BAB IPENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Blok Manajeme kesehatan adalah blok ke20 pada semester 7 dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.Pada kesempatan ini
dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran untuk
menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang.
Pada tutorial ini, kelompok 12 memaparkan kasus mengenai Masalah
kesehatan lingkungan yang ada pada desa Mjt
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari tutorial ini, yaitu :1 Sebagai
laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Palembang.2 Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario
dengan metode analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.3
Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami
konsep dari skenario ini.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor: Dr. Msy Rulan AdnindyaModerator: Venny SoetantoNotulis:M.
Alvin AstianSekretaris: Afifurrahman Waktu: Senin, 16 September
2013 Rabu, 18 September2013Peraturan tutorial :
1. Alat komunikasi dinonaktifkan(kecuali, untuk googling)2.
Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat dengan cara
mengacungkan tangan terlebih dahulu ,dan apabila telah
dipersilahkan oleh moderator.3. Tidak diperkenankan meninggalkan
ruangan selama proses tutorial berlangsung.(izin BAK)4. Tidak
diperbolehkan makan dan minum.
SKENARIO KESEHATAN LINGKUNGANSebuah desa terletak di pinggir
jalan raya Lintas Sumatera di Ogan Ilir yakni di desa Mjt.
Komunitas disini terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi
sekitar 2000 orang. Mata pencaharian utama di desa ini adalah
pertanian dan pertukangan. Pertanian terutama padi sawah dan karet
alam.Rumah penduduk beragam ada yang dari kayu dan ada yang dari
semen sesuai dengan kemampuan ekonomi mereka. Dari kedua jenis itu,
ada pula yang lantainya dari tanah. Anak-anak dan orang dewasa
sebagian memakai alas kaki tapi lebih banyak yang telanjang
kaki.Sumber air utama masyarakat untuk kebutuhan domestik adalah
sungai Ogan ; juga dari air rawa yaitu dari sawah disekitar desa.
Sebagian besar KK memiliki sumur sendiri , namun sumur tersebut
biasanya kering di musim kemarau.Sumber energi yang digunakan
penduduk untuk lampu/penerangan adalah listrik; untuk masak memasak
sebagian besar masih memakai kayu bakar, sebagian kecil memakai
kompor minyak tanah. Tapi sejak minyak tanah menjadi langka ,
penduduk kembali menggunakan kayu bakar, hanya sebagian kecil yang
menggunakan gas LPG. Ada sebagian masyarakat yang menggunakan
briket batubara.Pada bulan Januari sampai Agustus, kualitas udara
di desa baik sekali namun pada bulan September sampai Desember,
seringkali ada kabut asap yang dapat sampai
berminggu-minggu.Pelayanan kesehatan di desa ini dilakukan oleh
Pustu sedangkan Puskes ada di kota kecamatan sekitar 15 km ke arah
Palembang.Petugas kesehatan yang ada di desa adalah Mantri dan
bidan desa. Tapi jumlah kelahiran yang ditolong dukun masih lebih
banyak dari bidan. Peran dukun masih cukup penting sebagai garis
pertama melayani orang sakit.Didesa ini pengelolaan sampah
dilakukan oleh masing-masing rumah tangga, tidak ada organisasi
desa yang khusus bertugas untuk ini. Karena disekitar desa banyak
rawa, maka ini menjadi tempat ideal untuk buang sampah.Laporan
tahunan dari Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang
terdeteksi di desa ini adalah : ISPA Gastrointestinal dan diare
Kulit Malaria DHF Tuberkulosis Asthma Gigi dan mulut Hipertensi
Cidera karena kecelakaan lalu lintasDalam kurun waktu tahun
2010-2011 desa ini dua kali mengalami keracunan makanan yaitu
tatkala ada hajatan perkawinan yang melibatkan banyak orang.Dari
pihak kabupaten pernah melakukan pemeriksaan kualitas air minum
yang bersumber dari air sumur penduduk dan hasilnya diberikan pada
lampiran. Dari pihak provinsi pernah juga melakukan pengukuran
kualitas udara tatkala ada serangan asap, hasilnya juga diberikan
di lampiran.Ada hal menarik yang pernah dilakukan mahasiswa Unsri
di desa ini di tahun 2009 yaitu Penelitian tentang Kualitas Udara
Ruangan (Indoor Air Quality). Menurut studi ini akibat pengunaan
bahan bakar kayu dan briket arang, sedangkan ventilasi dapur tidak
baik , maka kualitas udara di dalam rumah tidak cukup baik,
khususnya kadar debu halus (PM 10) yang tinggi.Akhir-akhir ini
sejak harga karet alam naik, desa ini kebanjiran motor yang
menyebabkan tingkat kecelakaan yang cukup tinggi. Menurut penuturan
Kades, selain kecelakaan akibat motor, desa ini juga mulai
mengalami budaya minuman keras dan narkoba.
Lampiran :1. Hasil Pengujian Kualitas Air MinumParameterHasil
Uji
E. Coli2000 / 100 cc
Total Coliform1000 / 100 cc
Arsen0,05 mg/dl
Flourida1,4 mg/dl
Total Kromium0,03 mg/dl
Kadmium0,001 mg/dl
Nitrit2 mg/dl
Nitrat25 mg/dl
Sianida0,07 mg/l
Selenium0,01 mg/dl
2. Kualitas UdaraParameterWaktu PengukuranHasil Uji
SO224 jam500 micrgr / M3
CO24 jam30000micrgr / M3
Nox24 jam200 micrgr / M3
O31 jam200 micrgr / M3
Hidrokarbon3 jam100 micrgr / M3
Total Suspended Particulate (TSP)24 jam500 micrgr / M3
Pb24 jam5 micrgr / M3
2.2 PaparanI. KLARIFIKASI ISTILAH 1. POPULASI : kumpulan
individu yang sejenis yang berada pada wilayah tertentu dan pada
waktu tertentu2. KOMUNITAS: sekelompok individu yang tinggal pada
daerah tertentu.3. SUMUR: sebuah sumber air yang digali.4. LPG :
liquefied petroleum gas atau minyak bumi yang dicairka.5. BRICKET
BATU BARA : bahan bakar padat yang terbuat dari batubara dengan
sedikit campuran tanah liat6. KABUT ASAP: pencemaran udara yang
bersumber dari asam industri, gunung berapi, kebakaran hutan /
lahan.7. PUSKESMAS PEMBANTU : unit pelayanan kesehatan yang
sederhana dan berfungsi menunjang dan membantu memperlluas
jangkauan puskesmas dengan melaksanakan kegiatan kegiatan puskesmas
dalam ruang lingkup wilayang yang lebih kecil serta jenis dan
kompetensi pelayanan yang disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan
sarana yang tersedia.8. MANTRI: nama pangkat atau jabatan tertentu
untuk melaksanakan tugas. 9. BIDAN DESA: seseorang yang telah
mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah
lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk
didaftar dan atau memiliki izin yang sah untuk melakukan praktik
bidan di wilayah kerjanya.10. DUKUN : orang yang mengobati,
menolong orang sakit, memberi jampi jampi seperti mantra, guna guna
danlain sebagainya.11. ISPA : infeksi saluran [rnapasan akut yang
mencakup organ saluran pernapasan yaitu hiudng, sinus, faring dan
laring, yang biasanya disebebabkan oleh virus atau bakteri.12.
DIARE : defikasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa
darah dan lender dalam tinja.13. MALARIA: penyakit demam menular
yang disebabkan oleh protozoa genus plasmodium yan merupakan
pasrasit [ada sel darah merah dan ditularkan oleh nyamok anopheles
betina.14. DHF: dengue hemoragic fever penyakit virus di daerah
tropis dengan infeksi demam ditularkan oleh nyamuk ayde aegypti.15.
TUBERKULOSIS : penyakit paru kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis16. ASTHMA : keadaan yang dtandai dengan
serangan berulang dispneu paroksismal dengan mengi akibat kontraksi
spasmodic bronchi.17. HIPERTENSI : peningkatan tekanan darah, tek
sistolik >139, tek diastolic >89 mmhg.18. CIDERA : kerusakan
jaringan yang disebabkan oleh berbagai hal salah satunya adalah
trauma.19. KERACUNAN MAKANAN : kumpulan gejala yang akut
dikarenakan makanan yang terkontaminasi bisa disebabkan karena
alergi, atau racun pada makanan.20. KUALITAS UDARA DAN RUANGAN :
kualitas udara didalam atau disekitar bangunan atau struktur yang
berhubungan dengan kesehatan dan kenyamanan dan juga orang
didalamnya.21. KADAR DEBU HALUS (PM10) : partakel debu halus yang
berukuran kurang dari 10 micron22. NARKOBA : obat atau zat yang
dapat menyebabkan ketergantungan dan berpengaruh terhadap kerja
potak demikian pula fungs vital organ tubuh lain seperti jantung,
peredaran darah dan pernapasanII. IDENTIFIKASI MASALAH1. Profil
desa Mjt, terdiri atas sekitar 500 KK dengan populasi 2000 orang.
Desa Mjt terletak di pinggir jalan raya Lintas Sumatra di Ogan
Ilir. Mata pencaharian utama di desa ini adalah pertanian dan
pertukangan, pertanian terutama pada padi sawah dan karet.2. Rumah
penduduk beragam ada yang dari kayu, ada yang dari semen sesuai
dengan kemampuan ekonomi mereka, ada yang lantainya dari tanah. Dan
sebagian warga kebanyakan melakukan aktifitas dengan tanpa alas
kaki.3. Sumber air utama masyarak untuk kebutuhan domestic adalah
sungai ogan juga air rawa dari sawah sekitar desa. Sebagian KK
memiliki sumur sendiri tetapi kering saat musim kemarau. Hasil
pemeriksaan air minum dan kualitas udara. (lampiran)4. Sumber
energy untuk lampu atau penerangan adalah listrik, untuk masak
sebagian besar dengan kayu bakar, sebagian kecil memakai kompor
minyak tanah, semenjak minyak tanah langka, hanya sebagian kecil
yang menggunakan gas LPG, sebagian masyarakat menggunakan bricket
batu bara.5. Bulan januari agustus : Kualitas udara baik sekali.
Bulan September desember : Seringkali ada serangan kabut asap
sampai berminggu minggu. Berdasarkan pemeriksaan kualitas udara
(lampiran)6. Pelayanan kesehatan dilakukan oleh PUSTU sedangkan
puskesmas ada di kecamatan sekitar 15 km kearah Palembang.7.
Petugas kesehatan adalah mantri dan bidan desa. Jumlah kelahiran
yang ditolong dukun lebih banyak dari bidan. Peran dukun masih
dianggap sebaga garis pertama melayani orang sakit.8. Pengelolaan
sampah di lakukan oleh masing masing rumah tangga karena tidak ada
organisaasi desa yang khusus bertugas untuk ini. rawa rawa menjadi
tempat ideal untuk membuang sampah.9. Laporan tahunan dari
Puskesmas memperlihatkan 10 besar penyakit yang terdeteksi di desa
ini : ISPA, GastroIntestinal dan diare, kulit, malaria, Dhf,
Tuberkulosis, Asthma, Gigi dan Mulut, Hipertensim Cidera karena
kecelakaan Lalulintas.10. Pernah terjadi keracunan makanan secara
masal dua kali dalam tahun 2010-2011.11. Hasil penelitian anak
Unsri tahun 2009.12. Peningkatan angka kejadian kecelakaan dan
pengaruh buruk dalam sosisal karena peningkatan kualitas
ekonomi.
