BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan kelapa sawit saat ini tersebar hampir di seluruh wlayah di Indonesia dan didominasi oleh 2 kepulauan besar, Sumatra dan Kalimantan. Pada tahun 2012, Sumatra menjadi pengguna lahan 62,5% dari total lahan kelapa sawit nasional (5,913,585 hektar) dan penyumbang produktivitas sebesar 73,6% dari total produksi nasional (17,317,295 ton). Sementara Kalimantan menjadi pengguna lahan terbesar kedua yaitu 31% (2,814,782 hektar) dengan produktivitas 23,5% (5,520,207 ton) (kompasiana, 2013). Salah satu tantangan terbesar dalam peningkatan potensi kelapa sawit di Indonesia adalah gulma. Secara sederhana gulma diidefinisikan sebagai tumbuhan yang tidak dikehendaki di pertanaman. Hal ini disebabkan karena gulma mengadakan persaingan dengan tanaman pokok. Kerugian–kerugian yang timbulkan oleh gulma: mengurangi kandungan unsur
skenario 3 ikkom dengan topik keracunan pestisida beserta rencana program
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkebunan kelapa sawit saat ini tersebar hampir di seluruh wlayah di
Indonesia dan didominasi oleh 2 kepulauan besar, Sumatra dan Kalimantan.
Pada tahun 2012, Sumatra menjadi pengguna lahan 62,5% dari total lahan
kelapa sawit nasional (5,913,585 hektar) dan penyumbang produktivitas
sebesar 73,6% dari total produksi nasional (17,317,295 ton). Sementara
Kalimantan menjadi pengguna lahan terbesar kedua yaitu 31% (2,814,782
hektar) dengan produktivitas 23,5% (5,520,207 ton) (kompasiana, 2013).
Salah satu tantangan terbesar dalam peningkatan potensi kelapa sawit di
Indonesia adalah gulma. Secara sederhana gulma diidefinisikan sebagai
tumbuhan yang tidak dikehendaki di pertanaman. Hal ini disebabkan karena
gulma mengadakan persaingan dengan tanaman pokok. Kerugian–kerugian
yang timbulkan oleh gulma: mengurangi kandungan unsur hara, mengganggu
tata drainase, menyulitkan pengawasan di lapangan serta membelit tanaman
sehingga menurunkan estetika kebun.
Berdasarkan kerugian tersebut, maka pengelola perkebunan kelapa
sawit mengharapkan adanya metode pengendalian yang efektif dan efisien.
Pemikiran tersebut akan membawa para pengelola perkebunan untuk
menggunakan pestisida kimia sintetik secara berlebihan, karena pestisida
tersebut dianggap merupakan pengendalian OPT di perkebunan kelapa sawit
yang efektif dan efisien. Terkait dengan pengendalian OPT, termasuk gulma,
harus mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku yaitu Undang-
Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman, menyebutkan bahwa
perlindungan tanaman harus dilakukan dengan sistem pengendalian hama
terpadu (PHT). (Djayawarman Alamprabu, 2013).
Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat memberikan akibat
samping keracunan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan
penggunaan pestisida antara lain tingkat pengetahuan. Sikap/perilaku
pengguna pestisida, penggunaan alat pelindung, serta kurangnya informasi
yang berkaitan dengan resiko penggunaan pestisida. Selain itu petani lebih
banyak mendapat informasi mengenai pestisida dari petugas pabrik pembuat
(kedutan), tidak sanggup berjalan, rasa tidak nyaman dan sesak, inkontinensi,
tidak sadar dan kejang-kejang. terjadi pada keracunan organofosfat secara akut
karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin
dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.
Mekanisme reaksi kolinesterase dengan pestisida Organofosfat
Hambatan ini dapat terjadi beberapa jam hingga beberapa minggu
tergantung dari jenis antikolinesterasenya. Hambatan oleh rurunan karbamat
hanya bekerja beberapa jam dan bersifat reversibel. Hambatan yang bersifat
irreversibel dapat disebabkan oleh turunan ester asam fosfat yang dapat
merusak kolinesterase dan perbaikan baru timbul setelah tubuh mensintesis
kembali kolinesterase.
