Top Banner
SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS PLERET Oleh: Kelompok : 3 Kelas : IIC 1. Nurhasna Umasugi (120109) 2. Isriani Widiastuti (120110) 3. Fitri Ayuni Nurdewati (120111) 4. Cahya Yustisia (120112) 5. Godeliva Susanti Terika (120113) 6. Dea Nur Elsadai (120114) 7. Carolina Frilly Merliana (120115) 8. Selma Dwi Hidayati (120116) 9. Rina Dwi Lestari (120117) 10. Tria Marliantina (120118) 11. Vinda Nur Apriningtyas (120119)
87

Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Oct 27, 2015

Download

Documents

cahya112
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

DI PUSKESMAS PLERET

Oleh:

Kelompok : 3

Kelas : IIC

1. Nurhasna Umasugi (120109)

2. Isriani Widiastuti (120110)

3. Fitri Ayuni Nurdewati (120111)

4. Cahya Yustisia (120112)

5. Godeliva Susanti Terika (120113)

6. Dea Nur Elsadai (120114)

7. Carolina Frilly Merliana (120115)

8. Selma Dwi Hidayati (120116)

9. Rina Dwi Lestari (120117)

10. Tria Marliantina (120118)

11. Vinda Nur Apriningtyas (120119)

AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013

Page 2: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

LEMBAR PENGESAHAN

SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

DI PUSKESMAS PLERET

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Kelompok : 3 (Tiga)

Kelas : IIC

Anggota :

1. Nurhasna Umasugi (120109)

2. Isriani Widiastuti (120100)

3. Fitri Ayuni Nurdewati (120111)

4. Cahya Yustisia (120112)

5. Godeliva Susanti Terika (120113)

6. Dea Nur Elsadai (120114)

7. Carolina Frilly Merliana (120115)

8. Selma Dwi Hidayati (120116)

9. Rina Dwi Lestari (120117)

10. Tria Marliantina (120118)

11. Vinda Nur Apriningtyas (120119)

Telah disetujui untuk diseminarkan di depan penguji

Pada tanggal………………………..

Mengetahui

Dosen Pembimbing

Era Revika, S. SiT.

Page 3: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

LEMBAR PENGESAHAN

SISTEM PENCATATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

DI PUSKESMAS PLERET

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Kelompok : 3 (Tiga)

Kelas : IIC

Anggota :

1. Nurhasna Umasugi (120109)

2. Isriani Widiastuti (120100)

3. Fitri Ayuni Nurdewati (120111)

4. Cahya Yustisia (120112)

5. Godeliva Susanti Terika (120113)

6. Dea Nur Elsadai (120114)

7. Carolina Frilly Merliana (120115)

8. Selma Dwi Hidayati (120116)

9. Rina Dwi Lestari (120117)

10.Tria Marliantina (120118)

11.Vinda Nur Apriningtyas (120119)

Telah diseminarkan di depan penguji

Pada tanggal……………………

Mengetahui

Page 4: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Dosen Pembimbing

Era Revika, S. SiT.

Page 5: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami,

sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Pemantauan Pelayanan Kebidanan di Puskesmas Pleret” tepat waktu.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas dari dosen

mata kuliah Dasar-Dasar Asuhan Kebidanan. Makalah berisi tentang

sistem pencatatan dalam pelayanan kebidanan serta pemantauan

pelayanan KIA oleh pihak swasta di wilayah kerja Puskesmas

Sanden.Dalam penyusunan makalah ini, kami telah berusaha sesuai

kemampuan, namun kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini

masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat

membangun dari semua pihak akan kami terima dengan senang hati.

Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari

awal sampai akhir.Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa

meridhai segala usaha kita, amin.

Yogyakarta, 9 April 2013

Penulis

Page 6: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

DAFTAR ISI............................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..........................................................................................1

B. Tujuan........................................................................................................4

1. Tujuan Umum........................................................................................4

2. Tujuan Khusus.......................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

A. Kohort Ibu.................................................................................................5

1. Pengertian Kohort Ibu............................................................................5

2. Cara Pengisian Kohort Ibu.....................................................................5

B. Kohort Bayi...............................................................................................6

1. Pengertian Kohort Bayi.........................................................................6

2. Cara Pengisian Kohort Bayi..................................................................6

C. PWS KIA...................................................................................................7

1. Pengertian PWS KIA.............................................................................7

2. Manfaat PWS KIA.................................................................................8

3. Perhitungan Sasaran dalam Program PWS-KIA...................................8

D. Mortalitas dan Morbiditas.......................................................................16

1. Mortalitas.............................................................................................16

2. Morbiditas............................................................................................29

BAB III HASIL KUNJUNGAN............................................................................34

Page 7: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................40

BAB V PENUTUP.................................................................................................41

A. Kesimpulan..............................................................................................41

B. Saran........................................................................................................42

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................43

Page 8: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum yang dapat diterima sebagai indikator

adalah angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB).

