BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan internasional merupakan suatu sistem hubungan antar negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan kegiatan diplomasi sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai faktor penentu eksistensinya dalam hubungan internasional. Diplomasi merupakan proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu Pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap Pemerintah negara lain. 1 Diplomasi kekinian juga tidak hanya menyangkut kegiatan politik saja tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosial-budaya, hak asasi manusia dan lingkungan hidup yang digunakan di situasi apapun dalam hubungan antarbangsa untuk menciptakan perdamaian dalam percaturan politik global serta mencapai kepentingan nasional suatu negara. 1 Sumaryo Suryokusumo. 2004. Praktik Diplomasi. Jakarta: STIH IBLAM. Hal.1. 1
178
Embed
SKRIPSI AYU RISKA WAHYUDIYA SOFT DIPLOMACY KOREA SELATAN
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hubungan internasional merupakan suatu sistem
hubungan antar negara yang berdaulat dalam pergaulan
internasional yang menjadikan kegiatan diplomasi
sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai
faktor penentu eksistensinya dalam hubungan
internasional. Diplomasi merupakan proses politik
untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu
Pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap
Pemerintah negara lain.1 Diplomasi kekinian juga
tidak hanya menyangkut kegiatan politik saja tapi
juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut
aspek ekonomi, sosial-budaya, hak asasi manusia dan
diplomasi. Soft power menjadi tool utama diplomasi masa
kini yang disebut soft diplomacy. Kecenderungan
pelaksanaan soft diplomacy dengan menggunakan aplikasi
soft power dianggap efektif dan efisien sehingga mudah
untuk dilakukan tanpa harus menelan korban dan
menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya
paradigma aktor hubungan internasional, pelaksanaan
soft diplomacy melibatkan berbagai kalangan aktor non-
Pemerintahan. Oleh karena itu, soft diplomacy merupakan
bentuk nyata dari penggunaan instrument selain
tekanan politik, militer dan tekanan ekonomi yakni
dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan
diplomasi. Maka dari itu, platform politik luar
negeri dilakukan melalui soft diplomacy, seperti apa
yang di lakukan oleh Korea Selatan melalui budaya
Korean wave.2
2 Reza Lukmanda Yudhantara. 2011. Korean wave Sebagai Soft Diplomasi Korea Selatan. INAKOS dan Pusat Studi Korea
2
Korean wave adalah sebuah istilah yang merujuk
pada popularitas budaya pop Korea di luar negeri.
Genre Korean wave berkisar dari film, drama televisi,
dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat
pesat dialami oleh industri budaya Korea melalui
produk tayangan drama televisi, film, dan musik
menjadikannya suatu fenomena yang menarik untuk
diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam
pelaksanaan soft diplomacy yang mampu membangun citra
Korea Selatan dan mendukung peningkatan posisi Korea
Selatan di forum internasional secara umum dan
Indonesia secara khusus.3
Dewasa ini, Korea Selatan telah berkembang
menjadi salah satu negara paling makmur di Asia yang
ditandai dengan perekonomian Korea Selatan kini
terbesar ketiga di Asia dan ke-13 di dunia.4 Hal
Universitas Gadjah Mada (eds). Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 183.
3 KOCIS. Korean wave. [Online].http://www.korea.net/Government/Current-Affairs/Korean-Wave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011pukul 14.15 Wita.
4 BBC News. South Korea Profile. [Online]. http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-15289563. Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul 21.14 Wita.
lain karena sektor industri teknologi transportasi
dan teknologi komunikasi yang juga didukung oleh
sektor kebudayaannya melalui Korean wave. Pada tahun
2004, ekspor film dan program televisi bersama
dengan pariwisata dan produk K-Pop menghasilkan
pendapatan total hampir US$2 miliar.5 Selain itu,
menurut statistik Bank Of Korea dari bidang ekspor
budaya dan jasa hiburan, industri musik K-pop telah
menghasilkan US$794 juta tahun 2011 dan mengalami
peningkatan 25% dari US$637 juta di tahun 2010
seiring K-pop semakin diminati oleh masyarakat
internasional.6
Hubungan diplomatik Korea Selatan-Indonesia
secara resmi telah terjalin sejak 18 September 1973
dan direkatkan melalui pembentukan Kemitraan5 VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online].
http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita.
6 Chosun Ilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita.
Kemitraan Strategis tersebut mencakup kerja sama di
bidang politik, keamanan, ekonomi, perdagangan dan
sosial budaya. Hubungan bilateral melalui sosial-
kebudayaan Korea Selatan-Indonesia semakin intens
dijalankan seiring budaya Korean wave semakin digemari
masyarakat Indonesia. Popularitas Korean wave di
Indonesia ditandai dengan diselenggarakannya
serangkaian kegiatan pameran kebudayaan Korea sejak
tahun 2009 hingga 2011 yakni “Korea-Indonesia Week”.
Pergelaran budaya tersebut diselenggarakan oleh
Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia untuk
memperkuat hubungan bilateral di bidang sosial
kebudayaan karena melihat respon positif masyarakat
Indonesia terhadap budaya Korea Selatan. Di samping
itu, Pemerintah Korea Selatan membangun Pusat
Kebudayaan Korea di Jakarta agar dapat berfungsi
sebagai pusat informasi kebudayaan Korea Selatan.7
7 Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia. [Online].
5
Perkembangan K-pop didukung oleh peran
sinkronisasi antara aktor negara, yakni Pemerintah
Korea Selatan itu sendiri dengan aktor non-negara
seperti para pelaku bisnis, masyarakat, selebritis
dan media. Pemerintah Korea menjadikan K-Pop sebagai
upaya pembangunan citra ataupun nation-branding Korea
Selatan. Adapun pembangunan citra dinilai penting
untuk menciptakan ketertarikan negara lain guna
menjalin dan memperat hubungan bilateralnya
sekaligus untuk memperkukuh posisinya di forum
internasional.
Di era globalisasi yang ditunjang kemajuan
teknologi dan peran industri kreatif juga sangat
memungkinkan pengembangan soft diplomacy apalagi Korea
Selatan termasuk negara yang terdepan dalam revolusi
digital yang memiliki daya koneksi internet yang
cepat dan kuat.8 Melalui koneksi jaringan internethttp://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/index.jsp Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 22.25 Wita.
8 Wonjun Chung dan Taejun David Lee. 2011. Hallyu As A Strategic Marketing Key in the Korean Media Content Industry. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul
tersebut dapat mendukung dan memudahkan penyebaran
Korean wave ke berbagai belahan dunia sebagai bagian
pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan. Korean wave
kini semakin populer tidak hanya di daratan Asia
melainkan juga sudah mulai masuk secara perlahan ke
Eropa dan Amerika. Jika melihat lima puluhan tahun
yang lalu, Korea menjadi salah satu negara termiskin
di dunia namun dewasa ini Korea Selatan sudah mulai
bangkit dan dapat bersaing dengan negara-negara
maju.
Dengan demikian, ketika Korea Selatan
memperluas kegiatan diplomasinya ke negara-negara
yang masih berkembang, Korea Selatan memiliki
perspektif yang dapat menarik hati negara yang
dituju dengan menggunakan perspektif senasib sebagai
bangsa Asia seperti apa yang Korea Selatan alami di
masa lampau. Hal tersebut membuat transisi yang
sukses untuk sebuah negara yang sangat demokratis
dan bergerak maju di bidang industri manufaktur
National University Press. Hal. 449
7
serta ingin mengubah image budayanya yang lebih
modern dan disukai oleh masyarakat internasional.
Korea Selatan juga membangun citra Global Korea sebagai
negara yang terpercaya dan kooperatif dalam
melakukan kegiatan hubungan internasional.
Berdasarkan pandangan tersebut dan semakin
menjamurnya penggemar musik K-pop di Indonesia dan
didukung dengan landasan kerjasama di bidang
kebudayaan antara Pemerintah Korea Selatan-Indonesia
dengan melibatkan peran aktor non-negara dalam soft
diplomacy tersebut melandasi penulis untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Soft Diplomacy dalam
Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Dalam hubungan internasional penggunaan power
yang lebih cenderung terhadap soft power juga
mempengaruhi pelaksanaan diplomasi, yakni soft
diplomacy. Ketenaran Korean wave di Asia Tenggara
terkhusus Indonesia menjadikan Korea Selatan semakin
meningkatkan intensitas jalan soft diplomacy dengan
8
mengedepankan unsur kebudayaannya. Salah satu elemen
budaya Korean wave yakni musik pop Korea (K-Pop)
menjadi batasan penelitian yang dibahas dalam
penulisan ini terkait pengaruh K-pop sebagai aset soft
power dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di
Indonesia guna membangun citra Global Korea agar dapat
semakin memperkuat hubungan bilateral Korea Selatan-
Indonesia dalam kurun waktu tahun 2008-2012.
Pelaksanaan soft diplomacy Korea ini sangat
relevan dengan keterlibatan aktor negara dan aktor
non-negara di dalamnya sehingga pengimplementasian
pelaksanaan diplomasinya didukung oleh bentuk-bentuk
diplomasi multi jalur atau multi-track diplomacy. Oleh
karena itu, penulis mengkaji strategi pelaksanaan
soft diplomacy melalui peran Pemerintah yang juga
didukung oleh para pelaku bisnis, selebrtitis K-Pop
dan masyarakat secara umum serta pemanfaatan
fasilitas teknologi media informasi.
9
Berdasarkan penjelasan latar belakang serta
batasan masalah yang telah diuraikan, penulis
mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi pelaksanaan soft diplomacy
dalam membangun citra Korea Selatan di
Indonesia?
2. Apa pengaruh yang ditimbulkan oleh soft
diplomacy dalam membangun citra Korea Selatan
di Indonesia?
3. Bagaimana prospek pelaksanaan soft diplomacy
dalam membangun citra Korea Selatan di
Indonesia?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
10
a. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana strategi
soft diplomacy melalui musik K-pop dalam membangun
citra Korea Selatan di Indonesia.
b. Mengetahui dan menjelaskan apa pengaruh dari
pelaksanaan soft diplomacy melalui musik K-pop dalam
membangun citra Korea Selatan di Indonesia.
c. Mengetahui dan menjelaskan prospek dalam
membangun citra Korea Selatan di Indonesia
melalui soft diplomacy, khususnya melalui musik K-
Pop.
2. Kegunaan Penelitian
a. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu
bahan referensi bagi pelajar studi ilmu
hubungan internasional dalam hal kajian
mengenai soft diplomacy dan pembangunan citra
suatu bangsa melalui kebudayaan.
b. Penelitian ini pula diharapkan dapat menjadi
sumbangsih informasi dan bahan kajian bagi para
stakeholder ataupun pengambil kebijakan terutama
Pemerintah Korea Selatan dan Indonesia dalam
11
meningkatkan hubungan bilateral melalui soft
diplomacy.
D. Kerangka Konseptual
Peningkatan kebutuhan suatu negara untuk terus
saling berinteraksi dan melakukan hubungan kerjasama
dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan warga
negaranya yang semakin beranekaragam dan berubah
seiring waktu apalagi dalam berkehidupan
internasional, negara satu sama lain saling
membutuhkan untuk mencapai kepentingan ataupun
tujuan politik luar negeri mereka maka dilakukan
hubungan kerjasama secara bilateral. Hubungan
bilateral merupakan hubungan timbal balik antar dua
negara. Hubungan bilateral yang dijalin meliputi
berbagai isu di bidang politik, militer, pertahanan
dan keamanan, ekonomi, budaya dan pendidikan yang
dibangun melalui kesamaan kepentingan dan persepsi.
12
Dalam memahami konsep hubungan bilateral,
Budiono Kusumohamidjojo menyatakan pengertian
hubungan bilateral adalah:
Suatu bentuk kerjasama diantara dua negarabaik yang berdekatan secara geografismaupun yang jauh dari seberang lautandengan sasaran utama untuk menciptakankerjasama politik kebudayaan dan strukturekonomi9
Dengan demikian, hubungan bilateral tersebut
dijalin tanpa mempermasalahkan letak geografis suatu
negara namun bagaimana kedua negara dapat
berinteraksi untuk memenuhi kepentingan nasional di
berbagai bidang. Hubungan bilateral yang dijalin
tersebut tentunya dilandasi dengan adanya
kepentingan nasional yang ingin dicapai.
Kepentingan nasional adalah sebagai dasar dalam
menjelaskan bagaimana karakteristik negara tersebut
dalam menjalin hubungan internasional. Kepentingan
nasional merupakan tujuan fundamental dan faktor
penentu akhir yang mengarahkan para pembuat
9 Budiono Kusumohamidjojo. 1987. Hubungan Internasional:Kerangka Studi Analisis. Jakarta: Bina Cipta. Hal. 3.
13
keputusan dari suatu negara dalam merumuskan
kebijakan luar negerinya.10Untuk mencapai kepentingan
nasional tersebut, setiap negara melaksanakan
kegiatan diplomasi.
Kegiatan diplomasi kekinian mulai dijalankan
dengan mengedepankan unsur soft power yang dimiliki
oleh suatu negara yakni melalui soft diplomacy.
Munculnya kecenderungan penggunaan soft power dalam
berdiplomasi juga ditunjang karena pesatnya kemajuan
teknologi informasi di era globalisasi.11 Pelaksanaan
soft diplomacy tidak hanya karena proses politik tapi
juga dapat diterjemahkan menjadi kemanfaatan ekonomi
ataupun budaya. Susanto Pudjomartono seorang mantan
Dubes untuk Rusia untuk Indonesia menyatakan bahwa
soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran
gagasan, informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan
10 Anak Agung Banyu Perwita. dan Yanyan M.Yani. 2005.Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosdakarya.Hal.35
11 Aleksius Jemadu. 2008.Politik Global dalam Teori & Praktik. Yogyakarta:Graha Ilmu. Hal.118
14
lain antara negara dan bangsa, dengan harapan bisa
menciptakan pengertian bersama.12
Diplomasi kekinian juga identik dengan
paradigma multi-track diplomacy yang merupakan kelanjutan
dari first track diplomacy dan second track diplomacy seiring
dengan munculnya aktor non-negara dalam hubungan
internasional. Multi-track diplomacy dinyatakan oleh
Louis Diamond sebagai hubungan diplomasi antar
bangsa yang dapat dikategorikan dengan diplomasi
masyarakat atau diplomasi publik yang merupakan
sistem dari beberapa komponen proses dari suatu
tindak diplomasi.13 Hubungan antara kecenderungan dan
kegiatan dengan cara yang akan membantu memahami
bagian peran kegiatan diplomasi suatu negara dalam
mengungkapkan nila-nilai pendekatan politik ataupun
budaya dan bidang lainnya ditandai dengan citra yang
dimiliki oleh suatu negara.
12 Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 16.51 Wita.
13 Louise Diamond and John McDonald. 1996 Multi-TrackDiplomacy: A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres.
dipelajari seseorang yang relevan dengan situasi dan
dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya. Citra
membantu memberikan alasan yang dapat diterima
secara subjektif tentang mengapa segala sesuatu
hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi
politik ataupun yang lainnya. Pencitraan berasal
dari dalam namun dinilai oleh pihak luar mengenai
meningkat atau tidaknya suatu citra. Penilaian atau
tanggapan suatu negara ataupun masyarakat tersebut
dapat menimbulkan rasa hormat, kesan yang baik dan
menguntungkan terhadap pencitraan suatu negara yang
mana landasan pencitraan itu biasanya dari nilai-
nilai kepercayaan ataupun budaya masyarakat yang
terbentuk.14 Adapun pengertian pencitraan menurut
Aleksius Jemadu adalah:
Upaya suatu bangsa untuk mendefinisikandirinya baik kepada rakyatnya sendirimaupun dalam pergaulan internasional denganmenonjolkan keunggulan nilai-nilai budayayang dimilikinya dengan tujuan untuk
14 Dan Nimmo. 2006. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung:PT Remaja Rosdakarya. Hal. 4.
16
menciptakan pengaruh internasional yangsangat diperlukan untuk pencapaian tujuanpolitik luar negeri dan diplomasi secaraumum.15
Bentuk upaya pencitraan diri Korea Selatan
itupun diwujudkan melalui budaya popularnya yakni
Korean wave yang menjadi suatu kegiatan penting dalam
persaingan dunia bisnis dan sebagai soft power Korea
yang diimplementasikan dalam pelaksanaan soft
diplomacy. Pembangunan citra positif dari pandangan
masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan tentunya
dapat membangun citra politik negara itu sendiri.
Pembangunan citra juga dapat menimbulkan
ketertarikan dan kepercayaan publik negara lain
untuk melakukan kerjasama dengan Korea Selatan.
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode deskriptif untuk menggambarkan bagaimana
15 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.120.
17
strategi, pengaruh dan prospek soft diplomacy dalam
membangun citra Korea Selatan di Indonesia.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan teknik telaah pustaka yaitu dengan
cara mengumpulkan data dari literatur yang
berhubungan dengan permasalahan yang dibahas
berupa buku-buku, dokumen, jurnal dan surat kabar
atau majalah yang menunjang penelitian yang
dilakukan oleh penulis.
Selain itu, observasi lapangan baik secara
langsung maupun tidak langsung juga menjadi salah
satu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh
penulis. Adapun langkah-langkah observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Mengamati langsung pelaksanaan soft diplomacy Korea
Selatan melalui Korean wave dalam membangun
citranya di Indonesia.
18
b. Mengamati perkembangan soft diplomacy Korea Selatan
dalam membangun citranya di Indonesia melalui
media.
Dalam penelitian ini juga dilakukan teknik
pengumpulan data melalui metode wawancara terhadap
informan ahli ataupun dengan orang-orang yang
memiliki pengetahuan lebih tentang objek
penelitian. Dalam penelitian ini, informan yang
diwawancarai adalah tokoh Pemerintahan Korea dan
diplomat Indonesia serta wawancara terhadap tokoh
akademisi, peneliti dan masyarakat yang dianggap
mengetahui mengenai budaya Korean wave sebagai soft
diplomacy Korea Selatan.
Tabel 1. Daftar Informan
No Nama Informan Jabatan dan Institusi
Alasan
1. Kim Do Hyung First Secretary Republic Of Korea Embassy
Diplomat Korea yang menangani bagian pendidikan.
2. Prof. Yang SeungYoon
Professor (Emiritus), Hankuk University of Foreign Studies.
Pakar Studi Malay-Indonesia.
19
Seoul3. Indriana Kartini Peneliti
PerkembanganPolitik Internasional,LIPI. Jakarta
Peneliti kajian studipolitik Internasional, globalisasi dan peserta Youth Worker Training di Korea.
4. Kukuh Adirizky Information Manager, PusatKebudayaan Korea di Indonesia
Penanggung jawab bagianinformasi mengenai budaya Korea.
5. Dwi Hapsari Mintorahardjo
Marketing Manager Korea Tourism Organization. Jakarta
Penanggung jawab bagianpemasaran pariwisata Korea.
6. Gufron Sakaril Head section of Public Relation-Indosiar. Jakarta
Penanggung jawab hubungan masyarakat stasiun TV Indosiar
7. Fransiska Monika Diplomat Indonesia, Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia
Diplomat bagian Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik
8. Ridho Marketing Manager Exo
Penyelenggara K-Pop
20
Digital Agency Gathering ”Tribute to Super Junior”
9. Tokoh Masyarakat Pelajar, Penyanyi
Mereka yang mengetahui perkembanganK-Pop dan mendapat pengaruh langsung dalam pelaksanaan soft diplomacy.
Sumber: Diolah sendiri berdasarkan metodologi
yang dipilih.
Adapun tempat-tempat yang dikunjungi selama
pengumpulan data, antara lain:
1. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia,
Jakarta
2. Kedutaan Besar Republik Korea, Jakarta
3. Korean Culture Centre of The Republic of Korea in
Indonesia, Jakarta
4. Korean Tourism Organization, Jakarta
5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
Jakarta
6. Centre of Strategic International Studies, Jakarta
21
7. Freedom Institute, Jakarta
3. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dari
informan secara mendalam guna mendapatkan
informasi yang obyektif.16 Sedangkan data sekunder
diperoleh dari teknik pengumpulan data melalui
telaah pustaka, yaitu penelusuran literatur data
kepustakaan dari berbagai terbitan resmi yang
terdiri dari buku, dokumen, jurnal, majalah dan
surat kabar.17
4. Teknis Analisis Data
Teknis analisis data yang digunakan oleh
penulis adalah teknik analisis data kualitatif
dimana permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-
fakta yang ada kemudian mengkorelasikannya satu
sama lain untuk kemudian ditarik sebuah
16 Husain Umar. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama Hal. 131.
17 Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni. 2006. Metode PenelitianBisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal. 85
22
kesimpulan. Teknik analisis yang dilakukan secara
kualitatif ini juga bertujuan untuk membuat
penjelasan secara sistematis, faktual, sifat dan
fenomena yang diteliti melalui studi telaah
pustaka, observasi dan wawancara dari para
informan untuk mendalami studi penelitian
permasalahan ini.
5. Unit Analisis Data
Dalam penelitian ini, unit analisis data yang
diamati oleh penulis yakni aktor negara dan aktor
non-negara. Penulis meneliti mengenai sejauhmana
pengaruh soft diplomacy yang dijalankan oleh
Pemerintah Korea Selatan ke Indonesia dalam
mengembangkan K-pop di Indonesia. Serta apa
pengaruh yang ditimbulkan dari hal tersebut
terhadap pembangunan citra Korea dalam
meningkatkan hubungan bilateral Korea Selatan-
Indonesia yang didukung oleh peran pelaku bisnis
23
industri musik dan media serta masyarakat secara
umum.
6. Definisi Operasional
a. Soft diplomacy adalah salah satu bentuk kegiatan
diplomasi yang dilakukan dengan mengaplikasikan
penggunaan unsur soft power suatu negara dalam hal
ini yang dimiliki oleh Korea Selatan adalah K-
pop.
b. Multi-track diplomacy adalah diplomasi multipelaku,
yaitu dengan banyak cara dan jalur, tidak hanya
mengandalkan aktor negara (Pemerintah) secara
langsung akan tetapi dapat pula dilakukan oleh
aktor non-negara, seperti pelaku bisnis
industri musik K-pop hingga keterlibatan para
selebritis ataupun masyarakat secara umum serta
media dalam menjalankan soft diplomacy melalui K-
pop di Indonesia.
c. K-pop adalah istilah untuk musik pop Korea.
d. Pencitraan yang dimaksudkan adalah upaya
bagaimana Korea Selatan meningkatkan
24
eksistensinya dalam percaturan politik global
dengan menggunakan K-pop dalam meningkatkan
nation-brandingnya menjadi lebih positif sebagai
suatu negara dan semakin dikenal oleh
masyarakat internasional pada umumnya dan
Indonesia pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Hubungan Bilateral
Interaksi ataupun perjanjian dalam melakukan
hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara
merupakan salah satu aspek dalam hubungan
internasional. Negara satu sama lain berhubungan
dalam banyak kesempatan dan permasalahan, namun
banyak kegiatan diplomatik dilakukan secara
bilateral. Dewasa ini, hubungan internasional yang
dicirikan oleh interdependensi yang semakin intens
dimana tidak ada satu negarapun di dunia ini yang
25
dapat memenuhi kebutuhan di dalam negerinya sendiri,
maka menjalin kerjasama bilateral menjadi salah satu
instrumen untuk memanfaatkan setiap peluang mencapai
kepentingan nasional. 18 Ruang lingkup hubungan
internasional mulai dari politik, pertahanan dan
keamanan, ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup
dan hak asasi tentunya juga menjadi salah satu atau
lebih dari sebuah isu dalam hubungan bilateral.
