Top Banner

of 30

skenario 9. BBLR

Oct 12, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

TUGAS SISTEM REPRODUKSI

Tentang:Makalah Keperawatan Maternitas, Skenario 9

Oleh:1. Atikah Nurul Huda Dwi Vally2. Aspri Mesfarika3. Auliani Annisa Febri4. Anton5. Darliana6. Diky Laksono segoro7. Dina Destri Putri8. Emil Wahyu Andria9. Feri Randani10. Gina Zulfia Arni11. Futri Tamala12. Fauzil Nisa13. Doni14. Ilham Wira Satria15. Fauzia Amama16. Isra Aini

Prodi: S1 Keperawatan, Tingkat II

Dosen Pembimbing: Ns.Maidaliza, S.Kep

STIKes Perintis SumbarKampus II, BukittinggiTA 2013-2014

ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR

A. PengertianAsfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.Asfiksia berarti hipoksia yang progresif karena gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan kesulitan mengeluarkan CO2, saat janin di uterus hipoksia. . Apgar skor yang rendah sebagai manifestasi hipoksia berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari empat kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai ciri tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing kelompok akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut adalah :1. Hipoksik-hipoksiaDalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi darah.2. Anemik-hipoksiaKeadaan dimana darah yang tersedia tidak dapat membawa oksigen yang cukup untuk metabolisme dalam jaringan.3. Stagnan-hipoksiaKeadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi kegagalan sirkulasi.4. Histotoksik-hipoksiaSuatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh karena suatu hal, oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan oleh jaringan.Asfiksia neonartum ialah suatu keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini oleh karena hipoksia janin intra uterin dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul di dalam kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.

B. Etiologi1. Faktor ibu: cacat bawaan,hipoventilasi selama anastesi, penyakit jantung sianosis, gagal bernafas, keracunan CO, tekanan darah rendah, gangguan kontraksi uterus, usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, sosial ekonomi rendah, hipertensi pada penyakit eklampsia.2. Faktor janin / neonatorum: kompresi umbilikus, tali pusat menumbung, lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, prematur, gemeli, kelainan congential, pemakaian obat anestesi, trauma yang terjadi akibat persalinan.3. Faktor plasenta: plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tidak menempel, solusio plasenta4. Faktor persalinan: partus lama, partus tindakan

C. PatofisiologiBila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selama kehamilan / persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula bradikardi dan penurunan tekanan darah.Disamping perubahan klinis juga terjadi gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus.Pada tingkat awal menimbulkan asidosis respiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati dan jantung berkurang. Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya.

D. Manifestasi KlinisAppnoe primer : Pernafasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular menurunAppnoe sekunder : Apabila asfiksia berlanjut , bagi menunjukan pernafasan megapmegap yang dalam, denyut jantung terus menerus, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemahTANDA-TANDASTADIUM ISTADIUM IISTADIUM III

Tingkat kesadaranSangat waspadaLesu (letargia)Pinsan (stupor), koma

Tonus ototNormalHipotonikFlasid

PosturNormalFleksiDisorientasi

Refleks tendo / klenusHyperaktifHyperaktifTidak ada

MioklonusAdaAdaTidak ada

Refleks morrowKuatLemahTidak ada

PupilMidriasisMiosisTidak sama, refleks cahaya jelek

Kejang-kejangTidak adaLazimDeserebrasi

EEGNormal 1aktifitas kejang-kejangVoltase rendah Supresi ledakan sampai isoelektrik

Lamanya24 jam jika ada kemajuan24 jam sampai 14 hariBeberapa hari sampai beberapa minggu

Hasil akhirBaikBervariasiKematian, defisit berat

E. APGAR ScorePenilaian menurut score APGAR merupakan tes sederhana untuk memutuskan apakah seorang bayi yang baru lahir membutuhkan pertolongan. Tes ini dapat dilakukan dengan mengamati bayi segera setelah lahir (dalam menit pertama), dan setelah 5 menit. Lakukan hal ini dengan cepat, karena jika nilainya rendah, berarti tersebut membutuhkan tindakan.Observasi dan periksa :A = Appearance (penampakan) perhatikan warna tubuh bayi.P = Pulse (denyut). Dengarkan denyut jantung bayi dengan stetoskop atau palpasi denyut jantung dengan jari.G = Grimace (seringai). Gosok berulang-ulang dasar tumit ke dua tumit kaki bayi dengan jari. Perhaitkan reaksi pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender pada mukanya. Atau perhatikan reaksinya ketika lender dari mulut dan tenggorokannya dihisap.A = Activity. Perhatikan cara bayi yang baru lahir menggerakkan kaki dan tangannya atau tarik salah satu tangan/kakinya. Perhatikan bagaimana kedua tangan dan kakinya bergerak sebagai reaksi terhadap rangsangan tersebut.R = Repiration (pernapasan). Perhatikan dada dan abdomen bayi. Perhatikan pernapasannya.

Apgar Skor : 7-10; bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewaApgar Skor 4-6; (Asfiksia Neonatorum sedang); pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekwensi jantung lebih dari 100 X / menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak adaApgar Skor 0-3 (Asfiksia Neonatorum berat); pada pemeriksaan fisik ditemukan frekwensi jantung kurang dari 100 X / menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada.

F. Pemeriksaan Penunjang- Foto polos dada- USG kepala- Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

G. Pemeriksaan Diagnostik1. Analisa gas darah2. Elektrolit darah3. Gula darah4. Baby gram5. USG ( Kepala )6. Penilaian APGAR score7. Pemeriksaan EGC dab CT- Scan8. Pengkajian spesifik

H. PenatalaksanaanTindakan dilakukan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar. Segera setelah lahir, usahakan bayi mendapat pemanasan yang baik, harus dicegah atau dikurangi kehilangan panas pada tubuhnya, penggunaan sinar lampu untuk pemanasan luar dan untuk meringankan tubuh bayi, mengurangi evaporasi.Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, pengisapan saluran nafas bagian atas, segera dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari timbulnya kerusakan mukosa jalan nafas, spasmus larink atau kolaps paru. Bila bayi belum berusaha untuk nafas, rangsangan harus segera dikerjakan, dapat berupa rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki, menekan tendon Achilles atau pada bayi tertentu diberikan suntikan vitamin K.

I. Penatalaksanaan AwalCegah pelepasan panas yang berlebihan, keringkan ( hangatkan ) dengan menyelimuti seluruh tubuhnya terutama bagian kepala dengan handuk yang kering.Bebaskan jalan nafas : atur posisi, isap lendirBersihkan jalan nafas bayi dengan hati-hatidan pastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari hal-hal yang dapat menghalangi masuknya udara kedalam paru-paru. Hal ini dapat dilakukan dengan:1. Ekstensi kepala dan lehert sedikit lebih rendah dari tubuh bayi.2. Hisap lendir, cairan pada mulut dan hidung bayi sehingga jalan nafas bersih dari cairan ketuban, mekonium/ lendir dan menggunakan penghisap lendir Delee.3. Rangsangan taktil, bila mengeringkan tubuh bayi dan penghisapan lendir/ cairan ketuban dari mulut dan hidung yang dasarnyan merupakan tindakan rangsangan belum cukup untuk menimbulkan pernafasan yang adekuat padabayi lahir dengan penyulit, maka diperlukan rangsangan taktil tambahan.Selama melakukan rangsangan taktil, hendaknya jalan nafas sudah dipastikan bersih. Walaupun prosedur ini cukup sederhana tetapi perlu dilakukan dengan cara yang betul.Ada 2 cara yang memadai dan cukup aman untuk memberikan rangsangan taktil, yaitu:1. Menepukan atau menyentil telapak kaki dan menggosok punggung bayi. Cara ini sering kali menimbulkan pernafasan pada bayi yang mengalami depresi pernafasan yang ringan.2. Cara lain yang cukup aman adalah melakukan penggosokan pada punggung bayi secara cepat, mengusap atau mengelus tubuh, tungkai dan kepala bayi juga merupakan rangsangan taktil tetapi rangsangan yang ditimbulkan lebih ringan dari menepuk, menyentil, atau menggosok. Prosedur ini tidak dapat dilakukan pada bayi yang appnoe, hanya dilakukan pada bayi yang telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya pernafasan.

J. KomplikasiEdema otal, perdarahan otak, anusia dan oliguria, hiperbilirubinumia, enterokolitis, nekrotikans, kejang, koma.Tindakan bag and mask berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks.1. Otak : Hipokstik iskemik ensefalopati, edema serebri, palsi serebralis.2. Jantung dan paru: Hipertensi pulmonal persisten pada neonatorum, perdarahan paru, edema paru.3. Gastrointestinal: enterokolitis, nekrotikans.4. Ginjal: tubular nekrosis akut, siadh.5. Hematologi: dic

K. DiagnosisDiagnosis hipoksia janin dapat dibuat dalam persalinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Tiga hal yang perlu diperhatikanDenyut jantung janin. Frekuensi normal adalah antara120 dan 160 denyut/menit selama his frekuensi turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak besar, artinya frekuensi turun sampai dibawah 100 x/ menit diluar his dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya.Mekonium dalam air ketuban. Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada, artinya akan tetapi pada presentasi kepala mungkin menunjukan gangguan. Oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. Biasanya mekonium dalam air ketuban pada presentasi kepaladapat merupakan indikasi untuk mengakhir persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.Pemeriksaan pH darah janin. Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin.Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda bahaya.

L. Prognosis1. Asfiksia Ringan :Tergantung pada kecepatan penatalaksanaan.2. Asfikisia Berat : Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama kelainan saraf. Asfiksia dengan PH 6,9 dapat menyababkan kejang sampai koma dan kelainan neurologis permanen,misalnya retardasi mental.

M. Prinsip Dasar ResusitasiAda beberapa tahap: ABC resusitasi,A= memastikan saluran nafas terbuka.B= memulai pernafasan .C= mempertahankan sirkulasi (peredaran darah).Membersihkan dan menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi serta mengusahakan saluran pernafasan tetap bebas serta merangsang timbulnya pernafasan, yaitu agar oksigenisasi dan pengeluaran CO2 berjalan lancar.Memberikan bantuan pernafasan secara aktif pada bayi yang menunjukan usaha pernafasan lemah.Melakukan koreksi terhadap asidosis yang terjadi.Menjaga agar sirkulasi darah tetap baik

ASUHAN KEPERAWATAN ASFIKSIA

A. Pengkajian1.BiodataTerdiri dari nama, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak keberapa, jumlah saudara dan identitas orang tua. Yang lebih ditekankan pada umur bayi karena berkaitan dengan diagnosa Asfiksia Neonatorum.2.Keluhan UtamaPada klien dengan asfiksia yang sering tampak adalah sesak nafas3.Riwayat kehamilan dan persalinanBagaimana proses persalinan, apakah spontan, premature, aterm, letak bayi belakang kaki atau sungsang4.Kebutuhan dasara. Pola Nutrisi: Pada neonatus dengan asfiksia membatasi intake oral, karena organ tubuh terutama lambung belum sempurna, selain itu juga bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi pneumoniab. Pola Eliminasi: Umumnya klien mengalami gangguan b.a.b karena organ tubuh terutama pencernaan belum sempurnac. Kebersihan diri: Perawat dan keluarga pasien harus menjaga kebersihan pasien, terutama saat b.a.b dan b.a.k, saat b.a.b dan b.a.k harus diganti popoknyad. Pola tidur: Biasanya istirahat tidur kurang karena sesak nafas5.Pemeriksaan fisika. Keadaan umumPada umumnya pasien dengan asfiksia dalam keadaan lemah, sesak nafas, pergerakan tremor, reflek tendon hyperaktif dan ini terjadi pada stadium pertama.b. Tanda-tanda VitalPada umunya terjadi peningkatan respirasic. KulitPada kulit biasanya terdapat sianosisd. KepalaInspeksi : Bentuk kepala bukit, fontanela mayor dan minor masih cekung, sutura belum menutup dan kelihatan masih bergerake. MataPada pupil terjadi miosis saat diberikan cahayaf. HidungYang paling sering didapatkan adalah didapatkan adanya pernafasan cuping hidung.g. DadaPada dada biasanya ditemukan pernafasan yang irregular dan frekwensi pernafasan yang cepath. Neurology / reflekReflek Morrow : Kaget bila dikejutkan (tangan menggenggam)6.Gejala dan tandaa. Aktifitas; pergerakan hyperaktifb. Pernafasan ; gejala sesak nafas Tanda : Sianosisc. Tanda-tanda vital; Gejala hypertermi dan hipotermi Tanda : ketidakefektifan termoregulasi

B. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan pemenuhan kebutuhan O2b.d ekspansi yang kurang adekuat.2. Hipertermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.3. Penurunan kardiak out put b.d4. Gangguan perfusi jaringan b.d kebutuhan Oksigen yang tidak adekuat.5. Intoleransi aktifitas b.d6. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi yang dialami dan proses pengobatan.7. Resiko tinggi terjadi infeksi

C. Perencanaan Keperawatan

DP. I :Gangguan pemenuhan kebutuhan O2 b.d ekspansi yang kurang adekuat.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam kebutuhan O2 terpenuhi dengan kriteria tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak sianosis.

Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Beri penjelasan pada keluarga tentang penyebab sesak yang dialami oleh pasien.

Agar keluarga tahu tentang penyebab sesak yang dialami oleh bayinya.

2.Atur kepala bayi dengan posisi ekstensi.

Melonggarkan jalan nafas.

3.Batasi intake per oral, bila perlu dipuasakan.Mencegah aspirasi.

4.Longgarkan jalan nafas.Memudahkan untuk bernafas.

5.Observasi tanda-tanda kekurangan O2.

Mengetahui tingkat kekurangan O2.

6.Hangatkan bayi dalam incubator.Mencegah sianosis.

7.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian O2.Mendukung perawatan dan penatalaksanaan medis.

DP. II :Hipertermi b.d transisi lingkungan ekstra uterin neonatus.

Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam, suhu tubuh kembali normal dengan kriteria suhu tubuh antara 36.5C 37.4C, kelembaban cukup

Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Beri penjelasan kepada keluarga tentang penyebab panas yang dialami oleh bayinya.

Keluarga menjadi tahu tentang penyebab panas yang dialami bayinya.

2.Berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat.

Mencegah penguapan yang berlebihan.

3.Berikan kompres hangat.

Menurunkan suhu tubuh.

4.Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh.

Menentukan tindakan keperawatan selanjutnya.

5.Kolaborasi medis untuk pemberian infuse dan obat-obatan antipiretik.Mendukung perawatan dan penatalaksanaan medis.

DP. III :Penurunan kardiak out put

Tujuan :Kardiak output normal.Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Monitoring jantung paru.

2.Mengkaji tanda vital.

3.Memonitoring perfusi jaringan tiap 2-4 jam.

4.Monitor denyut nadi.

5.Memonitoring ontake dan out put.

6.Kolaborasi dalam pemberian vasodilator.

DP. IV :Gangguan perfusi jaringan

Tujuan :Perfusi jaringan kembali normal.Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Pemberian diuretic sesuai dengan indikasi.

2.monitor laboraturium urine.

3.pemeriksaan darah.

4.Ajarkan pasien/ anggota keluarga tentang prosedur perawatan luka.

DP. V :Intoleransi aktifitas

Tujuan :Pasien menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Menyediakan stimulasi lingkungan yang minimal.

2.menyediakan monitoring jantung paru

3.mengurangi sentuhan

4.memberikan posisi yang nyaman

5.kolaborasi analgetiksesuai kondisi,

DP. VI :Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi yang dialami dan proses pengobatan.

Tujuan :Mendemonstrasikan hilangnya ansietas dan memberikan informasi tentang proses penyakit, program pengobatan.

Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Jelaskan tujuan pengobatan pada keluarga.Mengorientasi program pengobatan.

2.Kaji ulang tanda / gejala yang memerlukan evaluasi medik cepat.Berulangnya memerlukan intervensi medik untuk mencegah / menurunkan potensial komplikasi.

3.Kaji ulang praktik kesehatan yang baik, istirahat.Mempertahanan kesehatan umum meningkatkan penyembuhan dan dapat mencegah kekambuhan.

4.Dorong pasien / orang terdekat untuk menyatakan masalah / perasaan.

5.Beri penguatan informasi pasien yang telah diberikan sebelumnya.

DP. VII :Resiko tinggi terjadi infeksi

Tujuan :Mencapai waktu penyembuhan

Intervensi:No.IntervensiRasional

1.Awasi tanda vital, perhatikan demam ringan, menggigil, nadi dan pernapasan cepat, gelisah, peka, disorientasi.

2.Observasi drainase dari luka.

RESUSITASI PADA BAYI

A. PENGERTIAN RESUSITASIResusitasi ( respirasi artifisialis) adalah usaha dalam memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat-alat vital lainnya. (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002.Resusitasi adalah pernafasan dengan menerapkan masase jantung dan pernafasan buatan.(Kamus Kedokteran, Edisi 2000).Resusitasi adalah tindakan untuk menghidupkan kembali atau memulihkan kembali kesadaran seseorang yang tampaknya mati sebagai akibat berhentinya fungsi jantung dan paru, yang berorientasi pada otak (Tjokronegoro, 1998).Sedangkan menurut Rilantono, dkk (1999) resusitasi mengandung arti harfiah menghidupkan kembali, yaitu dimaksudkan usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah suatu episode henti jantung berlanjut menjadi kematian biologis. Resusitasi jantung paru terdiri atas dua komponen utama yakni: bantuan hidup dasar (BHD) dan bantuan hidup lanjut (BHL). Selanjutnya adalah perawatan pasca resusitasi.

B. TUJUAN RESUSITASI1. Memberikan ventilasi yang adekuat2. Membatasi kerusakan serebi3. Pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat alat vital lainnya4. Untuk memulai atau mempertahankan kehidupan ekstra uteriC. TANDA TANDA RESUSITASI PERLU DILAKUKAN1. PernafasanApabila penilaian pernafasan menunjukkan bahwa bayi tidak bernafas atau bahwa pernafasan tidak adekuat. Lihat gerakan dada naik turun, frekuensi dan dalamnya pernafasan selama 1 menit. Nafas tersengal-sengal berarti nafas tidak efektif dan perlu tindakan, misalnya apneu. Jika pernafasan telah efektif yaitu pada bayi normal biasanya 30 50 x/menit dan menangis, kita melangkah ke penilaian selanjutnya.2. Denyut jantung frekuensiApabila penilaian denyut jantung menunjukkan bahwa denyut jantung bayi tidak teratur.Frekuensi denyut jantung harus > 100 per menit. Cara yang termudah dan cepat adalah dengan menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat. Meraba arteria mempunyai keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut jantung secara terus menerus, dihitung selama 6 detik (hasilnya dikalikan 10 =frekuensi denyut jantung selama 1 menit) Hasil penilaian ;a. Apabila frekuensi>100x / menit dan bayi bernafas spontan, dilanjutkan dengan menilai warna kulit.b. Apabila frekuensi < 100x / menit walaupun bayi bernafas spontan menjadi indikasi untuk dilakukan VTP (Ventilasi Tekanan Positif)3. Warna KulitApabila penilaian warna kulit menunjukkan bahwa warna kulit bayi pucat atau bisa sampai sianosis.Setelah pernafasan dan frekuensi jantung baik, seharusnya kulit menjadi kemerahan. Jika masih ada sianosis central, oksigen tetap diberikan. Bila terdapat sianosis purifier, oksigen tidak perlu diberikan, disebabkan karena peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena suhu ruang bersalin yang dingin.

D. KONDISI YANG MEMERLUKAN RESUSITASI1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium, atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal, narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya3. Kerusakan neurologis.4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau perdarahanResusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk bagi kualitas hidup individu selanjutnya.

E. HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM RESUSITASI1. Tenaga yang terampil, tim kerja yang baik.2. Pemahaman tentang fisiologi dasar pernapasan, kardiovaskular, serta proses asfiksia yang progresif.3. Kemampuan / alat pengaturan suhu, ventilasi, monitoring.4. Obat-obatan dan cairan yang diperlukan.

F. PERSIAPAN RESUSITASI BAYI BARU LAHIRDi dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.1. Persiapan KeluargaSebelum menolong persalinan, bicarakan dengan keluarga mengenai kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi pada ibu dan bayinya serta persiapan yang dilakukan oleh penolong untuk membantu kelancaran persalinan dan melakukan tindakan yang diperlukan.2. Persiapan Tempat ResusitasiPersiapan yang diperlukan meliputi ruang bersalin dan tempat resusitasi. Gunakan ruangan yang hangat dan terang. Tempat resusitasi hendaknya rata, keras, bersih dan kering, misalnya meja, dipan atau di atas lantai beralas tikar. Kondisi yang rata diperlukan untuk mengatur posisi kepala bayi. Tempat resusitasi sebaiknya di dekat sumber pemanas (misalnya; lampu sorot) dan tidak banyak tiupan angin (jendela atau pintu yang terbuka). Biasanya digunakan lampu sorot atau bohlam berdaya 60 watt atau lampu gas minyak bumi (petromax). Nyalakan lampu menjelang kelahiran bayi.3. Persiapan Alat ResusitasiSebelum menolong persalinan, selain peralatan persalinan, siapkan juga alat-alat resusitasi dalam keadaan siap pakai, yaitu:a. 2 helai kain/handukb. Bahan ganjal bahu bayi. Bahan ganjal dapat berupa kain, kaos, selendang, handuk kecil, digulung setinggi 5 cm dan mudah disesuaikan untuk mengatur posisi kepala bayi.c. Alat pengisap lendir DeLee atau bola karetd. Tabung dan sungkup atau balon dan sungkup neonatale. Kotak alat resusitasi.f. Jam atau pencatat waktu

G. LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI BBL1. Sebelum bayi lahir, harus mengetahui informasi: Bayi cukup bulan atau tidak? Air ketuban bercampur mekonium atau tidak?2. Setelah bayi lahir, lakukan penilaian: Bernafas atau menangis? Tonus otot baik?Bila hasil penilaian baik, yaitu bayi cukup bulan, air ketuban tidak bercampur mekonium, bayi menangis, tnus otot baik. Maka lakukan PERAWATAN RUTIN: Beri kehangatan, Bersihkan jalan nafas, Mengeringkan bayiBila hasil penilaian tidak baik, maka lakukana. AIRWAY (LANGKAH AWAL)1) Jaga bayi tetap hangat.Selimuti bayi dengan kain, pindahkan bayi ke tempat resusitasi.2) Atur posisi bayi.Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat penolong. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi. Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam satu garis lurus.3) Isap lendir.Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola karet.a) Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian baru isap lendir di hidung.b) Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap (bukan pada saat memasukkan).c) Bila menggunakan pengisap lendir DeLee, jangan memasukkan ujung pengisap terlalu dalam (lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3 cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan denyut jantung bayi melambat atau henti napas bayi.d) Keringkan dan Rangsang taktil. Keringkan bayi mulai dari muka,kepala dan bagian tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih baik. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara di bawah ini: Menepuk atau menyentil telapak kaki. Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus, tidak akan banyak menolong dan malahan dapat membahayakan bayi.e) Reposisi. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih dan kering yang baru (disiapkan). Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi bagian muka dan dada agar pemantauan pernapasan bayi dapat diteruskan. Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit ekstensi). Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teraturf) Lakukan penilaian apakah bayi bernapas normal, megap-megap atau tidak bernapas.Lakukan evaluasi meliputi: Pernapasan Frekuensi jantung Warna kulit Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit: PERAWATAN SUPORTIFb. BREATHING (VTP)Bila FJ < 100x/menit /APNUE VTP (Ventilasi Tekanan Positif)Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam paru dengan tekanan positip yang memadai untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas spontan dan teratur.1) Pasang sungkup, perhatikan lekatan.Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.2) Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi.Ventilasi percobaan (2 kali) Lakukan tiupan udara dengan tekanan 30 cm air. Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan sekaligus menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas. Lihat apakah dada bayi mengembang,Bila tidak mengembangPeriksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi kebocoran. Bila dada mengembanglakukan tahap berikutnyaBila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30 detik.Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan teratur? Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dinding dada dan auskultasi bunyi napas.Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit, kemerahan PERAWATAN LANJUTc. CIRCULATIONApabila setelah dilakukan VTP, FJ < 60x/menit VTP dan kompresi dadaKompresi Dada Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari dinding dada dengan kedua tangan dan menggunakan ibu jari untuk menekan sternum atau dengan menahan punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung dari jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk menekan sternum. Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena kontrol kedalaman penekanan lebih baik. Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan kedalaman 1,5 cm dan dengan frekuensi 90x/menit. Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan 1x ventilasi sehingga didapatkan 30x ventilasi per menit. Perbandingan kompresi dinding dada dengan ventilasi yang dianjurkan adalah 3 : 1. Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap 30 detik. Bayi yang tidak berespon, kemungkinan yang terjadi adalah bantuan ventilasinya tidak adekuat, karena itu adalah penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara konstan.d. DRUGBila FJ < 60x/menit, berikan EPINEPRINASUHAN PASCA RESUSITASIAsuhan pascaresusitasi diberikan sesuai dengan keadaan bayi setelah menerima tindakan resusitasi. Asuhan pascaresusitasi dilakukan pada keadaan:1. Resusitasi berhasilResusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan perbaikan tonus otot atau bergerak aktif. Lanjutkan dengan asuhan berikutnya.Konseling:a. Jelaskan pada ibu dan keluarganya tentang hasil resusitasi yang telah dilakukan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan.b. Ajarkan ibu cara menilai pernapasan dan menjaga kehangatan tubuh bayi. Bila ditemukan kelainan, segera hubungi penolong.c. Anjurkan ibu segera memberi ASI kepada bayinya. Bayi dengan gangguan pernapasan perlu banyak energi. Pemberian ASI segera, dapat memasok energi yang dibutuhkan.d. Anjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh bayi (asuhan dengan metode Kangguru).e. Jelaskan pada ibu dan keluarganya untuk mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan bagaimana memperoleh pertolongan segera bila terlihat tanda-tanda tersebut pada bayi.Lakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk:a. Anjurkan ibu menyusukan sambil membelai bayinyab. Berikan Vitamin K, antibiotik salep mata, imunisasi hepatitis BLakukan pemantuan seksama terhadap bayi pasca resusitasi selama 2 jam pertama:a. Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada bayi : Tarikan interkostal, napas megap-megap, frekuensi napas 60 x per menit. Bayi kebiruan atau pucat. Bayi lemas. Pantau juga bayi yang tampak pucat walaupun tampak bernapas normal.b. Jagalah agar bayi tetap hangat dan kering.Tunda memandikan bayi hingga 6 24 jam setelah lahir (perhatikan temperatur tubuh telah normal dan stabil).

2. Bayi perlu rujukanBila bayi pascaresusitasi kondisinya memburuk, segera rujuk ke fasilitas rujukan. Tanda-tanda Bayi yang memerlukan rujukan sesudah resusitasia. Frekuensi pernapasan kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menitb. Adanya retraksi (tarikan) interkostalc. Bayi merintih (bising napas ekspirasi) atau megap- megap (bising napas inspirasi)d. Tubuh bayi pucat atau kebiruane. Bayi lemasKonselinga. Jelaskan pada ibu dan keluarga bahwa bayinya perlu dirujuk. Bayi dirujuk bersama ibunya dan didampingi oleh bidan. Jawab setiap pertanyaan yang diajukan ibu atau keluarganya.b. Minta keluarga untuk menyiapkan sarana transportasi secepatnya. Suami atau salah seorang anggota keluarga juga diminta untuk menemani ibu dan bayi selama perjalanan rujukan.c. Beritahukan (bila mungkin) ke tempat rujukan yang dituju tentang kondisi bayi dan perkiraan waktu tiba. Beritahukan juga ibu baru melahirkan bayi yang sedang dirujuk.d. Bawa peralatan resusitasi dan perlengkapan lain yang diperlukan selama perjalan ke tempat rujukanAsuhan bayi baru lahir yang dirujuka. Periksa keadaan bayi selama perjalanan (pernapasan, warna kulit, suhu tubuh) dan catatan medik.b. Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, tutup kepala bayi dan bayi dalam posisi Metode Kangguru dengan ibunya. Selimuti ibu bersama bayi dalam satu selimut.c. Lindungi bayi dari sinar matahari.d. Jelaskan kepada ibu bahwa sebaiknya memberi ASI segera kepada bayinya, kecuali pada keadaan gangguan napas, dan kontraindikasi lainnyaAsuhan lanjutanMerencanakan asuhan lanjutan sesudah bayi pulang dari tempat rujukkan akan sangat membantu pelaksanaan asuhan yang diperlukan oleh ibu dan bayinya sehingga apabila kemudian timbul masalah maka hal tersebut dapat dikenali sejak dini dan kesehatan bayi tetap terjaga.3. Resusitasi tidak berhasilBila bayi gagal bernapas setelah 20 menit tindakan resusitasi dilakukan maka hentikan upaya tersebut. Biasanya bayi akan mengalami gangguan yang berat pada susunan syaraf pusat dan kemudian meninggal. Ibu dan keluarga memerlukan dukungan moral yang adekuat Secara hati-hati dan bijaksana, ajak ibu dan keluarga untuk memahami masalah dan musibah yang terjadi serta berikan dukungan moral sesuai adat dan budaya setempatCAPUT SUCCEDANEUM DAN CEPHAL HEMATOM

