This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Peran Otak dalam Mempengaruhi Emosi
B6
Jeffry Pulyanto M. Simamora (102011414)
Yuniete Eiffelia (102012135)
Haswinanti Wilda (102012443)
Tria Usma Putra (102013053)
Martha Simona Putri (102013056)
Anjanete Viviandira Krisnadewi (102013204)
Reynaldi Sanjaya Iskandar (102013274)
Sarah Melisa (102013292)
Fransiska (102013369)
Jerrmias Salimulyo Nugroho (102013416)
Nadia Syariah Binti Abdul Aziz (102013495)
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731
1
ABSTRAK
Emosi dihasilkan oleh umpan balik organ dan otot tubuh ke SSP. Serat-serat saraf otonom
meninggalkan korda spinalis dan mempersarafi otot jantung serta kelenjar endokrin dan eksokrin. Banyak
neurotransmitter digunakan di sistem saraf. Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun
tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara
bagian luar dan bagian dalam sel. Setiap neurotransmitter disintesis di badan sel dan disalurkan melalui
akson ke terminal akson.
Kata kunci: neurotransmitter, saraf otonom
ABSTRACT
Emotions comes from the feed back of an organs and muscles to central nervous system. The fiber
of autonom nervous left corda spinalis and innervate the heart muscle, and endocrine and exocrine gland.
So many neurotransmitters used in the nervous system. Impuls conductor like stimulus or respons through
the nervous fiber (acson) could be happened because of the electrical potential difference between the
outside part and the inside part of the cell. Every neurotransmitter will be synthesize in the cells body and
distribute bye the acson through the terminal.
Key words: neurotransmitter, autonomic nervous
PENDAHULUAN
Rasa bahagia, sedih, kecewa, dan lain-lain adalah sebuah emosi yang kita alami dalam kehidupan
sehari-hari. Tanpa kita sadari sebelumnya, beberapa bagian pada otak mempunyai peran penting dalam
mempengaruhi emosi tersebut. Setiap aspek dalam emosi dipengaruhi oleh bagian-bagian tersebut.
Bagaimana mengekspresikan, mengendalikan, dan sebagainya. Saraf pun ikut berperan dalam
menyalurkan emosi tersebut ke bagian-bagian tubuh yang lain, contohnya emosi yang berlebihan
sehingga menyebabkan perasaan berdebar terus-menerus.
EMOSI
Apa yang menyebabkan kita tertawa, menangis, mencintai, iri, khawatir, dan seterusnya
merupakan inti dari banyak spekulasi dan filosofi biologis. Beberapa hipotesis mengusulkan bahwa emosi
dihasilkan oleh umpan balik organ dan otot tubuh ke SSP. Kemudian muncul hipotesis yang menyatakan
bahwa persepsi informasi sensoris oleh otak pertama-tama akan menghasilkan pengalaman emosi (takut,
marah, dan lainnya), kemudian ekspresi emosi, seperti peningkatan denyut jantung dan wajah yang
memerah. Emosi sulit dipelajari secara eksperimental, karena meskipun hewan percobaan
memperlihatkan (mengekspresikan) emosi, kita tidak dapat mengatakan secara konklusif bahwa hewan
2
tersebut merasakan (mengalami) emosi dalam pengertian yang sama seperti yang dialami oleh manusia.
Hewan percobaan, seperti tikus dan mencit, cenderung mempunyai respons emosional yang stereotipik.
Sebaliknya, manusia cenderung mempunyai pengalaman emosi dan ekspresi emosi yang sangat
individual. Stimulus yang memicu kemarahan atai iri pada seseorang bias jadi tidak mempunyai efek pada
orang lain, atau bahkan memberikan perasaan emosi dan respons tubuh yang sangat berbeda. Sistem saraf
otonom dan divisi motoris somatik memperantai ekspresi emosi tubuh, dan kapasitas komponen sistem
saraf tepi untuk memicu respons yang sangat beragam dalam otot dan organ lain. Hal ini merupakan
faktor kunci pada ciri ekspresi emosi yang beragam.
Para peneliti mengembangkan suatu peta parsial mengenai beberapa wilayah otak yang terlibat
emosi. Peta itu menekankan bahwa gambaran jalur neuron dan sistem fungsional yang mendasari emosi
baru mulai muncul, dan dengan respons emosi yang sangat beragam, terdapat juga kemungkinan
keterlibatan beberapa jalur neural yang kompleks dan sistem fungsional dalam SSP. Sejauh ini, peta
tersebut dibuat berdasarkan kajian-kajian pada manusia dan mamalia lain yang mengalami kerusakan
otak, dengan adanya teknologi pencitraan, tetapi laju penelitian mengenai mekanisme otak dalam
mengintegrasikan semua jenis semua jenis informasi meningkat cepat. Beberapa emosi manusia
bergantung pada kelompok fungsional nukleus dan saluran akson yang saling bersambungan di SSP yang
disebut sistem limbik. Meskipun masih memiliki definisi yang fleksibel, sistem limbik meliputi bagian
thalamus dan hipotalamus dan bagian korteks serebral. Sistem limbic dihubungkan dengan daerah daerah
korteks serebral yang terlibat dalam pembelajaran kompleks, bernalar, dan personalitas. Konsultasi antara
pusat otak bagian atas dengan sistem limbic sangat penting dalam formulasi emosi. Sebuah prosedur
pembedahan lobotomi frontal yang merusak strktur limbik atau persambungan antara sistem limbik
dengan pusat otak bagia atas pada korteks serebral menghilangkan konsultasi emosional tersebut.