Asetilkolin adalah suatu neurotransmitter yang terdapat di antara
ujung-ujung saraf dan otot serta berfungsi meneruskan rangsangan saraf.
Apabila rangsangan ini berlangsung terus menerus akan menyebabkan
penimbunan asetilkolin. Kolinesterase yang terdapat di berbagai jaringan dan
cairan tubuh dapat menghentikan rangsangan yang ditimbulkan asetilkolin di
berbagai tempat dengan jalan mengliidrolisis asetilkolin menjadi kolin dan
asam asetat dalam waktu sangat cepat, sehingga penimbunan asetilkolin tidak
terjadi. Organofosfat merupakan pestisida yang sangat berbahaya karena
ikatan pestisida organofosfat dan kolinesterase hampir bersifat irreversibel.
Intoksikasi dapat timbul akibat penyerapan dari beberapa tempat termasuk
dari kulit dan saluran nafas.1' 6' 7 Petani yang menggunakan pestisida
organofosfat kemungkinan akan mengabsorpsi pestisida tersebut dalam
jumlah cukup banyak. Tertekan atau terhambatnya kerja kolinesterase akibat
absorpsi pestisida ini kadang - kadang sudah sedemikian besar, tetapi belum
menunjukkan gejala-gejala yang jelas.
Penurunan aktivitas kolinesterase hingga menjadi 60% akan
menyebabkan timbulnya gejala yang tidak spesifik seperti pusing, mual,
lemah, sakit dada dan Iain-lain.10 Pada umumnya gejala dan kelainan
neurologik muncul setelah terjadinya penghambatan 50% atau lebih aktivitas
kolinesterase.11 Menurut WHO, penurunan aktivitas kolinesterase sebesar
30% dari normal menunjukkan telah terjadi pemaparan organo- fosfat dan
petani perlu diistirahatkan hingga kadar kolinesteraseormal.12 Aktivitas
kolinesterase ini tergantung dari kadar kolinesterase yang aktif dalam darah.
2.8 Gejala Keracunan Pestisida Organofosfat
Racun pestisida golongan organofosfat masuk kedalam tubuh melalui
pernafasan, tertelan melalui mulut maupun diserap oleh tubuh. Masuknya
pestisida golongan orgaofosfat segera diikuti oleh gejala-gejala khas yang
tidak terdapat pada gejala keracunan pestisida golongan lain. Gejala
keracunan pestisida yang muncul setelah enam jam dari paparan pestisida
yang terakhir, dipastikan bukan keracunan golongan organofasfat3,13).
Gejala keracunan organofosfat akan berkembang selama pemaparan atau
12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami
perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Hasil dari
perubahan/pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan keluar
melalui urine.
Adapun gejala keracunan pestisida golongan organofosfat adalah 3,13) :
1. Gejala awal
Gejala awal akan timbul : mual/rasa penuh di perut, muntah, rasa
lemas,
sakit kepala dan gangguan penglihatan.
2. Gejala Lanjutan
Gejala lanjutan yang ditimbulkan adalah keluar ludah yang
berlebihan, pengeluaran lendir dari hidung (terutama pada keracunan
melalui hidung), kejang usus dan diare, keringat berlebihan, air mata
yang berlebihan, kelemahan yang disertai sesak nafas, akhirnya
kelumpuhan otot rangka.
3. Gejala Sentral Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah, sukar bicara,
kebingungan, hilangnya reflek, kejang dan koma.
4. Kematian Apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat kematian
dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan. Gejala-gejala tersebut akan
muncul kurang dari 6 jam, bila lebih dari itu
maka dipastikan penyebabnya bukan golongan Organofosfat.
