1. Memahami dan Menjelaskan Plasmodium
1.1. Definisi Plasmodium
Plasmodiummerupakan genusprotozoaparasit. Penyakit yang
disebabkan oleh genus ini dikenal sebagaimalaria. Parasit ini
sentiasa mempunyai dua inang dalam siklus hidupnya: vektornyamukdan
inangvertebra. Sekurang-kurangnya sepuluh spesies menjangkiti
manusia. Spesies lain menjangkiti hewan lain, termasuk burung,
reptilia dan hewan pengerat.
1.2. Klasifikasi Plasmodium
Family: Plasmodiidae
Kelas: Sporozoa
Ordo: Haemosporida
Genus: Plasmodium
Plasmodium falciparum
Plasmodium vivax
Plasmodium ovale
Plasmodium malariae
Daur praeritrosit
5,5 hari
8 hari
9 hari
10-15 hari
Hipnozoit
-
+
+
-
Jumlah merozoit hati
40.000
10.000
15.000
15.000
Skizon hati
60 mikron
45 mikron
70 mikron
55 mikron
Daur eritrosit
48 jam
48 jam
50 jam
72 jam
Eritrosit yang dihinggapi
Muda dan normosit
Retikulosit dan normosit
Retikulosit dan normosit muda
Normosit
Pembesaran eritrosit
-
++
+
-
Titik-titik eritrosit
Maurer
Schuffner
Schuffner (james)
Zieman
Pigmen
Hitam
Kuning tengguli
Tengguli tua
Tengguli hitam
Jumlah merozoit eritrosit
8-24
12-28
8-10
8
daur dalam nyamuk pada 270C
10 hari
8-9 hari
12-14 hari
26-28 hari
Jenis dan habitat
No.
Species
Distribusi
Habitat
1.
Anopheles sundaicus
Jawa, bali, NTT, NTB, Kalimantan
Lagun berlumut kena sinar (pantai)
2.
Anopheles subpictus
Jawa, bali, NTT, NTB, Bengkulu, Sulawesi
Sama dengan sundaicus
3.
Anopheles saconitus
Jawa, Kalimantan, NTT, NTB, sumatera, Sulawesi
Sawah, saluran irigasi
4.
Anopheles barbirostris
Jawa, bali, sumatera, NTT, NTB, Sulawesi
Sawah, saluran irigasi, kolam, rawa-rawa
5.
Anopheles maculatus
Sumatera, jawa, bali, NTT, NTB, Kalimantan, Sulawesi
Sungai kecil atau mata air yang kena sinar, ada tanaman
selada
6.
Anopheles balanacensis
Sumatera, jawa, Kalimantan
Air tawar dalam hutan, pinggiran sungai
7.
Anophelesletifer
Kalimantan, Sumatera
genangan air dlm hutan yg terlindung sinar matahari,
rawa-rawa
8.
Anopheles sinensis
Kalimantan, Sumatera
Sawah, kolam terbuka, rawa-rawa
9.
Anopheles nigerrimus
Kalimantan, Sumatera, Sulawesi
Sawah, rawa & air mengalir perlahan, kolam yg berumput, juga
air payau
10.
Anopheles annullaris
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB
Sawah, kolam ikan air tawar
11.
Anophelesvagus
Sumatera s/d Papua
air kotor agak berlumpur, Kubangan, kolam, Saluran irigasi
12.
Anopheles tessellatus
Sumatera s/d Maluku
sawah, kobakan, air mengalir, kolam, dapat juga air payau
13.
Anopheles umbrosus
Sumatera, Kalimantan
rawa di hutan terlindung dari sinar matahari
Plasmodium vivax
Spesies plasmodium ini menyebabkan penyakit Malaria tertiana
benigna atau disebut malaria tertiana. Nama tertiana adalah
berdasarkan fakta bahwa timbulnya gejala demam terjadi setiap 48
jam. Nama tersebut diperoleh dari istilah Roma, yaitu hari kejadian
pada hari pertama , sedangkan 48 jam kemudian adalah hari ke 3.
Penyakit banyak terjadi di daerah tropik dan sub tropik, kejadian
penyakit malaria 43% disebabkan oleh P. vivax.. Proses schizogony
exoerytrocytic dapat terus terjadi sampai 8 tahun, disertai dengan
periode relaps, disebabkan oleh terjadinya invasi baru terhadap
erythrocyt. Kejadian relaps terciri dengan pasien yang terlihat
normal (sehat) selama periode laten. Terjadinya relaps juga erat
hubungannya dengan reaksi imunitas dari individu.
Plasmodium vivax hanya menyerang erytrocyt muda (reticulocyt),
dan tidak dapat menyerang/tidak mampu menyerang erytrocyt yang
masak. Segera setelah invasi kedalam erytrocyt langsung membentuk
cincin., cytoplasma menjadi aktif seperti ameba membentuk
pseudopodia bergerak ke segala arah sehingga disebut vivax. Infeksi
terhadap erytrocyt lebih dari satu trophozoit dapat terjadi tetapi
jarang. Pada saat trophozoit berkembang erytrocyt membesar,
pigmennya berkurang dan berkembang menjadi peculiar stipling
disebut Schuffners dot. Dot (titik) tersebut akan terlihat bila
diwarnai dan akan terlihat parasit di dalamnya. Cincin menempati
1/3-1/2 dari erytrocyt dan trophozoit menempati 2/3 dari sel darah
merah tersebut selama 24 jam. Granula hemozoin mulai terakumulasi
sesuai dengan pembelahan nucleus dan terulang lagi sampai 4 kali,
terdapat 16 nuclei pada schizont yang masak. Bila terjadi imunitas
atau diobati chemotherapi hanya terjadi sedikit nyclei yang dapat
diproduksi. Proses schizogony dimulai dan granula pigmen
terakumulasi dalam parasit. Merozoit yang bulat dengan diameter 1,5
um langsung menyerang erytrocyt lainnya. Schizogony dalam erytrocyt
memakan waktu 48 jam.
Beberpa merozoit berkembang menjadi gametocyt, dan gametocyt
yang masak mengisi sebagian besar erytrocyt yang membesar (10um).
Sedangkan mikrogametocyt terlihat lebih kecil dan biasanya hanya
terlihat sedikit dalam erytrocyt. Gametocyt memerlukan 4 hari untuk
masak. Perbandingan antara macro:microgametocyt adalah 2:1, dan
salah satu sel darah kadang diisi keduanya (macro+micro) dan
schizont.
Dalam nyamuk terjadi proses pembentukan zygot, ookinete dan
oocyt dengan ukuran 50 um dan memproduksi 10.000 sporozoit. Terlalu
banyak oocyst dapat membunuh nyamuk itu sendiri sebelum oocyt
berkembang menjadi sporozoit.
Plasmodium falciparum
Penyakit malaria yang disebabkan oleh species ini disebut juga
Malaria tertiana maligna, adalah merupakan penyakit malaria yang
paling ganas yang menyerang manusia. Daerah penyebaran malaria ini
adalah daerah tropik dan sub-tropic, dan kadang dapat meluas
kedaerah yang lebih luas, walaupun sudah mulai dapat diberantas
yaitu di Amerika Serikat, Balkan dan sekitar Mediterania. Malaria
falciparum adalah pembunuh terbesar manusia di daerah tropis di
seluruh dunia yang diperkirakan sekitar 50% penderita malaria tidak
tertolong.
Malaria tertiana maligna selalu dituduh sebagai penyebab utama
terjadinya penurunan populasi penduduk di jaman Yunani kuno dan
menyebabkan terhentinya expansi Alexander yang agung menaklukan
benua Timur karena kematian serdadunya oleh seranagn malaria ini.
Begitu juga pada perang Dunia I dan II terjadinya kematian manusia
lebih banyak disebabkan oleh penyakit malaria ini daripada mati
karena perang.