Pentingnya mendapatkan indikator tercermin dari pemakaian

AKI dan AKB sebagai derajat kesehatan yang ditetapkan dalam

Indonesia Sehat 2010 (UNDP, 2003).

Perkiraan AKI maupun AKB di Indonesia saat ini masih

mengandalkan dari survei dan sensus karena sumber data dari

registrasi vital di Indonesia sebagai sumber data yang ideal

masih belum memadai. Demikian pula pengukuran AKI dan

AKB dari sistem pencatatan rutin fasilitas kesehatan juga belum

bisa diharapkan karena hasilnya memberikan gambaran bias

karena tidak semua kejadian kematian terjadi dan dicatat di

fasilitas pelayanan kesehatan. Keragaman sumber data

menyulitkan untuk membuat perbandingan, untuk generalisasi

dan ada kecenderungan kematian ibu dilaporkan lebih rendah

karena tidak mudah menegakkan sebab kematian (Soemantri,

1997).

Berdasarkan hasil kajian beasaran AKI di Indonesia

berkisar 307-461 per 100.000 kelahiran hidup, Angka kematian

balita 54-64 per 1000, Angka kematian bayi 35-42 per 1000,

(Soemantri, 1997). Bila dibandingkan dengan negara-negara

ASEAN lainnya, AKI dan AKB di Indonesia relatif masih

Page 9: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

tinggi.Kecenderungan AKI dan AKB memberikan prospek

penurunan yang kurang menggembirakan. Kalau kesepakatan

global MDGs ingin direalisir, pencapaian AKI akhir 2015 tidak

akan terpenuhi. Pencapaian AKI tahun 2015 hanya dapat

menurunkan 52-55% dari keadaan 1990, masih jauh untuk

diturunkan tiga perempatnya sesuai dengan target MDGs

sedangkan pencapaian AKB tahun 2015 hanya dapat

menurunkan 53-73% dari keadaan 1990 (UNDP, 2003).

Berbagai intervensi untuk menurunkan AKI dan AKB

telah dilakukan oleh Depkes sejak tahun 1980-an melalui

program Safe Motherhood Inititatif yang mendapat perhatian

besar dan dukungan dari berbagai pihak, baik dalam dan luar

negeri. Pemantapan dan peningkatan program kesehatan ibu dan

anak telah menjadi prioritas utama.Berbagai upaya

meningkatkan kemampuan pengelola program KIA menunju

percepatan penurunan AKI telah dilakukan. Secara konseptual,

pada tahun 1990-an telah diperkenalkan lagi upaya untuk

menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI

yaitu MakingPregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh

pemerintah pada tahun 2000 (Soemantri, 2004).

Kebijakan desentralisasi menuntut pimpinan

kabupaten/kota dan jajarannya mampu untuk merencanakan,

memprioritaskan kegiatan serta memantau dampaknya dengan

memanfaatkan data local yang tersedia serta sumber daya yang

ada.Sehubungan dengan penerapan sistem desentralisasi maka

pelaksanaan strategi MPS di daerahpun diharapkan dapat lebih

Page 10: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

terarah dan sesuai dengan permasalahan setempat. Adanya

keragaman daerah di Indonesia menurut demografi dan

geografi,maka kegiatan program kesehatan ibu dan anak (KIA)

akan beragam pula. Agar pelaksanaan program KIA berjalan

lancar, aspek peningkatan mutu pelayanan program KIA tetap

diharapkan menjadi kegiatan prioritas utama baik ditingkat

puskesmas maupun di tingkat kabupaten/kota.Peningkatan mutu

program KIA juga dinilai dari besarnya cakupan program di

masing-masing wilayah kerja (WHO, 2000).

Kematian maternal (disebut kematian ibu oleh program)

adalah kematian seorang wanita yang sedang hamil, melahirkan

sampai dengan 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan (masa

nifas), tidak tergantung dari umur kehamilan dan letak

kehamilan di dalam ataupun di luar kandungan yang disebabkan

oleh keadaan kehamilan atau oleh keadaan yang diperburuk

akibat kehamilan atau disebabkan kesalahan pada pertolongan

persalinan, tetapi tidak termasuk kematian yang disebabkan

oleh kecelakaan atau kelalaian. Penyebab kematian maternal

dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu karena obstetri langsung

dan tidak langsung. Sedangkan untuk menghitung kematian

maternal dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara langsung

(direct) dan cara tidak langsung (indirect) (Setyowati, 1999).