A. Caput Succedaneum1. PengertianCaput succedaneum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Atau pembengkakan difus, kadang-kadang bersifat ekimotik atau edematosa, pada jaringan lunak kulit kepala, yang mengenai bagian kepala terbawah, yang terjadi pada kelahiran verteks. Karena tekanan ini vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk ke dalam jaringan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Dan merupakan benjolan yang difus kepala, dan melampaui sutura garis tengah. (Obstetri fisiologi, UNPAD.1985)Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.(Sarwono Prawiroharjo.2002)Kejadian caput succedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi.(Sarwono Prawiroharjo.2002)Caput succedaneum adalah edema di kulit kepala pada bagian presentasi kepala. Dapat mengenai area kepala secara luas, atau hanya sebesar telur itik, pembengkakan dapat mencapai garis sutura dan edema ini secara bertahap diabsorpsi dan menghilang dlam 3 hari.(Adele Pilliteri.2002)2. EtiologiBanyak hal yang menjadi penyebab terjadinya caput succedaneum pada bayi baru lahir(Obstetri fisiologi,UNPAD, 1985, hal 254), yaitu :

a. Persalinan lamaDapat menyebabkan caput succedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan dalam vena kapiler meninggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar dibawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah.b. Persalinan dengan ekstraksi vakumPada bayi yang dilahirkan vakum yang cukup berat, sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.3. PatofisiologiKelainan ini timbul karena tekanan yang keras pada kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan ekstra vaskuler. Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur dengan sedikit darah. Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar dapat melalui jalan lahir. Umumnya moulage ini ditemukan pada sutura sagitalis dan terlihat segera setelah bayi lahir. Moulage ini umumnya jelas terlihat pada bayi premature dan akan hilang sendiri dalam satu sampai dua hari.Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat melampaui sutura garis tengah.Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum hingga dapat melampaui sutura.4. Manifestasi KlinisMenurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), tanda dan gejala yang dapat ditemui pada anak dengan caput succedaneum adalah sebagi berikut :

a. Adanya edema dikepalab. Pada perabaan teraba lembut dan lunakc. Edema melampaui sela-sela tengkorakd. Batas yang tidak jelase. Biasanya menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan5. Pemeriksaan DiagnostikSebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum sangat mudah untuk dikenali. Namun juga sangat perlu untuk melakukan diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial. (Meida.2009)6. PenatalaksanaanMenurut Nelson dalam Ilmu Kesehatan Anak (Richard E, Behrman.dkk.2000), Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini untuk hiperbilirubinemia.Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpang tindih sering berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan pada anak dengan caput succedaneum :Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema kepala. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal. Mencegah terjadinya infeksi dengan :a. Perawatan tali pusatb. Personal hygiene baikc. Berikan penyuluhan pada orang tua tentang :Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi normal.d. Keadaan trauma pada bayi , agar tidak usah khawatir karena benjolan akan menghilang 2-3 hari.e. Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.f. Awasi keadaan umum bayi.

B. Cephal Hematom1. PengertianCephal hematom adalah perdarahan subperiosteal akibat kerusakan jaringan poriesteum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5 2 % dari kelahiran hidup. (Prawiraharjo,Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan)Menurut Abdul Bari Saifudin, cephal hematoma adalah pendarahan sub periosteum akibat keruasakan jaringan periosteum karena tarikan/tekanan jalan lahir dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah.(Ika Nugroho.2011)2. KlasifikasiMenurut letak jaringan yang terkena ada 2 jenis yaitu(Ika Nugroho.2011) :

a. SubgalealGalea merupakan lapiasan aponeurotik yang melekat secara longgar pada sisi sebelah dalan periosteum. Pembuluh-pembuluh darah vena di daerah ini dapat tercabik sehingga mengakibatkan hematoma yang berisi sampai sebanyak 250 ml darah. Terjadi anemia dan bisa menjadi shock. Hematoma tidak terbatas pada suatu daerah tertentu (Oxorn, Harry, 1996).Penyebabnya adalah perdarahan yang letaknya antara aponeurosis epikranial dan periosteum. Dapat terjadi setelah tindakan ekstraksi vakum. Jarang terjadi karena komplikasi tindakan mengambil darah janin untuk pemeriksaan selama persalinan, risiko terjadinya terutama pada bayi dengan gangguan hemostasis darah.Sedangkan untuk kadang-kadang sukar didiagnosis, karena terdapat edema menyeluruh pada kulit kepala. Perdarahan biasanya lebih berat dibandingkan dengan perdarahan subperiosteal, bahaya ikterus lebih besar.b. SubperiostealKarena periosteum melekat pada tulang tengkorak di garis-garis sutura, maka hematoma terbatas pada daerah yang dibatasi oleh sutura-sutura tersebut. Jumlah darah pada tipe subperiosteal ini lebih sedikit dibandingkan pada tipe subgaleal, fraktur tengkorak bisa menyertai.Gambaran Klinis : kulit kepala membengkak. Biasanya tidak terdeteksi samapai hari ke 2 atau ke 3. Dapat lebih dari 1 tempat. Perdarahan dibatasi oleh garis sutura, biasanya di daerah parietal.Perjalanan Klinis dan Diagnosis : Pinggirnya biasanya mengalami klasifikasi. Bagian tengah tetap lunak dan sedikit darah akan diserap oleh tubuh. Mirip fraktur depresi pada tengkorak. Kadang-kadang menyebabkan ikterus neonatorum.3. EtiologiMenurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, cephal hematom dapat terjadi karena :a. Persalinan lamaPersalinan yang lama dan sukar, dapat menyebabkan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.b. Tarikan vakum atau cunamPersalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.c. Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi.4. PatofisiologiKadang-kadang, cephal hematom terjadi ketika pembuluh darah pecah selama persalinan atau kelahiran yang menyebabkan perdarahan ke dalam daerah antara tulang dan periosteum. Cedera ini terjadi paling sering pada wanita primipara dan sering berhubungan dengan persalinan dengan forsep dan ekstraksi vacum. Tidak seperti kapu suksedaneum, cephal hematoma berbatas tegas dan tidak melebar sampai batas tulang. Cephal hematom dapat melibatkan salah satu atau kedua tulang parietal. Tulang oksipetal lebih jarang terlibat, dan tulang frontal sangat jarang terkena. Pembengkakan biasanya minimal atau tidak ada saat kelahiran dan bertambah ukuranya pada hari kedua atau ketiga. Kehilangan darah biasanya tidak bermakna.(Wong,2008)Menurut FK. UNPAD. 1985 dalam Obstetri Fisiologi Bandung, peroses perjalanan penyakit cephal hematom adalah :Cephal hematom terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum. Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama. Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan.Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan subperiosteum.5. Manifestasi KlinisBerikut ini adalah tanda-tanda dan gejala Cephal hematom.(Menurut Prawiraharjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan):a. Adanya fluktuasib. Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir .c. Adanya cephal hematom timbul di daerah tulang parietal. Berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun.6. Pemeriksaan DiagnostikPemeriksaan X-Ray tengkorak dilakukan bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephal hematom). Dan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai kadar bilirubin, hematokrit, dan hemoglobin.(Alpers, ann.2006)7. PenatalaksanaanTidak diperlukan penanganan untuk cephal hematom tanpa komplikasi. kebanyakan lesi diabsorbsi dalam 2 minggu sampai 3 bulan. Lesi yang menyebabkan kehilangan darah hebat ke daerah tersebut atau yang melibatkan fraktur tulang di bawahnya perlu evaluasi lebih lanjut. Hiperbilirubinemia dapat tejadi selama resolusi hematoma ini. Infeksi lokal dapat terjadi dan harus dicurigai bila terjadi pembengkakan mendadak yang bertambah besar.(Wong.2008)Menurut Ida Bagus Gde Manuaba 1998, cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain :a. Menjaga kebersihan luka.b. Tidak boleh melakukan massase luka/benjolan cephal hematoma.c. Pemberian vitamin K.d. Bayi dengan cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.e. Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin.f. Aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan.

C. Konsep Asuhan KeperawatanMengingat konsep dan perjalanan penyakit yag terjadi pada caput succedaneum dan cephal hematom adalah hampir sama, maka konsep asuhan keperawatan yang dapat diberikan juga hampir sama pula. Akan tetapi tetap dalam koridor penyakit perdarahan ekstrakranial.1. Pengkajiana. Subjektif1) IdentitasTerjadi pada bayi baru lahir terutama nampak jelas segera (Caput Succedaneum) dan pada beberapa jam atau hari setelah lahir(Cephal Hematom).2) KeluhanBenjolan di kepala bayi segera dan beberapa jam setelah lahir.b. Objektif1) Benjolan di kepala bayi, biasanya pada daerah tulang parietal, oksipital.2) Berkembang secara bertahap segera setelah persalinan.(Caput Succedaneum)3) Berkembang secara bertahap dalam waktu 12-72 jam.(Cephal Hematom)4) Pembengkakan kepala berbentuk benjolan difus.5) Tidak berbatas tegas, melampaui batas sutura. (Caput Succedaneum)6) Berbatas tegas, tidak melampaui batas sutura. (Cephal Hematom)7) Perabaan, mula-mula keras lama kelamaan lunak.8) Pada daerah pembengkakan terdapat pitting odema.9) Sifat timbulnya perlahan, benjolan tampak jelas setelah 6-8 jam setelah lahir.10) Bersifat soliter / multiple.11) Anemi, hiperbilirubin bila gangguan meluas.12) Jarang menimbulkan perdarahan yang memerlukan transfusi, kecuali bayi yang mempunyai gangguan pembekuan.c. Pemeriksaan radiologi : dilakukan bila ada indikasi gangguan nafas, benjolan terlalu besar.d. Pemeriksaan Laboratorium untuk menilai kadar hematokrit, hemoglobin, bilirubin, dan faktor pembekuan.2. Diagnosa Keperawatana. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.b. Ansietas (anak dengan orang tua) berhubungan dengan ketidak tahuan status kesehatan anak.c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.3. Rencana Keperawatana. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan trauma jaringan perinatal.Tujuan:Anak akan menunjukkan berkurangnya rasa ketidaknyamanan.KH :Anak tidak rewel.Anak tidak terus menangis.Anak memperhatikan tanda tanda vital dalam batas normal.Intervensi:Kaji ekspresi anak (diam, rewel, menangis terus-menerus,dll)Kurangi jumlah cahaya lampu, kebisingan, dan berbagai stimulus lingkunagn lainya dalam anak.Kaji tanda tanda vital, catat peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan nafas, dan diforesis.Kolaborasi : Berikan analgesik sesuai kebutuhan untuk nyeri.Rasional: Memberikan data dasar untuk menentukan dan mengevaluasi intervensi yang diberikan.Stimulus demikian dapat mengganggu anak yang mengalami cedera. Karena dapat meningkatkan tekanan intrkranial.Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan atau penurunan frekuensi pernapasan, atau diforesis menunjukkan ketidaknyamanan.Mengurangi nyeri dan spasme ototb. Ansietas (anak dengan orang tua) berhubungan dengan ketidaktahuan status kesehatan anak.Tujuan:Anak dan Orang tua akan menunjukkan kecemasan berkurang.KH :Menunjukkan pengurangan rasa agitasiMengajukan pertanyaan yang tepat sehubungan dengan penyakit dan penangananya.Intervensi:Jelaskan pada anak dan orang tua tentang tujuan semua tindakan keperawatan yang dilakukan dan bagaimana tindakan dilakukanIjinkan orang tua tetap menemani anak, bergantung pada keadaan anak.Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prognosis.Rasional:Dengan menegetahui apa yang akan dilakukan sebelum melaksanakan prosedur dan mengapa prosedur tersebut dilakukan membantu mengurangui kecemasan.Dengan mengijinkan orang tua untuk menemani anak memberi dukungan emosional pada anak dan mengurangi kecemasan pada anak. Kecemasan orang tua akan berkurang dengan mengijinkan mereka memantau dan berpartisipasi dalam perawatan anak.Dapat menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan atau pilihan sesuai realita.c. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya indurasi.Tujuan :Anak akan menunjukkan tidak adanya tanda atau gejala infeksi.KH :Suhu tubuh kurang dari 37oCTidak ada drainase dari luka (cephal hematom)Tidak ada tanda-tanda infeksi.Sel darh putih dalam batas normal sesuai dengan usia.Intervensi:Kaji keadaan indurasi pada anak.Pantau suhu suhu anak setiap 4 jamKaji tanda dan gejala meningitis, termasuk kakuk kuduk, peka rangsang, nrei kepala, demam, muntah, dan kejangkejang.Ganti balutan indurasi(jiak ada) dan gunakan teknik sterilisasi.Rasional:Mengidentifikasi adanya infeksi secara dini.Hipertermi merupakan suatu tanda infeksi.Meningitis merupakn komplikasi yang mengkin terjadi padasetiap kejadian cephal hematom walaupun jarang.Teknik steril akan membantu mencegah masuknya bakteri kedalam luka dan mengurangi infeksi.Perbedaan Caput Succedaneum dan CephalhematomaPerbedaan caput succedaneum dan cephalhematomaCaput succedaneumCephalhematoma

Muncul waktu lahir, mengecil setelah lahir.Muncul waktu lahir atau setelah lahir, dapat membesar sesudah lahir.

Lunak, tidak berfluktuasi.Teraba fluktuasi.

Melewati batas sutura, teraba moulase.Batas tidak melampaui sutura.

Bisa hilang dalam beberapa jam atau 2-4 hariHilang lama (beberapa minggu atau bulan).

Berisi cairan getah beningBerisi darah

PERDARAHAN INTRAKRNIAL PADA NEONATUSA. PengertianPerdarahan intrakranial pada neonatus (PIN) tidak jarang dijumpai. PIN mempunyai arti penting karena dapat menyebabkan kematian atau cacat jasmani dan mental.Perdarahan Intrakrania ialah perdarahan dalam rongga kranium dan isinya pada bayi sejak lahir sampai umur 4 minggu. Sebabnya Perdarahan Intrakranial banyak. Sering Perdarahan Intrakranial tak dikenal/dipikirkan karena gejala-gejalanya tidak khas.

B. KlasifikasiPerdarahan Intrakranial meliputi1. Perdarahan epidural,2. Perdarahan subdural,3. Perdarahan subaraknoid,4. Perdarahan intraserebral/parenkim dan intraventrikulerPenatalaksanaan dan penanggulangan Perdarahan Intrakranial Neontus masih kurang memuaskan. Untuk menurunkan angka kejadian perdarahan intrakranial neonatus, usaha yang lebih penting ialah profilaksis seperti perawatan prenatal, pertolongan persalinan dan perawatan postnatal yang sebaik-baiknya. Pada umumnya prognosis perdarahan intrakranial neonatus tidak terlalu menggembirakan.

C. EtiologiTrauma kelahiran:a. Partus biasa. Pemutaran/penarikan kepala yang berlebihan. Disproporsi antara kepala anak dan jalan lahir sehingga terjadi mulaseb. Partus buatan (ekstraksi vakum, cunam).c. Partus presipitatus.Bukan trauma kelahiran:Umumnya ditemukan pada bayi kurang bulan (BKB). Faktor dasar ialah prematuritas dan yang lain merupakan faktor pencetus PIN seperti hipoksia dan iskemia otak yang dapat timbul pada syok, infeksi intrauterin, asfiksia, kejang-kejang, kelainan jantung bawaan, hipotermi, juga hiperosmolaritas/hipernatremiaAda pula PIN yang disebabkan oleh penyakit perdarahan/gangguan pembekuan darah.D. PatofisiologiPada trauma kelahiran, perdarahan terjadi oleh kerusakan/ robekan pembuluh- pembuluh darah intrakranial secara langsung. Pada perdarahan yang bukan karena trauma kelahiran,faktor dasar ialah prematuritas; pada bayi-bayi tersebut, pembuluh darah otak masih embrional dengan dinding tipis, jaringan penunjang sangat kurang dan pada beberapa tempat tertentu jalannya berkelok-kelok, kadang-kadang membentuk huruf U.Sehingga mudah sekali terjadi kerusakan bila ada faktor- faktor pencetus (hipoksia/iskemia). Keadaan ini terutama terjadi pada perdarahan intraventrikuler/periventrikuler. Perdarahan epidural/ ekstradural terjadi oleh robekan arteri atau vena meningika media antara tulang tengkorak dan duramater. Keadaan ini jarang ditemukan pada neonatus. Tetapi perdarahan subdural merupakan jenis PIN yang banyak dijumpai pada BCB.Di sini perdarahan terjadi akibat pecahnya vena-vena kortikal yang menghubungkan rongga subdural dengan sinus-sinus pada duramater. Perdarahan subdural lebih sering pada Bayi Cukup Bulan daripada Bayi Kurang Bulan sebab pada Bayi Kurang Bulan vena-vena superfisial belum berkembang baik dan mulase tulang tengkorak sangat jarang terjadi. Perdarahan dapat berlangsung perlahan-lahan dan membentuk hematoma subdural.Pada robekan tentorium serebeli atau vena galena dapat terjadi hematoma retroserebeler. Gejala-gejala dapat timbul segera dapat sampai berminggu-minggu, memberikan gejala - gejala kenaikan tekanan intrakranial. Dengan kemajuan dalam bidang obstetri, insidensi perdarahan subdural sudah sangat menurun.Pada perdarahan subaraknoid, perdarahan terjadi di rongga subaraknoid yang biasanya ditemukan pada persalinan sulit. Adanya perdarahan subaraknoid dapat dibuktikan dengan fungsi likuor. Pada perdarahan intraserebral/intraserebeler, perdarahan terjadi dalam parenkim otak, jarang pada neonatus karena hanya terdapat pada trauma kepala yang sangat hebat (kecelakaan)Perdarahan intraventrikuler dalam kepustakaan ada yang gabungkan bersama perdarahan intraserebral yang disebut perdarahan periventrikulerDari semua jenis Perdarahan Intrakranial Neonatus, perdarahan periventrikuler memegang peranan penting, karena frekuensi dan mortalitasnya tinggi pada bayi prematur. Sekitar 7590% perdarahan peri ventrikuler berasal dari jaringan subependimal germinal matriks/jaringan embrional di sekitar ventrikel lateral.Pada perdarahan intraventrikuler, yang berperanan penting ialah hipoksia yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak dan kongesti vena. Bertambahnya aliran darah ini, meninggikan tekanan pembuluh darah otak yang diteruskan ke daerah anyaman kapiler sehingga mudah ruptur. Selain hipoksia, hiperosmolaritas pula dapat menyebabkan perdarahan intraventrikulerHiperosmolaritas antara lain terjadi karena hipernatremia akibat pemberian natrium bikarbonat yang berlebihan/plasma ekspander. Keadaan ini dapat meninggikan tekanan darah otak yang diteruskan ke kapiler sehingga dapat pecah.

E. Gambaran KlinisGejala-gejala Perdarahan Intrakranial Neonatus tidak khas, dan umumnya sukar didiagnosis jika tidak didukung, oleh riwayat persalinan yang jelas.Gejala-gejala berikut dapat ditemukan :1. Fontanel tegang dan menonjol oleh kenaikan tekananintrakranial, misalnya pada perdarahan subaraknoid.2. Iritasi korteks serebri berupa kejang-kejang,irritable,twitching,opistotonus. Gejala-gejala ini baru timbul beberapa jam setelah lahir dan menunjukkan adanya perdarahan subdural , kadang-kadang juga perdarahan subaraknoid oleh robekan tentorium yang luas.3. Mata terbuka dan hanya memandang ke satu arah tanpa reaksi. Pupil melebar, refleks cahaya lambat sampai negatif.Kadang-kadang ada perdarahan retina, nistagmus dan eksoftal-mus.4. Apnea: berat dan lamanya apnea bergantung pada derajatperdarahan dan kerusakan susunan saraf pusat. Apnea dapat berupa serangan diselingi pernapasan normal/takipnea dan sianosis intermiten.5. Cephalic cry(menangis merintih).6. Gejala gerakan lidah yang menjulur ke luar di sekitar bibir seperti lidah ular(snake like flicking of the tongue)menunjukkan perdarahan yang luas dengan kerusakan pada korteks7. Tonus otot lemah atau spastis umum. Hipotonia dapat berakhir dengan kematian bila perdarahan hebat dan luas. Jika perdarahan dan asfiksia tidak berlangsung lama, tonus otot akan segera pulih kembali. Tetapi bila perdarahan berlangsung lebih lama, flaksiditas akan berubah menjadi spastis yang menetap. Kelumpuhan lokal dapat terjadi misalnya kelumpuhan otot-otot pergerakan mata, otot-otot muka/anggota gerak (monoplegi/hemiplegi) menunjukkan perdarahan subdural/ parenkim.Gejala-gejala lain yang dapat ditemukan:1. Gangguan kesadaran (apati, somnolen, sopor atau koma),2. Tidak mau minum,3. Menangis lemah,4. Nadi lambat/cepat.5. Kadang-kadang ada hipotermi yang menetap.Apabila gejala-gejala tersebut di atas ditemukan pada bayi prematur yang 2448 jam sebelumnya menderita asfiksia, maka PI dapat dipikirkan.Berdasarkan perjalanan klinik, Perdarahan Intrrakranial Neonatus dapat dibedakan 2 sindrom:1. Saltatory SyndromeGejala klinik dapat berlangsung berjam-jam/berhari-hari yang kemudian berangsur-angsur menjadi baik. Dapat serabuh sempurna tetapi biasanya dengan gejala sisa.2. Catastrophic Syndrome.Gejala klinik makin lama makin berat, berlangsung beberapa menit sampai berjam-jam dan akhirnya meninggal.

F. PenatalaksanaanDiusahakantindakandibatasi untuk mencegah terjadinyakerusakan/kelainan yang lebih parah1. Bayi dirawat dalam inkubator yangmemudahkanobservasikontinu dan pemberian Oksigen. Perlu diobservasi secara cermat:suhutubuh, derajat kesadaran, besarnya dan reaksi pupil, aktivitas motorik, frekuensi pernapasan, frekuensi jantung (bradikardi/takikardi), denyut nadi dan diuresis. Diuresis kurang dari 1 ml/kgBB/jam berarti perfusi keginjalberkurang, diuresis lebih dari 1 ml/kgBB/jam menunjukkan fungsi ginjal baik2. Menjaga jalannapastetap bebas, apalagi kalau penderita dalam koma diberikan (02). Bayi letak dalamposisimiring untuk mencegah aspirasisertapenyumbatanlarings oleh lidah dan kepala agak ditinggikan untuk mengurangi tekanan vena serebral.3. Pemberian vitamin K serta transfusi darah dapat dipertim- bangkan.4. Infus untuk pemberian elektrolit dannutrisiyang adekuat berupa larutan glukosa (510%) dan NaCl 0,9% 4:1 atau glukosa 510%dan Nabik 1,5% 4:1.5. Pemberian obat obatan : valium/luminal bila ada kejang kejang. dosis valium 0,30,5 mg/kgBB, tunggu 15 menit, kalau belum berhenti diulangi dosis yang sama; kalau berhenti diberikan luminal 10 mg/kgBB (neonatus 30 mg), 4 jam kemudian luminal per os 8 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosisselama2 hari, selanjutnya 4 mg/kgBB dibagi dalam 2 dosis sambil perhatikan keadaan umum seterusnya. kortikosteroid berupa deksametason 0,51 mg/kgBB/24 jam yang mempunyai efek baikterhadaphipoksia danedemaotak. antibiotika dapat diberikan untuk mencegah infeksi sekunder, terutama bila ada manipulasi yang berlebihan.6. Fungsi lumbal untuk menurunkan tekanan intrakranial, mengeluarkan darah, mencegah terjadinya obstruksi aliran likuor dan mengurangi efek iritasi pada permukaan korteks.7. Tindakan bedah darurat:Bila perdarahan/hematoma epidural walaupun jarangdilakukanexplorative burrhole dan bila positif dilanjutkan dengan kraniotomi, evakuasi hematoma danhemostasisyang cermat 8. Pada perdarahan/hematoma subdural, tindakan explorative burrhole dilanjutkan dengan kraniotomi, pembukaan duramater, evakuasi hematoma dengan irigasi menggunakan cairan garam fisiologik. Pada perdarahan intraventrikuler karena sering terdapat obstruksialiran likuor, dilakukan shunt antara ventrikel lateral dan atrium kanan.ASUHAN KEPERAWATANKonsep Asuhan KeperawatanA.PengkajianPengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan untuk mengenal masalah klien, agar dapat memberi arah kepada tindakan keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari tiga kegiatan, yaitu pengumpulan data, pengelompokkan data dan perumusan diagnosis keperawatan.a. Pengumpulan dataPengumpulan data adalah mengumpulkan informasi tentang status kesehatan klien yang menyeluruh mengenai fisik, psikologis, sosial budaya, spiritual, kognitif, tingkat perkembangan, status ekonomi, kemampuan fungsi dan gaya hidup klien1. Identitas klienMeliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.2. Keluhan utamaBiasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat berkomunikasi.3. Riwayat penyakit sekarang4. Riwayat penyakit dahulu5. Riwayat penyakit keluarga6. Riwayat psikososial7. Pola-pola fungsi kesehatana. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehatb. Pola nutrisi dan metabolismec. Pola eliminasid. Pola aktivitas dan latihane. Pola tidur dan istirahatf. Pola hubungan dan perang. Pola persepsi dan konsep dirih. Pola sensori dan kognitifi. Pola reproduksi seksualj. Pola penanggulangan stressk. Pola tata nilai dan kepercayaan8. Pemeriksaan fisika. Keadaan umum Kesadaran : umumnya mengelami penurunan kesadaran Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak bisa bicara Tanda-tanda vital : tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasib. Pemeriksaan integumen Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien CVA Bleeding harus bed rest 2-3 minggu Kuku : perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis Rambut : umumnya tidak ada kelainanc. Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : bentuk normocephalik Muka : umumnya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)d. Pemeriksaan dadaPada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan refleks batuk dan menelan.e. Pemeriksaan abdomenDidapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang terdapat kembung.f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anusKadang terdapat incontinensia atau retensio urineg. Pemeriksaan ekstremitasSering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.h. Pemeriksaan neurologi-Pemeriksaan nervus cranialis-Pemeriksaan motorik-Pemeriksaan sensorik-Pemeriksaan refleks9. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan radiologi CT scan : didapatkan hiperdens fokal, kadang-kadang masuk ventrikel, atau menyebar ke permukaan otak. MRI : untuk menunjukkan area yang mengalami hemoragik. Angiografi serebral : untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler. Pemeriksaan foto thorax : dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi kronis pada penderita stroke.b. Pemeriksaan laboratorium Pungsi lumbal : pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama. Pemeriksaan darah rutin Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat mencapai 250 mg dalajm serum dan kemudian berangsur-angsur turun kembali. Pemeriksaan darah lengkap : unutk mencari kelainan pada darah itu sendiri.B. Diagnosa Keperawatan1. Gangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah2. Gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot3. Gangguan nyaman nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)4. Gangguan defisit perawatan diri b.d kelemahan otot.

C. Intervensi KeperawatanDiagnosaTujuan dan Kriteria HasilIntervensiRasional

Gangguan mobilisasi fisik b.d kondisi yang melemah

Gangguan intoleransi aktivitas b.d kelemahan tonus otot

Gangguanrasanyaman Nyeri b.d peningkatan tekanan intrakranial (TIK)

Defisit perawatan diri b.d kelemahan otot

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama waktu 4X24 jam pasien diharapkan dapat melakukan mibilisasi fisik secara optimal.Kriteria hasil:-Tonus ototbertambah- MobilisasiROM pasifmenjadi aktif- Tidakmengeramkesakitandalam proseslatihan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 6X24 jam diharapkan pasien dapt terpenuhi aktivitas sehari hari dengan normalKriteria hasil :- Terjadipeningkatan tonus otot- Pasien dapatmelakukanaktivitassehari haridenganmandiri- Tidak terasasakit bilamelakukanlatihan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 3X24 jam diharapkan rasa nyeri yang dirasak pasien dapat berkurang atau bahkan hilangKriteria Hasil :- Wajah tidakmengurungdan menahankesakitan- Skala nyeriturun- Pasien tidakmemegangibagian yangsakit

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam waktu 1X24 jam diharapkan pasien terpenuhi dalam perawatan dirinya secara optimalKriteria Hasil :-.Wajah tidaklesu- Kulit tidaksaling melengket- Badan menjadiharum1.Observasi kondisi fisikklien2.Rencanakan proses latihan yang efisien bila perlu kolaborasikan dengan fisioterapi untuk menambah proses latihan3.Atur posisi senyaman mungkin4.Mengajari pasien ROM pasif dan aktif5.Biarkan pasien mempraktikan kembali yang sudah diajarkan tapi dengan pengawasan perawat6.Observasi kembali peningkatan gerak fisik7.Berikan HE(healt education)tentang pentingnya latihan ROM.

1.Observasi kondisi fisikklien2.Rencanakan proses latihan yang efisien bila perlu kolaborasikan dengan fisioterapi untuk menambah proses latihan3.Atur posisi senyaman mungkin4.Mengajari pasien ROM pasif dan aktif5.Biarkan pasien mempraktikan kembali yang sudah diajarkan tapi dengan pengawasan perawat6.Bila sudah bisa menyangga tubuh ajarkan berjalan tapi dengan dammpingan perawat7.Berikan dukungan dalam setiap tindakan yang sudah dilakukan.

1.Observasi secara subjektiv skal nyeri yang dirasakan pasien2.Beri posisi yang nyaman3.Ajari metode relaksasi seperti distraksi, nafas dalam, dan bila emosi ajarkan imajinasi terpimpin4.Anjurkan pasien untuk melakukan pemeriksaan CT-Scan5.Kolaborasikan dengan pihak medis untuk terapi obat6.Berikan HE tentang pentingnya ambulansi saat emergensi7.Observasi penurunan skala nyeri yang dirasakan

1.Observasi kondisi awal pasien terutama fisik dan kebersihan2.Siapkan alat untuk melakukan PH

3.Memberitahu maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan4.Menutup gorden

5.Melakukan PH sambil mengajari keluarga6.Observasi tindakan yang dilakukan7.Beri HE pentingnya perawatan diri1.Inspeksi kondisi awal pasien2.Merencanakan porsi latihan untuk menunjang kesembuhan pasien

3.Memberikan kenyamanan

4.Melakukan tindakan keperawatan5.Monitoring tindakan yang sudah dilakukan

6.Mengetahui perkembangan latihan7.Memberikan informasi kepada pasien.

1.Inspeksi kondisi awal pasien2.Merencanakan porsi latihan untuk menunjang kesembuhan pasien

3.Memberikan kenyamanan

4.Melakukan tindakan keperawatan5.Monitoring tindakan yang sudah dilakukan

6.Melanjutkan proses latihan keperawatan

7.Memberi semangat untuk menambah latihan.

1.Inspeksi skala nyeri awal dari pasien

2.Memberikanrasa nyaman3.Melakukan terapi perawatan

4.Memantau adakah kelainan dari pemeriksaan

5.Membantu mempercepat kesembuhan pasien6.Memberi informasi secara lengkap

7.monitoring perkembangan setelah dilakukan tindakan keperawatan

1.Obsevasi kondisi awal dari pasien

2.Menyiapkan alat dari suatu bagian tindakan keperawatan3.Menghindari penolakan dri tindakan keperawatan4.Menjaga privasi pasien5.Melakukan tindakan keperawatan6.Monitoring tindakan yang sudah dilakukan7.Membantu memberikan informasi secara jelas.

Notulen:Auliani Annisa FebriLeader:Emil Wahyu Andria