2.9 Cara Pengendalian bahaya Pestisida
pestisida (pesticide) berasal dari kata pest atau hama dan cide atau
memberantas. Menurut FAO pestisida adalah zat atau campuran yang yang
diharapkan sebagai pencegahan, menghancurkan atau pengawasan setiap
hama termasuk vector pada manusia atau penyakit pada binatang serta
tanaman yang tidak disukai atau binatang yang menyebabkan kerusakan.
Pestisida merupakan bahan kimia yang bersifat bioaktif. Pada
dasarnya pestisida bersifat racun. System kerja yang sifatnya sebagai racun
digunakan untuk membunuh organisme pengganggu tanaman. System kerja
pestisida dengan menghambat enzim kholinesterase. Keracun pestisida dapat
diketahui melalui dua cara, yaitu pemeriksaan laboratorium dan dengan
melihat gejala-gejala yang ditimbulkannya (keluhan subjektif). Pada dasarnya
setiap bahan aktif yang terkandung dalam pestisida menimbulkan gejala
keracunan yang berbeda-beda.
Pengetahuan tentang pestisida yang disertai dengan praktek
penyemprotan akan dapat menghindari petani/penyemprot dari keracunan.
Ada beberapa cara untuk meghindari keracunan antara lain.
1. Pembelian pestisida
Dalam pembelian pestisida hendaknya selalu dalam kemasan yang asli,
masih utuh dan ada label petunjuknya 2. Perlakuan sisa kemasan
Bekas kemasan sebaiknya dikubur atau dibakar yang jauh dari sumber
mata air untuk mengindai pencemaran ke badan air dan juga jangan
sekali-kali bekas kemasan pestisida untuk tempat makanan dan minuman.
2. Penyimpanan Setelah menggunakan pestisida apabila berlebih hendaknya
di simpan yang aman seperti jauh dari jangkauan anak-anak, tidak
bercampur dengan bahan makanan dan sediakan tempat khusus yang
terkunci dan terhindar dari sinar matahari langsung.
3. Penatalaksanaan Penyemprotan Pada pelaksanaan penyemprotan ini
banyak menyebabkan keracunan oleh sebab itu petani di wajibkan
memakai alat pelindung diri yang lengkap setiap melakukan
penyemprotan, tidak melawan arah angin atau tidak melakukan
penyemprotan sewaktu angin kencang, hindari kebiasaan makan-minum
serta merokok di waktu sedang menyemprot, setiap selesai menyemprot
dianjurkan untuk mandi pakai sabun dan berganti pakaian serta pemakain
alat semprot yang baik akan
menghindari terjadinya keracunan.
4. pelatihan dalam penanganan pestisida seperti, pelatihan penggunaan
APD, pelatihan dalam melakukan penyemprotan dan penanganan
pestisida.
BAB III
RENCANA PROGRAM
Program Tujuan Waktu Sasaran KegiatanCara penanganan masyarakat dan pekerja yang belum terkena peptisida
Penyuluhan kepada masyarakat setempat
Untuk dapat memberikan berbagai pengetahuan terkait petisida
3x/tahun Masyarakat setempat
Melakukan penyuluhan oleh tenaga medis yang dibawakan dengan materi yang mudah dipahami oleh masyarakat setempat
Pelatihan Untuk melatih pekerja agar dapat bekerja dengan baik di area perkebunan
Setelah rekruitment pekerja baru.Untuk pekerja lama di lakukan 6 bulan sekali
Diutamakan pada pekerja
perkebunan yang baru
masuk, untuk
pekerja lama
sebagai evaluasi
cara kerja
- melakukan pelatihan
kerja kepada pekerja
perkebunan- melatih pekerja
mengunakan peptisida
dengan baik- melatih
pekerja untuk memberikan pertolongan pertama jika
terpapar pestisida
Penyedian dan penggunaan alat pelindung diri
Sebagai pencegahan primer dari efek paparan insektisida langsung
Disesuaikandan
dilakukan pengecekan
rutin terhadap
kelayakannya untuk di
pakai setidaknya 1 bulan sekali
Pekerja dan
pengelola perkebuna
n
- pihak perkebunan
menyediakan alat pelindung diri bagi para
pekerja- melatih pekerja
menggunakan alat bantu diri
- menggunakan alat bantu diri
pada waktu bekerja
Screening Untuk deteksi dini tehadap adanya kemungkinan paparan peptisida pada masyarakat sekitar dan pekerja perkebunan
3x/tahun Masyarakat setempat
Dan pekerja
Melakukan Pemeriksaan Cholinesteras
e secara berkala terhadap
masyarakat yang berada
dekat kawasan perkebunan di
daerah perkebunan dan pekerja perkebunan
Pertemuan tingkat desa/kelurahan dan pihak – pihak yang terkait dengan puskesmas
untuk mensosialisasikan rencanakegiatan para pekerja perkebunan
1x/bulan Kader setempat
Pembahasan pencegahan dari efek insektisida dari penggunanan peptisida yangada di area perkebunanan dan langkah-langkah tindak lanjut yangdiperlukan, misalnya antara lain untuk mendapat dukunganpamong dan pemuka masyarakat dalam kegiatan penangananpekerja perkebunan yang terkena efeknya
Melakukan recruitment
Untuk dapat menyediakan
3x/tahun Kepala bagian
Melakukan selesi pada
pada tenaga kerja dan melakukan seleksi pada tenaga setempat yang diterima
pelayanan yang optimal
puskesmas tenaga kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan menempatkan tenaga kesehatan sesuai dengan posisi dan jabatan yang diberikan.
Penyediaan dokter pribadi bagi perkebunan
Sebagai konsultan
- Pengelola perkebunan
Menyediakan dokter pribadi yang selalu berjaga di area perkebunan sebagai konsultan medis bagi pekerja dan dokter tersebut juga aktif dalam melakukan screening
Cara penanganan masyarakat dan pekerja yang terkena pestisidaPenanganan masyarakat dan pekerja yang terkena petisida
Untuk dapat menangani masyarakat dan pekerja yang terkena efek petisida
Disesuaikan Pekerja perkebunanDan masyarakat setempat
- memberikan pertolongan pertama bagi pekerja yang terkena keracunan petisida - Penanganan pekerja yang terkena dampak peptisida dengan cepat dan tanggap- merujuk pekerja yang terkena keracunan petisida ke
rumah sakit apabila tidak dapat ditangani oleh puskesmas- melakukan pemeriksaan rutin pada pekerja atau masyarakat yang terkena paparan pestisida untuk mengetahui perkembangan dari pengobatannya
Puskemas dapat beroperasional di malam hari
Untuk dapat melayani masyarakat yang memiliki waktu pada malam hari, karena siang hari sibuk bekerja
- Tim tenaga kesehatan
Melakukan pembagian jadwal jaga pada puskesmas yang beroperasional di malam hari
Puskesmas diusahakan agar tidak jauh dari jangkauan dari masyarakat
Untuk dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
- Masyarakat
- puskesmas umumnya berada 1 pada setiap kecamatan- apabila kurang maka dapat disosialisasikan untuk penambahan puskesmas atau puskesmas pembantu agar dapat dijangkau masyarakat
Penambahan sarana dan
Untuk dapat meningkatkan
disesuaikan Kader setempat
- melakukan pengontrolan
prasarana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan kesehatan
pelayanan yang optimal
terhadap alat – alat medis yang ada pada puskesmas- apabila ada alat-alat yang rusak/ kurang segera dilaporkan kepada bagian pusat agar segera diganti- melengkapi alat – alat di puskesmas sesuai dengan kebutuham masyarakat
Rujukan dengan rumah sakit setempat
Untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik
Disesuaikan Masyarakat atau pekerja yang terkena efek dari paparan pestisida
Rujukan diberikan apabila pos UKK tidak dapat meberikan perawatan yang diperlukan dan mengalami kekurangan alat dan bahan
Mengeffectivekan stabilitas dari kinerja pos UKK
Untuk dapat mengoptimalkan pos UKK yang telah ada
Disesuaikan Pihak-pihak yang terkait dengan pos UKK
Mengaktifkan kinerja dari pos UKK
Pemantauan dan evaluasi
Untuk mengetahui perkembangan kondisi pekerja yang terkena petisida secara berkala
3x/tahun pekerja - Terhadap proses pelaksanaan dan hasil kegiatan.Evaluasi dilakukan pada saat perawatan (lihat formulirlaporan bulanan
tenaga kerja)- Indikator keberhasilan dikatakan baik jika kematian< 5% per tahun dari semua kasus yang dirawat, tidak termasukkematian pada 24 jam pertama.- Secara berkala setiap 6 bulan sekaliPencatatan dan pelaporan untuk pemantauan dan evaluasi- Menggunakan formulir pelaporan rutin Puskemas.