Sistem pencatatan dalam pelayanan kebidanan terdiri dari

kohort ibu, bayi, balita, PWS KIA, mortalitas atau morbiditas.

Sistem pencatatan dan pelaporan kematian ibu menggunakan

Register kohort ibu (RKI). Register ini digunakan untuk

Page 11: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

mencatat seluruh ibu hamil di wilayah kerja bidan di desa. Data

ibu hamil ini kemudian dimasukkan ke dalam RKI, dengan

mencantumkan nama ibu dan suaminya, alamat dan umur ibu.

Dengan RKI, memungkinkan terpantaunya kejadian komplikasi

obstetri yang menjadi penyebab kematian ibu pada masa hamil/

bersalin/ nifas (Depkes,1996)

Sistem Pemantauan wilayah setempat kesehatan ibu dan

anak (PWS-KIA) sebagai alat manajemen program KIA untuk

memantau cakupan pelayanan KIA di suatu wilayah kerja

secara terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang

cepat dan tepat terhadap wilayah kerja yang cakupan pelayanan

KIA nya masih rendah telah diterapkan program sejak tahun

1990an. Dengan demikian PWS-KIA dapat dipandang juga

sebagai surveilens sistem untuk mengukur perkiraan AKI dan

AKA. Sesuai anjuran WHO untuk mendapatkan AKI yang

paling baik adalah menindak lanjuti kohor ibu hamil.Sayangnya

sampai saat ini PWS-KIA belum dimanfaatkan secara optimal

yang terbukti dengan masih tingginya AKI dan AKA (Depkes,

2004).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Page 12: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Menambah wawasan mahasiswa mengenai system

pencatatan di puskesmas Pleret dan memberikan informasi

kepada pembaca tentang sistem pencatatan di Puskesmas

Pleret.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kohort bayi dan kohort ibu di puskesmas

Pleret.

b. Mengetahui PWS KIA di Puskesmas Pleret.

c. Mengetahui mortalitas dan morbiditas di wilayah

Puskesmas Pleret.

Page 13: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kohort Ibu

1. Pengertian Kohort Ibu

Kohort Ibu merupakan sumber data pelayanan ibu

hamil dan bersalin, serta keadaan / resiko yang dipunyai ibu

yang diorganisir sedemikian rupa yang pengoleksiannya

melibatkan kader dan dukun bayi di wilayahnya setiap bulan

yang mana informasi pada saat ini lebih difokuskan pada

kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya duplikasi

informasi.

2. Cara Pengisian Kohort Ibu

Kolom 1 : Diisi nomor urut

Kolom 2 : Diisi nomor indeks dari family folder

Kolom 3 : Diisi nama ibu hamil

Kolom 4 : Diisi nama suami ibu hamil

Kolom 5 : Diisi alamat ibu hamil

Kolom 6 : Diisi umur ibu hamil

Kolom 7 :Diisi umur kehamilan pada kunjungan

pertama (dalam minggu) / tanggal HPL

Kolom 8 : Faktor resiko. Diisi v (rumput) untuk umur

ibu < 20 tahun atau > 35 tahun

Kolom 9 : Paritas diidi gravidanya

Kolom 10 : Diisi bila jarak kehamilan < 2 tahun

Page 14: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Kolom 11 : Diisi bila BB ibu < 45 kg , LILA<

23,5 cm

Kolom 12 : Diisi bila TB ibu < 145 cm

Kolom 13 s.d. 17 : Risiko tinggi. Diisi tanggal

ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi, Hb

diperiksa dan ditulis hasilnya

Kolom 18 : Pendeteksian faktor risiko. Diisi

tanggal ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi

oleh tenga kesehatan

Kolom 19 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil

dengan risiko tinggi oleh Non Nakes

Kolom 20 s.d. 22 : Diisi tanggal imunisasi sesuai

dengan statusnya

Kolom 23 s.d. 34 : Diisi umur kehamilan dalam bulan

Kolom 35 : Penolong persalinan, diisi tanggal

penolong persalinan tenaga kesehatan

Kolom 36 : Diisi tanggal bila yang menolong

bukan tenaga kesehatan

Kolom 37 : Hasil akhir kehamilan. Diisi tanggal

kejadian abortus

Kolom 38 : Diisi lahir mati

Kolom 39 : Diisi BB bila BBL < 2500 gram

Kolom 40 : Diisi BB bila BBL > 2500 gram

Kolom 41 : Keadaan ibu bersalin. Diberi tanda v

bila sehat

Kolom 42 : Dijelaskan sakitnya

Page 15: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Kolom 43 : Diisi sebab kematiannya

Kolom 44 : Diisi v (rumput)

Kolom 45 : Diisi apabila pindah, atau yang perlu

diterangkan

B. Kohort Bayi

1. Pengertian Kohort Bayi

Kohort Bayi merupakan sumber data pelayanan

kesehatan bayi, termasuk neonatal.

2. Cara Pengisian Kohort Bayi

Kolom 1 : Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi

disesuaikan dengan nomor urut ibu pada

register kohort ibu

Kolom 2 : Diisi nomor indeks dari family folder

Kolom 3 s.d. 7 : Jelas

Kolom 8 s.d. 9 : Diisi angka berat bayi lahir dalam

gram

Kolom 10 : Diisi tanggal pemeriksaan neonatal

oleh

tenaga kesehatan

Kolom 11 : Diisi tanggal pemeriksaan post

neonatal oleh petugas kesehatan

Kolom 12 s.d. 23 : Diisi hasil penimbangan bayi dalam

kg dan rambu gizi

Kolom 24 s.d. 35 : Diisi tanggal bayi tersebut mendapat

imunisasi

Page 16: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Kolom 36 : Diisi tanggal bayi ditemukan

meninggal

Kolom 37 : Diisi penyebab bayi tersebut

meninggal

Kolom 38 : Diisi bila bayi pindah atau ada

kolom yang

perlu keterangan

C. PWS KIA

1. Pengertian PWS KIA

Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan

Anak (PWS-KIA) adalah alat manajemen untuk melakukan

pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara

terus menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat

dan tepat, meliputi program pelayanan ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi kebidanan, dan

keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan

komplikasi, bayi, dan balita (Kemenkes RI,2013).

a. Program KIA yang di maksud , meliputi :

1) Pelayanan Ibu Hamil

2) Pelayanan Ibu Bersalin

3) Pelayanan Ibu Nifas

4) Pelayanan Ibu dengan Komplikasi Kebidanan

5) Pelayanan KB

Page 17: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

6) Pelayanan BBL

7) Pelayanan Bayi Baru dengan Komplikasi

8) Pelayanan Bayi dan Balita

2. Manfaat PWS KIA

a. Sebagai Alat Komunikasi

b. Sebagai Alat Penggerak Masyarakat

c. Sebagai Alat Manajemen Program

3. Perhitungan Sasaran dalam Program PWS-KIA

a. Indikator Program Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu

dan Anak (PWS-KIA)

1) Cakupan Pelayanan Antenatal (K1)

2) Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4)

3) Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin

4) Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenaga Kesehatan

(KF3)

5) Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN1)

6) Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0 – 28 hari

(KN Lengkap)

7) Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh

Masyarakat

Page 18: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

8) Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK)

9) Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus

10) Cakupan Pelayanan Kesehatan 29 hari – 12 bulan

(kunjungan bayi)

11) Cakupan Pelayanan Anak Balita

12) Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit

yang Dilayani dengan MTBS

13) Cakupan Peserta KB Aktif

b. Perhitungan Sasaran pada setiap indikator

1) Cakupan Pelayanan Antenatal (K1)

Rumus :

Jumlah kunjungan ibu hamil pertama (K1)

X 100 %

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

i. Cakupan K1 adalah persentase ibu hamil yang pertama kali

mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan di wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu.

ii. Indikator ini digunakan untuk mengetahui jangkauan

pelayanan antenatal serta kemampuan program dalam

menggerakkan masyarakat.

2) Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (K4)

Rumus :

Jumlah kunjungan ibu hamil 4 kali (K4)

X 100 %

Page 19: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

Atau

1,10 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk

i. Cakupan K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah memperoleh

pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit 4 kali (1 kali

pada Trimester I , 1 kali pada Trimester II , 2 kali pada

Trimester III).

ii. Cakupan pelayanan ibu hamil ini juga menggambarkan tingkat

perlindungan ibu hamil dan menggambarkan kemajuan

manajemen atau kelangsungan program KIA.

a) Kunjungan pada ibu hamil sesuai dengan standar, meliputi

pelayanan :

(1) Timbang badan dan ukur tinggi badan

(2) Ukur tekanan darah

(3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

(4) Ukur tinggi fundus uteri

(5) Tentukan presentasi janin dan DJJ

(6) Skrining status imunisasi tetanus (dan pemberian tetanus

toksoid)

(7) Pemberian tablet Fe (90 tablet selama kehamilan)

(8) Tes laboratorium sederhana dan atau dengan indikasi

(9) Tata laksanan kasus

(10) Temu wicara

3) Cakupan Pelayanan Ibu Bersalin (Pn)

Rumus :