Seperti pada malaria lainnya, schizont exoerytrocytic dari P.
falciparum timbul dalam sel hati. Schizont robek pada hari ke 5 dan
mengeluarkan 30.000 merozoit. Disini tidak terjadi fase
exoerytrocytic ke 2 dan tidak terjadi relaps. Tetapi penyakit akan
timbul lagi sekitar 1 tahun, biasanya sekitar 2-3 tahun kemudian
setelah infeksi pertama. Hal tersebut disebabkan oleh jumlah
populasi parasit yang sedikit didalam sel darah merah.
Merozoit menyerang sel darah merah pada senua umur, disamping
itu P. falciparum terciri dengan tingkat parasitemia yang tinggi
dibanding malaria lainnya. Sel darah yang mengandung parasit
ditemukan dalam jaringan yang paling dalam seperti limpa dan sumsum
tulang pada waktu schizogony. Pada waktu gametocyt berkembang, sel
darah tersebut bergerak menuju sirkulsi darah perifer, biasanya
terlihat sebagi bentuk cincin.
Trophozoit bentuk cincin adalah yang paling kecil diantara
parasit malaria lainnya yang menyerang manusia, sekitar 1,2um.
Begitu trophozoit tumbuh dan mulai bergerak dengan pseudopodi,
pergerakannya tidak se aktif infeksi P. vivax. Erytrocyt yang
terinfeksi berkembang menjadi ireguler dan lebih besar daripada P.
vivax, sehingga menyebabkan degenerasi sel hospes.
Schizont yang masak berkembang menjadi 8-32 merozoit, pada
umumnya 16 merozoit. Schizont sering ditemukan pada darah perifer,
fase erytrocyt ini memakan waktu sekitar 48 jam. Pada kondisi yang
berat, saat terjadi parasitemia ditemukan lebih dari 65% erytrocyt
mengandung parasit, tetapi biasanya pada kepadatan 25% saja sudah
menyebabkan fatal.
Plasmodium malariae
Infeksi parasit P. malariae disebut juga Malaria quartana dengan
terjadinya krisis penyakit setiap 72 jam. Hal tersebut di kenali
sejak jaman Yunani, karena waktu demam berbeda dengan parasit
malaria tertiana. Pada tahun 1885 Golgi dapat membedakan antara
demam karena penyakit malaria tertiana dengan quartana dan
memberikan deskripsi yang akurat dimana parasit tersebut diketahui
sebagai P. malariae.
Plasmodium malariae adalah parasit cosmopolitan, tetapi
distribusinya tidak continyu di setiap lokasi. Parasit sering di
temukan di daerah tropik Afrika, Birma, India, SriLanka, Malaysia,
Jawa, New Guienia dan Eropa. Juga tersebar di daerah baru seperti
Jamaica, Guadalope, Brazil, Panama dan Amerika Serikat. Diduga
parasit menyerang orang di jaman dulu, dengan berkembangnya
perabapan dan migrasi penduduk, kasus infeksi juga menurun.
Schizogony exoerytrocytic terjadi dalam waktu 13-16 hari, dan
relaps terjadi sampai 53 tahun. Bentuk erytrocytic berkembang
lambat di dalam darah dan gejala klinis terjadi sebelumnya, dan
mungkin ditemukan parasit dalam ulas darah. Bentuk cincin kurang
motil daripada P. vivax, sedangkan cytoplasma lebih tebal. Bentuk
cincin yang pipih dapat bertahan sampai 48 jam, yang akhirnya
berubah bentuk memanjang menjadi bentuk band yang mengunpulkan
pigmen dipinggirnya. Nukleus membelah menjadi 6-12 merozoit dalam
waktu 72 jam. Tingkat parasitemianya relatif rendah sekitar 1
parasit tiap 20.000 sel darah. Rendahnya jumlah parasit tersebut
berdasarkan fakta bahwa merozoit hanya menyerang erytrocyt yang tua
yang segera hilang dari peredaran darah karena didestruksi secara
alamiah.
Gametocyt mungkin berkembang dalam organ internal, bentuk
masaknya jarang ditemukan dalam darah perifer. Mereka berkembang
sangat lambat untuk menjadi sporozoit infektif.
Plasmodium ovale
Penyakit yang disebabkan infeksi parasit ini disebut malaria
tertiana ringan dan merupakan parasi malaria yang paling jarang
pada manusia. Biasanya penyakit malaria ini tersebar di daerah
tropik, tetapi telah dilaporkan di daerah Amerika Serikat dan
Eropa. Penyakit banyak dilaporkan di daerah pantai Barat Afrika
yang merupakan lokasi asal kejadian, penyakit berkembang ke daerah
Afrika Tengah dan sedikit kasus di Afrika Timur. Juga telah
dilaporkan kasus di Philipina, NewGuenia dan Vietnam. Plasmodium
ovale sulit di diagnosis karena mempunyai kesamaan dengan P.
vivax.
Schizont yang masak berbentuk oval dan mengisi separo dari sel
darah hospes. Biasanya akan terbentuk 8 merozoit, dengan kisaran
antara 4-16. Bentuk titik (dot) terlihat pada awal infeksi kedlam
sel darah merah. Bentuknya lebih besar daripada P. vivax dan bila
diwarnai terlihat warna merah terang.
Gametocyr dari P. ovale memerlukan lebih lama dalam darah
perifer daripada malaria lainnya. Tetapi mereka cepat dapat
menginfeksi nyamuk secara teratur dalam waktu 3 minggu setelah
infeksi.
1.3. Morfologi P.Vivax
Stadium Trofozoit muda : - Bentuk cincin (besarnya 1/3
eritrosit)
Eritrosit membesar
Titik schuffner mulai tampak
Stadium Trofozoit Tua : - Bentuk amoeboid (masih terdapat
vakuol)
Eritrosit membesar
Titik schuffner jelas
Stadium Skizon Muda :
- Inti membelah, jumlah 4-8
Eritrosit membesar
Titik schuffner jelas
Stadium Akizon Matang : - Jumlah inti 12-24
Pigmen kuning tengguli berkumpul
Eritrosit membesar
Titik schuffner masih tampak dibagian pinggir eritrosit.
Stadium Makrogametosit : - Inti kecil padat, merah
Pigmen disekitar inti
Protoplasma berwarna biru
Eritrosit membesar
Titik schuffner masih tampak dipinggir
Stadium Mikrogametosit : - Inti besar, tidak padat, pucat
Pigmen tersebar
Protoplasma biru kemerahan pucat
Eritrosit membesar
Titik schuffner masih tampak dipinggir
1.4. Siklus Hidup P.Vivax
Siklus Hidup PlasmodiumMenurut CDC-Malaria tahun 2011, terdapat
tiga tahapan dalam siklus hidup Plasmodium yaitu pertumbuhan
aseksual di dalam sel hati atau di luar eritrosit (exoerythrocytic
schizogoni), pertumbuhan aseksual di dalam eritrosit (erythrocytic
schizogoni) dan pertumbuhan seksual di dalam tubuh nyamuk
(sporogoni).
Siklus hidup parasit malaria melibatkan dua host. Ketika
menghisap darah manusia, nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi
malaria menginokulasi sporozoit ke dalam host manusia . Sporozoit
menginfeksi sel-sel hati dan tumbuh menjadi skizon . Skizon pecah
dan melepaskan merozoit . (Dari catatan, di P. vivax dan P. ovale
tahap dorman/tidur (hipnozoit) dapat bertahan dalam hati dan
menyebabkan kambuh dengan menyerang aliran darah, beberapa minggu
atau bahkan bertahun-tahun kemudian). Setelah replikasi awal di
dalam hati (ekso-erythrocytic skizogoni ), Parasit mengalami
multiplikasi aseksual dalam eritrosit (skizogoni erythrocytic ).