Dalam hubungan kerjasama yang dijalin antar dua
negara diharapakan merupakan hubungan yang saling
mengisi kepentingan masing-masing. Adapun upaya
kerjasama tersebut tidak mengabaikan hak kedaulatan
suatu negara. Hal tersebut sejalan dengan definisi
hubungan bilateral menurut Juwondo yakni:
Hubungan interaksi antar dua negara yangdikembangkan dan dimajukan denganmenghormati hak-hak kedua negara untukmelakukan berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegaratanpa mengabaikan atau mengucilkankeberadaan negara tersebut sertamenunjukkan dan memberikan nilai tambahan
18 Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal. 12.
26
yang menguntungkan dari hubungan bilateralitu.19
Pelaksanaan hubungan bilateral dilakukan guna
meraih mutual benefit. Secara ideal kedua negara
bekerjasama untuk saling menguntungkan dengan
menyelaraskan tujuan nasional dan politik luar
negeri masing-masing negara. Hubungan bilateral yang
dijalin oleh dua negara tentunya memilki sifat dari
sasaran yang ingin dicapai dengan mempertimbangkan
beberapa peluang dan tantangan yang akan dihadapi.
Hal tersebut sepatutnya lebih cenderung pada peluang
keuntungan yang akan diberikan dalam pelaksanaan
kerjasama yang dijalin, karena peluang menjadi salah
satu faktor sukses atau gagalnya suatu kerjasama.
Pada umumnya hubungan bilateral mengacu pada
hubungan politik dan budaya yang melibatkan dua
negara.20 Terkait hal tersebut Kusumohamidjojo
menyatakan bahwa “kerjasama lebih mudah dijalin
19 Juwondo. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta: Rajawali Press. Hal.21.20 Sukawarsini Djelantik. 2008. Diplomasi antara Teori dan Praktik.
Yogyakarta: Garah Ilmu. Hal. 85.
27
melalui bidang kebudayaan daripada di bidang
militer”.21 Korea Selatan memiliki suatu peluang
besar dengan mengimplementasikan budaya pop melalui
musik sebagai salah satu objek dalam menjalin
hubungan kerjasama dengan Indonesia, sehingga dapat
menciptakan hubungan yang harmonis melalui
kebudayaan dan bisa memperkenalkan negaranya ke
seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Hubungan diplomatik Korea Selatan dengan
Indonesia secara resmi dijalin September 1973 dan
intensitas hubungan kerjasama meningkat dalam lima
tahun terakhir yang tercermin dari semakin
bertambahnya ikatan kerjasama antara kedua negara di
berbagai bidang mencakup politik, keamanan, ekonomi,
perdagangan dan sosial budaya. Korea Selatan
menjalin hubungan diplomatik di bidang kebudayaan
dengan Indonesia sangat membantu menopang pemasukan
sektor ekonomi-perdagangan sekaligus dapat
21 Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal. 92.
28
meningkatkan kekuatan politiknya karena Indonesia
merupakan bangsa pasar dan negara demokrasi yang
besar.
B. Kepentingan Nasional
Hubungan bilateral yang dijalin antar dua
negara tidak terlepas dari kepentingan nasional
masing-masing negara yang mendasarinya untuk
melakukan kerjasama. Setiap negara mengandalkan
dirinya pada kekuatan nasional untuk
menyelenggarakan politik luar negeri yang mengabdi
pada kepentingan nasional. Kepentingan nasional
adalah sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu
akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari
suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar
negerinya.22 Politik luar negeri tersebut menjadi
manifestasi utama suatu negara dari perilaku suatu
negara dalam berhubungan dengan negara lain. Jika
beberapa negara memiliki keselarasan dalam
kepentingan nasional yang diperjuangkan masing-22 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M.Yani. Op.Cit.
Hal.35.
29
masing baik itu alasan ideologis maupun pragmatis
maka negara-negara tersebut dapat menjalin hubungan
kerjasama yang baik dan sangat kooperatif satu sama
lain.23
Konsep kepentingan nasional itupun menjadi
penting karena dapat menjelaskan perilaku politik
luar negeri suatu negara dan sebagai upaya untuk
mengejar power, yang mana power tersebut adalah
segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan
memelihara kontrol atas suatu negara terhadap negara
lain.24 Oleh karena itu, kepentingan nasional
merupakan suatu bentuk tindakan survival suatu negara
dalam politik internasional melalui hubungan
kerjasama. Menurut Hans J. Morgenthau, arti survival
tersebut adalah kemampuan minimum suatu suatu bangsa
untuk melindungi identitas fisik, politik dan
identitas budaya mereka dari gangguan negara-negara
23 Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal. 86.24 Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe. 1982.
Introduction to International Relations: Power and Justice. New Jersey: Prentice Hall. Hal. 85.
30
lain.25 Menurut Joseph S. Nye apapun bentuk
Pemerintahannya, suatu negara pasti akan selalu
bertindak dalam kerangka kepentingan nasionalnya.26
Kepentingan nasional inilah yang nantinya memberikan
kontribusi yang besar bagi pembentukan pandangan
suatu negara. Dengan demikian, kepentingan nasional
dianggap sebagai suatu petunjuk dasar dari kebijakan
luar negeri suatu negara yang secara otomatis
mengarahkan kapan dan kemana negara harus bergerak
dalam sistem hubungan internasional.
Miroslav Nincic menyatakan tiga asumsi dasar
dalam mendefiniskan Kepentingan Nasional, yaitu:
Pertama, kepentingan itu harus bersifatvital sehingga pencapaiannya menjadiprioritas utama Pemerintah dan masyarakat.Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitandengan lingkungan internasional. Artinya,pencapaian kepentingan nasional dipengaruhioleh lingkungan internasional. Ketiga,kepentingan nasional harus melampauikepentingan yang bersifat partikularistik
25 P.Anthonius Sepu. 2011. Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal.165.26 Jospeh S. Nye.1992. Understanding International Conflicts. USA:
Harper Collins College Publisher. Hal. 40-41.
31
dari individu, kelompok, atau lembagaPemerintahan sehingga menjadi kepeduliaanmasyarakat secara keseluruhan.27
Kepentingan nasional yang bersifat vital bagi
suatu negara jika menyangkut mengenai eksistensi
kedaulatan dan yurisdiksi suatu wilayah. Upaya dalam
mencapai kepentingan yang bersifat vital ini
menggunakan kekuatan militer (hard power) sedangkan
kepentingan yang besifat sekunder diperjuangkan
dalam kebijakan luar negeri seperti melalui
pertukaran misi kebudayaan dan bentuk soft power
lainnya. Dalam upaya pencapaian tujuan nasional
tersebut tidak hanya melibatkan kepentingan penguasa
saja tetapi lebih mengedepankan kepentingan rakyat
secara keseluruhan.
James N. Rossenau mengatakan bahwa Kepentingan
nasional memiliki dua kegunaan, yakni:
pertama, sebagai analitis untukmenggambarkan, menjelaskan ataumengevaluasi politik luar negeri. Dankedua, sebagai alat tindakan politik
27 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal. 67.
32
sebagai sarana untuk membenarkan, mengecamatau mengusulkan kebijaksanaan.28
Sebagai dasar politik luar negeri suatu negara,
kepentingan nasional menjadi poin utama dalam upaya
menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku
suatu negara dalam perpolitikan internasional serta
menjadi dasar penentu pembuat kebijakan luar negeri.
Kepentingan nasional suatu bangsa dengan sendirinya
perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang berkembang
dan menjadi ciri khas suatu negara. Aspek kebudayaan
yang dimiliki oleh setiap negara tentunya mempunyai
karakteristik paling khas. Kebijakan luar negeri yang
telah ditetapkan oleh suatu negara diimplementasikan
pelaksanaannya melalui diplomasi. Hubungan diplomasi
Korea Selatan dengan Indonesia dijalin melalui soft
diplomacy dengan mengedepankan nilai dan aspek
kebudayaan untuk mencapai kepentingan nasional.
C. Soft Diplomacy
28 Mohtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES. Hal. 140.
33
Salah satu bentuk penerapan hubungan bilateral
adalah melalui diplomasi. Diplomasi dapat dilakukan
dalam berbagai dimensi baik bilateral, regional
maupun internasional. Unsur kekuatan diplomasi sangat
diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan
suatu negara merdeka. Diplomasi telah menjadi bagian
integral setiap negara dalam menjalankan hubungan
internasional. Kekuatan diplomatik akan sangat
bermanfaat bagi suatu negara untuk menjaga pertahanan
nasional serta mencari kesempatan baru dalam menjalin
hubungan persahabatan dengan negara lain.29
Pengertian diplomasi menurut Sumaryo
Suryokusumo adalah:
Cara-cara di mana negara melalui wakil-wakil resmi maupun wakil-wakil lainnyatermasuk juga para pelaku lainnya,membicarakan dengan baik, mengkoordinasikandan menjamin kepentingan-kepentingantertentu atau yang lebih luas denganmengadakan pertukaran pandangan,pendekatan, kunjungan-kunjungan dan bahkan
29 Yang Seung Yoon. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yogyakarta: UGMPress. Hal. 1.
34
sering dengan ancaman-ancaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya.30
Diplomasi sebagai upaya suatu bangsa untuk
mencapai kepentingan nasional dan instrumen dalam
pelaksanaan kebijakan politik luar negeri, tentunya
ditunjang oleh power yang dimiliki suatu negara.
Tujuan diplomasi yang diharapkan suatu bangsa adalah
terciptanya landasan persahabatan yang membimbing
bangsa-bangsa menuju kerjasama dan perdamaian. Dengan
demikian, diplomasi yang merupakan seni, cara atau
teknik atau strategi dalam menyampaikan kebijakan
dengan wakil-wakil negara lain demi memperjuangkan
suatu kepentingan mengalami perkembangan dari bentuk
yang tradisional dengan menggunakan ancaman-ancaman
menjadi diplomasi yang lebih modern dengan pendekatan
yang lebih lembut dan bersifat persuasif yakni dengan
menggunakan soft power.
Joseph Nye menyatakan pengertian Soft power
adalah “getting others to want the outcomes that you want without
30 Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal. 11-12.
35
inducements (“carrots”) or threats (“sticks”).31 Soft power ini
sendiri melengkapai dua dimensi hard power suatu
negara yakni militer (”carrots”) dan tekanan ekonomi
(“sticks”) dimana soft power menjadi cara ataupun perilaku
ketiga untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hard
power dan soft power hakikatnya memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi tindakan pihak lain namun
perbedaannya terletak pada perilaku dan sumber daya
yang digunakan. Bentuk soft power merupakan bentuk
power yang mudah menarik perhatian negara lain dengan
melalui pendekatan lebih lembut dan tanpa ancaman
untuk mencapai apa yang diinginkan oleh suatu negara,
seperti melalui sumber daya budaya.
Tabel 2: Tipe Power
Type of Power Behaviors PrimaryCurrencies
GovernmentPolicies
Military Power Coercion,deterrence,protection
Threats andForce
CoercieveDiplomacy, war,
allianceEconomic
PowerInducement and
coercionPayments and
sanctionsAid, bribes,sanctions
Soft Power Attraction and Values, culture, Public
31 Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public Affairs. Hal.5
36
agenda setting policiesinstitutions.
diplomacy,bilateral andmultilateraldiplomacy
Sumber: Joseph S. Nye. 2004. Soft power: The Means to SuccesIn World Politics. New York: Public Affairs.Hal.31
Adapun tiga sumber utama dalam soft power yakni,
daya tarik budayanya, nilai politik dan kebijakan
luar negerinya. Budaya adalah seperangkat nilai dan
bentuk praktik dalam menciptakan makna terhadap suatu
masyarakat yang mana bentuk budaya itu sendiri dapat
berupa seni artistik, pendidikan, bahasa
kesusastraan, hingga budaya pop yang fokus ke bentuk
hiburan untuk masyarakat umum (musik, tarian, film).
Jika dalam kebudayaan suatu bangsa mengandung nilai-
nilai yang universal dan kebijakan mempromosikan
nilai-nilainya dan memiliki daya tarik bagi pihak
lain maka hal tersebut dapat meningkatkan popularitas
suatu negara karena daya tarik yang dibentuk melalui
budaya tersebut.32
32 Ibid. Hal. 11
37
Dengan melihat tipe-tipe power pada Tabel 2,
kekuatan diplomatik itu dapat dijalankan tanpa
menggunakan biaya politik dan kekuatan militer yang
cukup besar sehingga dapat dikatakan bahwa ada
kekuatan ataupun instrumen lain dalam penentuan
kebijakan luar negeri. Soft diplomacy merupakan
pelaksanaan kebijakan pemerintah sebagai bentuk nyata
dari penggunaaan instrumen selain politik dan militer
dalam hubungan internasional yang membawa unsur soft
power dalam pengaplikasiannya.33 Disamping itu, dalam
memainkan peran penting di era globalisasi ini dimana
pelaksanaan diplomasi dimudahkan dengan perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi juga mengharuskan
pemanfaatan soft power yang dimiliki suatu negara
dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan
nasional suatu negara melalui soft diplomacy.34
Sebagai jawaban praktik hard diplomacy yang
mewakili aktivitas terkait dengan kekerasan,
33 Reza Lukmanda Yudhantara. Loc.Cit.34 Jack Kemp. 2007. Soft diplomacy Is The Best Plan. [Online].
http://www.humanevents.com/article.php?id=19791. Diaksespada tanggal 8 Desember 2011 pada pukul 13.29 Wita.
soft diplomacy lebih menekankan kepada tatalaksana dari diplomasi yang menggunakankekuatan seperti kebijakan, nilai-nilaiyang dianut dalam masyarakat maupunkebijakan yang diambil oleh Pemerintahsuatu negara demi memenangkan hati negaralain.36
Soft diplomacy merupakan istilah yang berkembang
sebagai bentuk diplomasi budaya seiring semakin
ditinggalkannya penggunaan hard power yang dimiliki
oleh suatu negara untuk mencapai kepentingannya sejak
berakhirnya perang dingin. Awal pelaksanaan soft
diplomacy ini dimulai oleh Jepang dengan menggunakan
budaya sebagai sarana mempengaruhi negara lain untuk
meningkatkan citra Jepang. Komik Jepang yang dikenal35 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal.209.36 Monika, F (April,2012). Personal Communication
39
dengan nama manga, film-film kartun seperti doraemon,
atau animasi (populer dengan sebutan anime) seperti
Pokemon menghasilkan apresiasi luar biasa terhadap
Jepang.
Pada masa pemerintahan Presiden Amerika
Serikat, Barrack Obama, pelaksanaan soft diplomacy
semakin dikenal dan cenderung menjadi bentuk
diplomasi utama dalam hubungan internasional
kekinian. Presiden Obama melalui Menteri Luar Negeri
AS, Hillary Clinton, semakin gencar mengedepankan soft
power dalam kegiatan hubungan internasionalnya melalui
aktivitas soft diplomacy dengan melakukan pendekatan
melalui budaya. Kebijakan Amerika Serikat tersebut
tentunya memberi pengaruh terhadap dinamika kegiatan
hubungan internasional seiring semakin meningkatnya
citra Amerika setelah beralih kekuasaaan dari mantan
Presiden Bush dimana saat itu Amerika sangat identik
dengan kebijakan hard power-nya.
Melalui soft diplomacy, negara berusaha sedapat
mungkin untuk memikat negara lain sekaligus
40
masyarakat yang ada di dalamnya dengan kebudayaan
yang dimiliki dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh
karena itu soft diplomacy yang berwujud budaya lebih
menghasilkan diplomasi yang kuat, seperti apa yang
telah diutarakan oleh Susanto Pudjomartono seorang
mantan Dubes Indonesia untuk Rusia bahwa soft diplomacy
ini diartikan sebagai pertukaran gagasan, informasi,
seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara
dan bangsa, dengan harapan bisa menciptakan
pengertian bersama.37
Aktifitas soft diplomacy dapat mengarahkan
berbagai kedekatan politik menjadi kemanfaatan
ekonomi seperti melalui promosi perdagangan dan
membantu tugas promosi pariwisata. Maka dari itu,
adapun senjata utama dalam pelaksanaan soft diplomacy
yakni dengan menggunakan media dalam suatu event
untuk berhubungan dan berinteraksi dalam memberi
informasi baik itu untuk mendidik ataupun untuk
37 Susanto Pudjomartono. 2011. Soft diplomacy. [Online]. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 16.51 wita.
internasional melalui berbagai event seni dan budaya.
Melalui penggunaan seni dan budaya popular sebagai
soft diplomacy, Korea Selatan dapat menggunakan hal
tersebut untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya
sekaligus mengukuhkan perannya dalam dunia
internasional secara umum dan Indonesia secara
khusus. Aset soft diplomacy yang digunakan Korea Selatan
saat ini adalah melalui budaya pop yang dikenal
dengan istilah Korean wave. Korean wave dijadikan sebagai
salah satu bentuk diplomasi budaya Korea Selatan
dalam era globalisasi informasi dan sosiologis.39
38 Mark Scott. 2009. A Global ABC Soft Diplomacy and the World of International Broadcasting. Bruce Allen Memorial Lecture, 5 November 2009, Macquarie University. Sydney.
39 Jeong-Nam Kim dan Lan Ni. 2011. The Nexus between Hallyu and Soft power. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). 2011. Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal 131.
42
Di lain pihak, Menurut Hans J. Morgenthau,
dalam pencapaian kepentingan nasional ditunjang oleh
sembilan unsur kekuatan nasional yang mana salah
satunya adalah kualitas diplomasi. Kualitas diplomasi
berarti sejauh mana diplomasi tersebut mendapati
kesepakatan yang menguntungkan bagi negara,
setidaknya tidak mengalami kerugian dari kesepakatan
yang dicapai.40 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
Soft diplomacy memiliki kualitas diplomasi sebagai upaya
dalam pencapaian kepentingan nasional.
Soft diplomacy sebagaimana berdasarkan pada tata
laksana suatu diplomasi yang lebih atraktif dan
persuasif dijalankan dengan menggunakan kekhasan
suatu bangsa seperti budaya, memang memerlukan proses
yang berjalan lama namun dampak yang ditimbulkannya
dapat berlangsung lama karena sasarannya tidak hanya
langsung pada negara melainkan pada masyarakat secara
umum sehingga terbentuk opini publik yang dapat
mempengaruhi keputusan pembuat kebijakan dalam suatu40 Sri Hayati dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung: PT.RefikaAditama. Hal. 73.
43
negara. Dengan perkembangan situasi internasional
dewasa ini dimana meningkatkan pendekatan yang
bersifat people-to-people menjadi salah satu upaya dalam
soft diplomacy Korea Selatan yang tidak hanya melibatkan
aktor negara (track one diplomacy) dalam
pengaktualisasiannya. Soft diplomacy juga dilakukan
dalam pertemuan yang tidak resmi tanpa harus melalui
protokol formal kenegaraan sehingga terlaksananya soft
diplomacy juga didukung oleh pelaksanaan multi-track
diplomacy yang melibatkan berbagai aktor non-negara.
D. Multi-track Diplomacy
Studi diplomasi mengalami perkembangan pesat
sejak berakhirnya Perang Dingin di era 1990an dan
abad ke 21 yang juga menciptakan revolusi teknologi
sehingga mendorong terjadinya perubahan aktor utama
diplomasi.41Dinamika hubungan internasional di era
globaslisasi ini menimbulkan beragam isu-isu politik
global dalam pelaksanaan diplomasi dan melibatkan
41 Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. 2011. The Future of Diplomacy; Changing Practices, evolving relationships. International Journal, Summer 2011. Canada: Canadian International Council. Hal. 527.
44
banyak aktor dengan kepentingannya masing-masing.
Kompleksitas permasalahan internasional yang semakin
beragam menjadikan penyelesaian konflik untuk
menciptakan dan menjaga perdamaian menjadi lebih
rumit. Brian Hocking mengemukakan bahwa bentuk
diplomasi kontemporer membutuhkan penyesuaian dengan
perkembangan lingkungan internasional yang cepat
berubah sehingga Pemerintah perlu menyadari
kemunculan aktor non-negara, seperti tokoh
masyarakat, perusahaan swasta, partai politik, NGOs,
seniman atau budayawan hingga media massa pun
menempati peran penting dalam upaya mencapai tujuan
diplomasi secara optimal.42
Multi-track diplomacy adalah konsep yang
dikembangkan oleh Louise Diamond dan John W.
McDonald. Multi-track diplomacy merupakan suatu perluasan
dan pembedaan antara first track diplomacy dan second track
diplomacy yang dibuat oleh Joseph Montville di tahun
42 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal. 96.
45
1982.43 Pada tahun 1991, Louise Diamond dan McDonald
mengembangkan kedua jalur tersebut menjadi sembilan
jalur yakni Pemerintah, conflict resolution professionals,
bisnis, warga negara, penelitian, pelatihan dan
pendidikan, aktivisme, agama, pendana atau pemberi
dana dan media.44
Gambar 1: Sembilan Multi-track Diplomacy
Sumber: Louise Diamond and John McDonald. 1996Multi-Track Diplomacy; A Systems Approach to PeaceThird Edition. Kumarian Pres.Hal. 15
43 C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa Laut China Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2). Hal 75.
44 Ibid.
46
Pelaksanaan multi-track diplomacy didasarkan pada
kesadaran dan keinginan aktor non-negara secara umum
dari berbagai kalangan yang memiliki latar belakang
dan kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukan usaha
menciptakan peacemaking dan peacebuilding.45 Menyikapi
bermunculannya aktor-aktor non-negara yang terlibat
dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri suatu
negara diharapkan bisa memberi kontribusi yang
positif bagi pencapaian kepentingan nasional
khususnya dalam membangun citra bangsa yang positif
di mata dunia internasional serta dalam mengisi dan
mengembangkan kerjasama di berbagai bidang dan
mengatasi permasalahan global.
Multi-track diplomacy telah menjadikan diplomasi
bukan hanya tugas diplomat professional ataupun
Pemerintah dalam pengertian umum, namun merupakan
sebuah upaya untuk merangkul dan melibatkan
masyarakat dari berbagai negara dalam suatu hubungan
yang harmonis guna mewujudkan persahabatan bangsa-
45 Louise Diamond and John McDonald. Op.Cit. Hal. 14.
47
bangsa menuju perdamaian dunia. Selain itu pula, di
era globalisasi kini semakin memudahkan hubungan
antar negara terjalin dengan memanfaatkan kecanggihan
teknologi transportasi dan komunikasi (internet).
Berkembangnya peran aktor non-negara dalam
hubungan internasional juga disadari oleh Pemerintah
Korea Selatan, sehingga dalam platform pelaksanaan soft
diplomacy Korea Selatan, aktor negara dan aktor non-
negara bekerja sama saling mendukung dalam memperluas
jaringan Korea di dunia melalui pengembangan budaya
popular Korean wave untuk meningkatkan citra bangsa
dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Diantara
sembilan jalur multi-track diplomacy, track one, track two, track
three, track four dan track nine adalah aktor yang terlibat
dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan yang
diteliti dalam penulisan ini.
Track one diplomacy adalah diplomasi yang dilakukan
oleh aktor negara yakni pemerintah (government-to-
government) dan merupakan elemen penting dalam
diplomasi. Track one diplomacy dilakukan dengan
48
mempertimbangkan aspek formal dalam proses
pemerintahan karena dilakukan oleh kepala negara
ataupun diplomat professional serta wakil-wakil yang
telah diberi instruksi oleh negara yang berdaulat.46
Track two diplomacy adalah bentuk diplomasi yang
dilakukan oleh aktor-aktor non-negara dalam situasi
informal untuk dapat menangani konflik-konflik antar
kelompok masyarakat yang tujuannya menurunkan
ketegangan dengan cara meningkatkan komunikasi dan
saling pengertian untuk menciptakan perdamaian dunia.