Jumlah pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

X100%

Page 20: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun

Atau

1,05 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk

i. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan

persalinan dimulai pada kala I sampai kala IV

persalinan

ii. Tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

adalah tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan

klinis kebidanan sesuai standar

iii. Indikator ini menggambarkan kemampuan Manajemen

program KIA dalam pertolongan persalinan sesuai

standar

4) Cakupan Pelayanan Nifas oleh Tenaga Kesehatan (KF3)

Rumus :

Jumlah pelayanan ibu nifas pertama kali

oleh tenaga kesehatan

X100 %

Jumlah sasaran ibu nifas dalam 1 tahun

Atau

1,05 x angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk

i. Nifas adalah periode mulai 6 jam sampai 42 hari pasca

persalinan

ii. Presentase ibu nifas yang telah mendapatkan pelayanan

nifas pertama kali sesuai standar pada masa 6 jam setelah

persalinan sampai dengan 3 hari

iii. Pelayanan nifas sesuai standar termasuk pemberian

vitamin A, 2 kali serta persiapan dan pelaksanaan KB

Pasca Persalinan serta anjuran ASI Eksklusif selama 6

bulan

iv. Indikator ini menggambarkan jangkauan dan kualitas

pelayanan kesehatan ibu nifas

Page 21: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

5) Cakupan Pelayanan Neonatus Pertama (KN1)

Rumus :

Jumlah neonatus yang mendapat pelayanan 6-48 jam

setelah lahir

X 100 %

Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun

Atau

Angka kelahiran kasar (CBR) x jumlah penduduk

i. Neonatus adalah bayi berumur 0-28 hari

ii. Pelayanan kesehatan neonatal adalah pelayanan

kesehatan neonatal dasar (ASI Eksklusif, pencegahan

infeksi berupa perawatan mata , tali pusat , pemberian

vitamin k1 injeksi bila tidak diberikan pada saat lahir,

pemberian imunisasi hepatitis B1 (bila tidak diberikan

saat lahir), Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM)

iii. Dengan indikator ini dapat diketahui akses/jangkauan

pelayanan kesehatan neonatal

6) Cakupan Pelayanan Kesehatan Neonatus 0 – 28 hari (KN

Lengkap)

Rumus :

Jumlah neonates yang mendapat pelayanan

minimal 3 kali

X 100%

Jumlah seluruh sasaran bayi dalam 1 tahun

Atau

Angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk

i. Cakupan pelayanan neonates sesuai standar paling sedikit 3

kali, yaitu :

ii. 6-48 jam setelah lahir (Kn1)

iii. 3-7 hari setelah lahir (Kn2)

Page 22: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

iv. 8-28 hari (Kn3) setelah lahir yang dilakukan difasilitan

kesehatan ataupun kunjungan rumah

v. Menggambarkan tingkat efektifitas perlindungan bayi baru

lahir dan menggambarkan kemajuan kualitas manajemen

atau kelangsungan program KIA

7) Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh Masyarakat

Deteksi Faktor Risiko dan Komplikasi oleh Masyarakat

Adalah cakupan ibu hamil dengan faktor risiko atau

komplikasi  yang ditemukan oleh kader atau dukun bayi atau

masyarakat  serta dirujuk ke tenaga kesehatan di suatu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu. Masyarakat disini, bisa

keluarga ataupun ibu hamil, bersalin, nifas itu sendiri.

Indikator ini menggambarkan peran serta dan

keterlibatan masyarakat dalam mendukung upaya peningkatan

kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas.

Rumus yang dipergunakan :

Jumlah ibu hamil yang berisiko yang ditemukan

kader atau dukun bayi atau masyarakat

X100%

20% x jumlah sasaran ibu hamil di suatu wilayah dalam 1

tahun

8) Cakupan Penanganan Komplikasi Obstetri (PK)

Rumus :

Jumlah ibu hamil, bersalin, dan nifas dengan komplikasi

yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang kompeten

X 100 %

20 % dari jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun

i. Mencakup kasus komplikasi/kegawatdaruratan yang

mendapat pelayanan kesehatan sampai selesai

ii. Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program

KIA dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara

Page 23: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

professional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan

komplikasi.

9) Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatus

Rumus :

Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani

X 100%

15 % x jumlah sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1

tahun

Atau

15 % x jumlah bayi baru lahir

i. Indikator ini menunjukkan kemampuan sarana pelayanan

kesehatan dalam menangani kasus kegawatdaruratan

neonatal, yang kemudian ditindaklanjuti sesuai dengan

kewenangannya atau rujuk ke tingkat pelayanan yang lebih

tinggi

10) Cakupan Pelayanan Kesehatan 29 hari – 12 bulan (kunjungan

bayi)

Cakupan Pelayanan Kesehatan 29 hari – 12 bulan

(kunjungan bayi)Adalah cakupan bayi yang mendapatkan

pelayanan paripurna minimal 4 kali yaitu 1 kali pada umur 29

hari – 2 bulan, 1 kali pada umur 3 – 5 bulan, dan satu kali pada

umur 6 – 8 bulan dan 1 kali pada umur 9 – 11 bulan sesuai

standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas,

continuum of care dan kualitas pelayanan kesehatan bayi.