BAB IV
REKOMENDASI
1. Selalu mengingatkan kepada pekerja bahwa keselamatan dalam kerja adalah
yang terutama.
2. Melakukan tindakan pencegahan selalu lebih baik daripada mengobati. Cara-
cara pencegahan keracunan pestisida yang mungkin terjadi pada pekerja-
pekerja pertanian, perkebunan, dan kehutanan sebagai berikut :
a. Penyimpanan pestisida:
1) Pestisida harus disimpan dalam wadah wadah yang diberi tanda,
sebaiknya tertutup dan dalam lemari terkunci.
2) Campuran pestisida dengan tepung atau makanan tidak boleh
disimpan dekat makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya
paling berbahaya. Tanda- tanda harus jelas juga untuk mereka yang
buta huruf.
3) Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi harus
dibakar agar sisa pestisida musnah sama sekali.
4) Penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau minuman seperti
di botol- botol, sangat besar bahayanya.
b. Pemakaian alat-alat pelindung:
1) Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama
melakukan pencampuran kering bahan-bahan beracun.
2) Pakailah pakaian pelindung, kacamata, dan sarung tangan terbuat dari
neopren, jika pekerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan
tersebut dengan minyak atau pelarut-pelarut organis. Pakaian
pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum makan.
3) Pakaialah respirator, kacamata, baju pelindung, dan sarung tangan
selama menyiapkan dan menggunakan semprotan, kabut, atau aerosol,
jika kulit atau paru-paru mungkin kontak dengan bahan tersebut.
c. Cara-cara pencegahan lainnya :
1) Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin
membawa bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit tenaga kerja
yang bersangkutan.
2) Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat
tertutup dengan penguap termis, juga alat demikian tidak boleh
digunakan di tempat kediaman penduduk atau di tempat pengolahan
bahan makanan.
3) Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia
akan bersentuhan dengannya.
Di bawah ini dikutip pedoman dan petunjuk-petunjuk pemakaian pestisida yang
dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi :
1. Semua pestisida adalah racun, tetapi bahayanya dapat diperkecil bila
diketahui cara-cara bekerja dengan aman dan tidak mengganggu kesehatan.
2. Bahaya pestisida terhadap pekerja lapangan ialah :
a) Pada waktu memindahkan pestisida dari wadah yang besar kepada wadah
yang lebih kecil untuk diangkat dari gudang ke tempat bekerja.
b) Pada waktu mempersiapkannya sesuai dengan konsentrasi yang
dibutuhkan.
c) Pada waktu dan selama menyemprot.
d) Kontaminasi karena kecelakaan, yang dapat terjadi pada setiap tingkat
pekerjaan tersebut di atas (waktu memindah-mindahkan, bongkar muat,
peredearan dan transportasi, penyimpanan, pengaduk, menyemprot atau
pemakaian lainnya).
3. Mengingat hal-hal tersebut di atas, maka perlu mendapat perhatian intensif :
a) Mereka yang bekerja dengan pestisida harus diberitahu bahaya yang akan
dihadapinya atau mungkin terjadi dan menerima serta memperhatikan
pedoman dan petunjuk-petunjuk tentang cara-cara bekerja yang aman
dan tidak mengganggu kesehatan.
b) Harus ada pengawasan teknis dan medis yang cukup.
c) Harus tersedia fasilitas untuk PPPK (Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan) mengingat efek keracunan pestisida yang dapat berbahaya
pada pekerja. Bila dipakai pestisida golongan organofosfat harus tersedia
atropin, baik dalam bentuk tablet maupun suntikan. Untuk ini perlu
adanya seorang pengawas yang terlatih.
4. Penyemprot diharuskan memakai tutup kepala atau masker yang tak dapat
tembus, serta dicuci dengan baik secara berkala.
5. Pekerja yang mendapat cedera atau iritasi kulit pada tempat-tempat yang
mungkin terkena pestisida, dalam hal ini ia tidak diperkenankan bekerja
dengan pestisida, karena keadaan ini akan mempermudah masuknya pestisida
ke dalam tubuh.
6. Fasilitas (termasuk sabun) untuk mencuci kulit (mandi) dan mencuci pakaian
harus tersedia cukup. Mandi setelah menyemprot adalah merupakan keharusan
yang perlu mendapat pengawasan.
7. Pekerja tidak boleh bekerja dengan pestisida lebih dari 4 sampai 5 jam dalam
satu hari kerja, bila aplikasi dari pestisida oleh pekerja yang sama berlangsung
dari hari ke hari (kontinu dan berulang kali) dan untuk waktu yang sama.
8. Harus dipakai pakaian kerja yang khusus dan tersendiri, pakaian kerja ini harus
diganti dan dicuci setiap hari, untuk pestisida golongan organofosfat perlu
dicuci dengan sabun.
9. Disamping memperhatikan keadaan-keadaan lainnya, pekerja tidak boleh
merokok, minum atau makan sebelum mencuci tangan dengan bersih memakai
sabun dan air.
10. Bahaya terbesar terdapat pada waktu bekerja dengan konsentrat, karenanya
perlu diperhatikan ketentuan-ketentuan di bawah ini :
a. Dalam mempersiapkan konsentrat dari bubuk dispersi dalam air, haruslah
dipakai bak pencampur yang dalam, serta alat pengaduk yang cukup
panjangnya untuk mencegah percikan, dan dapat bekerja sambil berdiri.
Demikian pula untuk mencairkan pasta yang padat.
b. Mengisi bak pencampur harus demikian, sehingga bahaya percikan dapat
ditiadakan atau sekecil mungkin.
c. Pekerja disini selain memakai alat pelindung seperti pada penyemprot, harus
pula memakai skor dan sarung tangan yang tidak dapat tembus.
d. Memindahkan konsentrat dari satu tempat atau wadah ke tempat yang lain
harus memakai alat yang cukup panjang.
e. Konsentrat cair harus ditempatkan dalam wadah yang cukup kuat, tidak
mudah rusak pada waktu pengangkutan dan ditutup rapat.
11. Alat-alat penyemprot harus memenuhi ketentuan-ketentuan keselamatan kerja.
12. Semua wadah pestisida harus mempunyai etiket yang memenuhi syarat,
mudah dibaca dan dimengerti baik oleh pekerja maupun pengawas.
13. Harus dipenuhi ketentuan-ketentuan tentang wadah pestisida yang telah
kosong atau hampir kosong, yaitu :
a. Wadah ini harus dikembalikan ke gudang selanjutnya dibakar atau dirusak
dan kemudian dikubur.
b. Wadah dapat pula didekontaminasikan dengan memenuhi persyaratan
tertentu.
14. Sedapat mungkin diusahakan supaya tenaga kerja pertanian yang
bersangkutan dilakukan pemeriksaan kesehatan berkala, terhadap yang
menggunakan pestisida organofosfat dilakukan setiap bulan sekali
pemeriksaan kesehatan berkala yang berpedoman kepada standard
Muchtaruddin Mansyur.Manajemen Risiko Kesehatan di Tempat Kerja. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta