan resiko hipertensi.
Hal yang sama juga dilaporkan oleh Gangwisch et al 2006 (57) yang
menunjukkan hubungan nyata terkait durasi waktu tidur dan potensi mengalami
tekanan darah tinggi. Tidur akan membuat denyut jantung menjadi lebih lambat
dan menurunkan tekanan darah secara signifikan. Sehingga seseorang yang durasi
tidurnya tergolong kurang akan membuat tekanan darah dan denyut jantung naik.
Penelitian Wang et al 2012 (58), yang menyatakan durasi tidur yang pendek, selain
dapat meningkatkan rata-rata tekanan darah dan denyut jantung, juga
meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatik sehingga bisa mengakibatkan
hipertensi berkelanjutan. Selain itu, gangguan pada ritme sikardian akibat durasi
tidur pendek juga merupakan salah satu faktor potensial dalam mekanisme ini.
bahwa penurunan durasi tidur mengakibatkan gangguan metabolik dan endokrin
yang sangat berpengaruh mengatur regulasi tekanan darah sehingga apabila terjadi
gangguan akan meningkatkan resiko terjadinya hipertensi. Penjelasan tersebut
juga mendukung kepada hasil penelitian Javaheri 2008 dikutip dalam Angkat
2009 (12) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan
tekanan darah, yakni kualitas tidur yang buruk menyebabkan peningkatan tekanan
darah (hipertensi).
Kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan meningkatnya resiko
hipertensi, dan dengan demikian akan meningkatkan resiko penyakit
kardiovaskular. Begitu juga sebaliknya, orang yang menderita hipertensi akan
memiliki resiko mendapatkan kualitas tidur yang buruk (59). Penderita hipertensi
33
biasanya memerlukan waktu yang lebih lama untuk mulai tertidur (60). Tidak
seperti orang normal yang biasanya tertidur dalam waktu 20 menit. Selain itu,
gejala-gejala yang biasa dialami penderita hipertensi seperti pusing, rasa tidak
nyaman, sulit bernafas, sulit tidur dan mudah lelah dapat membangunkan
penderita dari tidurnya sehingga penderita tidak mendapatkan tidur yang cukup
yang nantinya akan berdampak pada aktivitas di keesokan harinya (59).
4.3 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan sebuah penelitian adalah kelemahan atau hambatan dalam
penelitian yang dihadapi oleh peneliti. Keterbatasan–keterbatasan dalam
penelitian ini adalah:
1. Keterbatasan dalam berkomunikasi dengan para responden yang sedang
dalam keadaan terburu-buru.
2. Masih terdapat faktor lain seperti aktifitas fisik, pola makan, obesitas, stress
serta faktor-faktor lainnya yang turut mempengaruhi terjadinya hipertensi dan
belum dapat dikendalikan dengan baik oleh peneliti dan membutuhkan
penelitian lebih lanjut.
3. Proses pengumpulan data dengan teknik wawancara membutuhkan waktu
yang lama untuk setiap responden dan terkadang proses wawancara terganggu
dengan kondisi sekitar.
4. Dalam proses pengambilan data kemungkinan sampel penelitian menjawab
pertanyaan dari peneliti tidak jujur sepenuhnya.
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN
34
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan data hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang sudah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh kualitas tidur
terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam
BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
5.2 Saran
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan di BLUD RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Aceh khususnya yang bertugas di Poliklinik Penyakit Dalam untuk dapat
memberikan informasi tambahan tentang kesehatan kepada pasien yang datang
berobat khususnya tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
hipertensi, sehingga menurunkan angka kecacatan dan angka kematian akibat
hipertensi dan komplikasinya.
2. Pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan mengatur pola makan, olahraga
secara teratur, pengaturan berat badan, tidak merokok dan konsumsi alkohol,
mengurangi konsumsi garam, istirahat yang cukup serta memeriksa tekanan
darah secara teratur.