Adalah cakupan anak balita (12 – 59 bulan) yang

memperoleh pelayanan sesuai standar, meliputi pemantauan

pertumbuhan minimal 8x setahun, pemantauan perkembangan

minimal 2 x setahun, pemberian vitamin A 2 x setahun.

Rumus yang digunakan adalah :

Page 24: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Jumlah anak Balita yg memperoleh pelayanan sesuai standar

disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

X 100%

Jumlah seluruh sasaran anak Balita di suatu wilayah kerja

dalam 1 tahun

11) Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Sakit yang dilayani

dengan MTBS

Cakupan anak balita (umur 12 – 59 bulan) yang berobat

ke Puskesmas dan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai

standar (MTBS) di suatu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu.

Rumus yang digunakan adalah :

Jumlah anak balita sakit yg memperoleh pelayanan

sesuai tatalaksana MTBS di Puskesmas di suatu wilayah

kerja pada kurun waktu tertentu

X100%

Jumlah seluruh anak balita sakit yang berkunjung

ke Puskesmas disuatu wilayah kerja dalam 1 tahun

Jumlah anak balita sakit diperoleh dari kunjungan balita

sakit yang datang ke puskesmas (register rawat jalan di

Puskesmas). Jumlah anak balita sakit yang mendapat pelayanan

standar diperoleh dari format pencatatan dan pelaporan MTBS.

12) Cakupan Peserta KB Aktif

Rumus :

Jumlah peserta KB aktif

X 100 %

Jumlah seluruh pasangan usia subur

dalam 1 tahun

i. Peserta KB aktif adalah pasangan usia subur yang salah

satu pasangannya masih menggunakan alat kontrasepsi

Page 25: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

aktif baik yang baru maupun yang lama dan terlindungi

oleh alat kontrasepsi tersebut

ii. Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri,

yang istrinya berusia 15-49 tahun

iii. Indikator ini menunjukkan jumlah peserta KB baru dan

lama yang masih aktif memakai alat dan obat kontrasepsi

terus menerus hingga saat ini untuk menunda,

menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan

D. Mortalitas dan Morbiditas

1. Mortalitas

a. Pengertian Mortalitas

Mortalitas atau kematian merupakan salah satu dari tiga

komponen demografi selain fertilitas dan migrasi, yang dapat

mempengaruhi jumlah dan komposisi umur penduduk.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan

kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya semua tanda-

tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat

setelah kelahiran hidup (Data Statistik Indonesia, 2013).

b. Penyebab Mortalitas

Kematian dewasa umumnya disebabkan karena penyakit

menular, penyakit degeneratif, kecelakaan atau gaya hidup yang

beresiko terhadap kematian. Kematian bayi dan balita umumnya

disebabkan oleh penyakit sistim pernapasan bagian atas (ISPA) dan

diare, yang merupakan penyakit karena infeksi kuman.Faktor gizi

buruk juga menyebabkan anak-anak rentan terhadap penyakit

menular, sehingga mudah terinfeksi dan menyebabkan tingginya

kematian bayi dan balita di sesuatu daerah (Data Statistik

Indonesia, 2013).

Page 26: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

c. Indikator Mortalitas

Bermacam-macam indikator mortalitas atau angka

kematian yang umum dipakai adalah:

1) Angka Kematian Kasar (AKK) atau Crude Death Rate (CDR).

a) Konsep

Angka Kematian Kasar (Crude Death Rate) adalah

angka yang menunjukkan berapa besarnya kematian yang

terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000

penduduk.Angka ini disebut kasar sebab belum

memperhitungkan umur penduduk.Penduduk tua

mempunyai risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan

dengan penduduk yang masih muda.

b) Kegunaan

Angka Kematian Kasar adalah indikator sederhana

yang tidak memperhitungkan pengaruh umur penduduk.

Tetapi jika tidak ada indikator kematian yang lain angka ini

berguna untuk memberikan gambaran mengenai keadaan

kesejahteraan penduduk pada suatu tahun yang

bersangkutan. Apabila dikurangkan dari Angka kelahiran

Kasar akan menjadi dasar perhitungan pertumbuhan

penduduk alamiah.

c) Definisi angka kematian kasar

Angka Kematian Kasar adalah angka yang

menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada

pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.

d) Rumus

Dimana CDR =Crude Death Rate (Angka Kematian Kasar)

D = Jumlah kematian (death) pada tahun tertentu

P = Jumlah Penduduk pada pertengahan tahun tertentu

K = Bilangan konstan 1000

Page 27: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Catatan1: P idealnya adalah “jumlah penduduk pertengahan

tahun tertentu” tetapi yang umumnya tersedia adalah

“jumlah penduduk pada satu tahun tertentu” maka jumlah

dapat dipakai sebagai pembagi. Kalau ada jumlah penduduk

dari 2 data dengan tahun berurutan, maka rata-rata kedua

data tersebut dapat dianggap sebagai penduduk tengah

tahun.

Catatan2: dari Susenas 2003 tercatat sebanyak 767.740

kematian, sedangkan jumlah penduduk pada tahun tersebut

diperkirakan sebesar 214.37.096 jiwa. Sehingga Angka

Kelahiran Kasar yang terhitung adalah sebesar 3,58.

Artinya, pada tahun 2003 terdapat 3 atau 4 kematian untuk

tiap 1000 penduduk.

e) Contoh

Angka Kelahiran Kasar di beberapa propinsi dan kabupaten

di Indonesia.terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1  Angka Kelahiran Kasar menurut Propinsi dan Kabupaten,

2004

Propinsi/Kabupaten Laki-laki Perempuan Total

Sumatera Selatan 6,02 4,63 5,32

Kab. OKI 6,72 4,92 6,08

Kota Palembang 4,65 5,02 4,22

Jawa Barat 7,55 5,78 6,67

Kab. Kuningan 10,81 10,86 9,62

Kota Bandung 4,97 3,50 4,23

NTT 8,20 6,26 7,23

Kab. Flores Timur 6,83 5,58 6,16

Kab. Timor Tengah Utara 7,03 4,95 5,99

Page 28: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Sumber data: Indikator untuk propinsi diambil dari

SUSENAS 2004. Karena sampel yang terlalu kecil

perhitungan untuk tingkat kabupaten dilakukan melalui

rata-rata dari penggabungan antara Susenas 2003 dan 2004

(Badan Pusat Statistik dan UNFPA, 2005)

2) Angka Kematian Bayi (AKB)

a) Konsep Dasar

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara

saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat

satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian

bayi.Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian

bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.

Kematian bayi endogen atau yang umum disebut

dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang

terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan

umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak

sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat

konsepsi atau didapat selama kehamilan.

Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-

natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu

bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan

oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh

lingkungan luar.

b) Kegunaan

Kegunaan Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan

sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu

dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk

Page 29: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-

natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-

natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan

dengan kehamilan maka program-program untuk

mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang

bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu

hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan

anti tetanus.

Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan

Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat

berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta

program-program pencegahan penyakit menular terutama

pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan

pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5

tahun.

c) Definisi

Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya

kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000

kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.

d) Cara Menghitung

Dimana:

AKB = Angka Kematian Bayi / Infant Mortality Rate

(IMR)

D 0-<1th =Jumlah Kematian Bayi (berumur kurang 1

tahun) pada satu tahun tertentu di daerah tertentu.

∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran Hidup pada satu tahun

tertentu di daerah tertentu (lihat modul fertilitas untuk

definisi kelahiran hidup).

K = 1000

Sumber Data

Page 30: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Data mengenai jumlah anak yang lahir jarang tersedia dari

pencatatan atau registrasi kependudukan, sehingga sering

dibuat perhitungan/estimasi tidak langsung dengan

program “Mortpak 4″. Program ini menghitung AKB

berdasarkan data mengenai jumlah Anak yang Lahirkan

Hidup (ALH) atau Children Ever Born (CEB) dan Jumlah

Anak Yang Masih Hidup (AMH) atau Children Still Living

(CSL) (catatan: lihat definisi di modul fertilitas).

e) Contoh

Dari Susenas 2004 hasil perhitungan AKB dengan

Mortpak 4 adalah adalah 52 per 1000 kelahiran dengan

referensi waktu Mei tahun 2002. Artinya di Indonesia pada

tahun 2002, diantara 1000 kelahiran hidup ada 52 bayi

yang meninggal sebelum usia tepat 1 tahun.

Tabel 2. AKB menurut Propinsi dan Kabupaten, tahun 2002, Sumber:

Susenas 2003 dan 2004 (BPS dan UNFPA, 2005)

Propinsi/Kabupaten AKB Laki-laki AKB perempuan

Sumatera Selatan 44,59 33,45

Kab. OKI 49,48 37,12

Kota Palembang 26,68 20,02

Jawa Barat 52,00 39,01

Kuningan 53,71 40,29

Kota Bandung 26,28 19,72

NTT 56,00 42,01

Flores Timur 53,14 39,86

Timor Tengah Utara 57,14 42,87

Angka Kematian Bayi dibagi menjadi dua :

i. Angka Kematian NeoNatal

Definisi

Angka Kematian Neo-Natal adalah

kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu

Page 31: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada

satu tahun tertentu.