Merozoit menginfeksi sel darah merah . Trofozoit tahap cincin
tumbuh menjadi skizon, yang pecah melepaskan merozoit . Beberapa
parasit berdiferensiasi menjadi tahap erythrocytic seksual
(gametosit). Parasit tahap darah bertanggung jawab atas manifestasi
klinis dari penyakit ini.
Makrogametosit dan mikrogametosit dari tubuh manusia dihisap
oleh nyamuk Anopheles ketika menghisap darah manusia . Multiplikasi
parasit di dalam tubuh nyamuk dikenal sebagai siklus sporogoni .
Sementara di perut/lambung, nyamuk, mikrogamet dan makrogamet
bereproduksi secara seksual menghasilkan zigot . Zigot menjadi
motil dan memanjang (ookinet) yang menyerang dinding midgut nyamuk
di mana mereka berkembang menjadi ookista . Ookista tumbuh, pecah,
dan melepaskan sporozoit , lalu sporozoit membuat jalan mereka ke
kelenjar ludah nyamuk. Inokulasi sporozoit ke dalam host manusia
baru dapat memperpanjang siklus hidup malaria .
2. Memahami dan Menjelaskan Malaria
2.1. Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasite
Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
manusia. Penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan
nyamuk anopheles betina yang pada air liurnya mengandung
sporozoit.
Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa
obligat intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada manusia
dapat disebabkan P. malariae, P. vivax, P. falciparum dan P. ovale.
Penularan malaria dilakukan oleh nyamuk betina dari tribus
Anopheles. Dari sekitar 400 spesies nyamuk anopheles telah
ditemukan 67 spesies yang dapat menularkan malaria dan 24
diantaranya ditemukan di Indonesia. Selain itu gigitan nyamuk
malaria dapat ditularkan secara langsung melalui transfuse darah
atau jarum suntik yang tercemar dari ibu hamil kepada bayinya
2.2. Epidemiologi Malaria
Epidemiologi malaria ialah ilmu yang mempelajari factor-faktor
yang menentukan distribusi malaria pada masyarakat dan memanfaatkan
pengetahuan tersebut untuk menanggulangi penyakit tersebut
pada pidato Menteri Kesehatan Republik Indonesia pada Peringatan
Hari Malaria Sedunia Ke-2 Pada tanggal 25 April 2009 : Sampai tahun
2007, 80% Kabupaten/Kota di Indonesia masih endemis malaria. Jumlah
kasus yang dilaporkan pada tahun 2008 sebanyak 1.624.930
orang.jumlah ini mungkin lebih besar dari keadaan yang sebenarnya
karena lokasi yang endemis malaria adalah desa-desa yang terpencil
dengan sarana transportasi yang sulit dan akses pelayanan kesehatan
masih rendah. Menurut perhitungan para ahli ekonomi kesehatan
dengan jumlah kasus tersebut sudah dapat menimbulkan kerugian
sebesar 3,3 triliun rupiah.
Di Indonesia sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan
masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih
cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di daerah
trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari
daerah yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis
malaria masih sering terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB)
malaria Oleh karena kejadian luar biasa ini menyebabkan insiden
rate penyakit malaria masih tinggi di daerah tersebut.
Indonesia merupakan salah satu negara yang masih tergolong
berisiko malaria serta sering mengalami kejadian luar biasa (KLB).
Ini bisa dilihat dari jumlah penderita malaria pada dua tahun
terakhir; pada tahun 2006 terdapat sekitar dua juta kasus malaria
klinis, sedangkan tahun 2007 menjadi 1,7 juta kasus. Jumlah
penderita positif malaria (hasil pemeriksaan mikroskop) tahun 2006
sekitar 350 ribu kesakitan dan tahun 2007 sekitar 311 ribu
kesakitan. Daerah endemis malaria tinggi, sebagian besar berada di
wilayah timur Indonesia, yang umumnya merupakan daerah terpencil
dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah, lingkungan yang kurang
baik serta transportasi dan komunikasi yang relatif sulit;
sedangkan di Pulau Jawa dan Bali, malaria berada pada
kantong-kantong di daerah pantai dan pegunungan.
Akibat dari perpindahan penduduk dan arus transportasi yang
cepat, penderita malaria bisa dijumpai di daerah yang tidak ada
penularan. Seperti di Jakarta, walaupun tidak ada penularan
malaria, tidak jarang ditemukan penderita malaria dan bahkan sampai
ada penderita yang meninggal karena tidak pasti diagosanya dan
terlambat atau salah pengobatan.
Setiap dokter yang bekerja di Indonesia perlu memahami penyakit
malaria, mampu mendiagnosa, mengobati, mengetahui komplikasi dan
penanganannya, serta dapat memberi nasehat mengenai
pencegahannya.
Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010, Pembangunan Kesehatan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional
yaitu untuk mewujudkan manusia sehat, produktif dan mempunyai daya
saing tinggi. Salah satu ciri bangsa maju adalah bangsa yang
mempunyai derajat kesehatan tinggi.
Dengan memahami epidemiologi penyakit malaria diharapkan dapat
dilakukan pemberantasan yang tepat, sehingga eliminasi penyakit
malaria di Indonesia dapat terwujud.
2.3. Patogenesis Malaria
Patogenesis malaria akibat dari interaksi kompleks antara
parasit, inang dan lingkungan. Patogenesis lebih ditekankan pada
terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah daripada
koagulasi intravaskuler. Oleh karena skizogoni menyebabkan
kerusakan eritrosit maka akan terjadi anemia. Beratnya anemi tidak
sebanding dengan parasitemia menunjukkan adanya kelainan eritrosit
selain yang mengandung parasit. Hal ini diduga akibat adanya toksin
malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagian
eritrosit pecah melalui limpa sehingga parasit keluar. Faktor lain
yang menyebabkan terjadinya anemia mungkin karena terbentuknya
antibodi terhadap eritrosit (Harijanto, 2000)
Limpa mengalami pembesaran dan pembendungan serta pigmentasi
sehingga mudah pecah. Dalam limpa dijumpai banyak parasit dalam
makrofag dan sering terjadi fagositosis dari eritrosit yang
terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis
terjadi hyperplasia dari retikulosit diserta peningkatan makrofag
(Harijanto, 200)
Pada malaria berat mekanisme patogenesisnya berkaitan dengan
invasi merozoit ke dalam eritrosit sehingga menyebabkan eritrosit
yang mengandung parasit mengalami perubahan struktur dan
biomolekular sel untuk mempertahankan kehidupan parasit. Perubahan
tersebut meliputi mekanisme, diantaranya transport membran sel,
Sitoadherensi, Sekuestrasi dan Resetting (Harijanto, 2000)
Sitoadherensi merupakan peristiwa perlekatan eritrosit yang
telah terinfeksi P. falciparum pada reseptor di bagian endotelium
venule dan kapiler. Selain itu eritrosit juga dapat melekat pada
eritrosit yang tidak terinfeksi sehingga terbentuk roset
(Harijanto, 2006).
