SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SKRIPSI FARABY AZWANY 061401021 PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 Universitas Sumatera Utara
131
Embed
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN · PDF fileusaha, kondisi usaha, jaminan, dan kolektibilitas. Status kredit berarti calon penerima ... Tabel 2.3 Contoh matriks perbandingan berpasangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI
CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SKRIPSI
FARABY AZWANY 061401021
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
Universitas Sumatera Utara
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI
CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Komputer
FARABY AZWANY 061401021
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMPUTER DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2010
Universitas Sumatera Utara
PERSETUJUAN Judul : SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Kategori : SKRIPSI Nama : FARABY AZWANY Nomor Induk Mahasiswa : 061401021 Program Studi : SARJANA (S1) ILMU KOMPUTER Departemen : ILMU KOMPUTER Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Diluluskan di Medan, 14 Desember 2010
Komisi Pembimbing : Pembimbing 2 Pembimbing 1 Maya Silvi Lydia, B.Sc., M.Sc Prof. Dr. Muhammad Zarlis 197401272002122001 NIP. 195707011986011003 Diketahui/Disetujui oleh Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU Ketua, Prof. Dr. Muhammad Zarlis NIP. 195707011986011003
Universitas Sumatera Utara
PERNYATAAN SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT
PADA BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MEDAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, 14 Desember 2010 FARABY AZWANY NIM 061401021
Universitas Sumatera Utara
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dalam waktu yang telah ditetapkan. Tak lupa pula penulis junjungkan kehadirat Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Ibu Maya Silvi Lydia,B.Sc,MSc selaku pembimbing I dan II yang telah membimbing dan memberikan masukan-masukan kepada penulis dengan tulus dan ikhlas dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Syahril Efendi S.Si, M.Si dan Bapak M. Andri Budiman, ST, M.CompSc, MEM selaku pembanding I dan II yang telah banyak memberikan masukan dan kritikan dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU Bapak Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Syahriol Sitorus, S.Si, MIT., Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen dan pegawai pada Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU, rekan-rekan mahasiswa S1 Ilmu Komputer khususnya stambuk 2006 serta semua pihak yang telah membantu dan memberi masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhirnya, tidak lupa penulis menghaturkan ribuan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta, Azwany Djoeneid dan Cut Soraya yang tidak henti-hentinya memberikan semangat, dukungan, motivasi serta selalu mendoakan penulis. Terima kasih juga penulis sampaikan untuk Abangku tercinta Andya Azwany, dan kedua adikku tersayang Asyieq Aldin Azwany dan M. Rizky Putra Azwany yang telah memberikan motivasi, dukungan serta selalu mendoakan penulis. Kepada seluruh keluarga besar papa, H. M. Djoeineid Yoesoef dan keluarga besar mama, T. M. Asyieq yang selalu mendoakan penulis. Serta para sahabat yang selalu membantu dan menjadi teman diskusi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini diantaranya Maulida. Z, Rifki Respati Ashari Lubis, S.Kom, Kak Rafiqah Dewi Lubis, S.Kom dan semua sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Amin.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK, salah satunya adalah penentuan kelayakan nasabah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun suatu SPK diantaranya analytical hierarchy process (AHP). AHP merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memecahkan permasalahan yang bersifat multikriteria, seperti dalam SPK penentuan kelayakan nasabah penerima KUR. Penelitian ini menggunakan metode AHP dalam menentukan kelayakan nasabah penerima KUR pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Dalam penentuan kelayakan nasabah penerima KUR, ada beberapa kriteria yang menjadi dasar pengambilan keputusan antara lain status kredit, produktivitas usaha, kondisi usaha, jaminan, dan kolektibilitas. Status kredit berarti calon penerima KUR tidak sedang menerima KUR di tempat lain. Produktivitas berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut produktif atau tidak, dilihat dari lokasi usaha, jenis usaha, dan pendapatan perbulan. Kondisi usaha berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut berjalan dalam kondisi yang baik atau tidak, dilihat dari manajemen usaha, peralatan usaha, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Jaminan berarti agunan dalam bentuk apa yang akan dijadikan agunan, seperti rumah/ruko, tanah, dan BPKB. Sedangkan kolektibilitas berarti kelancaran calon penerima KUR dalam membayar angsuran tiap bulannya. Adapun hasil akhir dalam penelitian ini adalah hasil prioritas global kriteria nasabah, yang diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, sehingga pihak bank dapat dengan mudah mengambil keputusan dengan melihat hasil tersebut.
Universitas Sumatera Utara
DECISION SUPPORT SYSTEM OF BANK SYARIAH MANDIRI MEDAN BRANCH IN CREDIT DELIVERING FOR PEOPLE BUSINESS
IS BASED ON THE METHOD OF ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