Menurut McDonald, diplomasi jalur kedua ini adalah
sebagai pendukung diplomasi jalur pertama dalam
membuka jalan bagi negosiasi-negosiasi dan
kesepakatan yang dilakukan oleh Pemerintah.47
Track three diplomacy adalah diplomasi bisnis yang
melibatkan peran para pelaku bisnis melalui peluang
kegiatan kerjasama internasional di bidang ekonomi
guna menjalin relasi dengan negara-negara lain
melalui komunikasi ataupun jaringan bisnis untuk46 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal. 20.47 Louise Diamond dan John McDonald. Op.Cit. Hal. 38.
49
membantu menciptakan perdamaian dan memperkokoh
interaksi kerjasama bisnis dan perekonomian
antarnegara.48
Track four diplomacy menggambarkan keikutsertaan
masyarakat dalam diplomasi yang disebut citizen
diplomacy. Peran seluruh lapisan masyarakat akan lebih
mudah dan jangkauannya luas dalam menjalin relasi
untuk mewujudkan perdamaian dan kerjasama baik itu
melalui kegiatan pertukaran, organisasi sukarela dan
organisasi non-Pemerintah lainnya, special-interest groups
hingga para selebritis dinyatakan sebagai aktor baru
dalam dunia perpolitikan global. Keterlibatan
masyarakat luas dalam diplomasi multi jalur merupakan
sebuah kecenderungan baru di era globalisasi sebagai
ungkapan kepedulian dan tanggung jawab terhadap
masalah-masalah yang terkait kebijakan luar negeri
dan perdamaian dunia. 49
48 Ibid. Hal. 52-5349 Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. Op.Cit. Hal. 533.
50
Track nine diplomacy yang memainkan peran media
tentunya dapat memberikan pengaruh yang signifikan
dalam menyampaikan informasi dan aspirasi rakyat
hingga menciptakan opini publik guna menjaga
perdamaian dan meningkatkan kerjasama. Track nine
diplomacy adalah bentuk diplomasi bagaimana opini
publik dibentuk dan diekspresikan oleh berbagai
elemen media. Di era globalisasi kini, media semakin
berperan penting karena dengan mudah menyebarkan
informasi maupun peristiwa teraktual dari seluruh
belahan dunia melalui televisi ataupun jaringan
internet, sehingga sangat membantu dalam proses
penyelenggaran diplomasi suatu negara. Media
bertindak sebagai messenger dan berada dalam lingkaran
sentris untuk menghubungkan peran para aktor multi-track
diplomacy yang berperan aktif dalam membangun saling
pengertian dan toleransi antarnegara, antar budaya
ataupun antar agama.50
50 Louise Diamond dan John McDonald. Op.cit. Hal. 15.
51
Seluruh jalur dalam pola hubungan multi-track
diplomacy memperlihatkan hubungan antar semua jalur
pada tingkat yang sama. Setiap jalur memiliki sumber
daya, nilai dan pendekatannya masing-masing namun
saling mempengaruhi satu sama lain. Multi-track diplomacy
juga identik sebagai diplomasi publik yang merupakan
bentuk diplomasi dalam menjembatani antara dinamika
kepentingan nasional di percaturan politik dunia dan
aspirasi masyarakat domestik.51 Pemerintah Korea
Selatan melalui Ministry of Foreign Affairs and Trade (MOFAT)
menetapkan tahun 2010 sebagai starting point dalam
mempromosikan diplomasi Publik dan mendirikan Korean
Diplomacy Public Forum serta bekerjasama dengan Korean
Foundation.52 Diplomasi publik merupakan implementasi
dari track two diplomacy. Isu utama diplomasi publik
adalah arus transnasional dan ide-ide kepentingan
nasional dipromosikan dengan berbagai upaya untuk
51 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.7.52 Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic
White Paper 2011. Republic of Korea. Hal. 269.
52
menyebarkan informasi saling pengertian dan
mempengaruhi masyarakat asing.53
Bentuk diplomasi multi jalur sebagai bentuk
diplomasi yang baru dengan bermunculannya berbagai
aktor non-negara di era globalisasi yang didukung
oleh inovasi teknologi diyakini dapat lebih powerfull
dalam melakukan negosiasi untuk mencapai kepentingan
nasional suatu bangsa. Penerapan multi-track diplomacy
akan semakin mendorong jaringan kerjasama suatu
negara dengan negara lain karena komponen para aktor
dalam multi-track diplomacy menempati posisi berbeda
tetapi terkait satu sama lain dan saling berinteraksi
untuk membangun kerjasama yang strategis, terlebih
lagi media semakin bisa membentuk opini publik secara
efektif yang dapat mempengaruhi tindakan Pemerintah
mengambil kebijakan melalui apa yang ditampilkan
dalam berita melalui media cetak, media elektronik
dan tentunya media online (internet).
E. Pencitraan
53 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal. 19.
53
Konsep citra (image) dikembangkan oleh para
ilmuwan sosial dalam membahas variabel psikologis
manusia dalam mensinkronkan dengan lingkungannya,
mereka beranggapan bahwa suatu citra timbul dari
interaksi berbagai sikap dan asumsi yang
dikembangkan seseorang dalam mempelajari
lingkungannya.54 Hubungan antara kecenderungan dan
kegiatan dengan cara yang akan membantu memahami
bagian peran kegiatan diplomasi suatu negara dalam
mengungkapkan nila-nilai pendekatan politik ataupun
budaya dan bidang lainnya ditandai dengan citra yang
dibentuk. Pencitraan membantu memberikan alasan yang
dapat diterima secara subjektif tentang mengapa
segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang
preferensi politik ataupun yang lainnya yang tidak
hanya bersifat politis.
54 William D. Coplin dan Marsedes Marbun. 1992. Pengantar Politik Internasional; Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru.Hal. 43.
54
Landasan penilaian citra terletak pada nilai-
nilai kepercayaan atau sistem nilai atau lebih luas
lagi pada kebudayaan.55 Citra menentukan cara
seseorang memandang dunia dan citra tersebut
digunakan untuk mengorientasikan pengambil keputusan
sehingga citra memainkan peran yang menentukan dalam
upaya untuk membentuk perilaku para pengambil
keputusan politik luar negeri.56 Citra yang berhasil
dibangun oleh suatu negara terasa sangat penting dan
bermanfaat dalam melaksanakan politik luar negerinya
karena akan dimudahkan dalam menarik perhatian
negara lain dalam memandang dan menilai negara
tersebut. Pencitraan yang terbentuk merupakan modal
awal suatu negara untuk menjalin hubungan bilateral
dalam mencapai kepentingan nasional. Aleksius Jemadu
menyatakan pengertian pencitraan adalah:
upaya suatu bangsa untuk mendefinisikandirinya baik kepada rakyatnya sendirimaupun dalam pergaulan internasional denganmenonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya
56 William D. Coplin dan Marsedes Marbun. Op.cit. Hal 91.
55
yang dimilikinya dengan tujuan untukmenciptakan pengaruh internasional yangsangat diperlukan untuk pencapaian tujuanpolitik luar negeri dan diplomasi secaraumum.57
Pembangunan citra suatu bangsa tidak hanya
dimaksudkan untuk membangun citra dari kesan yang
negatif menjadi positif namun dapat pula berarti
untuk memelihara atau mempertahankan citra, hingga
meningkatkan citra positif yang telah dimiliki oleh
suatu bangsa. Citra itu sengaja diciptakan agar
bernilai positif. Citra positif memang penting bagi
sebuah bangsa, setidaknya dengan citra baik yang
dimilikinya negara tersebut akan dihormati,
dihargai, disegani, dan dipercaya sehingga
meningkatkan kerjasama dengan negara-negara lain dan
memperkuat posisi persaingan dalam perpolitikan
global dan dapat dengan mudah mencapai kepentingan
nasionalnya di suatu negara. Bangsa lain akan salut
terhadap negara yang bersangkutan dan akan berpikir
ulang bila ingin mengusik kedaulatannya. Efeknya
57 Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal.120.
56
negara akan memiliki kewibawaan baik ditingkat
regional maupun internasional.58
Pembangunan citra suatu bangsa di luar negeri
termasuk dalam penanganan berbagai isu politik,
ekonomi, sosial budaya yang didasarkan pada norma
dan nilai yang dianut oleh masyarakat dalam negeri
tanpa mengabaikan norma pergaulan internasional.
Upaya pembentukan citra ini didukung oleh
pelaksanaan dalam diplomasi publik (track two diplomacy).
Pembangunan citra ini bukan hanya menjadi agenda
nasional dan dilakukan oleh departemen luar negeri
semata melainkan dijalankan oleh seluruh lapisan
masyarakat dan tentunya dibantu oleh peran media
dalam membentuk opini publik dan mendefinisikan
citra.
58 T. May Rudy. 2005.Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional.Bandung: PT. Refika Aditama. Hal. 139.
57
Citra yang ingin dibangun Korea Selatan
merupakan produk dari konstruksi sosial yang
dibangun dari pandangan dunia, karakter bangsa dan
pandangan personal tanpa ditentukan oleh ideologi
negara. Pencitraan juga sangat penting dilakukan
oleh sebuah negara untuk memasarkan produknya ke
seluruh dunia, mengundang investor dari negara lain
agar menanamkan modalnya sehingga menunjang
pertumbuhan ekonomi suatu negara.59 Dengan demikian,
Korean wave adalah sebagai sikap dan tindakan nyata
Pemerintah dan rakyat Korea Selatan untuk membangun
citra bangsa dalam memperkenalkan identitas politik,
ekonomi, dan budayanya sekaligus mencapai
kepentingan nasional dalam berbagai bidang kerjasama
dengan Indonesia.
59 Mohammad Shoelhi. 2011. Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal.159-160.
58
BAB IIISOFT DIPLOMACY KOREA SELATAN DI INDONESIA
A. Kepentingan Nasional Korea Selatan di Indonesia
Korea Selatan memiliki dua kebijakan nasional
utama dalam pelaksanaan politik luar negerinya yakni,
mengembangkan ekonomi nasional sambil memperkuat
kekuatan pertahanannya.60 Namun, disamping itu
Pemerintah Korea Selatan juga bermaksud untuk
memberikan peran dan berkontribusi yang lebih besar
bahkan lebih lengkap dalam forum internasional untuk
mengatasi masalah-masalah global seperti non-
60 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas’oed. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yoyakarta: UGM Press. Hal. 8
59
proliferasi dan pemberantasan kemiskinan. Korea
Selatan juga berkepentingan meningkatkan citra
nasional melalui penyelesaian berbagai masalah
diplomatik dan kerjasama internasional dengan
meningkatkan infrastruktur diplomatik.
Pemerintah Korea Selatan berupaya memperkuat
sumber daya manusia dengan tujuan untuk mengangkat
kemampuan diplomatik guna memastikan bahwa Korea
Selatan telah sepenuhnya mencerminkan kapasitas
nasional dan internasional dalam rangka mewujudkan
visi Global Korea yang menjadi tujuan utama dalam
Pemerintahan Presiden Lee Myung Bak. Visi Global Korea
tersebut dimaksudkan agar tercipta sebuah citra
bangsa Korea yang tidak hanya bekerja sama secara
aktif tetapi juga dapat memberikan solusi untuk
menangani permasalahan yang dihadapi masyarakat
internasional.61
61 Lee Myung-Bak. 2009. The Lee Myung-Bak Administration’s Foreign Policy and National Security Vision: Global Korea The National Strategy of the Republic of Korea . Cheong Wa Dae: Office of The President.Hal. 12
60
Setelah berhasil bangkit dari masa imperialisme
Jepang, penderitaan perang Korea dan kemiskinan,
Korea Selatan telah berhasil memulihkan kedaulatan
negaranya selama beberapa dekade ini serta mencapai
hasil pembangunan ekonomi dan demokrasi yang kuat.
Dewasa ini, Korea Selatan berada dalam waktu yang
tepat untuk dapat menjadi negara yang lebih
bermartabat dan menempati posisi sejajar dengan
negara-negara maju seiring dengan pembangunan
ekonomi, demokrasi, dan industri teknologinya yang
semakin meningkat. Oleh karena itu, Korea mengadopsi
sikap yang lebih terbuka dalam mengimplementasikan
kepentingan nasional dan pelaksanaan kebijakan luar
negerinya karena keberlangsungan hidup dan masa depan
suatu bangsa dipengaruhi oleh totalitas interaksinya
dengan masyarakat internasional.
Perwujudan citra Global Korea dapat menjadikan
Korea sebagai aktor global yang memiliki cakrawala
luas dengan terlibat secara proaktif dalam pergaulan
internasional untuk menciptakan perdamaian dunia.
61
Pencitraan Global Korea juga mengacu pada tujuan Korea
yang meninggalkan kebiasaan diplomasinya yang sempit
dimana hanya diarahkan untuk penyelesaian konflik
Semenanjung Korea dan menjadikannya sebuah bangsa
yang berbudaya modern. Dengan demikian, Pemerintah
Korea Selatan menggunakan soft power yang dapat
membangun kapasitasnya untuk menjadi aktor global.
Hal tersebut ditunjang oleh kemajuan ekonomi,
pengembangan industri teknologi yang semakin canggih,
potensi budaya yang artistik dan menarik serta
kesejahteraan masyarakat yang disertai dengan
kualitas pendidikan yang dimiliki oleh Korea Selatan.
62
Dalam Diplomatic White Paper Republik Korea tahun
2011 dinyatakan bahwa atas dasar disadarinya peranan
soft power menjadi semakin penting dan budaya telah
meningkat sebagai unsur inti daya saing antarbangsa
dan sumber daya ekonomi yang menghasilkan nilai
tambah, diplomasi budaya telah menjadi salah satu
62 Ibid.
62
pilar dalam pelaksanaan diplomasi yang diterapkan
oleh Pemerintah Korea Selatan. Korea Selatan sebagai
negara middle power yang tidak dapat menjadi balance of
power diantara Jepang dan China dengan mengandalkan
hard power, sehingga pemberdayaan soft power dianggap
penting. Keberhasilan perekonomian Korea dan
penyerbarluasan budaya Korea melalui Korean wave dapat
menjadi faktor pendorong peningkatan soft power yang
dimiliki oleh Korea Selatan.63
Dalam rangka memaksimalisasikan pemberdayaan
soft power yang dimilikinya, Korea Selatan membuka
cakrawala baru dalam diplomasi yakni dengan soft
diplomacy. Sejak tahun 2006, Ministry of Foreign Affairs and
Trade (MOFAT) secara tidak langsung terus mendukung
penyebaran Korean wave sebagai soft diplomacy dalam
meningkatkan soft power yang dimiliki oleh Korea
Selatan serta menjadi langkah modal dalam mewujudkan
tujuan nasional Global Korea. MOFAT berupaya membangun
63 Joseph S.Nye. Why South Korea Should Go Soft. Korea 2020: Global Perspective for the Next Decade. Seoul: Random House Korea. Hal. 93-95
63
jaringan global agar Korea Selatan dapat terus
menjangkau lebih banyak negara dan lebih meningkatkan
hubungan kerjasamanya dengan negara lain. Dengan
menjalin jaringan yang luas secara global, Pemerintah
Korea Selatan dapat memperbaiki citra ataupun
reputasinya di luar negeri dengan meningkatkan brand
Korea dan memperkuat posisinya dalam kepemimpinan
global melalui bentuk pendekatan yang lebih proaktif
dalam berinteraksi dengan masyarakat internasional.
Sejalan dengan langkah pencapaian kepentingan
nasional, Pemerintah Korea Selatan mengeluarkan
kebijakan New Asia Initiative sebagai langkah membangun
jaringan global dengan semakin memfokuskan kerjasama
di kawasan Asia terutama dengan negara-negara ASEAN
sebagai salah satu organisasi regional terbesar di
Asia. Apalagi Korea Selatan yang tidak terlepas dari
konflik dengan Korea Utara tentunya dapat mengganggu
stabilitas dan keamanan nasional sehingga Korea
Selatan harus bisa menjalin hubungan baik dengan
negara tetangga agar ke depannya Korea Selatan
64
mendapat dukungan dari negara lain dalam upaya
reunifikasi antar-Korea. Selain itu, kebijakan
tersebut juga mengindikasikan ASEAN sebagai salah
satu kawasan dan pasar terbesar bagi Korea Selatan di
Asia, maka dari itu menjalin dan mempererat hubungan
dengan negara-negara anggota ASEAN menjadi penting
bagi Korea Selatan. Indonesia sebagai salah satu
anggota ASEAN, menjalin hubungan diplomatik dengan
Korea Selatan secara resmi pada tanggal 18 September
1973. Korea-Indonesia terus melakukan upaya perluasan
kerjasama bilateral secara regional dan internasional
serta menjanjikan untuk mempertahankan ikatan
kerjasama yang erat dengan Indonesia.64
Peningkatan hubungan kerjasama kedua negara
tersebut disepakati dengan menandatangani MoU Joint
Declaration on Strategic Partnership between RI and ROK pada
bulan Desember tahun 2006 untuk memperluas bidang
hubungan kerjasama seperti pembangunan, politik,
ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Peningkatan64 Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2009. Diplomatic
White Paper 2009. Republic of Korea. Hal. 68.
65
hubungan mitra strategis tersebut ditandai dengan
ditandanganinya kerjasama bidang kebudayaan pada
tahun 2008. Kemudian, Korea-Indonesia bekerja sama
menjadi host ‘Bali Democracy Forum’ pada tahun 2010 di
Indonesia yang mana berkontribusi untuk memperkuat
hubungan kerjasama dengan kedua negara sebagai salah
satu upaya untuk mempromosikan demokrasi di wilayah
Asia Timur dan setuju untuk memperkuat kerja sama
pada masalah Korean Peninsula.65
Hubungan bilateral yang dijalin Korea-Indonesia
dilandasi beberapa kepentingan nasional Korea di
bidang politik, ekonomi dan sosial-kebudayaan, namun
kepentingan ekonomi menjadi kepentingan utama yang
ingin dicapai Korea Selatan di Indonesia. Hal
tersebut berdasarkan penyataan Mr. Kim Do Hyung, first
secretary of Republic of Korea Embassy in Indonesia, Beliau
mengungkapkan bahwa:
Kepentingan nasional utama lainnya yangingin dicapai Korea Selatan di Indonesiaadalah di bidang ekonomi. Korea Selatan
65 Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. Diplomatic White Paper 2011. Republic of Korea. Hal. 91
66
ingin mempromosikan kerjasama substansialmenengah dan rencana ekonomi pembangunanjangka panjang di Indonesia. Korea Selatansedang berusaha untuk memperluas perannyadalam masyarakat internasional denganmelakukan modernisasi ekonomi dankebudayaan guna memberikan pengalaman dankeahliannya dengan negara-negaraberkembang, termasuk Indonesia.66
Upaya mencapai kepentingan nasional suatu
bangsa perlu ditopang oleh citra ataupun reputasi
negaranya. Maka dari itu, Pemerintah Korea mendirikan
President Council on Nation Branding (PCNB) pada 22 Januari
2009 untuk meningkatkan citra nasionalnya dalam
komunitas internasional dengan menerapkan strategi
sistematis dan komprehensif. Tujuan PCNB adalah untuk
menginformasikan kepada dunia untuk mengenal Korea
dan mempromosikan citra Korea sebagai sebuah negara
yang memberikan kontribusi bagi masyarakat
internasional yang menghasilkan produk dan layanan
kelas dunia serta sebagai sebuah negara yang
menghargai budaya lain.67
66 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kim Do Hyung pada tanggal 17 April 2012 Pukul 11.00 Wib di Jakarta.
67 President Council on Nation Branding. Vision and Strategy. [Online].
67
Upaya membangun citra ataupun nation-branding
Korea Selatan menjadi Global Korea dilakukan dengan
mengembangkan unsur kebudayaan. Kebudayaan dijadikan
sebagai daya tarik untuk menjalin hubungan bilateral
dengan Indonesia agar dapat mengundang investor masuk
ke Korea ataupun investor Korea dapat melakukan
investasi di Indonesia serta menarik kunjungan
wisatawan Indonesia ke Korea. Kebudayaan itu sendiri
tidak hanya akan memberikan dampak sosial melainkan
dapat pula mempengaruhi bidang politik dan ekonomi
suatu negara.68 Maka dari itu, Pemerintah Korea
Selatan sangat mendukung agar popularitas musik pop
Korea di luar negeri terus dilanjutkan agar dapat
menarik 20 juta wisatawan asing setiap tahun sampai
tahun 2020 sebagai salah satu upaya untuk peningkatan
http://www.koreabrand.net/gokr/en/cms/selectKbrdCmsPageTbl.do?cd=0120&m1=1&m2=5. Diakses pada tanggal 30 Maret 2012 pada pukul 12.00 Wita
68 Jason Strother. 2009. Korea’s Image Problem. [Online]. http://www.asiacalling.kbr68h.com/ur/news/south-korea/805-koreas-image-problem. Diakses pada tanggal 24 desember2011 pukul 16.41 Wita.
kekuatan perekonomian negara.69 Peneliti P2P LIPI,
Indriana Kartini juga mengungkapkan bahwa:
Korea Selatan adalah friendly country yangtidak mendahulukan kekerasan. Korea Selatanbutuh citra tersebut mengingat KoreaSelatan yang sedang dalam konflik denganKorea Utara, disamping persaingan denganJepang. Citra yang dibangun tentunyadiharapkan untuk mencapai kepentinganekonomi di Indonesia melalui industriekspor otomotif serta industri teknologikomunikasi. Tentunya Pemerintah KoreaSelatan ingin meningkatkan sektorperekonomian negaranya, sehingga melalui K-Pop yang dijadikan daya tarik tentunyamenciptakan minat pasar masyarakatIndonesia terhadap segala bentuk produkKorea dan mulai mengkonsumsinya.70
Korean wave memang telah dipersiapkan untuk
dipasarkan ke dunia internasional sejalan dengan
adanya dukungan penuh dari Pemerintah sejak masa
Pemerintahan Presiden Kim Dae Jung (1993-1998) yang
slogan politiknya adalah “Creation of the New Korea”.
Dengan kata lain, Pemerintah Korea ingin menghapus
69 KBS. 2012. Kementrian Kebudayaan Umumkan Proyek Untuk Tahun 2012. [Online]. http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25593. Diakses pada tanggal 11 maret 2012 pada pukul 09.28 Wita.
70 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Indriana Kartini pada tanggal 27 Maret 2012 Pukul 11.00 Wib di Jakarta.
nasional yang lebih baru dan modern. Kebijakan budaya
di masa Pemerintahan Kim Dae Jung dimaksudkan untuk
membangun identitas budaya dari perspektif
internasional dan untuk membangun kreatifitas budaya
suatu bangsa sehingga mantan Presiden Kim dikenal
sebagai “President of Culture”. Pada awal tahun 2000-an,
setelah krisis finansial yang melanda kawasan Asia di
tahun 1997, Pemerintah Korea mulai menargetkan ekspor
budaya populer Korea sebagai bentuk inisiatif
pelaksanaan sektor perekonomian baru. Mantan Presiden
Kim mendirikan Basic Law for the Cultural Industry Promotion
pada tahun 1999 dengan mengalokasikan dana senilali
US$148.5 juta untuk mengembangkan dan menyebarluaskan
budaya popular Korea melalui cara-cara inovatif
dengan menggabungkan budaya tradisional mereka dengan
budaya modern.71
71 Sung Sang-Yeon. 2008. Why are Asians Attracted to Korean Pop Culture?. The Korea Herald (eds). Korean wave. Seoul: Jimoondang. Hal. 16-17.