3. Kepada peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan
lebih baik tentang pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi dengan
menggunakan desain penelitian yang lebih baik dan menggunakan sampel yang
lebih besar serta memperhatikan faktor-faktor resiko lain yang mungkin
mempengaruhi terjadinya hipertensi seperti faktor aktifitas fisik, pola makan,
obesitas, dan stress. Serta penelitian dilakukan dengan tingkat pembuktian
yang lebih tinggi mengenai kualitas tidur dengan hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dariyo, A. Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo; 2008:
35
p.123-124.2. Lanywati, D. Insomnia: Gangguan Sulit Tidur. Yogyakarta: Kanisius; 2001:
4. Baradero, M; Dayrit M.W; Siswadi, Y. Gangguan Kardiovaskular : Seri Asuhan Keperawatan. Ester M, editor. Jakarta: EGC; 2008: p. 49-51.
5. Pinzon, R dan Asanti, L. Awas Stroke! Pengertian,Gejala,Tindakan,Perawatan dan Pencegahan. ed.1. Yogyakarta: ANDI; 2010: p. 7-8.
6. Rahajeng, E dan Tuminah, SS. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya Di Indonesia. maj kedokt indon. 2009 Desember: p. 580-587.
7. Lubis, YA. Pengaruh Obsitas Terhadap Kejadian Hipertensi. skripsi. Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, Fakultas Kedokteran; 2013: p. 1.
8. Kamaluddin, R. Pertimbangan dan Alasan Pasien Hipertensi Mengalami Terapi Altrnatif Komplementer Bekam di Kabupaten Banyumas. Jurnal Keperawatan Soedirman. 2010: 5(2): 95-104.
9. Riset Kesehatan Dasar(RISKESDAS). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta; 2007: p.110-113.
10. Prasetyorini, H.T dan Prawesti, D. Stress Pada Penyakit Terhadap Kejadian Komplikasi Hipertensi Pada Pasien Hipertensi. Jurnal STIKES. 2012: 5(1): 61-70 .
11. Apriany, REA dan Mulyati, T. Asupan Protein, Lemak Jenuh, Natrium, Serat dan IMT Terkai dengan Tekanan Darah Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang. Journal of Nutrition College. 2012:1(1):21-29.
12. Angkat, DNS. Hubungan Antara Kualitas Tidur dengan Tekanan Darah Pada Remaja Usia 15-17 Tahun Di SMA Negeri 1 Tanjung Morawa. skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kedokteran; 2009: p. 12-19..
13. Kristen, K. Cauter, E.V, Rathouz, P.J, Hulley S.B, Liu, K, Lauderdale, D.S, et al. Association between sleep and blood pressure in mid life: The CARDIA Sleep Study. Archives of Internal Medicine. 2009: 169(11):1055-1061
14. Asmadi. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien Jakarta: Salemba Medika; 2008: p. 133-135.
15. Arifin, AR; Ratnawati; Burhan E. Fisiologi Tidur dan Pernapasan. Jurnal Respirologi Indonesia. 2010;30(1):1-12.
16. Hidayat, AA. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2008: p. 111-113.
17. Japardi, I. Gangguan Tidur. Sumatera Utara : Bagian Bedah FK USU. 2002.p.1-11
18.Alawiyah, T. Gambaran Gangguan Pola Tidur Pada Perawat Di RS. Syarif
36
Hidayatullah. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; 2009: p.6-7.
19.Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Asdie AH, Editor. Jakarta : EGC ; 2000: p.190-194.
20.Arifin, Z. Analisis Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Depok: Universitas Indonesia, Program Studi Magister Ilmu Keperawatan Peminatan Keperawatan Medikal Bedah; 2011: p.35-41.
21.Khasanah, K dan Hidayati, W. Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial "Mandiri" Semarang. Jurnal Nursing Studies. 2012: 1(1):189-196.
22.Sulistiyani, C. Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 2012:1 (2):280 – 92.
23.Rafknowledge. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2004: p. 9-13.
24.Agustin D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Pada Pekerja SHIFT Di PT Krakatau Tirta Industri Cilegon. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia, Fakultas Ilmu Keperawatan; 2012: p.21-23.
25.Febriani, D dan Yunus, F. Hubungan Obstructive Sleep Apnea dengan Kardiovaskular. Jurnal Kardiologi Indonesia. 2011; 32(1):45-52.
26.Sanningtyas, A. Studi Kualitas Tidur Pegawai Institut Pertanian Bogor. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Departemen Biologi; Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam; 2013. p. 1-8.
