LAPORAN PLENO TUTORIAL ANGKATAN 2010 BLOK XIX “TUMBUH KEMBANG ANAK & GERIATRI” “SKENARIO A – MARASMUS” Tutorial 2 Tutor : dr. RA Tanzilla Anin Kalma Perdani 702010009 Ajeng Dwinta Lestari 702010014 Meitriana Putri M.J 702010017 Ririn Amelia Oktariani 702010029 Rizki Amalia 702010036 Octia Yudiantin 702010048 Sigit Rahmad 702010054 Ricky Dwi Putra 702010056 Shafa Husnul Khatimah 702010060 Agis Mira Dewi 702009057 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PLENO TUTORIAL
ANGKATAN 2010
BLOK XIX “TUMBUH KEMBANG ANAK & GERIATRI”
“SKENARIO A – MARASMUS”
Tutorial 2
Tutor : dr. RA Tanzilla
Anin Kalma Perdani 702010009
Ajeng Dwinta Lestari 702010014
Meitriana Putri M.J 702010017
Ririn Amelia Oktariani 702010029
Rizki Amalia 702010036
Octia Yudiantin 702010048Sigit Rahmad 702010054
Ricky Dwi Putra 702010056
Shafa Husnul Khatimah 702010060
Agis Mira Dewi 702009057
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Jalan Jenderal Ahmad Yani Talang Banten Kampus-B
13 Ulu Telp. 0711-7780788
PALEMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pleno Tutorial Blok XIX –
Tumbuh Kembang Anak dan Geriatri - yang berjudul “Skenario A – Marasmus”
sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat beriring salam selalu tercurah kepada
junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan
pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di masa
mendatang.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr. RA. Tanzila, selaku pembimbing Tutorial 2
4. Teman-teman sejawat
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga proposal ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, Juni 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman cover ……………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………………
ii
Daftar Isi ……………………………………………………………………………….
iii
BAB I : Pendahuluan .............................................................................................
1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………….
1
1.2 Maksud dan Tujuan ……………………………………………….
1
BAB II : Pembahasan ..............................................................................................
bertujuan agar protein dalam susu formula muda dicerna.
- Asam amino di dalam susu formula juga mengacu pada komposisi ASI
- Penambahan zat besi, bertujuan untuk mencegah anemia defisiensi besi
pada anak yang tidak minum ASI/hanya minum ASI sebagian, sebbab zat
besi penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak.
- Penambahan LCPUFAs (AA dan DHA) juga mengacu pada komposisi
ASI, yang berfungsi sebagai bagian fosfolipid yang mempengaruhi struktur
dan fungsi membran sel sebagai prekuersor pada biosintesis golongan
eicanasoid seperti prostaglandin, tromboksan, dan leukotrin; merupakan
asam lemak utama pada otak dan retina.
- Nuklotida, berfungsi pada sistem imun seperti maturasi sel T, aktifasi
makrofag, sitokin, aktivitas sel natural killer dan respon imun pada
imunisasi.
- Taurin, asam amino esensial yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mata dan
otak serta konjugasi bilirubin.
- Laktoferin, untuk meningkatkan kekebalan bayi yang minum susu formula,
merupakan senyawa glikoprotein yang mengikat besi, yang terdapat pada
SI, air mata, saliva, sekresi mucus, dan leukosit, berfungsi mengikat besi
bebas yang sering digunakan untuk pertumbuhan bakteri, virus dan jamur,
sehingga tidak tersedia zat besi untuk pertumbuhan.
6. Riwayat kehamilan dan persalinan:
Rudi anak pertama dari ibu usia 22 tahun. Selama kehamilan ibu
sehat dan periksa hamil teratur ke bidan. Lahir spontan pada
kehamilan 38 minggu. Segera lahir langsung menangis, skor APGAR
1 menit 9 dan 5 menit 10. Berat badan lahir 2500 gram. Panjang
badan lahir 48 cm. Lingkar kepala lahir 33 cm.
a. Bagaimana interpretasi riwayat kehamilan dan persalinan?
Lingkar kepala normal bayi baru lahir 33-35 cm.
Berat badan lahir normal 2500
Panjang badan normal 45-55cm
b. Apa hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan keluhan
Rudi?
Tidak ada hubungan riwayat kehamilan dan persalinan dengan keluhan
yang sekarang sedang diderita oleh Rudi, karena berdasarkan
interpretasinya riwayat kehamilan dan persalinan Rudi normal. Bukan
merupakan faktor pencetus arau predisposisi dari kondisi kesehatan
Rudi sekarang.