ABSTRACT Decision Support System (DSS) is a system which assists someone to make accurate and correct decisions. Many problems can be solved by using the DSS, one of which is to determine the feasibility of the customer prior to receiving business credit (KUR). There are several methods which can be used in building a DSS such as Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP is the mostly used method as solution for multiple criteria problems, such as in SPK recipients KUR determining customer eligibility. This study uses the AHP method in determining customer eligibility KUR beneficiaries in Bank Syariah Mandiri, Medan Branch. In determining customer eligibility KUR beneficiaries, there are several criteria that form the basis of decision making, such as credit status, business productivity, business conditions, warranties, and collectibility. Credit status means that the prospective recipient is not receiving KUR elsewhere. Productivity means the business carried on whether productive or not, judging from the business location, business type, and monthly income. Business conditions means the business carried on is running in good condition, judged from business management, business equipment, and Human Resources (HR). Guarantee means the collateral, such as home/office, land, and BPKB. Meanwhile, the candidate receiving the collectibility means smooth KUR installment each month. The result of this research is the global priorities of customers criteria, sorted from highest to lowest, so the bank can easily make decisions by looking at these results.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii Pernyataan iii Penghargaan iv Abstrak v Abstract vi Daftar Isi vii Daftar Tabel x Daftar Gambar xii Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 3 1.3 Batasan Masalah 3 1.4 Tujuan Penelitian 3 1.5 Manfaat Penelitian 4 1.6 Metodologi Penelitian 4 1.7 Sistematika Penulisan 5
Bab 2 Tinjauan Teoretis 2.1 Sistem Pendukung Keputusan 7 2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan 7 2.1.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan 8 2.1.3 Konsep Pengambilan Keputusan 8
2.1.3.1 Pengertian Keputusan 8 2.1.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan 9 2.1.4 Fase-fase Proses Pengambilan Keputusan 10
2.1.4.1 Fase Inteligensi 12 2.1.4.1.1 Identifikasi Masalah (Peluang) 12
2.1.4.1.2 Klasifikasi Masalah 13 2.1.4.1.3 Kepemilikan Masalah 13
2.1.4.2 Fase Desain 14 2.1.4.2.1 Memilih Sebuah Prinsip Pilihan 14
2.1.4.2.2 Mengembangkan (Menghasilkan) Alternatif-alternatif 14
2.1.4.2.3 Mengukur Hasil Akhir 14 2.1.4.3 Fase Pilihan 15 2.1.4.4 Fase Implementasi 16
2.1.5 Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan 16 2.1.6 Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan 17 2.1.7 Komponen Sistem Pendukung Keputusan 18
Universitas Sumatera Utara
2.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) 19 2.2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode AHP 21 2.2.2 Prinsip Dasar AHP 23 2.3 Kredit Usaha Rakyat (KUR) 25 Bab 3 Analisis dan Perancangan Sistem 3.1 Analisis Sistem 28 3.1.1 Analisis Permasalahan 28 3.1.2 Analisis Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan 29 3.1.3 Analisis Pemecahan Masalah dengan Metode AHP 30 3.1.4 Analisis Hasil dan Pembahasan 40 3.1.4.1 Nilai Matriks Kriteria 40 3.1.4.2 Nilai Matriks Nasabah per Kriteria 45 3.1.4.2.1 Status Kredit 45 3.1.4.2.2 Produktivitas Usaha 50 3.1.4.2.3 Kondisi Usaha 53 3.1.4.2.4 Jaminan 56 3.1.4.2.5 Kolektibilitas 59 3.2 Perancangan Flowchart Sistem 64 3.3 Perancangan Basis Data 67 3.3.1 Data Flow Diagram (DFD) 68
3.3.2 Perancangan Struktur Tabel 80 3.3.3 Kamus Data 84
3.4 Perancangan Antar Muka 89 3.4.1 Rancangan Halaman Utama 90 3.4.2 Rancangan Menu Sistem 90 3.4.3 Rancangan Menu Log in 91 3.4.4 Rancangan Menu Log out 92 3.4.5 Rancangan Menu Daftar Pengguna 92 3.4.6 Rancangan Menu Ganti Password 93 3.4.7 Rancangan Menu Register Data 94 3.4.8 Rancangan Menu Data Nasabah 94 3.4.9 Rancangan Menu Data Nasabah Terproses 95 3.4.10 Rancangan Menu Input Matriks 96 3.4.11 Rancangan Menu Matriks Kriteria 97 3.4.12 Rancangan Menu Tampil Prioritas Kriteria 98 3.4.13 Rancangan Menu Matriks Nasabah per Kriteria 98 3.4.14 Rancangan Menu Tampil Prioritas Nasabah per Kriteria 99 3.4.15 Rancangan Menu Penentuan Nilai Keputusan 100 3.4.16 Rancangan Menu Tentang Sistem 101 3.4.17 Rancangan Menu Versi Program 102 3.4.18 Rancangan Menu Profil Programmer 103 3.4.19 Rancangan Menu Keluar 103 Bab 4 Implementasi
4.1 Implementasi 104 4.1.1 Halaman Utama 104
4.1.1.1 Menu Log in ` 105
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.2 Menu Daftar Pengguna 106 4.1.1.3 Menu Ganti Password 107 4.1.1.4 Menu Data Nasabah 107 4.1.1.5 Menu Matriks Kriteria 108 4.1.1.6 Menu Tampil Prioritas Kriteria 108 4.1.1.7 Menu Matriks Nasabah per Kriteria 109 4.1.1.8 Menu Tampil Prioritas Nasabah per Kriteria 109 4.1.1.9 Menu Penentuan Nilai Keputusan 110 4.1.1.10 Menu Nasabah Terproses 111 4.1.1.11 Menu Versi Sistem 112 4.1.1.12 Menu Profil Programmer 113 4.1.1.13 Menu Keluar 113
Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 114 5.2. Saran 115
Daftar Pustaka 116
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Indeks Random 22 Tabel 2.2 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan 24 Tabel 2.3 Contoh matriks perbandingan berpasangan 24 Tabel 3.1 Matriks Berpasangan untuk Kriteria Calon Penerima KUR 30 Tabel 3.2 Matriks berpasangan Calon Penerima KUR 33 Tabel 3.3 Masukan Nilai Perbandingan Kriteria Nasabah KUR 41 Tabel 3.4 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Kriteria Nasabah KUR 41 Tabel 3.5 Nilai Prioritas Kriteria 42 Tabel 3.6 Nilai Masukan Matriks Kriteria Dikali Nilai Prioritas Kriteria 43 Tabel 3.7 Hasil Bagi Nilai Jumlah Baris Tabel 3.6 dengan Nilai Prioritas Kriteria 44 Tabel 3.8 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 46 Tabel 3.9 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 47 Tabel 3.10 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 47 Tabel 3.11 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 48 Tabel 3.12 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.11 dengan Nilai Prioritas Nasabah 49 Tabel 3.13 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 50 Tabel 3.14 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 51 Tabel 3.15 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 51 Tabel 3.16 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 52 Tabel 3.17 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.16 dengan Nilai Prioritas Nasabah 52 Tabel 3.18 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 53 Tabel 3.19 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 54 Tabel 3.20 