Resetting adalah suatu fenomena perlekatan antara sebuah
eritrosit yang mengandung merozoit matang yang diselubungi oleh
sekitar 10 atau lebih eritrosit non parasit, sehingga berbentuk
seperti bunga. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya
Resetting adalah golongan darah dimana terdapatnya antigen golongan
darah A dan B yang bertindak sebagai reseptor pada permukaan
eritrosit yang tidak terinfeksi. (Harijanto P.N, 2006)
Menurut pendapat ahli lain, patogenesis malaria adalah
multifaktorial dan berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Penghancuran eritrosit
Fagositosis tidak hanya pada eritrosit yang mengandung parasit
tetapi juga terhadap eritrosit yang tidak mengandung parasit
sehingga menimbulkan anemia dan hipoksemia jaringan. Pada hemolisis
Intravascular yang berat dapat terjadi hemoglobinuria (Black White
Fever) dan dapat menyebabkan gagal ginjal. (Pribadi W, 2000)
2. Mediator endotoksin-makrofag.
Pada saat skizogoni, eritrosit yang mengandung parasit memicu
makrofag yang sensitive endotoksin untuk melepaskan berbagai
mediator. Endotoksin mungkin berasal dari saluran cerna dan parasit
malaria sendiri dapat melepaskan faktor nekrosis tumor (TNF) yang
merupakan suatu monokin, ditemukan dalam peredaran darah manusia
dan hewan yang terinfeksi parasit malaria. TNF dan sitokin dapat
menimbulkan demam, hipoglikemia, dan sindrom penyakit pernapasan
pada orang dewasa. (Pribadi W, 2000)
3. Sekuestrasi eritrosit yang terluka
Eritrosit yang terinfeksi oleh Plasmodium dapat membentuk
tonjolan-tonjolan (knobs) pada permukaannya. Tonjolan tersebut
mengandung antigen dan bereaksi dengan antibodi malaria dan
berhubungan dengan afinitas eritrosit yang mengandung parasit
terhadap endothelium kapiler alat dalam, sehingga skizogoni
berlangsung di sirkulasi alat dalam. Eritrosit yang terinfeksi
menempel pada endothelium dan membentuk gumpalan yang mengandung
kapiler yang bocor dan menimbulkan Anoksia dan edema jaringan.
(Pribadi W, 2000)
2.4. Manifestasi Klinis Malaria
Merozoit baru dalam eritrosit dalam jumlah besar (daur
eritrosit) mengakibatkan gejala klinik : mengigil dan demam
Parasit menghancurkan eritrosit mengakibatkan terjadinya anemia
hemolitik
Pigmen malaria menyebabkan perubahan warna pada hati, limpa,
kelenjar getah bening, dan sumsum tulang
Aktivasi mekanisme pertahanan fagositis oleh pejamu menyebabkan
hiperplasia sistem fagosit mononukleus di seluruh tubuh ,
splenomegaly
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain
:
Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana
penderita merasakan demam muncul setiap hari ketiga.
Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita
merasakan demam setiap hari keempat.
Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum,
penderita mengalami demam tidak teratur dengan disertai gejala
terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase koma dan kematian
yang mendadak.
Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala
dapat timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala
malaria yang berat.
Serangan malaria biasanya berlangsung selama 6-10 jam dan
terdiri dari tiga tingkatan, yaitu:
1. Stadium dingin
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat
dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya
dengan segala macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat
tetapi lemah. Bibir dan jari jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit
kering dan pucat. Penderita mungkin muntah dan pada anak-anak
sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1 jam.
2. Stadium Demam
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa
kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti
terbakar, sakit kepala dan muntah sering terjadi, nadi menjadi kuat
lagi. Biasanya penderita merasa sangat haus dan suhu badan dapat
meningkat sampai 41C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2
sampai 4 jam. Demam disebabkan oleh pecahnya skizon darah yang
telah matang dan masuknya merozoit darah ke dalam aliran darah.
Pada P. vivaxdan P. ovaleskizon-skizon dari setiap generasi menjadi
matang setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari
terhitung dari serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana
bersumber dari fenomena ini.Pada P. malaria, fenomena tersebut 72
jam sehingga disebut malaria P. vivax/P. ovale,hanya interval
demamnya tidak jelas. Serangan demam diikuti oleh periode laten
yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan tingkat
kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
3. Stadium Berkeringat
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali
sampai-sampai tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan
cepat, kadang-kadang sampai dibawah suhu normal. Penderita biasanya
dapat tidur nyenyak. Padasaat bangun dari tidur merasa lemah tetapi
tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4
jam.
3.5. Diagnosis Malaria
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang tepat dari
penderita tentang asal penderita apakah dari daerah endemic
malaria, riwayat bepergian ke daerah malaria, riawayat pengobatan
kuratip maupun preventip.
1. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya
parasit malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosa.
Pemeriksaan satu kali dengan hasil negative tidak mengenyampingkan
diagnosa malaria. Pemeriksaan darah tepi tiga kali dan hasil
negative maka diagnosa malaria dapat dikesampingkan. Adapun
pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui :
Tetesan preparat darah tebal.
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena
tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis.
Sediaan mudah dibuat khususnya untuk studi di lapangan. Ketebalan
dalam membuat sediaan perlu untuk memudahkan identifikasi parasit.
Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit (diperkirakan 100
lapang pandangan dengan pembesaran kuat). Preparat dinyatakan
negative bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan
pembesaran 700-1000 kali tidak ditemukan parasit. Hitung parasit
dapat dilakukan pada tetes tebal dengan menghitung jumlah parasit
per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya
ialah jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per
mikro-liter darah.
Tetesan preparat darah tipis.
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila dengan
preparat darah tebal sulit ditentukan. Kepadatan parasit dinyatakan
sebagai hitung parasit (parasite count), dapat dilakukan berdasar
jumlah eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah merah.
Bila jumlah parasit > 100.000/ul darah menandakan infeksi yang
berat. Hitung parasit penting untuk menentukan prognosa penderita
malaria. Pengecatan dilakukan dengan pewarnaan Giemsa, atau
Leishmans, atau Fields dan juga Romanowsky. Pengecatan Giemsa yang
umum dipakai pada beberapa laboratorium dan merupakan pengecatan
yang mudah dengan hasil yang cukup baik.
2. Tes Antigen : p-f test
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich
Protein II). Deteksi sangat cepat hanya 3-5 menit, tidak memerlukan
latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan alat khusus.
Deteksi untuk antigen vivaks sudah beredar dipasaran yaitu dengan
metode ICT. Tes sejenis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari
plasmodium (pLDH) dengan cara immunochromatographic telah
dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat mendeteksi dari
0-200 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi
P.falciparum atau P.vivax. Sensitivitas sampai 95 % dan hasil
positif salah lebih rendah dari tes deteksi HRP-2. Tes ini sekarang
dikenal sebagai tes cepat (Rapid test).
3. Tes Serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1962 dengan memakai
tekhnik indirect fluorescent antibody test. Tes ini berguna
mendeteksi adanya antibody specific terhadap malaria atau pada
keadaan dimana parasit sangat minimal. Tes ini kurang bermanfaat
sebagai alat diagnostic sebab antibody baru terjadi setelah
beberapa hari parasitemia. Manfaat tes serologi terutama untuk
penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer
> 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test > 1:20
dinyatakan positif . Metode-metode tes serologi antara lain
indirect haemagglutination test, immunoprecipitation techniques,
ELISA test, radio-immunoassay.