7. Riwayat pertumbuhan:
Usia 1 bulan : 3,25 kg
Usia 2 bulan : 4 kg
Usia 6 bulan : 5 kg
Usia 12 bulan: 6 kg
Umur Berat badan (kg) Panjang badan
(cm)
Lingkar kepala
(cm)
1 Bulan 3.0 – 4.3 49.8 – 54.6 33 – 39
2 Bulan 3.6 – 5.2 52.8 – 58.1 35 – 41
3 Bulan 4.2 – 6.0 55.5 – 61.1 37 – 43
4 Bulan 4.7 – 6.7 57.8 – 63.7 38 – 44
5 Bulan 5.3 – 7.3 59.8 – 65.9 39 – 45
6 Bulan 5.8 – 7.8 61.6 – 67.8 40 – 46
7 Bulan 6.2 – 8.3 63.2 – 69.5 40.5 – 46.5
8 Bulan 6.6 – 8.8 64.6 – 71.0 41.5 – 47.5
9 Bulan 7.0 – 9.2 66.0 – 72.3 42 – 48
10 Bulan 7.3 – 9.5 67.2 – 73.6 42.5 – 48.5
11 Bulan 7.6 – 9.9 68.5 – 74.9 43 – 49
12 Bulan 7.8 – 10.2 69.6 – 76.1 43.5 – 49.5
Dari table diatas berat badan yang tidak normal diderita Rudi semenjak
Usia 6 bulan.
8. Riwayat perkembangan: tengkurap 4 bulan, bisa berbalik sendiri usia 5
bulan, bisa duduk usia 10 bulan, berdiri usia 18 bulan.
a. Bagaimana interpretasi riwayat perkembangan?
Keterlambatan pada duduk seharusnya usia 6-9 bulan, dan berdiri
seharusnya pada usia 9-12 bulan.
9. Riwayat imunisasi: belum pernah imunisasi.
b. Bagaimana interpretasi riwayat imunisasi?
Umur Vaksin Keterangan
Saat lahir
Hepatitis B-1
HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan. Apabila status HbsAg-B ibu positif, dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5 ml bersamaan dengan vaksin HB-1. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisivirus vaksin kepada bayi lain)
1 Hepatiti Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2
BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2 bulan
DTP-1 DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Hib-1 Hib-1 diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-1.
Polio-1 Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-14 bulan
DTP-2 DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2 (PRP-T).
Hib-2 Hib-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
Polio-2 Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-26 bulan
DTP-3 DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-3 (PRP-T).
Hib-3 Apabila mempergunakan Hib-OMP, Hib-3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3 Polio-3 diberikan bersamaan dengan DTP-3 Hepatiti
s B-3HB-3 diberikan umur 6 bulan. Untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.
9 bulan
Campak-1
Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupakan program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapatkan MMR pada umur 15 bulan, campak-2 tidak perlu diberikan.
15-18 bulan
MMR Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hib-4 Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).18 bulan
DTP-4 DTP-4 (DTwp atau DTap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
Polio-4 Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4.2 tahun
Hepatitis A
Vaksin HepA direkomendasikan pada umur > 2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.
2-3 tahun
Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur > 2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahun
DTP-5 DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwp/DTap)
Polio-5 Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5.6 tahun.
MMR Diberikan untuk catch-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1.
10 tahun
dT/TT Menjelang pubertas, vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan imunitas selama 25 tahun.
Varisela Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.
Jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila penyebab marasmus yang
lain telah disingkirkan.
Penyapihan
Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian makanan
yang kurang akan menimbulkan marasmus.
Urbanisasi
Urbanisasi mempengaruhi dan merupakan predisposisi untuk
timbulnya marasmus; meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula
perubahan kebiasaan penyapihan dini dan kemudi-an diikuti dengan
pemberian susu manis dan susu yang terlalu encer akibat dari tidak
mampu membeli susu; dan bila disertai dengan infeksi berulang,
terutama gastro enteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam
marasmus.
15. Bagaimana tatalaksana untuk kasus ini ?
Jawab:
1. Tahapan Managemen
10 tahapan managemen terapi pada anak dengan malnutrisi
a. Obati hipoglikemia
b. Obati hipotermia
c. Obati dehidrasi
d. Perbaiki keseimbangan elektrolit
e. Obati infeksi
f. Perbaiki defisiensi mikronutrien
g. Mulai memberikan formula 75
h. Mengejar pertumbuhan terlambat (catch-up growth)
i. Merangsang emosional dan perkembangan sensorial
j. Persiapan untuk pulang
2. Lihat kondisi pasien apakah ada shock, letargi, dehidrasi
→ pada pasien ini, tidak ada letargi, syok dan dehidrasi ringan sehingga
termasuk kelompok V→ tatalaksana kelompok V
3. Tindakan pertama adalah stabilisasi
a. Stabilisasi awal (12 jam)
1) Pada 2 jam pertama
Hipoglikemia : larutan gula (sugar solution) 10 % sebanyak
50 cc (diberikan tiap setengah jam)
Hipotermia : bayi diselimuti, dimasukkan dalam bok yang
ada lampu penghangatan atau penghangatan dengan cara skin
to skin kontak antara ibu dan bayi
Antibiotik : kootrimiksazol
Mikronutrien : vit. A 1 kapsul biru atau 100.000 IU satu
kali sehari
2) Pada 10 jam kedua
Mulai diberikan formula 75 tiap 2 jam tanpa resomal
b. Stabilisasi lanjutan (24 jam)
1) Pemberian F 75 sebanyak 12x/hari
2) Pemberian F 75 sebanyak 8x/hari
3) Pemberian F 75 sebanyak 6x/hari
4. Transisi
a. Pada 2 hari pertama → berikan F 100 6x/hari sejumlah F 75 yang
diberikan terakhir kali
b. Naikkan 10 ml tiap kali makan hingga bayi tidak sanggup lagi
menghabiskannya. Kemudian berikan F 100 6x150 ml selama 2-4
minggu
c. Bila bayi masih menyusui, beri dukungan ibu untuk menyusui
bayi.
d. Target pencapaian dalam fase transisi
1) Jumlah cairan : 150 ml/kg
2) Jumlah kalori : 100 – 150 Kcal/kg
3) Jumlah protein : 2 – 3 g/kg
4)
5. Rehabilitasi
a. Berikan F 100 3x sehari
b. Biasakan anak dengan makanan yang ada dirumahnya
c. Porridge BB < 7 kg, berikan bubu porridge
d. Buah BB < 7 kg, berikan dalam bentuk jus
e. Target pencapaian dalam fase rehabilitasi
1) Jumlah cairan : 150 – 200 ml/kg
2) Jumlah kalori : 150 – 220 Kcal/kg
3) Jumlah protein : 3 – 4 g/kg
f. Periksa kondisi status gizinya antara -2 SD dan +2 SD (rentang
normal)
6. Followed-up
a. Pemberian makan lebih sering
b. Periksa kondisi secara teratur dan berkala
c. Pemberian vaksin (BCG, Polio, DPT, Hepatitis B)
d. Pemberian vit. A tiap 6 bulan
16. Bagaimana komplikasinya apabila tidak ditangani dengan
komprehensif?
Jawab:
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut (Markum : 1999 : 168)
defisiensi Vitamin A, infestasi cacing, dermatis tuberkulosis,
bronkopneumonia, noma, anemia, gagal tumbuh serta keterlambatan
perkembangan mental dan psikomotor.
a. Defisiensi Vitamin A
Umumnya terjadi karena masukan yang kurang atau absorbsi yang
terganggu. Malabsorbsi ini dijumpai pada anak yang menderita
malnurtrisi, sering terjangkit infeksi enteritis, salmonelosis, infeksi
saluran nafas) atau pada penyakit hati. Karena Vitamin A larut dalam
lemak, masukan lemak yang kurang dapat menimbulkan gangguan
absorbsi.
b. Infestasi Cacing
Gizi kurang mempunyai kecenderungan untuk mudahnya terjadi infeksi
khususnya gastroenteritis. Pada anak dengan gizi buruk/kurang gizi
investasi parasit seperti cacing yang jumlahnya meningkat pada anak
dengan gizi kurang.
c. Tuberkulosis
Ketika terinfeksi pertama kali oleh bakteri tuberkolosis, anak akan
membentuk “tuberkolosis primer”. Gambaran yang utama adalah
pembesaran kelenjar limfe pada pangkal paru (kelenjar hilus), yang
terletak dekat bronkus utama dan pembuluh darah. Jika pembesaran
menghebat, penekanan pada bronkus mungkin dapat menyebabkanya
tersumbat, sehingga tidak ada udara yang dapat memasuki bagian paru,
yang selanjutnya yang terinfeksi. Pada sebagian besar kasus, biasanya
menyembuh dan meninggalkan sedikit kekebalan terhadap penyakit ini.
Pada anak dengan keadaan umum dan gizi yang jelek, kelenjar dapat
memecahkan ke dalam bronkus, menyebarkan infeksi dan
mengakibatkan penyakit paru yang luas.
d. Bronkopneumonia
Pada anak yang menderita kekurangan kalori-protein dengan kelemahan
otot yang menyeluruh atau menderita poliomeilisis dan kelemahan otot
pernapasan. Anak mungkin tidak dapat batuk dengan baik untuk
menghilangkan sumbatan pus. Kenyataan ini lebih sering menimbulkan
pneumonia, yang mungkin mengenai banyak bagian kecil tersebar di
paru (bronkopneumonia).
e. Noma
Penyakit mulut ini merupakan salah satu komplikasi kekurangan kalori-
protein berat yang perlu segera ditangani, kerena sifatnya sangat
destruktif dan akut. Kerusakan dapat terjadi pada jaringan lunak
maupun jaringan tulang sekitar rongga mulut. Gejala yang khas adalah
bau busuk yang sangat keras. Luka bermula dengan bintik hitam berbau
diselaput mulut. Pada tahap berikutnya bintik ini akan mendestruksi
jaringan lunak sekitarnya dan lebih mendalam. Sehingga dari luar akan
terlihat lubang kecil dan berbau busuk.
17. Bagaimana prognosisnya pada kasus?
Jawab:
Dubia et Bonam
18. Berapa Kompetensi Dokter Umum untuk kasus ini ? ajeng
Jawab:
Tingkat Kemampuan 4
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan- pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter
(misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter
dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri
hingga tuntas.
4A. kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter.
19. Bagaimana pandangan islam dalam kasus ini ? anin
Jawab:
Q.S. Al-Maidah : 87-88
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang
baik yang telah Allah halalkan bagimu, dan janganlah kamu melampaui
batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.”
“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya. "
Melalui firman-Nya ini, kita diingatkan untuk tetap proposional dalam
mengonsumsi, sesuai kebutuhan yang disyaratkan dan pilihlah makanan
yang halal.
2.7 Kesimpulan
Rudi, Laki-laki usia 24 bulan mengalami gizi buruk tipe marasmus dan gangguan tumbuh kembang, karena asupan nutrisi yang kurang disertai suspect TB
2.8 Kerangka Konsep
Asupan gizi yang kurang
Gizi buruk tipe marasmus
Tumbuh kembang terganggu
-Berat badan menurun-Tinggi badan menurun
-Belum bisa berjalan
Suspect TB
Piano signBaggy pants
Hilangnya lemak subkutan
-riwayat imunisasi-nenek suspect TB
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, 2004, Gizi dalam daur kehidupan, Jakarta : EGC
Betz, L & Linda S, 2002, Buku saku peditrik, Alih bahasa monica ester edisi 8,
jakarta, EGC
Behrman, R. E. 1999. Ilmu Kesehatan Anak:Nelson, Edisi 15, vol 1. Jakarta:EGC
Indonesia, Departemen Kesehatan, Buku Bagan Tatalaksana Anak Gizi Buruk, Buku I, Jakarta: Depkes RI, 2004, 16.
Indonesia, Departemen Kesehatan, Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI Lokal), diunduh dari http://www.depkes.org.id, 2006, modifikasi 7/7/11.
Narendra, Moesintowati B., “Baku/Standard Tumbuh Kembang” dalam Tubuh Kembang Anak dan Remaja, ed. 1, Jakarta: IDAI, 2002, 112-125.
Nelson, & behrman, kliegman, 2000, Nelson teks book of pediatric 15/e, vol. 2, Ed
15, alih bahasa A Samik Wahab, Jakarta, EGC
Statistic, National Center for Healtf, National Center for Chronic Disease Prevention and Health Promotion, Grow Charts Birth to 36 Months: Boys, Length-for-age and Weight-for-age Percentiles, diunduh dari http://www.cdc.gov/growthcharts, 2000, modifikasi: 6/07/11.
Soetjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, Bagian Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali, Jakarta: EGC, 1995, 1-61.
Soetjiningsih, Suandi IKG, “Gizi untuk Tumbuh Kembang Anak” dalam Tubuh Kembang Anak dan Remaja, ed. 1, Jakarta: IDAI, 2002, 24-26.
Suyitno, Hariyono, Moersintowarti B. Narenda, “Pertumbuhan Fisik Anak” dalam Tubuh Kembang Anak dan Remaja, ed. 1, Jakarta: IDAI, 2002, 51-61.
Tanuwidjaya, Suganda, “Konsep Umum Tumbuh dan Kembang” dalam Tubuh Kembang Anak dan Remaja, ed. 1, Jakarta: IDAI, 2002, 1-12.