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 54 Tabel 3.21 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 55 Tabel 3.22 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.21 dengan Nilai Prioritas Nasabah 55 Tabel 3.23 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 56 Tabel 3.24 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 57 Tabel 3.25 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 57 Tabel 3.26 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 58 Tabel 3.27 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.26 dengan Nilai Prioritas Nasabah 58 Tabel 3.28 Masukan Nilai Perbandingan Nasabah tiap Kriteria 59 Tabel 3.29 Nilai Pembagian Jumlah Kolom Nasabah tiap Kriteria 60 Tabel 3.30 Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 60 Tabel 3.31 Nilai Masukan Matriks Dikali Nilai Prioritas Nasabah tiap Kriteria 61 Tabel 3.32 Hasil Bagi Jumlah Baris Tabel 3.31 dengan Nilai Prioritas Nasabah 61 Tabel 3.33 Nilai Prioritas masing-masing nasabah tiap criteria 62 Tabel 3.34 Nilai Prioritas Tujuan masing-masing nasabah KUR 63
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.35 Prioritas Global Masing-masing Calon Nasabah KUR 64 Tabel 3.36 Struktur Tabel BPKB 81 Tabel 3.37 Struktur Tabel Kriteria 81 Tabel 3.38 Struktur Tabel Nasabah 82 Tabel 3.39 Struktur Tabel Pengguna 82 Tabel 3.40 Struktur Tabel Rumah 83 Tabel 3.41 Struktur Tabel Tanah 83 Tabel 3.42 Struktur Tabel Nasabah Terproses 84 Tabel 3.43 Kamus Data Log-in 84 Tabel 3.44 Kamus Data Ganti Password 85 Tabel 3.45 Kamus Data Daftar Pengguna 85 Tabel 3.46 Kamus Data Data Nasabah 86 Tabel 3.47 Kamus Data Cari Data Nasabah 87 Tabel 3.48 Kamus Data Prioritas Kriteria 87 Tabel 3.49 Kamus Data Prioritas Nasabah Tiap Kriteria 88 Tabel 3.50 Kamus Data Data Nasabah Terproses 89
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pengambilan Keputusan / Proses Pemodelan SPK 11 Gambar 2.2 Model Konseptual SPK 19 Gambar 2.3 Struktur Hirarki AHP pada Sistem Pendukung Keputusan
Pemberian KUR 23 Gambar 3.1 Flowchart Penentuan Prioritas Kriteria 65 Gambar 3.2 Flowchart Penentuan Prioritas Nasabah 66 Gambar 3.3 Flowchart Penentuan Nilai Prioritas Global 67 Gambar 3.4 DFD Level 0 - Manajer 68 Gambar 3.5 DFD Level 1 - Manajer 70 Gambar 3.6 DFD Level 2 - Register Data oleh Manajer 72 Gambar 3.7 DFD Level 2 - Penentuan Prioritas Kriteria oleh Manajer 73 Gambar 3.8 DFD Level 2 - Penentuan Prioritas Nasabah Tiap Kriteria oleh Manajer 75 Gambar 3.9 DFD Level 2 - Penentuan Nilai Keputusan oleh Manajer 77 Gambar 3.10 DFD Level 0 - Operator 78 Gambar 3.11 DFD Level 1 – Operator 79 Gambar 3.12 Rancangan Halaman Utama 90 Gambar 3.13 Rancangan Menu Sistem 91 Gambar 3.14 Rancangan Menu Log-in 91 Gambar 3.15 Rancangan Menu Log-out 92 Gambar 3.16 Rancangan Menu Daftar Pengguna 93 Gambar 3.17 Rancangan Menu Ganti Password 93 Gambar 3.18 Rancangan Menu Register Data 94 Gambar 3.19 Rancangan Menu Data Nasabah 95 Gambar 3.20 Rancangan Menu Data Nasabah Terproses 96 Gambar 3.21 Rancangan Menu Input Matriks 97 Gambar 3.22 Rancangan Menu Matriks Kriteria 97 Gambar 3.23 Rancangan Menu Tampil Prioritas Kriteria 98 Gambar 3.24 Rancangan Menu Matriks Nasabah Per Kriteria 99 Gambar 3.25 Rancangan Menu Tampil Prioritas Nasabah Per Kriteria 100 Gambar 3.26 Rancangan Menu Hasil Akhir Nilai Keputusan 101 Gambar 3.27 Rancangan Menu Tentang Sistem 102 Gambar 3.28 Rancangan Menu Versi Program 102 Gambar 3.29 Rancangan Menu Tentang Programmer 103 Gambar 3.30 Rancangan Menu Keluar Sistem 103 Gambar 4.1 Form Halaman Utama 104 Gambar 4.2 Form Menu Log-in 105 Gambar 4.3 Form Halaman Utama Administrator 105 Gambar 4.4 Form Halaman Utama Operator 106 Gambar 4.5 Form Menu Daftar Pengguna 106 Gambar 4.6 Form Menu Ganti Password 107
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.7 Form Menu Data Nasabah 107 Gambar 4.8 Form Menu Matriks Kriteria 108 Gambar 4.9 Form Menu Tampil Prioritas Kriteria 108 Gambar 4.10 Form Menu Matriks Nasabah Per Kriteria 109 Gambar 4.11 Form Menu Tampil Prioritas Nasabah Per Kriteria 110 Gambar 4.12 Form Menu Hasil Akhir Nilai Keputusan 111 Gambar 4.13 Form Menu Nasabah Terproses 112 Gambar 4.14 Form Menu Versi Sistem 112 Gambar 4.15 Form Menu Tentang Programmer 113 Gambar 4.16 Form Menu Keluar Sistem 113
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) adalah sistem yang dapat membantu seseorang dalam mengambil keputusan yang akurat dan tepat sasaran. Banyak permasalahan yang dapat diselesaikan dengan menggunakan SPK, salah satunya adalah penentuan kelayakan nasabah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR). Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam membangun suatu SPK diantaranya analytical hierarchy process (AHP). AHP merupakan metode yang paling banyak digunakan dalam memecahkan permasalahan yang bersifat multikriteria, seperti dalam SPK penentuan kelayakan nasabah penerima KUR. Penelitian ini menggunakan metode AHP dalam menentukan kelayakan nasabah penerima KUR pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan. Dalam penentuan kelayakan nasabah penerima KUR, ada beberapa kriteria yang menjadi dasar pengambilan keputusan antara lain status kredit, produktivitas usaha, kondisi usaha, jaminan, dan kolektibilitas. Status kredit berarti calon penerima KUR tidak sedang menerima KUR di tempat lain. Produktivitas berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut produktif atau tidak, dilihat dari lokasi usaha, jenis usaha, dan pendapatan perbulan. Kondisi usaha berarti apakah usaha yang dijalankan tersebut berjalan dalam kondisi yang baik atau tidak, dilihat dari manajemen usaha, peralatan usaha, dan Sumber Daya Manusia (SDM). Jaminan berarti agunan dalam bentuk apa yang akan dijadikan agunan, seperti rumah/ruko, tanah, dan BPKB. Sedangkan kolektibilitas berarti kelancaran calon penerima KUR dalam membayar angsuran tiap bulannya. Adapun hasil akhir dalam penelitian ini adalah hasil prioritas global kriteria nasabah, yang diurutkan dari yang tertinggi hingga terendah, sehingga pihak bank dapat dengan mudah mengambil keputusan dengan melihat hasil tersebut.
