Skenario E (Blok 13) Tn A laki-laki 56 tahun tampak lemas datang ke dokter dengan keluhan BAB bewarna hitam. Dua bulan sebelum berobat Tn. A mulai mengeluh mudah capek setelah beraktivitas terutama sore hari, nafsu makan menurun, mual dan kadang-kadang muntah. Satu bulan sebelum berobat Tn. A merasa perut membuncit. Gejala ini bertambah parah sampai 1 hari sebelum berobat. Tn. A mengalami BAB bewarna hitam seperti aspal cair dan lembek. Tn. A mengaku pernah sakit kuning 10 tahun yang lalu. Pemeriksaan Fisik : KU : sedang; TD 110/70 mmHg; RR 24x/mnt; N 100x/mnt; T 36.5 C Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik Leher : JVP (5-2) cm H2O Abdomen : Cembung, venektasi (+), hepar tidak teraba dan lien S1, Sifting dullness(+) Ekstermitas : Edema tungkai +/+ Pemeriksaan Laboratorium : Hb 8,8 g/dl; WBC 8.000 mg/dl; diff.count 0/0/2/52/42/4; LED: 45 mm/hour. Urin rutin : Bilirubin (+), Urobilinogen (-)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Skenario E (Blok 13)
Tn A laki-laki 56 tahun tampak lemas datang ke dokter dengan keluhan BAB bewarna
hitam. Dua bulan sebelum berobat Tn. A mulai mengeluh mudah capek setelah
beraktivitas terutama sore hari, nafsu makan menurun, mual dan kadang-kadang
muntah. Satu bulan sebelum berobat Tn. A merasa perut membuncit. Gejala ini
bertambah parah sampai 1 hari sebelum berobat. Tn. A mengalami BAB bewarna
hitam seperti aspal cair dan lembek. Tn. A mengaku pernah sakit kuning 10 tahun
yang lalu.
Pemeriksaan Fisik :
KU : sedang; TD 110/70 mmHg; RR 24x/mnt; N 100x/mnt; T 36.5 C
Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera ikterik
Leher : JVP (5-2) cm H2O
Abdomen : Cembung, venektasi (+), hepar tidak teraba dan lien S1, Sifting
1) a. Bagaimana etiologi dan mekanisme BAB berwarna hitam ?
Melena adalah keluarnya tinja yang lengket dan hitam seperti aspal, dan lengket yang menunjukkan perdarahan saluran pencernaan bagian atas serta dicernanya darah pada usus halus. Warna merah gelap atau hitam berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasal dari saluran cerna atas. ( Sylvia, A price. 2005. Patofisiologi konsep klinis proses-proses keperawatan.
Etiologi perdarahan saluran cerna bagian atas yang paling sering ditemukan yaitu
Ulkus peptikum merupakan penyebab paling banyak ditemukan pada perdarahan
SCBA.
Definisi ulkus peptikum adalah putusnya kontuinitas mukosa lambung yang meluas
sampai ke bawah epitel. Penyebabnya bisa karena bakteri H.pylori, sekresi
bikarbonat mukosa , dan stres. Gambaran klinis utamanya yaitu nyeri epigastrium
yang secara khas akan mereda setelah makan atau menelan antasid. Nyeri ulkus
peptikum sering kali digambarkan sebagai nyeri teriris, terbakar atau rasa tidak
enak. Selain itu penderita juga merasa mual dan muntah cairan seperti kopi.
Gastritis, berkaitan dengan konsumsi alkohol atau dengan penggunaan NSAID
seperti aspirin. Erosi lambung sering terjasi pada pasien yang mengalami trauma
berat, pembedahan dan penyakit sistemik yang berat , khususnya korban luka bakar
dan pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial.
Varises , perdaraha varises ini secara khas terjadi mendadak dan masif dan biasanya
disebabkan oleh hipertensi portal yang terjadi sekunder akibat sirosis hepatis.
Ruptur mukosa esofagogastrika (sindroma Mallory Weiss) merupakan penyebab
perdarahan SCBA akut. Ditandai dengan gejala muntah tanpa isi atau vomitus tanpa
darah yang kemudian diikuti hematemesis.
a. Penyebab
Perdarahan saluran cerna bagian atas
Makanan tertentu
b. Mekanisme
Pernah menderita hepatitis virus sel stellata terpapar virus terus-menerus
berubah menjadi sel yang membentuk kolagen proses berjalan terus fibrosis
terjadi terus dalam sel stellata jaringan hati berubah menjadi jaringan ikat
menghambat aliran darah dari usus kembali ke jantung tekanan vena porta
meningkat ( hipertensi porta ) vena-vena di bagian bawah esophagus dan bagian
atas lambung serta vena-vena di usus melebar timbul varises esophagus, lambung,
dan usus tekanan makin meningkat varises makin besar rentan pendarahan
terjadi pendarahan varises darah tercapur dengan asam lambung dikeluarkan
bersama sisa pencernaan sebagai feses yang berwaran hitam dan seperti aspal (BAB
berwarna hitam ).
Pada melena, dalam perjalannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna ini disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubahwarna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitamseperti ter selama 48-72
jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukanberarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah episode perdarahan tunggal.
PENYEBAB HEMATEMESIS MELENA
Penyebab pendarahan saluran pencernaan bagian atas yang merupakan faktor penyebab hematemesis (muntah darah) dan melena (feces seperti aspal), selain itu ada juaga penyabeb lain.
• Kelainan pada esofagus
• varises osefagus
• Varises esofagus adalah penyakit yang ditandai dengan pembesaran abnormal pembuluh darah vena di esofagus bagian bawah, Varises esophagus biasanya tidak bergejala, kecuali jika sudah robek dan berdarah. Varises esofagus terjadi jika aliran darah menuju hati terhalang. Penyebab utama varises esophagus biasanya merupakan komplikasi sirosis dimana sirosis adalah gangguan serius dari hepar, yang merupakan bekas luka ireversibel dari jaringan hepar, sering hasil dari penyakit hati alkoholik atau hepatitis B atau infeksi heptitis C
• Penderita dengan hematemesis melena yang di sebabkan oleh pecahnya varises osefagus tidak pernah mengeluh perih dan rasa sakit di epigastrium.
• Pada umumnya sifat pendarahan timbul spontan dan masif.
• Darah yang di muntahkan berwarna kehitam hitaman dan tidak membeku karena telah bercampur dengan asam lambung.
• Karsinoma osefagus
• Gejala utama karsinoma esofagus ialah disfagia (kesulitan menelan) progresif yang berangsur-angsur menjadi berat. Keluhan ini dapat berlangsung beberapa minggu sampai berbulan-bulan. Mula-mula disfagia timbul bila makan makanan padat, sampai akhirnya makanan cair ataupun air liurpun sangat mengganggu. Semua ini menyebabkan penderita menjadi kurus dengan keadaan gizi kurang.
• Karsinoma osefagus sering memberikan keluhan berupa melena di bandingkan hematemesis.
• Disamping mengeluh disfagia, badan cenderung menurun dan anemia, hanya sesekali penderita muntah darah, itupun tidak masif.
• sindroma Mallory-Weiss
• Mallory-Weiss sindrom atau sindrom laserasi gastro-esofagus adalah luka robek atau lecet pada bagian bawah kerongkongan dan bagian atas lambung selama muntah-muntah atau cekukan yang kuat.
• Penyebab penyakit ini sering berhubungan dengan alkoholisme dan gangguan makanan, selain itu faktor predisposisi syndrome ini berhubungan dengan adanya henia hiatus, mual, muntah,batuk,trauma tumpul abdomen,dan resusitasi cardiopulmoner
• Hematemesis biasanya timbul di dahului muntah- muntah hebat tanpa isi yang kemudian akan mengerosi atau menyebabkan luka robek pada bagian bawah kerongkongan dan bagian atas lambung sehingga menimbulkan pendarahan.
• Esofangitis dan Tukak esofagus
• Esofagus bila sampai menimbulkan pendarahan lebih sering intermiten atau kronis dan biasanya ringan sehingga lebih sering timbul melena di bandingkan hematemesis. Tukak di osefagus jarang sekali menimbulkan pendarahan, jika di bandingkan dengan tukak lambung dan duodenum.
• Kelainan pada lambung
• Gastritis erosiva hemoragika
• Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati. Perlu ditanyakan apakah penderita sedang atau sering menggunakan obat artitis (NSAID dan steroid) ataukah sering minum alkohol atau jamu-jamuan, sebab obat- obataan diatas dapat menyebabkan erosi pada lambung sehingga dapat menimbulkan pendarahan.
• Tukak lambung
• Tukak lambung adalah gejala penyakit yang menyerang lambung dikarenakan terjadi luka atau peradangan pada lambung yang menyebabkan sakit, mulas, dan perih pada perut.
• Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrum yang berhubungan dengan makanan. Sesaat sebelum timbul hematemesis karena rasa nyeri dan pedih dirasakan semakin hebat. Setelah muntah darah rasa nyeri dan pedih berkurang. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melene lebih dominan dari hematemesis.
• Karsinoma lambung
• Insidensi karsinoma lambung di negara kita tergolong sangat jarang dan pada umumnya datang berobat sudah dalam fase lanjut, dan
sering mengeluh rasa pedih, nyeri di daerah ulu hati sering mengeluh merasa lekas kenyang dan badan menjadi lemah , adanya penuruna berat badan dan bial kanker lambung bertambah besar maka akan teraba masa pada dinding perut. kadang penderita mengeluh adanya hematemesis, walaupun Lebih sering mengeluh karena melena.
• Penyakit darah: leukemia, DIC (disseminated intravascular coagulation), purpura trombositopenia dan lain-lain. (ini sudah saya bahas pada poting saya sebelumnya, dapat di cari pada kotak pencarian.)
• Penyakit demam berdarah dengue (udah saya bahas pada posting sebelumnya), penyakit ini bisa menyebabkan hematemesis melena karena rendahnya trombosit yang merupakan faktor pembekuan darah, sehingga mudah terjadi pendarahan, pendarahan ini bisa juga menyebabkan pendarahan saluran pencernaan yang akibatnya akan menyebabkan hematemesis melena.
gambar patofisiologi DBD dalam hubungannya dengan hematemesis melena• Penyakit Sirosis hepatis
• Sirosis hepatis adalah suatu penyakit hati dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh sistem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadinya penambahan jaringan ikat (fibrosis) di sekitar parenkim hati yang mengalami regenerasi.
b. bagaimana kriteria BAB normal ?PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, warna, bau, darah, lendir dan parasit.a. JumlahDalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-
250gram per hari. Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah tinja meningkat.b. KonsistensiTinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gasc. Warna
Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya Urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning dapat disebabkan karena susu,jagung, lemak dan obat santonin. Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan porphyrin dalam mekonium. Kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik. Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat. Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.d. Bau
Indol, Skatol dan Asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh pembusukan semacam itu. Tinja yang
berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asame. Darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda,coklat atau hitam. Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan tinja. Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada tukak lambung atau varices dalam oesophagus. Sedangkan pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada hemoroid atau karsinoma rektumf. Lendir
Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja. Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada dinding usus. Kalau lendir itu hanya didapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus. Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa tinja.g. Parasit
Diperiksa pula adanya cacing Ascaris, Anylostoma dan lain-lain yang mungkin didapatkan dalam tinja.
2) a. Bagaimana etiologi dan mekanisme :- capek setelah beraktivitas- nafsu makan menurun- mual dan muntah - Mual dan Muntah
Mekanisme Mual dan Muntah :
Ascites peregangan / distensi abdomen mual memberikan impuls ke pusat
muntah terjadi gerakan antiperistaltik isi dari usus halus naik kembali ke
duodenum dan lambung terjadi kontraksi intrinsic kuat pada duodenum dan
lambung serta relaksasi sfingter esophagus-lambung muntahan bergerak ke
esophagus kontraksi kuat diafragma ke bawah dan semua otot-otot dinding
abdomen memeras perut antara diafragma dan otot-otot abdomen tekanan
intragastrik meningkat sfingter esophagus bagian bawah relaksasi secara lengkap
isi lambung keluar muntah.
b. Bagaimana etiologi dan mekanisme perut yang membesar disertai kaki yang membesar ?
A. Perut Buncit
Asites adalah penimbunan cairan serosa dalam rongga peritoneum. Asistes adalah
manifestasi cardinal sirosis dan bntuk berat lain penyakit hati. Ada beberapa
pathogenesis asites pada sirosis hati, yaitu :
1. Hipertensi porta menyebabkan resistensi terhadapa aliran darah melalui
hati sehingga terjadi peningkatan tekanan hidrostatik dalam jaringan pembuluh
darah intestinal.
2. Hipoalbuminemia terjadi karena menurunnya sintesis yang dihasilkan oleh
sel-sel hatiyang terganggu sehingga terjadi penurunan tekanan osmorik koloid
------- gabungan antara meningkatnya tekanan hidrostatik dan menurunnya
tekanan osmotic koloid menyebabkan transudasi cairan dari ruang
intravascular ke ruang peritoneum.-----------
3. Meningkatnya pembentukan dan aliran limfe hati hipertensi porta
menyebabkan meningkatnya pembentukan dan limfe hepatic yang “menyeka”
dari hati ke rongga peritoneum
4. Retensi natrium dan gangguan ekskresi air hiperaldosteronisme sekunder
(penurunan volume efektik dalam sirkulasi mengaktifkan mekanisme RAA)
selain jg karena penurunan inaktivasi aldosteron sirkulasi oleh hati akibat
kegagalan hepatoseluler
Edema dan Ascites pada Sirosis Hepatis
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terbentuknya asites pada penderita Sirosis Hepatis,
yaitu :
1. Tekanan koloid plasma yang biasa bergantung pada albumin di dalam serum.
Pada keadaan normal albumin dibentuk oleh hati. Bilamana hati terganggu
fungsinya, maka pembentukan albumin juga terganggu, dan kadarnya
menurun, sehingga tekanan koloid osmotic juga berkurang. Terdapatnya kadar
albumin kurang dari 3 gr % sudah dapat merupakan tanda kritis untuk
timbulnya asites.
2. Tekanan vena porta. Bila terjadi perdarahan akibat pecahnya varises
esophagus, maka kadar plasma protein dapat menurun, sehingga tekanan
koloid osmotic menurun pula, kemudian terjadilah asites. Sebaliknya bila
kadar plasma protein kembali normal, maka asitesnya akan menghilang
walaupun hipertensi portal tetap ada (Sujono Hadi). Hipertensi portal
mengakibatkan penurunan volume intravaskuler sehingga perfusi ginjal pun
menurun. Hal ini meningkatkan aktifitas plasma rennin sehingga aldosteron
juga meningkat. Aldosteron berperan dalam mengatur keseimbangan elektrolit
terutama natrium . dengan peningkatan aldosteron maka terjadi terjadi retensi
natrium yang pada akhirnya menyebabkan retensi cairan.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, hati mempunyai peranan besar dalam
memproduksi protein plasma yang beredar di dalam pembuluh darah, keberadaan
protein plasma terutama albumin untuk menjaga tekanan onkotik yaitu dengan mejaga
volume plasma dan mempertahankan tekanan koloid osmotic dari plasma. Akibat
menurunnya tekanan onkotik maka cairan dari vaskuler mengalami ekstravasasi dan
mengakibatkan deposit cairan yang menumpuk di perifer dan keadaan ini disebut
edema.
Akibat dari berubahnya tekanan osmotic di dalam vaskuler, pasien dengan
sirosis hepatis dekompensata mengalami peningkatan aliran limfatik hepatik. Akibat
terjadinya penurunan onkotik dari vaskuler terjadi peningkatan tekanan sinusoidal
Meningkatnya tekanan sinusoidal yang berkembang pada hipertensi portal membuat
peningkatan cairan masuk kedalam perisinusoidal dan kemudian masuk ke dalam
pembuluh limfe. Namun pada saat keadaan ini melampaui kemampuan dari duktus
thosis dan cisterna chyli, cairan keluar ke insterstitial hati. Cairan yang berada pada
kapsul hati dapat menyebrang keluar memasuki kavum peritonium dan hal inilah yang
mengakibatkan asites. Karena adanya cairan pada peritoneum dapat menyebabkan
infeksi spontan sehingga dapat memunculkan spontaneus bakterial peritonitis yang
dapat mengancam nyawa pasien.
c. Bagaimana hubungan antara gejala yang dialami Tn.A ?
3) a. Apakah ada hubungan penyakit hepatitis 10 tahun yang lalu dengan gejala yang dialami sekarang ?1. Virus hepatitis (B,C,dan D)
Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari Sirosis
Hepatis. Dan secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak
mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta
menunjukkan perjalanan yang kronis bila dibandingkan dengan hepatitis virus
A. penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak yang menjadi sirosis karena
banyak terjadi kerusakan hati yang kronis.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sekitar 10 % penderita hepatitis virus B akut
akan menjadi kronis. Apalagi bila pada pemeriksaan laboratories ditemukan
HBs Ag positif dan menetapnya e-Antigen lebih dari 10 minggu disertai tetap
meningginya kadar asam empedu puasa lebih dari 6 bulan, maka mempunyai
prognosis kurang baik (Sujono Hadi).
b. Apa saja klasifikasi hepatitis ?c. Apa saja komplikasi dari hepatitis ?
Komplikasi hepatitis yang paling sering adalah sirosis. Dalam keadaan normal (sehat), sel hati yang mengalami kerusakan akan digantikan oleh sel-sel sehat yang baru. Pada sirosis, kerusakan sel hati diganti oleh jaringan parut (sikatrik). Semakin parah kerusakan, semakin besar jaringan parut yang terbentuk dan semakin berkurang jumlah sel hati yang sehat. Pengurangan ini akan berdampak pada penurunan sejumlah fungsi hati sehingga menimbulkan sejumlah gangguan pada fungsi tubuh secara keseluruhan.
Jika berlanjut komplikasinya adalah kanker hati4) a. Bagaimana interpretasi dan kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik umum ?Conjugated hepatic hyperbilirubinemia (Ikterus parenkhimatosa) :
Etiologi : virus hepatitis dan sirosis hepatisPatofisiologi :Peradangan dari sel-sel hepar menyebabkan hepar membengkak, menekan kholangiole sehingga permiabilitas dari saluran empedu meningkat. Keutuhan saluran empedu terganggu karena nekrosis dari sel-sel hepar. Hal ini menyebabkan bocornya bilirubin ke dalam darah. Kemampuan hepar untuk mengkonjugasi berkurang karena functio laesa dari sel-sel hepar.Pemeriksaan laboratorium :a. Bilirubin indirek dan direk dalam serum meninggib. Urobilinogen urine dan feses masih positifc. Bilirubin urine positif
Interpretasi Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Kasus Normal Interpretasi
General condition
Kesan Sedang - Tidak sakit berat
TD 110/70 mmHg
<120/<80 mmHg
Normal
Denyut nadi 100 x/menit
60 – 100 x/menit
Normal
RR 24 x/menit 16 – 24 x/menit
Normal
Suhu tubuh 36,5 0C 36,5 – 37,50C
normal
Specific condition
MataConjuctiva palpebraSklera
Tidak Pucat
Ikterik
(-)
(-)
Normal
Adanya kelainan atau gangguan pada bilirubin (peningkatan bilirubin dalam darah, terjadi karena pemecahan cincin hem dari metabolisme RBC)
Ikterus adalah pigmentasi kuning pada kulit dan membrane mukosa yang disebabkan oleh pengendapan pigmen empedu. Ada 3 proses yang dasar yang dapat menimbulkan ikterus. Pertama sumbatan pada aliran empedu, kedua gangguan pada hepatosit (sel hati) sehingga pigmen empedu tidak dapat dieksresikan dengan baik, dan ketiga hepatosit mungkin dibanjiri oleh prekursor empedu yang berlebihan karena cepatnya pemecahan hemoglobin selama hemolisis berat. Pada kebanyakan kasus, riwayat
penyakit dan gejala serta tanda dapat dipakai untuk menentukan proses primernya.
LeherJVP (5-2) cm H2o
Normal
AbdomenCembung
Venektasi
Hepar tidak teraba
lien S1
Shifting dullnes
(+)
(+)
(+)
(+)
(+)
(-)
-
-
Adanya asites
Akibat sirkulasi kolateral
Bisa normal / bisa mengkerut
Pembesaran limfa
Adanya asites
EkstremitasEdema tungkai +/+
(+) - Terjadi edema ekstrimitas umumnya terjadi stelah terjadinya asites. Penyebabnya hipoalbuminemia dan retensi Na & air.
b. Bagaimana mekanisme hasil pemeriksaan fisik umum yang abnormal ?c. Bagaimana interpretasi dan kesimpulan dari hasil pemeriksaan fisik yang spesifik ?d. Bagaimana mekanisme hasil pemeriksaan fisik spesifik yang abnormal ?e. Bagaimana cara pemeriksaan lien ?
5) a.Bagaimana interpretasi dan kesimpulan dari hasil pemeriksaan laboratorium ?
B. Interpretasi Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin :
- Hb : 8,8 g/dl – N = 13-16 g/dl
Terjadi penurunan Hb bisa akibat dari hipersplenisme yang disertai leucopenia
& trombositopenia
- WBC 8000 mg/dl – N = 5000-10000 uL
Dalam kasus WBC masih dalam kadar normal, menunjukkan tidak terjadinya
infeksi oleh bakteri, Karena bila terjadi infeksi oleh bakteri WBC akan sangat
tinggi
- Diff. Count : 0/0/2/52/42/4
Normal : Basofil : 0-1
Eosinofil : 0-5
Netrofil Batang: 0-3
Netrofil Segmen: 40-60
Limfosit : 20-45
Monosit : 2-6
Dari hasil pemeriksaan diff.count hasilnya normal, tidak terdapat tanda
peningkatan, shift to the left yang merupakan tanda infeksi akut
- LED = 45 mm/jam – N pria = <10 mm/jam
Terjadi peningkatan yang menunjukkan adanya infeksi kronis
Urine Rutin
- Bilirubin (+) , Normalnya bilirubin tidak terdapat pada urin
Bilirubin + pada urin menunjukkan adanya hiperbilirubinemia, sehingga ginjal
mensekresi bilirubin melalui urin
- Urobilinogen (-), normalnya terdapat 0,05 – 3,5 mg/hari,
Urobilinogen negatif pada urin menunjukkan adanya gangguan sintesis
bilirubin direct yang akan diresuksi oleh flora usus menjadi urobilinogen.
Sehingga kadar urobilinogen di urin menurun/tidak ada.
b. Bagaimana mekanisme hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal?
6) Bagaimana diagnosis banding pada kasus ini ?7) Diagnosis Banding
Diagnosis Banding nya :
a. Sirosis Hepatis
b. Carsinoma Hepatoceluler
c. Hepatitis Kronis
d. Ulkus Lambung
e. Ulkus Duodenum
f. Congestif Heart Failure
8) Bagaimana cara penegakkan diagnosis dan working diagnosis pada kasus ini ?9) Penegakan Diagnosis dan Diagnosis Kerja
PENEGAKAN DIAGNOSIS.
Satu-satunya tes diagnosis sirosis hati yang paling akurat adalah biopsy hati.
Namun, biopsy hati dapat menimbulkan komplikasi serius, meskipun sangat jarang.
Karena itu tindakan ini hanya dicadangkan untuk yang tipe penyakit hatinya atau ada
tidaknya sirosis yang meragukan. Diagnosis kemungkinan sirosis dapat dibuat
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik atau pemeriksaan laboratorium rutin.
Bila diagnosis sirosis dapat ditegakkan, pemeriksaan lain dikerjakan untuk
menentukan beratnya sirosis, serta ada tidaknya komplikasi. Pemeriksaan lain juga
dapat dibuat untuk menentukan penyakit dasar yang menyebabkan sirosis. Beberapa
pemeriksaan berikutdapat dipakai untuk diagnosis sirosis dan evaluasinya.
Anamnesis.
Perlu ditanyakan konsumsi alcohol jangka panjang, pemakaian narkotik
suntikan, juga adanya penyakit hati menahun. Pasien dengan hepatitis virus B atau C
mempunyai kemungkinan tertinggi untuk mengidap sirosis. Beberapa keluhan dan
gejala yang timbul pada sirosis, antara lain adalah : kulit berwarna kekuningan, rasa
dan mudah berdarah ( akibat penurunan produksi faktor-faktor pembeku darah ),
perubahan mental, muntah darah atau melena, kencing seperti teh pekat.
Pada kasus, Tn.A tampak lemas serta mudah lelah setelah beraktivitas sore
hari, nafsu makan menurun, mual dan kadang-kadang muntah,. Tn.A juga merasa
bahwa perutnya agak membuncit. Selain itu juga mengalami BAB berwarana hitam
seperti aspal cair dan lembek. Salah satu faktor predisposisi penyakit sirosis yang
diderita Tn.A adalah ia mengaku pernah menderita sakit kuning ( Hepatitis virus )
sekitar 10 tahun yang lalu.
Pemeriksaan Fisik.
Bisa terdapat hepatomegali dan splenomegali. Pada palpasi, hati teraba lebih
keras dan berbentuk irregular daripada hati yang normal. Spider telangiectasias,
terutama pada pasien dengan sirosis alkoholik. Spider ini terutama ditemukan di kulit
dada. Namun spider juga dapat dijumpai pada mereka yang tidak mempunyai
penyakit hati. Selain itu juga terdapat ikterus atau jaundice, ascites atau edema,
eritema palmaris, jari gada, kontraktur Dupuytren, Ginekomastia, asterixis. Tanda-
tanda lain yang menyertai diantranya : demam yang tidak tinggi akibat nekrosis hepar,
batu pada vesica felea akibat hemolisis, pembesaran kelenjar parotis terutama pada
sirosis alkoholik, hal ini akibat sekunder infiltrasi lemak, fibrosis dan edema.
Pada kasus, Tn.A terdapat ikterik, ascites, splenomegali, edema tungkai,
venektasi.
Pemeriksaan Laboratorium.
Peningkatan abnormal enzim transaminase (AST dan ALT ), pada
pemeriksaan rutin dapat menjadi salah satu tanda adanya peradangan atau kerusakan
hati akibat berbagai penyebab, termasuk sirosis. Sirosis yang lanjut dapat disertai
penurunan kadara albumin dan faktor-faktor pembeku darah. Peningkatan jumlah zat
besi dalam darah dijumpai pada pasien hemokromatosis, suatu penyakit hati genetik,
yang dapat menjurus ke sirosis. Autoantibodi ( ANA, ASMA, dan AMA) kadang-
kadang dapat ditemukan pada darah pasien hepatitis autoimun atau sirosis bilier
primer.
Selain itu juga bisa terjadi peningkatan alkali fosfatase, GGT, Bilirubin,
albumin menurun, globulin meningkat, natrium serum menurun.
Pada kasus, Tn.A terjadi penurunan kadar Hb, peningkatan bilirubin dan urobilinogen
yang negatif.
Pemeriksaan Endoskopi.
Varises esophagus dapat ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
endoskopi. Sesuai dengan consensus Baveno IV, bila pada pemeriksaan endoskopi
pasien sirosis tidak ditemukan adanya varises, dianjurkan pemeriksaan endoskopi
ulang dalam dua tahun. Bila ditemukan varises kecil, endoskopi ulang dilakukan
dalam satuu tahun. Sebaliknya bila ditemukan varises besar, harus secepatnya
dilakukan terapi prevensi untuk mencegah pendarahan pertama.
Pemeriksaan CT scan, MRI dan USG.
Dapat dipakai untuk evaluasi kemungkinan penyakit hati. Pada pemeriksaan
ini dapat ditemukan hepatomegali, nodul dalam hati, splenomegali, dan cairan dalam
abdomen, yang dapat menunjukkan sirosis hati. Kanker hati dapat ditemukan dengan
pemeriksaan CT scan, MRI maupun USG abdomen. Kanker hati sering timbul pada
pasien sirosis. Pungsi ascites : bila terdapat penumpukan cairan dalam perut, dapat
dilakukan pungsi ascites. Dengan pemeriksaan khusus dapat dipastikan penyebab
ascites, apakah akibat sirosis atau akibat penyakit lain.
Pemeriksaan radiologi barium meal dapat melihat varises untuk konfirmasi
adanya hipertensi porta. USG sudah secara rutin dipakai karena pemeriksaannya non
invasive dan mudah digunakan, namun spesifisitasnya kurang. Pemeriksaan hati yang
bisa dinilai dengan USG meliputi sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas,
dan adanya massa.
Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan irregular, dan ada
peningkatan ekogenitas parenkim hati. Selain itu USG juga bisa untuk melihat adanya
ascites, splenomegali, thrombosis vena porta, dan pelebaran vena porta, serta
skrinning adanya karsinoma hati pada pasien sirosis.
Tomografi komputerisasi, inforasinya sama dengan USG, tidak rutin
digunakan karena biayanya relative mahal. MRI peranannya tidak terlalu jelas dalam
mendiagnosis sirosis selain mahal biayanya.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium serta
ditambah pemeriksaan penunjang lain maka diagnosis kerja dari penyakit Tn.A adalah
sirosis hepatis.
Diagnosis Kerja : Tn A Menderita Sirosis Hepatik
10) Bagaimana anatomi dan fisiologi organ yang terlibat pada kasus ini ?Anatomi Hati
Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih 25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi sangat kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari system porta hepatis. Omentum minor terdapat mulai dari system porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus koledokus. System porta terletak didepan vena kava dan dibalik kandung empedu. Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis cantlie yang terdapat mulai dari vena kava sampai kandung empedu telah membagi hati menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relative sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara mikroskopis didalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel hati berbentuk kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis.
Histologi Hati
Hati terdiri atas bermacam-macam sel. Hepatosit meliputi kurana lebih 60% sel hati,sedangkan sisanya terdiri dari sel-sel epithelial system empedu dalam jumlah yang bermakna dan sel-sel parenkimal yang termasuk di dalamnya endotolium, sel kuffer dan sel stellatayang berbentuk seperti bintang. Hepatosit sendiri dipisahkan oleh sinusoid yang tersusun melingkari efferent vena hepatica dan duktus hepatikus. Saat darah memasuki hati melalui arteri hepatica dan vena porta serta menuju vena sentralis maka akan didapatkan pengurangan oksigen secara bertahap. Sebagai konsekuensinya, akan didapatkan variasi penting kerentanan jaringan terhadap kerusakan asinus. Membrane hepatosit berhadapan langsung dengan sinusoid yang mempunyai banyak mikrofili. Mikrofili juga tampak pada sisi lain sel yang membatasi saluran empedu dan merupakan petunjuk tempat permulaan sekresi empedu. Permukaan lateral hepatosit memiliki sambungan penghubung dan desmosom yang saling bertautan dengn sebelahnya. Sinusoid hati memiliki lapisan endothelial endothelial berpori yang dipisahkan dari hepatosit oleh ruang disse (ruang sinusoida). Sel-sel lain yang terdapat dalam dinding inusoid adalah sel fagositik. Sel Kuffer yang merupakan bagian penting sistem retikuloendothellial dan sel stellata disebut sel itu, limposit atau perisit. Yang memiliki aktifitas miofibroblastik yang dapat membantu pengaturan aliran darah. Sinosoidal disamping sebagai faktor penting dalam perbaikan kerusakan hati. Peningkatan aktifitas sel-sel stellata tampaknya merupakan faktor kunci dalam pembentukan jaringan fibrotik di dalam hati.
11) Bagaimana histologi dan histopatologi organ yang terlibat pada kasus ini ?Gambaran histologi saluran cerna :
venula), epitel selapis silindris dan sel goblet, kriptus Lieberkuhn
Tunika submukosa : glandula duodenalis brunneri
Tunika muskularis
12) Apa saja epidemiologi pada kasus ini ?EPIDEMIOLOGI
Lebih dari 40 % pasien sirosis asimtomatis. Pada keadaan ini sirosis
ditemukan waktu pemeriksaan rutin kesehatan atau pada waktu autopsi.
Keseluruhan insidensi sirosis di Amerika diperkirakan 360 per 100.000
penduduk. Penyebabnya sebagian besar akibat penyakit hati alkoholik
maupun infeksi virus kronik. Hasil penelitian lain menyebutkan perlemakan
hati akan mengakibatkan steatohepatitis nonalkoholik (NASH, prevalensi 4 %)
dan berkahir dengan sirosis hati dengan prevalensi 0,3 %. Prevalensi sirosis
hati akibat steatohepatitis alkoholik dilaporkan 0,3 % juga. Di Indonesia data
sirosis hepatis belum ada, hanya laporan dari beberapa pusat pendidikan saja.
Di RS Dr. Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4,1 % dari
pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1 tahun
(2004) (tidak dipublikasi). Di Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai
pasien sirosis hati sebanyak 819 (4 %) pasien dari seluruh pasien di Bagian
Penyakit Dalam. Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-
laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1 dengan umur rata-
rata terbanyak antara golongan umur 30 – 59 tahun dengan puncaknya sekitar
40 – 49 tahun
13) Bagaimana etiologi dan faktor resiko pada kasus ini ?Etiologi
Penyebab yang pasti dari Sirosis Hepatis sampai sekarang belum jelas.
1. Faktor keturunan dan malnutrisi
WATERLOO (1997) berpendapat bahwa faktor kekurangan nutrisi terutama kekurangan protein hewani menjadi penyebab timbulnya Sirosis Hepatis. Menurut CAMPARA (1973) untuk terjadinya Sirosis Hepatis ternyata ada bahan dalam makanan, yaitu kekurangan alfa 1-antitripsin.
2. Hepatitis virus
Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari Sirosis Hepatis. Dan secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis bila dibandingkan dengan hepatitis virus A. penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak yang menjadi sirosis karena banyak terjadi kerusakan hati yang kronis.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sekitar 10 % penderita hepatitis virus B akut akan menjadi kronis. Apalagi bila pada pemeriksaan laboratories ditemukan HBs Ag positif dan menetapnya e-Antigen lebih dari 10 minggu disertai tetap meningginya kadar asam empedu puasa lebih dari 6 bulan, maka mempunyai prognosis kurang baik (Sujono Hadi).
3. Zat hepatotoksik
Beberapa obat-obatan dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara akut akan berakibat nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan kronik akan berupa Sirosis Hepatis. Pemberian bermacam obat-obatan hepatotoksik secara berulang kali dan terus menerus. Mula-mula akan terjadi kerusakan setempat, kemudian terjadi kerusakan hati yang merata, dan akhirnya dapat terjadi Sirosis Hepatis. Zat hepatotoksik yang sering disebut-sebut adalah alcohol. Efek yang nyata dari etil-alkohol adalah penimbunan lemak dalam hati (Sujono Hadi).
4. Penyakit Wilson
Suatu penyakit yang jarang ditemukan, biasanya terdapat pada orang-orang muda dengan ditandai Sirosis Hepatis, degenerasi ganglia basalis dari otak, dan terdapatnya cincin pada kornea yang berwarna coklat kehijauan disebut Kayser Fleiscer Ring. Penyakit ini diduga disebabkan defisiensi bawaan dan sitoplasmin.
5. Hemokromatosis
Bentuk sirosis yang terjadi biasanya tipe portal. Ada 2 kemungkinan timbulnya hemokromatosis, yaitu :
• sejak dilahirkan, penderita mengalami kenaikan absorpsi dari Fe.• kemungkinan didapat setelah lahir (aquisita), misalnya dijumpai pada
penderita dengan penyakit hati alkoholik. Bertambahnya absorpsi dari Fe, kemungkinan menyebabkan timbulnya Sirosis Hepatis.
6. Sebab-sebab lain
• kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak. Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap anoksi dan nekrosis sentrilibuler.
• sebagai akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada kaum wanita.
• penyebab Sirosis Hepatis yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis kriptogenik. Penyakit ini banyak ditemukan di Inggris (menurut Reer 40%, Sherlock melaporkan 49%). Penderita ini sebelumnya tidak menunjukkan tanda-tanda hepatitis atau alkoholisme, sedangkan dalam makanannya cukup mengandung protein.
2.5. Etiologi
1. Virus hepatitis (B,C,dan D)
Hepatitis virus sering juga disebut sebagai salah satu penyebab dari Sirosis
Hepatis. Dan secara klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus B lebih banyak
mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta
menunjukkan perjalanan yang kronis bila dibandingkan dengan hepatitis virus A.
penderita dengan hepatitis aktif kronik banyak yang menjadi sirosis karena banyak
terjadi kerusakan hati yang kronis.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sekitar 10 % penderita hepatitis virus B akut
akan menjadi kronis. Apalagi bila pada pemeriksaan laboratories ditemukan HBs Ag
positif dan menetapnya e-Antigen lebih dari 10 minggu disertai tetap meningginya
kadar asam empedu puasa lebih dari 6 bulan, maka mempunyai prognosis kurang baik
(Sujono Hadi).
2. Alkohol
Beberapa obat-obatan dan zat kimia dapat menyebabkan terjadinya kerusakan
fungsi sel hati secara akut dan kronik. Kerusakan hati secara akut akan berakibat
nekrosis atau degenerasi lemak. Sedangkan kerusakan kronik akan berupa Sirosis
Hepatis. Pemberian bermacam obat-obatan hepatotoksik secara berulang kali dan
terus menerus. Mula-mula akan terjadi kerusakan setempat, kemudian terjadi
kerusakan hati yang merata, dan akhirnya dapat terjadi Sirosis Hepatis. Zat
hepatotoksik yang sering disebut-sebut adalah alcohol. Efek yang nyata dari etil-
alkohol adalah penimbunan lemak dalam hati (Sujono Hadi).
3. Kelainan metabolic :
Hemakhomatosis (kelebihan beban besi)
Penyakit Wilson (kelebihan beban tembaga)
Defisiensi Alphal-antitripsin
Glikonosis type-IV
Galaktosemia
Tirosinemia
4. Kolestasis
Saluran empedu membawa empedu yang dihasilkan oleh hati ke usus, dimana
empedu membantu mencerna lemak. Pada bayi penyebab sirosis terbanyak adalah
akibat tersumbatnya saluran empedu yang disebut Biliary atresia. Pada penyakit ini
empedumemenuhi hati karena saluran empedu tidak berfungsi atau rusak. Bayi
yang menderita Biliary berwarna kuning (kulit kuning) setelah berusia satu bulan.
Kadang bisa diatasi dengan pembedahan untuk membentuk saluran baru agar
empedu meninggalkan hati, tetapi transplantasi diindikasikan untuk anak-anak
yang menderita penyakit hati stadium akhir. Pada orang dewasa, saluran empedu
dapat mengalami peradangan, tersumbat, dan terluka akibat Primary Biliary Sirosis
atau Primary Sclerosing Cholangitis. Secondary Biliary Cirrosis dapat terjadi
sebagai komplikasi dari pembedahan saluran empedu.
5. Sumbatan saluran vena hepatica
Sindroma Budd-Chiari
Payah jantung
6. Gangguan Imunitas (Hepatitis Lupoid)
7. Toksin dan obat-obatan (misalnya : metotetrexat, amiodaron,INH, dan lainlain)
8. Operasi pintas usus pada obesitas
9. Kriptogenik
10. Faktor keturunan dan Malnutrisi
WATERLOO (1997) berpendapat bahwa faktor kekurangan nutrisi terutama
kekurangan protein hewani menjadi penyebab timbulnya Sirosis Hepatis. Menurut
CAMPARA (1973) untuk terjadinya Sirosis Hepatis ternyata ada bahan dalam
makanan, yaitu kekurangan alfa 1-antitripsin.
11. Indian Childhood Cirrhosis
12. Sebab-sebab lain
kelemahan jantung yang lama dapat menyebabkan timbulnya sirosis kardiak.
Perubahan fibrotik dalam hati terjadi sekunder terhadap anoksi dan nekrosis
sentrilibuler.
sebagai akibat obstruksi yang lama pada saluran empedu akan dapat
menimbulkan sirosis biliaris primer. Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada
kaum wanita.
penyebab Sirosis Hepatis yang tidak diketahui dan digolongkan dalam sirosis
kriptogenik. Penyakit ini banyak ditemukan di Inggris (menurut Reer 40%,
Sherlock melaporkan 49%). Penderita ini sebelumnya tidak menunjukkan
tanda-tanda hepatitis atau alkoholisme, sedangkan dalam makanannya cukup
mengandung protein.
14)Bagaimana potogenesis pada kasus inia. Patogenesis dan Manifestasi klinis
Patogenesis :
15)Bagaimana mainifestasi klinis pada kasus ini ?2.6. Gejala Klinis Sirosis Hepatis
Manifestasi klinis dari Sirosis hati disebabkan oleh satu atau lebih hal-hal
yang
tersebut di bawah ini :
1. Kegagalan Prekim hati
2. Hipertensi portal
3. Asites
Retensi Na & air
ADH & aldosteron gagal diinaktivasi
↑ tek hidrostatik di kapiler usus
Aliran kolateral & terjadi tekanan balik
↑aliran masuk bersama yang menghasilkan beban berllebih pd porta
↑Resistensi aliran darah melalui hati
Hipertensi porta
Mnekan sal.pencernaan
ikterus
Asites & edema ekstrmts
G3 penyerapn bilirubin
tek. osmotik
nafsu makan, mual, muntah
hiperbilirubinemia
lemas
melenaTransudasi cairan
Perdarahan darah msk ke lmbung
Varises esophagus
Fibrosis, krusakan hati
Kapilarisasi & kontriksi sinusoid o/ sel stleata
↑ deposit kolagen dlm rung disse (antara hepatosit dan sinusoid) & ukuran fenestra endotel kapilarisasi sinusoid
sintesis albumin
Ketidakseimbangan pmbentukan matriks ekstracellular & proses degradasi
Membentuk kolagen
Sel Streata
Hepatitis Kronik
4. Ensefalophati hepatitis
Keluhan dari sirosis hati dapat berupa :
a. Merasa kemampuan jasmani menurun
b. Nausea, nafsu makan menurun dan diikuti dengan penurunan berat badan
c. Mata berwarna kuning dan buang air kecil berwarna gelap
d. Pembesaran perut dan kaki bengkak
e. Perdarahan saluran cerna bagian atas
f. Pada keadaan lanjut dapat dijumpai pasien tidak sadarkan diri (Hepatic
Enchephalopathy
g. Perasaan gatal yang hebat
Seperti telah disebutkan diatas bahwa pada hati terjadi gangguan arsitektur
hati yang mengakibatkan kegagalan sirkulasi dan kegagalan perenkym hati
yang masingmasing memperlihatkan gejala klinis berupa :
1. Kegagalan sirosis hati
a. edema
b. ikterus
c. koma
d. spider naevi
e. alopesia pectoralis
f. ginekomastia
g. kerusakan hati
h. asites
i. rambut pubis rontok
j. eritema palmaris
k. atropi testis
l. kelainan darah (anemia,hematon/mudah terjadi perdaarahan)
2. Hipertensi portal
a. varises oesophagus
b. spleenomegali
c. perubahan sum-sum tulang
d. caput meduse
e. asites
f. collateral veinhemorrhoid
g. kelainan sel darah tepi (anemia, leukopeni dan trombositopeni)
16)Bagaimana penatalaksanan (medikamentosa dan non-medikamentosa) ?1. Penatalaksanaan
Pencegahan :
SH dg hepatitis B atau C risiko tinggi HCC skrining HCC sangat
penting utk deteksi dini pembedahan dini atau transplantasi
menyembuhkan pasien secara total
Skrining USG/6 bln & AFP
Terapi spesifik mengurangi keluhan & mencegah SH contoh
prednisolon & azatiopirin utk hepatitis autoimun; interferon & antiviral lain
19)Bagaimana KDU pada kasus ini ?Tingkat Kemampuan 2
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya :pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter mampu merujuk
pasien secepatnya ke spesialis yang relevan dan mampu menindaklanjuti sesudahnya
Hipotesis :Tn A, laki-laki, 56 tahun menderita sirosis hepatis et causa hepatitis B kronis.
Learning isue :1. Anatomi organ yang terlibat2. Fisiologi organ yang terlibat3. Histologi organ yang terlibat4. Histopatologi5. Hepatitis kronis6. Sirosis hepatis
analisis LI
Afifurrahman 1a, 5b, 6, 7 1,3
Anisa Nanda Putri 1b, 6, 5b, 8 2,4
Ayu Aliyah 2a, 7, 5a, 9 3,5
Gieza Ferrani 2b, 8, 4e, 10 4,6
Widya Tria Kirana 2c, 9, 4d, 11 5,1
Rohayu 3a,10,4c,12 6,2
Endy Prima Syaputra 3b, 11, 4b,13 1,3
KM. Azandy .A 3c,12,4a,14 2,4
Robby Akbar 4a,13,3c,15 3,5
Flavia Angelina 4b,14,3b,16 4,6
Randy Rakhmat S 4c,15,3a,17 5,1
Aprilia Damayanti 4d,16,2c,1a 6,2
Ayu Agustriani 4e,17,2a,1b 1,3
Wenty septa Aldona 5a,1a,1b,2a 2,4
LI DIKIRIM PALING LAMBAT RABU MALAM JAM 8 FONT TIMES NEW ROMAN 12
PLEASE EDIT YOUR LI BEFORE SENT ITYang tidak mengirim LI dan analisis namanya tidak ada di cover laporan !!!!!!
DISKUSI
Hepatitis Kronis adalah peradangan yang berlangsung selama minimal 6 bulan. Hepatitis kronis lebih jarang ditemukan, tetapi bisa menetap sampai bertahun-tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Biasanya ringan dan tidak menimbulkan gejala ataupun kerusakan hati yang berarti. Pada beberapa kasus, peradangan yang terus menerus secara perlahan menyebabkan kerusakan hati dan pada akhirnya terjadilah sirosis dan kegagalan.
Dikatakan hepatitis kronis bila penyakit menetap, tidak menyembuh secara klinis atau laboratorium atau pada gambaran patologi anatomi, selama 6 bulan. Pada pasien ini terdapat keluhan perut membesar. Hal ini merupakan tanda adanya kelainan pada rongga perut pisa berupa cairan, massa dan perdarahan. Untuk membedakan maka dilakukan pemeriksaan fisik yang didapat test undulasi dan pekak beralih positif, ini menunjukkan pada rongga abdomen terdapat cairan yang disebut Asites.
Pasien memiliki riwayat mengalami gejala serupa beberapa tahun yang lalu dan sudah pernah masuk rumah sakit denyan penyaki serupa. Dengan hasil lab yang menyatakan HbsAg pasien (+) berarti pasien menderita penyakit hepatitis B. Karena sudah berlangsung beberapa tahun (5 tahun yang lalu terdiagnosis hepatitis B) memungkinkan perjalanan penyakit pasien menjadi penyakit yang kronik. Pada pemeriksaan kimia darah, rasio albumin dan globulin menjadi terbalik, menyatakan telah terjadi kerusakan yang cukup parah pada hepar pasien.
Pada penurunan fungsi hepatoseluler terjadi penurunan dari sintesis albumin, dimana albumin ini memegang peranan penting dalam menjaga tekanan osmotik darah. Dengan menurunnya kadar albumin, maka tekanan osmotik akan menurun yang berakibat eksudasi cairan intravaskular ke dalam jaringan interstitial di seluruh tubuh, diantaranya adalah rongga peritoneum, sedangkan udem perifer yang terjadi selain karena faktor hipoalbuminemia juga
akibat adanya retensi garam dan air yang terjadi oleh karena kegagalan hati dalam menginaktifkan hormon aldosteron dan hormon anti diuretik (ADH).
Mengenai keluhan badan lemas dan cepat lelah, mual dan nafsu makan yang menurun merupakan kompensasi dari tubuh akibat adanya kerusakan dari parenkim hati.
Pasien juga merasakan perut sebah yang dikarenakan terdapatnya cairan pada rongga abdomen sehingga tekanan abdomen meningkat dan dapat mengganggu kerja usus dan lambung, hal ini bisa menimbulkan rasa mual akibat penekanan tersebut, nafsu makan menurun dan badan menjadi lemas
Sirosis adalah perusakan jaringan hati normal yang meninggalkan jaringan parut yang tidak berfungsi di sekeliling jaringan hati yang masih berfungsi. Sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intrahepatik, dan pada kasus yang sangat lanjut menyebabkan kegagalan fungsi hati secara bertingkat. Pada pasien sangat mungkin telah terjadi sirosis postnekrotik yang terjadi menyusul nekrosis berbecak pada jaringan hati, menimbulkan nodul-nodul degeneratif besar dan kecil yang dikelilingi dan dipisahkan oleh jaringan parut, berselang-seling dengan jaringan normal. Sirosis postnekrotik kira-kira 20% dari seluruh kasus sirosis, sekitar 25% kasus memiliki riwayat hepatitis virus sebelumnya. Banyaknya pasien dengan HbsAg positif menunjukkan bahwa hepatitis kronik aktif agaknya merupakan peristiwa yang besar perannya. Ciri yang agak aneh dari sirosis postnekrotik adalah bahwa tampaknya merupakan predisposisi terhadap neoplasma hati primer (hepatoma).
Berdasarkan alasan diatas maka kasus pada pasien ini lebih ke arah gangguan fungsi fungsi hati akibat penyakit yang berjalan lama.. Dengan tanda dan gejala yang ada dan didukung oleh pemeriksaan fisik dan penunjang maka diagnosis pasien adalah Hepatitis B Kronik dengan anemia, suspect hepatoma, dan suspect sirosis hepatis.
I. Sintesis
C. Anatomi, Fisiologi dan Histologi Hepar
Organ tubuh terbesar dengan berat kurang lebih 1,5 kg, terletak di bagian kanan atas
rongga abdomen. Pada aspek ventral/depan terbagi 2 lobus yang dipisahkan oleh ligamentum
falsiformis hepar:
– Lobus kanan
– Lobus kiri
Pada aspek dorsal/belakang terbagi atas 4 lobus:
- Lobus kanan
- Lobus kiri
- Lobus kaudata
- Lobus quadrata
Dalam keadaan normal tidak teraba, pada bagian bawah hati terdapat kandung empedu
Gambar 1. Gambaran Hepar dan Letaknya
System vaskularisasi : Terdapat 2 pembuluh darah besar yang masuk hati:
Vena porta tidak mengandung oksigen (dari usus, limpa, pankreas, lambung &
esofagus):
– Tekanan > tinggi untuk mengatasi tekanan sinusoid hati
– Oksigen > tinggi aliran darah relatif > banyak
– Mengandung > banyak zat makanan
– Mengandung sisa-sisa bakteri dari saluran pencernaan
Arteri hepatika membawa Oksigen dari jantung . Volume total darah melalui hati:
1,2 – 1,5 l/menit
Hepar dapat dibagi menjadi lobus hepatis dexter dan lobus hepatis sinister oleh
perlekatan ligamentum peritonaele, ligamentum falciform. Lobus hepatis dexter terbagi jadi
lobus quadrates dan lobus caudatus oleh adanya vesica biliaris, fissure ligament teretis, vena
cava inferior dan fissure ligament venosi. Pada kenyataannya lobus quadrates dan lobus
caudatus merupakan bagian fungsional lobus hepatis sinister.
Gambar2. Sirkulasi Porta
Lobus dan lobulus hati :
Tiap lobus hati dibagi menjadi lobulus2
Lobulus merupakan unit fungsional hati
Di dalam hati manusia terdapat 50.000 – 100.000 lobuli
Tiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri: lembaran sel hati berbentuk kubus
yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis
Di antara lembaran sel hati terdapat kapiler = sinusoid hati merupakan cabang vena
porta dari arteri hepatika
System fagosit
Sinusoid dibatasi oleh sel fagositik / sel Kűpffer
Sel Kűppfer sistem retikuloendotelial fungsi utama menelan bakteri dan benda
asing lain
Hati pertahanan tubuh terhadap serangan bakteri dan bahan toksik
Vena Porta Hepatika mengalirkan darah dari bagian abdomen tractus gastrointestinalis
mulai dari sepertiga bawah esophagus sampai stengah bagian atas canalis analis. Vena porta
hepatica juga mengalirkan darah dari lien, pancreas dan vesica biliaris. Vena porta hepatis
masuk ke hepar dan bercabang cabang ,e,bentuk sinusoid temoat darah kemudian mengalir
masuk le vena hepatica propria yang bermuara ke vena vena cava inferior. Panjang vena
porta hepatis 5 cm dan dibentuk dibelakang collum pancratis oleh ganbungan vena
mesentricasuperior dan vena lienalis.
Dalam keadaan normal, darah didalam vena portae hepatis melewati hati dan masuk ke
vena cava inferior yang merupakan sirkulasi vena sistemik melalui vena hepatica. Rute ini
merupakan jalan langsung akan tetapiselain itu terdapat hubungan yang lebih kecil di antara
system portal dan system sistemik. Hubungan tersebut ialah :
1. Pada sepertiga bawah esophagus, rami eoesophagia vena gastricia sinistra (cabang
portal) beranastomosis dengan vena oesophageales yang mengalirkan darah dari
sepertiga tengah esophagus ke vena azygos ( cabang sistemik)
2. Pada pertengahan atas canalis analis, vena rectalis superior (cabang portal)
beranastomosis dengan vena rectalis media dan rectalis inferior (cabang sistemik)
3. Vena paraumbilicalis menghubungkan ramus sinister vena porta hepatis dengan