II. ANALISIS MASALAH1. Menilai resiko kesehatan pada komunitas
ini a. Bagaimana Kualitas air di desa Mjt? Apa saja faktor fisik,
kimiawi dan biologik yang berpengaruh pada kasus Kualitas air di
desa Mjt? Apa Baku Mutu Lingkungan untuk kualitas air? (Bandingkan
dengan lampiran)Berdasarkan Permenkes No 492/Menkes/Per/IV/2010
persyaratan kualitas air minum adalah :
ParameterHasil UjiBaku Mutu airInterpretasiSumber
E. Coli2000 / 100 cc0Melebihi batas maksimumTerkontaminasi
feses
Total Coliform1000 / 100 cc0Melebihi batas Terkontaminasi
feses
Arsen0,05 mg/dl0,01 mg/dlMelebihi batasDaerah aluvial, Industri
pertambangan
Flourida1,4 mg/dl1,5 mg/dlNormal
Total Kromium0,03 mg/dl0,05 mg/dlNormal
Kadmium0,001 mg/dl0,003 mg/dlNormal
Nitrit2 mg/dl3,0 mg/dlNormalBahan organik
Nitrat25 mg/dl50 mg/dlNormalBahan organik
Sianida0,07 mg/l0,07 mg/dlNormal
Selenium0,01 mg/dl0,01 mg/dlNormal
Sumber air utama warga meranjat adalah sungai Ogan, dimana
sungai merupakan air permukaan yang memiliki kemungkinan besar
tercemar akibat kegiatan manusia, flora, fauna, dan zat-zat lain.
Hasil pengujian kualitas air sumur warga Mjt. menunjukkan bahwa air
sumur tersebut telah terkontaminasi oleh air sungai dan kemungkinan
besar sumur warga desa meranjat adalah sumur dangkal sehingga mudah
sekali terkontaminasi. Di dalam air sumur tersebut didapatkan
adanya bakteri E. coli dan total coliform yang menandakan bahwa air
sumur tersebut telah terkontaminasi oleh tinja manusia. Resiko yang
akan terjadi pada warga Mjt. jika terus-menerus mengkonsumsi air
sumur tersebut adalah penyakit kolera, disentri, tifoid, dan diare.
Selain itu, dalam air sumur tersebut didapatkan adanya bahan toksin
yang melebihi ambang normal, yaitu arsen dimana bila terus-menerus
mengkonsumsi air tersebut akan beresiko terkena penyakit diare,
mual, kanker kulit, dan iritasi.
b. Bagaimana Kualitas udara ambien di desa Mjt? Apa saja faktor
fisik, kimiawi dan biologik yang berpengaruh pada kualitas udara di
desa Mjt? Apa Baku Mutu Lingkungan untuk kualitas udara ambien?
(Bandingkan dengan lampiran)Berdasarkan lampiran yang ada ,
kualitas udara ambien di desa Mjt kurang baik.Faktor fisik, kimiawi
dan biologik yang mempengaruhi kualitas udara ambien di desa Mjt
adalah : Letak di pinggir jalan raya lintas sumatera Pertanian Padi
sawah dan karet alam dan Pertukangan Proses pembakaran dari proses
masak-memasak menggunakan kayu bakar dan batu briket Serangan Kabut
asap pada September Desember
Berdasarkan PP No. 41 tahun 1999 tentang : Pengendalian
Pencemaran Udara,Udara ambien adalah udara bebas dipermukaan bumi
pada lapisan troposfir yang berada di wilayah yuridikasi Republik
Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaryhi kesehatan manusia,
makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainyaBaku Mutu Udara
Ambien Nasional, berdasarkan Peraturan pemerintah republik
Indonesia, Nomor : 41 tahun 1999, Tanggal : 26 mei
1999NoParameterWaktu PengukuranBaku MutuMetode
AnalisisPeralatan
1SO2 (Sulfur Dioksida)1 jam24 jam1 tahun900 ug/Nm3365 ug/Nm360
ug/Nm3PararosanilinSpektrofotometer
2CO (Karbon Monoksida)1 jam24 jam1 tahun30.000 ug/Nm310.000
ug/Nm3NDIRNDIR Analyzer
3NO2 (Nitrogen Dioksida)1 jam 24 jam1 tahun400 ug/Nm3150
ug/Nm3100 ug/Nm3SaltzmanSpektrofotometer
4O3 (Oksidan)1 jam1 tahun235 ug/Nm350
ug/Nm3ChemiluminescentSpektrofotometer
5HC (Hidro Carbon)3 jam160 ug/Nm3Flame IonizationGas
Chromatografi
6PM10 (Partikel < 10 um)24 jam150 ug/Nm3GravimetricHI-Vol
PM25*24 jam 1 jam65 ug/Nm315 ug/Nm3GravimetricGravimetricHi- Vol
Hi- Vol
7TSP (debu)24 jam 1 jam230 ug/Nm3 90 ug/Nm3GravimetricHI-
Vol
8
Pb (Timah hitam)24 jam1 jam2 ug/Nm31 ug/Nm3Gravimetric Ekstratif
PengabuanHi- Vol AAS
9Dustfall (Debu jatuh)30 hari10 Ton/ Km2/Bulan (Pemukiman)20
Ton/Km2/Bulan (industri)GravimetricCannister
10Total Fluorides (as F )24 Jam90 hari3 ug/Nm30,5 g /
Nm3Spesific Ion ElectrodeImpinger atauCountinous Analyzer
11Flour Indeks
30 hari40 g / 100 cm2 dari kertas limedfilterColourimetricLimed
Filter Paper
12Khlorine &Khlorine Dioksida
24 Jam150 g / Nm3Spesific IonElectrode
Imping atauCountinous Analyzer
13Sulphat Indeks
30 hari1 mg SO3 / 100 cm3Dari Lead
PeroksidaColourimetricLeadPeroxida Candle
Baku mutu udara ambien untuk wilayah Sumatera Selatan diatur
berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Selatan No. 15 Thun 2005,
yaitu: Pada Kasus ini, maka Interpretasinya adalah :ParameterWaktu
PengukuranHasil UjiInterpretasi Sumber
SO224 jam500micrgr/M3Diatas Baku mutuIndustri 88,3% dan
Transportasi 7,6%; Pada kasus ini akibat penggunaan bahan bakar
kayu bakar fan briket batu bara.
CO24 jam30000micrgr / M3Diatas Baku mutuSumber gas CO sebagian
besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil yang bereaksi
dengan udara.Gas CO juga berasal dari proses industri. Secara alami
gas CO terbentuk dari proses meletusnya gunung berapi, proses
biologi, dan oksidasi hidrokarbon seperti metana yang berasal dari
tanah basah dan kotoran mahluk hidup.
Nox24 jam200 micrgr / M3Diatas Baku mutuNOx di alam berasal dari
bakteri dan akitivitas vulkanik, proses pembentukan petir, dan
emisi akibat aktivitas manusia (antropogenik). Emisi antropogenik
NOx terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil seperti
pembangkit tenaga listrik dan kendaraan bermotor. Sumber lain di
atmosfer berupa proses tanpa pembakaran, contohnya dari hasil
produksi asam nitrat, proses pengelasan, dan penggunaan bahan
peledak.
O31 jam200 micrgr / M3Dibawah Baku mutureaksi kompleks antara
prekursornya, yaitu NO x (nitrogen oksida) dan hidrokarbon dengan
pemanasan sinar matahari.
Hidrokarbon3 jam100 micrgr / M3Dibawah Baku mutuSumber alami
dari gas alam dan minyak bumi. Seumber lain dari pemanasan dengan
katalis, yaitu dengan proses yang disebut perengakahan
atau(cracking) dan dibuat dari metana melalui pembakaran tak
sempurna.
Total Suspended Particulate (TSP)24 jam500 micrgr / M3Diatas
Baku mutusecara alami berasal dari gunung berapi, badai pasir, dan
kebakaran hutan. Kegiatan manusia, seperti pembakaran bahan bakar
fosil pada kendaraan, pembakaran batubara, pembangkit listrik dan
berbagai industri.
Pb24 jam5 micrgr / M3Diatas Baku mutudihasilkan dari pembakaran
yang kurang sempurna pada mesin kendaraan.
Dampak Pada Kesehatan: Substansi pencemar yang terdapat di udara
dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan. Jauhnya
penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis
pencemar. Partikulat berukuran besar (TSP) dapat tertahan di
saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran
kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat
pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke
seluruh tubuh.Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah
ISPA (infeksi saluran Pernapasan Akut), termasuk di antaranya,
asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat
pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik. CO dapat
berikatan dengan hemoglobin didarah dan Pb (timbal) dapat
menyebabkan gangguan produksi Hemoglobin yang berakibat pada
anemia.
c. Bagaimana Kualitas udara Indoor di desa Mjt? Apa saja faktor
fisik, kimiawi dan biologik yang berpengaruh pada kualitas udara
indoor di desa Mjt? Kegiatan memasak warga Mjt. dilakukan didalam
rumah menggunakan kayu bakar dan briket batubara dimana rumah
mereka tidak memiliki ventilasi yang baik sehingga dapat
mempengaruhi kualitas udara ruangan. Asap pembakaran yang berasal
dari kayu bakar ataupun briket batubara dapat menyebabkan kanker
paru-paru, kebutaan, jantung, bahkan pengaruh kognitif pada anak.
Kualitas udara outdoor desa meranjat saat ini tidak baik
dikarenakan adanya serangan kabut asap sampai berminggu-minggu
sehingga keadaan ini dapat menyebabkan penyakit infeksi saluran
nafas akut (ISPA)
d. Bagaimana Keadaan Rumah dan Kebiasaan warga Mjt tidak beralas
kaki ? Apakah berdampak pada kesehatan?Sebagian warga Mjt. memiliki
rumah yang berlantai tanah dimana tanah merupakan tinggal berbagai
mahluk hidup yang berbahaya bagi kesehatan manusia, seperti
parasit, serangga, dan cacing yang dapat masuk ke tubuh manusia
melalui kulit, udara, dan makanan. .Kebiasaan warga yang tidak
menggunakan alas kaki dapat memudahkan mikroorganisme seperti
cacing masuk ke dalam tubuh mereka dan menyebabkan cacingan,
khususnya pada anak-anak
e. Bagaimana Masalah sampah dan limbah di desa Mjt? Apa saja
faktor fisik, kimiawi dan biologik yang berpengaruh pada masalah
sampah dan limbah di desa Mjt? Kebiasaan masyarakat desa Mjt
membuang sampah di rawa membuat air rawa tercemar. Mengingat bahwa
air rawa merupakan salah satu sumber air utama desa Mjt, kebiasaan
masyarakat membuang sampah dapat membahayakan kesehatan. Air rawa
yang tercemar apabila digunakan sebagai sumber air untuk dikonsumsi
maka dapat menyebabkan penyakit seperti diare, disentri dan tifus.
Apabila sumber air rawa digunakan untuk MCK maka dapat menyebabkan
berbagai macam penyakit kulit. Air rawa yang tercemar juga dapat
menjadi tempat berdiamnya vektor vektor penyakit.B erbagai macam
penyakit infeksi yang didapat melalui vektor seperti nyamuk adalah
Malaria, DHF, dll.
f. Bagaimana vector control di dessa Mjt? Apa saja faktor fisik,
kimiawi dan biologik yang mempengaruhi vector control di desa Mjt?
Lokasi desa Mjt yang berawa dan banyak padi sawah (air tergenang)
merupakan tempat perkembangbiakan vektor nyamuk. Ditambah kebiasaan
penduduk desa Mjt yang membuang sampah di rawa, menyebabkan
bakteri2 dan vektor tumbuh dengan subur. Vector kontrol adalah
sebuah metode untuk mengurangi ataupun memusnakan mamalia, burung,
serangga atau arthropoda yang dapat menjadi sebua media bagi sebuah
keadaan patogen. Vector control pada skenario ini adalah untuk
nyamuk yang menyebarkan penyakit malaria dan DHF.
g. Bagaimana kualitas Sanitasi makanan di desa Mjt? Apa saja
faktor fisik, kimiawi dan biologik yang berpengaruh pada kasus
Kualitas sanitasi makanan di desa Mjt? Apa Baku Mutu untuk sanitasi
makanan?Kualitas Sanitasi makanan di desa Mjt sangat buruk.