Universitas Sumatera Utara
DECISION SUPPORT SYSTEM OF BANK SYARIAH MANDIRI MEDAN BRANCH IN CREDIT DELIVERING FOR PEOPLE BUSINESS
IS BASED ON THE METHOD OF ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
ABSTRACT Decision Support System (DSS) is a system which assists someone to make accurate and correct decisions. Many problems can be solved by using the DSS, one of which is to determine the feasibility of the customer prior to receiving business credit (KUR). There are several methods which can be used in building a DSS such as Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP is the mostly used method as solution for multiple criteria problems, such as in SPK recipients KUR determining customer eligibility. This study uses the AHP method in determining customer eligibility KUR beneficiaries in Bank Syariah Mandiri, Medan Branch. In determining customer eligibility KUR beneficiaries, there are several criteria that form the basis of decision making, such as credit status, business productivity, business conditions, warranties, and collectibility. Credit status means that the prospective recipient is not receiving KUR elsewhere. Productivity means the business carried on whether productive or not, judging from the business location, business type, and monthly income. Business conditions means the business carried on is running in good condition, judged from business management, business equipment, and Human Resources (HR). Guarantee means the collateral, such as home/office, land, and BPKB. Meanwhile, the candidate receiving the collectibility means smooth KUR installment each month. The result of this research is the global priorities of customers criteria, sorted from highest to lowest, so the bank can easily make decisions by looking at these results.
Universitas Sumatera Utara
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini permintaan kredit melalui Bank sudah berkembang dengan sangat pesat.
Kredit bukan hanya digunakan bagi masyarakat golongan menengah ke bawah saja
melainkan oleh semua lapisan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Salah satu jenis kredit yang cukup banyak peminatnya saat ini adalah Kredit
Usaha Rakyat (KUR). KUR adalah jenis kredit yang diberikan oleh pemerintah bagi
pelaku Usaha, Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKM-K).
Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah salah satu Bank yang dipercaya oleh
pemerintah untuk memberikan fasilitas KUR kepada masyarakat. Semakin tingginya
minat masyarakat untuk mendapatkan KUR, membuat pihak Bank kesulitan dalam
menentukan siapa yang layak menerima KUR atau tidak. Selain itu, proses penentuan
siapa yang layak menerima KUR masih dilakukan secara manual, sehingga kurang
efisien dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk merancang
suatu sistem yang dapat membantu pihak Bank dalam menentukan siapa yang layak
menerima KUR, sehingga dapat lebih efisien dalam pelaksanaannya.
Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk membangun sebuah SPK
salah satunya adalah Analytical Hierarchy Process (AHP). Dalam penelitian Dewi
(2009) disebutkan bahwa AHP dapat digunakan dalam pengambilan keputusan yang
multikriteria dan cukup baik dalam menyelesaikan permasalahan identifikasi customer
funding yang membutuhkan banyak kriteria. Amborowati (2008) juga melakukan
penelitian dengan metode AHP pada Sistem Penunjang Keputusan Pemilihan
Universitas Sumatera Utara
Perumahan Menggunakan Expert Choice untuk memilih perumahan berdasarkan
kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Selain itu, di dalam metode AHP perbandingan
masing-masing kriteria dapat diperoleh dari perhitungan aktual maupun perhitungan
relatif dari derajat kesukaan, kepentingan maupun perasaan. Dengan demikian metode
AHP ini dapat diterapkan untuk mengukur hal-hal yang dianggap sulit dalam
penilaiannya seperti pendapat, perasaan, perilaku dan kepercayaan (Teknomo et al,
1999).
Di dalam penelitian Saaty (2008) disebutkan bahwa metode AHP telah banyak
diterapkan oleh banyak pihak seperti perusahaan-perusahaan besar dunia, pemerintah,
lembaga pendidikan, dan lainnya dalam mencari keputusan yang tepat dalam setiap
permasalahan. Sebagai contoh salah satu perusahaan komputer terbesar di dunia IBM
menggunakan AHP dalam merancang kesuksesan bisnis komputer kelas menengah
pada tahun 1991. British Airway:1998 juga menggunakan AHP untuk memilih
perusahaan sistem hiburan untuk seluruh pesawat miliknya. Bourgeois (2005) juga
menggunakan AHP untuk menyusun prioritas topik-topik penelitian yang akan
diusulkan oleh UNCAPSA, sebuah lembaga riset yang dikelola oleh UN-ESCAP.
Berdasarkan hal-hal ini, maka metode AHP digunakan dalam penelitian ini
yaitu untuk menentukan calon debitur mana yang layak menerima KUR dari BSM
dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria yang telah ditentukan oleh pihak Bank
tersebut. Adapun kriteria-kriteria yang menjadi dasar pengambilan keputusan oleh
pihak Bank dalam menentukan calon debiturnya adalah status kredit, produktivitas
usaha, kondisi usaha, jaminan, dan kolektibilitas. Walaupun pemilihan calon nasabah
yang akan menerima KUR tetap ditentukan sepenuhnya oleh pihak Bank, namun
Sistem Pendukung Keputusan ini akan menampilkan nilai prioritas global dari yang
tertinggi hingga terendah dari calon nasabah tersebut, sehingga akan memudahkan dan
membantu pihak Bank dalam mengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah yang akan diselesaikan dalam penelitian ini adalah merancang suatu sistem
yang dapat membantu pihak Bank dalam mengambil keputusan untuk menentukan
siapa yang layak menerima KUR berdasarkan urutan nilai prioritas global yang
tertinggi.
1.3 Batasan Masalah
Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Kriteria yang digunakan sebagai dasar penilaian diperoleh dari PT. Bank
Syariah Mandiri Cabang Medan.
2. Sistem Pendukung Keputusan ini hanya sebagai alat bantu bagi pihak Bank
dalam menentukan siapa yang layak menerima KUR atau tidak, berdasarkan
kriteria yang ditentukan oleh pihak Bank. Namun keputusan akhir tetap berada
di pihak Bank.
3. Metode yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah Analytical
Hierarchy Process (AHP).
4. Output dari SPK ini adalah urutan prioritas global calon nasabah yang layak
menerima KUR mulai dari yang tertinggi sampai terendah.
5. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Borland Delphi 7.0.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah merancang suatu perangkat lunak yang dapat
membantu pihak Bank dalam menentukan siapa calon nasabah yang layak menerima
KUR atau tidak dengan sistem yang terkomputerisasi sehingga proses pengambilan
keputusan ini dapat lebih efisien, hemat waktu dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Universitas Sumatera Utara
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah untuk membantu pihak Bank dalam
mengambil keputusan untuk menentukan siapa yang layak menerima Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dengan melihat nilai prioritas dari masing-masing calon nasabah yang
dibandingkan.
1.6 Metode Penelitian
Tahapan yang diambil dalam penelitian ini yaitu:
1. Studi Literatur
Penulisan ini dimulai dengan studi kepustakaan yaitu proses pengumpulan
bahan-bahan referensi baik dari buku, artikel, paper, jurnal, makalah, maupun
situs internet mengenai Sistem Pendukung Keputusan, metode Analytical
Hierarchy Process serta beberapa referensi lainnya untuk menunjang
pencapaian tujuan penelitian.
2. Analisis Data dengan Penelitian ke Lapangan (Field Research)
Pada tahap ini dilakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data
secara langsung dari perusahaan khususnya bank melalui riset lapangan
a. Pengumpulan sampel dokumentasi yang berhubungan dengan masalah
KUR pada Bank.
b. Mewawancara pihak yang berkompeten dalam masalah KUR pada Bank.
3. Merancang Desain Sistem
Desain yang dirancang adalah desain user interface dan struktur program
Sistem Pendukung Keputusan penentuan pemberian Kredit Usaha Rakyat.
4. Implementasi Sistem
Sistem diimplementasikan dalam bentuk perangkat lunak menggunakan bahasa
pemrograman Borland Delphi 7.0.
5. Pengujian dan Analisis Sistem
Pada tahap ini akan dilakukan pengujian sistem, untuk mencari kesalahan-
kesalahan sehingga dapat diperbaiki. Kemudian akan dilakukan analisis
Universitas Sumatera Utara
terhadap fokus permasalahan penelitian, apakah sudah sesuai seperti yang
diinginkan.
6. Dokumentasi Sistem
Pembuatan laporan Skripsi lengkap dengan analisis yang didapatkan.
1.7 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dari skripsi ini terdiri dari beberapa bagian utama sebagai
berikut:
BAB 1 : Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang pemilihan judul
penelitian “Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat
pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Menggunakan Metode
Analytical Hierarchy Process”, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 : Tinjauan Teoretis
Bab ini akan membahas teori-teori yang berkaitan dengan sistem pendukung
keputusan, metode Analytical Hierarchy Process (AHP), Kredit Usaha
Rakyat (KUR)
BAB 3 : Analisis dan Perancangan Sistem
Bab ini akan menjelaskan tentang analisis data yang akan diolah dalam
sistem serta membuat perancangan sistem yang akan dibangun.
BAB 4 : Implementasi
Bab ini akan menjelaskan tentang bentuk antarmuka Sistem Pendukung
Keputusan Pemberian Kredit Usaha Rakyat pada Bank Syariah Mandiri
Cabang Medan Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (AHP).
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 : Kesimpulan dan Saran
Bab terakhir akan memuat kesimpulan isi dari keseluruhan uraian bab-bab
sebelumnya dan saran-saran dari hasil yang diperoleh yang diharapkan dapat
bermanfaat dalam pengembangan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN TEORETIS
2.1 Sistem Pendukung Keputusan
2.1.1 Pengertian Sistem Pendukung Keputusan
Decision Support System atau Sistem Pendukung Keputusan yang selanjutnya kita
singkat dalam skripsi ini menjadi SPK, secara umum didefinisikan sebagai sebuah
sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan pemecahan masalah
maupun kemampuan pemgkomunikasian untuk masalah semi-terstruktur. Secara
khusus, SPK didefinisikan sebagai sebuah sistem yang mendukung kerja seorang
manajer maupun sekelompok manajer dalam memecahkan masalah semi-terstruktur
dengan cara memberikan informasi ataupun usulan menuju pada keputusan tertentu
(Hermawan, 2005).
Pembuatan keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer atau
administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengidentifikasian masalah,
pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi dari alternatif-alternatif tersebut
dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang manajer dalam
membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan menguasai teori dan
teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan manajer dalam
pembuatan keputusan diharapkan dapat ditingkatkan kualitas keputusan yang
dibuatnya, dan hal ini tentu akan meningkatkan efisiensi kerja manajer yang
bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan
Pada awalnya Turban & Aronson (1998), mendefinisikan sistem penunjang keputusan
(Decision Suppo rt Systems – DSS) sebagai sistem yang digunakan untuk mendukung
dan membantu pihak manajemen melakukan pengambilan keputusan pada kondisi
semi terstruktur dan tidak terstruktur. Pada dasarnya konsep DSS hanyalah sebatas
pada kegiatan membantu para manajer melakukan penilaian serta menggantikan posisi
dan peran manajer.
Konsep DSS pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an oleh
Michael Scott Morton, yang selanjutnya dikenal dengan istilah “Management
Decision System”. Konsep DSS merupakan sebuah sistem interaktif berbasis
komputer yang membantu pembuatan keputusan memanfaatkan data dan model untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat tidak terstruktur dan semi terstruktur.
DSS dirancang untuk menunjang seluruh tahapan pembuatan keputusan, yang dimulai
dari tahapan mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, menentukan
pendekatan yang digunakan dalam proses pembuatan keputusan sampai pada kegiatan
mengevaluasi pemilihan alternatif.
2.1.3 Konsep Pengambilan Keputusan
2.1.3.1 Pengertian Keputusan
Beberapa definisi keputusan yang dikemukakan para ahli dijelaskan sebagai berikut
(Hasan, 2004):
1. Menurut Ralph C. Davis
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.
Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan.
Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan
dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa
tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.
Universitas Sumatera Utara
2. Menurut Mary Follet
Keputusan adalah suatu atau sebagai hukum situasi. Apabila semua fakta dari
situasi itu dapat diperolehnya dan semua yang terlibat, baik pengawas maupun
pelaksana mau mentaati hukumnya atau ketentuannya, maka tidak sama
dengan mentaati perintah. Wewenang tinggal dijalankan, tetapi itu merupakan
wewenang dari hukum situasi.
3. Menurut James A.F.Stoner
Keputusan adalah pemilihan diantara alternatif-alternatif. Definisi ini
mengandung tiga pengertian, yaitu:
a. Ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan.
b. Ada beberapa alternatif yang harus dan dipilih salah satu yang terbaik.
c. Ada tujuan yang ingin dicapai, dan keputusan itu makin mendekatkan
pada tujuan tertentu.
4. Menurut Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo, SH
Keputusan adalah suatu pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu
masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus diperbuat
guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada suatu
alternatif.
Dari pengertian-pengertian keputusan diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan
bahwa keputusan merupakan suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi
yag dilakukan melalui pemilihan satu alternatif dari beberapa alternatif.
2.1.3.2 Pengertian Pengambilan Keputusan
Beberapa definisi pengambilan keputusan yang dikemukakan para ahli dijelaskan
sebagai berikut (Hasan, 2004):
Universitas Sumatera Utara
1. Menurut George R. Terry
Pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan)
tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
2. Menurut S.P. Siagian
Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling tepat.
3. Menurut James A.F. Stoner
Pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu
tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas, dapat disimpulkan
bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu proses pemilihan alternatif terbaik
dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan) sebagai
suatu cara pemecahan masalah
2.1.4 Fase-fase Proses Pengambilan Keputusan
Menurut Simon, proses pengambilan keputusan meliputi tiga fase utama yaitu
inteligensi, desain, dan kriteria. Ia Kemudian menambahkan fase keempat yakini
implementasi (Turban, 2005). Gambaran konseptual pengambilan keputusan menurut
Simon dapat dilihat pada gambar 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Pengambilan Keputusan / Proses Pemodelan SPK
Sumber: (Turban, 2005).
Proses pengambilan keputusan dimulai dari fase inteligensi. Realitas diuji, dan
masalah diidentifikasi dan ditentukan. Kepemilikan masalah juga ditetapkan.
Selanjutnya pada fase desain akan dikonstruksi sebuah model yang merepresentasikan
sistem. Hal ini dilakukan dengan membuat asumsi-asumsi yang menyederhanakan
realitas dan menuliskan hubungan di antara semua variabel. Model ini kemudian di
validasi dan ditentukanlah kriteria dengan menggunakan prinsip memilih untuk
Realisasi
Implementasi Solusi
Fase Inteligensi Sasaran Organisasional Prosedur Pemindaian dan Penelitian Pengumpulan Data Identifikasi Masalah Kepemilikan Masalah Klasifikasi Masalah Pernyataan Masalah
Fase Desain Formulasi Sebuah Model Menentukan Kriteria untuk Dipilih Mencari Alternatif Memprediksi dan Mengukur Hasil Akhir
Fase Pilihan Solusi untuk Model Analisis Sensitivitas Memilih Alternatif Terbaik Rencana Implementasi
Universitas Sumatera Utara
mengevaluasi alternatif tindakan yang telah diidentifikasi. Proses pengembangan
model sering mengidentifikasi solusi-solusi alternatif dan demikian sebaliknya.
Selanjutnya adalah fase pilihan yang meliputi pilihan terhadap solusi yang
diusulkan untuk model (tidak memerlukan masalah yang disajikan). Solusi ni diuji
untuk menentukan viabilitasnya. Begitu solusi yang diusulkan tampak masuk akal,
maka kita siap untuk masuk kepada fase terakhir yakni fase implementasi keputusan.
Hasil implementasi yang berhasil adalah dapat dipecahkannya masalah riil.
Sedangkan kegagalan implementasi mengharuskan kita kembali ke fase sabelumnya.
2.1.4.1 Fase Intelegensi
Inteligensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning (Pemindaian) lingkungan,
entah secara intermiten ataupun terus-menerus. Inteligensi mencakup berbagai
aktivitas yang menekankan identifikasi situasi atau peluang-peluang masalah.
2.1.4.1.1 Identifikasi Masalah (Peluang)
Fase inteligensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan dan sasaran
organisasional yang berkaitan dengan isu yang diperhatikan (misal manajemen
inventori, seleksi kerja, kurangnya atau tidak tepatnya kehadiran Web), dan
determinasi apakah tujuan tersebut telah terpenuhi. Masalah terjadi karena
ketidakpuasan terhadap status quo. Ketidakpuasan merupakan hasil dari perbedaaan
antara apa yang kita inginkan (harapkan) dan apa yang terjadi. Pada fase pertama ini,
seseorang berusaha menentukan apakah ada suatu masalah, mengidentifikasi gejala-
gejalanya, menentukan keluasannya, dan mendefinisikannya secara eksplisit.
Eksistensi masalah dapat ditentukan dengan memonitor dan menganalisis
tingkat produktivitas organisasi. Ukuran produktivitas dan konstruksi sebuah model
didasarkan pada data riil.
Universitas Sumatera Utara
Menentukan apakah masalah benar-benar ada, dimana masalah tersebut, dan
seberapa signifikan, dapat dilakukan setelah investigasi awal selesai dilakukan. Poin
kunci adalah apakah sistem informasi melaporkan masalah atau hanya melaporkan
gejala-gejala dari sebuah masalah.
2.1.4.1.2 Klasifikasi Masalah
Klasifikasi masalah adalah konseptualisasi terhadap suatu masalah dalam rangka
menempatkannya dalam suatu kategori yang dapat didefinisikan, barangkali mengarah
kepada suatu pendekatan solusi standar. Pendekatan yang penting mengklasifikasikan
masalah-masalah sesuai tingkat strukturisasi pada masalah tersebut.
2.1.4.1.3 Kepemilikan Masalah
Menentukan kepemilikan masalah merupakan hal penting pada fase inteligensi.
Sebuah masalah ada di dalam sebuah organisasi hanya jika seseorang atau beberapa
kelompok mengambil tanggung jawab untuk mengatasinya dan jika organisasi punya
kemampuan untuk memecahkannya.
Ketika kepemilikan masalah tidak ditentukan, maka seseorang tidak
melakukan tugasnya atau masalah akan diidentifikasi sebagai masalah orang lain.
Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk secara sukarela “memilikinya” atau
menugaskannya kepada orang lain. Fase inteligensi berakir dengan pernyataan
masalah secara formal.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Fase Desain
Fase desain meliputi penemuan atau mengembangkan dan menganalisis tindakan yang
mungkin untuk dilakukan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap masalah dan menguji
solusi yang layak.
2.1.4.2.1 Memilih Sebuah Prinsip Pilihan
Prinsip pilihan adalah sebuah kriteria yang menggambarkan akseptabilitas dari sebuah
solusi (kemampuan untuk data diterima). Pada sebuah model, prinsip tersebut adalah
sebuah variabel hasil. Memilih sebuah prinsip pilihan bukanlah bagian dari fase
pilihan, namun melibatkan bagaimana kita membangun sasaran pengambilan
keputusan kita dan bagaimana sasaran tersebut disatukan ke dalam suatu model.
2.1.4.2.2 Mengembangkan (Menghasilkan) Alternatif-alternatif
Bagan signifikan dari proses pembangunan model adalah menghasilkan berbagai
alternatif. Pencarian terhadap berbagai alternative biasanya terjadi setelah kriteria
untuk mengevaluasi alternatif dilakukan. Sekuensi ini dapat mengurangi pencarian
alternative dan usaha yang dikeluarkan untuk mengevaluasinya, namun
mengidentifikasi alternatif-alternatif potensial kadang-kadang dapat membantu
mengidentifikasi kriteria.
2.1.4.2.3 Mengukur Hasil Akhir
Nilai dari sebuah alternatif dievaluasi dalam hal pencapaian tujuan. Kadang-kadang
suatu hasil dinyatakan secara langsung dalam istilah tujuan. Sebagai contoh, laba
adalah hasil akhir, maksimalisasi laba adalah suatu tujuan, dan keduanya dinyatakan
dalam terminologi dollar. Hasil akhir seperti keputusan pelanggan dapat diukur
Universitas Sumatera Utara
dengan jumlah keluhan, dengan tingkat loyalitas terhadap sebuah produk, atau dengan
rating hasil survei.
2.1.4.3 Fase Pilihan
Pilihan merupakan tindakan pengambilan keputusan yang kritis. Fase pilihan adalah
fase di mana dibuat suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk
mengikuti suatu tindakan tertentu. Batas antara fase pilihan dan desain sering tidak
jelas karena aktivitas tertentu dapat dilakukan selama kedua fase tersebut dank arena
orang dapat sering kembali dari aktivitas pilihan ke aktivitas desain. Sebagai contoh,
seseorang dapat menghasilkan alternatif baru selagi mengevaluasi alternatif yang ada.
Fase pilihan meliputi pencarian, evaluasi, dan rekomendasi terhadap suatu solusi yang
tepat untuk model. Sebuha solusi untuk sebuah model adalah sekumpulan nilai
spesifik untuk variabel-variabel keputusan dalam suatu alternatif yang telah dipilih.
Memecahkan sebuah model tidak sama halnya dengan memecahkan masalah
yang direpresentasikan oleh model. Solusi untuk model menghasilkan sebuah solusi
yang direkomendasikan untuk masalah. Masalah dianggap dipecahkan hanya jika
solusi yang direkomendasikan sukses diterapkan.
Pemecahan sebuah model pengambilan keputusan melibatkan pencarian
terhadap suatu tindakan yang tepat. Pendekatan pencarian melibatkan teknik analitik
(memecahkan suatu formula), algoritma (prosedur langkah-demi-langkah), heuristik
(aturan utama), dan blind search (menembak didalam gelap, idealnya dalam suatu
cara yang logis).
Masing-masing alternatif harus dievaluasi. Jika suatu alternatif mempunyai
berbagai tujuan, maka semua tujuan harus diuji dan seimbang jika dihadapkan dengan
yang lainnya. Analisis sensitivitas digunakan untuk menentukan ketangguhan
sembarang alternatif yang diberikan (sedikit perubahan dalam perameter idelanya
mendorong ke sedikit atau tidak ada perubahan dalam alternatif yang dipilih).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.4 Fase Implementasi
Pada hakikatnya implementasi suatu solusi yang diusulkan untuk suatu masalah
adalah inisiasi terhadap hal baru, atau pengenalan terhadap perubahan.
Definisi implementasi sedikit rumit karena implementasi merupakan sebuah
proses yang panjang dan melibatkan batasa-batasan yang tidak jelas. Pendek kata,
implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja, tidak
memerlukan implementasi suatu sistem komputer.
2.1.5 Karakteristik dan Kemampuan Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Turban (1996), ada beberapa karakteristik dari SPK, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Mendukung seluruh kegiatan organisasi
2. Mendukung beberapa keputusan yang saling berinteraksi
3. Dapat digunakan berulang kali dan bersifat konstan
4. Terdapat dua komponen utama, yaitu data dan model
5. Menggunakan baik data ekternal maupun internal
6. Memiliki kemampuan what-if analysis dan goal seeking analysis
7. Menggunakan beberapa model kuantitatif
Selain itu, Turban juga memiliki kemampuan yang harus dimiliki oleh sebuah
sistem pendukung keputusan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menunjang pembuatan keputusan manajemen dalam menangani masalah semi
terstruktur dan tidak terstruktur.
2. Membantu manajer pada berbagai tingkatan manajemen, mulai dari
manajemen tingkat atas sampai manajemen tingkat bawah.
3. Menunjang pembuatan keputusan secara kelompok dan perorangan.
4. Menunjang pembuatan keputusan yang saling bergantungan dan berurutan.
5. Menunjang tahap-tahap pembuatan keputusan antara lain intelligence, design,
choice dan implementation.
Universitas Sumatera Utara
6. Menunjang berbagai bentuk proses pembuatan keputusan dan jenis keputusan.
7. Kemampuan untuk melakukan adaptasi setiap saat dan bersifat fleksibel.
8. Kemudahan melakukan interaksi sistem.
9. Meningkatkan efektivitas dalam pembuatan keputusan daripada efisiensi.
10. Mudah dikembangkan oleh pemakai akhir.
11. Kemampuan pemodelan dan analisis dalam pembuatan keputusan.
12. Kemudahan melakukan pengaksesan berbagai sumber dan format data.
Disamping berbagai kemampuan dan karakteristik seperti dikemukakan di
atas, sistem pendukung keputusan memiliki juga keterbatasan, antara lain:
1. Ada beberapa kemampuan manajemen dan bakat manusia yang tidak dapat
dimodelkan, sehingga model yang ada dalam sistem tidak semuanya
mencerminkan persoalan yang sebenarnya.
2. Kemampuan suatu sistem pendukung keputusan terbatas pada pengetahuan
dasar serta model dasar yang dimilikinya.
3. Proses-proses yang dapat dilakukan oleh sistem pendukung keputusan
biasanya tergantung juga pada kemampuan perangkat lunak yang
digunakannya.
4. Sistem pendukung keputusan tidak memiliki intuisi seperti yang dimiliki oleh
manusia. Karena sistem pendukung keputusan hanya suatu kumpulan
perangkat keras, perangkat lunak dan sistem operasi yang tidak dilengkapi
oleh kemampuan berpikir.
Secara implisit, sistem pendukung keputusan berlandaskan pada kemampuan
dari sebuah sistem berbasis komputer dan dapat melayani penyelesaian masalah.
2.1.6 Keuntungan Sistem Pendukung Keputusan
Beberapa keuntungan penggunaan SPK antara lain adalah sebagai berikut (Surbakti,
2002):
Universitas Sumatera Utara
1. Mampu mendukung pencarian solusi dari berbagai permasalahan yang
kompleks
2. Dapat merespon dengan cepat pada situasi yang tidak diharapkan dalam
konsisi yang berubah-ubah
3. Mampu untuk menerapkan berbagai strategi yang berbeda pada konfigurasi
berbeda secara cepat dan tepat
4. Pandangan dan pembelajaran baru
5. Sebagai fasilitator dalam komunikasi
6. Meningkatkan kontrol manajemen dan kinerja
7. Menghemat biaya dan sumber daya manusia (SDM)
8. Menghemat waktu karena keputusan dapat diambil dengan cepat
9. Meningkatkan efektivitas manajerial, menjadikan manajer dapat bekerja lebih
singkat dan dengan sedikit usaha
10. Meningkatkan produktivitas analisis
2.1.7 Komponen Sistem Pendukung Keputusan
Adapun komponen-komponen dari SPK adalah sebagai berikut.:
1. Data Management
Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai
situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management System
(DBMS).
2. Model Management
Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau berbagai
model kualitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu
kemampuan analitis, dan manajemen software yang dibutuhkan.
3. Communication
User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui
subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka.
Universitas Sumatera Utara
4. Knowledge Management
Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak atau
bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri.
Untuk dapat lebih jelas memahami model konseptual SPK, perhatikan gambar 2.2.
Gambar 2.2. Model Konseptual SPK
Sumber: (Irfan Surbakti, 2002).
2.2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP)
Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. AHP
umumnya digunakan dengan tujuan untuk menyusun prioritas dari berbagai alternatif
pilihan yang ada dan pilihan-pilihan tersebut bersifat kompleks atau multikriteria
(Bourgeois, 2005).
Penentuan prioritas inilah yang merupakan bagian penting dari penggunaan
metode AHP (Mulyono, 1996). Selanjutnya Mulyono (1996), menjelaskan bahwa
pada dasarnya metode AHP merupakan suatu teori umum tentang suatu konsep
pengukuran. Metode ini digunakan untuk menemukan suatu skala rasio baik dari
Universitas Sumatera Utara
perbandingan pasangan yang bersifat diskrit maupun kontinu. Perbandingan-
perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang
mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relatif.
Peralatan utama AHP adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya
persepsi manusia akan prioritas antara satu elemen dengan elemen yang lainnya.
Keberadaan hirarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks atau tidak
terstruktur dalam sub-sub masalah, lalu menyusunnya menjadi suatu bentuk hirarki.
Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty dapat memecahkan
masalah kompleks, dimana kriteria yang diambil cukup banyak, struktur masalah yang
belum jelas, ketidakpastian persepsi pembuat keputusan serta ketidakpastian
tersedianya data statistik yang akurat. Adakalanya timbul masalah keputusan yang
sulit untuk diukur secara kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering
disertai dengan variasi yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin
dapat dicatat secara numerik karena data kualitatif saja yang dapat diukur yaitu
berdasarkan pada persepsi, preferensi, pengalaman, dan intuisi.
Beberapa kelebihan penggunaan metode AHP adalah sebagai berikut: (Suryadi
dan Ramdhani, 1998).
1. Struktur yang berbentuk hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipillih
sampai pada subkriteria yang paling dalam.
2. Memperhatikan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan.
3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan keluaran analisis sensitivitas
pembuat keputusan.
Selain itu metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah
yang multi-objektif dan multikriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari
setiap elemen dalam hirarki. Jadi metode AHP merupakan suatu bentuk pemodelan
pembuatan keputusan yang sangat komprehensif.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode AHP
Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam
menggunakan metode AHP, antara lain (Suryadi & Ramdhani 1998):
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan
2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif
pada tingkatan kriteria yang paling bawah
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi
relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau
kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan
judgment dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu
elemen dibandingkan elemen lainnya
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh nilai judgment
seluruhnya yaitu sebanyak n x [ (n-1)/2 ] buah dengan n adalah banyaknya
elemen yang dibandingkan
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulangi
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki
7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan. Nilai
vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis
judgment dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki
terendah sampai pencapaian tujuan.
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai lebih dari 10% (persen) atau 0,1
maka penilaian data harus diperbaiki.
Langkah-langkah dalam menggunakan metode AHP yang saya lakukan dalam
skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jenis-jenis kriteria calon penerima KUR .
2. Menyusun kriteria-kriteria tersebut dalam bentuk matriks berpasangan.
3. Menjumlah matriks kolom.
4. Menghitung nilai elemen kolom kriteria dengan rumus masing-masing elemen
kolom dibagi dengan jumlah matriks kolom.
Universitas Sumatera Utara
5. Menghitung nilai prioritas kriteria dengan rumus menjumlah matriks baris
hasil langkah 4 dan hasilnya langkah 5 dibagi dengan jumlah kriteria.
6. Menentukan alternatif-alternatif yang akan menjadi pilihan.
7. Menyusun alternatif-alternatif yang telah ditentukan dalam bentuk matriks
berpasangan untuk masing-masing kriteria. Sehingga akan ada sebanyak n
buah matriks berpasangan antar alternatif.
8. Masing-masing matriks berpasangan antar alternatif sebanyak n buah matriks,
masing-masing matriksnya dijumlah perkolomnya.
9. Menghitung nilai prioritas alternatif masing-masing matriks berpasangan antar
alternatif dengan rumus seperti langkah 4 dan langkah 5.
10. Menguji konsistensi setiap matriks berpasangan antar alternatif dengan rumus
masing-masing elemen matriks berpasangan pada langkah 2 dikalikan dengan
nilai prioritas kriteria. Hasilnya masing-masing baris dijumlah, kemudian
hasilnya dibagi dengan masing-masing nilai prioritas kriteria sebanyak λ1, λ2,
λ3, ......, λn.
11. Menghitung nilai lamda maksimum dengan rumus: n∑= λ
λmax
12. Menghitung nilai Indeks Konsisten, dengan rumus 1
max
−−
=n
nCI
λ
13. Menghitung Rasio Konsistensi, dengan rumus RICICR =
Dimana: RI adalah nilai indek s random yang berasal dari tabel random seperti