ANALISIS MORFOLOGI KAWASANStudi Kasus: Kawasan Pecinan, Kota
Semarang
Untuk memenuhi tugas mata kuliah :Morfologi dan Arsitektur Kota
Dosen Pengampu :Ir. Tjoek Suroso Hadi, MT
Disusun oleh :Fikrani Fadhillah Asha / 122110364Riska Anggriani
/ 122110382
Fakultas Teknik / Planologi V Universitas Islam Sultan
AgungSemarang, Jawa Tengah1434 H / 2013Latar BelakangKota Semarang
merupakan ibu kota Propinsi Jawa Tengah yang terletak disebelah
utara pulau Jawa, secara geografis kota Semarang bersebelahan
denganKabupaten Kendaldi sebelah barat,Kabupaten Ungarandi sebelah
selatan dan sebelah timur terdapat Kabupaten Demak. Luas kota
Semarang hanya sekitar373,67km. Dihuni sekitar 1,3 juta jiwa yang
beraneka ragam budaya dan kekhasan masing-masing.
(source:Wikipedia)Di kota Semarang berkembang beberapa suku seperti
Jawa, Tionghoa dan Arab, serta memiliki budaya yang menarik yang
merupakan perpaduan budaya-budaya yang dahulunya merupakan
cikal-bakal Semarang. Merujuk pada bangunan sejarah dan nama-nama
tempat di kota Semarang, maka kebudayaan yang pada saat lalu
berkembang seperti Islam, Tionghoa, Eropa dan Jawa (pribumi).
Keempat kebudayaan tersebut berbaur dan berpengaruh penting pada
perkembangan Semarang tempo dulu. Sisa kebudayaan tersebut masih
berdiri dengan kokoh diterpa budaya modern yang berada disekitar
Pasar Johar .Sejarah Semarang lama mencatat bahwa terdapat
tempat-tempat yang menjadi pusat peradaban budaya yang saat ini
masih eksis dan sebagian hanya tinggal kenangan (bangunan tua).
Tempat tersebut dibagi menjadi 4 (empat) yaitu : Kampung Kauman,
Kampung Pecinan, Kampung Belanda (Little Netherland), dan Kampung
Melayu. Kampung Kauman pada tempo dulu merupakan kawasan padat
penduduk keturunan jawa, sekarang keturunan Arab juga banyak.
Kampung Pecinan dihuni sebagian besar oleh keturunan Tionghoa dan
Kampung Belanda merupakan daerah pemerintahan dan kota kecil yang
sekarang disebut dengan Semarang Kota Lama. Sementara Kampung
Melayu lebih banyak keturunan Arab, dan pada saat ini masyarakat
Jawa lebih banyak berada di daerah kampung melayu.Kajian morfologi
kawasan merupakan studi tentang bentuk kota atau kawasan secara
fisik arsitektural. Kemudian, untuk mengkaji makna dari setiap
bentuk tidak dapat terlepas dari sejarah pembentukan kota atau
kawasan karena kota ataupun kawasan memiliki bentuk sebagai
ungkapan dari budaya masyarakat penghuninya.
Sekilas Sejarah Kawasan PecinanPecinan merupakan sebutan bagi
masyarakat Tionghoa dan keturunannya yang hidup berkemlompok
menjadi satu wilayah. Pada awalnya orang Tionghoa bertempat di Kota
Lama, sebenarnya mereka hidup dan bertempat tinggal di Little
Netherland yang berada di Kawasan Kota Lama. Namun pada tahun 1695
pemerintah Hindia Belanda secara tidak langsung membatasi akses
masyarakat Tionghoa hingga akhirnya berpindah di sekitar kawasan
kampung Melayu. Namun nilai ekonomis dan budaya, orang-orang
Tionghoa lebih banyak berkembang di sekitar selatan Kauman maka
perkembangan masyarakat Tionghoa semakin banyak dan kemudian
mendirikan kawasan dan rumah-rumah sendiri yang dibuat dengan atap
genting dan pagar-pagar tinggi. Rumah-rumah masyarakat Tionghoa
pertama kali berada di sekitar Pecinan Lor dan Wetan. Karena
membutuhkan biaya tinggi dan berbagai syarat yang tidak mudah dalam
mendirikan rumah, maka ketika itu hanya orang-orang tionghua yang
kaya saja yang bisa membangun rumah.Masyarakat Tionghoa lebih
banyak melakukan aktivitas perdangangan yang berasal dari Cina
(Tiongkok) seperti perhiasan, sutra, keramik dan lain sebagainya.