Lobotomi frontal pernah ditetapkan secara luas untuk mengatasi gangguan emosional yang hebat. Namun,
ketenangan yang dihasilkan umumya disertai oleh kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi,
membuat perencanaan, dan bekerja untuk mencapai sasaran, dan terapi obat-obatan telah menjadi
alternatif pengobatan.
Sebuah nukleus lobus temporal korteks serebral yang disebut amigdala, yaitu sebuah komponen
sistem limbik yang menonjol, merupakan pusat utama pengumpulan data sensoris dan pengatur informasi
emosi. Amigdala menerima data sensoris dari thalamus, batang otak, dan kuncup pengecapan, juga
informasi sensoris yang terintegrasi dari daerah asosiasi korteks serebral. Sinyal neuron melewati
amigdala dan hipotalamus serta batang otak dengan arah berlawanan, dan suatu jalur utama sinyal yang
memicu ekspresi emosional merambat dari amigdala ke sistem saraf otonom dan sistem motoris somatik
melalui hipotalamus dan formasi retikuler batang otak.[1,2]
3
SISTEM SARAF OTONOM
Serat-serat saraf otonom meninggalkan korda spinalis dan mempersarafi otot jantung dan polos
serta kelenjar endokrin dan eksokrin. Serat-serat saraf otonom dianggap involunter karena hanya sedikit
control kesadaran terhadap fungsi mereka. Terdapat dua divisi sistem saraf otonom, divisi simpatis dan
parasimpatis. Saraf-saraf simpatis dan parasimpatis mempersarafi banyak organ yang sama tetapi
biasanya menimbulkan respons yang berlawanan. Badan-badan sel dari neuron-neuron tersebut terdapat
di otak atau korda spinalis. Pada kedua divisi sistem otonom, dua serat saraf berpartisipasi pada jalur
aferen.[3]
Sistem Saraf Simpatis
Serabut pertama pada saraf simpatis, yang disebut serabut praganglion, keluar dari region toraks
atau lumbal pada spina. Segera setelah keluar dari spina, serabut praganglion bersatu dengan serabut
praganglion lain untuk membentuk ganglion otonom. Di titik ini, serabut praganglion bersinaps pada
serabut saraf kedua dari sistem ini, serabut pascaganglion, dan melepaskan asetilkolin, yang
menyebabkan serabut pascaganglion mencetuskan potensial aksi. Dari ganglion otonom, serabut
pascaganglion berjalan ke organ targetnya, otot atau kelenjar. Serabut pascaganglion simpatis biasanya
melepaskan neurotransmitter norepinefrin. Reseptor organ target untuk norepinefrin disebut resepto
adregenik.[3,4]
Sistem Saraf Parasimpatis
Serat-serat sistem saraf parasimpatis keluar dari otak dalam saraf-saraf kranialis atau keluar dari
korda spinalis dari daerah sakralis. Serat praganglion sistem saraf parasimpatis biasanya berukuran
panjang dan berjalan ke suatu ganglion otonom dekat organ sasaran. Saraf parasimpatis praganglion
mengeluarkan asetilkolin. Serat pascasinaps parasimpatis kemudian berjalan singkat ke jaringan sasaran,
suatu otot atau kelenjar. Saraf ini mengeluarkan asetilkolin. Reseptor asetilkolin praganglion untuk serat-
serat simpatis dan parasimpatis disebut reseptor nikotinik. Reseptor asetilkolin pascaganglion disebut
resetor muskarinik. Nama-nama ini berkaitan dengan reseptor yang dapat dirangsang oleh nikotin atau
muskarin (suatu racun jamur).[3]
Fungsi Saraf Simpatis dan Parasimpatis
Sistem saraf simpatis mempersarafi jantung, menyebabkan peningkatan kecepatan denyut dan
kekuatan kontraksi jantung. Saraf simpatis mempersarafi semua arteri dan vena besar dan kecil,
menyebabkan konstriksi semua pembuluh kecuali arteiol-arteriol yang memperdarahi otot rangka. Saraf
simpatis mempersarafi otot polos saluran cerna, menyebabkan penurunan motilitas, dan otot polos saluran
napas, menyebabkan relaksasi bronkus dan penurunan sekresi bronkus. Perangsangan simpatis
memperngaruhi hati, merangsang sekresi kelenjar keringat, dan bertanggung jawab bagi ereksi selama
orgasme pria.
4
Serat parasimpatis mempersarafi jantung, memperlambat kecepatan denyutnya, dan mempersarafi
saluran verna, menyebabkan peningkatan motilitas. Serat parasimpatis mempersarafi otot polos bronkus,
menyebabkan konstriksi jalan napas, dan mempersarafi salruan kemih kelamin, menyebabkan ereksi pada
pria.[3]
HIPOTALAMUS
Gambar 1. Hipotalamus1
Daerah ini merupakan pusat integrasi untuk banyak fungsi homeostatik penting dan berfungsi
sebagai penghubung penting antara sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Secara spesifik,
hipotalamus (1) mengontrol suhu tubuh; (2) mengontrol rasa haus dan pengeluaran urin; (3) mengontrol