4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan tekhnologi
amplifikasi DNA, waktu dipakai cukup cepat dan sensitivitas maupun
spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun jumlah parasit
sangat sedikit dapat memberikan hasil positif. Tes ini baru dipakai
sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
Anemnsis:
Keluhan utama: demam, menggigil, berkeringatdan dapat disertai
sakit kepala, mual, muntah,diare, nyeri otot, atau pegal.Klasik:
Trias Malaria, secara berurutan periodedingin (15 -60 menit),
mengigil, diikuti periodepanas (beberapa jam), diikuti periode
berkeringat,temperatur turun dan merasa sehat
Riwayat berkunjung dan bermalam ke daerah endemic malaria
Riwayat tinggal di daerah endemic malaria
Riwayat sakit malaria
Riwayat minum obat malaria stu bulan terakhir
Riwayat transfusi darah
Pada penderita tersangka malaria berat dapat ditemukan:
Gangguan kesadaran dlm berbagai derajat
Keadaan umum yg lemah (tdk bisa duduk/berdiri)
Kejang-kejang
Panas sangat tinggi
Mata atau tubuh kuning (ikterus)
Perdarahan hidung, gusi, atau sal pencernaan
Napas cepat dan atau sesak napas
Muntah terus menerus dan tidak dapat makan minum
Warna air seni sepeti teh tua dan dapat sampai kehitaman
Jumlah air seni kurang (oliguri) sampai tidak ada (anuria)
Telapak tangan sangat pucat
Pemeriksaan Fisik
Demam
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran limfa (splenomegali)
Pembesaran hati (hepatomegali)
Pemeriksaan Fisik malaria berat:
T Rektal 40o c
Nadi cepat dan lemah/kecil
TS < 70 mmHg (dewasa), < 50(anak)
R > 35 x/menit,
Penurunan kesadaran (GCS < 11)
Manifestasi perdarahan (petekhiae, purpura,hematom)
Tanda dehidrasi (mata cekung, turgor danelastisitas kulit
berkurang, bibir kering, produksi airseni berkurang)
Anemia berat
Ikterik
Ronkhi pada kedua paru
Pembesaran limfa dan hepar
Gagal ginjal (oliguri / anuri)
Gajala neurologik Kaku kuduk, reflak patologis
Pemeriksaan laboratorium
pemeriksaan dengan mikroskop:Pemeriksaan sediaan darah tebal dan
tipis di puskesmas/lapangan/RS untukmenentukan:
Ada tidaknya parasit malaria (+/-)
Spesies dan stadium plasmodium
Kepadatan parasit
Untuk tersangka malaria berat perlu memperhatikan hal sbb:
Bila pemeriksaan darah pertama negatip,perlu diperiksa ulang
setiap 6 jam sampai 3hari berturut turut
Bila hasil pemeriksaan sediaan darah tebal selama 3 hari
berturut turut tidak ditemukanparasit maka diagnosis malaria
disingkirkan
Pemeriksaan dengan test diagnostikcepat (Rapid diagnostik
test)berdasarkan deteksi antigen parasitmalaria, dg menggunakan
metodaimunokromatografi dlm bentuk dipstik
Penunjang untuk malaria berat
Hb dan Ht
Hitung jumlah lekosit dan trombosit
GD, Serum bilirubin, SGOT/SGPT,
Alkaliposfatase,Albumin/globulin,ureum/kreatinin, Na, K, analisa
gas darah
EKG
Foto toraks
Analisa cairan cerebrospinal
Biakan darah dan uji serologi
Urinalisis
Diagnosis Banding
Untuk malaria tanpa komplikasi, diagnosis bandinganya adalah
infeksi virus padasistem pernafasan, influenza, bruselosis, demam
tifoid, demam dengeu dan infeksi bakteriallainnya.Untuk malaria
berat, diagnosa banding tergantung pada manifestasi malaria
beratnya.Pada malaria dengan ikterus, diagnosa bandingnya dalah
demam tifoid dengan hepatitis,kolesistitis, abses hati dan
leptospirosis
2.6. Komplikasi Malaria
Malaria Serebral
Merupakan komplikasi paling berbahaya. Ditandai dengan penurunan
kesadaran (apatis, disorientasi, somnolen, stupor, sopor, koma)
yang dapat terjadi secara perlahan dalam beberapa hari atau
mendadak dalam waktu hanya 12 jam, sering disertai kejang.
Penilaian penurunan kesadaran ini dievaluasi berdasarkan GCS.
Diperberat karena gangguan metabolisme, seperti asidosis,
hipoglikemi, gangguan ini dapat terjadi karena beberapa proses
patologis.
Diduga terjadi sumbatan kapiler pembuluh darah otak sehingga
terjadi anoksia otak. Sumbatan karena eritrosit berparasit sulit
melalui kapiler karena proses sitoadherensi dan sekuestrasi
parasit. Tetapi pada penelitian Warrell, menyatakan bahwa tidak ada
perubahan cerebral blood flow, cerebro vascular resistence, atau
cerebral metabolic rate for oxygen pada pasien koma dibanding
pasien yang telah pulih kesadarannya.
Kadar laktat pada cairan serebrospinal (CSS) meningkat pada
malaria serebral yaitu >2.2 mmol/L (1.96 mg/dL) dan dapat
dijadikan indikator prognostik: bila kadar laktat >6 mmol/L
memiliki prognosa yang fatal.
Biasanya disertai ikterik, gagal ginjal, hipoglikemia, dan edema
paru. Bila terdapat >3 komplikasi organ, maka prognosa kematian
>75 %.
Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan fungsi ginjal dapat terjadi prerenal karena dehidrasi
(>50%), dan hanya 510 % disebabkan oleh nekrosis tubulus akut.
Gangguan fungsi ginjal ini oleh karena anoksia yang disebabkan
penurunan aliran darah ke ginjal akibat dehidrasi dan sumbatan
mikrovaskular akibat sekuestrasi, sitoadherendan rosseting.
Apabila berat jenis (BJ) urin 1.05, rasio urin:darah > 4:1,
natrium urin < 20 mmol/L menunjukkan dehidrasi
Secara klinis terjadi oligouria atau poliuria. Beberapa faktor
risiko terjadinya GGA ialah hiperparasitemia, hipotensi, ikterus,
hemoglobinuria.
Dialisis merupakan pengobatan yang dapat menurunkan mortalitas.
Seperti pada hiperbilirubinemia, anuria dapat berlangsung terus
walaupun pemeriksaan parasit sudah negatif
Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
Ikterus sering dijumpai pada infeksi malaria falsiparum, mungkin
disebabkan karena sekuestrasi dan sitoadheren yang menyebabkan
obstruksi mikrovaskular. Ikterik karena hemolitik sering terjadi.
Ikterik yang berat karena P. falsiparum sering penderita dewasa hal
ini karena hemolisis, kerusakan hepatosit. Terdapat pula
hepatomegali, hiperbilirubinemia, penurunan kadar serum albumin dan
peningkatan ringan serum transaminase dan 5 nukleotidase. Ganggguan
fungsi hati dapat menyebabkan hipoglikemia, asidosis laktat,
gangguan metabolisme obat.
Edema Paru sering disebut Insufisiensi Paru
Sering terjadi pada malaria dewasa. Dapat terjadi oleh karena
hiperpermiabilitas kapiler dan atau kelebihan cairan dan mungkin
juga karena peningkatan TNF. Penyebab lain gangguan pernafasan
(respiratory distress): 1) Kompensasi pernafasan dalam keadaan
asidosis metabolic; 2) Efek langsung dari parasit atau peningkatan
tekanan intrakranial pada pusat pernapasan di otak; 3) Infeksi
sekunder pada paruparu; 4) Anemia berat; 5) Kelebihan dosis
antikonvulsan (phenobarbital) menekan pusat pernafasan.
Hipoglikemia
Hipoglikemi sering terjadi pada anakanak, wanita hamil, dan
penderita dewasa dalam pengobatan quinine (setelah 3 jam infus
kina). Hipoglikemi terjadi karena: 1) Cadangan glukosa kurang pada
penderita starvasi atau malnutrisi; 2) Gangguan absorbsi glukosa
karena berkurangnya aliran darah ke splanchnicus; 3) Meningkatnya
metabolisme glukosa di jaringan; 4) Pemakaian glukosa oleh parasit;
5) Sitokin akan menggangu glukoneogenesis; 6) Hiperinsulinemia pada
pengobatan quinine.
Metabolisme anaerob glukosa akan menyebabkan asidemia dan
produksi laktat yang akan memperburuk prognosis malaria berat
Haemoglobinuria (Black Water Fever)
Merupakan suatu sindrom dengan gejala serangan akut, menggigil,
demam, hemolisis intravascular, hemoglobinuria, dan gagal ginjal.