Hingga sekarang, perdangangan tersebut masih banyak bergerak di
kawasan pecinan. Misalnya kawasan perhiasan dan kain yang berada di
Jl.Wahid Hasyim. Dalam bidang perdagangan, orang Tionghoa di
Semarang memiliki peranan yang besar karena adanya pendapatan masuk
ke kas pemerintah Hindia Belanda dari faktor pajak dan
cukai.Kawasan Pencinan bisa dikatakan kawasan dengan 1001 Klenteng,
sebab hampir disetiap titik-titik atau Gang terdepat kelenteng. Ada
11 klenteng besar di Semarang, 10 di antaranya berada di kawasan
Pecinan, yaitu Klenteng Hoo Hok Bio, Siu Hok Bio, Tay Kak Sie, Kong
Tik Soe, Tong Pek Bio, Liong Tek Hay Bio, Hok Bio, See Hoo Kong,
Wie Wie Kiong, dan Klenteng Grajen. Setiap bangunan Kelenteng
mempunyai cerita historisnya masing-masing, begitu juga dengan
makna filosofi disetiap bangunannya.
Berikut merupakan visualisasi salah satu klenteng di Kawasan
Pecinan:
Klenteng Siu Hok Bio, PecinanKlenteng Tay Kak Sie, Pecinan
Sumber Foto: Survey Tim 2013Kajian historis perkembangan kawasan
Pecinan Semarang ini dibagi dalam beberapa periode (sumber: data
sejarah Lim Thian Joe, 1933, Budiman 1978, Widodo 1988,1996)a) Masa
koloni Pra Semarang (Masuknya pedagang Tionghoa di Semarang.b)
Munculnya kawasan pecinan pada awal abad 17c) Kawasan Pecinan
menjadi kota terisolasi (1740-1742)d) Pecinan pada masa
pemerintahan Inggris (1811-1816)e) Pecinan pada saat menjadi Kota
Militer Kolonial (1816-1864)f) Pecinan pada awal kebangkitan
Semarang sebagai kota moderng) Pecinan pada masa Semarang sebagai
kota modernistic hingga saat ini.Sejarah munculnya Kawasan Pecinan
Semarang di tempat sekarang bermula pada tahun 1628 ketika
komunitas Tionghoa di Simongan ikut serta dalam pemberontakan
melawan Kerajaan Mataram. Karena kerajaan Mataram bekerja sama
dengan VOC, masyarakat Tionghoa terpaksa pindah ke daerah dibawah
pengawasan VOC yang dikelilingi sungai (kali Semarang) diseblah
utara, timur, dan selatan. Pada November 1740 terjadi kerusuhan di
Batavia dengan pembantaian kurang lebih 10.000 orang Tionghoa oleh
Belanda dengan alasan pencegahan kedatangan orang Tionghoa lebih
lanjut. Orang Tionghoa tersebut kemudian melarikan diri ke Semarang
dibawah pimpinan kapten Kwee An Say, mereka membentuk benteng kayu
dan balok mengililingi Pecinan Kulon, namun pada tahun ini juga
benteng tersebut runtuh dan kapten Kwee An Say tertangkap VOC.
Akhirnya pada tahun 1743 Kwee Gang dari Batavia di tunjuk untuk
menjadi kapten di kawasan Pecinan Semarang.Pada tahun 1799 VOC
bangkrut dan di ambil alih oleh Belanda dan Semarang memasuki masa
menjadi kota kolonial. Namun pada tahun 1811 Belanda menyerah atas
Inggris di benteng Ungaran dan Pulau Jawa berhasil di kuasai oleh
Inggris. Pada masa ini permukiman Tionghoa berkembang sedikit demi
sedikit tanpa terlepas dari pusat niaganya di tengah kota. Hingga
sekarang kampong-kampung di pusat permukiman Tionghoa juga tampak
hidup karena berdekatan dengan pusat perdagangan.
Kondisi Eksisting dan Analisis Morfologi Kawasan Pecinan1. Letak
Kawasan Menurut Konstelasi Kota
Letak kawasan Pecinan Semarang dapat dijangkau dari pusat
transportasi dan pusat kota Semarang dengan menggunakan angkutan
umum dengan Pasar Johar sebagai pusat sirkulasi pemberhentian
angkutan umum kota baik bus, angkot, ojek. Sedangkan dari pasar
Johar dapat menggunakan jasa becak untuk mencapai Kawasan Pecinan.
Adapun dari Utara Semarang (Pelabuhan Tanjung Mas )adalah 4KM
PECINAN SEMARANG
STASIUN PONCOL 1KMBANDAR UDARA AHMAD YANI SMG 15KMSTASIUN TAWANG
1.5KMPASAR JOHAR 500MSIMPANG LIMA 3KMTUGU MUDA 5KM2. Zoning
KawasanKawasan Pecinan memiliki batas-batas wilayah yang dinamik
dan berkembang mengikuti perkembangan Kota Semarang. Dalam laporan
ini batasan kawasan Pecinan Semarang memakai batasan pecinan pada
saat masa kolonial (widodo, 1988-1996).
Utara: Jl. Beteng, Gang Warung, PekojanTimur: Kali
SemarangSelatan: Kali SemarangBarat: Jl. Pedamaran-Jl.
BetengKawasan Pecinan ini termasuk dalam Kelurahan Kranggan,
Kecamatan Semarang Tengah. Pecinan Semarang terdiri dari RW II (3
RT), RW III (7 RT), dan RW IV (4 RT). Kawasan Pecinan ini terdiri
dari Gang Lombok, Gang Pinggir, Gang Tengah, Gang Warung, Gang
Belakang, Gang Gambiran, Gang Baru, dan Jalan Wotgandul Timur.
3. Morfologi Kawasan
Pola morfologi ruang yang terbentuk di kawasan Pecinan Semarang
terbentuk dari aspek fisik sebagai komponen utama dan di tunjang
oleh keberadaan aspek non fisik dengan memperhatikan sejarah
perkembangan Kawasan Pecinan Semarang. Pola ruang kawasan fisik
Pecinan Semarang adalah pola grid yang dibentuk oleh konfigurasi
bangunan (solid/figure) dan pertemuan jalur-jalur sirkulasi
(void/ground). Sederhananya, pola grid ini dibentuk oleh kelompok
rumah deret dengan jalan-jalan kecil sebagai penghubung antar
kelompok hunian tersebut. Tatanan massa di kawasan pecinan ini
terdiri atas deretan rumah/ruko/rumah usaha dengan klenteng sebagai
pusat aktivitas social-budaya dan pasar sebagai pusat aktivitas
masyarakat. Pola morfologi ruang ini juga dibentuk oleh tatanan
sistem masyarakat yang berdiam di kawasan ini. Tatanan system
sosial masyarakat terdiri atas system keluarga, system religi dan
pendidikan dimana ketiga hal ini berpengaruh pada kegiatan
sehari-hari.Konsep dasar pola permukiman di Tionghoa mengikuti
budaya nenek moyang mereka, beberapa penelitian menyatakan bahwa
pada area Pecinan lama sungai-sungai menjadi elemen utama dari
formasi urban. Dengan mengkaji penelitian sebelumnya diketahui
bahwa morfologi dan tipologi Pecinan Semarang mengikuti pola
permukiman di RRC (Cina). Di samping itu, masyarakat Tionghoa
mempercayai Feng Shui yang diterapkan dalam pemilihan lokasi maupun
tata letak bangunan sehingga memberikan warna maupun ciri
bangunan.A. Pola Morfologi ruang kawasan Pecinan terbentuk dari
aspek fisik di lihat dari:a) Pola Ruang FisikPola ruang fisik
Kawasan Pecinan Semarang merupakan pola grid yang dibentuk oleh
konfigurasi bangunan dan pertemuan jalur sirkulasi (solid/void)
Konfigurasi bangunan dan lingkungannya berperan dalam membentuk
pola ruang akibat kepadatab bangunannya yang sangat tinggi, dimana
orientasi bangunan menghadap ke jalan sedang orientasi klenteng
memiliki arah hadap frontal terhadap jalan, batas kawasan dan
sungai (kali semarang). Sirkulasi kawasan membentuk pola grid Sisi
selatan dan barat dari core kawasan Pecinan di batasi oleh linear
open system (kali Semarang) yang membatasi kawasan Pecinan dengan
kawasan luar Pecinan Mengingat peran sungai (Kali Semarang) yang
penting dan pernah menjadi jalur transportasi utama menyebabkan
area sepanjang sungai menjadi rame. Klenteng-klenteng juga banyak
di bangun di area ini. Integrasi antara aspek morfologi ruang
dengan masyarakat di kawasan Pecinan menhasilkan tipe place yang
terdiri dari klenteng sedagkan Gang Baru sebagai tempat muatan
eksterior fisik.b) Hirarki Ruang Pada Kawasan Pecinan Semarang
ruang pada kompleks klenteng menjadi unsure yang penting secara
hierarki mempengaruhi lingkungan sekitarnya, letak nya pun juga
strategis di pertigaan maupun perempatan jalan. Gang baru juga
penting dalam hierarki ruang sebagai pusat aktivitas
masyarakat.
B. Pola Morfologi kawasan dari aspek non fisik:Hal ini dimana
morfologi kawasan Pecinan yang terbentuk ditunjang oleh aktivitas
social-budaya-ekonomikeagamaan dari masyarakat. Tatanan sosial
masyarakat yaitu system keluarga, system religi dan system
pendidikan yang berpengaruh pada pola aktivitas masyarakat Seiring
dengan perkembangan perekonomian kelenteng-klenteng banyak
didirikan di area-area tertentu sebagai ucapan syukur atas kemajuan
ekonomi. Pendirian klenteng berdasarkan urutannya (dari daerah yang
lebih dulu maju). Ruang-euang ekonomi tersebar di:
Jl.Wotgangdul-Gang Pinggir, Gang Warung, Jl. Beteng, dengan pasar
tradisional di Gang Baru. Hubungan antar ruang non fisik terpisah
namun akan menjadi satu pada perayaan-perayaan TiongHoa
Tampak pada gambar bahwa bangunan Pecinan tidak memilik GSB
standar permukiman sehingga menjadikannya sebagai ciri khas
tersendiri
BENTUK MORFOLOGI POLA GRID PECINAN SEMARANG
POLA GRID KAWASAN PECINAN TERDIRI DARI GANG-GANG YANG MEMBENTUK
KAWASAN
4. Aktivitas Kawasan Pecinan Aktivitas di Kawasan Pecinan yaitu
sebagai tempat ibadah agama konghucu juga ada aktivitas
perdagangan. Selain itu, kita juga dapat menikmati sepiring Lumpia
Gang Lombok yang sangat nikmat di dekat klenteng. Sebuah miniatur
replika kapal milik Laksamana Cheng Ho berdiri dengan gagah di
depan klenteng Tay Kak Sie. Di sebelah kiri klenteng terdapat aula
yang biasa digunakan sebagai tempat beraktivitas warga. Selain itu
kegiatan di Kawasan sekitar pecinan biasa diadakan ujian kenaikan
tingkat olahraga beladiri Wushu dengan peserta anak-anak.
Menyaksikan anak-anak dengan pakaian khas pemain wushu dan
memainkan jurus-jurus tertentu. Tak jauh dari Gang Lombok terdapat
Gang Warung yang tiap Jumat hingga Minggu menjelma menjadi pusat
wisata kuliner dengan nama Pasar Semawis. Pasar yang hanya buka
sejak pukul 17.00 - 23.00 WIB ini berupa lapak-lapak non permanen
yang menjual makanan seperti bakcang, lumpia, aneka bubur, sate
babi, nasi goreng, soto, makanan laut, bakmi jawa dan aneka
jajanan. Selain itu juga terdapat penjual aksesori, pakaian, hingga
jasa ramal menggunakan kartu. Menjelang ujung gang dimana Pasar
Semawis berakhir, seelain itu ada pada sebuah kios lukisan Cina.
Terdapat Seorang pria paruh baya yang mahir melukis menggunakan
tinta bak berbahan dasar arang pinus yang dicampur dengan air. Ini
merupakan daya tarik pengunjung di Kawasan Pecinan untuk destinasi
wisata.
KEGIATAN PERDAGANGAN DI KAWASAN PECINAN
PASAR SEMAWIS PECINAN
KEGIATAN PERMUKIMAN DI KAWASAN PECINAN5. Analisis Elemen Citra
KawasanA. Visualisasi Koridor Kawasan Pecinan SemarangPath Path
yang terdapat di Kawasan Pecinan Kota Semarang dapat ditunjukan
oleh jalur jalan yang dipergunakan untuk pergerakan aktifitas
masyarakatSedangkan pada ruang lingkup wilayah studi lebih kecil,
path terletak pada gang-gang khas di Pecinan yang terbentuk oleh
pola tata massa bangunan yang ada, namun ukurannya lebih kecil
bahkan terkesan sempit.
B. District (kawasan) merupakan kawasan-kawasan kota dalam skala
dua dimensi. Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip
(bentuk, pola dan wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, tempat
orang merasa harus mengakhiri atau memulainya. District dalam kota
dapat dilihat sebagai referensi interior maupun eksterior. District
yang terdapat di Kawasan Pecinan Kota Semarang dikelompokkan
berdasarkan fungsi dari kawasannya masing-masing, yaitu district
permukiman serta district perdagangan dan jasa.
Visualisasi district permukiman
C. Node (simpul) adalah satu tempat di mana orang mempunyai
perasaan masuk dan keluar dalam tempat yang sama. Node mempunyai
identitas yang lebih baik jika tempatnya memiliki bentuk yang jelas
(karena lebih mudah diingat), serta tampilan berbeda dari
lingkungannya (fungsi, bentuk). Node dapat ditemukan pada pertelon
Klampok yang masih memerlukan redesain untuk mempertegas dan
memper-kuat rasa tempatnya sebagai sebuah node. Simpul yang
terdapat pada kawasan Pecinan Kota Semarang yaitu Gapura yang
dijadikan sebagai identitas lingkungan pada tiap pertigaan atau
persimpangan jalan.
Visualisasi Node Pecinan
D. Edge (tepian) merupakan penghalang walaupun pengakhiran dari
sebuah district atau batasan sebuah district dengan yang lainnya.
Edge memiliki identitas yang lebih baik jika kontinuitas tampak
jelas batasnya. Demikian pula fungsi batasnya harus jelas, membagi
atau menyatukan. Beberpa elemen edge yang dijumpai di kawasan
koridor Kawasan Pecinan Kota Semarang adalah tepian delineasi
kawasan pecinan yang membatasinya dengan kawasan fungsional
lainnya.
E. Visualisasi Landmark Pecinan SemarangLandmark (tengeran) di
kawasan Pecinan adalah klenteng-klenteng yang membuat cepat
mengenali bahwa kawasan tersebut adalah Pecinan.
DAFTAR PUSTAKA1) Pengembangan Pecinan Sebagai Kawasan Wisata
Warisan Budaya Berdasarkan Persepsi Masyarakat Setempat
(Riyanto,2004)2) Kajian Morfologi Pola Ruang Kawasan Pecinan (Maria
Rosiana,2002)