27.Sugiharto, A. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Grade II. tesis. semarang: Universitas Diponegoro, Program Studi Magister Epidemiologi ; 2007: p. 21-22.
28.Gunawan, L. Hipertensi. Yogyakarta: Kanisius; 2007 : p. 21-28.
29.Wilms, J.L; Schneiderman, H; Algranati, PS. Diagnosis Fisik : Evaluasi Diagnosis dan Fungsi di Bangsal. Ed.1. Widjaja AC, Sadikin V, Setio M, editors. Jakarta: EGC; 2003. P.53-61.
30.Rahayu, H. Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat RW 01 Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa Kota Jakarta Selatan. Skripsi. Depok: UI, Fakultas Ilmu Keperawatan ; 2012 :P. 11-12.
31.Sarasaty, RF. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Kelompok Lanjut Usia di Kelurahan Sawah Baru, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah , Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan; 2011: p. 27-33.
32.Cortas, K. Hypertension Last Update May 2008. Available from: http://emedicine.com. [Diakses 8 Juli 2013]. p. 394-402.
33.Kumar, V. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease. 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders; 2005. p. 528-29.
Faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat Di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkingan Periode Januari Sampai Juni 2008. Riau: UNRI, Fakultas Kedokteran; 2008: p. 9-10.
35.Dalimartha, S dan Purnama, B. Care your Self Hipertensi Jakarta; 2008: p. 13-15.
37.Nursalam . Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed.2. Jakarta: Salemba Medika; 2008: p. 93.
38.Sastroasmoro, S dan Ismael, S. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Ed.4. Jakarta: sagung seto; 2011: p. 94.
39.The National Heart Lung and Blood Institute. 2004. Reference Card From the Seventh of Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure(JNC 7). Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/guidelines/hypertension/phycard.pdf. (Diakses 8 juli 2013): p. 1-8.
40.Oktora, R. Gambaran Penderita Hipertensi yang Di Rawat Inap Di Bagian Penyakit Dalam RSUD Arifin Achmad Pekan Baru. Skripsi. Riau: FK UNRI; 2007: p. 41-42.
41.Gusmira, S. Evaluasi Penggunaan Antihipertensi Konvensional dan Konvensional Bahan Alam Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Wilayah Depok. Jurnal Makara Kesehatan. 2012: 16(2): p. 77-83
42.Rasmaliah; Siregar FA; Jumadi. Gambaran Epidemiologi Penyakit Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. Info Kesehatan Masyarakat. 2004: 9(2): p. 101-108.
43.Suryati, A. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Essensial Di RS Islam. Jakarta: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan; 2005:1(2): p.183-192.
44.Pratiwi, D. Pengaruh Konseling Obat Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Poliklinik Khusus RSUP DR. M. Djamil. Tesis. Padang. Universitas Andalas; 2011 : p. 11-12
45.Kurnia, R. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Di Rawat Inap Di Bagian Penyakit Dalam RSU Kota Padang Panjang Sumatera Barat. Skripsi. Sumatera Barat : Universitas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat; 2007: p. 34.
46.Rayhani F. Epidemiologi Penderita Hipertensi Esensial yang Dirawat di Bagian Penyakit Dalam Perjan RS DR. M. Djamil Padang Periode 1 Januari 2002 - 31 Desember 2003. Skripsi. Padang: 2005. p. 32.
47.Sigalingging, G. Karakteristik Penderita Hipertensi Di RSU Herna. Skripsi. Medan: Universitas Darma Agung, Fakultas Ilmu Keperawatan; 2011: p. 4-6.
48.Andriyani. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Di Rawat Inap Di RS Tingkat Daerah II Militer Bukit Barisan Medan Tahun 2002-2003. Skripsi.
Sumatera Utara: Universittas Sumatera Utara, Fakultas Kesehatan Masyarakat; 2004: p. 105-106
49.Umami, R. Dan Priyanto, S. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Fungsi Kognitif dan Tekanan Darah Lansia Di Desa Pasuruhan Kecamatan Mertoyudan Kabupaten Magelang : Jurnal Universitas Muhammadiyah Magelang, Fakultas Ilmu Kerperawatan; 2013 : p. 5-6.
50.Noviani, O; Handoyo; Safrudin. Hubungan Lama Tidur Dengan Perubahan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Posyandu Lansia Desa Karang Aren. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan. 2011; 7(2): p. 66-67.
51.Wahyuni, S. Karakteristik Penderita Hipertensi yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Tanjung Pura tahun 2002-2003. Skripsi. FKM USU; 2004; p. 60-61.
52.Rong, JY. Hui, W. Quan, HC. Rong, DB. Association between sleep quality and arterial blood pressure among Chinese nonagenarians/centenarians: Med Sci Monit 2012;18(3): p. 36-42.
53.Bruno, RM. Palagini, L. Gemignani, A . Virdis, A. Giulio, A., Ghiadoni. Et al. Poor sleep quality and resistant hypertension. Sleep Med US National Library of Medicine National Institutes of Health. 2013 14(11): p. 1157-1163.
54.Cappuccio FP, Stranges S, Kandala NB, Miller MA, Taggart FM, Kumari M, et al. Gender-specific associations of short sleep duration with prevalent and incident hypertension: The whitehall ii study. Hypertension 2007; 50: p. 693–700.
55.Gottlieb DJ, Redline S, Nieto FJ, Baldwin CM, Newman AB, Resnick HE, et al. Association of usual sleep duration with hypertension: the sleep heart health study. Sleep 2006; 29: p. 1009–1014
56.Suraj K, Fatima H. Sert K, Virend K. Somers. Sleep Apnea and Hypertension: Interactions and Implications for Management. Hypertension 2008;51: p. 605-608.
57.Gangwisch JE, Heymsfield SB, Boden-Albala B, Buijs RM, Kreier F, Pickering TG, et al. Short sleep duration as a risk factor for hypertension: analyses of the first national health and nutrition examination survey. Hypertension 2006; 47: p. 833–839.
58.Wang Q, Xi B, Liu M, Zhang Y, Fu M. Short sleep duration is associated with hypertension risk among adults: A systematic review and meta-analysis. Hypertens Res 2012; 35: p. 1012–1018.
59.Potter, P.A dan Perry, A.G. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, Dan Praktik. Edisi 4.Volume 1.Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta : EGC; 2005: p. 189-196.
60Mansoor, G. A. (2000). Poor Sleep Quality among Hypertensive Patients May cause a Nondipper Circadian Blood Pressure Profile. American Journal of Hypertension. http://www.nature.com/ajh/journal/v13/n2s/abs/ajh2000784a.html. diakses 24 Februari 2014. p. 224-225.
Bulan (Tahun 2013 – 2014) o 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
1 StudiKepustakaan
2 Seminar Proposal
3 Pengambilan Data
4 Pengolahan Data
5 PembuatanSkripsi
6 SidangSkripsi
40
Lampiran 2
INFORMED CONSENT
Kepada Yth :
Calon Responden Penelitian
di –
Tempat
Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Dian Ramadhana
NIM : 1007101010026
Alamat: Kampung Jawa Banda Aceh
Adalah mahasiswi program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Syiah Kuala yang akan mengadakan penelitian untuk menyusun skripsi
41
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran. Adapun
penelitian ini berjudul : “Pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi pada
pasien rawat jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RS Zainoel Abidin Banda
Aceh”.
Penelitian ini tidak menggunakan spesimen dari tubuh saudara, seperti darah
dan urine, serta tidak berbahaya bagi kesehatan saudara. Semua data yang saudara
berikan, akan kami jamin kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk penelitian ini.
Setelah saudara mengikuti penelitian ini, saudara akan mengetahui pengaruh
kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi. Demikianlah penjelasan saya tentang
penelitian ini, semoga bermanfaat. Terimakasih.
Banda Aceh, 2014
Hormat saya
(Dian Ramadhana)
PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Setelah membaca inform consent yang diberikan yang diberikan, dengan
ini saya menyatakan bersedia/tidak bersedia untuk ikut dalam penelitian yang
berjudul “Pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian hipertensi pada pasien rawat
jalan di Poliklinik Penyakit Dalam BLUD RS Zainoel Abidin Banda Aceh” yang
dilakukan oleh saudari Dian Ramadhana, mahasiswi Program Studi Pendidikan
Dokter Fakultas Universitas Syiah Kuala.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan penuh kesadaran dan
paksaan dari siapapun.
42
Banda Aceh, 2014
Tanda Tangan Responden
Lampiran 3
Kuesioner Penelitian
PENGARUH KUALITAS TIDUR TERHADAP KEJADIAN HIPERTENSI
PADA PASIEN RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM
BLUD RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH
Tanggal :
No. Responden :
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Alamat :
43
Pekerjaan :
Jenis Kelamin : 1.Pria 2.Wanita
B. Tekanan Darah
C. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
Pertanyaan-pertanyaan dibawah ini berhubungan dengan kebiasaan tidur
Bapak/Ibu selama satu bulan yang lalu. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan adalah
jawaban yang mayoritas Bapak/Ibu alami dan lakukan selama satu bulan yang
lalu. Untuk pertanyaan nomor 1-4 jawaban dengan angka sedangkan untuk
jawaban nomor 5-9 cukup dengan memberi tanda (√) pada salah satu kolom
pilihan jawaban yang ada. Silahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah
ini.
Selama satu bulan yang lalu,
1. Jam berapa biasanya Bapak/Ibu tidur malam? ………
2. Berapa menit biasanya Bapak/Ibu mulai tertidur setiap malam?……...
3. Jam berapa Bapak/Ibu biasanya bangun setiap pagi? ………
Tekanan Darah
(mmHg)
Status
Derajat I Derajat II
44
4. Berapa jam biasanya Bapak/Ibu tidur malam? ………
Untuk pertanyaan berikut, pilih salah satu jawaban yang sesuai.
5. Selama satu bulan yang lalu, seberapa sering Bapak/Ibu mengalami hal seperti dibawah ini.a. kesulitan dalam memulai tidur (Tidak dapat tertidur dalam waktu 30
menit)
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
b. Bangun di tengah malam untuk makan atau minum.
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
c. Harus bangun untuk ke kamar mandi pada malam hari (untuk pipis)
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
d. Sesak nafas pada saat malam hari hingga tidur Anda terganggu
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
e. Batuk lebih dari 3 x semalam hingga tidur Anda terganggu
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
f. Merasa kedinginan di malam hari( bukan karena pendingin ruangan)
Tidak pernah
45
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
g. Merasa kepanasan di malam hari (bukan karena alat elektronik, seperti
AC mati)
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
h. Mimpi buruk saat tidur malam
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
i. Merasa nyeri badan
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
j. Penyebab yang lain (jelaskan) :
…………………………………………………………………………
Seberapa sering hal tersebut Bapak/Ibu rasakan?
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
6. Selama sebulan yang lalu, berapa sering Bapak/Ibu mengkonsumsi obat-
obat yang khusus diberikan oleh dokter untuk membantu tidur? (bukan
obat penenang)
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
46
Tiga atau lebih dalam seminggu
7. Selama satu bulan yang lalu, Apakah Bapak/Ibu sering mengantuk di pagi,
siang dan sore hari akibat kurang tidur pada malam hari?
Tidak pernah
Sekali dalam satu minggu
Dua kali dalam seminggu
Tiga atau lebih dalam seminggu
8. Selama satu bulan yang lalu, Seberapa besar keinginan Bapak/Ibu untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang Anda hadapi?
Tidak ingin menyelesaikan masalah
Kecil
Sedang
Besar
9. Selama satu bulan yang lalu, Bagaimana rata-rata kualitas tidur
Bapak/Ibu?
Sangat baik
Baik
Buruk
Sangat buruk
Lampiran 4
Perhitungan nilai PSQI
Gunakan skor ini untuk menilai :
KOMPONEN 1 :
Kualitas tidur subyektif Selama sebulan yang lalu, Bagaimana rata-rata kualitas tidur Bapak/Ibu ?
Sangat baik = 0Baik = 1Kurang = 2Sangat kurang = 3
KOMPONEN 2 :
Latensi tidur atau kesulitan memulai tidur
Selama sebulan yang lalu, Berapa menit biasanya Bapak/Ibu mulai tertidur setiap malam ?