Biasanya terjadi pada infeksi P. falciparum yang berulang-ulang
pada orang non-imun atau dengan pengobatan kina yang tidak adekuat
dan yang bukan disebabkan oleh karena defisiensi G6PD atau
kekurangan G6PD yang biasanya karena pemberian primakuin.
Malaria Algid
Terjadi gagal sirkulasi atau syok, tekanan sistolik 1 C, kulit
tidak elastis, pucat. Pernapasan dangkal, nadi cepat, tekanan darah
turun, sering tekanan sistolik tak terukur dan nadi yang
normal.
Syok umumnya terjadi karena dehidrasi dan biasanya bersamaan
dengan sepsis. Pada kebanyakan kasus didapatkan tekanan darah
normal rendah yang disebabkan karena vasodilatasi.
3.7. Tatalaksana Malaria
1. Klorokuin
Farmakodinamik:
Bisa untuk antiradang. Hanya efektif terhadapparasit dalamfase
eritrosit tidak padaparasit yang ada di jaringan. Sangat
efektifterhadapP. vivax danprofilaksisnya.
Farmakokinetik:
Absorbsi klorokuin untukpemberian oral sangat cepat serta
makanan mempercepat absorbsinya. Kadar puncakpada plasmater jadi
pada 3-5jam. Klorokuin diikat dijaringan seperti hati, ginjal,
limpa, danparu. Sedangkan hanya sedikit diotak dan medulla
spinalis.
Dosis: Harian 300mguntuk kadarmantap
Efek samping: Sakit kepala, gangguanpencernaan,
gangguanpengelihatan, dan gatal-gatal
Kontraindikasi: Pasien denganpenyakit hati dan pasien dengan
gangguan cerna
Profilaksis: Klorokuin fosfat 500mg/minggu. Diberikan 1 hari
sebelum masuk daerah endemiksampai 1 minggu meninggalkan daerah
endemik
2. Primentamin
Farmakodinamik:
Merupakan skizontosid darah kerja lambat yang mempunyai efek
antimalaria yang mirip denganproguanil tetapi lebih kuat karena
bekerja langsung dan waktu paruhnyapun panjang. Pirimentamin
tidakmemberikan efektivitas yangjelas padaP. falciparum dijaringan
hati. Pirimentaminpun gagal memusnahkan gametosit semua
jenisplasmodia. Pirimentamin menghambat enzim dihidrofolat
reduktaseplasmodia. Enzim ini menyebabkan gagalnyapembelahan
intipadapertumbuhan skizon dalam hati dan eritrosit
Farmakokinetik:
Penyerapanpirimentamin di saluran cernaberlangsung lambat tetapi
lengkap. Setelahpemberian oral, kadar puncakplasma terjadipada 4-6
jam. Konsentrasi obat sebagai supresi bertahan dalam darah selama 2
minggu. Obat ini ditimbun lama dalam ginjal, hati,paru, dan limpa
kemudian diekskresi lambat dengan waktuparuh kira kira 4 hari.
Dosis: Tablet 25 mg
Efek samping: Anemiamakrositik
Kontraindikasi: Wanita hamil,bayi baru lahir,dan
bayiprematur
Profilaksis: Untukprofilaksis dapat diberikan seminggu sekali,
sedangkanproguanil harus diberikan setiap hari
3. Primakuin
Farmakodinamik:
Manfaat klinikutama untukpenyembuhan radikal malaria vivaks dan
ovale karenabentuk latenjaringanpalsmodia ini dapat dihancurkan
oleh primakuin. Primakuin sendiri tidakmenekan serangan malaria
vivaks, meskipun memperlihatkan aktivitas terhadap fase eritrosit.
Demikian jugasecara klinis tidak digunakan untuk mengatasi serangan
malaria Falsiparum sebab tidakefektifterrhadap fase eritrosit.
Farmakokinetik:
Setelah diberikan peroral primakuin segera diabsrobsi dan
didistribusikan luas ke jaringan. Metabolismenya berlangsung cepat
dan hanya sebagian kecil dari dosis yang diekskresikan ke urin
dalambentuk asal. Konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam 3 jam,
dan waktuparuh eliminasinya dalam 6 jam.
Dosis: 15 mg per hari selama 14 hari dimulai pada hari ke 4 di
mana sebelumnya didahuluipemberian klorokuin
Efek samping: Anemia hemolitik akutpada pasien yang mengalami
defisiensi enzim glukosa-6-fossfat dehidrogenase
Kontraindikasi: Pada pasien dengan penyakit sistemik yangberat
yang cenderung mengalami granulositopenia
Profilaksis: 15 mg (basa)per hari sampai 14 hari setelah
kunjungan.
4. Kina
Farmakodinamik:
Kina bersifatpirimentamin dan sulfadoksin sehingga menjadi
regimenpilihan untukP. falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
Kina berefekskizontosikdarah dan juga gametositosid
terhadapP.vivaks danP. malariae akan tetapi untuk terapi suspensi
dan serangan klinik obat ini lebih toksikdan kurang
efektifdibanding klorokuin. Kina memiliki kepekatan tinggi dalam
vakuola makananp.falciparum. Diperkirakan obat inibekerja dalam
organel melaluipenghambatan aktivitas hemepolimerase. Kina
menurunkan kepekaan lempeng sarafsehingga respon terhadap
rangsangberulangberkurang.
Farmakokinetik:
Kina diserapbaik melalui usus halusbagian atas. kadarpuncaknya
dalam plasma dicapai dalam 1-3 jam. Distribusinya luas terutama ke
hati tetapi kurang ke ginjal, paru, dan limpa. Waktu paruh
eliminasi kinapada orang sehat 11 jam, sedang padapasien
malariaberat 18 jam.
Dosis: 3 kali 650mg/hari selama 3-7 hari dikombinasi dengan
dosisiklin 2 kali 600mg/hari
Efek samping: Sinkonisme
Kontraindikasi: Hipersensivitas, Miasteniagrafis
Profilaksis: Tidak bias dijadikanprofilaksis
2.8. Pencegahan Malaria
Pencegahan Primer
1. Tindakan terhadap manusia
Edukasi adalah faktor terpenting pencegahan malaria yang harus
diberikan kepada setiap pelancong atau petugas yang akan bekerja di
daerah endemis. Materi utama edukasi adalah mengajarkan tentang
cara penularan malaria, risiko terkena malaria, dan yang terpenting
pengenalan tentang gejala dan tanda malaria, pengobatan malaria,
pengetahuan tentang upaya menghilangkan tempat perindukan.
Melakukan kegiatan sistem kewaspadaan dini, dengan memberikan
penyuluhan pada masyarakat tentang cara pencegahan malaria.
Proteksi pribadi, seseorang seharusnya menghindari dari gigtan
nyamuk dengan menggunakan pakaian lengkap, tidur menggunakan
kelambu, memakai obat penolak nyamuk, dan menghindari untuk
mengunjungi lokasi yang rawan malaria.
Modifikasi perilaku berupa mengurangi aktivitas di luar rumah
mulai senja sampai subuh di saat nyamuk anopheles umumnya
mengigit.
2. (Tindakan terhadap Plasmodium sp)
Walaupun upaya pencegahan gigitan nyamuk cukup efektif
mengurangi paparan dengan nyamuk, namun tidak dapat menghilangkan
sepenuhnya risiko terkena infeksi. Diperlukan upaya tambahan, yaitu
kemoprofilaksis untuk mengurangi risiko jatuh sakit jika telah
digigit nyamuk infeksius. Beberapa obat-obat antimalaria yang saat
ini digunakan sebagai kemoprofilaksis adalah klorokuin, meflokuin
(belum tersedia di Indonesia), doksisiklin, primakuin dan
sebagainya. Dosis kumulatif maksimal untk pengobatan pencegahan
dengan klorokuin pada orang dewasa adalah 100 gram basa.