Terbukti dengan adanya keracunan makanan lebih dari 2 kali. Di Desa
Mjt kualitas sumber air bersih sangat buruk, akibat dari
pengelolaan sampah dan limbah yang tidak baik, hal tersebut
menyebabkan bakteri-bakteri patogen dan vektor tumbuh dengan subur.
Hal tersebut mempengaruhi sanitasi makanan yang ada di desa Mjt,
apalagi jika penduduk tersebut mengolah makan dari sumber air
rawa.
h. Bagaimana traffic safety di desa Mjt? Apa saja faktor yang
berpengaruh pada traffic safety di desa Mjt? Sosial ekonomi desa
Mjt yang tiba-tiba meningkat akibat harga karet naik menyebabkan
terjadinya lonjakan angka sepeda motor di desa Mjt. Namnu
Peningkatan angka sepeda motor tersebut belum diimbangi dengan
pendidkan di desa Mjt mengenai safety driving dan lokasi desa Mjt
yang dekat dengan jalur lintas sumatra menyebabkan angka kecelakaan
berkendara di desa Mjt meningkat.
i. Bagaimana Masalah Narkoba dan Miras di desa Mjt? Minuman
keras merupakan faktor resiko dari berbagai penyakit seperti
mengganggu fungsi hati gangguan kognitif, kerusakan jantung,
lambung, strok, kematian. Adapaun penggunaan narkoba dapat
mengakibatkan ketergantungan, kanker, impotensi, jantung, HIV/AIDS,
hepatitis, dll
2. Berikan nasihat yang spesifik sesuai resiko (management untuk
setiap resiko).a. Bagaimana managemen untuk masalah kualitas air
pada desa Mjt?Nasehat kepada warga Mjt. yaitu agar tidak membuang
sampah ke rawa lagi dan menjaga kebersihan sungai dengan tidak
membuang kotoran/tinja ke sungai karena dapat menyebabkan
penyakit-penyakit yang cukup berbahaya. Kita juga dapat memberi
nasehat untuk membuat sumber air yang lain yang baik, seperti
membuat air sumur dangkal yang tidak berdekatan dengan rawa dan
sungai yang sudah ter kontaminasi atau membuat sumur dalam.Salah
satu cara managemen kualitas air adalah dengan pengolahan air.
Pengolahan air merupakan suatu upaya untuk mendapatkan air bersih
dan sehat dengan standar mutu air yang memenuhi syarat kesehatan.
Proses pengolahan air merupakan proses perubahan fisik, kimia, dan
biologi air baku. Adapun tujuan pengolahan air adalah :1.
Memperbaiki derajat keasaman.2. Mengurangi bau.3. Menurunkan dan
mematikan mikroorganisme.4. Mengurangi kadar bahan-bahan terlarut
(Kusnaedi, 1995).
Pengolahan Air Secara FisikaPengolahan air secara fisika yang
telah dilakukan adalah penyaringan, pengendapan atau sedimentasi,
absorbsi, dan adsorbsi.
Penyaringan atau Filtrasi:Penyaringan merupakan pemisahan antara
padatan atau koloid dengan cairan. Proses penyaringan air melalui
pengaliran air pada media butiran. Secara alami penyarinagn air
terjadi pada permukaan yang mengalami peresapan pada lapisan tanah.
Bakteri dapat dihilangkan secara efektif melalui proses penyaringan
demikian pula dengan warna, keruhan, dan besi. Pada proses
penyaringan, partikel-partikel yang cukup besar akan tersaring pada
media pasir, sedangkan bakteri dan bahan koloid yang berukuran
lebih kecil tidak tersaring seluruhnya. Ruang antara butiran
berfungsi sebagai sedimentasi dimana butiran terlarut mengendap.
Bahan-bahan koloid yang terlarut kemungkinan akan ditangkap karena
adanya gaya elektrokinetik. Banyak bahan-bahan yang terlarut tidak
dapat membentuk flok dan pengendapan gumpalan-gumpalan masuk ke
dalam filter dan tersaring.
Sedimentasi atau PengendapanSedimentasi adalah proses
pengendapan partikel padat yang tersusupensi dalam cairan atau zat
cair dengan menggunakan pengaruh gravitasi atau gaya berat secara
alami. Kegunaan sedimentasi untuk mereduksi bahan-bahan yang
tersuspensi pada air dan kandungan organisme tertentu di dalam
air.
Pengolahan Air secara KimiaKoagulasi atau Flokulasi :Koagulasi
atau flokulasi adalah proses pengumpulan partikel-partikel yang
tidak dapat diendapkan dengan jalan menambahkan koagulasi. Contoh
bahan koagulasi antara lain tawas dan kapur (Sanropie, 1984).Cara
koagulasi atau flokilasi dalam pengolahan air dengan bahan kimia
berguna untuk air yang mengandung bahan kimia, dan warna tetapi
tidak terlalu pekat. Pada prinsipnya apabila air sudah susah
diendapkan maka berarti perlu ditambahkan bahan kimia.Aerasi:Aerasi
dalah proses pengolahan air dengan mengotakkan air dengan uadara
yang bertujuan untuk menambah oksigen, menurunkan karbondioksida,
dan mangan supaya bisa diendapkan. Proses ini juga menghilangkan
bau pada air (Sanropie, 1984).
Pengolahan Air secara Mikrobiologi:Upaya untuk memperbaiki
mikrobiologi air yang paling konvensional adalah dengan mematikan
mikroorganisme dalam air. Proses mematikan mikroorganime yang
banyak dipraktekkan serta paling sederhana adalah dengan
mendidihkan air hingga mencapai suhu 100C (Sanropie, 1984).
b. Bagaimana managemen untuk masalah kualitas udara ambien pada
desa Mjt?Untuk penanganan masalah kualitas udara ambien, memerlukan
peran serta dari pemerintah. Insinyur menerapkan prinsip-prinsip
ilmiah dan rekayasa untuk desain proses manufaktur dan pembakaran
untuk mengurangi emisi polutan udara ke tingkat yang dapat
diterima. Scrubber, electrostatic precipitators, catalytic
converter, dan proses lainnya berbagai dimanfaatkan untuk menghapus
partikulat, oksida nitrogen, oksida belerang, senyawa organik
volatil (VOC), gas organik reaktif (ROG) dan polutan udara lainnya
dari gas buang dan sumber-sumber lain sebelum memungkinkan emisi
mereka ke atmosfer.Para ilmuwan telah mengembangkan model dispersi
polusi udara untuk mengevaluasi konsentrasi polutan di reseptor
atau dampak pada kualitas udara secara keseluruhan dari knalpot
kendaraan dan emisi gas industri tumpukan buang. Untuk batas
tertentu, tumpang tindih bidang ini keinginan untuk mengurangi
karbon dioksida dan emisi gas rumah kaca lainnya dari proses
pembakaran
c. Bagaimana managemen untuk masalah kualitas udara indoor pada
desa Mjt?Memberikan penyuluhan mengenai ventilasi rumah yang baik
agar dapat menambah ventilasi rumah dan juga dapur jadi walaupun
memasak menggunakan kayu asapnya tidak terpusat didalam ruangan.
Untuk menghindari asap kabut, warga disarankan menggunakan masker
atau penutup hidung agar tidak terhisap asap tersebut.
d. Bagaimana managemen untuk masalah sampah dan limbah pada desa
Mjt?Disarankan bagi warga Mjt. untuk memisahkan sampah organik dan
non organik agar dapat diolah kembali dan juga agar memisahkan
sampah basah dan sampah kering. Untuk sampah yang kering dapat
dibakar dan sampah organik dapat dibuat menjadi pupuk kompos.
Disarankan untuk kepala desa agar membuat program pengolahan sampah
yang baik dan benar, seperti membuat galian tanah yang dalam untuk
tempat pembuangan akhir atau dapat membuat dipo (rumah sampah) di
desa meranjat dan bekerja sama dengan kecamatan setempat/ dinas
kebersihan kota untuk mengadakan truk pengangkut sampah agar dapat
mengangkut sampah dari dipo ke TPA.
e. Bagaimana managemen untuk masalah vector control pada desa
Mjt?Upaya utama adalah dengan memutus siklus hidup nyamuk, hal ini
dilakukan dengan upaya promotif dan preventif, yang dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut :1.masyarakat Mengubah perilaku
kebiasaan menggantung pakaian. Karena tempat ini merupakan tempat
kegemaran nyamuk untuk bersarang. Melakukan kegiatan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M yaitu Menutup, Mengubur, Menguras
Menggunakan bubuk abate di penampungan air.2. Peran tenaga
kesehatan Pengasapan (fogging) masal di kelurahan endemis tinggi
dan tempat umum (sekolah, masjid, rumah sakit, puskesmas, gereja,
kantor-kantor) Pemeriksaan jentik berkala oleh jumantik (Juru
pemantauan Jentik) yang bertugas untuk berkunjung ke rumah rumah
setiap tiga bulan Penyuluhan kepada masyarakat Sistem peringatan
diniBerdasarkan jenis yang di kontrol untuk menghentikan
perkembangbiakan vektor, dapat dibagi menjadi : Habitat
ControlHabitat control adalah sebuah metode dari vector control
yang mengurangi dari tempat tinggal dari vector tersebut. Pada
kasus ini habitat control yang dapat kita lakukan adalah dengan
melakukan 3M yaitu mengubur tempat yang dapat menampung air,
menutup gentong atau benda yang dapat menjadi genanangan air,
kemudian menguras bak mandi 1x sehari dan menaburkan bubuk abate.
Reducing ContactYang dimaksud dengan reducing contact ini adalah
mengurangi kesempatan bagi si vector untuk berhubungan secara
langsung dengan manusia, pada kasus ini kita dapat melakukan
tindakan untuk mengurangi kemungkinan nyamuk untuk menghisap darah
kita, dengan cara memakai lotion atau menggunakan kelambu. Chemical
ControlChemical control adalah pengontrolan vektor yang menggunakan
bahan kimia, bahan kimia yang dapat digunakan pada kasus ini adalah
obat nyamuk semprot, ataupun juga kita dapat melakukan tindakan
fogging. Biological ControlYang dimaksud dengan biological control
adalah pengontrolan vector menggunakan predator alami dari vector
tersebut, pada kasus ini contoh dari biological control itu sendiri
dapat berupa memelihara ikan cupang (Iwak tempalo) pada bak mandi
atau kolam ikan yang biasanya diisi oleh jentik nyamuk, ataupun
juga dapat menggunakan cicak.
f. Bagaimana managemen untuk masalah sanitasi makanan pada desa
Mjt?Secara preventif dengan cara menjagah kebersihan dari makanan
Mencuci tangan sebelum memasak atau makan dan setelah menyentuh
daging mentah atau makanan Piring dan perlengkapan harus cukup
dibersihkan Makanan harus benar-benar dimasak dan disimpan pada
suhu yang tepat. Air yang dibersihkan dan disaring harus diambil
Ketika merawat orang dewasa atau anak dengan diare, tangan dicuci
setelah setiap kontak dengan mungkin terinfeksi bahan Makanan
kaleng harus digunakan dengan hati-hati untuk menghindari botulisme
Madu dapat menyebabkan keracunan makanan dalam bayi di bawah 1
tahun. Madu tidak boleh diberikan kepada mereka untuk mencegah
botulisme Orang-orang dengan kekebalan kehamilan dan lemah harus
ekstra hati-hati untuk tidak mengkonsumsi makanan mencurigakan,
ikan mentah, keju dll untuk menghindari keracunan makananPada kasus
ini telah terjadi keracunan makanan, maka penangannannya adalah
dengan membawanya ke puskesmas. Secara Umum tatalaksanannya adalah
:1. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor
mentah atau norit).2. Kosongkan lambung (efektif bila racun
tertelan sebelum 4 jam) dengan cara :- Dimuntahkan :Bisa dilakukan
dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau
pemberian air garam atau sirup ipekak.Kontraindikasi : cara ini
tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat,
minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.-
Bilas lambung : Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %. Pembilasan sampai 20 X,
rata-rata volume 250 cc.Kontraindikasi : keracunan zat korosif
& kejang.
- Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun
atau gliserin).
g. Bagaimana managemen untuk masalah traffic safety pada desa
Mjt?Pengawasan Safety driving bekerjasama dengan Polantas, Orang
tua dan tokoh masyarakat
h. Bagaimana managemen untuk masalah narkoba dan miras pada desa
Mjt? Bekerjasama dengan polisi dan masyarakat untuk melakukan razia
narkoba dan miras Mealakukan rehabilitasi pada pencandu narkoba dan
miras Melakukan Promosi Kesehatan mengenai bahaya Narkoba dan Miras
masyarakat
3. Rekomendasi langkah penting Puskesmas. (Program Puskesmas)a.
Bagaimana langkah penting dari program puskesmas yang berhubungan
dengan masalah kualitas air pada desa Mjt?Berdasarkan Upaya Dasar
Program Kesehatan Lingkungan yang ada di Puskesmas, langkah
Penyehatan Sumber Air Bersih dapat melalui:1. Survey kualitas air,
2. Inspeksi sanitasi sarana air bersih3. Pemeriksaan kualitas air4.
Pembinaan kelompok pemakai air.
b. Bagaimana langkah penting dari program puskesmas yang
berhubungan dengan masalah kualitas udara ambien dan indoor pada
desa Mjt? Buat ventilasi yang cukup terutama di dapur. Penambahan
ruang terbuka untuk dapur. Memberikan himbauan untuk mengurangi
penggunaan batubara dan kayu bakar untuk memasak Penggunaan Bahan
Bakar AlternatifUpaya untuk memperbaiki udara dan cuaca global
salah satunya adalah dengan memakai sumber energi yang tidak lagi
berasal dari dalam bumi seperti bahan bakar minyak, yang hasil
pembakarannya berpengaruh buruk terhadap lingkungan Memakai sumber
bahan bakar seperti LPG Penambahan Ruang Terbuka HijauPepohonan
merupakan filter alami untuk polusi udara. Hal ini dapat dilihat
bahwa semakin berkurangnya ruang terbuka hijau di kota-kota besar
di Indonesia berdampak secara signifikan pada kenaikan suhu udara
dan kualitas udaraPada bulan September sampai Desember, seringkali
ada kabut asap yang dapat sampai berminggu-minggu. Apabila terjadi
serangan kabut asap, hendaknya disarankan kepada masyarakat untuk
menggunakan masker apabila keluar dari rumah. Diberikan himbauan
untuk mengurangi penggunaan motor, kayu bakar, batubara Hindari
Sumber Polusi (kurangi aktivitas di luar rumah) Penambahan Ruang
Terbuka Hijau (melakukan penanaman pohon)
c. Bagaimana langkah penting dari program puskesmas yang
berhubungan dengan masalah sampah dan limbah pada desa
Mjt?Berdasarkan Upaya Dasar Program Kesehatan Lingkungan yang ada
di Puskesmas, langkah penanganan masalah sampah dan limbah dapat
melalui Pemantauan sarana sanitasi dasar yang meliputi jamban
keluarga, saluran pembuangan air limbah, dan tempat pembuangan
sampah.
d. Bagaimana langkah penting dari program puskesmas yang
berhubungan dengan masalah vector control pada desa Mjt?Berdasarkan
Upaya Dasar Program Kesehatan Lingkungan yang ada di Puskesmas,
langkah vector control dapat berupa : Bersama kader juru pengamatan
jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas melakukan pemeriksaan
terhadap tempat tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan
tumbuhnya jentik.
e. Bagaimana langkah penting dari program puskesmas yang
berhubungan dengan masalah sanitasi makanan pada desa Mjt?f.
Bagaimana Langkah penting dari puskesmas untuk mengatasi 10
penyakit tersering di desa Mjt?1. Melaksanakan strategi-strategi
promosi kesehatan: (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina
suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4)
kemitraan. 2. Melakukan langkah-langkah promosi kesehatan3.
melakukan langkah konkrit sesuai penyakitPuskesmas dapat melakukan
langkah konkrit terhadap penyakit yang masuk dalam salah satu 10
besar penyakit yang terdeteksi didesa ini:DiareHal-hal yang perlu
diketahui dan dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah dan
menanggulangi diare:PendataanMengetahui data kesehatan yang ada di
wilayah kerja petugas kesehatan. Data ini dapat diperoleh dengan
cara melakukan kegiatan pemantauan dan pencatatan kasus diare. Data
yang dimaksud yaitu: a) Data kasus diare dan kasus dehidrasi berat
di tahun berjalan dan berdasarkan kelompok umur.b) Jumlah dan jenis
sarana air bersih dan jamban yang ada.c) Jumlah kk yang telah dan
belum memiliki sarana air bersih dan jamban.d) Jumlah dan jenis
sarana air bersih dan jamban yang memenuhi syarat.e) Perilaku
masyarakat terkait sanitasi dasar dan hygiene perorangan, terutama
yang menyangkut kebiasaan cuci tangan pakai sabun (ctps), memasak
air minum atau menyediakan makanan dan minuman di rumah
tangga.PemetaanMelakukan pemetaan wilayah potensial klb diare,
kemudian disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan hasil
pemetaan ini dibahas pada pertemuan rembug desa (mmd), termasuk
mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan kebutuhan sarana
sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah dan
lain-lain) melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat
swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana
bergulir.Penyebarluasan informasi kesehatanMateri penyuluhanMateri
penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi diare, termasuk didalamnya cara mencegah kekurangan
cairan tubuh (dehidrasi), cara mengobati dehidrasi, cara pemberian
makanan bagi penderita diare, serta informasi rujukan bagi
penderita diare.Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:a)
Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan
pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas.b)
Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum
pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu,
kunjungan posyandu, pertemuan pkk, pertemuan karang taruna.c)
Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta
rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tablig
akbar. Selain itu, penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui
pemasangan media massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat
keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa,
posyandu, poskesdes, puskesmas dan lain-lain).Pemberdayaan dan
penggerakan masyarakata) Mengajak masyarakat untuk melakukan
PHBS.b) Gerakan masyarakat untuk kesehatan lingkungan.c) Gerakan
cuci tangan di tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah.d)
Melakukan usaha kesehatan bersumber masyarakat (ukbm), misalnya
dengan cara arisan jamban bila di wilayah tersebut banyak
masyarakat yang belum memiliki jamban atau membentuk kelompok
pemakai air (pokmair) bila di wilayah tersebut sulit air bersih.e)
Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.f) Untuk
menyampaikan pesan-pesan ke teman sebaya dan orang tuanya.g)
Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan
menanggulangi diare.Pembinaana) Melakukan pertemuan rutin dengan
kader untuk membahas permasalahan kesehatan terkait diare.b)
Membina kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah,
terutama di wilayah potensial klb diare.c) Pembinaan kesehatan di
tingkat tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah dengan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
IspaHal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh
petugas kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi ispa:Pendataana)
Data kasus ispa di tahun berjalan.b) Status imunisasi dan gizi
anak.c) Lingkungan yang dapat memicu kejadian kasus ispa.d) Jumlah
rumah yang memenuhi kriteria rumah sehat.e) Perilaku masyarakat
terkait kebiasaan merokok di dalam rumah, memasak dalam ruang yang
sama untuk tidur.PemetaanMelakukan pemetaan wilayah potensial
kejadian ispa, kemudian disandingkan dengan data data yang ada.
Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan rembug desa
(mmd), termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan
kriteria rumah sehat melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang
bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana
bergulir.Penyebarluasan informasi kesehatanMateri penyuluhanMateri
penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi ispa, termasuk didalamnya cara mencegah kekurangan
cairan tubuh (dehidrasi), cara mengobati dehidrasi, cara pemberian
makanan bagi penderita ispa, serta informasi rujukan bagi penderita
ispa.Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:a) Penyuluhan
perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan
kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas. b)
Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum
pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu,
kunjungan posyandu, pertemuan pkk, pertemuan karang taruna.c)
Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta
rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum. Selain
itu, penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media
massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang
sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes,
puskesmas dan lain-lain).Pemberdayaan dan penggerakan masyarakata)
Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS.b) Mengajak masyarakat
untuk melakukan kegiatan gotong-royong membersihkan lingkungan.c)
Gerakan untuk mensukseskan program imunisasi, baik di tatanan rumah
tangga maupun di tatanan sekolah.d) Gerakan peningkatan gizi
seimbang di tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah.e) Mengajak
masyarakat untuk membuang kebiasaan yang buruk, misalnya kebiasaan
membuang ludah sembarangan dan tidak menutup mulut ketika bersin,
terutama ketika berada di tempat umum.f) Mengaktifkan posyandu dan
poskesdes.g) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.h)
Melakukan mobilisasi massa untuk bersamasama mencegah dan
menanggulangi ispa.Pembinaana) Melakukan pertemuan rutin dengan
kader untuk membahas permasalahan kesehatan terkait ispa.b) Membina
kader untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di
wilayah potensial kejadian ispa.c) Pembinaan kesehatan di tingkat
tatanan rumah tangga, tatanan sekolah dan tatanan tempat-tempat
umum dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Demam berdarah dengue (dbd)Demam berdarah adalah penyakit yang
disebarkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk
aedes aegypti.Hal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh
petugas kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi dbd:Pendataana)
Data kasus dbd di tahun berjalan. b) Tempat potensial perindukan
nyamuk.c) Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (psn).d) Perilaku
berisiko masyarakat terhadap gigitan nyamuk penular dbd, dalam hal
ini penggunaan obat anti nyamuk/repellant.PemetaanMelakukan
pemetaan kepadatan vektor penular dbd, kemudian disandingkan dengan
data-data yang ada. Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada
pertemuan musyawarah desa, termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi
bagi kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (psn) dan pengadaan obat
anti nyamuk atau repellant melalui berbagai sumber pendanaan, baik
yang bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana
bergulir.Penyebarluasan informasi kesehatanMateri penyuluhanMateri
penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi dbd, termasuk didalamnya mengenai pemberantasan
sarang nyamuk (psn) serta informasi rujukan bagiPenderita
dbd.Metode penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:a) Penyuluhan
perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan
kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas.b) Penyuluhan
kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau
majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu,
pertemuan pkk, pertemuan karang taruna.c) Penyuluhan massa, dapat
dilakukan pada saat digelarnya pesta rakyat, kesenian tradisional,
pemutaran film, ceramah umum, tablig akbar. Selain itu, penyuluhan
massa juga dapat dilakukan melalui pemasangan media massa seperti
poster dan spanduk di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan
kelompok sasaran (balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas dan
lain-lain).Pemberdayaan dan penggerakkan masyarakata) Mengajak
masyarakat untuk melakukan PHBS.b) Mengajak masyarakat untuk
melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di lingkungan sekitar rumah
maksimal 3 hari sekali.c) Gerakan pemberantasan sarang nyamuk (psn)
minimal seminggu sekali di tatanan rumah tangga, tatanan sekolah,
tatanan tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja, dan tatanan
institusi kesehatan.d) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of
change.e) Mengaktifkan poskesdes.f) Melakukan mobilisasi massa
untuk bersama-sama mencegah dan menanggulangi dbd.Pembinaana)
Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan
kesehatan terkait dbd.b) Membina kader untuk melakukan pemantauan
di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial kejadian dbd.c)
Pembinaan kesehatan di tingkat tatanan rumah tangga, tatanan
sekolah, tatanan tempat-tempat umum, tatanan tempat kerja, dan
tatanan institusi kesehatan dengan berkoordinasi dengan pihak-pihak
terkait.
MalariaHal-hal yang perlu diketahui dan harus dilakukan oleh
petugas kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi
malaria:Pendataana) Data kasus malaria di tahun berjalan (penemuan
kasus).b) Screening malaria pada ibu hamil.c) Status anc.d) Tempat
potensial perindukan nyamuk.e) Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk
(psn).f) Perilaku berisiko masyarakat terhadap gigitan nyamuk
penular malaria, dalam hal ini penggunaan kelambu atau repellant di
masyarakat.PemetaanMelakukan pemetaan kepadatan vektor penular
malaria, kemudian disandingkan dengan data-data yang ada. Data dan
hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan musyawarah desa, termasuk
mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pengadaan kelambu atau
repellant melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang bersifat
swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana
bergulir.Penyebarluasan informasi kesehatanMateri penyuluhanMateri
penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi malaria,Termasuk didalamnya informasi rujukan bagi
penderita malaria.Metode penyuluhan yang dapat dilakukan,
yaitu:Penyuluhan perorangan, seperti kunjungan rumah, pada saat
melakukan pendataan kasus, maupun pada saat warga berkunjung ke
puskesmas.Penyuluhan kelompok, seperti pada saat pertemuan desa,
forum pengajian atau majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu,
kunjungan posyandu, pertemuan pkk, pertemuan karang
taruna.Penyuluhan massa, dapat dilakukan pada saat digelarnya pesta
rakyat, kesenian tradisional, pemutaran film, ceramah umum, tablig
akbar.Selain itu, penyuluhan massa juga dapat dilakukan melalui
pemasangan media massa seperti poster dan spanduk di tempat-tempat
keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran (balai desa,
posyandu, poskesdes, puskesmas, dan lain-lain).
Pemberdayaan dan penggerakan masyarakata) Mengajak masyarakat
untuk melakukan PHBS.b) Mengajak masyarakat untuk gotong-royongc)
Membersihkan lingkungan minimal seminggu sekali.d) Mengajak
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan jentik nyamuk di lingkungan
sekitar rumah maksimal 3 hari sekali.e) Gerakan pemberantasan
sarang nyamuk (psn) minimal seminggu sekali di tatanan rumah
tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat umum, tatanan tempat
kerja dan tatanan institusi kesehatan.f) Menjadikan anak sekolah
sebagai agent of change.g) Mengaktifkan poskesdes.h) Melakukan
mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan menanggulangi
malaria.Pembinaana) Melakukan pertemuan rutin dengan kader untuk
membahas permasalahan kesehatan terkait malaria.b) Membina kader
untuk melakukan pemantauan di setiap wilayah, terutama di wilayah
potensial kejadian malaria.c) Pembinaan kesehatan di tingkat
tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan tempat-tempat umum,
tatanan tempat kerja dan tatanan institusi kesehatan dengan
berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Penyakit gigi dan mulutHal-hal yang perlu diketahui dan harus
dilakukan oleh petugas kesehatan untuk mencegah dan menanggulangi
penyakit gigi dan mulut:Pendataana) Data kasus penyakit gigi dan
mulut di tahun berjalan.b) Jumlah dan jenis sarana air bersih.c)
Perilaku masyarakat terkait kebiasaan makan makanan manis.d)
Perilaku masyarakat terkait kebiasaan menggosok
gigi.PemetaanMelakukan pemetaan wilayah potensial kejadian penyakit
gigi dan mulut, kemudian disandingkan dengan data-data yang ada.
Data dan hasil pemetaan ini dibahas pada pertemuan masyarakat desa
(mmd), termasuk mengupayakan bantuan/fasilitasi bagi pemenuhan
fasilitas air bersih melalui berbagai sumber pendanaan, baik yang
bersifat swadaya masyarakat maupun bantuan stimulan/dana
bergulir.Penyebarluasan informasi kesehatanMateri penyuluhanMateri
penyuluhan tentang pengertian, gejala, cara mencegah, serta cara
menanggulangi penyakit gigi dan mulut, termasuk didalamnya
informasi rujukan bagi penderita penyakit gigi dan mulutMetode
penyuluhan yang dapat dilakukan, yaitu:a) Penyuluhan perorangan,
seperti kunjungan rumah, pada saat melakukan pendataan kasus,
maupun pada saat warga berkunjung ke puskesmas.b) Penyuluhan
kelompok, seperti pada saat pertemuan desa, forum pengajian atau
majelis taklim, khotbah jumat, khotbah minggu, kunjungan posyandu,
pertemuan pkk, pertemuan karang taruna.c) Penyuluhan massa, dapat
dilakukan pada saat digelarnya kesenian tradisional, pemutaran
film, ceramah umum. Selain itu, penyuluhan massa juga dapat
dilakukan melalui pemasangan media massa seperti poster dan spanduk
di tempat-tempat keramaian yang sesuai dengan kelompok sasaran
(balai desa, posyandu, poskesdes, puskesmas dan
lain-lain).Pemberdayaan dan penggerakan masyarakata) Mengajak
masyarakat untuk melakukan PHBS.b) Mengajak masyarakat untuk
melakukan pemeriksaan gigi minimal 6 bulan sekali.c) Gerakan gosok
gigi di tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah.d) Mengaktifkan
poskesdes.e) Menjadikan anak sekolah sebagai agent of change.f)
Melakukan mobilisasi massa untuk bersama-sama mencegah dan
menanggulangi penyakit gigi dan mulut.Pembinaana) Melakukan
pertemuan rutin dengan kader untuk membahas permasalahan kesehatan
terkait penyakit gigi dan mulut.b) Membina kader untuk melakukan
pemantauan di setiap wilayah, terutama di wilayah potensial
kejadian penyakit gigi dan mulut. c) Pembinaan kesehatan di tingkat
tatanan rumah tangga dan tatanan sekolah dengan berkoordinasi
dengan pihak-pihak Puskesmas mengajukan usulan ke dinkes dan pemda
setempat untuk mengatasi semua masalah diatas
4. Apa saja Nasihat untuk pertimbangan bagi Dinkes dan Pemda
setempat? (Regulasi peraturan) Memberlakukan kebijakan/peraturan
perundangundangan yang tidak merugikan kesehatan masyarakat dan
bahkan mendukung terciptanya PHBS dan kesehatan masyarakat.
Membantu menyediakan sumber daya (dana, sarana dan lain-lain) yang
dapat mempercepat terciptanya PHBS di kalangan pasien, individu
sehat dan keluarga (rumah tangga) pada khususnya serta masyarakat
luas pada umumnya. Membangun PAM dan penyediaan air bersih Membuat
pengolaan sampah yang lebih baik Penanaman pohon Penambahan tenaga
kesehatan Membuat puskesmas dan pustu yang lebih dekat Penambahan
dana untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Penyuluhan
tentang bagaimana memasak dengan menggunakan sumber makanan yang
higenis dan ventilasi dapur yang benar. Penyuluhan tentang hukum
dan dampak minuman keras dan narkoba Membuat peraturan rambu-rambu
untuk menurunkan laju kendaraan pada kecepatan tertentu Menyediakan
alat bantu/alat peraga atau media komunikasi guna memudahkan
petugas kesehatan dalam melaksanakan pemberdayaan. Menyelenggarakan
bina suasana baik secara mandiri atau melalui kemitraan dengan
pihak-pihak lain. Menyelenggarakan advokasi dalam rangka kemitraan
bina suasana dan dalam mengupayakan dukungan dari pembuat kebijakan
dan pihak-pihak lain (sasaran tersier). Dinas kesehatan
kabupaten/kota harus tersedia tenaga khusus promosi kesehatan.
Tenaga ini berupa pegawai negeri sipil dinas kesehatan
kabupaten/kota yang ditugasi untuk melaksanakan promosi kesehatan.
Petugas ini bertanggung jawab membantu pelaksanaan promosi
kesehatan di Puskesmas.
5. Apa saja rekomendasi pelatihan khusus untuk pemuka masyarakat
dan petugas kesehatan mengenai kesehatan lingkungan? Pelatihan
klinik sanitasi agar petugas tahu dan mampu melaksanakan kegiatan
klinik sanitasi, mampu menggali dan menemukan masalah lingkungan
dan perilaku yang berkaitan dengan penyakit berbasis lingkungan,
mampu memberikan saran tindak lanjut perbaikan lingkungan dan
perilaku yang tepat sesuai dengan masalah Para pemuka masyarakat
diberikan penyuluhan tentang promosi kesehatan agar mereka dapat:
Berperan sebagai panutan dalam mempraktikkan PHBS. Turut
menyebarluaskan informasi tentang PHBS dan menciptakan suasana yang
kondusif bagi PHBS. Berperan sebagai kelompok penekan (pressure
group) guna mempercepat terbentuknya PHBS. Pemuka/tokoh diundang
untuk menyampaikan pesan-pesan. Para pemuka/ tokoh berperan sebagai
motivator/kelompok pendorong (pressure group) dan juga panutan
dalam mempraktikkan PHBS di Puskesmas. Pemanfaatan media seperti
billboard di halaman,poster di dinding ruangan, pertunjukan
filem,pemuatan makalah/berita di majalah dinding, serta
penyelenggaraan diskusi, mengundang pakar atau alim-ulama atau
figur publik untuk berceramah, pemanfaatan halaman untuk taman
obat/taman gizi dan lain-lain. Musyawarah Desa/Kelurahan diakhiri
dengan dibentuknya Forum Desa, yaitu sebuah lembaga kemasyarakatan
di mana para pemuka masyarakat desa/kelurahan berkumpul secara
rutin untuk membahas perkembangan dan pengembangan kesehatan
masyarakat desa/kelurahan. Pelatihan penyuluhan mengenai kesehatan
yang ada di desa Mjt Pelatihan pola hidup sehat Pelatihan untuk
berperan aktif dalam pengontrolan taraf kebersihan makanan, udara,
air, dan limbah di desa Mjt
6. Inventarisasi peraturan perundangan terkait.a. Apa peraturan
perundangan yang berhubungan dengan Baku Mutu Lingkungan Hidup (air
dan udara)? Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara Baku mutu udara ambien
untuk wilayah Sumatera Selatan diatur berdasarkan peraturan
Gubernur Sumatera Selatan No. 15 Thun 2005 Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 tentang
Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum Peraturan Menteri
Kesehatan RI No 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas
air minum
b. Apa peraturan perundangan yang berhubungan Lingkungan hidup
(sampah dan limbah)? Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18
Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 33 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pengelolaan Sampah UU
No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan UU No. 23 tahun 1997 tentang
pengelolaan lingkungan hidup UU No. 24 tahun 1992 tentang Penataan
ruang UU No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati
dan ekosistemnya PP No. 27 tahun 1999 tentang analaisis mengenai
dampak lingkungan (AMDAL) PP No. 18 tahun 1999 tentang pengolahan
limbah bahan berbahaya dan beracun PP No. 20 tahun 1999 tentang
pengendalian pencemaran air Keppres Mo. 77 tahun 1994 tentang bedan
pengendalian dampak lingkungan (BAPEDAL) Keputusan Menteri negara
lingkungan Hidup (KEP-39/MENLH/11/1996 tentang jenis usaha atau
kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL Keputusan Menteri
negara lingkungan Hidup (KEP-50/MENLH/11/1996) tentang baku tingkat
kebauanc. Apa peraturan perundangan yang berhubungan dengan Lalu
lintas? UU No. 22 tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan
Umumd. Apa peraturan perundangan yang berhubungan dengan sanitasi
makanan? Kepmenkes RI No. 715/MENKES/SK/V/2003e. Apa peraturan
perundangan yang berhubungan dengan narkoba dan miras?
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 Tentang
Narkotika Keputusan Presiden RI Nomor 3 Tahun 1997 Tentang
Pengawasan dan Pengendalian Minuman beralkohol
IV. KESIMPULANDesa Mjt mengalami masalah kesehatan lingkungan
berupa, pencemaran air, pencemaran udara ambien, pencemaran udara
indoor, penanganan sampah dan limbah, serta masalah traffic safety,
narkoba dan miras sehingga diperlukan Intervensi dan Upaya yang
dilakukan oleh Puskesmas, Dinkes dan Pemerintah untuk memperabaiki
mutu kesehatan lingkungan.V. KERANGKA KONSEP
Desa MjtMasalah Kesehatan LingkunganPromosi Kesehatan1. Kualitas
Air 1. Kualitas Udara Ambien1. Kualitas Udara Indoor1. Sampah dan
Limbah 1. Vector Control 1. Sanitasi Makanan 1. Traffic Safety1.
Narkoba dan MirasA. PuskesmasB.Pemerintah DaerahC. Dinas
Kesehatan
BAB III SINTESISA. Puskesmas1. Pengertian Puskesmas Puskesmas
adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok
(Depkes RI, 1991). Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang
dan tanggungjawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam
wilayah kerjanya. Menurut Kepmenkes RI No. 128/Menkes/SK/II/2004
puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. 2. Manajemen Puskesmas Manajemen
puskesmas dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kegiatan yang
bekerja secara senergik, sehingga menghasilkan keluaran yang
efisien dan efektif. Manajemen puskesmas tersebut terdiri dari
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan dan
pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan diatas merupakan satu kesatuan
yang saling terkait dan berkesinambungan (Depkes RI, 2006). 1.
Perencanaan Puskesmas Arah perencanaan puskesmas adalah mewujudkan
kecamatan sehat 2010. Dalam perencanaan puskesmas hendaknya
melibatkan masyarakat sejak awal sesuai kondisi kemampuan
masyarakat di wilayah kecamatan. Pada dasarnya ada 3 langkah
penting dalam penyusunan perencanaan yaitu : (a) identifikasi
kondisi masalah kesehatan masyarakat dan lingkungan serta fasilitas
pelayanan kesehatan tentang cakupan dan mutu pelayanan, (b)
identifikasi potensi sumber daya masyarakat dan provider, dan (c)
menetapkan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan masalah. Hasil
perencanaan puskesmas adalah Rencana Usulan Kegiatan (RUK) tahun
yang akan datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun
Puskesmas (BPP). Setelah mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan
yang tersedia selanjutnya puskesmas membuat Rencana Pelaksanaan
Kegiatan (RPK). Proses perencanaan dapat menggunakan instrumen
Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP) yang telah disesuaikan dengan
kondisi setempat atau dapat memanfaatkan instrument lainnya. 2.
Penggerakkan Pelaksanaan Puskesmas melaksanakan serangkaian
kegiatan yang merupakan penjabaran lebih rinci dari rencana
pelaksanaan kegiatan. Penyelenggaraan penggerakan pelaksanaan
puskesmas melalui instrumen lokakarya mini puskesmas yang terdiri
dari : a. Lokakarya mini bulanan adalah alat untuk penggerakan
pelaksanaan kegiatan bulanan dan juga monitoring bulanan kegiatan
puskesmas dengan melibatkan lintas program intern puskesmas. b.
Lokakarya mini tribulanan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan
dan monitoring kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas
sektoral, Badan Penyantun Puskesmas atau badan sejenis dan mitra
yang lain puskesmas sebagai wujud tanggung jawab puskesmas perihal
kegiatan. 3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian Untuk
terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian
diperlukan instrumen yang sederhana. Instrumen yang telah
dikembangkan di puskesmas adalah: a. Pemantauan Wilayah Setempat
(PWS) b. Penilaian/Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan
stratifikasi.
B. Penyakit Berbasis Lingkungan Lingkungan tidak mungkin mampu
mendukung jumlah kehidupan yang tanpa batas dengan segala
aktivitasnya. Karena itu, apabila lingkungan sudah tidak mampu lagi
mendukung kehidupan manusia, manusia akan menuai berbagai
kesulitan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah
berdampak pada kualitas daya dukung lingkungan, yang pada akhirnya
akan merusak lingkungan itu sendiri. Eksploitasi sumberdaya yang
berlebihan akan berdampak buruk pada manusia (Anies, 2006).
Pengaruh lingkungan dalam menimbulkan penyakit pada manusia telah
lama disadari, seperti dikemukakan Blum dalam Planing for health,
development and applicationof social change theory, bahwa factor
lingkungan berperan sangat besar dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Sebaliknya kondisi kesehatan masyarakat yang
buruk, termasuk timbulnya berbagai penyakit juga dipengaruhi oleh
lingkungan yang buruk (Anies, 2006). Interaksi manusia dengan
lingkungan telah menyebabkan kontak antara kuman dengan manusia.
Sering terjadi kuman yang tinggal ditubuh host kemudian berpindah
kemanusia karena manusia tidak mampu menjaga kebersihan
lingkungannya. Hal ini tercermin dari tingginya kejadian penyakit
berbasis lingkungan yang masih merupakan masalah kesehatan terbesar
masyarakat Indonesia. Beberapa penyakit yang timbul akibat kondisi
lingkungan yang buruk seperti ISPA, diare, DBD, Malaria dan
penyakit kulit (Depkes RI, 2002). 1. ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut) ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang
berlangsung sampai 14 hari, yang dimaksud dengan saluran pernafasan
adalah mulai dari hidung sampai gelembung paru beserta organ-organ
disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
(Depkes RI, 2001). ISPA disebabkan oleh bakteri Streptococcus
pneumonia, hemophilhillus influenza, asap dapur, sirkulasi udara
yang tidak baik, tempat berkembang biaknya disaluran pernapasan,
ISPA dapat ditularkan melalui udara yang terkontaminasi dengan
bakteri ketika penderita batuk yang terhirup oleh orang sehat masuk
kesaluran pernafasannya (Depkes RI, 2001). ISPA dapat dicegah
dengan cara menjaga sirkulasi udara dalam rumah dengan membuka
jendela setiap hari, menghindari polusi udara di dalam rumah
seperti asap dapur dan asap rokok, tidak padat penghuni di kamar
tidur, menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya (Depkes
RI, 2001). 2. Diare Diare adalah buang air besar lembek sampai
encer yang lebih dari 3 kali dalam satu hari. Diare dapat
disebabkan oleh bakteri/virus seperti : Rotavirus, Escherrichia
Coli Enterotoksigenik (ETEC), Shigella, Compylobacter Jejuni,
Cryptospondium (Depkes RI, 2001). Diare karena bakteri Escherrichia
Coli (E.Coli) disebabkan oleh bakteri E.Coli , tempat berkembang
biak bakteri ini adalah dalam tinja manusia, cara penularan melalui
makanan yang terkontaminasi dengan bakteri E.Coli yang dibawa oleh
lalat yang hinggap pada tinja yang dibuang sembarangan, melalui
minum air yang terkontaminasi bakteri E.Coli yang tidak dimasak
sampai mendidih, melalui tangan yang terkontaminasi bakteri E.Coli
karena sudah buang air besar tidak mencuci tangan dengan sabun
(Depkes RI, 2001). Cara pencegahan diare dapat dilakukan antara
lain : menutup makanan agar tidak dihinggapi lalat, tidak buang air
besar sembarangan, mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan
makanan dan setelah buang air besar, mencuci bahan makanan dengan
air bersih, memasak air sampai mendidih dan menggunakan air bersih
yang memenuhi syarat (Depkes RI, 2001). 3. Demam Berdarah Dengue
(DBD) Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti, dengan cara seseorang yang
dalam darahnya mengandung virus Dengue bila digigit nyamuk akan
terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk dan berkembang biak,
kemudian masuk ke dalam kelenjar air liur nyamuk setelah satu
minggu di dalam tubuh nyamuk, bila nyamuk menggigit orang sehat
akan menularkan virus Dengue, virus ini tetap berada di dalam tubuh
nyamuk sehingga dapat menularkan kepada orang sehat lainnya (Depkes
RI, 2001). Nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di dalam dan di
luar rumah seperti ember, drum, tempayan, tempat penampungan air
bersih, vas bunga, kaleng bekas yang berisi air bersih bak mandi,
lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, potongan
bambu yang dapat menampung air (Depkes RI, 2001). Upaya praktis
yang dapat dilakukan dalam pengendalian vector dan pemberantasan
penyakit DBD adalah sebagai berikut (Anies, 2006) : 1. Menguras
tempat penyimpanan air seperti bak mandi, drum, gantilah air di vas
bunga serta di tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu
sekali. 2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum dan
tempayan agar nyamuk tidak dapat masuk dan berkembang biak. 3.
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti
kaleng bekas, ban bekas, botol bekas. 4. Tutuplah lubang pagar pada
pagar bambu dengan tanah atau adukan semen. 5. Jangan meletakkan
pakaian digantungan di tempat terbuka misalnya di belakang pintu
kamar agar nyamuk tidak hinggap. 6. Untuk tempat penampungan air
yang sulit dikuras taburkan bubuk abate ke dalam genangan air
tersebut, untuk membunuh jentik-jentik nyamuk, ulangi hal ini
setiap 2-3 bulan sekali. Takaran penggunaan bubuk abate, untuk 10
liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate. 7. Perlindungan diri
terhadap gigitan nyamuk misalnya dengan menggunakan anti nyamuk dan
memakai kelambu yang diberi intektisida pada saat tidur. 4. Malaria
Penyakit malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit dari
genus Plasmodium yang termasuk golongan protozoa, yang penularannya
melalui vector nyamuk Anopheles spp, dengan gejala demam, pening,
lemas, pucat, nyeri otot, menggigil, suhu bias mencapai 40C
terutama pada infeksi Plasmodium falcifarum. Di Indonesia terdapat
4 spesies Plasmodium yaitu (Achmadi 2008) : 1. Plasmodium vivax,
memiliki distribusi geografis terluas, termasuk wilayah beriklim
dingin, subtropik hingga daerah tropic. Demam terjadi setiap 48 jam
atau setiap hari ketiga, pada waktu siang atau sore. Masa inkubasi
Plasmodium vivak antara 12 hingga 17 hari dan salah satu gejala
adalah pembengkakan limpa atau splenomegali. 2. Plasmodium
falciparum, merupakan penyebab malaria tropika secara klinik berat
dan dapat menimbulkan berupa malaria cerebral dan fatal. Masa
inkubasi malaria tropika sekitar 12 hari, dengan gejala nyeri
kepala, pegal linu, demam tidak begitu nyata serta kadang dapat
menimbulkan gagal ginjal. 3. Plasmodium ovale, masa inkubasi
malaria dengan penyebab Plasmodium ovale adalah 12 hngga 17 hari,
dengan gejala setiap 48 jam, relatif ringan dan sembuh sendiri. 4.
Plasmodium malariae merupakan penyebab malaria guartana yang
memberikan gejala demam setiap 72 jam, malaria jenis ini umumnya
terdapat pada daerah gunung dataran rendah pada daerah tropic.
Biasanya berlangsung tanpa gejala dan ditemukan secara tidak
sengaja namun malaria jenis ini sering mengalami kekambuhan.
Beberapa faktor ligkungan sangat berperan dalam berkembangbiaknya
nyamuk sebagai vector penular malaria, faktor-faktor tersebut
antara lain, lingkungan fisik seperti suhu udara, suhu udara
mempengaruhi panjang pendeknya masa inkubasi ekstrinsik yaitu
pertumbuhan fase sporogoni dalam perut nyamuk. Kelembaban udara
yang rendah, akan memperpendek umur nyamuk, hujan yang diselingi
panas semakin besar kemungkinan perkembangbiakannya (Achmadi,
2008). Tempat berkembangbiak nyamuk Anopheles antara lain : kolam
ikan yang tidak dipakai lagi, bekas galian tanah atau pasir yang
terisi air hujan, batang bambu yang dapat menampung air hujan,
kaleng bekas, ban bekas yang dapat menampung air hujan serta
saluran air yang tidak mengalir (Depkes RI, 2001). Lingkungan
biologi juga berperan dalam perkembangbiakan vector penular
malaria, misalnya ada lumut, ganggang berbagai tumbuhan air yang
membuat Anopheles sundaicus merasa nyaman untuk membesarkan anak
keturunannya berupa telur dan larva (Achmadi, 2008). Penyakit
malaria dapat menular dengan cara nyamuk malaria menggigit dan
menghisap darah orang yang sakit malaria, parasit di dalam tubuh
manusia masuk ke dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut
berkembangbiak dalam tubuh nyamuk dan menjadi matang dalam waktu
10-14 hari, setelah parasit matang, jika nyamuk menggigit manusia
sehat maka parasit malaria akan masuk ke dalam tubuh orang yang
sehat, maka orang yang sehat akan menjadi sakit (Depkes RI, 2001).
Malaria dapat dicegah dengan membasmi tempat perindukan nyamuk
seperti menyebarkan ikan pemakan jentik, membersihkan semak belukar
di sekitar rumah, mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung
air hujan, membersihkan tempat air minum burung dan vas bunga
secara teratur, menimbun atau mengalirkan air yang tergenang,
membersihkan tambak, empang serta saluran irigasi dari tumbuhan air
(Depkes RI, 2001). Pencegahan malaria juga dapat dilakukan dengan
memasang kasa nyamuk dan jendela, memasang kelambu yang
berinsektisida waktu tidur pada malam hari, menggunakan anti
nyamuk, jangan bergadang pada malam hari serta menutup seluruh
badan jika diluar rumah pada malam hari (Depkes RI, 2001). 5.
Penyakit Kulit Penyakit kuliat atau sering disebut dengan
kudis/scabies/gudik/budukan yang disebabkan oleh tungau atau
sejenis kutu yang sangat kecil (Sarcoptes Scabies), tempat
berkembangbiaknya adalah dilapisan tanduk kulit dan membuat
terowongan dibawah kulit sambil bertelur. Penularannya dapat
melalui kontak langsung dengan penderita dan dapat pula ditularkan
melalui perantara seperti baju, handuk, sprei yang digunakan
penderita kemudian digunakan oleh orang sehat, pencegahan dapat
dilakukan dengan menghindar menukar baju, handuk, lingkungan tidak
terlalu padat, menjaga kebersihan lingkungan dan personal hygiene
(Depkes RI, 2001). C. Upaya Kesehatan Lingkungan Kesehatan
lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan
lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Soekidjo, 2007).
Adapun tujuan dilakukannya upaya kesehatan lingkungan adalah untuk
menanggulangi dan menghilangkan unsur-unsur fisik pada lingkungan
sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak menjadi faktor
resiko timbulnya penyakit menular dimasyarakat (Muninjaya, 2004).
Untuk menilai keadaan lingkungan dan upaya yang dilakukan untuk
menciptakan lingkungan sehat telah dipilih beberapa indikator,
yaitu persentase rumah sehat, persentase keluarga yang memiliki
akses air bersih dan air minum, jamban sehat, saluran pembuangan
air limbah, tempat pembuangan sampah serta Tempat-Tempat Umum dan
Pengolahan Makanan (TTUPM). Beberapa upaya untuk memperkecil resiko
turunnya kualitas lingkungan telah dilaksanakan oleh berbagai
instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi dasar,
pemantauan dan penataan lingkungan, pengukuran dan pengendalian
kualitas lingkungan (Dinkes Dumai, 2008). 1. Perumahan Rumah adalah
salah satu persyaratan pokok bagi kehidupan manusia. Perumahan yang
baik terdiri dari kumpulan rumah yang dilengkapi dengan berbagai
fasilitas pendukungnya seperti sarana jalan, saluran air kotor,
tempat sampah, sumber air bersih, lampu jalan, dan lain-lain.
Standar arsitektur bangunan terutama untuk perumahan umum pada
dasarnya ditujukan untuk menyediakan rumah tinggal yang cukup baik
dalam bentuk desain, letak dan luas ruangan, serta fasilitas
lainnya agar dapat memenuhi kebutuhan keluarga atau dapat memenuhi
persyaratan rumah tinggal yang sehat dan menyenangkan (Budiman,
2006). Adapun kriteria rumah sehat yang tercantum dalam Residential
Environment dari WHO (1974) antara lain : 1. Harus dapat melindungi
dari hujan, panas, dingin dan berfungsi sebagai tempat istirahat.
2. Mempunyai tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus dan
kamar mandi. 3. Dapat melindungi dari bahaya kebisingan dan bebas
dari pencemaran. 4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya. 5.
Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh, dan dapat melindungi
penghuninya dari gempa, keruntuhan dan penyakit menular. 6. Memberi
rasa aman dan lingkungan tetangga yang asri. Sementara itu,
kriteria rumah menurut Winslow antara lain : 1. Dapat memenuhi
kebutuhan fisiologis. Terdapat beberapa variabel yang perlu
diperhatikan didalam pemenuhan kebutuhan fisiologis yang berkaitan
dengan perumahan, diantaranya : a. Suhu ruangan. Suhu ruangan harus
dijaga agar jangan banyak berubah. Suhu sebaiknya tetap berkisar
antara 18-20C. Suhu ruangan ini sangat dipengaruhi oleh : suhu
udara luar, pergerakan udara, kelembaban udara, suhu benda-benda
yang ada disekitarnya. b. Penerangan. Rumah harus cukup mendapatkan
penerangan baik pada siang maupun malam hari. Idealnya, penerangan
didapat dengan bantuan listrik. Setiap ruangan diupayakan mendapat
sinar matahari terutama dipagi hari. c. Ventilasi. Pertukaran udara
yang cukup menyebabkan udara tetap segar (cukup mengandung
oksigen). Dengan demikian, setiap rumah harus memiliki jendela yang
memadai. Luas jendela secara keseluruhan kurang dari 15% dari luas
lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat
mengalir bebas jika jendela dan pintu dibuka. d. Jumlah ruangan
atau kamar. Ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan jumlah
penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama didalam satu rumah
atau sekitar 5 m per orang. 2. Dapat memenuhi kebutuhan psikologis.
Disamping kebutuhan fisiologis, terdapat kebutuhan psikologis yang
harus dipenuhi dan diperhatikan berkaitan dengan sanitasi rumah.
Kebutuhan tersebut, antara lain : a. Keadaan rumah dan sekitarnya,
cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan sehingga rumah
tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat. b.
Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga
yang tinggal dirumah tersebut. c. Untuk setiap anggota keluarga,
terutama yang mendekati dewasa, harus memiliki ruangan sendiri
sehingga privasinya tidak terganggu. d. Harus ada ruangan untuk
hidup bermasyarakat, seperti ruang untuk menerima tamu. 3. Dapat
menghindarkan dari terjadinya kecelakaan atau kebakaran. Ditinjau
dari faktor bahaya kecelakaan ataupun kebakaran, rumah yang sehat
dan aman harus dapat menjauhkan penghuninya dari bahaya tersebut.
Adapun kriteria yang harus dipenuhi dari perspektif ini, antara
lain : a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat
sehingga tidak mudah runtuh. b. Memiliki sarana pencegahan kasus
kecelakaan di sumur, kolam dan tempat-tempat lain terutama untuk
anak-anak. c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak
mudah terbakar. d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang
menggunakan gas. e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air. 4.
Dapat menghindarkan dari terjadinya penularan penyakit. Rumah atau
tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung terjadinya
penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti : infeksi
saluran nafas, infeksi pada kulit, infeksi saluran pencernaan,
kecelakaan, dan gangguan mental. 2. Penyediaan Air Bersih Air
merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, juga manusia selama
hidupnya selalu memerlukan air. Dengan demikian semakin naik jumlah
penduduk dan laju pertumbuhannya semakin naik pula laju pemanfaatan
sumber-sumber air. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
yang semakin meningkat diperlukan industrialisasi yang dengan
sendirinya akan meningkatkan lagi aktivitas penduduk serta beban
penggunaan sumber daya air. Beban pengotoran air juga akan
bertambah cepat sesuai dengan cepatnya pertumbuhan. Sebagai
akibatnya saat ini sumber air minum dan air bersih semakin langka
(Soemirat, 2007). Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat,
penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan
timbulnya penyakit dimasyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air
setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter. Kebutuhan
air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar
kehidupan dan kebiasaan masyarakat. Bagi manusia air minum adalah
salah satu kebutuhan utama, manusia mengunakan air untuk berbagai
keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi pangan, papan dan
sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dapat dibawa oleh air
kepada manusia pada saat memanfaatkannya, maka tujuan utama
penyediaan air minum/bersih bagi masyarakat adalah untuk mencegah
penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan, bahwa semakin
banyak liputan masyarakat dengan air bersih, semakin turun
morbiditas penyakit bawaan air ini (Soemirat, 2007). Penyakit yang
menyerang manusia dapat ditularkan dan menyebar secara langsung
maupun tidak langsung melalui air. Penyakit yang ditularkan melalui
air disebut sebagai waterborne disease atau water-related disease.
Berdasarkan cara penularannya, mekanisme penularan penyakit terbagi
menjadi empat, yaitu : 1. Waterborne mechanism, didalam mekanisme
ini, kuman patogen dalam air yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia ditularkan kepada manusia melalui mulut atau sistem
pencernaan. 2. Waterwashed mechanism, mekanisme penularan semacam
ini berkaitan dengan kebersihan umum dan perseorangan. Pada
mekanisme ini terdapat tiga cara penularan, yaitu : (a) infeksi
melalui alat pencernaan, (b) infeksi melalui kulit dan mata dan (c)
penularan melalui binatang pengerat. 3. Water-based mechanism,
penyakit yang ditularkan dengan mekanisme ini memiliki agen
penyebab yang menjalani sebagian siklus hidupnya didalam tubuh
vektor atau sebagai intermediate host yang hidup didalam air. 4.
Water-related insect vector mechanism, agen penyakit ditularkan
melalui gigitan serangga yang berkembang biak didalam air.
Agar air minum tidak menyebabkan penyakit, maka air tersebut
hendaknya diusahakan memenuhi persyaratan-persyaratan kesehatan,
setidak-tidaknya diusahakan mendekati persyaratan tersebut. Air
yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai berikut : 1. Syarat
fisik. Persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah tidak
berwarna, tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara
mengenal air yang memenuhi persyaratan fisik ini tidak sukar. 2.
Syarat bakteriologis. Air untuk keperluan minum yang sehat harus
bebas dari segala bakteri, terutama bakteri patogen. Cara ini untuk
mengetahui apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri patogen,
adalah dengan memeriksa sampel (contoh) air tersebut. 3. Syarat
kimia. Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu dalam
jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat
kimia dalam air, akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.
Penyediaan air bersih, selain kualitasnya, kuantitasnya pun harus
memenuhi standar yang berlaku. Untuk ini perusahaan air minum,
selalu memeriksa kualitas airnya sebelum didistribusikan kepada
pelanggan. Karena air baku belum tentu memenuhi standart, maka
seringkali dilakukan pengolahan air untuk memenuhi standart air
minum (Soemirat, 2007). Pengolahan air minum dapat sangat sederhana
sampai sangat kompleks, tergantung dari kualitas air bakunya.
Apabila air bakunya baik, maka mungkin tidak diperlukan pengolahan
sama sekali. Apabila hanya ada kontaminasi kuman, maka desinfeksi
saja cukup. Dan apabila air baku semakin jelek kualitasnya maka
pengolahan harus lengkap, yakni melalui proses koagulasi,
sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi (Soemirat, 2007). Air minum
yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau. Air minumpun seharusnya tidak mengandung kuman
pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia.
Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak
dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis
(Soemirat, 2007). 3. Jamban Sehat Ekskreta manusia yang terdiri
atas feses dan urine merupakan hasil akhir dari proses yang
berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan
pembuangan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Zat-zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh tersebut berbentuk tinja dan air seni
(Budiman, 2007). Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding
dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia
meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah
pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk
sedini mungkin diatasi. Karena kotoran manusia (feses) adalah
sumber penyebaran penyakit yang multikompleks (Soekidjo, 2007).
Peranan tinja di dalam penyebaran penyakit sangat besar, disamping
dapat langsung mengkontaminasi makanan, minuman, sayuran dan
sebagainya, juga air, tanah, serangga dan bagian-bagian tubuh kita
dapat terkontaminasi oleh tinja-tinja tersebut (Soekidjo, 2007).
Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan
cepatnya pertambahan penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran
penyakit yang ditularkan melalui tinja. Beberapa penyakit yang
dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain : tifus, disentri,
kolera, schistosomiasis dan sebagainya (Soekidjo, 2007). Untuk
mencegah dan mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya
pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang
sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila
memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut (Soekidjo, 2007) :
1. Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut 2.
Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya 3. Tidak mengotori air
tanah di sekitarnya 4. Tidak terjangkau oleh serangga terutama
lalat dan kecoa dan binatang-binatang lainnya 5. Tidak menimbulkan
bau 6. Mudah digunakan dan dipelihara 7. Sederhana desainnya 8.
Murah 9. Dapat diterima oleh pemakainya
Teknologi pembuangan kotoran manusia untuk daerah pedesaan sudah
tentu berbeda dengan teknologi jamban di daerah perkotaan. Oleh
karena itu, teknologi jamban di daerah pedesaan disamping harus
memenuhi persyaratan jamban sehat juga harus didasarkan pada
sosiobudaya dan ekonomi masyarakat pedesaan (Soekidjo, 2007).
Pengelolaan tinja manusia dapat dilakukan didalam septik tank. Di
dalam septik tank tinja akan dikonversi sacara anaerobik menjadi
biogas (campuran gas Carbindioksida dan gas Metan). Diharapkan
dengan penyedian jamban yang sehat dan pengelolaan tinja secara
tepat, angka kejadian penyakit bawaan air dapat diminimalkan
(Ricki, 2005). 4. Pengelolaan air limbah Air limbah atau air
buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah
tangga, industri maupun tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya
mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi
kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. Batasan lain
mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran
dan industri, bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air
hujan yang mungkin ada (Kusnoputranto, 1985). Dari batasan tersebut
dapat disimpulkan bahwa air buangan adalah air yang sisa dari
kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain
seperti industri, perhotelan dan sebagainya. Meskipun merupakan air
sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dari air yang
digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut
dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya
air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan digunakan
oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air buangan ini harus dikelola
atau diolah secara baik (Soekidjo, 2007). Air limbah ini berasal
dari berbagai sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan
menjadi : 1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga, yaitu
air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air
limbah ini terdiri dari ekskreta (tinja dan air seni), air bekas
cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari bahan-bahan
organik. 2. Air buangan industri, yang berasal dari berbagai jenis
industri akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya
sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh
masing-masing industri. Oleh sebab itu pengolahan jenis air limbah
ini agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3. Air buangan kotapraja, yaitu air buangan yang berasal dari
daerah : perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat
umum, tempat ibadah dan sebagainya. Pada umumnya zat yang
terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan air limbah rumah
tangga. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungannya.
Beberapa dampak buruk tersebut antara lain : gangguan kesehatan,
penurunan kualitas lingkungan, gangguan terhadap keindahan dan
gangguan terhadap kerusakan benda (Ricki, 2005). Pada awalnya
tujuan dari pengolahan air limbah adalah untuk menghilangkan
bahan-bahan tersuspensi dan terapung, pengolahan bahan organik
biodegradable serta mengurangi organisme patogen. Namun sejalan
dengan perkembangannya, tujuan pengelolaan air limbah sekarang ini
juga terkait dengan aspek estetika dan lingkungan (Ricki, 2005).
Pengolahan air limbah dapat dilakukan secara alamiah maupun dengan
bantuan peralatan. Pengolahan air limbah secara alamiah biasanya
dilakukan dengan bantuan kolam stabilisasi. Kolam stabilisasi
sangat direkomendasikan untuk pengolahan air limbah di daerah
tropis dan negara berkembang sebab biaya yang diperlukan untuk
membuatnya relatif murah tetapi membutuhkan area yang luas. Kolam
stabilisasi yang umumnya digunakan adalah kolam anaerobik
(anaerobic pond), kolam fakultatif (facultative pond) dan kolam
maturasi (aerobic/maturation pond). Kolam anaerobik biasanya
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kandungan bahan organik
yang sangat pekat, sedangkan kolam maturasi biasanya digunakan
untuk memusnahkan mikroorganisme patogen di dalam air limbah
(Ricki, 2005). Pengolahan air limbah dengan bantuan peralatan
biasanya dilakukan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Di
dalam IPAL, biasanya proses pengolahan dikelompokkan sebagai
pengolahan pertama (primary treatment), pengolahan kedua (secondary
treatment) dan pengolahan lanjutan (tertiary treatment) (Ricki,
2005). 5. Pengelolaan Sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda
padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat
yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang.
Para ahli kesehatan masyarakat membuat batasan sampah (waste)
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya (Soekidjo, 2007). Agar dapat
mempermudah pengelolaannya, sampah dapat dibedakan atas dasar
sifat-sifat biologis dan kimianya, sebagai berikut (Soemirat,
2006): 1. Sampah yang dapat membusuk, seperti sisa makanan, daun,
sampah kebun, pertanian dan lainnya. 2. Sampah yang tidak membusuk
seperti kertas, plastik, karet, gelas, logam dan lainnya. 3. Sampah
yang berupa debu atau abu. 4. Sampah yang berbahaya terhadap
kesehatan, seperti sampah-sampah berasalkan industri yang
mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis berbahaya. Sampah ini
dalam bahasa inggris disebut garbage, yaitu yang mudah membusuk
karena aktivitas mikroorganisme. Dengan demikian pengelolaannya
menghendaki kecepatan, baik dalam pengumpulan maupun dalam
pembuangannya. Bagi lingkungan sampah jenis ini relatif kurang
berbahaya karena dapat terurai dengan sempurna menjadi zat-zat
organik yang berguna bagi fotosintesa tumbuh-tumbuhan. Sampah yang
tidak membusuk, dalam bahasa inggris disebut refuse. Sampah ini
apabila memungkinkan sebaiknya didaur ulang sehingga dapat
bermanfaat kembali baik melalui suatu proses ataupun secara
langsung. Apabila tidak dapat didaur ulang, maka diperlukan proses
untuk memusnahkannya, seperti pembakaran. Sampah berupa debu atau
abu hasil pembakaran, baik pembakaran bahan bakar ataupun sampah
tentunya tidak membusuk, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mendatarkan tanah atau penimbunan. Selama tidak mengandung zat yang
beracun, maka abu ini pun tidak terlalu berbahaya terhadap
lingkungan dan masyarakat. Yang dimaksud dengan sampah berbahaya
(B3) adalah sampah yang karena jumlahnya, atau konsentrasinya, atau
karena sifat kimiawi, fisika dan mikrobiologinya dapat (a)
meningkatkan mortalitas dan morbiditas secara bermakna atau
menyebabkan penyakit yang tidak reversible, (b) berpotensi
menimbulkan bahaya sekarang maupun di masa yang akan datang
terhadap kesehatan ataupun lingkungan apabila tidak diolah,
ditransport, disimpan dan dibuang dengan baik. Sampah, baik
kualitas maupun kuantitasnya sangat dipengaruhi oleh berbagai
kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting
antara lain adalah: 1. Jumlah penduduk. Dapat dipahami dengan mudah
bahwa semakin banyak penduduk, semakin banyak pula sampahnya.
Pengelolaan sampah ini pun berpacu dengan laju pertambahan
penduduk. 2. Keadaan sosial ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial
ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang
dibuang. Kualitas sampahnya pun semakin banyak bersifat tidak dapat
membusuk. Perubahan kualitas sampah ini, tergantung pada bahan yang
tersedia, peraturan yang berlaku serta kesadaran masyarakat akan
persoalan persampahan. 3. Kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi
akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karena pemakaian bahan
baku yang semakin beragam. Penyakit bawaan sampah sangat luas dan
dapat berupa penyakit menular dan tidak menular, dapat juga berupa
akibat kebakaran, keracunan dan lain-lain. Oleh sebab itu dapat
dipahami bahwa pengelolaan sampah perlu didasarkan atas berbagai
pertimbangan, yaitu : untuk mencegah terjadinya penyakit,
konservasi sumber daya alam, mencegah gangguan estetika, memberi
intensif untuk daur ulang atau pemanfaatan, dan bahwa kuantitas dan
kualitas sampah akan meningkat (Soemirat, 2006). Untuk dapat
mengatasi dan mengurangi produksi sampah kita dapat melakukan
teknik pembuangan sampah. Teknik pembuangan sampah dapat dilihat
mulai dari sumber sampah sampai pada tempat pembuangan akhir
sampah. Baik dari segi kualitas maupun kuantitas dengan :
meningkatkan pemeliharaan dan kualitas barang sehingga tidak cepat
menjadi sampah, meningkatkan efisiensi pengunaan bahan baku, dan
meningkatkan pengunaan bahan yang dapat terurai secara alamiah.
Semua usaha ini memerlukan kesadaran masyarakat serta peran
sertanya (Soemirat, 2006). Selanjutnya pengelolaan ditujukan pada
pengumpulan sampah mulai dari produsen sampai pada tempat
pembuangan akhir (TPA) dengan membuat tempat penampungan sampah
sementara (TPS), transportasi yang sesuai lingkungan dan
pengelolaan pada TPA. Sebelum dimusnahkan, sampah dapat pula diolah
dahulu baik untuk memperkecil volume, untuk didaur ulang atau
dimanfaatkan kembali. 6. Sanitasi Tempat-Tempat Umum Tempat-tempat
umum memiliki potensi sebagai tempat terjadinya penularan penyakit,
pencemaran lingkungan, ataupun gangguan kesehatan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan sanitasi terhadap tempat-tempat umum
dilakukan untuk mewujudkan lingkungan tempat-tempat umum yang
bersih guna melindungi kesehatan masyarakat dari kemungkinan
penularan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya (Budiman, 2006).
Tempat atau sarana layanan umum yang wajib menyelenggarakan
sanitasi lingkungan antara lain, tempat umum atau sarana umum yang
dikelola secara komersial, tempat yang memfasilitasi terjadinya
penularan penyakit, atau tempat layanan umum yang intensitas jumlah
dan waktu kunjungannya tinggi. Tempat umum semacam itu meliputi
hotel, terminal angkutan umum, pasar tradisiona