70
Tujuan akhir dari soft diplomacy adalah untuk
mempromosikan citra positif dalam rangka meningkatkan
kemampuan untuk menarik perhatian negara lain.
Seperti banyak bangsa, Korea telah berusaha untuk
meningkatkan posisinya dalam tatanan internasional
seiring dengan perkembangan soft power di dunia
internasional. Dengan demikian, era dimana sektor
industri yang memimpin pertumbuhan ekonomi suatu
negara juga menjadi sangat didukung dari sektor
kebudayaan dan hal tersebut berhasil dilakukan Korea
Selatan.
Atas dasar pemulihan dari krisis keuangan
global, Pemerintah Korea Selatan telah terus-menerus
membuat upaya untuk memperkuat dasar bagi pertumbuhan
jangka panjang dan meningkatkan ekonomi riil dengan
membangun citra bangsa “Global Korea”. Beberapa tahun
ini Korea Selatan telah menjadi tuan rumah beberapa
event besar tingkat internasional, berawal dari World
Cup 2002, Summit G-20 2010, Yeosu Expo World Exhibtion 2012
dan Winter Olympic Pyeongchang yang akan digelar tahun
71
2018, sekaligus dapat menjadi sarana pelaksanaan soft
diplomacy dan meningkatkan citra negaranya sehingga
dapat semakin memperkuat posisinya di forum
Internasional.
B. Bentuk-Bentuk Korean Wave di Indonesia
Kunci dari terjalinnya persahabatan antarsuatu
bangsa adalah saling mengenal dan memahami karakter
dan budaya masing-masing. Pengaruh kebudayaan
terhadap pelaksanaan diplomasi memiliki peran yang
signifikan karena kebudayaan memiliki unsur
universal dan bersifat komunikatif. Kebudayaan
secara aktif digunakan dalam diplomasi bilateral
untuk meningkatkan pemahaman budaya dan dialog antar
bangsa karena dapat menembus batas-batas geografis,
politik, ideologi dan sosial.72 Karena itu, dengan
masuknya Korean wave sebagai pengenalan seni dan
budaya Korea kepada masyarakat Indonesia merupakan
72 Gracia I. Caroline Sidabutar. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansinya terhadap Pelaksanaan Politik Luar Negeri. Divisi Litbang Sekdilu Angkatan XXXII. Indonesia dan Dunia: Refleksi Pemikiran Diplomat Muda Indonesia. Jakarta: Kemenlu RI. Hal.160.
72
sebuah langkah dasar bagi Korea Selatan untuk
membangun citranya sekaligus dapat mempererat
hubungan bilateralnya dengan Indonesia.
Istilah Korean wave pertama kali diungkapkan
oleh jurnalis China pada pertengahan tahun 1990-an
dengan menyebutnya sebagai hanliu dalam bahasa
mandarin sementara di Korea dikenal sebagai hallyu.
Sejak saat itulah ditandai sebagai awal munculnya
hallyu atau lebih dikenal sebagai Korean wave oleh
masyarakat Internasional. Korean wave adalah istilah
yang menggambarkan fenomena penyebaran budaya pop
Korea berupa serial drama, film dan musik pop Korea
ke seluruh dunia.73
Serial drama televisi dan film adalah bentuk
Korean wave yang pertama kali dikenal oleh masyarakat
di Asia yang selanjutnya pada awal tahun 2000-an
disusul oleh ekspansi musik pop Korea yang dikenal
dengan istilah K-Pop. Elemen-elemen budaya populer
73 Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. 2011. Hallyu from Its Origin to Presents. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal. 22
73
Korea ini menyebarkan pengaruhnya di negara-negara
Asia salah satunya Indonesia. Selain itu, Korean wave
pun berkembang dengan cepat ke berbagai belahan
dunia seperti Benua Amerika dan Eropa. Korean wave
berperan cukup efektif sebagai pemberi identitas
diplomasi Korea Selatan karena budaya popular Korean
wave menampilkan nilai budaya dan karakter bangsa
Korea dalam bentuk serial drama televisi, musik dan
film. Dengan demikian, Korean wave merupakan media
yang efektif sebagai pendukung dalam memperlancar
pelaksanaan diplomasi.
a. Serial Drama Korea
Pada awal munculnya Korean wave, serial drama
televisi Korea telah menjadi pilar utama dalam
penyebaran Korean wave. Krisis ekonomi Asia pada
akhir 1990-an membawa sebuah situasi di mana pembeli
Asia lebih menyukai program acara Korea yang lebih
murah. Korea menawarkan harga drama televisi lebih
murah seperempat dari harga drama televisi Jepang
dan sepersepuluh dari harga drama televisi Hong Kong
74
di tahun 2000. Bentuk Korean wave di Indonesia
diawali setelah Indonesia yang melakukan
liberalisasi media pada tahun 1990-an dengan
masuknya penayangan serial drama Korea di stasiun TV
Indosiar pada tahun 2002 yakni drama Winter Sonata yang
langsung digemari oleh masyarakat lalu diikuti oleh
drama Endless Love.74
Serial drama Korea mengisahkan berbagai cerita
tapi jenis cerita yang paling menonjol adalah kisah
drama romantis dan historikal. Drama Korea selalu
mencerminkan kualitas produksi, karakter yang
dijiwai dan skrip yang menarik. Drama Korea
dirancang untuk berbagai kalangan penonton dan
dipenuhi kisah dramatis yang dikemas secara menarik
dan dianggap lebih memiliki emosional yang kuat.
Serial drama Korea kerap menampilkan pakaian
tradisional Hanbok dan berbagai macam makanan
tradisional serta sikap santunnya dalam menghormati
74 Doobo Shim. 2006. Hybridity and Rise of Korean Popular Culture in Asia. Media, Culture and Society. Vol.28(1). Hal. 28
75
orang yang lebih tua dalam kehidupan keseharian
masyarakat Korea.
Serial drama Korea dapat menjadi salah satu
alasan mengapa seseorang bisa mulai mengenal dan
menyukai Korea. Salah seorang penggemar serial-drama
Korea, Denti, mengutarakan bahwa ia pertama kali
mengenal Korea karena menonton serial drama Korea
dan tertarik dengan kebudayaan Korea yang
ditampilkan dalam drama tersebut.75 Tercatat terdapat
sekitar 50 judul drama Korea yang tayang di stasiun
TV swasta Indonesia pada tahun 2011 dan terus
meningkat setiap tahunnya.76 Dari sekian banyak
stasiun televisi di Indonesia, Indosiar dikenal
paling sering menayangkan program drama Korea.
Melihat animo masyarakat yang tinggi akan drama
75 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Penggemar K-Pop Ayu dan Denti pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul 19.30 Wib di Jakarta.
76 Nyoman Lia Susanthi. 2011. “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia. [Online] http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populer-korea-di-indonesia. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 18.33 Wita.
Korea, Head section of PR Indosiar, Gufron Sakaril
mengungkapkan bahwa:
Índosiar kini menjadi trademark televisiKorea di Indonesia dan dengan melakukanevaluasi setiap saat dan melihat selerapenonton di Indonesia semakin tinggi akanKorean wave, maka program tayangan tajukdrama Asia kini didominasi oleh tayangandrama Korea.77
Dengan demikian, serial drama Korea menjadi
bagian penting dalam diplomasi Korea dalam
memperkenalkan identitas, karakter dan budaya
bangsa.
b. Film Korea
Setelah sukses meraih kepopuleran melalui
serial drama, bentuk Korean wave lainnya pun mulai
ikut menunjukkan kualitasnya, yakni film. Film Korea
sudah mulai menunjukkan kualitasnya di dunia
perfilman internasional. Pada awalnya, film Hongkong
mendominasi film Asia di bioskop Indonesia. Namun
seiring dengan semakin kuatnya ekspansi Korean wave,
film produksi Korea Selatan pun mulai digemari.77 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Gufron Sakaril pada
tanggal 3 April 2012 Pukul 17.00 Wib di Jakarta.
77
Kepopuleran film Korea di Indonesia tidak lain
karena pengaruh kegemeran penonton akan serial drama
televisi Korea. Film Korea pertama yang beredar
sukses di pasaran adalah Shiri pada tahun 1999. Film
Shiri dan juga Taegukgi juga diekspor ke berbagai negara
di Asia termasuk Asia Tenggara. Film Korea juga
memiliki kekhasan tersendiri yang sesuai dengan
sifat masyarakat Asia sehingga mudah dipahami serta
menggambarkan keadaan Korea itu sendiri, misalnya
dalam film Shiri menggambarkan sikap Korea Selatan
dalam mengendalikan isu sensitif hubungan inter-
Korea. Kementerian Budaya, olahraga dan pariwisata
Korea Selatan menyatakan bahwa pada tahun 2012
tercatat 44.18 juta orang menonton film Korea yang
merupakan jumlah tertinggi sejak 2006.78
Dalam rangka untuk mempromosikan dan
meningkatkan ekspor film Korea yang telah memperoleh
78 Shim Sun-ah. 2012. Korean Films Drew Record Audiences in First Half:Ministry. http://english.yonhapnews.co.kr/news/2012/07/03/0200000000AEN20120703007100315.HTML. Diakses pada tanggal 7 Juli2012 pukul 13.09 Wita.
pemutaran film Korea di Festival film internasional
besar seperti Berlin International Film Festival, The Festival de
Cannes dan Venice Festival Film. Selain itu, MOFAT telah
mendukung Festival film internasional yang diadakan
di Korea seperti BIFF (Busan International Film Festival)
yang mendorong film luar negeri, sutradara, dan
profesional lain untuk berpartisipasi dalam Festival
tersebut. Upaya mempromosikan film Korea ke dunia
Internasional dijadikan tidak sekedar memperkenalkan
film Korea saja tetapi juga dapat mempromosikan
negara Korea secara keseluruhan kepada masyarakat
internasional. Oleh karena itu, film menjadi salah
satu sarana dalam melakukan hubungan diplomasi.79
c. Musik Pop Korea (K-Pop)
Musik pop Korea dikenal dengan istilah K-Pop.
Memasuki tahun 2000-an musik pop Korea mulai
mendapatkan perhatian internasional yang lebih luas
79 Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. Op.cit. Hal. 25
79
sebagai dampak Korean wave. K-Pop itupun dapat
didefinisikan sebagai musik pop Korea dinyanyikan
oleh artis Korea Selatan dan diterima secara positif
oleh penggemar internasional. Lagu-lagu K-Pop yang
menjadi populer di seluruh dunia memiliki beberapa
faktor-faktor yang membuat mereka unik dan mudah
diingat. Salah satu bentuk yang paling umum dari
fitur lagu K-Pop adalah paduan suara berulang-ulang
dengan tarian grup yang disinkronisasi.
Musik pop Korea itu sendiri tidak terlepas dari
pengaruh musik barat namun diformulasikan ke dalam
penampilan khas Korea. Sebagai penyanyi pop Korea
yang dikenal sebagai istilah idol, mereka telah
menerima pelatihan selama bertahun-tahun di bawah
agensi industri musik setelah melewati proses trial
and error sehingga mereka dapat memberikan penampilan
bakat yang berkualitas dan berkesan. K-Pop terus
mendapatkan pengakuan di berbagai belahan dunia.
Awal mula dikenalnya K-Pop saat kelompok musik H.O.T
ataupun Shinhwa melakukan debutnya di China dan
80
Jepang, hingga kini kelompok musik pop semakin
banyak bermunculan dan menjadi idola baru masyarakat
internasional, sebut saja TVXQ, Super Junior, Girls
Generation, Big Bang, 2NE1 dan Wonder Girls.
Dewasa ini, K-Pop telah menjadi produk utama
Korean wave. K-Pop menjadi daya tarik utama dalam
penyebaran Korean wave karena orang asing mudah
memahami bahwa “K” dalam frase K-Pop berarti
merepresentatifkan Korea. Ini menunjukkan K-Pop jauh
lebih berguna dalam publikasi Korea untuk
meningkatkan nilai brand dari barang-barang yang
diekspor oleh Korea Selatan. Hal tersebut didasarkan
pada hasil survei yang telah dilakukan oleh Korean
Tourism Organization (KTO).
Gambar 2: Hasil Survei Popularitas K-Pop
81
Sumber: Korean Tourism Organization
Hasil survei tersebut menyatakan bahwa hal yang
paling menarik orang-orang asing adalah musik pop
Korea, atau K-Pop yang dikenal dengan genre musik
yang dinamis, enerjik dan menarik yang disertai
dengan dance. KTO melakukan survei online tentang Korean
wave terhadap 12.085 orang asing dari 102 negara,
9.253 berasal dari Asia, 2.158 dari Eropa, 502 dari
Amerika, 112 dari Afrika dan 60 dari Oceania. Voting
berlangsung pada tanggal 11 Mei 2011 hingga 31 Mei
2011 dan voting survei dilakukan melalui situs KTO, e-
82
mail, layanan jaringan sosial seperti Twitter dan
Facebook.80
Meningkatnya kehadiran produser dan komponis
global dalam musik K-Pop menjadi juga salah satu
faktor K-Pop dapat menerima perhatian serius dari
audiens global. Selain itu, para penggemar K-Pop
dari mancanegara semakin sering melakukan cover dance
lagu K-Pop dan meng-upload video tersebut ke YouTube,
sehingga membantu mempromosikan secara cepat
penyebaran musik K-Pop. Korea Selatan pun berhasil
menyita perhatian dunia melalui K-Pop, pihak Google
meluncurkan saluran YouTube secara eksklusif untuk K-
Pop serta halaman khusus K-Pop juga telah dibuka di
Facebook untuk menyampaikan berita tentang bintang
pop Korea dan lagu baru mereka kepada para penggemar
di seluruh dunia. Facebook adalah situs kedua
80 Korean Culture and Information Service. 15 November 2011. K-Pop: A New Force in Pop Music. Korean Culture, No.2.Hal. 27
83
pengguna-konten web global yang membuka halaman
khusus K-Pop setelah YouTube.81
Musik K-Pop telah merambah popularitas di
seluruh dunia namun hal tersebut tidak berarti bahwa
musik pop Korea kehilangan nilai dan karakter budaya
Korea. Peningkatkan popularitas K-Pop di seluruh
dunia adalah bagian dari pertukaran budaya dalam
konteks sejarah manusia. Sebagai alat pertukaran
antara Timur dan Barat, K-Pop tidak hanya milik
Korea tetapi seluruh dunia. Penyebaran K-Pop mungkin
menjadi bukti yang lebih efektif dalam mempromosikan
brand Korea dan meningkatkan citra bangsa daripada
mengekspor barang dagangan.
Dengan demikian, dapat dinyatakan tiga aspek K-
Pop dijadikan sebagai bagian soft diplomacy yakni
pertama, K-Pop adalah sebuah bisnis yang nyata
dengan potensi ekspor yang kuat. Kedua, media sosial
memainkan peran signifikan dalam meraih kesuksesan
81 The Chosunilbo. 2012. Facebook Opens K-Pop Page. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/05/22/2012052200829.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 15.54 Wita.
keseluruhan. Ketiga, K-Pop tidak hanya musik tetapi
kombinasi dari dampak audio dan visual yang menarik.
Setelah mengenal musik K-Pop masyarakat mulai
mengenal Korea secara lebih jauh baik dari segi
tradisi, kuliner, kepribadian bangsa, maupun
pariwisatanya. Hal ini diperlukan untuk menciptakan
dan memperluas sistem kerjasama yang saling
menguntungkan di mana perluasan budaya meningkatkan
daya saing produk dan daya saing produk meningkatkan
perluasan budaya.
Hubungan bilateral Korea-Indonesia di bidang
kebudayaan semakin dipererat dengan disepakatinya
Joint Declaration pada tahun 2006 melalui perjanjian
Korea-Indonesia Cultural Coorperation dan pada bulan Mei
2008 diadakan pertemuan pembentukan Joint Cultural
Commision di Yogyakarta. Dari hasil pertemuan
tersebut disepakati pertukaran kebudayaan antar
kedua negara seperti seni tari tradisional,
kerajinan, film, musik hingga pariwisata. Maka dari
85
itu, Pemerintah Korea Selatan menyelenggarakan pekan
Korea-Indonesia Week sejak tahun 2009. Kegiatan tersebut
merupakan kegiatan resmi tahunan yang
diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea
di Indonesia.82
Korea-Indonesia Week sebagai wujud pelaksanaan
diplomasi bilateral dan memperkuat hubungan kedua
negara melalui perkenalan dan pertukaran budaya.
Pemerintah Korea Selatan secara sadar melihat budaya
Korean wave sangat digemari oleh masyarakat Indonesia
sehingga salah satu kegiatan yang mengisi Korea-
Indonesia week adalah dengan menampilkan para bintang
K-Pop dan hasilnya selalu mendapat respon positif
dari masyarakat dan memberikan kontribusi dalam
penyebaran budaya Korea.
Soft diplomacy menekankan pada penggunaan soft power
dalam kancah politik memberikan alternatif yang
ditujukan untuk menumbuhkan pemahaman dan rasa
82 Lihat Lampiran. Laporan Sidang Pertama Komisi Bersama Kebudayaan Indonesia-Korea. 13-15 Mei 2008. Yogyakarta: Indonesia. Hal. 110
86
saling percaya agar terjadi keterbukaan sehingga
tidak ada rasa saling curiga dan tidak saling
berpihak pada satu sisi. Dengan menyuguhkan Korean
wave yang menampilkan ragam budaya popular Korea
Selatan yang mencirikan karakter bangsa diharapkan
dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
Korea Selatan kepada masyarakat Indonesia yang
berujung pada pembangunan citra sehingga hubungan
bilateral ke dua negara semakin erat.
Sasaran pelaksanaan soft diplomacy ini tentunya
adalah masyarakat secara luas karena jika berhasil
membentuk pola pikir ataupun opini publik yang
positif terhadap Korea Selatan, maka hal tersebut
dapat menjadi kunci kesuksesan suatu negara
diberbagai bidang, baik itu ekonomi maupun
perpolitikannya. Hubungan akrab yang terjalin antara
Pemerintah kedua negara mungkin saja dapat terputus
namun hubungan akrab dan erat antara masyarakat
Korea Selatan dan Indonesia tidak akan pernah
terputus. Hubungan kemasyarakatan penting artinya
87
untuk menjadi pengikat keharmonisasian hubungan
kerjasama kedua negara yang saling mengisi.
C. Perkembangan Korean Wave di Indonesia
Kegemaran budaya popular Asia bukanlah hal baru
di Indonesia. Ada kecenderungan tren drama Jepang
pada tahun 1980-an (Oshin) lalu di pertengahan 1990-
an (Tokyo Love Story), serta drama seri China pada awal
1990-an dan drama Taiwan di awal 2000-an seperti
Meteor Garden.83 Perkembangan Korean wave di Indonesia
diawali saat masuknya tayangan serial drama Korea
dan menjadi langkah awal dalam memperkenalkan bentuk
Korean wave lainnya, yakni musik pop Korea.
Sejak tahun 2008 soft diplomacy Korea Selatan
melalui pendekatan kebudayaan semakin intens
dilaksanakan dan dapat diterima dengan mudah oleh
masyarakat Indonesia. Korean wave menjadikan Korea
Selatan di bawah sorotan dunia karena
keberhasilannya dalam mengembangkan budaya
83 Tifa Asrianti. 2012. TV’s South Korea Connection. [Online].http://www.thejakartapost.com/news/2012/04/29/TV-s-south-korean-connection.html. Diakses pada tanggal 4 Mei2012 pukul 19.52 Wita.
Korean wave mencapai kesuksesan di banyak negara dan
membantu untuk mempromosikan dan meningkatkan produk
brand Korea Selatan seperti di Indonesia sehingga
Korean wave dikenal dengan istilah Asian values-Hollywood
Style karena berhasil mengemas nilai-nilai Asia yang
dipasarkan dengan gaya modern, istilah tersebut
diungkapkan oleh seorang pengelola siaran televisi
Korea, Kim Song Hwan. 84
Sebagian besar negara-negara yang telah
menyebarkan budaya popular mereka ke seluruh dunia,
termasuk Amerika Serikat dan Jepang, adalah negara
yang memiliki power di bidang ekonomi. Hal ini
mencerminkan korelasi tinggi antara bangsa yang
memiliki kekuatan ekonomi dalam melakukan ekspansi
budaya. Sejalan dengan upaya meningkatkan
perekonomian suatu negara yang diikuti oleh
84 Reza Lukmanda Yudhantara. Op.Cit. Hal. 191.
89
penyebaran budaya dalam memperkenalkan produknya
mengakibatkan informasi tentang negara-negara yang
memiliki pengaruh dalam hal ekonomi dan budaya
semakin kuat menyebar di dalam masyarakat
internasional. Sama halnya dengan Korean wave yang
mulai menyebar di akhir 1990-an, ketika Korea
Selatan mulai mendapat pengakuan global sebagai
negara yang memiliki kekuatan ekonomi setelah
berhasil memulihkan sistem perekonomiannya pasca
krisis ekonomi di Asia.85
Budaya pop Korea menghasilkan pemasukan yang
sangat besar bagi perekonomian Korea Selatan.
Menurut data statistik yang dikeluarkan oleh
Kementerian Budaya, olahraga dan pariwisata Korea
Selatan pada tahun 2010, ekspor musik pop meningkat
90% dari US$16,5 juta di tahun 2008 menjadi US$31.3
juta di tahun 2009. Ekspor film naik 11,3%,
85 Kim Pil Soo. 2011. Global Craze for K-Pop: A New Economic Engine.[Online]. http://www.koreafocus.or.kr/design2/layout/content_print.asp?group_id=103692. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 21.46 Wita.
Sementara itu, menurut laporan Bank of Korea, bidang
kebudayaan menghasilkan US$794 juta dari ekspor
kebudayaan dan layanan hiburan K-Pop tahun 2011, naik
25% dari US$637 juta pada tahun 2010.87
Keberhasilan K-Pop di berbagai kawasan di dunia
menanamkan banyak pelajaran untuk dunia bisnis
Korea. Oleh karena itu, Kementerian Budaya, olahraga
dan Pariwisata Korea mengumumkan peningkatan
substansial anggaran untuk penyebaran Korean wave
senilai 12 miliar-won (US$ 10.7 juta) untuk
mendukung musikal Korea Selatan dan mendirikan
sebuah akademi seni Korea untuk membantu menciptakan
sumber-sumber baru produk-produk budaya Korea.88
86 Kim Yoon-mi. 2011. K-Pop’s Second wave. [Online]. http://www.koreaherald.com/entertainment/Detail.jsp?newsMLId=20110821000264 Diakses pada tanggal 12 Mei 2012pukul 14.47 Wita.
87 The Chosunilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html Diakses pada tanggal 20 Februari 2012pukul 17.45 Wita.
88 Park Min-Young. 2012. Korean Government Open K-Arts, Ballet and Musical Academies. [Online]. http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/28/korean-government-open-k-arts-ballet-and-musical-academies.htmlDiakses pada tanggal 20 Mei 2012 pukul 14.34 Wita.
hasil perjanjian Joint Cultural Commision Korea-Indonesia
dimana Korea Selatan memiliki tujuan untuk
memperkenalkan budayanya ke seluruh lapisan
masyarakat Indonesia maka dibangun pusat Informasi
tentang Negara dan budaya Korea pada tanggal 18 Juli
2011 yakni Korean Culture Centre di Jakarta.
Pusat Kebudayaan Korea tersebut bertujuan
menyediakan Informasi tentang Negara dan budaya
Korea serta informasi pertukaran budaya masing-
masing Negara. Data jumlah anggota KCC di Indonesia
yang diperoleh penulis dari hasil wawancara yang
disampaikan oleh information manager KCC Indonesia,
Kukuh Adirizky mengatakan bahwa “anggota KCCI sudah
mencapai sekitar 2700 orang tercatat hingga April
2012 seiring dengan semakin besarnya minat warga
Indonesia terhadap Korean wave”.89 Pergelaran
kebudayaan Korea-Indonesia Week yang diadakan tiap tahun
oleh Kedubes Republik Korea di Indonesia sejak tahun89 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kukuh Adirizky pada
tanggal 26 Maret 2012 Pukul 14.00 Wib di Jakarta.
92
2009 mengindikasikan perkembangan Korean wave semakin
diminati oleh masyarakat Indonesia dan melalui
budaya popular tersebut, masyarakat Indonesia telah
mengenal budaya, karakter dan kehidupan sosial
bangsa Korea secara tidak langsung.
Perkembangan musik pop Korea telah membuat
dampak gelombang yang besar di seluruh Asia selama
bertahun-tahun dengan melihat munculnya perubahan
industri musik Asia. Fenomena musik pop Korea
melanda Indonesia sejak tahun 2008, hingga sejak itu
demam dan fenomena K-Pop di Indonesia terus
bertambah dan dampaknya sekarang sungguh luar biasa.
Para penggemar musik K-Pop di Indonesia jumlahnya
mencapai ratusan ribu orang. Sejak tahun 2010,
penggemar K-Pop di Indonesia mulai terlihat aktif
dalam berbagai kegiatan-kegiatan sesama penggemar K-
Pop, baik forum media online banyak bermunculan
forum atau komunitas fans grup Indonesia dan juga
para penggemar musik K-Pop di Indonesia sering
melakukan berbagai gathering hingga melakukan
93
demonstrasi (flashmob) untuk meminta konser K-Pop
diadakan di kota-kota mereka, terutama Jakarta.90
Besarnya popularitas yang diraih K-pop di
Indonesia juga terlihat dalam komunitas penggemar K-
Pop di Indonesia yang tercatat ada sekitar 130.000
fandom K-Pop yang berada di bawah koordinir
perusahaan marketing Exo Digital agency. Exo adalah
marketing agency yang salah satu sasaran kerjanya
sebagai marketing komunitas Korea dan menyampaikan
informasi setiap ada event serta membantu untuk
mengakomodasi informasi konser K-Pop.91 Sedangkan
menurut sebuah survei yang dilakukan oleh
Kementerian Budaya Korea Selatan tahun 2011, ada
sekitar 2,31 juta penggemar K-Pop di Asia,
berdasarkan keanggotaan dalam klub penggemar yang
tercatat secara resmi.92 90 Monicque Rijkers dan Lily C. 2012. Wabah Demam Korea
Melanda Indonesia. [Online] http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/04/316524/61/10/Wabah-Demam-Korea-Melanda-Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Juli 2012 pukul 11.45 Wita.
91 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Ridho pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul 18.00 Wib di Jakarta.
92 Bhavan Jaipragas. 2012. Asia's K-Pop clones dance to South Korean beat. [Online].
K-Pop menandakan perkembangan musik K-Pop yang sangat
pesat di Indonesia, hampir setiap bulan diadakan
gathering di Jakarta, dan juga kota-kota besar
lainnya di Indonesia. Gathering K-Pop dijadikan
sebagai bounding session diantara penikmat musik K-Pop
untuk saling bertukar dan berbagi informasi. Pada
bulan Maret 2012, salah satu perusahaan marketing,
Exo Digital Agency, menyelenggarakan K-Pop Gathering “Tribute
to Super Junior” dalam rangka menyambut konser Super Show
4 oleh Super Junior yang telah berlangsung akhir
April 2012. Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih
mendekatkan para komunitas penggemar Super Junior
yang diistilahkan ELF dan menyampaikan berbagai
Informasi mengenai Super Junior.
Perkembangan K-Pop dari hasil observasi
lapangan yang dilakukan oleh penulis pada saat K-Pop
gathering “Tribute to Super Junior” diadakan, terdapat
http://www.abs-cbnnews.com/lifestyle/02/06/12/asias- K- Pop -clones-dance-south-korean-beat . Diakses pada tanggal19 Februari 2012 pada pukul 20.17 Wita.
sejumlah komunitas penggemar K-Pop yang menampilkan
bakat nyanyian dan tarian mereka, salah satunya
adalah SN Boys. SN Boys terbentuk tahun 2011 yang
terdiri dari sejumlah anak muda yang pada awalnya
mengenal K-Pop dalam pergaulan kesehariannya (verbal
approach). SN Boys dibentuk karena sangat menggemari
grup musik K-Pop yakni Girls Generation sehingga
menimbulkan keinginan untuk mengeksplor bakat tari
mereka dengan melakukan cover dance lagu K-Pop. Mereka
menganggap musik K-Pop lebih bervariasi dibanding
musik pop Amerika.
Salah satu anggota SN Boys yakni, Ikhsan,
menilai bahwa Korea Selatan berhasil menerapkan
ekspor budaya melalui Korean wave dan menjadi sangat
dikenal di dunia internasional. Sebagai salah satu
masyarakat yang awalnya sama sekali tidak mengenal
Korea, kini bahkan begitu menyukai Korea Selatan
bahkan mempelajari dance kontemporer Korea hingga
mulai mengetahui bahasa Korea sebagai dampak
ekspansi Korean wave melalui serial drama televisi,
96
film dan lagu K-Pop.93 Kegiatan ini seperti ini
menunjukkan K-Pop memiliki pengaruh budaya yang
kuat.
Dalam kurun waktu dari tahun 2008-2012,
Indonesia menggelar konser K-Pop hampir setiap
tahunnya, bahkan memasuki tahun 2012 hampir setiap
bulan digelar konser K-Pop. Konser K-Pop semakin
intens diadakan di Indonesia sejak tahun 2011 yang
diawali dengan diselenggarakannya festival musik
yang bernama 'KIMCHI K-POP’ (Korean Idols Music Concert
Hosted in Indonesia) pada bulan Juni 2011 di Jakarta
yang menampilkan bintang K-Pop dari Korea seperti
Super Junior dan Park Jung Min. Konser K-Pop lainnya
yang menyita perhatian besar sehingga menjadi
headline di berbagai media nasional Indonesia yakni
digelarnya konser Super Show 4 oleh Super Junior pada
tanggal 27-29 April 2012 di Mata Elang Indoor
Stadium Ancol, Jakarta.
93 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Ikhsan pada tanggal23 Maret 2012 Pukul 19.30 Wib di Jakarta.
97
Perkembangan K-Pop juga mempengaruhi industri
musik Indonesia secara langsung. Dewasa ini dapat
kita saksikan secara nyata perkembangan K-Pop pada
musik Indonesia yang ditandai dengan semakin
banyaknya kelompok musik terbentuk layaknya group
musik K-Pop. Salah satunya adalah Princess yang
mulai terbentuk tahun 2011, Alika dan Danita adalah
anggota girlband Princess, menguraikan pada penulis
bahwa girlband Princess ini memang terbentuk karena
terinspirasi oleh musik K-Pop dan mengikuti fashion
Korea Selatan dengan melihat perkembangan pasar
musik Indonesia yang cenderung menyukai K-Pop.
Princess juga mengungkapkan bahwa mereka akan segera
meluncurkan single lagu terbaru berbahasa Korea untuk
memudahkan meraih keuntungan pasar musik Indonesia
seiring semakin banyaknya penggemar K-Pop di
Indonesia.94
Di era globalisasi ini perkembangan K-Pop tidak
terlepas dari peran berbagai mainstream media.94 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Alika dan Danita
pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul 20.00 Wib di Jakarta.
98
Bagaimana kini media elektronik di Indonesia,
melalui tayangan televisi mulai didominasi oleh
tayangan berciri khas Korea baik itu serial-drama
hingga acara musik di Indonesia. Media elektronik
maupun media cetak di Indonesia semakin intens
menyajikan rubrik khusus K-Pop sehingga sangat
memudahkan bagi penggemar K-Pop untuk mengakses
berita mengenai K-Pop beserta artis idola mereka.
Pada mulanya kita lebih mengenal Indosiar yang
cenderung menayangkan program serial drama Korea.
Namun, seiring perkembangan K-Pop semakin popular,
semakin banyak stasiun TV mulai mengemas program
acaranya dengan kesan Korea. Bahkan saluran TV
swasta di Jakarta yaitu O’Channel memiliki program
tayangan TopK-Pop TV yang ditayangkan setiap sabtu-
minggu. Stasiun TV swasta, SCTV tidak kalah saing
dengan terus menampilkan tayangan musik bertema K-
Pop. SCTV telah menayangkan program musik ‘K-Pop vs I-
Pop’ yang menampilkan boy/girlgroup dari Korea dan
Indonesia. Adapun salah satu media online terbesar di
99
Indonesia yakni detik.com juga memiliki rubrik khusus
K-Pop.
Perkembangan Korean wave di Indonesia disertai
dengan begitu banyaknya produk-produk industri
budaya Korea Selatan yang masuk ke Indonesia dan
mengambil tempat tersendiri di hati rakyat
Indonesia. Hegemoni K-Pop menginspirasi generasi
muda Indonesia untuk mengikuti bahkan meniru gaya
mereka. Masyarakat Indonesia mulai lebih cenderung
mendengarkan musik K-Pop, membeli album musik K-Pop,
membuat boyband atau girlband layaknya artis K-Pop,
terlibat dalam komunitas K-Pop, berpartisipasi dalam
kontes K-Pop dan meniru mode artis K-Pop hingga
bahkan mulai mempelajari budaya dan bahasa Korea.
Minat masyarakat terhadap studi Korea dan
bahasa Korea menjadikan Pemerintah Korea Selatan
akan meningkatkan jumlah lembaga pengajaran bahasa
Korea di luar negeri untuk orang asing sejumlah 200
lembaga pada tahun 2016, seiring peningkatan
100
popularitas budaya pop Korea yang meningkatkan
permintaan untuk belajar bahasa Korea.95 Hal tersebut
menunjukkan bahwa bagaimana perkembangan K-Pop
membawa pengaruh signifikan tidak hanya kepada
budaya Korea itu sendiri melainkan negara Korea
secara keseluruhan. Soft diplomacy menjadi salah satu
cara yang paling ampuh dalam dapat memenangkan hati
negara lain karena melalui budaya dapat meningkatkan
pemahaman internasional yang memberikan kontribusi
positif untuk memajukan kerjasama dan memberikan
pengaruh terhadap perluasan perannya pada tingkat
internasional.
BAB IVPENGARUH SOFT DIPLOMACY DALAM MEMBANGUN CITRA KOREA
SELATAN DI INDONESIA
A. Strategi Pelaksanaan Soft Diplomacy Korea Selatan
Dalam Membangun Citranya di Indonesia.
95 Yonhap News Agency. 2012. Number of Overseas Korean language institutes to rise to 200 by 2016. [Online]. http://english.yonhapnews.co.kr/culturesports/2012/02/22/0701000000AEN20120222005300315.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 20.16 Wita.
diplomacy). Dari segi alat diplomasi, pentingnya soft
power termasuk aset budaya, nilai kebangsaan dan
nation branding juga telah sangat berkembang.
Menanggapi perubahan ini dalam lingkungan
diplomatik, MOFAT melakukan soft diplomacy dengan
melibatkan berbagai jalur diplomasi sebagai bentuk
strategi seperti track one diplomacy, track two diplomacy,
track three diplomacy, track four diplomacy dan track nine
diplomacy sebagai bagian dalam multi-track diplomacy untuk
mempromosikan Korea Selatan melalui pendekatan di
bidang seni dan budaya dalam mewujudkan citra Global
Korea. Soft diplomacy tersebut juga bertujuan untuk
mempromosikan pemahaman yang lebih baik melalui
nilai-nilai budaya antara bangsa dan negara dalam
menciptakan suasana yang sesuai untuk meningkatkan
hubungan berbagai kalangan baik dari kalangan
Pemerintahan maupun kalangan non-Pemerintahan.
102
Dengan demikian, dalam rangka membangun citra
Global Korea sebagai tujuan nasional di masa
Pemerintahan Presiden Lee Myung Bak dibutuhkan
keahlian dan strategi yang benar dan efektif karena
citra dapat dihasilkan dari strategi yang
komprehensif baik dari sisi isi, pengemasan maupun
sasaran yang akan dituju. Meningkatkan citra bangsa
memerlukan upaya jangka panjang sehingga harus
disertai strategi yang luas dan universal pada hasil
yang diinginkan agar tidak dibatasi oleh afiliasi
politik. Oleh karena itu, strategi pelaksanaan soft
diplomacy yang dilakukan secara kompeten didukung
oleh kemampuan persuasi, berkomunikasi dan negosiasi
melalui bentuk multi-track diplomacy. First Secretary of
Republic of Korea Embassy, Mr.Kim Do Hyung menyatakan
bahwa ada 4 strategi yang dilakukan sebagai upaya
mewujudkan visi Global Korea sebagai pembangunan citra
bangsa yaitu sebagai berikut:
1. Mengembangkan Seni Kebudayaan
103
Pelaksanaan strategi ini terkait dengan track
one diplomacy yang melibatkan peran pemerintah. Soft
power menjadi semakin penting dan budaya telah
meningkat sebagai unsur inti daya saing
antarbangsa dan sumber daya ekonomi yang
menghasilkan nilai tambah sehingga diplomasi
budaya telah menjadi salah satu pilar dalam
pelaksanaan diplomasi yang diterapkan oleh
Pemerintah Korea Selatan. Langkah awal yang
diambil oleh pemerintah dengan mengembangkan seni
kebudayaan dalam pelaksanaan diplomasinya menjadi
penting untuk pelaksanaan diplomasi kedepannya.
Hal tersebut terkait bagaimana budaya sangat
dibutuhkan sebagai sarana untuk membangun
persahabatan dengan negara-negara lain karena
kebudayaan menjadi ciri khas setiap bangsa.
Interaksi antara budaya yang berbeda akhirnya
dapat mengarah untuk menghargai keanekaragaman
antarbangsa. Ketika kepekaan budaya diperoleh,
maka perhatian publik dan partisipasi akan secara
104
alami mengikuti. Dari perhatian dan partisipasi
publik tersebut akan tercipta suatu opini publik
yang membentuk citra terhadap suatu negara.
Kebudayaan merupakan unsur paling penting dalam
membangun citra bangsa yang pada akhirnya memberi
pengaruh positif pada faktor-faktor lain yang
membangun citra nasional secara keseluruhan,
seperti faktor-faktor politik, sosial dan ekonomi.
Oleh karena itu, kebudayaan menjadi media
komunikasi yang dapat menyampaikan isi atau misi
politik luar negeri suatu negara.
Korea Selatan sebagai masyarakat homogen juga
kaya akan kebudayaan yang masih kerap diterapkan
oleh masyarakatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Konten kesenian kebudayaan Korea semakin terus
dikembangkan tanpa menghilangkan nilai khas
karakter budaya tradisional Korea. Konten dari
kesenian dan kebudayaan Korea Selatan penting
untuk dikembangkan agar dapat dinikmati oleh
seluruh bangsa di berbagai belahan dunia. Seiring
105
dengan perwujudan pencitraan Global Korea, Korea
berusaha menjadikan budayanya menjadi lebih modern
agar dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat
internasional tanpa meninggalkan unsur kekhasan
budayanya sebagai budaya bangsa yang mendunia.
Sebagai bentuk penerapan strategi dalam
mengembangkan kesenian dan kebudayaan, sejak tahun
2009 Pemerintah Korea Selatan menggelar kegiatan
kebudayaan setiap tahun di Indonesia yakni,
pergelaran kebudayaan Korea yang bertema Korea-
Indonesia Week dengan menampilkan beragam budaya
Korea dari musik tradisional, pameran kerajinan
tradisional Korea hingga pementasan konser K-Pop
yang menjadi daya tarik utama bagi peserta pameran
tersebut. Selain itu pula, Korean Culture Centre yang
telah dididirikan di Indonesia tidak hanya
menyajikan, memperkenalkan dan mengajarkan
mengenai budaya tradisonal Korea tetapi juga
mengikutsetakan unsur budaya popular di dalamnya,
seperti dibukanya kelas K-Pop dance, screening film
106
Korea, dan menyelenggarakan berbagai kontes dan
event terkait K-Pop. Di Korean Culture Centre masyarakat
Indonesia juga dapat mengikuti kelas pembelajaran
bahasa Korea. Dengan adanya kegiatan tersebut
dapat menarik hati masyarakat Indonesia secara
tidak langsung untuk mengenal Korea secara
keseluruhan dan membangun citra bangsa Korea di
Indonesia.
2. Mengembangkan Sikap Profesionalisme.
Perubahan fundamental dimana arus globalisasi
yang melahirkan revolusi teknologi informasi dan
telah membawa perubahan dalam praktik diplomasi
serta masalah-masalah kompleks yang menghapus
batasan nasional suatu negara semakin menguatkan
peran aktor non-negara seperti media massa, NGOs
ataupun INGOs yang menjadikan globalisasi bisnis
hingga meningkatnya peran masyarakat dalam
hubungan internasional. Dalam pelaksanaan strategi
ke dua ini dilakukan melalui bentuk track two
diplomacy, track three diplomacy dan track four diplomacy.
107
Tidak seperti beberapa negara-negara lain, Korea
memiliki kemampuan yang bisa menyukseskan
pelaksanaan soft diplomacy karena aktor negara dan
aktor non-negara bekerjasama secara aktif menjadi
promotor guna meningkatkan soft power. Namun upaya
koordinasi dan kerjasama antara Pemerintah dan
para aktor non-negara profesional perlu
diselaraskan agar dapat mencapai tujuan akhir
secara maksimal.
MOFAT telah mempromosikan kegiatan
pelaksanaan diplomasi publik untuk menanggapi
lingkungan diplomatik baru di mana subjek dan
objek diplomasi diperluas dari Pemerintah hingga
peran individu. MOFAT menjadikan tahun 2010
sebagai titik awal untuk mempromosikan diplomasi
publik dan mendirikan Korea Public Diplomacy Forum
(KPDF). Selain itu, MOFAT telah membuat upaya
untuk memperkuat kemampuan diplomatik Pemerintah
lokal dan kelompok-kelompok sipil dengan mendukung
Pemerintah daerah untuk meningkatkan hubungan
108
internasional, membantu perusahaan-perusahaan non-
profit, dan organisasi non-Pemerintah yang
terdaftar di MOFAT dalam melaksanakan hubungan
luar negeri.
Dewasa ini diplomasi yang tidak hanya menjadi
tugas diplomat professional semata, namun
keterlibatan para pelaku bisnis (track three) bersama
dengan masyarakat (citizen diplomacy) juga memainkan
peran penting, dalam hal ini dilakukan oleh para
bintang K-Pop bersama dengan pelaku bisnis
industri musik K-Pop menjadi duta Korea Selatan
dalam menjalankan soft diplomacy yang akan lebih
membantu mengembangkan budaya Korea ke negara-
negara dunia ke tiga melalui hubungan bisnis
sehingga dapat membantu meningkatkan citra ataupun
nation branding Korea Selatan. Peran para selebritis
tentunya dianggap akan lebih menarik karena mereka
sudah dikenal oleh masyarakat sehingga
berkontribusi untuk meningkatkan hubungan luar
negeri Korea Selatan. Oleh karena itu, pelaksanaan
109
strategi dengan mengembangkan sikap
profesionalisme melalui keterlibatan para aktor
non-negara dalam pelaksanaan soft diplomacy juga akan
sangat membantu meningkatkan sektor pariwisata
yang secara otomatis pengaruhnya dapat
meningkatkan sektor perekonomian Korea Selatan.
Perusahaan multi nasional di Korea seperti Samsung
dan LG menjadikan selebritis K-Pop sebagai brand
ambassador produknya agar dapat mempermudah promosi
dan menarik daya beli masyarakat. Iklan yang
menampilkan para artis K-Pop telah mengakibatkan
peningkatan penjualan produk-produk brand Korea,
seperti ponsel Samsung atau peralatan listrik LG.96
Korea Selatan juga semakin gencar menarik
wisatawan asing ke Korea dengan menjadikan dampak
K-Pop sebagai alasan utama mengapa para wisatawan
tertarik mengunjungi Korea. K-Pop pun menjadi
ujung tombak pariwisata. Oleh karena itu,
96 VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online]. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2006/01/07/2006010761003.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita.
Pemerintah Korea Selatan menjalin kerjasama dengan
industri musik terbesar di Korea seperti SM
Entertainment, JYP Entertainment dan YG Entertainment untuk
memaksimalkan efek sinergis yang mengkhususkan
diri dalam penyebaran Korean wave sebagai upaya
memperkenalkan, menyebarluaskan serta
mempromosikan budaya dan pariwisata Korea Selatan
di dunia internasional.
Pada tahun 2011, Korea Tourism Organization (KTO)
bekerja sama dengan SM Entertainment dalam
mempromosikan pariwisata Korea melalui pertunjukan
Konser K-Pop di berbagai negara. Konser tersebut
mendapat bantuan dana dari Pemerintah senilai
Rp3,3 miliar.97 Disamping itu pula, JYP Entertainment,
perusahaan hiburan yang mempopulerkan girlband Miss A
dan boyband 2PM ditunjuk secara resmi oleh KTO
sebagai Duta Pariwisata 2012. KTO telah
97 Mutya Hanifah. 2012. K-Pop Ujung Tombak Pariwisata Korea. [Online]. http://travel.okezone.com/read/2012/04/17/407/613234/ K- Pop -ujung-tombak-pariwisata-korea . Diakses pada tanggal 18 April 2012 pukul 16.13 Wita.
tersebut dianggap sebagai strategi yang akan lebih
mudah untuk menarik perhatian para wisatawan asing
yang memang penggemar K-Pop. Di Indonesia itu
sendiri, artis Sandra Dewi ditunjuk oleh Korean
Tourism Organization Jakarta untuk menjadi duta
pariwisata Seoul untuk Indonesia sejak tahun 2011.
Upaya tersebut bertujuan tidak hanya
memperkenalkan budaya dan pariwisata Korea di
98 Noh Hyun-gi. 2011. KTO offers virtual dates with K-Pop stars. [Online]. http://www.koreatimes.co.kr/www/news/art/2012/05/201_101202.html. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 14.44 Wita..
untuk Seoul Nuclear Security Summit 2012. Selain itu,
hal tersebut dapat terlihat pada saat Pemerintah
Korea Selatan menjalin kerjasama militer bersama
dengan Indonesia. Pada kunjungan kenegaraan dari
pihak militer Korea ke Indonesia bersama dengan
Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim
113
Young-san, pada bulan Oktober 2011
mengikutsertakan aktor Korea yang sedang menjalani
wajib militer yakni Hyun Bin, yang ditunjuk
menjadi duta militer Korea Selatan. Menurut Kepala
Dinas Penerangan TNI-AL Laksamana Pertama Untung
Suropati, kedatangan Hyun Bin merupakan bentuk soft
diplomacy oleh pemerintah Korea Selatan untuk
memperkuat hubungan dengan Indonesia. 99
Strategi tersebut bertujuan membentuk kesan
ataupun citra Korea Selatan sebagai negara yang
bersahabat dan kooperatif. Dari hasil kunjungan
militer tersebut, Pemerintah Indonesia dan Korea
Selatan sepakat mengukuhkan kerja sama pertahanan
kedua negara, seperti dalam produksi dan transfer
teknologi untuk peralatan militer. Terkait kerja
sama industri pertahanan, kedua negara sepakat
untuk diadakan produksi bersama disertai alih
99 Media Indonesia. 2011. Soft Diplomacy ala Korea Selatan. [Online]. http://idsps.org/en/idsps-news-indonesia/berita-media/soft-diplomacy-ala-korea-selatan/. Diakses pada tanggal 24Desember 2011 pukul 18.41 Wita.
“Landing Platform Dock” (LPD) dan kapal selam antara
PT PAL dan perusahaan kapal Daewoo Shipbuilding.
Pengembangan peran profesionalis aktor non-
negara seperti pelaku bisnis dan kalangan
selebriti tentunya memiliki peran yang signifikan
dalam membentuk citra ataupun cara pandang
masyarakat dalam menilai suatu bangsa. Selebritis
sebagai public figure mampu menarik hati masyarakat
seiring dengan popularitas yang mereka raih dan
disukai oleh masyarakat. Maka dari itu,
keterlibatan para selebritis K-Pop dianggap
semakin memiliki peran penting dalam misi
diplomatik. Dimensi budaya dan publik menjadi
elemen mendasar dari soft diplomacy dalam
mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu negara.
Hubungan melalui bidang kebudayaaan merupakan
hubungan kerjasama yang bersifat personal karena
langsung berhubungan antara masyarakat Korea dan
Indonesia sehingga dapat memberikan pengaruh
115
secara langsung dan tidak langsung. Pemerintah
kedua negara hanya memegang peranan dalam
menjembatani dan memberikan ruang bagi masyarakat
dalam menyalurkan budaya Korea masuk ke Indonesia.
Namun dalam perkembangannya selanjutnya,
masyarakatlah (citizen diplomacy) yang memegang peranan
penting untuk penyebaran budaya Korea lebih luas
dan memberi dampak di dalam masyarakat itu
sendiri.
3. Memanfaatkan Teknologi Media Komunikasi dan
Informasi.
Pelaksanaan strategi ini sangat terkait
dengan track nine diplomacy. Penempatan teknologi media
komunikasi berada pada awal dan akhir proses
diplomasi yang mana menjadikan media sebagai satu
rangkaian yang tidak terputus dalam proses
diplomasi. Hal tersebut dikarenakan diplomasi
termasuk proses pengolahan dan pemanfaatan data
informasi dalam memperjuangkan kepentingan
nasional yang berakhir pada hasil akhir mencapai
116
tujuan nasional. Penggunaan teknologi media
komunikasi dan informasi menjadi salah satu
strategi penting yang diambil oleh Pemerintah
Korea Selatan karena menjadi bagian terintegrasi
dari pelaksanaan soft diplomacy tersebut. Teknologi
media informasi mendorong penyebaran budaya Korea
bersama dengan K-Pop semakin luas dan cepat dari
berbagai mainstrem media.
Dalam bidang politik, kemajuan yang telah
dicapai media dapat dikatakan sebagai faktor kunci
keberhasilan diplomasi masa kini karena
menyebabkan secara efektif terbukanya proses
diplomatik bagi aktor-aktor yang berbeda dan
mengakhiri diplomasi yang selalu dimonopoli oleh
para negarawan dan diplomat. Oleh karena itu,
Pemerintah Korea Selatan menyusun strategi dengan
menggunakan jalur diplomasi media untuk
memanfaatkan kemajuan industri teknologi informasi
dalam mengembangkan kebudayaan Korea. Hal tersebut
akan mudah terlaksana mengingat Korea Selatan
117
adalah salah satu negara yang sangat maju dalam
perkembangan teknologi informasi, digitalisasi dan
memiliki jaringan internet tercepat di dunia.
Perkembangan teknologi media massa memungkinkan
akses informasi dengan mudah dan biaya rendah
dengan memanfaatkan internet tanpa halangan
birokratis dan dapat memberikan pengaruh yang
lebih cepat dan luas ke seluruh lapisan masyarakat
di dunia.
Pemerintah dan media massa perlu selalu
bersinergi, karena media sangat penting sebagai
sarana paling strategis untuk pemberian informasi
dan menerima feedback dari publik. MOFAT telah
berusaha untuk mempromosikan diplomasi publik
melalui media visual dengan menyediakan tayangan
stasiun TV di luar negeri terkait untuk
memperkenalkan budaya Korea pada masyarakat asing.
MOFAT telah menjalin kerjasama dengan Korean
Foundation dan Arirang TV. Di lain pihak, Badan
Penyiaran Nasional Korea-KBS dan MOFAT juga telah
118
menandatangani MoU untuk bekerjasama dalam
berbagai proyek demi globalisasi budaya Korea.
Berdasarkan perjanjian tersebut kedua belah pihak
akan menyelenggarakan berbagai kegiatan global
untuk mempromosikan dan memanfaatkan konten KBS
untuk tujuan umum dalam berbagi informasi budaya
Korea dan rancangan program bersama terkait proyek
tersebut.100
Peran media tidak hanya melalui tayangan
media televisi namun digitalisasi media juga telah
memberikan peluang bagi K-Pop dalam memimpin tren
global. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah
Korea sangat intens dalam menggunakan akun
jejaring sosial dalam mempromosikan Korea melalui
serta perusahaan hiburan Korea telah menjadikan
YouTube sebagai komponen kunci internasional dalam
penyebaran budaya Korea. Penyebaran K-Pop melalui
100 KBS. 2012. KBS dan Pemerintah Tandatangani MoU Untuk Proyek Kerjasama Hallyu Global. [Online]. http://rki.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25956. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 09.27Wita.
jejaring sosial Youtube, Twitter dan Facebook terbilang
sukses memberikan hasil yang menguntungkan tidak
hanya bagi pernyanyi K-Pop semakin dikenal
karyanya tetapi juga semakin dikenalnya brand
produk Korea Selatan bersama dengan budaya Korea
itu sendiri di tingkat Internasional. Bahkan
Youtube dan Facebook telah membuat saluran akses
khusus K-Pop setelah melihat popularitas yang telah
diraih budaya popular Korea Selatan tersebut,
sehingga akan lebih memudahkan penyebarluasan
produk budaya Korea Selatan.
4. Melakukan Interaksi Kebudayaan Melalui Korean Wave.
Upaya Pemerintah Korea Selatan dalam
mengembangkan seni kebudayaan sebagai soft diplomacy
yang melibatkan sikap profesionalisme aktor non-
negara dan didukung penyebarannya melalui media
disusun sebagai langkah strategi membangun citra
Korea, dilengkapi oleh pilar strategi akhir yakni
melalui budaya Korean wave agar terjadi kontinuitas
interaksi kebudayaan. Pengembangan konten budaya
120
Korea yang tidak hanya terkait budaya tradisional
tetapi juga budaya popular tentunya diharapkan
dapat menyukseskan pelaksanaan soft diplomacy Korea
Selatan.
Korean wave adalah sebuah bentuk budaya
popular Korea Selatan yang terdiri dari genre
serial-drama, film dan musik yang memang telah
dirancang sedemikian rupa dengan penuh bakat dan
kreatifitas agar diterima oleh masyarakat luas
sehingga dapat memberikan dampak ataupun pengaruh
yang signifikan di seluruh dunia dan menguntungkan
bagi Korea Selatan. Korean wave secara fundamental
meningkatkan citra budaya bangsa yang memberi
pengaruh terhadap pandangan orang menilai citra
politik, ekonomi dan sosial Korea Selatan.101
Berdasarkan pernyataan Mr. Kim dari hasil
wawancara yang dilakukan penulis bahwa:
Dengan menjalin dan mengharmonisasikanhubungan kerjasama antara aktor negara dan
101 Sue Jin Lee. 2011. The Korean wave: The Soul of Asia. The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications. Vol.2 No. 1. Hal 90
121
non-negara dapat memperkuat ekspansi budayaKorean wave terlaksana sebagai bagiandiplomasi secara berkelanjutan. Dalamperkembangan domestik, Pemerintah jugamelakukan koorporasi yang baik denganmasyarakat sipil untuk pengembangan Koreanwave yang mana kedepannya juga terjadihubungan masyarakat lintas negara dalammenyebarkan Korean wave itu sendiri. Melaluicara tersebut, ekspansi Korean wave dapatterus berkelanjutan dan menyebar secaraluas. Pemerintah Korea berusaha untukmembentuk dan mempertahankan networkingtersebut.102
Dengan demikian, salah satu bentuk strategi
pembangunan citra melalui pelaksanaan soft diplomacy
Korea agar mengalami keberlanjutan di Indonesia
adalah dengan melalui program pencarian bakat
penyanyi K-Pop “Galaxy Superstar” pada tahun 2012.
Program tersebut dilaksanakan oleh salah satu
perusahaan agensi musik di Korea yakni PT. YS
Entertainment dan disponsori oleh salah satu
perusahaan multi nasional terbesar Korea, Samsung
serta bekerjasama dengan stasiun TV Indosiar
sebagai media-partner. Galaxy Superstar dapat dikatakan
102 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kim Do Hyung pada tanggal 12 April 2012 pukul 11.00 Wib di Jakarta.
122
sebagai strategi khusus yang dilakukan di
Indonesia, karena Indonesia adalah negara pertama
yang menjadi pilihan tempat audisi untuk mencari
bakat penyanyi. Para pemenang audisi tersebut
dikirim ke Korea Selatan untuk mendapatkan
pelatihan dan dipersiapkan untuk memulai debut
karirnya di kawasan Asia.
Para pemenang kompetisi Galaxy Superstar yang
telah tinggal dan dilatih secara langsung di Korea
tidak hanya saja mendapatkan ilmu dibidang seni
musik dan tari tetapi saat kembali ke Indonesia
dapat menerapkan nilai-nilai budaya Korea yang
telah mereka dapatkan secara langsung maupun tidak
langsung dan menjadikannya sebagai ikon budaya
baru di Indonesia. Interaksi kesenian dan
kebudayaan melalui budaya pop seperti K-Pop
diharapkan dapat menjadi kesempatan baru bagi
masyarakat Indonesia untuk mengenal budaya-budaya
tradisonal Korea disamping budaya popular yang
dimilikinya. Dengan adanya ketertarikan awal
123
terhadap Korea karena menyukai K-Pop, secara
perlahan tapi pasti mereka akan mulai mengenal dan
mempelajari budaya Korea lainnya.
Selain program Galaxy Superstar, juga ada serial
drama kerjasama Korea-Indonesia yang berjudul
Saranghae, I Love you dibintangi aktris Indonesia
Revalina S. Temat dan penyanyi Korea, Tim Hwang.
Dengan dua arah pertukaran pemain kali ini, sangat
memungkinkan gelombang minat dalam segala hal
mengenai Korea berlangsung sedikit lebih lama
daripada tren sebelumnya. Strategi seperti ini
tentunya akan dapat menjaga kontinuitas budaya
Korean wave di Indonesia dan semakin mengukuhkan
pengaruh soft diplomacy Korea Selatan. Serial drama
Korea-Indonesia yang mengambil tempat syuting di
Bali dan Korea tentunya akan saling menguntungkan
kedua negara karena saling bertukar nilai ataupun
karakter budaya masing-masing serta mengeksplor
berbagai tempat wisata ke dua negara secara luas.
124
Melalui upaya pengenalan Korea lebih dalam,
maka akan semakin banyak masyarakat Indonesia
mengetahui potensi Korea dan pada akhirnya akan
semakin banyak pula dukungan bagi Korea Selatan
untuk menjadi salah satu pemimpin dunia. Soft
diplomacy yang juga melibatkan kaum professional
baik itu pelaku bisnis, individu hingga selebritis
dan didukung oleh peran media akan lebih
memudahkan untuk menyebarluaskan dan menjaga
keberlanjutan invasi Korean wave. Pemerintah Korea
Selatan tidak hanya ingin Korean wave menjadi
fenomena sesaat tetapi prosesnya dapat terus
berlanjut dan diterima dengan baik oleh
masyarakat.
B. Pengaruh Soft diplomacy Dalam Membangun Citra Korea
Selatan di Indonesia.
Dalam menjalankan hubungan diplomatik, soft
diplomacy penting diterapkan oleh Korea Selatan dalam
memaksimalisasikan soft power yang telah dimilikinya.
125
Keterampilan dalam berdiplomasi merupakan salah satu
bentuk upaya kompromi mencapai kesepakatan untuk
penyelesaian masalah dalam menciptakan perdamaian
dan mencapai kepentingan nasional. Perubahan era dan
kemajuan teknologi yang semakin pesat menginisiatif
MOFAT melakukan berbagai proyek-proyek diplomatik
budaya secara aktif melalui Korean wave dengan maksud
untuk meningkatkan nation branding Korea dalam
mewujudkan citra Global Korea. Hal tersebut terkait
konflik semenanjung Korea yang telah menyita
perhatian begitu penting dari Pemerintah tentunya
bisa menyulitkan pembangunan citra Korea Selatan
yang damai dan sebagai negara yang kooperatif.
Kebijakan soft diplomacy yang diarahkan
Pemerintahan saat ini berperan besar dalam
meningkatkan citra nasional bangsa. Menurut laporan
yang dikeluarkan pada tanggal 2 Februari 2012 oleh
Samsung Economy Research Institute (SERI) yang dirilis
dalam kerjasama dengan Presidential Council on Nation
Branding, Korea Selatan menempati peringkat 15 pada
126
Nation Brand index yang mana meningkat tiga peringkat
dari posisi di tahun 2010. SERI menganalisis bahwa
bagaimana peran internasional Korea menyelenggarakan
berbagai event internasional Daegu IAAF World
Championships tahun 2011, Winter Olympic di Pyeongchang
tahun 2018 dan meningkatnya kegiatan global oleh
perusahaan multinasional Korea serta turut sertanya
pengaruh penyebaran Korean wave telah memberi
kontribusi dalam peningkatan citra Korea.103
Korean wave telah memberikan keuntungan yang
begitu besar bagi Korea Selatan. Selain bisnis
hiburan yang terus meningkat, melalui K-Pop juga
dapat membantu Korea Selatan untuk memperbaiki
citranya di mata dunia setelah perang sipil dengan
Korea Utara. K-Pop tidak hanya menjadi karakter khas
musik Korea, tetapi merupakan karakter bangsa yang
menimbulkan ketertarikan dan kepercayaan publik
103 Hwang Dana. Korea Enjoys Enhanced Nation Brand Through GlobalDiplomacy. [Online].http://www.korea.net/NewsFocus/Policies/view?articleId=98738. Diakses pada tanggal 19 Februari 2012pukul 22.38 Wita.
negatif korea di masa lampau dikaitkan dengan Zona
Demiliterisasi, pembagian wilayah, kemiskinan dan
gangguan perpolitikan kini telah berubah menjadi
citra Global Korea dimana secara perlahan bercirikan
menjadi sebuah bangsa yang demokratis, modern,
kooperatif dan proaktif dalam kegiatan
internasional, serta menjadi ikon atau simbol budaya
baru di dunia hiburan musik dan fashion serta memiliki
teknologi mutakhir di dunia.104
Perkembangan Korean wave sangat pesat terjadi di
Indonesia dalam kurun waktu tahun 2008 hingga tahun
2012 yang disertai dengan terbentuknya citra ataupun
pandangan positif masyarakat Indonesia terhadap
Korea Selatan. Citra masyarakat Indonesia yang
terbentuk terhadap Korea dan pada akhirnya dapat
mempengaruhi keputusan para pembuat kebijakan
104 Youna Kim. 2011. Globalization of Korean Media. Hallyu: Influence of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hal. 37
128
politik luar negeri. Korea Selatan pun memiliki
tujuan dibalik citra negaranya yang semakin positif
yakni menyangkut perkembangan politik yang mendukung
perubahan. Sebuah negara yang dulunya dibawah
kekuasaan imperialisme kini berubah menjadi negara
yang demokrat dan liberal. Dengan adanya pencitraan
yang dibangun oleh Korea Selatan di Indonesia dapat
menjadikan hubungan bilateral kedua negara semakin
erat sehingga dapat membantu meningkatkan berbagai
sektor dari hubungan politik, ekonomi dan tentunya
sosial-budaya.
Pembangunan citra Korea Selatan di Indonesia
tentu memberikan pengaruh di bidang politik.
Historikal hubungan politik Korea Selatan dan
Indonesia tidak pernah mengalami konflik sehingga
menjadikan hubungan perpolitikan kedua negara
semakin erat. Dari segi pencitraan tersebut
diharapkan ruang lingkup perpolitikan Korea Selatan
semakin lebih kuat dalam upaya rekonsiliasi dengan
Korea Utara. Indonesia yang memiliki politik luar
129
negeri Bebas-Aktif dapat bersikap netral dalam
melihat permasalahan semenanjung Korea. Korea
Selatan dapat menjalankan proses rekonsiliasi dengan
Korea Utara melalui bantuan Indonesia, apalagi
Indonesia juga memiliki hubungan diplomatik yang
baik dengan Korea Utara. Di era Pemerintahan
Megawati, dilakukan pertemuan antara Pemerintah
Korea-Indonesia untuk merundingkan masalah
reunifikasi Korea. Korea Selatan pun mendapat
kesempatan untuk mencari jalan keluar dari
permasalahan antar-Korea karena Indonesia senantiasa
mendukung upaya denuklirisasi dan perdamaian di
Semenanjung Korea.105
Hubungan politik Korea-Indonesia juga semakin
ditingkatkan melalui kerjasama demokrasi. Korea
Selatan dan Indonesia bekerjasama dalam mendorong
demokrasi sebagai agenda strategis di Asia. Ke dua
negara telah berhasil menjadi pemimpin bersama dalam
105 Yang Seung-Yoon. 2004. Hubungan Bilateral Korea-Indonesia Pada Era Asia Timur: Sebuah Pembahasan dalam Perspektif Globalisasi. Jakarta: FISIP UI Press. Hal. 39.
130
Bali Democracy Forum tahun 2010 dan telah memberikan
landasan yang kuat bagi kedua negara untuk mengelola
momentum demokrasi di seluruh kawasan Asia. Korea
Selatan adalah negara yang pertama kali mengambil
peran aktif dalam mendorong kawasan Asia Timur untuk
menuju suatu komunitas masyarakat Asia Timur. Dengan
bekerja sama dengan Indonesia sebagai salah satu
negara yang berperan penting di ASEAN, visi ini akan
berfungsi sebagai jalan panduan untuk mencapai Asia
Timur yang stabil dan makmur.
Seiring dengan hubungan politik yang dijalin
baik dengan suatu negara dan citra yang terbentuk
maka kerjasama di bidang lainnya akan terdorong ikut
lebih maju. Meningkatnya image Korea Selatan melalui
K-Pop yang diimplementasikan sebagai salah satu
bentuk instrumen pelaksanaan soft diplomacy juga
memiliki pengaruh positif di bidang ekonomi. Korea
Selatan yang memang telah dikenal maju dalam
industri manufaktur, semakin gencar memasarkan
produknya sejalan dengan proses penyebaran K-Pop.
131
Masyarakat Indonesia tidak hanya menyukai musik K-
Pop namun secara perlahan para penggemar K-Pop
tersebut seperti mewajibkan dirinya untuk memiliki
produk-produk Korea. Strategi perusahaan Korea yang
menjadikan para selebritis K-Pop sebagai brand
ambassador pemasaran produknya di Indonesia dapat
meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia terhadap
produk Korea, seperti Samsung dan LG. Hal itu
disebabkan oleh seiring telah terpengaruhnya mereka
oleh popularitas K-Pop dan sifat konsumtif
masyarakat Indonesia yang menjadikan mereka tidak
hanya menyukai musiknya tapi juga telah mulai
mengikuti fashion Korea, menggunakan produk buatan
Korea hingga mengkonsumsi makanan khas Korea.
Menurut Asosiasi perdagangan internasional
Korea pada tahun 2008 dari survei yang mereka
lakukan terhadap 1.173 orang dari Asia Timur dan
Asia Tenggara, mengungkapkan bahwa 80 persen dari
responden mengatakan bahwa Korean wave telah
mempengaruhi mereka untuk membeli produk Korea
132
Selatan, seperti ponsel dan peralatan elektronik
lainnya.106 Dengan demikian, Korean wave telah
memberikan keuntungan ekonomi bagi Korea sekitar
US$4,5 milyar.107 Hal tersebut menandakan bahwa K-Pop
sebagai salah satu wujud bentuk soft diplomacy Korea
Selatan berhasil meningkatkan nation branding serta
permintaan terhadap produk-produk budaya Korea.
Peningkatan yang signifikan dalam hubungan
Indonesia-Korea Selatan juga tercermin dengan baik
melalui perkembangan pesat perdagangan bilateral
antara kedua negara. Pada tahun 2010, perdagangan
bilateral antara kedua negara melonjak menjadi
US$20.27 miliar, meningkat 57 persen dari US$12.88
miliar pada tahun 2009. Adapun investasi Korea
Selatan di Indonesia mencapai US$328 juta tahun 2010
106 Yonhap News Agency. 2011.Korean wave Has Impact on Overseas Product Sales: Poll. [Online]. http://english.yonhapnews.co.kr/business/2011/11/12/0502000000AEN20111112003100320.HTML. Diakses pada tanggal 24Februari 2012 pukul 20.18 Wita.
107 Wonjun Chung dan Taejun David Lee. 2011. Hallyu As A Strategic Marketing Key in the Korean Media Content Industry. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influence of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal. 437.
sektor pariwisata Korea Selatan yang tentunya tidak
terlepas dari pengaruh signifikan dalam pelaksanaan
soft diplomacy ini. Industri pariwisata disoroti
sebagai salah satu pemasukan yang terbesar ketiga
bagi Korea setelah IT, sektor industri elektronik
dan transportasi lainnya.109 Korea Selatan menempati
ranking ke- 32 dunia dalam hal industri pariwisata
pada tahun 2011. Dunia bisnis pariwisata di Korea
secara aktif mengembangkan strategi pemasaran yang
cerdik untuk memperoleh manfaat dari lonjakan
popularitas K-Pop yang dikembangkan dalam upaya
untuk menarik lebih banyak wisatawan asing ke Korea.
Industri pariwisata Korea telah mengalami
pertumbuhan 10 % setiap tahun selama beberapa tahun108 Aburizal Bakrie. 2011. Mempererat Kerjasama Indonesia-Korea.
[Online]. http://icalbakrie.com/?p=1246. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 10.06 Wita.
109 Korean Tourism Organization. [Online]. http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/economicBenefits.kto. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 23.06 Wita.
yang ditargetkan mencapai 1.5 milyar pada tahun 2020
menjadi hal yang tidak mustahil dapat dicapai. 110
Bintang K-Pop telah muncul sebagai sumber daya
pariwisata karena begitu banyak penggemar dari luar
negeri yang bersemangat untuk mengunjungi tanah air
idola pop mereka.
Pihak Korea Tourism Organization di Jakarta (KTO)
mengatakan bahwa jumlah wisatawan Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya di tengah semakin
populernya Korean wave di Indonesia yang mana hal
tersebut diutarakan langsung oleh Manager Marketing
KTO, Dwi Hapsari, bahwa “sebanyak 125.000 warga
Indonesia mengunjungi Korea sepanjang tahun 2011
yang mengalami pertumbuhan 30,8% dibandingkan tahun
2010”.111 Warga Indonesia menjadi lebih antusias
mengunjungi Korea setiap tahun karena Korea memiliki110 KBS. 2012. Expo Pariwisata Korea 2012 Dibuka Pekan Lalu.
[Online]. http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_economyweekly_detail.htm?No=35355. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pada pukul 12.34 Wita.
111 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Dwi Hapsari pada tanggal 20 April 2012 pukul 14.00 Wib di Jakarta
Korea paling terkenal menjadi obyek pariwisata yang
digemari para wisatawan untuk dikunjungi. Dari
keberhasilan penayangan drama Korea tersebut
membangun citra Korea Selatan sebagai negara yang
maju dan terkesan sangat menarik, modis dan dinamis.
Tentu dengan semakin banyaknya masyarakat Indonesia
yang mendatangi Korea selain berimplikasi terhadap
bertambahnya devisa negara juga dapat sekaligus
lebih mendekatkan secara emosional hubungan
kemasyarakatan Korea Selatan-Indonesia.
Dalam proses selanjutnya, hubungan di bidang
sosial-kebudayaan muncul sebagai salah satu pengaruh
soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia. Korean wave
memberikan pengaruh yang nyata dan berperan penting
dalam memperkenalkan budaya Korea ke Indonesia.
Dengan adanya landasan kerjsama di bidang kebudayaan
antara Korea Selatan-Indonesia dan dibentuknya
Komisi Bersama Kebudayaan semakin mempermudah dalam
peningkatan hubungan sosial-budaya kedua bangsa.
136
Adapun pengaruh budaya Korea dalam masyarakat
Indonesia dihimpun oleh penulis dari hasil wawancara
dengan beberapa masyarakat yang menyukai Korea,
berawal dari kegemaran mereka menonton serial drama
Korea dan mulai menikmati musik pop Korea
selanjutnya akan mempelajari tentang budaya Korea.
Kemudian, mereka mencoba makanan Korea seperti apa
yang mereka lihat dalam serial-drama ataupun film
Korea, lalu mulai mengenal pakaian tradisional Korea
‘Hanbok’. dan bahkan belajar beberapa kosa kata Korea
melalui lirik lagu K-Pop. Disamping itu pula,
banyaknya warga Korea di Indonesia membantu
mendorong berjalannya proses hubungan timbal-balik
kebudayaan antara masyarakat kedua negara. Tercatat
bahwa, warga negara Korea adalah warga negara asing
terbanyak yang bermukim di Indonesia yakni sekitar
30.000 orang.
Konektivitas kemasyarakatan antara kedua negara
semakin meningkat, seperti yang bisa kita lihat saat
ini, ketertarikan terhadap K-Pop telah merubah pola
137
industri hiburan di Indonesia. Para pengusaha
industri hiburan nampaknya sangat memahami bahwa
masyarakat Indonesia, terutama kaum remaja, mulai
terkena demam K-Pop. Karena itulah, mereka mulai
menciptakan semacam imitasi dari budaya pop Korea ke
dalam budaya pop Indonesia, seperti menciptakan
boyband/girlband ala Korea seperti halnya yang
dilakukan dalam ajang pencarian bakat Galaxy
Superstar. Para pengusaha tersebut tentunya tahu
betapa kaum remaja sangat mengidolakan K-Pop dan
dengan menciptakan imitasinya akan lebih mudah untuk
menarik minat pasar, kemudian keuntunganlah yang
mereka dapatkan. Itulah sebabnya saat ini begitu
banyak boyband atau girlband Indonesia yang
bermunculan dengan mengusung aliran I-Pop (Indonesian
Pop) yang dianggap hampir mirip K-Pop dengan lirik
bahasa Indonesia. Munculnya ikon I-Pop adalah salah
satu pengaruh soft diplomacy melalui Korean wave, karena
berhasil mengadaptasi K-Pop ke dalam budaya lokal
Indonesia.
138
Capaian diplomasi suatu negara yang baik akan
menempatkannya sebagai negara yang disegani dan
memiliki peran penting dalam percaturan politik
internasional. Soft diplomacy menjadi instrumen
pelaksana kebijakan politik luar negeri yang berguna
bagi Korea Selatan untuk memproyeksikan diri sebagai
negara yang tidak konfrontatif karena mengedepankan
soft power. Tata laksana dan efektifitas soft diplomacy
tersebut dapat memberikan kesan yang positif dan
diyakini memberi keuntungan dalam memediasai
kerjasama bilateral serta dapat memberi pengaruhnya
secara tidak langsung ke masyarakat. Berdasarkan
pada salah satu tujuan utama dari penyebaran Korean
wave untuk mempromosikan model pengembangan ekonomi
Korea sebagai patokan bagi negara-negara berkembang
menjadikan hubungan bilateral Korea Selatan dan
Indonesia memanfaatkan jalur budaya untuk mempererat
kerjasama ekonomi kedua negara dimana Indonesia
dapat belajar banyak dan mengadopsi model
pengembangan ekonomi Korea Selatan tersebut.
139
Instrumen telah bekerja secara efektif di
Indonesia dan citra positif yang terbentuk untuk
mewujudkan Global Korea serta berhasil memperat
hubungan bilateral Korea-Indonesia di berbagai
bidang. Pengaruh soft diplomacy tersebut yang menjadi
bentuk kemampuan untuk mengatur dan ataupun mengubah
perilaku individu atau kelompok dan negara terhadap
negara lain. Melalui Korean wave tersebutlah
menunjukkan bahwa terdapat kestabilan politik serta
keamanan yang terjaga dan secara umum berhasil
mempengaruhi beberapa aspek penting seperti ekonomi
dan hubungan internasional Korea Selatan.
C. Prospek Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia
Melalui Soft Diplomacy
1. Peluang Membangun Citra Korea Selatan Di Indonesia
Melalui Soft Diplomacy
Dalam pelaksanaan hubungan internasional segala
bentuk kebijakan luar negeri yang diterapkan oleh
suatu negara memiliki peluang dan tantangan
tersendiri dalam pelaksanaannya. Perbandingan yang
140
nampak antara peluang dan tantangan dari suatu
hubungan diplomatik merupakan salah satu faktor
utama yang menentukan sukses atau gagalnya hubungan
diplomatik tersebut. Pengembangan soft power mudah
dilakukan karena material power yang dimiliki oleh
Korea Selatan tidak lagi memiliki permasalahan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar rakyatnya. Korea
selatan sebagai negara yang tergolong sukses dalam
memajukan sektor perekonomiannya dapat memobilisasi
instrumen kegiatan politik luar negerinya yang lain.
Kepopuleran daya tarik budaya suatu bangsa tentunya
berawal dari sisi perekonomian yang maju apalagi
Korea Selatan juga mengalami perkembangan secara
pesat pada sektor teknologi transportasi, komunikasi
dan informasi.
Peluang dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea
Selatan di Indonesia didukung oleh hubungan
diplomatik yang dijalin kedua negara yang dianggap
sebagai hubungan yang saling mengisi dan bersifat
141
mutual benefit. Seperti apa yang telah diungkapkan oleh
Prof. Yang bahwa:
Korea Selatan sebagai negara yang memilikiperkembangan pesat dalam hal informasiteknologi dan memiliki modal adalah suatufaktor yang dibutuhkan oleh Indonesia dalammembangun negaranya. Sedangkan, Indonesiadipandang oleh Korea Selatan sebagai sebuahnegara yang kaya akan sumber daya alam dansumber daya manusia yang didukung olehpasar yang luas.112
Korea Selatan dan Indonesia berada pada posisi
yang saling melengkapi di mana keduanya berpotensi
untuk saling mengisi satu sama lain apalagi kedua
negara telah menandatangi MoU sebagai mitra
kerjasama strategis. Dari perspektif Korea Selatan,
Indonesia menjadi salah satu sumber bahan baku,
tenaga kerja dan pasar konsumen yang besar untuk
Industri di Korea Selatan. Di satu pihak, Indonesia
memerlukan modal dan investasi serta produk-produk
teknologi yang dimiliki oleh Korea Selatan. Korea
Selatan merupakan alternatif sumber teknologi
112 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Prof. Yang Seung Yoon pada tanggal 10 April 2012 Pukul 10.00 Wib di Jakarta.
142
khususnya di bidang heavy industry, IT dan
telekomunikasi. Indonesia berharap dapat memperkuat
ekonomi dan perdagangan Negara karena sadar akan
peran Korea sebagai mitra strategis dalam memperkuat
sistem ekonomi dan mengatasi krisis ekonomi.
Sistem demokrasi yang dianut oleh suatu bangsa
juga menjadi salah satu faktor pendukung dalam
pelaksanaan soft diplomacy. Indonesia dan Korea Selatan
adalah negara yang menganut sistem demokrasi
sehingga akan memudahkan pelaksanaan soft diplomacy
yang lebih terbuka. Indonesia dan Korea Selatan
telah pernah bekerja sama menjadi pemimpin dalam Bali
Democracy Forum (BDF) sehingga memberikan landasan
yang kuat bagi kedua negara untuk mengelola momentum
hubungan diplomatik yang lebih erat lagi. Indonesia
sebagai mitra strategis Korea tentunya bernilai
positif karena historikal hubungan diplomatik yang
tidak pernah mengalami konflik akan semakin
memudahkan proses diplomasi yang dijalankan.
143
Peluang yang begitu besar juga dimiliki oleh
Korea Selatan dalam pelaksanaan soft diplomacy K-Pop di
Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh daya saing K-
Pop yang memang telah dipersiapkan untuk masuk ke
pasar internasional sangat kuat. Penyanyi K-Pop yang
juga sebagai salah satu aktor dalam soft diplomacy
Korea ini menampilkan bakat yang berkualitas dan
didukung oleh penampilan fashion kalangan muda masa
kini yang dengan mudah dapat menarik hati masyarakat
Indonesia sehingga meninggalkan kesan yang positif.
K-Pop cenderung menawarkan kenikmatan visual di
tengah relatif tingginya minat masyarakat Indonesia
yang menyenangi bentuk musik seperti itu secara
visual yang disertai dengan dance. Secara tren
global menunjukkan musik dan tari relatif mirip di
antara negara-negara di dunia. Menikmati irama
melalui tarian mudah menarik minat konsumen di luar
negeri karena dapat menikmati musik hanya dengan
melihat tarian walaupun tidak mengerti budaya dan
bahasa Korea.
144
Korea Selatan adalah pemimpin global dalam
pembangunan dan distribusi teknologi internet dan
ponsel sehingga dapat mempermudah dalam upaya
penyebaran budayanya sebagai bentuk soft diplomacy.
Penyebaran K-Pop yang didukung oleh kecanggihan alat
komunikasi dengan memanfaatkan jaringan internet
melalui postingan video promosi ke Youtube dan akun
sosial lainnya seperti twitter dan facebook menjadi
peluang untuk mempromosikan musik K-Pop dan
memperkenalkan budaya Korea ke berbagai belahan
dunia menjadi lebih mudah. Masyarakat Indonesia yang
begitu banyak juga terkenal menjadi pengguna akun
SNS terbesar, sehingga mereka akan lebih mengetahui
perkembangan K-Pop melalui internet.
Masyarakat Indonesia juga tergolong sangat
terbuka dalam menerima produk budaya asing. Apalagi
budaya Korea Selatan yang memang termasuk budaya
timur dan memiliki kedekatan kultur dengan karakter
bangsa Indonesia menjadikan peluang bagi pelaksanaan
soft diplomacy Korea Selatan menjadi lebih besar.
145
Selain itu pula, dalam menyebarkan pelaksanaan soft
diplomacy didukung oleh kepercayaan diri dan rasa
nasionalisme rakyat Korea melalui budaya populer
mereka sebagaimana juga yang ditunjukkan dalam
setiap acara internasional. Budaya popular Korea
menunjukkan bagaimana Korea tetap menjaga nilai dan
karakternya walaupun mendapat pengaruh kultur dari
barat. Penggambaran Korea dalam drama televisi,
sinematografi film Korea yang menarik dan plot
cerita yang memiliki kedekatan tradisi yang serupa
dengan budaya bangsa Indonesia dalam menangani
masalah serta peran industri hiburan Korea yang
aktif dalam mempromosikan produknya semuanya
menciptakan peluang untuk penyebaran budaya populer
Korea di Indonesia.
2. Tantangan Membangun Citra Korea Selatan Di
Indonesia Melalui Soft Diplomacy.
Korean wave telah menjadi sumber motivasi yang
menarik bagi Korea Selatan, tetapi juga telah
membawa tantangan baru dalam mempromosikan Korea ke
146
dunia internasional. Tantangan yang bisa dihadapi
dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di
Indonesia adalah bagaimana menjaga koordinasi yang
baik antara aktor negara dan aktor non-negara.
Pemerintah Korea yang menjalin hubungan kerjasama
dengan perusahaan-perusahaan hiburan di Korea
Selatan dalam menginisiasi perluasan Korean wave
memiliki resiko pada kemungkinan terjadinya
pembenturan kepentingan antara kedua belah pihak
aktor negara dan non-negara. Kepentingan industri
swasta atau para pelaku bisnis jika sudah tidak
sejalan dengan tujuan nasional Pemerintah ataupun
terjadi tarik-menarik kepentingan tentunya akan
dapat menghambat keberlangsungan pelaksanaan soft
diplomacy yang dijalankan oleh Korea Selatan.
Terjadinya penekanan pemasaran ataupun terjadinya
overheating pada pasar penyebaran K-Pop yang dilakukan
oleh perusahaan hiburan tersebut adalah bentuk
tantangan yang dapat dihadapi.
147
Era globalisasi informasi selain banyak memberi
kemudahan juga tetap merupakan wilayah yang
berbahaya bagi diplomasi maupun aktivitas
kemasyarakatan lainnya. Kesiapan dalam menghadapi
perubahan-perubahan global perlu diimbangi dengan
kemampuan dan kompetensi dalam menyikapi perubahan
tersebut. Ada banyak kasus di mana arus informasi
budaya dari suatu masyarakat tertentu sering
terbatas ataupun berlebihan tanpa terkendali dapat
menyebabkan kesalahpahaman antara budaya yang bahkan
menyebabkan terjadinya distorsi kebudayaan. Dengan
memahami sifat pertukaran budaya di Indonesia,
Pemerintah Korea Selatan harus membuat usaha lebih
lanjut untuk menemukan cara-cara pelaksanaan soft
diplomacy yang lebih inovatif dalam membangun citranya
melalui komunikasi internasional yang lebih baik dan
terkontrol.
Tantangan lainnya yang juga dapat dihadapi oleh
Korea dalam membangun citranya melalui pelaksanaan
diplomasi ini adalah bagaimana menjaga
148
keberlangsungan penyebaran K-Pop itu sendiri di
Indonesia dengan menyesuaikan karakter bangsa
Indonesia yang memang mudah dalam menerima budaya
asing namun juga memiliki kecenderungan untuk mudah
menemukan kejenuhan terhadap popularitas suatu
budaya asing. Terlebih lagi dalam menjaga persaingan
budaya asing yang masuk ke Indonesia. Budaya asing
yang masuk ke Indonesia bukan hanya Korean Wave namun
budaya Jepang yang memang telah sejak lama masuk ke
Indonesia serta budaya India melalui Bollywood dan
tentunya budaya pop Amerika. Penyebaran K-Pop sebagai
bentuk soft diplomacy Korea harus bersaing dengan musik
Pop Amerika. Jika Pemerintah tidak bisa menjaga dan
mengembangkan kreatifitas dan keunikan musik K-Pop
dalam penyelenggaraan soft diplomacy-nya maka, budaya
asing lainnya akan mengalahkan posisi Korea di
Indonesia.
Tantangan keberlangsungan popularitas K-Pop
tersebut berada ditangan industri musik Korea
bersama dengan para bintang K-Pop dalam menjaga
149
bakat dan kreatifitas mereka untuk mengembangkan
musik K-Pop. Popularitas K-Pop di luar negeri
ternilai kondusif untuk lingkungan yang baik bagi
budaya populer Korea untuk mencapai kualitas global
dengan daya tarik universal dan tergantung pada
apakah industri dapat mengamankan daya saing yang
cukup atau tidak agar K-Pop dapat memperluas
pengaruhnya di seluruh dunia. Jika mereka tidak
mampu lagi menjaga ataupun meningkatkan kualitas dan
kreatifitas mengembangkan K-Pop maka proses soft
diplomacy itupun akan bisa terhenti. K-Pop memang
dapat membangun citra Korea dan meningkatkan
kekuatan ekonominya yang didukung oleh ketrampilan
dalam penyebarannya secara digitalisasi, namun
fenomena tersebut juga dapat berakhir jika gagal
mengatasi perubahan-perubahan internal maupun
eksternal secara efektif. Jika industri gagal
mempertahankan atau meningkatkan karakter idol
dengan daya tingkat saing yang tinggi, kegiatan
150
popularitas bentuk Korean wave lainnya juga bisa ikut
runtuh.
Pelaksanaan diplomasi memerlukan pengetahuan
yang matang tentang masalah yang dihadapi dan
kemampuan berkomunikasi dengan penguasaan bahasa
yang baik. Walaupun Korea Selatan menjadi salah satu
negara yang sangat maju di bidang teknologi serta
memiliki kemampuan dan sarana yang maju di bidang
media dan komunikasi, Korea Selatan dan Indonesia
sama-sama menemui kendala pada keterbatasan
kemampuan masyarakatnya dalam berbahasa Inggris
sebagai bahasa resmi internasional. Pada umumnya,
para bintang K-Pop yang turut menjadi salah satu
aktor dalam pelaksanaan diplomasinya menggunakan
bahasa Korea dalam berkomunikasi sehingga hal
tersebut sedikit menghambat keefektifan diplomasinya
di Indonesia. Selain itu, banyaknya perusahaan Korea
yang berinvestasi di Indonesia membutuhkan banyak
tenaga ahli yang paling tidak mengetahui dan
menguasai bagaimana berniaga dengan orang Korea.
151
Hubungan kemasyarakatan Korea-Indonesia pun akan
mengalami hambatan.
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
152
1. Strategi Soft Diplomacy Korea Selatan Dalam Membangun
Citra Global Korea Di Indonesia Terdiri Atas 4
Langkah Strategi, yaitu:
a. Mengembangkan Seni Kebudayaan.
Kebudayaan sebagai salah satu aset soft power,
menjadi media komunikasi yang dapat
menyampaikan isi atau misi politik luar negeri
suatu negara. Pemerintah Korea Selatan-
Indonesia menjalin hubungan kerjasama di bidang
kebudayaan dan ditandai dengan pergelaran
kebudayaan Korea-Indonesia setiap tahun. Adanya
peran Pemerintah Korea Selatan menyelenggarakan
Korea-Indonesia Week tersebut di Indonesia
menggambarkan bentuk pelaksanaan strategi ini
melalui track one diplomacy
b. Mengembangkan Sikap Profesionalisme.
Pengembangan sikap profesionalisme didasarkan
pada keterlibatan aktor non-negara (track two
diplomacy, track three diplomacy, track four diplomacy) yang
2. Pengaruh Soft Diplomacy Dalam Membangun Citra Korea
Selatan Di Indonesia.
155
Seiring dengan semakin besarnya minat dan
ketertarikan masyarakat Indonesia terhadap K-Pop
berhasil membangun citra Korea Selatan di
Indonesia. Soft power diperlukan tidak hanya
sekedar memperkenalkan identitas politik, ekonomi
dan budaya Korea Selatan di Luar Negeri tetapi
mendukung pencapaian kepentingan nasional dalam
hal ini mewujudkan citra Global Korea. Di masa lalu,
Citra Korea Selatan dinilai negatif dikaitkan
dengan zona demiliterisasi dan kerusuhan politik,
tetapi citra bangsa Korea meningkat sangat
positif dan secara bertahap memberikan cara untuk
menjadi vitalitas trendi bagi industri hiburan
seperti musik, film dan teknologi mutakhir.
Citra positif masyarakat Indonesia yang
terbentuk terhadap Korea Selatan pada akhirnya
dapat mempengaruhi hubungan bilateral kedua
negara menjadi lebih erat. Dari segi pencitraan
tersebut ruang lingkup perpolitikan Korea Selatan
semakin lebih kuat dalam upaya rekonsiliasi
156
dengan Korea Utara melalui bantuan Indonesia.
Disamping itu, K-Pop yang diimplementasikan
sebagai salah satu bentuk soft diplomacy membawa
pengaruh yang signifikan dalam meningkatkan
sektor perekonomian dan pariwisata Korea Selatan.
Masyarakat Indonesia tidak hanya menyukai musik
Korea namun secara perlahan juga mengkonsumsi
produk Korea, serta daya kunjung wisata ke Korea
semakin meningkat.
Hubungan di bidang sosial-kebudayaan tentunya
juga mengalami pengaruh soft diplomacy tersebut.
Masyarakat Indonesia yang pada awalnya hanya
menyukai tayangan serial drama Korea dan
menikmati musik K-Pop telah membawa mereka
mengenal Korea jauh lebih mendalam dengan
mempelajari budaya dan bahasa Korea. Industri
musik Indonesia pun telah mendapat pengaruh K-Pop
dimana kini banyak bermunculan boyband/girlband ala
Korea Selatan.
157
3. Prospek membangun citra Korea Selatan di
Indonesia melalui soft diplomacy
Pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan
tersebut tentunya tidak terlepas dari peluang dan
tantangan yang dihadapi. Peluang berhasilnya
pelaksanaan soft diplomacy didukung oleh hubungan
bilateral Korea-Indonesia yang bersifat saling
mengisi kepentingan masing-masing negara serta
hubungan Korea Selatan-Indonesia sebagai mitra
kerjasama strategis. Kesamaan sistem demokrasi
juga mendukung pelaksanaan soft diplomacy akan
berhasil.
Keterlibatan selebritis K-Pop menjadi daya
tarik utama pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan
di Indonesia terkait besarnya minat masyarakat
Indonesia terhadap K-Pop. Masyarakat Indonesia
cenderung terbuka dalam menerima budaya asing
serta adanya kedekatan kultur sebagai negara
timur menjadikan budaya Korea Selatan dapat
diterima dengan mudah. Selain itu, penyebaran K-
158
Pop melalui teknologi media komunikasi seperti
jejaring sosial Youtube, Twitter, dan Facebook menjadi
peluang tersendiri mengingat Korea Selatan adalah
pemimpin global dalam pembangunan dan distribusi
teknologi internet dan ponsel.
Sedangkan, tantangan pelaksanaan soft diplomacy
jika terjadinya pembenturan kepentingan antara
aktor negara dan aktor non-negara yang terlibat
dalam pelaksanaan soft diplomacy tersebut. Pemerintah
juga harus bekerja keras untuk menjaga daya saing
K-Pop menjadi lebih unik dibanding budaya asing
lainnya yang masuk ke Indonesia agar masyarakat
Indonesia tidak mudah jenuh dengan budaya Korea.
Adapun keterbatasan masyarakat Korea Selatan
terutama para selebritis K-Pop dalam menguasai
bahasa Inggris begitu pula dengan masyarakat
Indonesia akan menjadi tantangan kefektifan
pelaksanaan soft diplomacy di Indonesia.
B. Saran
159
Dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan
untuk memperkuat posisinya dan meningkatkan citra,
para pembuat kebijakan dalam lembaga Pemerintah
terkait harus bekerja sama dan saling berkoordinasi
untuk membantu mempertahankan kontinuitas penyebaran
Korean wave dan mendorong proyek-proyek bersama aktor
non-negara yang lebih konstruktif di Indonesia.
Dalam hal ini, juga penting untuk memperkuat daya
saing K-Pop agar dapat mempertahankan bahkan
meningkatkan eksistensinya di Indonesia. Korea
Selatan juga harus lebih menyiapkan strategi yang
lebih unik dan menarik dalam pelaksanaan soft diplomacy
agar dapat menjaga eksistensinya dalam bersaing
dengan budaya asing negara lain yang masuk ke
Indonesia. Korea Selatan harus lebih aktif dalam
memperkenalkan budayanya ke seluruh lapisan
masyarakat di Indonesia baik itu melalui media atau
melalui people-to-people exchange.
Dengan semakin banyaknya produk budaya Korea
telah berkembang dan mempengaruhi kehidupan
160
masyarakat Indonesia, penting kiranya pemahaman
terhadap budaya Korea mulai diperkenalkan di tingkat
pendidikan yang lebih luas lagi, tidak hanya di
kalangan perguruan tinggi seperti saat ini, namun
bisa juga dimulai dari pendidikan sekolah menengah
serta dari kalangan lain seperti para insan
pariwisata sehingga pemahaman tentang Korea semakin
luas. Selain itu pula yang diharapkan adalah
hubungan saling memahami antarkedua negara yang
berlanjut lebih baik demi generasi mendatang yang
disertai dengan keahlian bahasa dalam berkomunikasi
baik itu menguasai bahasa Korea ataupun bahasa
Inggris dan juga pengenalan bahasa Indonesia untuk
membantu lancarnya hubungan bilateral kedua negara
serta hubungan kemasyarakatan Korea-Indonesia.
Dengan melihat keberhasilan strategi Korea
Selatan dalam menjalankan soft diplomacy dengan
mengedepankan aspek kebudayaannya, maka Indonesia
sebagai negara yang lebih kaya akan kebudayaan patut
mengikuti langkah pelaksanaan soft diplomacy Korea
161
Selatan. Indonesia dapat memperkuat soft power yang
dimilikinya dengan memanfaatkan dan mengolah dengan
baik aspek kebudayaan untuk dapat disebarluaskan dan
dinikmati oleh masyarakat internasional sehingga
dapat memberikan keuntungan ekonomi seperti yang
dialami oleh Korea Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Coplin, William D. dan Marsedes Marbun. 1992. PengantarPolitik Internasional; Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV.Sinar Baru.
Couloumbis, Theodore A. dan James H. Wolfe. 1982.Introduction to International Relations: Power and Justice. NewJersey: Prentice Hall.
Diamond, Louise dan John McDonald. 1996 Multi-TrackDiplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition.Kumarian Pres.
Djelantik, Sukawarsini. 2008. Diplomasi antara Teori danPraktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Gracia I. Caroline Sidabutar. Diplomasi Kebudayaan:Konsep dan Relevansinya terhadap PelaksanaanPolitik Luar Negeri. Divisi Litbang SekdiluAngkatan XXXII. Indonesia dan Dunia: Refleksi PemikiranDiplomat Muda Indonesia. Jakarta: Kemenlu RI.
Hayati, Sri dan Ahmad Yani. 2007. Geografi Politik. Bandung:PT.Refika Aditama.
162
INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada(eds). 2011. Politik dan Pemerintahan Korea.Yogyakarta: UGM Press.
Jemadu, Aleksius. 2008. Politik Global dalam Teori & Praktik.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Juwondo. 1991. Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta:
Rajawali Press.
Kim, Do Kyun dan Min-Sun Kim (eds). 2011. Hallyu:Influence of Korean Popular Culture in Asia and Beyond.Seoul: Seoul National University Press.
Kusumohamidjojo, Budiono. 1987. Hubungan Internasional:Kerangka Studi Analisis. Jakarta: Bina Cipta.
Lee, Myung Bak. 2009. Global Korea: The National Strategy of theRepublic of Korea. Cheong Wa Dae: Office of ThePresident.
Mas’oed, Mohtar. 1994. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin danMetodologi. Jakarta: LP3ES.
Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2009. DiplomaticWhite Paper 2009. Republic of Korea.
Ministry of Foreign Affairs and Trade. 2011. DiplomaticWhite Paper 2011. Republic of Korea.
Nimmo, Dan. 2006. Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Nye, Joseph S. 2004. Soft power: The Means to Success in WorldPolitics. New York: Public Affairs.
163
Nye, Joseph S. 1992. Understanding International Conflicts. USA:Harper Collins College Publisher.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan M.Yani. 2005.Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung:Rosdakarya.
Rudy, T. May. 2005. Komunikasi dan Hubungan MasyarakatInternasional.Bandung: PT. Refika Aditama.
Seigh, Philip. 2009. Toward A New Public Diplomacy. New York:Palgrave Macmillan.
Sepu, P. Anthonius. 2011. Studi Hubungan Internasional.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Umar, Husain. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi.Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Yoon, Yang Seung. 2004. Hubungan Bilateral Korea-IndonesiaPada Era Asia Timur: Sebuah Pembahasan dalam PerspektifGlobalisasi. Jakarta: FISIP UI Press.
Yoon, Yang Seung. 2004. Politik Luar Negeri Korea Selatan.Yogyakarta: UGM Press.
164
JURNAL, TABLOID, DOKUMEN
C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalamPenyelesaian Sengketa Laut Cina Selatan; Upayadan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2).
Doobo Shim. 2006. Hybridity and Rise of Korean PopularCulture in Asia. Media, Culture and Society. Vol.28(1).
Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann.2011. The Future of Diplomacy; ChangingPractices, evolving relationships. InternationalJournal, Summer 2011. Canada: CanadianInternational Council.
Sue Jin Lee. 2011. The Korean wave: The Soul of Asia. TheElon Journal of Undergraduate Research in Communications.Vol.2 No. 1.
Korean Culture and Information Service. 15 November2011. K-Pop: A New Force in Pop Music. KoreanCulture, No.2.
Joseph S.Nye. Why South Korea Should Go Soft. Korea 2020:Global Perspective for the Next Decade. Seoul: RandomHouse Korea.
Mark Scott. 2009. A Global ABC Soft diplomacy and theWorld of International Broadcasting. Bruce AllenMemorial Lecture, 5 November 2009, MacquarieUniversity. Sydney.
SITUS
Agency, Yonhap News. 2011. Korean wave Has Impact on OverseasProduct Sales: Poll. http://english.yonhapnews.co.kr/business/2011/1
1/12/0502000000AEN20111112003100320.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 20.18 Wita.
Agency, Yonhap News. 2012. Number of overseas Korean languageinstitutes to rise to 200 by 2016. http://english.yonhapnews.co.kr/culturesports/2012/02/22/0701000000AEN20120222005300315.HTML. Diakses pada tanggal 24 Februari pukul 20.16 Wita.
Asrianti, Tifa. 2012. TV’s South Korea Connection. http://www.thejakartapost.com/news/2012/04/29/tv-s-south-korean-connection.html. Diakses pada tanggal 4 Mei 2012 pukul 19.52 Wita.
Bakrie, Aburizal. 2011. Mempererat Kerjasama Indonesia-Korea. http://icalbakrie.com/?p=1246. Diaksespada tanggal 11 Maret 2012 pukul 10.06 Wita.
BBC News. South Korea Profile.http://www.bbc.co.uk/news/world-asia-pacific-15289563. Diakses pada tanggal 25 Desember 2011pukul 21.14 Wita.
Constant, Linda. 2012. K-Pop: Soft Power for the Global Cool. http://www.huffingtonpost.com/linda-constant/ Kp op -soft-power-for-the-g_b_1088238.html diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pukul 13.37 Wita.
Dana, Hwang. Korea Enjoys Enhanced Nation Brand Through GlobalDiplomacy.http://www.korea.net/NewsFocus/Policies/view?articleId=98738. Diakses pada tanggal 19Februari 2012 pukul 22.38 Wita.
Deddy. 2012. Pengaruh Korean wave di Indonesia. http://www.trijayafmp LG .net/program/3tainment/2 012/01/pengaruh-korean-wave-di-indonesia/.
Hanifah, Mutya. 2012. K-Pop Ujung Tombak Pariwisata Korea. http://travel.okezone.com/read/2012/04/17/407/613234/ K-Pop -ujung-tombak-pariwisata-korea . Diakses pada tanggal 18 April 16.13 Wita.http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2800.htm.Diakses pada tanggal 25 desember 2011 pukul20.54 Wita.
Jaipragas, Bhavan. 2012. Asia's K-Pop clones dance to South Korean beat. http://www.abs-cbnnews.com/lifestyle/02/06/12/asias- K-Pop -clones-dance-south-korean-beat . Diakses pada tanggal 19 Februari 2012 pada pukul 20.17 Wita.
Kang, Min-Ji. 2008. Forbes Picks K-Pop As Globe-Sweeping Trend. http://www.arirang.co.kr/News/News_View.asp?code=Ne6&nseq=77636&category=7. Diakses pada tanggal 20 Februari 2011 pukul 20.11 Wita.
KBS. 2012. Expo Pariwisata Korea 2012 Dibuka Pekan Lalu. http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_economyweekly_detail.htm?No=35355. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pada pukul 12.34 Wita.
KBS. 2012. KBS dan Pemerintah Tandatangani MoU Untuk Proyek Kerjasama Hallyu Global. http://rki.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25956. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 09.27 Wita.
KBS. 2012. Kementrian Kebudayaan Umumkan Proyek Untuk Tahun 2012. http://world.kbs.co.kr/indonesian/news/news_Cu_detail.htm?No=25593. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pada pukul 09.28 Wita.
Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indoneseia. http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/index.jsp. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 22.25 Wita.
Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia. http://www.kemlu.go.id/Pages/NewsKemlu.aspx?IDP=100&l=id. Diakses pada tanggal 26 Maret 2012 pada pukul 20.58 Wita.
Kemp, Jack. 2007. Soft diplomacy Is The Best Plan. http://www.humanevents.com/article.php?id=19791. Diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pada pukul 13.29 Wita.
Kim, Pil Soo. 2011. Global Craze for KPop: A New Economic Engine. http://www.koreafocus.or.kr/design2/layout/content_print.asp?group_id=103692. Diakses pada tanggal 24 Februari 2012 pukul 21.46 Wita.
Kim, Yoon Mi. 2011. K-Pop Drives Hallyu Craze: Survei. http://www.koreaherald.com/entertainment/Detail.jsp?newsMLId=20110613000731. Diakses pada tanggal 12 5 2012 pukul 14.56 Wita.
Kim, Yoon Mi. 2011. K-Pop’s Second wave. http://www.koreaherald.com/entertainment/Detail.jsp?newsMLId=20110821000264. Diakses pada tanggal 12 Mei 2012 pukul 14.47 Wita.
KOCIS. Korean wave. http://www.korea.net/Government/Current-Affairs/Korean-Wave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 pukul 14.15 Wita.
Korean Tourism Organization. http://kto.visitkorea.or.kr/eng/tourismStatics/
economicBenefits.kto. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 23.06 Wita.
Ministry of Foreign Affairs and Trade of Republic of Korea. http://idn.mofat.go.kr/worldlanguage/asia/idn/bilateral/politik/sejarah/index.jsp. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 10.26 Wita.
Noh, Hyun Gi. 2011. KTO offers virtual dates with K-Pop stars. http://www.koreatimes.co.kr/www/news/art/2012/05/201_101202.html. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 14.44 Wita.
Park, Min Young. 2012. Korean Government Open K-Arts, Ballet and Musical Academies. http://www.thejakartapost.com/news/2012/02/28/korean-government-open-k-arts-ballet-and-musical-academies.html. Diakses pada tanggal 20Mei 2012 pukul 14.34 Wita.
Pudjomartono, Susanto. 2011. Soft diplomacy. http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=293039. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 16.51 Wita.
Pusat Kebudayaan Korea. Hubungan Internasional Korea-Indonesia. http://id.korean-culture.org/navigator.do?siteCode=null&langCode=null&menuCode=201105180021. Diakses pada tanggal 26 Maret 2012 pada pukul 21.37 Wita.
Rijkers, Monicque dan Lily C. 2012. Wabah Demam Korea Melanda Indonesia. http://www.mediaindonesia.com/read/2012/04/04/316524/61/10/Wabah-Demam-Korea-Melanda-Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Juli 2012 pukul 11.45 Wita.
Shim Sun-ah. 2012. Korean Films Drew Record Audiences in First Half: Ministry. http://english.yonhapnews.co.kr/news/2012/07/03/0200000000AEN20120703007100315.HTML diakses pada tanggal 7 Juli 2012 pukul 13.09 Wita.
Strother, Jason. 2009. Korea’s Image Problem. http://www.asiacalling.kbr68h.com/ur/news/south-korea/805-koreas-image-problem. Diakses pada tanggal 24 desember 2011 pukul 16.41 Wita.
Sun, Bang. K-pop: South Korea’s New Economic Growth Engine. http://www.biztechreport.com/story/1685-k-pop-south-korea%E2%80%99s-new-economic-growth-engine. Diakses pada tanggal 24 Desember 2011 pukul 16.58 Wita.
Susanthi, Nyoman Lia. 2011. “Gurita” Budaya Populer Korea di Indonesia. http://www.isi-dps.ac.id/berita/%E2%80%98gurita%E2%80%99-budaya-populer-korea-di-indonesia. Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul 18.33 Wita.
The Chosunilbo. 2012. Facebook Opens K-Pop Page. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/05/22/2012052200829.html. Diakses pada tanggal 20 Juni 2012 pukul 15.54 Wita.
The Chosunilbo. 2012. K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/2012/02/07/2012020700892.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 17.45 Wita.
VOA News. 2006. Asia Goes Crazy Over K-Pop. http://english.chosun.com/site/data/html_dir/20
06/01/07/2006010761003.html. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul 20.04 Wita.
Wibisono, Kunto. 2010. Indonesia-Korsel Perkuat Kerja Sama Ekonomi Lewat Budaya. http://www.antaranews.com/berita/1286816222/indonesia-korsel-perkuat-kerja-sama-ekonomi-lewat-budaya. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul 15.31 Wita.
LAPORAN KEGIATANSidang Pertama Komisi Bersama Kebudayaan
(The 1st Meeting of Joint Commission on Cultural Cooperation)Indonesia-Korea Selatan
Pada tanggal 13-15 Mei 2008 di Yogyakarta
Latar Belakang
1. Indonesia telah memiliki payung kerjasama denganKorea Selatan (Republic of Korea/ROK) di bidangkebudayaan melalui sebuah perjanjian (Agreementbetween the Government of the Republic of Indonesia and theGovernment of the Republic of Korea on Cultural Cooperation)yang ditandatangani pada 28 November 2000.
2. Dalam rangka mempercepat implementasi dariAgreement tersebut, maka kedua pemerintahan telahmembentuk Eminent Persons’ Group (EPG). Di Indonesiapertemuan EPG pertama berlangsung pada 10 November2006.
3. Pada tanggal 4 Desember 2006 kedua kepala negaramenandatangani Joint Declaration on Strategic Partnership toPromote Friendship and Cooperation in the 21st century yangisinya mencakup 32 bidang kerjasama yangdikelompokkan ke dalam 4 bidang utama di manasalah satunya adalah bidang sosial budaya.
4. Dua dari 7 bidang kerjasama sosial budaya yangtercantum dalam Joint Declaration dan juga menjadi
172
prioritas EPG adalah perlunya membentuk danmelaksanakan Joint Cultural Commision (JCC) sebagaidasar berdirinya Cultural and Information Service Centre.
5. Pemerintah Indonesia telah mengesahkan(ratifikasi) Agreement tersebut melalui PeraturanPresiden No. 92 Tahun 2007.
6. Dalam rangka mengimplementasikan Agreement tahun2000, hasil-hasil rekomendasi dari EPG RI-ROK danberdasarkan Prepres No. 92 tahun 2007, makadiselenggarakanlah suatu pertemuan pertama komisibersama untuk kerjasama kebudayaan (The 1st Meeting ofJoint Commission on Cultural Cooperation/JCC).
Joint Commission on Cultural Cooperation.
1. Sidang Komisi Bersama Kebudayaan/JCC ke-1 tersebutberlangsung pada 13-15 Mei 2008 di Yogyakarta,dengan melibatkan 5 Departemen terkait (Kemenpora,Depkominfo, Depdiknas, Deplu dan Depbudpar) dimana lingkup kerja JCC ke-1 berada dalam tahapanidentifikasi kebutuhan untuk penyusunan “Plan ofActions” melalui exchange of views (establishment anddiscussion).
2. Delegasi RI diketuai oleh Dr. Muchlis Paeni,pejabat eselon I SAM bidang Pranata SosialDepbudpar. Sedangkan delegasi ROK dipimpin olehMr. Bae Jae-hyun, Director General of Cultural Affairs BureauMinistry of Foreign Affairs and Trade of the Republic of Korea.
173
3. Kerjasama di bidang kepemudaan dan keolahragaanyang diusulkan RI meliputi: program semaul udong;program relawan/magang wirausaha muda ke ROK;workshop kewirausahaan pemuda dan pengembanganindustri olahraga dan industri unggulan di ROK;pengiriman/rekruitmen atlit; pelatih dan wasit;pertukaran para pakar olah raga; penyelenggaraanseminar tentang industri olahraga; studi/pelatihandalam rangka industri olahraga; dan bantuanpembangunan gedung olahraga di 10 provinsi dan 10kabupaten di Indonesia.
4. Isu kerjasama pendidikan yang diangkat dalampertemuan ini adalah: 1. International Standard School(Sister School Facilitation, Reciprocal School Accredited,International Content Subjects Facilitated by South Korea (IT,automotive, etc); 2. Teacher empowering program (TeachersTraining, Collaboration, Seminar and workshop); 3. World ClassUniversity (Double/dual degree between Indonesia universities andKorea universities, Joint research, Student and Professor exchange,Seminar and Workshop, Indonesia language for foreigners,Darmasiswa Scholarship program by Indonesian Government,Guest Lectures (being an Indonesian language lecture in someuniversities in South Korea).
5. Untuk bidang kebudayaan, isu-isu yang dibahasdalam JCC ke-1 tersebut mencakup substansikerjasama arkeologi, konservasi benda-bendapurbakala, film, HRD, R&D, Cultural Content, danbidang-bidang kebudayaan terkait lainnya.
6. Untuk bidang Litbang Kebudayaan isu-isu yangdiajukan adalah: penyusunan kamus bahasaIndonesia-Korea dan Korea-Indonesia; mendirikan
174
bidang studi bahasa Korea di Indonesia(Universitas Indonesia) dan bidang studi bahasaIndonesia di Universitas terkemuka di ROK;memberikan beasiswa bagi publik maupun mahasiswauntuk memperdalam kebudayaan melalui pendidikan dibidang seni musik, senia teater, film, animasi danbusana. Adapun sebaliknya Indonesia menawarkankepada Korea pendidikan di bidang seni tari, senimusik (angklung, gamelan, suling,kolintang), senipahat serta seni batik; melakukan penerjemahan danpenerbitan karya sastra kontemporer untuk generasimuda dan sejarah maritime; pengembangan khasanahkuliner tradisional (penataan,pengolahan danpengemasannya) khas Indonesia dan Korea; melakukankajian kebijakan kebudayaan di kedua negara,khususnya berhubungan dengan upaya-upaya untukmempertahankan tradisi di segala bidang;menyelenggarakan pekan film Indonesia-Korsel dinegara masing-masing; dan menyelenggarakan diskusitentang multikulturalisme dan globalisasi.
7. Isu tentang perlindungan Kekayaan Budaya menjadisalah satu poin penting dalam pembahasan sidingJCC ke-1 ini, mengingat Agreement Kebudayaan RI-ROKtidak mencantumkan klausul perlindungan terhadapHak Kekayaan Intelektual (IPR) sehingga Indonesiamerasa perlu mengangkat isu ini agar hasil-hasilkarya budaya anak bangsa dapat dilindungi daripemanfaatan/eksploitasi ekonomi oleh pihak-pihakasing mana pun, baik bagi Indonesia maupun Korea.
8. Di samping itu, dilakukan pertukaran pandangan(exchange of views) tentang lingkup kerja dantanggung jawab Komite Kebudayaan, hal tersebut
175
menjadi isu sentral mengingat saat ini Indonesiabelum memiliki model pengembangan PusatKebudayaan, sehingga diharapkan dari hasilpembahasan dalam pertemuan bilateral ini, didapatisuatu model yang dapat dijadikan contoh bagipengembangan kerjasama bilateral Indonesia dengannegara-negara mitra.
Hasil Kesepakatan
1. Kedua pihak sepakat untuk mengkonkritkan kerjasamabilateral secara konstruktif dengan menekankanperlunya ditingkatkan saling kunjung antar pejabatdan ahli.
2. Kedua pihak juga sepakat untuk bekerjasama dalampeningkatan capacity building dan sumber daya manusia.Dalam hal ini Pemerintah Indonesia menyambut baikkomitmen Pemerintah ROK serta mengapresiasibantuan berbagai program beasiswa yang diberikanKorea kepada Indonesia untuk meningkatkan hubunganbilateral kedua negara.
3. Kedua Pihak sepakat untuk mendorong terbentuknyapusat studi Indonesia di universitas-universitasterkemuka di Korea Selatan dan juga sebaliknyapusat studi Korea di Indonesia.
176
4. Untuk itu, kedua Pihak akan mempercepat finalisasiMoU Kerjasama Pendidikan.
5. Pihak Korea juga menyambut permintaan pihakIndonesia untuk percepatan finalisasi Arrangement onYouth and Sport Cooperation.
6. Di bidang Komunikasi dan Informasi, kedua Pihakmenekankan perlunya menjalin kerjasama dankoordinasi yang lebih erat, termasuk dalam halberbagi informasi dan teknologi.
7. Secara prinsip kedua pihak juga sepakat untukmemperkuat kerjasama kebudayaan pada sektorwarisan budaya (cultural heritage), kesenian (arts),film, arkeologi, permuseuman, sejarah, kelitbangandan kediklatan, serta industri budaya. Dalam halini, pihak Indonesia dapat mengajukan proposalprogram/proyek kepada pihak Korea.
8. Pihak Korea juga meminta dukungan Indonesia dalamhal rencana pihak Korea menyelenggarakan beberapaevent di Indonesia, yaitu: a) Pekan Budaya Korea,b) Festival Porselin Korea dan c) Pameran Foto.Dalam hal ini, pihak Indonesia menyatakankesediannya membantu.
9. Berkaitan dengan kerjasama kota/provinsi kembar,kedua Pihak sepakat untuk mengintensifkannyadengan meningkatkan jumlah pertukaranprogram/proyek di bidang kebudayaan, pendidikandan olah raga.
10. Untuk melindungi semua kesepakatan kerjasamatersebut, kedua Pihak mengakui perlunya menerapkan
177
perlindungan Intelectual Property Rights (IPR) sesuaidengan perundangan yang berlaku.
Catatan
1. Semua isu dan usulan program kerjasama yang telahdisampaikan pada JCC pertama ini dapatditindaklanjuti dalam rincian program danselanjutnya dikomunikasinnya dengan pihak Korea.
2. Berdasarkan Agreed Minutes yang telah disusun keduaPihak tersebut, setiap instansi terkaitdimungkinkan melakukan negosiasi langsung dalammengimplementasi kesepakatan-kesepakatan JCC Itersebut dengan pihak Korea melaui salurandiplomatik yang dapat ditujukan langsung ke DutaBesar Republik Korea di Jakarta dengan tembusan keBiro KSLN Depbudpar dan Direktur Astimpas DepluRI.