Untuk mencegah terjadinya infeksi malaria terhadap pendatang
yang berkunjung ke daerah malaria pemberian obat dilakukan setiap
minggu; mulai minumobat 1-2 minggu sebelum mengadakan perjalanan ke
endemis malaria dan dilanjutkan setiap minggu selama dalam
perjalanan atau tinggal di daerah endemis malaria dan selama 4
minggu setelah kembali dari daerah tersebut.
Pengobatan pencegahan tidak diberikan dalam waktu lebih dari
12-20 minggu dengan obat yang sama. Bagi penduduk yang tinggal di
daerah risiko tinggi malaria dimana terjadi penularan malaria yang
bersifat musiman maka upaya pencegahan terhadap gigitan nyamuk
perlu ditingkatkan sebagai pertimbangan alternatif terhadap
pemberian pengobatan profilaksis jangka panjang dimana kemungkinan
terjadi efek samping sangat besar.
3. Tindakan terhadap vector
Pengendalian secara mekanis
Dengan cara ini, sarang atau tempat berkembang biak serangga
dimusnahkan, misalnya dengan mengeringkan genangan air yang menjadi
sarang nyamuk. Termasuk dalam pengendalian ini adalah mengurangi
kontak nyamuk dengan manusia, misalnya memberi kawat nyamuk pada
jendela dan jalan angin lainnya.
Pengendalian secara biologis
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan menggunakan
makhluk hidup yang bersifat parasitik terhadap nyamuk atau
penggunaan hewan predator atau pemangsa serangga. Dengan
pengendalian secara biologis ini, penurunan populasi nyamuk terjadi
secara alami tanpa menimbulkan gangguan keseimbangan ekologi.
Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, melakukan radiasi terhadap
nyamuk jantan sehingga steril dan tidak mampu membuahi nyamuk
betina.
Pengendalian nyamuk dewasa dapat dilakukan oleh masyarakat yang
memiliki temak lembu, kerbau, babi. Karena nyamuk An. Aconitus
adalah nyamuk yang senangi menyukai darah binatang (ternak) sebagai
sumber mendapatkan darah, untuk itu ternak dapat digunakan sebagai
tameng untuk melindungi orang dari serangan An. aconitusyaitu
dengan menempatkan kandang ternak diluar rumah (bukan dibawah
kolong dekat dengan rumah).
Pengendalian secara kimiawi
Pengendalaian secara kimiawi adalah pengendalian serangga
mengunakan insektisida. Dengan ditemukannya berbagai jenis bahan
kimiayang bersifat sebagai pembunuh serangga yang dapat diproduksi
secara besar-besaran, maka pengendalian serangga secara kimiawi
berkembang pesat..
Pencegahan Sekunder
1. Pencarian penderita malaria
Pencarian secara aktif melalui skrining yaitu dengan penemuan
dini penderita malaria dengan dilakukan pengambilan slide darah dan
konfirmasi diagnosis (mikroskopis dan /atau RDT (Rapid Diagnosis
Test)) dan secara pasif dengan cara malakukan pencatatan dan
pelaporan kunjungan kasus malaria.
2. Diagnosis Dini
Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesis yang tepat dari
penderita tentang keluhan utama (demam, menggigil, berkeringat dan
dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare, dan nyeri otot
atau pegal-pegal), riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang
lalu ke daerah endemis malaria, riwayat tinggal di daerah endemis
malaria, riwayat sakit malaria, riwayat minum obat malaria satu
bulan terakhir, riwayat mendapat transfusi darah.
3. Pengobatan yang tepat dan adekuat
Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat
disembuhkan meskipun dapat diobati untuk menghilangkan
gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi penyakit yang sangat
berbahaya karena parasit dapat tinggal dalam tubuh manusia seumur
hidup. Sejak 1638, malaria diobati dengan ekstrak kulit tanaman
cinchona.bahan ini sangat beracun tetapi dapat menekan pertumbuhan
protozoa dalam darah. Saat ini ada tiga jenis obat anti malaria,
yaitu Chloroquine, Doxycyline, dan Melfoquine. Tanpa pengobatan
yang tepat akan dapat mengakibatkan kematian penderita. Pengobatan
harus dilakukan 24 jam sesudah terlihat adanya gejala.
Pencegahan Tersier
Penanganan akibat lanjut dari komplikasi malaria
Kematian pada malaria pada umumnya disebabkan oleh malaria berat
karena infeksi P. falciparum. Manifestasi malaria berat dapat
bervariasi dari kelainan kesadaran sampai gangguan fungsi organ
tertentu dan gangguan metabolisme. Prinsip penanganan malaria
berat.
Pemberian obat malaria yang efektif sedini mungkin
Penanganan kegagalan organ seperti tindakan dialisis terhadap
gangguan fungsi
ginjal, pemasangan ventilator pada gagal napas.
Tindakan suportif berupa pemberian cairan serta pemantauan tanda
vital untuk mencegah memburuknya fungsi organ vital.
Rehabilitasi mental/ psikologis
Pemulihan kondisi penderita malaria,memberikan dukungan moril
kepada penderita dan keluarga di dalam pemulihan dari penyakit
malaria, melaksanakan rujukan pada penderita yang memerlukan
pelayanan tingkat lanjut.
Lalu ada yang menurut
A. Berbasis Masyarakat
a. Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat harus
selalu ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan , pendidikan
kesehatan, diskusi kelompok maupun melalui kampanye masal untuk
mengurangi tempat sarang nyamuk (pemberantasan sarang nyamuk, PSN).
Kegiatan ini meliputi menghilangkan genangan air kotor, diantaranya
dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan barang atau
wadah yang memungkinkan sebagai tempat air tergenang.
b. Menemukan dan mengobati penderita sedini mungkin akan sangat
membantu mencegah penularan
c. Melakukan penyemprotan melalui kajian mendalam tentang
bionomic anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarak
terbang, dan reswistensi terhadap insektisida.
B. Berbasis Pribadi
1. Pencegahan gigitan nyamuk ;
a. Tidak keluar rumah antara senja dan malan hari, bila keluar
sebaiknya menggunakan kemeja dan celana panjang berwarna terang
b. Menggunakan repelan yang mengandung dimetilfalat atau zat
antinyamuk lainnya.
c. Membuat konstruksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang
kasa antinyamuk pada ventilasi pintu dan jendela
d. Menggunakan kelambu yang mengandung insektisida
(insecticide-treated mosquito net, ITN)
e. Menyemprot kamar dengan obat nyamuk atau menggunakan obat
nyamuk bakar
2. Pengobatan profilaksis bila akan memasuki daerah endemic,
meliputi ;
a. Pola daerah dimana plasmodiumnya masih sensitive terhadap
klorokuin, diberikan klorokuin 300 mg basa atau 500 mg klorokuin
fosfat untuk orang dewasa, seminggu 1 tablet, dimulai 1 minggu
sebelum masuk daeh sampau 4 minggu setelah meninggalkan tempat
tersebut.
b. Pada daerah dengan resistensi klorokuin, pasien memerlukan
pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin 5mg/kgBB/minggu atau
doksisiklin 100mg/hari atau sulfadoksin 500mg/pirimetamin 25 mg
(SuldoxR), 3 tablet sekali minum.
3. Pencegahan dan pengobatan pada wanita hamil
a. Klorokuin, bukan kontraindikasi
b. Profilaksis dengan klorokuin 5mg/kgBB/minggu dan proguanil
3mg/kgBB/hari untuk daerah yang masih sensitive klorokuin
c. Meflokuin 5mg/kgBB/minggu diberikan pada bulan keempat
kehamilan untuk daerah dimana plasmodiumnya resisten terhadap
klorokuin.
d. Profilaksis dengan doksisiklin tidak diperbolehkan.
4. Informasi tentang donor darah
Calon donor yang datang ke daerah endemic dan berasal dari
daerah nonendemik serta tidak menunjukkan keluhan dan gejala klinis
malaria, boleh mendonorkan darahnya selama 6 bulan sejak dia
datang. Calon donor tersebut, apabila telah diberi pengobatan
profilaksis malaria dan telah meneteap di daerah itu 6 bulan atau
lebih serta tidak menunjukkan geaka klinis, maka diperbolehkan
menjadi donor selama 3 tahun. Banyak penelitian melaporkan bahwa
donor dari daerah endemic malaria merupakan sumber infeksi.
2.9. Prognosis Malaria
Terjadi mortalitas hanya pada malaria berat, makin banyak
komplikasi, makin besar peningkatan mortalitas Bergantung pada
kecepatan dan ketepatan diagnosis memperkecil mortalitas Bergantung
pada kegagalan fungsi organ Kepadatan parasit semakin padat semakin
buruk
3. Memahami dan menjelaskan Gebrak Malaria
Gebrak Malaria
Gebrak Malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen
masyarakat untuk memberantas malaria secara intensif melalui
kemitraan anatara pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya
masyarakat dan badan-badan internasional serta penyandang dana.
Berbagai upaya penanggulangan malaria yang telah dikerjakan telah
memberi hasil positif seperti terlihat dari penyebaran penyakit
malaria yang semakin terkonsentrasi di tempat-tempat tertentu dan
makin menurunnya tingkat endemisitas maupun prevalensi pada
daerah-daerah yang ditangani secara intensif misalnya dengan
intensifikasi pemberantasan malaria di daerah Pasca Tsunami yaitu
Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nias serta di 5
provinsi wilayah timur ( Papua, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara
Timur dan Papua Barat dengan bantuan Global Fund).
Program malaria yang telah dan sedang dilakukan adalah:
1. POSMALDES ( POS MALARIA DESA )
Pengertian
Pos malaria Desa ( POSMALDES ) adalah wadah pemberdayaan
masyarakat dalam penanggulang malaria yang dibentuk dari, oleh ,
dan untuk masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan
Fungsi
Wadah bagi semua masyarakat didesa dalam upaya penanggulang
malaria.
Alat legitimasi kegiatan masyarakat dalam penaggulangan
malaria.
Media pengembangan pelestarian budaya dan nilai nilai kearifan
lokal
dalam penanggulangan malaria
Tujuan
Tumbuh dan berkembangnya peran dan kemandirian masyarakat
didalam upaya penanggulangan malaria di desa sehingga malaria tidak
merupakan masalah kesehatan masyarakat
Kegiatan oprasional POLDAMES
a. Penemuan dan pengobatan penderita oleh kader terlatih.
b. Penyuluhan kepada masyarakat.
Berbagai upaya untuk kemandirian dan pemberdayaan Posmaldes,
misalnya:
iuran, arisan kelambu, kerja bakti, membersihkan sarang nyamuk,
dan lain-lain
2. GEBRAK MALARIA
a. Pengertian
Gebrak malaria adalah gerakan nasional seluruh komponen
masyarakat untuk memberantas malaria secara intensife melalui
kemitraan antara pemerintah, dunia usaha, lembaga wadaya
masyarakat, dan badan-badan internasional serta penyandang
dana.
b. Tujuan
Tujuan gebrak malaria adalah meningkatnya kemampuan setiap orang
dan kepedulian masyarakat untuk mengatasi malaria, terciptanya
lingkungan yang terbebas dari penularan malaria, terselengara dan
terjangkaunya upaya penanggulangan malaria yang bermutu untuk
menurunkan angka kematian dan kesakitan malaria serta meningkatkan
produktifitas kerja guna mencapai indonesia sehat 2010.
c. Sasaran
Sasaran gebrak malaria meliputi 3 kahalayak sasaran, yaitu:
a). Sasaran Primer
Sasaran primer adalah kelompok sasaran didaerah bermasalah
malaria, meliputi siapa yang paling beresiko malaria, siapa yang
paling banyak terkena malaria, mana yang paling penting yang harus
dijangkau.
b). Sasaran Sekunder
Sasaran sekunder adalah kelompok sasaran yang mempengaruhi
perubahan perilaku ( melatih, mendukung, memotivasi ) kelompok
sasaran primer.
c). Sasaran Tersier
Sasaran tersier adalah para pembuat dan pengambil keputusan,
penyandang dana yang memungkinkan terlaksananya kegiatan gebrak
malaria.
d. Jenis Kegiatan
Jenis kegiatan dalam malaria ini meliputi :
a) Advokasi
Advokasi gebrak malaria adalah suatu upaya persuasi dan motivasi
dengan informasi yang tepat, akurat, dan shahi untuk memperoleh
dukungan dari pemerintah, dunia usaha, LSM dan para pengambil
kebijakan publik sehingga terjadi perubahan kebijakan yang
mendukung upaya pemberantasan malaria.
b) Kemitraan
Kemitraan gebrak malaria adalah upaya untuk menciptakan suasana
konduktif guna menunjang promosi gebrak malaria, menjalin kemitraan
untuk pembentukan opini publik dengan berbagai kelompok yang ada di
masyarakat seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat,
lembaga sawdaya masyarakat, dunia usaha, swasta dan organisasi
c)Pemberdayaan masyarakat
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan masyarakat agar mampu mengindentifikasi
masalah, merencanakan, dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada.
B. MASALAH DALAM PELAKSANAAN PROGRAM MALARIA
Dari berbagai hasil penelitian dan program yang dilakukan di
Indonesia oleh berbagai pihak maka ada beberapa masalah dalam
pelaksanaan program malaria yang harus diatasi bersama antara lain
:
1. Diagnosis : masih banyak kasus malaria dengan penderita yang
tinggal di daerah terpencil dan sulit terjangkau serta hanya
berdasarkan gejala yang nampak saja.
2. Pengobatan : beberapa daerah endemik malaria sudah banyak
penderita yang resisten.3. Pengendalian : pengendalian vektor tidak
berdasarkan fakta dinamika transmisi penularan malaria.4. Kerjasama
dan partisipasi masyarakat : terbatasnya partisipasi dari sektor
lain dan masyarakat.5. Mobilisasi sumber daya : advokasi sumberdaya
untuk mendukung upaya pengendalian malaria di tiap daerah
administrasi.
Daftar Pustaka
Anonim. 2010.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21104/4/Chapter%20II.pdf
(diakses tanggal 12 April 2014).
Arifin, Munif. 2013.
http://helpingpeopleideas.com/publichealth/epidemiologi-malaria/
(diakses tanggal 12 April 2014).
Depkes RI. 2007. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 044/ Menkes/ SK/I/2007 tentang Pedoman Pengobatan
Malaria.
Kemenkes RI. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin
Jendela Data dan Informasi Kesehatan Edisi I.1:1-16.
Mariana, Dina. 2012.
http://health.klatennews.com/jenis-penyakit/pengertian-gejala-dan-penyembuhan-penyakit-malaria.html
(diakses tanggal 13 April 2014).
Noviyanti, R. 2010. Patogenesis Molekuler Plasmodium falciparum.
Dalam Malaria dari Molekuler ke Klinis. Jakarta: EGC
Sutanto, I., Pribadi, W. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta:
FKUI Press.
WHO. 2005. Susceptibility of Plasmodium Falciparum to
Antimalarial Drugs: Report on global monitoring 1996-2004. WHO
Press.
Widoyono. 2011.Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan,
Pencegahan & Pemberantasannya. Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga