KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA IMPLEMENTASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PADA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN oleh: Ade Rintaka ( 01 ) Alfi Kurniawati ( 02 ) Alfiah Kusumaningrum ( 03 ) Ardes Martua Yudito Sitanggang ( 05 ) Prajastiono Nur Trivansyah ( 20 ) Prasetiyadi ( 21 ) Satrya Vandicka ( 26 ) Kelas 8C Program Diploma IV Akuntansi – Kurikulum Khusus
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
IMPLEMENTASI
SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL
PADA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
oleh:
Ade Rintaka ( 01 )
Alfi Kurniawati ( 02 )
Alfiah Kusumaningrum ( 03 )
Ardes Martua Yudito Sitanggang ( 05 )
Prajastiono Nur Trivansyah ( 20 )
Prasetiyadi ( 21 )
Satrya Vandicka ( 26 )
Kelas 8C
Program Diploma IV Akuntansi – Kurikulum Khusus
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUGAS DAN FUNGSI DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN
Terbentuknya Direktorat Jenderal Perbendaharaan tidak terlepas dari konsekuensi
pelaksanaan reformasi penyempurnaan manajemen keuangan Negara di Indonesia. Ketika
semangat mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) digulirkan,
Pemerintah Pusat menempuh langkah perubahan melalui reformasi hukum dan reformasi
organisasi. Secara paralel, reformasi hukum yang ditandai dengan lahirnya Paket Undang-
Undang Bidang Keuangan Negara diiringi dengan perubahan organisasional di tubuh
Kementerian Keuangan guna menyelaraskan perangkat organisasi dengan penegasan fungsi
Kementerian Keuangan selaku institusi Pengelola Fiskal.
Adapun yang menjadi Visi dan Misi Direktorat Jenderal Perbendaharaan adalah :
Visi :
“Menjadi pengelola perbendaharaan negara yang unggul di tingkat dunia”
Misi :
1. Mewujudkan pengelolaan kas dan investasi yang pruden, efisien, dan optimal
2. Mendukung kinerja pelaksanaan anggaran yang tepat waktu, efektif, dan akuntabel
3. Mewujudkan akuntansi dan pelaporan keuangan negara yang akuntabel, transparan, dan
tepat waktu
4. Mengembangkan kapasitas pendukung sisten perbendaharaan yang andal, professional,
dan modern
Direktorat Jenderal Perbendaharaan mempunyai tugas untuk merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perbendaharaan negara. Dalam
melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Perbendaharaan menyelenggarakan fungsi :
1. perumusan kebijakan di bidang perbendaharaan negara;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang perbendaharaan negara;
3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang perbendaharaan negara;
4. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang perbendaharaan negara; dan
5. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Perbendaharaan.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut, Direktorat Jenderal Perbendaharaan
mempunyai struktur organisasi sebagai berikut (Hanya disajikan Kantor Pusat dan Kantor
Pelayanan) :
1
1. Kantor Pusat
2. Kantor Pelayanan (KPPN – Tipe A1)
B. OVERVIEW PENGENDALIAN INTERNAL BERDASARKAN PP NOMOR 60
TAHUN 2008
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, pengertian Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.Sistem Pengendalian Intern
2
Direktorat Jenderal
Direktorat Pelaksana
an Anggaran
Direktorat Pengelolaan Kas Negara
Direktorat Sistem
Manajemen
Investasi
Direktorat Pembinaan Pengelolaan
Keuangan BLU
Direktorat Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan
Direktorat Transform
asi Perbend.
Direktorat Sistem
Perbend.
Tenaga Pengkaji Bidang
Perbend.
Sekretariat
Kantor Pelayanan
Seksi PencairanDana
Seksi Manajemen Satker dan KI Seksi Bank Seksi Verifikasi
dan Akuntansi
Sub Bagian Umum
Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan,
dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam
rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan
pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan
akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan
pengendalian atas penyelenggaraan kegiatan pemerintahan. Pengendalian atas
penyelenggaraan kegiatan pemerintahan tersebut, dilaksanakan dengan berpedoman pada
SPIP sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008.
Organisasi Pengawas antara lain:
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Inspektorat Jenderal adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.
Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada gubernur.
Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang
bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota.
Tujuan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya
efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
SPIP terdiri atas 5 unsur yang dilaksanakan secara menyatu dan menjadi bagian
integral dari kegiatan Instansi Pemerintah, yaitu:
a. Lingkungan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara lingkungan
pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem
Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya. Action plan :
1. Melakukan penetapan/ updating pelaksana pengendalian internal
2. Melakukan penetapan/ updating pengelola pengaduan
3
3. Meningkatkan komitmen bersama terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
secara berintegritas, contohnya melalui penandatanganan pakta integritas internal
untuk pegawai Ditjen Perbendaharaan Tahun 2015.
4. Pimpinan memberi keteladanan terhadap penerapan integritas
b. Penilaian Risiko
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan penilaian risiko. Penilaian risiko
sebagaimana dimaksud terdiri atas identifikasi risiko dan analisis risiko. Dalam rangka
penilaian risiko, pimpinan Instansi Pemerintah menetapkan tujuan instansi pemerintah dan
tujuan pada tingkatan kegiatan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Action plan :
1. Menyusun dan menetapkan bahan masukan untuk profil resiko dan rencana peanganan
resiko Unit Pemilik Resiko.
2. Melaksanakan dan melaporkan rencana penanganan risiko sesuai timeframe yang telah
ditetapkan
3. Melaksanakan dan melaporkan evaluasi hasil penanganan resiko
4. Menyusun informasi terkait kejadian/peristiwa yang pernah terjadi dan berdampak
negatf terhadap unit kerja dalam bentuk loss event database.
c. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai
dengan ukuran, kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang
bersangkutan. Action plan :
1. Melaksanakan penanganan segera terhadap laporan pengaduan yang diterima dari
stakeholder/masyarakat/internal pegawai sesuai timeframe yang ditetapkan.
2. Melaksanakan mitigasi potensi pengaduan dari stakeholder dan/atau internal unit kerja
dengan menerapkan langkah-langkah peningkatan kinerja layanan.
3. Melakukan koordinasi segera terhadap setiap kegiatan pemeriksaan oleh aparat
pengawas fungsional, melalui sarana tercepat.
4. Melaksanakan investigasi dan/atau pengumpulan bahan keterangan terhadap dugaan
pelanggaran kode etik dan disiplin pegawai.
d. Informasi dan Komunikasi
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang tepat. Action plan :
a. Melaksanakan in house training terkait materi pelaksanaan tugas kepatuhan internal
kepada pejabat/pegawai unit kerja.
b. Mengembangkan kompetensi SDM melalui in house traning
4
c. Menyelenggarakan rapat koordinasi internal unit kerja.
e. Pemantauan Pengendalian Intern
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem Pengendalian
Intern. Pemantauan Sistem Pengendalian Intern sebagaimana dimaksud dilaksanakan
melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil
audit dan reviu lainnya. Action plan :
1. Melaksanakan pengujian pengendalian utama dan observasi pengendalian utama
terhadap suatu kegiatan.
2. Melaporkan hasil pengujian dan observasi pengendalian utama secara tepat waktu
3. Menyampaikan kompilasi hasil pengujian dan observasi pengendalian utama tingkat
unit kerja dalam periode bulanan.
4. Menyelenggarakan rapat pembahasan hasil pemantauan pengendalian internal
C. SISTEM PENGENDALIAN INTERN DIREKTORAT JENDERAL
PERBENDAHARAAN
Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk
memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi. Penerapan sistem
pengendalian intern di lingkungan Direktorat Jenderal Perbendaharaan bertujuan untuk
memberikan keyakinan memadai (reasonable assurance) terhadap pencapaian tujuan
organisasi.
Adapun manfaat dari penerapan sistem pengendalian intern antara lain adalah:
a. Meningkatnya efektivitas dan efisiensi operasi;
b. Meningkatnya kualitas tata kelola dan sistem pelaporan;
c. Terjaganya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;
d. Meningkatnya pengamanan terhadap aset negara;
e. Meningkatnya kepentingan.
Konsep Tiga Lini Pertahanan
Konsep tiga lini pertahanan (three lines of defence) yang diterapkan dalam sistem
pengendalian intern di lingkungan Kementerian Keuangan, termasuk Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, memandang implementasi sistem pengendalian intern sebagai lini
pertahanan tiga lapis, yaitu:
1. Lini pertahanan pertama adalah manajemen dan seluruh pegawai yang melaksanakan
proses bisnis. Lini pertahanan ini merupakan Hni pertahanan terpenting dalam mencegah
5
kesalahan, mendeteksi kecurangan, serta mengidentifikasi kelemahan dan kerentanan
pengendalian.
2. Lini pertahanan kedua merupakan fungsi pemantauan. Dalam konteks sistem
pengendalian intern di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan oleh UKI yang
bertugas memantau pengendalian intern di setiap tingkatan manajemen. Unit pemantau ini
harus memperingatkan lini pertahanan pertama apabila dijumpai kelemahan pengendalian
intern, baik dari segi tahapan rancangan sampai dengan tahapan pelaksanaannya.
3. Lini pertahanan ketiga adalah fungsi auditor internal. Dalam konteks pengendalian
intern di Kementerian Keuangan, fungsi ini dijalankan oleh Inspektorat Jenderal
Kementerian Keuangan.
Pemantauan Pengendalian Internal
Unit Kepatuhan Internal adalah unit yang memiliki tugas dan fungsi atau ditetapkan
untuk mengemban tugas kepatuhan internal di lingkungan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan, yaitu bertugas untuk melaksanakan fungsi pemantauan pengendalian intern,
pengelolaan pengaduan, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, tindak
lanjut hasil pengawasan, serta perumusan rekomendasi perbaikan proses bisnis.
Unit Kepatuhan Internal pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan terdiri atas UKI
tingkat eselon 1 (UKI-E1), UKI tingkat wilayah (UKI-W), dan UKI tingkat KPPN (UKI-P).
UKI-E1 berkoordinasi dengan perwakilan unit operasional atau UKI-W dan UKI-P dalam
rangka menyusun rancangan pengendalian. Sementara dalam melaksanakan fungsi
pemantauan pengendalian intern, perlu disusun perangkat pemantauan. Perangkat
pemantauan yang harus disiapkan adalah sebagai berikut:
1. Tabel Pemantauan Pengendalian Utama (TPPU)
TPPU merupakan perangkat pemantauan yang digunakan untuk mengidentifikasi
atribut pengendalian utama suatu kegiatan, serta menjelaskan cara dan frekuensi pengujian
atas pengendalian tersebut. Format TPPU adalah sebagai berikut:
TPPU ini telah ditetapkan oleh UKI-El, sehingga UKI-W dan UKI-P cukup mengikuti
tata cara pemantauan sesuai yang telah ditetapkan pada TPPU tersebut.
6
2. Daftar Uji Pengendalian Utama (DUPU)
DUPU adalah kertas kerja yang berisi pertanyaan-pertanyaan terkait atribut
pengendalian untuk meyakini dilaksanakannya pengendalian utama. Dalam merumuskan