PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Diajukan Oleh : YENI AVITA NPM : 06430086 i
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan Oleh :
YENI AVITANPM : 06430086
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2010
i
SKRIPSI
PENGARUH PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR PADA CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX
Tabel 4.2. Data ROA Perusahaan berturut-turut 2006 – 2008 ..........................48
Tabel 4.3. Data NPM Perusahaan berturut – turut 2006-2008............................50
Tabel 4.4. Deskripsi Variabel Penelitian.............................................................51
Tabel 4.5. Nilai DW Persamaan Regresi Pertama..............................................52
Tabel 4.6. Nilai DW Uji Persamaan Regresi Kedua...........................................53
Tabel 4.7. Nilai Statistik Kolmogorov - Smirnov...............................................56
Tabel 4.8. Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Pengaruh Penerapan
GCG terhadap ROA............................................................................57
Tabel 4.9. Nilai R2 Penerapan GCG Terhadap ROA .........................................59
Tabel 4.10 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana Pengaruh Penerapan
GCG terhadap NPM.........................................................................60
Tabel 4.11. Nilai R2 GCG terhadap NPM...........................................................62
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Model Analisa................................................................................31
Gambar 4.1. Grafik Scatterplot Untuk Persamaan Regresi Pertama..................54
Gambar 4.2. Grafik Scatterplot Untuk Persamaan Regresi Kedua ....................55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Perusahaan Sampel beserta ROA dan NPM
Lampiran 2 : Input Regresi Linier Sederhana
Lampiran 3 : Uji Normalitas Data
Lampiran 4 : Output Regresi Pengaruh GCG terhadap ROA
Lampiran 5 : Output Regresi Pengaruh GCG terhadap NPM
xiv
ABSTRAKSI
Good Corporate Governance adalah suatu sistem pengelolaan perusahaan yang dirancang untuk meningkatkan kinerja perusahaan, melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar pada Corporate Governance Perception Index (CGPI). Kinerja keuangan dalam penelitian ini diukur dengan rasio ROA dan NPM.
Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang memperoleh skor penerapan good corporate governance secara berturut-turut pada tahun 2006 sampai 2008 yang terdaftar dalam laporan Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) yaitu yang berjumlah 10 perusahaan.
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier sederhana, dimana terdiri dari dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai variabel bebas adalah penerapan Good Corporate Governance (X) sedangkan yang bertindak sebagai variabel terikat adalah Kinerja keuangan (Y) yang diukur dengan Return on Assets (ROA) (Y1) dan Net Profit Margin (NPM) (Y2).
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa penerapan Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap Return on Assets karena dilihat dari nilai probalilitas sebesar 0,262 lebih besar dari 0,05, dan penerapan Good Corporate Governance tidak berpengaruh terhadap Net Profit Margin karena dilihat dari nilai probabilitas sebesar 0,141 lebih besar dari 0,05.
Kata Kunci : Good Corporate Governance, Return On Assets, Net Profit Margin
xv
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Hal mengenai good corporate governance mulai terdengar di Indonesia sejak
tahun 1997, dimana pada saat itu bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi yang
berkepanjangan. Untuk bangkit dari krisis ekonomi tersebut bangsa Indonesia
membutuhkan waktu yang lama. Lamanya perbaikan ini disebabkan karena masih
lemah dan kurangnya perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam menerapkan good
corporate governance. Ditambah lagi dengan adanya kasus Kimia Farma pada tahun
2002 yang terjadi akibat adanya manipulasi laporan keuangan. Hal ini semakin
menambah perhatian para pelaku dunia usaha dan pihak regulator akan penerapan
good corporate governance di Indonesia. Para pelaku dunia usaha diharapkan dapat
mengubah cara mereka dalam melakukan dan mengelola bisnis mereka untuk lebih
transparan dan menciptakan korporat yang sehat.
Penerapan prinsip good corporate governance (GCG) dalam dunia usaha di
Indonesia merupakan suatu kebutuhan dalam menjalankan aktivitas bisnis, agar
perusahaan-perusahaan yang ada dapat terus bersaing dan bertahan dalam persaingan
pasar globalisasi yang semakin kompetitif sehingga perusahaan dapat mencapai
tujuannya. Salah satu tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pemilik atau pemegang saham, atau memaksimalkan
kekayaan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Brigham &
1
Housten, 2001). Peningkatan nilai perusahaan tersebut dapat dicapai jika perusahaan
mampu beroperasi dengan mencapai laba yang ditargetkan. Melalui pencapaian laba
yang ditargetkan tersebut perusahaan akan mampu memberikan deviden kepada
pemegang saham, meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Agar peningkatan nilai dan kelangsungan hidup perusahaan
mampu dipertahankan secara terus-menerus, maka perusahaan perlu menerapkan
strategi-strategi yang sesuai dengan kondisi saat ini untuk meningkatkan kinerja
perusahaan atau untuk mempertahankan kinerja perusahaan yang telah dicapai.
Prinsip-prinsip dasar dari good corporate governance (GCG) pada dasarnya memiliki
tujuan untuk memberikan kemajuan terhadap kinerja suatu perusahaan sehingga
perusahaan dapat terus bertahan dalam jangka panjang.
Good corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi
peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen
dalam menjamin akuntanbilitas manajemen terhadap stakeholders dengan
mendasarkan pada kerangka peraturan yang berlaku. Sistem good corporate
governance yang sehat harus menyediakan perlindungan yang efektif bagi para
pemegang saham dan kreditur, sehingga mereka dapat menyakinkan diri dari
mendapatkan return atas investasi yang tepat. Sistem good corporate governance
juga membantu menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan efisiensi
dan berkelanjutan bagi sektor korporat.
Good corporate governance dapat didefinisikan sebagai susunan aturan yang
menentukan hubungan antara pemegang saham, manajer, kreditur, pemerintah,
2
karyawan dan stakeholder internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak
dan tanggungjawab (FCGI, 2006). Tujuan dari penerapan good corporate governance
adalah menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan. Hal ini
disebabkan karena good corporate governance (GCG) dapat mendorong
terbentuknya pola kerja manajemen yang bersih, transparan dan profesional.
Implementasi good corporate governance dalam pengelolaan perusahaan
mencerminkan bahwa perusahaan tersebut telah dikelola dengan baik dan transparan.
Hal tersebut merupakan modal dasar bagi timbulnya kepercayaan publik sehingga
perusahaan tersebut lebih diminati investor dan dapat meningkatkan nilai sahamnya.
Selain itu, implementasi good corporate governance di perusahaan dapat membuat
akses sumber modal yang mudah dan murah, disamping memiliki risiko yang
terkendali (Effendi, 2009).
Melalui penerapan good corporate governance secara konsisten dan baik akan
menciptakan hubungan yang harmonis antara manajemen perusahaan, pemegang
saham dan para stakeholders sehingga kinerja perusahaan baik yang bersifat finansial
maupun non finansial juga akan ikut membaik. Berdasarkan dari latar belakang di
atas maka penulisan skripsi ini diberi judul “Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Yang Terdaftar Pada
Corporate Governance Perception Index”. Kinerja keuangan dalam penelitian ini
diukur dengan rasio return on assets (ROA) dan net profit margin (NPM).
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan di muka, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap
return on assets (ROA)?
2. Apakah penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap net
profit margin (NPM)?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti bukti empiris mengenai:
1. Pengaruh penerapan good corporate governance terhadap return on assets
(ROA).
2. Pengaruh penerapan good corporate governance terhadap net profit margin
(NPM).
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
beberapa pihak, antara lain:
1. Bagi perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh penerapan good
corporate governance terhadap kinerja keuangan dan menjadi bahan
4
tambahan informasi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan serta
dalam pelaksanaan good corporate governance.
2. Bagi dunia akademik
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu
pengetahuan dan tambahan referensi mengenai pengaruh penerapan good
corporate governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Serta menjadi
tambahan informasi terhadap peneliti selanjutnya mengenai pengetahuan
penerapan dan pengaruh good corporate governance pada perusahaan.
1.5. Sistematika Penulisan Skripsi
Bab I : Pendahuluan
Bab ini merupakan pendahuluan yag menjelaskan tentang hal-hal
pokok yang berhubungan dengan penulisan skripsi, meliputi latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II : Telaah Pustaka
Bab ini merupakan uraian landasan teori yang mendasari good
corporate governance dan kinerja keuangan, penelitian terdahulu,
hipotesis dan model analisa.
5
Bab III : Metoda Penelitian
Bab ini berisi uraian tentang populasi dan sampel penelitian,
indentifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan
sumber data penelitian, metode pengumpulan data dan teknik
analisa.
Bab IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab ini menjelaskan secara rinci tentang gambaran umum subyek
penelitian, analisis data dan hasil pembahasan yang dilakukan
sesuai dengan alat analisis yang digunakan.
Bab V : Simpulan dan Saran
Bab ini berisi simpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan
saran-sarannya yang berhubungan dengan penelitian serupa
dimasa yang akan datang.
6
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2.I. Landasan Teori
2.1.1. Pengertian Good Corporate Governance
Menurut Komite Cadburry, good corporate governance adalah prinsip
yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai keseimbangan
antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan
pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders
pada umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan direktur,
manajer, pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan
perkembangan perusahaan.
Sejumlah negara juga mempunyai definisi tersendiri tentang good
corporate governance (GCG). Beberapa negara mendefinisikannya dengan
pengertian yang hampir mirip walaupun ada sedikit perbedaan istilah. Kelompok
negara maju (OECD), umpamanya mendefinisikan good corporate governance
sebagai cara-cara manajemen perusahaan bertanggung jawab pada shareholder-
nya. Para pengambil keputusan di perusahaan haruslah dapat
dipertanggungjawabkan dan keputusan tersebut mampu memberikan nilai tambah
bagi shareholders lainnya. Karena itu fokus utama disini terkait dengan proses
pengambilan keputusan dari perusahaan yang mengandung nilai-nilai
transparency, responsibility, accountanbility, dan tentu saja fairness.
7
Pengertian corporate governance menurut Turnbull Report di Inggris yang
dikutip oleh Tsuguoki Fujinuma dalam Effendi (2009), didefinisikan sebagai
suatu sistem pengendalian internal perusahaan yang memiliki tujuan utama
mengelola risiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya melalui
pengamanan aset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang saham
dalam jangka panjang. Bank Dunia (World Bank) dalam Effendi (2009)
mendefinisikan good corporate governance sebagai kumpulan hukum, peraturan,
dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja sumber-
sumber perusahaan untuk berfungsi secara efisien guna menghasilkan nilai
ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham
maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan.
Menurut Forum Corporate Governance Indonesia (FCGI), pengertian
good corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya
yang berkaitan dengan hak dan tanggung jawab, atau dengan kata lain suatu
sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tim GCG BPKP
mendefinisikan good corporate governance, yaitu komitmen, aturan main, serta
praktik penyelenggaraan bisnis secara sehat dan beretika. Dalam Keputusan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor : Kep-117/M-Mbu/2002 tentang
penerapan praktik good corporate governance pada Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) dijelaskan bahwa corporate governance adalah suatu proses dan struktur
yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
8
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka
panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.
Menurut Daniri (2005: 8) beberapa aspek penting dari good corporate governance
yang perlu dipahami dalam berbagai kalangan dunia bisnis, yakni:
a. Adanya keseimbangan hubungan antara organ-organ perusahaan
diantaranya Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), komisaris, direksi.
Keseimbangan ini mencakup hal-hal yang berkaitan dengan struktur
kelembagaan dan mekanisme operasional ketiga organ perusahaan tersebut
(keseimbangan internal).
b. Adanya pemenuhan tanggungjawab perusahaan sebagai entitas bisnis
dalam masyarakat kepada seluruh stakeholder. Tanggungjawab ini
meliputi hal-hal yang terkait dengan pengaturan hubungan antara
perusahaan dengan stakeholders (keseimbangan eksternal). Di antaranya,
tanggungjawab pengelola atau pengurus perusahaan, manajemen,
pengawasan serta pertanggungjawaban kepada para pemegang saham dan
stakeholders lainnya.
c. Adanya hak-hak pemegang saham untuk mendapat informasi yang tepat
dan benar pada waktu yang diperlukan mengenai perkembangan strategis
dan perubahan mendasar atas perusahaan serta ikut menikmati keuntungan
yang diperoleh perusahaan dalam pertumbuhannya.
d. Adanya perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, terutama
pemegang sahan minoritas dan pemegang saham asing melalui
9
keterbukaan informasi yang material dan relevan serta melarang
penyampaian informasi untuk pihak sendiri yang bisa menguntungkan
orang dalam (insider information for insider trading).
2.1.2. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Tujuan dari diterapkannya good corporate governance adalah untuk
menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders)
secara berkesinambungan dalam jangka panjang. Secara teoritis, pelaksanaan
good corporate governance dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin
dilakukan oleh dewan komisaris dengan keputusan-keputusan yang
menguntungkan diri sendiri dan umumnya good corporate governance dapat
meningkatkan kepercayaan investor (Tjager, et al., 2003).
2.1.3. Manfaat Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Manfaat penerapan good corporate governance adalah memberikan
kerangka acuan yang memungkinkan pengawasan berjalan efektif sehingga
tercipta mekanisme checks and balances di perusahaan.
Menurut FCGI (2001) manfaat dari penerapan good corporate governance adalah
sebagai berikut :
1) Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses
pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi
10
operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada
stakeholders.
2) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah
sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value.
3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.
Manfaat good corporate governance (GCG) ini bukan hanya untuk saat
ini, tetapi juga dalam jangka panjang dapat menjadi pilar utama pendukung
tumbuh kembangnya perusahaan sekaligus pilar pemenang era persaingan global.
2.1.4. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Perusahaan yang telah menerapkan Corporate Governance yang baik,
seharusnya telah memenuhi prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang
dirumuskan oleh OECD (Organization for Economic Corporation and
Development). Menurut Daniri (2005: 9), secara umum terdapat 5 prinsip dasar
dari Good Corporate Governance yaitu :
1. Transparency (Keterbukaan Informasi)
Transparansi bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi, baik
dalam proses pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan
informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Menurut peraturan
di pasar modal Indonesia, yang dimaksud informasi material dan relevan
11
adalah informasi yang dapat mempengaruhi naik turunnya harga saham
perusahaan tersebut, atau yang mempengaruhi secara signifikan risiko
serta prospek usaha perusahaan yang bersangkutan.
Dalam mewujudkan transparansi ini sendiri, perusahaan harus
menyediakan informasi yang cukup, akurat, dan tepat waktu kepada
berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap
perusahaan, diharapkan pula dapat mempublikasikan informasi keuangan
serta informasi lainnya yang material dan berdampak signifikan pada
kinerja perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Selain itu, para investor
harus dapat mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada
saat diperlukan.
Ada banyak manfaat yang bisa dipetik dari penerapan prinsip ini.
Salah satunya, stakeholder dapat mengetahui risiko yang mungkin terjadi
dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian, karena adanya
informasi kinerja perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu,
jelas, konsisten, dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan
terjadinya efisiensi pasar.
Jika prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan
dimungkinkan terhindarnya benturan kepentingan (conflict of interest)
berbagai pihak dalam manajemen.
2. Accountability (Dapat Dipertanggungjawabkan)
Akuntabilitas adalah kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan
pertangungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan
12
terlaksana secara efektif. Masalah yang sering ditemukan di perusahaan-
perusahaan Indonesia adalah mandulnya fungsi pengawasan dewan
komisaris, atau justru sebaliknya, komisaris utama mengambil peran
berikut wewenang yang seharusnya dijalankan direksi. Padahal, diperlukan
kejelasan tugas serta fungsi organ perusahaan agar tercipta suatu
mekanisme pengecekan dan perimbangan dalam mengelola perusahaan.
Kewajiban untuk memiliki komisaris independen dan komite audit
sebagaimana yang ditetapkan oleh Bursa Efek Jakarta, merupakan salah
satu implementasi prinsip ini. Tepatnya, berupaya memberdayakan fungsi
pengawasan dewan komisaris. Beberapa bentuk implementasi lain dari
prinsip accountability antara lain:
a. Praktik Audit Internal yang efektif, serta
b. Kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan tanggung jawab
dalam anggaran dasar perusahaan dan Statement of Corporate Intent
(Target Pencapaian Perusahaan di masa depan)
Bila prinsip accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada
kejelasan fungsi, hak, kewajiban, wewenang, dan tanggung jawab antara
pemegang saham, dewan komisaris, serta direksi. Dengan adanya
kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency
problem (benturan kepentingan peran).
3. Responsibility (Pertanggungjawaban)
Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian (patuh) di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
13
peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini
termasuk yang berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial,
perlindungan lingkungan hidup, kesehatan atau keselamatan kerja, standar
penggajian, dan persaingan yang sehat.
Penerapan prinsip ini diharapkan membuat perusahaan menyadari
bahwa dalam kegiatan operasionalnya seringkali menghasilkan
eksternalitas (dampak luar kegiatan perusahaan) negatif yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Di luar hal itu, lewat prinsip responsibility
ini juga diharapkan membantu peran pemerintah dalam mengurangi
kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja pada segmen masyarakat
yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme pasar.
4. Independency ( Kemandirian)
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola
secara profesional tanpa bebturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan
dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
Independensi terutama sekali penting dalam proses pengambilan
keputusan. Hilangnya independensi dalam proses pengambilan keputusan
akan menghilangkan objektivitas dalam pengambilan keputusan tersebut.
Untuk meningkatkan independensi dalam pengambilan keputusan
bisnis, perusahaan hendaknya mengembangkan beberapa aturan, pedoman
dan praktik di tingkat corporate board, terutama ditingkat Dewan
14
Komisaris dan Direksi yang oleh undang-undang didaulat untuk mengurus
perusahaan dengan sebaik-baiknya.
5. Fairness (Kewajaran)
Secara sederhana kesetaraan dan kewajaran (fairness) bisa
didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi
hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan
perundangan yang berlaku.
Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem
hukum dan penegakan peraturan untuk melindungi hak-hak investor
khususnya pemegang saham minoritas, dari berbagai bentuk kecurangan.
Bentuk kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi yang
melibatkan informasi orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (nilai
perusahaan berkurang), KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat
merugikan seperti pembelian kembali saham yang telah dikeluarkan,
penerbitan saham baru, merger, akuisisi atau pengambil-alihan perusahaan
lain.
Biasanya, penyakit yang timbul dalam praktik pengelolaan
perusahaan, berasal dari benturan kepentingan. Baik perbedaan
kepentingan antara manajemen (dewan komisaris dan direksi) dengan
pemegang saham, maupun antara pemegang saham pengendali (pemegang
saham pendiri, di Indonesia biasanya mayoritas) dengan pemegang saham
minoritas (pada perusahaan publik biasanya pemegang saham publik).
15
Fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan dikelola
secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan
kepentingan pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga
diharapkan memberi perlindungan kepada perusahaan terhadap praktik
korporasi yang merugikan seperti disebutkan di atas. Pendek kata, fairness
menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin perlakuan yang adil di
antara beragam kepentingan dalam perusahaan.
Prinsip-prinsip di atas perlu diterjemahkan ke dalam enam aspek yang dijabarkan
oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) sebagai
pedoman pengembangan kerangka kerja legal, institusional, dan regulatori untuk
corporate di suatu negara. Enam aspek tersebut adalah:
1) Memastikan adanya basis yang efektif untuk kerangka kerja corporate
governance : kerangka kerja corporate governance mendukung terciptanya
pasar yang transparan dan efisien sejalan dengan ketentuan perundangan, dan
mengartikulasi dengan jelas pembagian tanggungjawab diantara para pihak,
seperti pengawas, instansi pembuat regulasi dan instansi penegakannya.
2) Hak-hak pemegang saham dan fungsi kepemilikan: hak-hak pemegang saham
harus dilindungi dan difasilitasi.
3) Perlakuan setara terhadap seluruh pemegang saham: seluruh pemegang saham
termasuk pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing harus
diperlakukan setara. Seluruh pemegang saham harus diberikan kesempatan
yang sama untuk mendapatkan perhatian dan bila hak-haknya dilanggar.
16
4) Peran stakeholders dalam corporate governance: hak-hak para pemangku
kepentingan (stakeholders) harus diakui sesuai peraturan perundangan yang
berlaku, dan kerjasama aktif antara perusahaan dan para stakeholdersnya
harus dikembangkan dalam upaya bersama menciptakan kekayaan, pekerjaan,
dan keberlanjutan perusahaan.
5) Disklousur dan transparansi: disklousur atau pengungkapan yang tepat waktu
dan akurat mengenai segala aspek material perusahaan, termasuk situasi
keuangan, kinerja, kepemilikan, dan governance perusahaan.
6) Tanggungjawab Pengurus Perusahaan (Corporate Boards): pengawasan
komisaris terhadap pengelolaan perusahaan oleh direksi harus berjalan
efektif, disertai adanya tuntutan strategik terhadap manajemen, serta
akuntanbilitas dan loyalitas direksi dan komisaris terhadap perusahaan dan
pemegang saham.
2.1.5. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance (GCG)
Upaya dalam membangun good corporate governance memang tidak
semudah membalikkan telapak tangan, tetapi memerlukan komitmen, konsistensi,
dan kesungguhan dari berbagai pihak yang terkait, yaitu manajemen perusahaan,
karyawan, komisaris, pemegang saham serta pihak regulator (pemerintah)
akuntanbilitas (accountanbility), dan responsibilitas (responsibility) didalam
perusahaan seharusnya dijadikan sebagai pedoman ataupun acuan para pelaku
usaha (bisnis) dalam menjalankan kegiatan usahanya (Effendi, 2009). Penerapan
17
good corporate governance diperlukan untuk mendorong terciptanya pasar yang
efisien, transparan dan konsisten dengan peraturan perundang-undangan.
Penerapan good corporate governance (GCG) perlu di dukung oleh tiga pilar
yang saling berhubungan yaitu negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia
usaha sebagai pelaku pasar dan masyarakat sebagai pengguna jasa dan produk.
Perusahaan yang telah menerapkan prinsip-prinsip good corporate
governance dengan baik akan mampu memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi
terhadap segala aktivitas bisnis yang dijalankan dalam menghadapi persaingan
usaha. Penerapan prinsip good corporate governance di perusahaan diharapkan
dapat membantu terwujudnya persaingan yang sehat dan kondusif. Dengan
dimulai menerapkan prinsip good corporate governance ini setidaknya dapat
dihindarkan adanya praktik monopoli serta persaingan usaha yang tidak sehat.
Implementasi good corporate governance merupakan peluang yang cukup besar
bagi perusahaan untuk meraih berbagai manfaat termasuk kepercayaan investor
terhadap perusahaannya sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Perusahaan yang tidak mengimplementasikan GCG pada akhirnya dapat
ditinggalkan oleh para investor, kurang dihargai oleh masyarakat (publik), dan
dapat dikenakan sanksi apabila berdasarkan hasil penilaian, perusahaan tersebut
terbukti melanggar hukum (Effendi, 2009). Perusahaan seperti ini akan
kehilangan peluang untuk dapat melanjutkan kegiatan usahanya (going concern)
dengan lancar. Namun sebaliknya, perusahaan yang telah menerapkan prinsip
good corporate governance dapat menciptakan nilai tambah bagi masyarakat
(publik), pemasok (supplier), distributor, pemerintah, kreditur dan ternyata lebih
18
diminati para investor sehingga berdampak secara langsung bagi kelangsungan
usaha perusahaan tersebut.
2.1.6. Faktor-faktor Penerapan Good Corporate Governance (GCG)
Keberhasilan penerapan good corporate governance juga mempunyai
prasyarat tersendiri. Menurut Daniri ( 2005 ), ada dua faktor yang memegang
peranan, faktor ekternal dan internal yaitu :
1. Faktor eksternal adalah beberapa faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan good corporate governance
(GCG), diantaranya:
a. Terdapatnya sistem hukum yang baik sehingga mampu menjamin
berlakunya supremasi hukum yang konsisten dan efektif.
b. Dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik / lembaga pemerintahan
yang diharapkan dapat pula melaksanakan Good Governance dan Clean
Government menuju Good Government Governance yang sebenarnya.
c. Terdapatnya contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best practices) yang
dapat menjadi standart pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional.
Dengan kata lain, semacam benchmark (acuan).
d. Terbangunnya sistem tata nilai sosial yang mendukung penerapan GCG di
masyarakat. Ini penting karena lewat sistem ini diharapkan timbul
partisipasi aktif berbagai kalangan masyarakat untuk mendukung aplikasi
serta sosialisasi GCG secara sukarela.
19
e. Hal lain yang tidak kalah pentingnya sebagai prasyarat keberhasilan
implementasi GCG terutama di Indonesia adalah adanya semangat anti
korupsi yang berkembang di lingkungan publik di mana perusahaan
beroperasi disertai perbaikan masalah kualitas pendidikan dan perluasan
peluang kerja. Bahkan dapat dikatakan bahwa perbaikan lingkungan
publik sangat mempengaruhi kualitas dan skor perusahaan dalam
implementasi GCG.
2. Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan praktik good
corporate governance (GCG) yang berasal dari dalam perusahaan. Beberapa
faktor yang dimaksud antara lain :
a. Terdapatnya budaya perusahaan (corporate culture) yang mendukung
penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di
perusahaan.
b. Berbagai peraturan dan kebijakan yang dilakukan perusahaan mengacu
pada penerapan nilai–nilai GCG.
c. Manajemen pengendalian risiko perusahaan juga didasarkan pada kaidah -
kaidah standar GCG.
d. Terdapatnya sistem audit (pemeriksaan) yang efektif dalam perusahaan
untuk menghindari setiap penyimpangan yang mungkin akan terjadi.
e. Adanya keterbukaan informasi bagi publik untuk mampu memahami
setiap gerak dan langkah manajemen dalam perusahaan sehingga kalangan
publik dapat memahami dan mengikuti setiap derap langkah
perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.
20
2.1.7. Sistem Tahapan Riset dan Pemeringkatan Corporate Governance
Perception Index (CGPI)
Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah program riset dan
pemeringkatan penerapan good corporate governance (GCG) pada perusahaan-
perusahaan di Indonesia. CGPI diikuti oleh perusahaan publik (emiten), BUMN,
perbankan dan perusahaan swasta lainnya. Program CGPI secara konsisten telah
diselenggarakan pada setiap tahunnya sejak tahun 2001.
CGPI diselenggarakan oleh Indonesian Institute for Corporate
Governance (IICG) sebagai lembaga swadaya masyarakat independen
bekerjasama dengan majalah SWA sebagai mitra media publikasi. Program ini
dirancang untuk memicu perusahaan dalam meningkatkan kualitas penerapan
konsep corporate governance melalui perbaikan yang berkesinambungan
(continuous improvement) dengan melaksanakan evaluasi dan melakukan studi
banding (benchmarking). Program CGPI akan memberikan apresiasi dan
pengakuan kepada perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan good corporate
governance melalui CGPI Awards dan penobatan sebagai perusahaan terpercaya.
IICG melalui program CGPI membantu perusahaan meninjau ulang pelaksanaan
good corporate governance yang telah dilakukannya dan membandingkan
pelaksanaannya terhadap perusahaan-perusahaan lain pada sektor yang sama.
1. Tahapan Riset dan Pemeringkatan CGPI
a. Self-assessment
Pada tahap ini perusahaan diminta mengisi kuisioner self-assessment yang
terkait dengan penyelarasan sistem GCG dalam proses bisnis di perusahaannya.
21
Pada tahapan self-assesment dilakukan pengisian kuisioner oleh responden
yaitu pihak stakeholder perusahaan.
b. Pengumpulan Dokumen Perusahaan
Pada tahap ini perusahaan diminta untuk mengumpulkan dokumen dan bukti
yang mendukung penerapan good corporate governance di perusahaannya,
serta yang terkait dengan penyelarasan sistem GCG dalam proses bisnis
perusahaan. Bagi perusahaan yang telah mengirimkan dokumen terkait pada
penyelenggaraan CGPI tahun sebelumnya, cukup memberikan pernyataan
konfirmasi pada dokumen sebelumnya yang masih berlaku, dan jika terjadi
perubahan, dokumen yang direvisi harus dilampirkan. Secara keseluruhan pada
tahap ini dipersyaratkan sekurang-kurangnya 32 dokumen untuk perusahaan
publik (emiten), 29 dokumen untuk perusahaan BUMN dan 23 dokumen untuk
perusahaan swasta.
c. Pembuatan Makalah dan Presentasi
Pada tahap ini perusahaan diminta untuk membuat penjelasan kegiatan
perusahaan dalam menyelaraskan sistem GCG pada proses bisnis dalam bentuk
makalah dengan sistematika penyusunan yang telah ditentukan.
d. Observasi ke Perusahaan
Pada tahap ini tim peneliti CGPI akan berkunjung ke lokasi perusahaan peserta
untuk menelaah kepastian dari penyelarasan sistem GCG dalam proses bisnis.
2. Pembobotan
Data hasil penilaian dari masing-masing tahapan diberi bobot berdasarkan
konfirmasi dari 30 investor dan analis sesuai dengan tingkat kepentingannya.
22
Perangkat yang digunakan dalam perhitungan angka bobot menggunakan metode
Analytical Hierarchy Process (AHP). Pembobotan yang dilakukan untuk masing-
masing tahapan memperoleh hasil sebagai berikut:
a. 20% untuk penilaian self-assessment
b. 20% untuk penilaian kelengkapan dokumen
c. 20% untuk penilaian penyusunan makalah
d. 40% untuk penilaian observasi
3. Hasil Riset dan Pemeringkatan
Hasil riset dan pemeringkatan CGPI adalah penilaian dan pemeringkatan
penerapan konsep corporate governance pada perusahaan peserta dengan
memberikan skor sesuai dengan hasil pembobotan nilai berdasarkan penilaian
investor. Pemeringkatan CGPI didesain menjadi tiga kategori berdasarkan tingkat
kepercayaan yang dapat dijelaskan menurut skor penerapan konsep corporate
governace seperti tertera pada tabel 2.1 di bawah ini:
TABEL 2.1
KATEGORI PEMERINGKATAN CGPI
Skor Tingkat Kepercayaan
55-69 Cukup Terpercaya
70-84 Terpercaya
85-100 Sangat Terpercaya
Sumber Laporan CGPI 2008
23
2.1.8. Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Mulyadi (1997 : 419), kinerja adalah penentuan secara periodik
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya
berdasarkan sasaran, standart dan kiteria yang telah ditetapkan. Sedangkan kinerja
keuangan adalah penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur
keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai
kondisi perusahaan yang meliputi posisi keuangan serta hal-hal yang telah dicapai
oleh perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan. Laporan keuangan yang
bermutu merupakan sarana dasar untuk mengungkapkan kondisi operasi bisnis
perusahaan serta merupakan informasi yang penting dalam pengambilan
keputusan ekonomi bagi investor, kreditor, para calon investor dan pengguna
lainnya.
Transparansi (keterbukaan) laporan keuangan perlu dilakukan agar para
pemegang saham dan stakeholder lainnya memiliki hak untuk mendapatkan
informasi yang relevan secara tepat waktu, akurat, seimbang dan kontinu
mengenai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Transparansi sebagai salah
satu aspek dari good corporate governance diharapkan dapat menjadi dasar untuk
melihat baik atau tidaknya kinerja perusahaan. Untuk mengetahui kinerja
keuangan dilakukan analisa laporan keuangan dengan menggunakan rasio
keuangan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan diukur berdasarkan rasio return
on asset (ROA) dan net profit margin (NPM).
24
1. Return on Asset (ROA)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
keuntungan (laba). Formula yang digunakan untuk menghitung
besarnya nilai ROA menurut Sugiono dan Untung (2008) adalah
sebagai berikut :
ROA = Laba Bersih Total Aktiva
2. Net Profit Margin (NPM)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan sales
atau penjualan perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio ini
memberikan gambaran tentang laba untuk para pemegang saham
sebagai persentase dari penjualan. Formula yang digunakan untuk
menghitung besarnya nilai NPM menurut Sugiono dan Untung (2008)
adalah sebagai berikut:
NPM = Laba bersih Penjualan Bersih
Rasio ROA dan NPM merupakan bagian dari rasio rentabilitas atau
profitabilitas yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba bagi perusahaan. Informasi kinerja perusahaan terutama
profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi
yang mungkin dikendalikan di masa depan, sehingga dapat memprediksi kapasitas
25
perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) serta merumuskan efektivitas
perusahaan dalam memanfaatkan tambahan sumberdaya. Penghasilan bersih
(laba), sering digunakan sebagai ukuran kinerja (Prastowo & Juliaty, 2008).
2.1.9. Tujuan Penilaian Kinerja
Penilaian perusahaan khususnya kinerja sering dilakukan untuk tujuan-
tujuan tersebut di bawah ini Darmawati (2004) dalam Putri (2006):
1. Untuk keperluan merger dan akuisisi.
Perusahaan akan melakukan merger (penggabungan usaha) atau
mengakuisisi perusahaan lain, jelas memerlukan kegiatan penilaian
untuk mengetahui berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari
masing-masing perusahaan.
2. Untuk kepentingan rekstrukturasi dan kepentingan usaha.
Perusahaan yang bermasalah seringkali memerlukan penilaian untuk
mengimplementasikan program pemulihan usaha atau rekstrukturasi
untuk mengetahui nilai perusahaan dan nilai likuiditasnya.
3. Untuk keperluan divestasi sebagai saham perusahaan dari mitra
strategis (beberapa saham harus dilepas kepada mitra baru).
4. Untuk Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau bursa,
harus dinilai dengan menggunakan penilaian yang wajar untuk
ditawarkan kepada masyarakat atau publik.
26
5. Untuk memperoleh pendapat wajar atas penyertaan dalam suatu
perusahaan atau menunjukkan bahwa perusahaan bernilai lebih dari
apa yang ada dalam neraca.
6. Untuk memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau
tambahan modal.
2.1.10. Pengaruh Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan.
Pelaksanaan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan
meningkakan kinerja keuangan, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh
dewan komisaris dengan keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan
umumnya GCG dapat meningkatkan kepercayaan investor (Tjager, et al., 2003)
Xiaonian, et al., (2000) dalam Setyawan (2006) mengungkapkan bahwa
pemegang saham saat ini sangat aktif dalam meninjau kinerja perusahaan karena
mereka mengganggap bahwa good corporate governance yang lebih baik akan
memberikan imbalan hasil yang lebih tinggi bagi mereka.
Perusahaan yang terdaftar dalam skor The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) yang telah menerapkan good corporate
governance dengan baik maka secara tidak langsung akan menaikkan nilai
sahamnya. Penerapan good corporate governance yang baik dan konsisten pada
perusahaan melalui pengendalian internal yang efektif akan meningkatkan kinerja
perusahaan dan citra perusahaan sehingga perusahaan dapat bertahan dan bersaing
secara sehat serta mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
27
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian
sekarang adalah penelitian yang pernah dilakukan antara lain oleh:
1. Yudha Pranata 2007, tentang Pengaruh Penerapan Corporate
Governance Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja
keuangan yang diproxykan dengan menggunakan ROE, NPM dan Tobins
Q. Penelitian ini menggunakan purposive sampling perusahaan yang go
public yang terdaftar di BEJ selama tahun 2002-2005 dan masuk dalam
kelompok 10 besar. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa penerapan
GCG berpengaruh positif terhadap ROE, NPM dan Tobins Q.
2. Diah Kusuma Wardani 2008, tentang Pengaruh Corporate Governance
Terhadap Kinerja Perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti
pengaruh GCG terhadap kinerja perusahaan yang diukur dengan ROE
sebagai kinerja operasional dan Tobins Q sebagai ukuran kinerja pasar
perusahaan dan variabel kontrolnya menggunakan asset, growth
opportunity dan size. Penelitian ini menggunakan purposive sampling
perusahaan yang go public yang terdaftar di BEJ selama tahun 2001-2005
dan masuk dalam pemeringkatan penerapan corporate governance yang
dilakukan oleh IICG. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa GCG
tidak berpengaruh positif terhadap ROE sebagai kinerja operasional
perusahaan tetapi GCG berpengaruh positif terhadap Tobins Q sebagai
nilai kinerja pasar perusahaan.
28
3. Connett, et al., 2005, melakukan penelitian terhadap perusahaan-
perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok S&P 100. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan good corporate
governance terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa penerapan good corporate governance berpengaruh
positif terhadap kinerja keuangan (yang diproxy dengan ROA)
Berdasarkan dari penelitian terdahulu terdapat kesamaan dengan penelitian
sekarang yaitu tentang penerapan GCG dan pengaruhnya terhadap kinerja
perusahaan, perbedaan dengan penelitian sekarang adalah terlihat dari data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu tahun 2006 sampai 2008 perusahaan yang
memperoleh skor penerapan good corporate governance yang terdaftar dalam
laporan Corporate Governance Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh The
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) dan dalam penelitian ini
kinerja keuangan diukur dengan rasio ROA dan NPM.
2.3. Hipotesa dan Model Analisa
2.3.1. Hipotesa
Good corporate governance adalah suatu proses dan struktur yang
digunakan untuk meningkatkan keberhasilan usaha, dan akuntabilitas perusahaan
yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang
dengan memperhatikan kepentingan stakeholders serta berlandaskan peraturan
perundang-undangan, moral dan nilai etika. Dengan melakukan penerapan good
corporate governance diharapkan perusahaan dapat meningkatkan kinerja dan
29
nilai perusahaannya yang dapat menguntungkan semua pihak yang
berkepentingan.
Jika pelaksanaan corporate governance berjalan dengan baik secara efektif
dan efisien, maka seluruh aktivitas perusahaan akan berjalan dengan baik,
sehingga hal-hal yang berkaitan dengan kinerja perusahaan baik yang sifatnya
finansial maupun kinerja non finansial akan juga turut membaik (Brown &
Caylor, 2004). Sunarto (2003) menyatakan bahwa apabila good corporate
governance tercapai maka kinerja saham perusahaan tersebut akan semakin
meningkat.
Penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam penelitian sekarang adalah
penelitian yang telah dilakukan oleh:
1. Yudha Pranata 2007, tentang Pengaruh Penerapan Corporate Governance
Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk
meneliti pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja keuangan yang
diproxykan dengan menggunakan ROE, NPM dan Tobins Q. Penelitian ini
menggunakan purposive sampling perusahaan yang go public yang terdaftar di
BEJ selama tahun 2002-2005 dan masuk dalam kelompok 10 besar. Hasil dari
penelitian ini menyatakan bahwa penerapan GCG berpengaruh positif
terhadap ROE, NPM dan Tobins Q.
2. Connett, et al., 2005, melakukan penelitian terhadap perusahaan-perusahaan
yang termasuk ke dalam kelompok S&P 100. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penerapan good corporate governance terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan
30
good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
(yang diproxy dengan ROA).
Berdasarkan pada tinjauan penelitian terdahulu yang telah dilakukan dan
rumusan masalah dalam penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 : Penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap
return on assets (ROA).
H2 : Penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap
net profit margin (NPM)
2.3.2. Model Analisa
Dilihat dari rumusan masalah, tujuan masalah dan hipotesa dalam
penelitian ini, model analisa dalam penelitian ini yang dibuat dalam bentuk
kerangka skematik pada gambar 3.1 di bawah ini:
GAMBAR 3.1
KERANGKA SKEMATIK MODEL ANALISA
VARIABEL DEPENDEN (Y)KINERJA KEUANGAN
VARIABEL INDEPENDEN (X)PENERAPAN GCG
Y1 = ROA
Y2 = NPM
31
BAB III
METODA PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel
Menurut Murni dan Djamilah (2009), populasi merupakan kelompok
elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian
yang peneliti tertarik untuk mempelajarinya (menjadi obyek penelitian). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang memperoleh skor penerapan
good corporate governance yang terdaftar dalam laporan Corporate Governance
Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh The Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICG) pada tahun 2006 sampai 2008, jumlah populasi 63
perusahaan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan purposive
sampling, yaitu penentuan sampel dengan target atau pertimbangan tertentu.
Adapun pertimbangan yang digunakan pemilihan sampel adalah perusahaan yang
memperoleh skor penerapan good corporate governance secara berturut-turut
pada tahun 2006 sampai 2008 yang terdaftar dalam laporan Corporate
Governance Perception Index (CGPI) yang dilakukan oleh The Indonesian
Institute for Corporate Governance (IICG), yang jumlah sampelnya ada 10
perusahaan.
3.2. Identifikasi Variabel
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel yaitu variabel
independen (bebas) dan variabel dependen (terikat).
32
32
1. Variabel independen (X) adalah tipe variabel yang mempengaruhi
variabel dependen, yang menjadi variabel independen dalam penelitian
ini adalah penerapan good corporate governance (GCG).
2. Variabel dependen (Y) adalah tipe variabel yang dipengaruhi oleh
variabel independen, yang menjadi variabel dependen yang
dipengaruhi oleh penerapan GCG yaitu kinerja keuangan yang diukur
dengan:
a. Return on Assets (ROA)
b. Net Profit Margin (NPM)
3.3. Definisi Operasional Variabel.
Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel yaitu: (1) Penerapan
good corporate governance (GCG), (2) Return on Assets (ROA), dan (3) Net
Profit Margin (NPM).
1. Penerapan good corporate governance (GCG).
Penerapan GCG adalah seberapa baik perusahaan menerapkan GCG
berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh Indonesian Institute for
Corporate Governance. Pengukuran penerapan GCG dilakukan
dengan menggunakan skor GCG yang dipublikasikan oleh Indonesian
Institute for Corporate Governance dalam laporan Corporate
Governance Perception Index, indeks yang digunakan untuk
memberikan skor berupa skala angka mulai dari 0 sampai 100, jika
perusahaan memiliki skor mendekati atau mencapai 100, maka
33
perusahaan tersebut semakin baik dalam menerapkan good corporate
governance. Corporate Governance Perception Index (CGPI) adalah
program riset dan pemeringkatan penerapan good corporate
governance di Indonesia pada perusahaan yang menerapkan good
corporate governance.
2. Return on Asset (ROA)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan
keuntungan (laba). Formula yang digunakan untuk menghitung
besarnya nilai ROA menurut Sugiono dan Untung (2008) adalah
sebagai berikut:
ROA = Laba Bersih Total Aktiva
3. Net Profit Margin (NPM)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan sales
atau penjualan perusahaan untuk memperoleh laba. Rasio ini memberi
gambaran tentang laba untuk para pemegang saham sebagai persentase
dari penjualan. Formula yang digunakan untuk menghitung besarnya
nilai NPM menurut Sugiono dan Untung (2008) adalah sebagai
berikut:
NPM = Laba Bersih Penjualan Bersih
34
3.4. Jenis dan Sumber Data
3.4.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu data yang dapat diukur dengan skala numerik (angka), yang digunakan oleh
peneliti untuk menghitung ROA dan NPM.
3.4.2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari pihak ketiga
atau media perantara. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari hasil
publikasi yang telah dilakukan oleh Bursa Efek Indonesia berupa laporan
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan media internet yaitu
www.kbn.co.id, www.jamsostek.co.id, www.krakatausteel.com berupa laporan
keuangan serta skor penerapan GCG dari laporan Corporate Governance
Perception Index (CGPI) yang dipublikasikan oleh The Indonesian Institute
Corporate Governance (IICG) melalui situs www.iicg.org
3.5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
a. Pustaka
Bersumber dari literatur jurnal skripsi hasil penelitian terdahulu, buku-
buku ilmiah dan internet yang sesuai dengan penelitian ini.
35
b. Lapangan
Data diambil dengan cara:
Dokumentasi yaitu dengan melakukan dokumentasi data-data yang telah
dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) berupa laporan
Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan media internet yaitu
www.kbn.co.id, www.jamsostek.co.id, www.krakatausteel.com berupa
laporan keuangan serta skor penerapan GCG dari laporan CGPI yang
dipublikasikan oleh The Indonesian Institute Corporate Governance
(IICG) melalui situs www.iicg.org.
3.6. Teknik Analisa
Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi
linier sederhahana untuk menguji hipotesa. Sebelum menggunakan model regresi
linier sederhana terlebih dahulu menggunakan uji asumsi klasik.
3.6.1. Uji Asumsi Klasik
Sebelum menggunakan model regresi, digunakan uji asumsi klasik yang
terdiri atas uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji
normalitas data. Oleh karena model regresi yang digunakan hanya menggunakan
satu variabel bebas, maka uji multikolinearitas tidak dilakukan.
36
3.6.1.1. Uji Autokorelasi
Menurut Murni dan Djamilah (2009) uji autokorelasi bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu pada periode
tertentu dengan variabel sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang
berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena
residual tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang
baik adalah regresi yang terbebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi
autokorelasi, dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin Watson (D-W)
yaitu dengan membandingkan D-W hitung dengan D-W tabel.
TABEL 3.1
KRITERIA AUTOKORELASI DURBIN – WATSON
DW Kesimpulan
< -2
-2 sampai 2
> 2
Ada Autokorelasi positif
Tidak ada Autokorelasi
Ada Autokorelasi negative
Sumber : Santoso Singgih (2000)
3.6.1.2. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Murni dan Djamilah (2009) uji heteroskedastiositas digunakan
untuk menguji apakah sebuah model regresi, terjadi ketidaksamaan varians
residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Hal ini berarti variasi
residual tidak sama untuk semua pengamatan. Uji dimaksudkan untuk mengetahui
37
apakah terjadi penyimpangan model karena varians gangguan berbeda antara satu
observasi ke observasi yang lain. Uji ini dapat dilihat dari gambar scatter plot
yang acak atau tidak berpola yang berarti bebas dari heteroskesdastitas
3.6.1.3. Uji Normalitas Data
Menurut Murni dan Djamilah (2009), uji normalitas digunakan untuk
mengetahui apakah data yang dianalisa terdistribusi normal atau tidak terdistribusi
normal dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov – Smirnov (KS) dengan
kriteria signifikan > 0,05.
3.6.2. Analisis Regresi
3.6.2.1. Regresi Linier Sederhana
Setelah melakukan uji asumsi klasik, selanjutnya dilakukan uji hipotesa
dengan menggunakan analisis regresi. Analisis regresi yang digunakan adalah
regresi linier sederhana dengan persamaan sebagai berikut:
Model 1 :
Return on Assets = a + b1GCG + e
Model 2 :
Net Profit Margin = a + b2GCG + e
Keterangan:
ROA = kinerja keuangan yang diukur dengan ROA (perusahaan sampel)
NPM = kinerja keuangan yang diukur dengan NPM (perusahaan sampel)
GCG = skor penerapan GCG (perusahaan sampel)
a = konstanta regresi atau intersep
38
b1 = koefisien regresi skor penerapan GCG
e = error ( tingkat kesalahan )
3.6.3. Pengujian Hipotesa
Uji hipotesa dilakukan dengan menggunakan dua model regresi untuk
variabel dependen. Model pertama menggunakan return on assets (ROA) sebagai
ukuran kinerja keuangan dan model regresi kedua menggunakan net profit margin
(NPM) sebagai ukuran kinerja keuangan. Variabel independen adalah penerapan
good corporate governance yang pengukurannya menggunakan skor GCG.
3.6.3.1. Uji Secara Parsial (Uji t)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial dari
variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
a. Memformulasikan hipotesa:
1. H1 = Ha1 : Penerapan good corporate governance berpengaruh
terhadap return on assets (ROA).
H1 ≠ Ho1 : Penerapan good corporate governance tidak
berpengaruh terhadap return on assets (ROA).
2. H2 = Ha2 : Penerapan good corporate governance berpengaruh
terhadap net profit margin (NPM)
H2 ≠ Ho2 : Penerapan good corporate governance tidak
berpengaruh terhadap net profit margin (NPM).
39
b. Menentukan tingkat signifikansi probabilitas (0,05)
c. Menarik kesimpulan
1. Jika probabilitas < 0,05 maka Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Dengan
demikian penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap
return on assets (ROA).
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha1 ditolak dan Ho1 diterima. Dengan
demikian penerapan good corporate governance tidak berpengaruh
terhadap return on assets (ROA).
2. Jika probabilitas < 0,05 maka Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Dengan
demikian penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap
net profit margin (NPM).
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha2 ditolak dan Ho2 diterima. Dengan
demikian penerapan good corporate governance tidak berpengaruh
terhadap net profit margin (NPM).
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Perusahaan
1. PT. Bank Mandiri Tbk
Bank Mandiri berdiri pada tanggal 2 Oktober 1998 sebagai bagian dari
program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia.
Pada bulan Juli 1999, empat bank milik Pemerintah yaitu, Bank Bumi Daya, Bank
Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan
Indonesia, bergabung menjadi Bank Mandiri. Kini, Bank Mandiri menjadi
penerus suatu tradisi layanan jasa perbankan dan keuangan yang telah
berpengalaman selama lebih dari 140 tahun. Masing-masing dari empat Bank
bergabung memainkan peranan yang penting dalam pembangunan Ekonomi.
Alamat Kantor Pusat Bank Mandiri Jl. Jenderal Gatot Subroto Kav.36-38 Jakarta
12190 – Indonesia.
2. PT. Bank CIMB Niaga Tbk
CIMB Niaga pertama kali didirikan pada tahun 1955 sebagai bank swasta
nasional. Setelah terbentuk, membangun kepercayaan nasabah maupun
kesejahteraan dan profesionalisme karyawan menjadi perhatian utama bank.
CIMB Niaga kemudian merevisi rencana usahanya pada tahun 1974, dan berganti
menjadi bank umum agar dapat memenuhi kebutuhan nasabah. CIMB Niaga
mulai menyediakan layanan bagi nasabah kelas menengah-atas pada tahun 1998,
41
41
guna memperbesar jumlah nasabah. Pada tahun 1999, CIMB Niaga menjadi bank
di bawah pengawasan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), namun
bukan akibat tindak korupsi. Bumi Putra-Commerce Holdings Berhad
mengakuisisi CIMB Niaga pada tahun 2002, yang kemudian melakukan
penggantian nama dari PT Bank Niaga Tbk menjadi PT Bank CIMB Niaga Tbk
pada tahun 2008. Alamat Kantor Pusat: Graha Niaga, JL.Jend. Sudirman kav.58
Jakarta.
3. PT. United Tractors Tbk
PT United Tractors Tbk (UT) berdiri pada 13 Oktober 1972 dengan nama
PT. Astra Motor Works dan PT. Astra International Tbk sebagai pemegang saham
mayoritas. Selanjutnya nama tersebut diubah menjadi United Tractors (UT).
Segera setelah beroperasi, UT memperoleh kepercayaan sebagai agen tunggal
berbagai macam alat berat yang memiliki reputasi internasional, antara lain merek
KOMATSU dari Komatsu Ltd, Japan yang sudah sejak awal menjadi perintis
kerja sama dengan UT. Sepanjang dasawarsa tahun 1970-an, UT yang telah
mengembangkan industri pada areal seluas 20 ha di Jl. Raya Bekasi km 22,
Cakung, Jakarta Timur, terus membangun reputasi pemasar yang paling
berorientasi ke service atau product support. Untuk memenuhi kebutuhan pasar,
sejak 1981 UT mulai melangkah ke bidang produksi. Selanjutnya UT mulai
mendirikan beberapa Affiliated Company (Affco) yang semakin memperkokoh
usaha yang digelutinya.
42
4. PT. Aneka Tambang Tbk
Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia adalah salah satu
dari 6 unit bisnis strategis PT.Antam Tbk. UBPP Logam Mulia adalah satu-
satunya pabrik pengolahan dan pemurnian emas di Indonesia. UBPP Logam
Mulia berdiri sejak tahun 1930 dan lebih dikenal dengan nama Logam Mulia yang
memiliki merk dagang “LM”. Tahun 1961 PT. Logam Mulia berubah menjadi
BUMN 1961, dengan nama PN (Perusahaan Negara) Logam Mulia. Tahun 1974
PN Logam Mulia menjadi salah satu unit Perusahaan Negara Aneka Tambang,
dan namanya menjadi Unit Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia. 1 April
1979 pabrik pengolahan dan pemurnian Logam Mulia direlokasi ke Jalan Pemuda
ke Jalan Raya Bekasi, Pulogadung, Jakarta Timur hingga saat ini.
5. PT. Tambang Batu Bara Tbk
Tahun 1950 pemerintah menyetujui pembentukan Perusahaan Negara
Tambang Arang Bukit Asam (PN TABA). Pada tahun 1981, PN TABA berubah
status menjadi Perseroan Terbatas. Namanya juga berganti menjadi PT Tambang
Batubara Bukit Asam. Pada 1990 PTBA digabung dengan Perum Tambang
Batubara, dan mulai tahun 1994 ditugaskan mengelola Proyek Briket Batubara.
Saat ini PTBA merupakan satu-satunya BUMN di sektor tambang batubara dan
mempunyai dua lokasi penambangan (Unit Tanjung Enim dan Ombilin). Pada
akhir 2002, PTBA mulai menjadi perusahaan publik.
6. PT. Krakatau Steel (Persero)
PT Krakatau Steel didirikan pada tanggal 31 Agustus 1970, bertepatan
dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI No. 35 tahun 1970 tentang
43
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan
Perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel. Pembangunan industri baja ini dimulai
dengan memanfaatkan sisa peralatan Proyek Baja Trikora. Pabrik-pabrik ini
diresmikan penggunaannya oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1977.
Pada tahun 1979 dilangsungkan peresmian penggunaan fasilitas-fasilitas produksi.
Pada tahun 1983 diresmikan beroperasinya Pabrik Slab Baja dan Pabrik Baja
Lembaran Panas. Pada tahun 1991 Pabrik Baja Lembaran Dingin yang merupakan
pabrik baja perusahaan patungan yang berada di kawasan industri Cilegon
bergabung menjadi unit produksi PT. Krakatau Steel, melengkapi pabrik-pabrik
baja lain yang telah ada.
7. PT. Panorama Transportasi Tbk
PT. Panorama Transportasi Tbk adalah perusahaan berbasis transportasi
Indonesia. Hal ini juga menjalankan manajemen pelayanan transportasi darat
terpadu untuk transportasi wisata, serta untuk kebutuhan lainnya, seperti bus
sekolah, antar-jemput karyawan, transportasi untuk pernikahan dan transportasi
untuk pemakaman. Layanan Perusahaan didukung oleh tiga jenis unit, yaitu Big
Bus, Medium Bus dan minivan di bawah merek dagang White Horse Deluxe
Coach. Ini juga menawarkan layanan taksi dan layanan antar jemput, mobil
sewaan perusahaan dan layanan limusin tersedia di Jakarta, Surabaya dan Bali,
Indonesia. Alamat kantor pusat: Jl. Graha White Horse No.17 Tanjung Selor
Jakarta Pusat, 10150.
44
8. PT. Jamsostek (Persero)
Melalui PP No.36/1995 ditetapkannya PT. Jamsostek sebagai badan
penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Program Jamsostek memberikan
perlindungan dasar untuk memenuhi kebutuhan minimal bagi tenaga kerja dan
keluarganya, dengan memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan
penghasilan keluarga sebagai pengganti sebagian atau seluruhnya penghasilan
yang hilang, akibat risiko sosial. Sampai saat ini, PT. Jamsostek (Persero)
memberikan perlindungan 4 (empat) program, yang mencakup Program Jaminan
Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Hari Tua (JHT) dan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) bagi seluruh tenaga kerja dan keluarga.
9. PT. Adhi Karya Tbk
Menteri Pekerjaan Umum melalui Surat Keputusannya pada tanggal 11
Maret 1960 memutuskan mendirikan sebuah perusahaan jasa konstruksi untuk
memacu pembangunan Indonesia. Setahun kemudian ADHI disahkan menjadi PN
Adhi Karya. Masih dalam tahun yang sama, sebuah perusahaan bangunan eks
Belanda dinasionalisasikan dan dilebur ke dalam PN Adhi Karya. Status ADHI
sebagai Perusahaan Negara kemudian berubah menjadi Perseroan Terbatas pada
tahun 1974. Akta Pendirian ini kemudian diperkuat oleh pengesahan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia. Tahun 2003, Anggaran Dasar Perseroan ADHI
kembali mengalami perubahan pada saat penawaran saham kepada masyarakat,
nama Perseroan diubah menjadi PT. Adhi Karya (Persero) Tbk. Seiring dengan
dilepasnya saham ADHI sebesar 49% kepada umum.
45
10. PT. Kawasan Berikat Nusantara Tbk
PT (Persero) Kawasan Berikat Nusantara didirikan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 23 tahun 1986 yang merupakan penggabungan antara PT. Bonded
Warehouses Indonesia (BWI) dan PT. Sasana Bhanda, PT (P) Pusat Perkayuan
Marunda dan PT (P) Pengelola Kawasan Berikat Indonesia. Usaha pokok PT
(Persero) Kawasan Berikat Nusantara adalah mengelola kawasan berikat yang
berfungsi sebagai kawasan proses ekspor (Export Processing Zone – EPZ) dan
kawasan industri, layanan jasa logistik dan kepelabuhanan.
4.2. Analisis Deskriptif
4.2.1. Deskripsi Variabel Penelitian
4.2.1.1. Deskripsi Variabel Good Corporate Governance (GCG)
Data perusahaan yang memperoleh skor penerapan good corporate
governance secara berturut-turut pada tahun 2006 sampai 2008 yang terdaftar
dalam laporan Corporate Governance Perception Index (CGPI) dari masing-
masing perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut:
46
TABEL 4.1DATA SKOR GOOD CORPORATE GOVERNANCE SECARA BERTURUT-TURUT PADA TAHUN 2006 SAMPAI 2008 YANG TERDAFTAR DALAM LAPORAN CORPORATE GOVERNANCE PERCEPTION INDEX (CGPI)
No Nama Perusahaan Tahun2006 2007 2008
1 PT. Bank Mandiri Tbk 88,66 89,86 90,652 PT. Bank Niaga Tbk 87,9 88,3 88,373 PT. United Tractor Tbk 81,53 83,42 85,444 PT. Aneka Tambang Tbk 82,07 83,41 85,875 PT. Tambang Batu Bara Tbk 80,87 81,23 88,276 PT. Panorama Transportasi Tbk 57,08 60,55 68,717 PT. Adhi Karya Tbk 81,79 82,07 81,548 PT. Jamsostek 66,3 72,43 80,779 PT. Krakatau Steel 77,35 80,7 80,7510 PT. Kawasan Berikat 70,55 71,11 73,4
Sumber: Laporan CGPI tahun 2006-2008
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui skor penerapan Good Corporate
Governance perusahaan yang memperoleh skor penerapan good corporate
governance secara berturut-turut pada tahun 2006 sampai 2008 yang terdaftar
dalam laporan Corporate Governance Perception Index (CGPI). Skor penerapan
Good Corporate Governance tertinggi pada tahun 2006 adalah PT. Bank Mandiri,
Tbk adalah sebesar 88,66 sedangkan skor penerapan Good Corporate Governance
terendah adalah PT. Panorama Transportasi, Tbk adalah sebesar 57,08. Pada tahun
2007 skor penerapan Good Corporate Governance tertinggi adalah PT. Bank
Mandiri, Tbk adalah sebesar 89,86 sedangkan skor penerapan Good Corporate
Governance terendah adalah PT. Panorama, Tbk yaitu sebesar 60,55. Pada tahun
2008 skor penerapan Good Corporate Governance tertinggi adalah PT. Bank
47
Mandiri, Tbk adalah sebesar 90,65 sedangkan skor penerapan Good Corporate
Governance terendah adalah PT. Panorama, Tbk yaitu sebesar 68,71.
4.2.1.2. Deskripsi Variabel Return on Assets (ROA)
Data Return on Assets (ROA) perusahaan yang memperoleh skor
penerapan good corporate governance secara berturut-turut pada tahun 2006
sampai 2008 yang terdaftar dalam laporan Corporate Governance Perception
Index (CGPI) dari masing-masing perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai
berikut :
TABEL 4.2DATA RETURN ON ASSETS (ROA) PERUSAHAAN SECARA
BERTURUT-TURUT PADA TAHUN 2006 SAMPAI 2008
No Nama Perusahaan Tahun2006 2007 2008
1 PT. Bank Mandiri Tbk 0,91 1,36 1,482 PT. Bank Niaga Tbk 1,45 1,61 0,663 PT. United Tractor Tbk 8,27 11,48 11,654 PT. Aneka Tambang Tbk 21,29 42,5 13,355 PT. Tambang Batu Bara Tbk 15,63 18,25 27,966 PT. Panorama Transportasi Tbk 1,04 4,02 3,547 PT. Adhi Karya Tbk 3,35 2,58 1,598 PT. Jamsostek 1,46 1,63 1,699 PT. Krakatau Steel 5,3 10,54 7,210 PT. Kawasan Berikat 5,68 4,07 5,83
Sumber: ICMD, Laporan Keuangan PT. Jamsostek, Laporan Keuangan PT. Krakatau Steel, Laporan Keuangan PT. Kawasan Berikat tahun 2006-2008
48
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui ROA perusahaan yang memperoleh
skor penerapan good corporate governance secara berturut-turut pada tahun 2006
sampai 2008 yang terdaftar dalam laporan Corporate Governance Perception
Index (CGPI). Pada tahun 2006 ROA tertinggi adalah PT. Aneka Tambang, Tbk
adalah sebesar 21,29 sedangkan ROA terendah adalah PT. Bank Mandiri, Tbk
adalah sebesar 0,91. Pada tahun 2007 ROA tertinggi adalah PT. Tambang Batu
Bara, Tbk adalah sebesar 18,25 sedangkan ROA terendah adalah PT. Bank
Mandiri, Tbk yaitu sebesar 1,36. Pada tahun 2008 ROA tertinggi adalah PT.
Tambang Batu Bara, Tbk adalah sebesar 27,96 sedangkan ROA terendah adalah
PT. Bank Niaga, Tbk yaitu sebesar 0,66.
4.2.1.3. Deskripsi Variabel Net Profit Margin (NPM)
Data Net Profit Margin (NPM) perusahaan yang memperoleh skor
penerapan good corporate governance secara berturut-turut pada tahun 2006
sampai 2008 yang terdaftar dalam laporan Corporate Governance Perception
Index (CGPI) dari masing-masing perusahaan dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai
berikut :
49
TABEL 4.3DATA NET PROFIT MARGIN (NPM) PERUSAHAAN SECARA
BERTURUT-TURUT PADA TAHUN 2006 SAMPAI 2008
No Nama Perusahaan Tahun2006 2007 2008
1 PT. Bank Mandiri Tbk 0,08 0,16 0,172 PT. Bank Niaga Tbk 0,13 0,16 0,063 PT. United Tractor Tbk 0,07 0,08 0,14 PT. Aneka Tambang Tbk 0,28 0,43 0,145 PT. Tambang Batu Bara Tbk 0,14 0,18 0,246 PT. Panorama Transportasi Tbk 0,02 0,07 0,067 PT. Adhi Karya Tbk 0,02 0,02 0,018 PT. Jamsostek 0,09 0,12 0,119 PT. Krakatau Steel -0,01 0,02 0,0210 PT. Kawasan Berikat 0,15 0,11 0,15
Sumber: ICMD, Laporan Keuangan PT. Jamsostek, Laporan Keuangan PT. Krakatau Steel, Laporan Keuangan PT. Kawasan Berikat tahun 2006-2008
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui NPM perusahaan yang memperoleh
skor penerapan good corporate governance secara berturut-turut pada tahun 2006
sampai 2008 yang terdaftar dalam laporan Corporate Governance Perception
Index (CGPI). Pada tahun 2006 NPM tertinggi adalah PT. Aneka Tambang, Tbk
adalah sebesar 0,28 sedangkan NPM terendah adalah PT. Krakatau Steel, Tbk
adalah sebesar -0,01. Pada tahun 2007 NPM tertinggi adalah PT. Aneka
Tambang, Tbk adalah sebesar 0,43 sedangkan NPM terendah adalah PT. Adhi
Karya, Tbk dan PT. Krakatau Steel, Tbk yaitu sebesar 0,02. Pada tahun 2008
NPM tertinggi adalah PT. Tambang Batu Bara, Tbk adalah sebesar 0,24
sedangkan NPM terendah adalah PT. Adhi Karya Tbk yaitu sebesar 0,01.
50
Dari masing-masing variabel penelitian yang telah disebutkan diatas,
maka dapat dihasilkan deskripsi statistik yang disajikan dalam tabel 4.4 di bawah
ini :
TABEL 4.4
DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN
Variabel Rata-rata StandarDeviasi
GCG 79,6983 8,62122
ROA 7,9123 9,46185
NPM 0,1127 0,09142
Sumber : Data sekunder diolah
Berdasarkan data deskripsi variabel penelitian yang disajikan dalam
tabel 4.4 tampak bahwa variabel skor penerapan GCG perusahaan sampel
memiliki rata-rata sebesar 79,6893%. Besarnya nilai standar deviasi adalah
8,62122%, hal ini menunjukkan bahwa besarnya nilai rata-rata skor penerapan
GCG adalah peningkatan maksimum yang mungkin adalah +8,62122% sedangkan
penurunan nilai rata-rata skor penerapan GCG yang mungkin adalah -8,62122%.
Variabel ROA perusahaan sampel memiliki rata-rata sebesar 7,9123%.
Besarnya nilai standar deviasi adalah 9,46185%, hal ini menunjukkan bahwa
besarnya nilai rata-rata ROA adalah peningkatan maksimum yang mungkin adalah
+9,46185%, sedangkan penurunan nilai rata-rata ROA yang mungkin adalah -
9,46185%.
51
Model Summaryb
.211a .045 .011 9.41172 .842Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), GCGa.
Dependent Variable: ROAb.
Variabel NPM perusahaan sampel memiliki rata-rata sebesar 0,1127%.
Besarnya nilai standar deviasi adalah 0,09142%, hal ini menunjukkan bahwa
besarnya nilai rata-rata NPM adalah peningkatan maksimum yang mungkin
adalah +0,09142%, sedangkan penurunan nilai rata-rata NPM yang mungkin
adalah -0,09142%.
4.3. Analisa Model atau Pengujian Hipotesa
4.3.1. Hasil Pengujian Asumsi Klasik
Dari hasil pengujian asumsi klasik yang dilakukan pada gejala
heteroskedastisitas, autokorelasi, dan normalitas data yang terdapat pada model
regresi yang diuji diperoleh hasil berikut ini:
4.3.1.1 . Uji Autokorelasi
Untuk mendeteksi autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Durbin Watson. Nilai Durbin-Watson untuk persamaan regresi pertama dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
TABEL 4.5
NILAI DURBIN WATSON UNTUK PERSAMAAN REGRESI PERTAMA
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
52
Model Summaryb
.275a .076 .043 .08945 1.121Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), GCGa.
Dependent Variable: NPMb.
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa nilai Durbin Watson untuk
persamaan regresi pertama adalah sebesar 0,842. Nilai Durbin Watson tersebut
berada diantara -2 sampai +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
terbebas dari gejala autokorelasi.
Nilai Durbin Watson untuk persamaan regresi kedua dapat dilihat pada
tabel 4.6 berikut ini:
TABEL 4.6
NILAI DURBIN WATSON UNTUK PERSAMAAN REGRESI KEDUA
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil pengujian diperoleh bahwa nilai Durbin Watson untuk
persamaan regresi kedua adalah sebesar 1,121. Nilai Durbin Watson tersebut
berada diantara -2 sampai +2, sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
terbebas dari gejala autokorelasi.
4.3.1.2. Uji Heteroskedastisitas
Hasil pengujian heteroskedastisitas untuk persamaan regresi pertama dapat
ditunjukkan pada grafik plot, gambar 4.1 sebagai berikut:
53
10-1-2-3
Regression Standardized Predicted Value
4
3
2
1
0
-1
-2
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: ROA
Scatterplot
GAMBAR 4.1
GRAFIK SCATTERPLOT UNTUK PERSAMAAN REGRESI PERTAMA
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Dari gambar 4.1 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi pertama
sehingga model regresi layak untuk dipakai.
Hasil pengujian heteroskedastisitas untuk persamaan regresi kedua dapat
ditunjukkan pada grafik plot, gambar 4.2 sebagai berikut:
54
10-1-2-3
Regression Standardized Predicted Value
4
3
2
1
0
-1
-2
Reg
ress
ion
Stu
den
tize
d R
esid
ual
Dependent Variable: NPM
Scatterplot
GAMBAR 4.2
GRAFIK SCATTERPLOT UNTUK PERSAMAAN REGRESI KEDUA
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Dari gambar 4.2 terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi kedua
sehingga model regresi layak untuk dipakai.
55
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
30 30 30
79.6983 7.9123 .1127
8.62122 9.46185 .09142
.246 .222 .136
.102 .220 .136
-.246 -.222 -.097
1.349 1.214 .743
.053 .105 .639
N
Mean
Std. Deviation
Normal Parameters a,b
Absolute
Positive
Negative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
GCG ROA NPM
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
4.3.1.3. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji normal Kolmogorov-
Smirnov. Menurut metode ini jika suatu variabel memiliki nilai statistik KS
signifikan lebih besar dari 0,05 maka variabel tersebut memiliki distribusi normal.
Berdasarkan hasil uji normalitas dengan program SPSS 13.00 diperoleh besarnya
nilai statistik Kolmogorov-Smirnov yang dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai
berikut:
TABEL 4.7
NILAI STATISTIK KOLMOGOROV-SMIRNOV
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui besarnya Asymp. Sig untuk variabel
GCG sebesar 0,053, untuk variabel ROA sebesar 0,105, dan untuk variabel NPM
sebesar 0,639. Nilai Asymp. Sig tersebut lebih besar dari 0,05, maka variabel
memiliki distribusi normal.
56
Coefficientsa
-10.578 16.248 -.651 .520
.232 .203 .211 1.144 .262 .211 .211 .211
(Constant)
GCG
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Dependent Variable: ROAa.
4.3.2. Uji Hipotesa
4.3.2.1. Pengujian Hipotesa Pertama
Pengujian terhadap hipotesa pertama, penelitian menggunakan analisis
regresi linier sederhana dengan bentuk sebagai berikut:
Return on Assets = a + b1GCG + e
Keterangan:
ROA = kinerja keuangan yang diukur dengan ROA (perusahaan sampel)
GCG = skor penerapan GCG (perusahaan sampel)
a = konstanta regresi atau intersep
b1 = koefisien regresi skor penerapan GCG
e = error ( tingkat kesalahan )
Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana yang dilakukan dengan
program SPSS 13.00, maka hasil dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini:
TABEL 4.8HASIL ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANAPENGARUH PENERAPAN GCG TERHADAP ROA
Sumber: Olah data SPSS
57
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel 4.8 maka
dapat dituliskan persamaan regresi sebagai berikut:
ROA = -10,578 + 0,232 GCG + e
Nilai intersep atau konstanta regresi di atas sebesar -10,578% hal ini
menunjukkan bahwa besarnya nilai ROA perusahaan sampel jika nilai skor
penerapan GCG=0 adalah sebesar -10,578%. Koefisien regresi skor penerapan
GCG sebesar 0,232%, hal ini berarti jika skor penerapan GCG meningkat 1 maka
ROA perusahaan sampel akan meningkat sebesar 0,232%.
Pengujian hipotesa pertama penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
formulasi hipotesa sebagai berikut:
H1 = Ha1 : Penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap return
on assets (ROA).
H1 ≠ Ho1 : Penerapan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap
return on assets (ROA).
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Dengan demikian
penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap return on assets
(ROA).
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha1 ditolak dan Ho1 diterima. Dengan demikian
penerapan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap return on
assets (ROA).
58
Model Summaryb
.211a .045 .011 9.41172 .842Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), GCGa.
Dependent Variable: ROAb.
Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, besarnya probabilitas
adalah 0,262 yang lebih besar dari 0,05, dengan demikian Ha1 ditolak dan Ho1
diterima sehingga dapat diketahui bahwa penerapan Good Corporate Governance
tidak berpengaruh signifikan terhadap return on assets (ROA).
Sedangkan besarnya kontribusi pengaruh penerapan GCG terhadap ROA
dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut :
TABEL 4.9
NILAI R2 PENERAPAN GCG TERHADAP ROA
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Nilai R² =0,045 atau 4,5%, hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang
terjadi pada ROA perusahaan sampel dipengaruhi oleh penerapan GCG sebesar
4,5%, sedangkan sisanya sebesar 95,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak tercakup dalam model analisis, misalnya: kondisi persaingan yang dihadapi
perusahaan, kondisi ekonomi makro (nilai tukar rupiah, nilai suku bunga).
4.3.2.2. Pengujian Hipotesa Kedua
Pengujian terhadap hipotesa kedua, penelitian menggunakan analisis
regresi linear sederhana dengan bentuk sebagai berikut:
59
Coefficientsa
-.120 .154 -.776 .444
.003 .002 .275 1.514 .141 .275 .275 .275
(Constant)
GCG
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig. Zero-order Partial Part
Correlations
Dependent Variable: NPMa.
Net Profit Margin = a + b2GCG + e
Keterangan:
NPM = kinerja keuangan yang diukur dengan NPM (perusahaan sampel)
GCG = skor penerapan GCG (perusahaan sampel)
a = konstanta regresi atau intersep
b1 = koefisien regresi skor penerapan GCG
e = error ( tingkat kesalahan )
Berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana yang dilakukan dengan
program SPSS 13.00, maka hasil dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
TABEL 4.10HASIL ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANAPENGARUH PENERAPAN GCG TERHADAP NPM
Sumber: Olah Data SPSS
Berdasarkan hasil analisis regresi yang disajikan dalam tabel 4.10 maka
dapat dituliskan model regresi sebagai berikut:
NPM = -0,120 + 0,003 GCG + e
60
Nilai intersep atau konstanta regresi di atas sebesar -0,120% hal ini
menunjukkan bahwa besarnya nilai NPM perusahaan sampel jika nilai skor
penerapan GCG=0 adalah sebesar -0,120%. Koefisien regresi skor penerapan
GCG sebesar 0,003%, hal ini berarti jika skor penerapan GCG meningkat 1 maka
NPM perusahaan sampel akan meningkat sebesar 0,003%.
Pengujian hipotesa kedua penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
formulasi hipotesa sebagai berikut:
H2 = Ha2 : Penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap net profit
margin (NPM).
H2 ≠ Ho2 : Penerapan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap net
profit margin (NPM).
Kriteria pengujian yang digunakan adalah:
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Dengan demikian
penerapan good corporate governance berpengaruh terhadap net profit margin
(NPM).
Jika probabilitas > 0,05 maka Ha2 ditolak dan Ho2 diterima. Dengan demikian
penerapan good corporate governance tidak berpengaruh terhadap net profit
margin (NPM).
Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, besarnya
probabilitas adalah 0,141 yang lebih besar dari 0,05, dengan demikian Ha2 ditolak
dan Ho2 diterima sehingga dapat diketahui bahwa penerapan Good Corporate
Governance tidak berpengaruh signifikan terhadap net profit margin (NPM).
61
Sedangkan besarnya kontribusi pengaruh penerapan GCG terhadap NPM
dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut:
62
Model Summaryb
.275a .076 .043 .08945 1.121Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Durbin-Watson
Predictors: (Constant), GCGa.
Dependent Variable: NPMb.
TABEL 4.11
NILAI R2 PENERAPAN GCG TERHADAP NPM
Sumber: Hasil Olah Data SPSS
Nilai R² =0,076 atau 7,6%, hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang
terjadi pada NPM perusahaan sampel dipengaruhi oleh penerapan GCG sebesar
7,6% sedangkan sisanya sebesar 92,4% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang
tidak termasuk dalam model analisis, misalnya: kondisi persaingan yang dihadapi
perusahaan, kondisi ekonomi makro (nilai tukar rupiah, nilai suku bunga).
4.4. Pembahasan
Secara teoritis praktik good corporate governance dapat meningkatkan
kinerja perusahaan, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan
dengan keputusan yang menguntungkan sendiri dan umumnya good corporate
governance dapat meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan
modalnya yang berdampak terhadap kinerjanya dalam jangka panjang.
Berdasarkan penelitian diatas dihasilkan penerapan good corporate
governance (GCG) tidak berpengaruh terhadap return on assets (ROA) maupun
net profit margin (NPM). Hal tersebut dapat diketahui dari besarnya nilai
63
probabilitas dari masing-masing persamaan regresi linier sederhana. Untuk
persamaan pertama yaitu pengaruh penerapan good corporate governance
terhadap return on assets (ROA) mempunyai probabilitas sebesar 0,262 yang
lebih besar dari 0,05. Dari hasil analisis penelitian diatas juga diketahui besarnya
kontribusi pengaruh penerapan GCG terhadap ROA adalah R2 = 0,045 atau 4,5%
hal ini menunjukan bahwa perubahan terjadi pada ROA perusahaan sampel
dipengaruhi oleh penerapan GCG sebesar 4,5%, sedangkan sisanya sebesar 95,5%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak tercakup dalam model analisis,
misalnya: kondisi persaingan yang dihadapi perusahaan, kondisi ekonomi makro
(nilai tukar rupiah, nilai suku bunga). Untuk persamaan kedua yaitu pengaruh
penerapan good corporate governance terhadap net profit margin (NPM)
mempunyai probabilitas sebesar 0,141 yang lebih besar dari 0,05. Dari hasil
analisis penelitian di atas juga diketahui besarnya kontribusi pengaruh penerapan
GCG terhadap NPM adalah R² = 0,076 atau 7,6%, hal ini menunjukkan bahwa
perubahan yang terjadi pada NPM perusahaan sampel dipengaruhi oleh penerapan
GCG sebesar 7,6% sedangkan sisanya sebesar 92,4% dipengaruhi oleh faktor-
faktor lain yang tidak termasuk dalam model analisis, misalnya: kondisi
persaingan yang dihadapi perusahaan, kondisi ekonomi makro (nilai tukar rupiah,
nilai suku bunga).
Hal ini kemungkinan terjadi karena dilihat dari jangka waktu manfaat good
corporate governance bersifat jangka panjang yang tidak dapat diukur
kesuksesannya dan kinerja keuangan profitabilitas bersifat jangka pendek, dimana
64
hasil yang dicapai pada periode tersebut merupakan hasil tambah perusahaan.
Manfaat dari penerapan good corporate governance bersifat jangka panjang dan
berkesinambungan. Dengan pertimbangan finansial yang tidak terpengaruh secara
tiba-tiba. Hal ini berkaitan dengan prinsip konservatisme (kehati-hatian), yaitu
jika penerapan good corporate governance berpengaruh secara signifikan dengan
adanya kenaikkan laba atau penurunan laba, maka manajemen akan bersikap hati-
hati dalam menyusun laporan laba rugi. Hal ini dapat berpengaruh terhadap minat
investor dalam menanamkan modal.
Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh
Yudha Pranata (2007) dimana hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan
good corporate governance berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja
keuangan (yang diproxi dengan ROE, NPM dan Tobins), juga tidak mendukung
dengan penelitian yang telah dilakukan Connet et,. al (2005) dimana hasil
penelitiannya menyatakan bahwa good corporate governance berpengaruh positif
terhadap kinerja keuangan perusahaan (yang diproxi dengan ROA).
65
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Sebagai bagian akhir dari penulisan skripsi ini maka dalam bab ini penulis
sajikan simpulan dan saran. Simpulan dan saran yang disampaikan dalam bab ini
seluruhnya didasarkan pada hasil analisis data dan pengujian hipotesis. Adapun
simpulan dan saran tersebut adalah sebagai berikut:
5.1. Simpulan
1. Berdasarkan hasil uji t dapat disebutkan bahwa besarnya probabilitas
0,262 lebih besar dari 0,05, dengan demikian dapat diketahui bahwa
penerapan good corporate governance (GCG) tidak berpengaruh
signifikan terhadap return on assets (ROA), sehingga hipotesa pertama
yang menyatakan bahwa “Penerapan good corporate governance
berpengaruh terhadap return on assets (ROA)” tidak dapat didukung
kebenarannya.
2. Berdasarkan hasil uji t dapat disebutkan bahwa besarnya probabilitas
0,141 lebih besar dari 0,05, dengan demikian dapat diketahui bahwa
penerapan good corporate governance (GCG) tidak berpengaruh
signifikan terhadap net profit margin (NPM), sehingga hipotesa kedua
yang menyatakan bahwa “Penerapan good corporate governance
berpengaruh terhadap net profit margin (NPM)” tidak dapat didukung
kebenarannya.
65
66
5.2. Saran
1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan informasi yang diperoleh dari
hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan dalam rangka meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Diharapkan manajemen perusahaan mampu menjalankan
GCG secara lebih baik lagi serta menjadikan GCG sebagai budaya
perusahaan dan tidak memandang GCG hanya sebagai kepatuhan saja
sehingga manfaat dari penerapan GCG dapat dirasakan.
2. Bagi Dunia Akademik diharapkan hasil penelitian mengenai pengaruh
penerapan good corporate governance terhadap kinerja keuangan
perusahaan ini minimal dapat memberikan informasi bagi penelitian-
penelitian berikutnya dengan menggunakan variabel penelitian yang lain.
67
DAFTAR PUSTAKA
Brown, Lawrence, and J., Cailor. Corporate Governance and Firm Performance. Boston Accounting Research Colloquium 15th, (Desember). 2004.
Connet, Marcia, and Alan J., Earnings Management, Corporate Governance, and True Financial Performance : ECGI Finance Working Paper, (May). 2006.
Darmawati, Deni. 2004 dalam Putri. 2006. Hubungan Corporate Governance dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII.
Diah Kusuma Wardani. 2008. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Kinerja Perusahaan Di Indonesia. Skripsi Sarjana. Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Daniri. 2005. Good Corporate Governance: Konsep Dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Ray Indonesia.
Effendi, M. Arief. 2009. The Power of Good Corporate Governance Teori Dan Implementasi. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
FCGI. 2001. Corporate Governance: Tata Kelola Perusahaan. Edisi ke tiga. Yogyakarta: Penerbit: Sekolalah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Mulyadi. 1997. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Edisi Kedua
Murni dan Djamilah. 2009. Metodelogi Penelitian, Surabaya.
Prastowo dan Juliaty, 2008. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Edisi ke dua. Yogyakarta: Penerbit YKPN.
Santoso , Singgih.2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta : Penerbit Elex Media Komputindo.
Sugiono dan Untung. 2008. Panduan Praktis Dasar Analisa Laporan Keuangan. Jakarta: Penerbit Grasindo.
Tjager, I.N., Alijoyo, F.A., Dje mat, H.R, dan Soembodo B. 2003. Corporate Governance, Prenhallindo. Jakarta.
68
www.bpkp.go.id. Good Corporate Governance.
www.iicg.orgwww.fcgi.org.id. Definisi Good Corporate Governance. Publikasi 2006.
www.jamsostek.co.id
www.kbn.co.id
www.krakatausteel.com
Xiaonian. 2000 dalam Setyawan. 2006. Ownership Structure, Corporate Governance : The Case of Chinnese Stock Company.
Yudha Pranata. 2007. Pengaruh Penerapan Corporate Governance terhadap Kinerja Keuangan. Skripsi sarjana (tidak dipublikasikan). Yogyakarta : Fakultas ekonomi Universitas Islam Indonesia.