Rumus

Dimana:

Angka Kematian Neo-Natal =Angka Kematian Bayi

umur 0-<1bulan

∑D 0-<1bulan =Jumlah Kematian Bayi umur 0 –

kurang 1 bulan pada satu tahun tertentu di daerah

tertentu.

∑lahir hidup = Jumlah Kelahiran hidup pada satu

tahun tertentu di daerah tertentu

K = 1000

ii. Angka kematian Post Neo-natal

Definisi

Angka Kematian Post Neo-natal atau Post

Neo-natal Death Rate adalah kematian yang terjadi

pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai

dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup

pada satu tahun tertentu.

Rumus

Angka Kematian Post Neo-Natal = angka kematian

bayi berumur 1 bulan sampai dengan kurang dari 1

tahun

∑D 1bulan-<1tahun = Jumlah kematian bayi

berumur satu bulan sampai dengan kurang dari 1

tahun pada satu tahun tertentu & daerah tertentu

∑lahir hidup = Jumlah kelahiran hidup pada satu

tahun tertentu & daerah tertentu

K = konstanta (1000)

3) Angka Kematian Balita (AKBA 1-5 tahun)

a) Konsep

Page 32: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Yang dimaksud dengan Balita (1-4 tahun) disini adalah

penduduk yang berusia satu sampai menjelang 5 tahun atau

tepatnya 1 sampai dengan 4 tahun 11 bulan 29 hari.

Angka Kematian Balita mencerminkan kondisi kesehatan

lingkungan yang langsung mempengaruhi tingkat

kesehatan anak. Angka Kematian Balita akan tinggi bila

terjadi keadaan salah gizi atau gizi buruk, kebersihan diri

dan kebersihan yang buruk, tingginya prevalensi penyakit

menular pada anak, atau kecelakaan yang terjadi di dalam

atau di sekitar rumah (Budi Utomo, 1985).

b) Definisi

Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian

anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000

anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi

Angka Kematian Anak tidak termasuk kematian bayi.

c) Rumus

Dimana:

Jumlah kematian Anak (1-4)th =Banyaknya kematian anak

berusia 1-4 th (yang belum tepat berusia 5 tahun) pada satu

tahun tertentu di daerah tertentu.

Jumlah Penduduk (1-4) th =jumlah penduduk berusia 1-4

th pada pertengahan tahun tertentu didaerah tertentu

K = Konstanta, umumnya 1000.

d) Contoh

Seperti pada perhitungan Angka Kematian Bayi,

perhitungan Angka Kematian Anak saat ini juga terpaksa

memanfaatkan program Mortpak Lite. Dari data Susenas

2004 diperoleh perkiraan Angka Kematian Anak 1-4 tahun

sebesar 18 per 1000 anak berusia (1- 4) tahun dengan

referensi waktu Mei 2002. Artinya pada pertengahan 2002

diantara 1000 anak yang berumur antara 1 sampai 4 tahun,

Page 33: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

11 bulan 29 hari, 18 orang diantaranya tidak dapat

mencapai usia tepat 5 tahun.

4) Angka Kematian Balita (AKBA)

a) Konsep

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak

termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai

menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada

umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.

b) Definisi

Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian

anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000

anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu

(termasuk kematian bayi)

c) Cara Menghitung

Dimana:

Jumlah Kematian Balita (0-4)th = Banyaknya kematian

anak berusia 0-4 th pada satu tahun tertentu di daerah

tertentu. Jumlah Penduduk Balita (0-4)th = jumlah

penduduk berusia 0-4 th pada pertengahan tahun tertentu

di daerah tertentu

K = Konstanta, umumnya 1000.

d) Contoh

Perhitungan dengan Mortpak dari data Susenas

2004 memeroleh perkiraan Angka Kematian Balita sebesar

74 per 1000 balita, dengan referensi waktu Mei 2002.

Artinya, pada tahun 2002 setiap 1000 balita (umur 0

sampai 4 thn 11 bln 29 hari) pada tahun 2002, 74 anak

diantaranya tidak akan berhasil mencapai umur tepat lima

tahun.

Tabel 5. Angka Kematian Anak dan Balita Untuk Periode 10 tahun

sebelum Survai Menurut Karakteristik  Ekonomi dan Sosial

Page 34: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Latar Belakang A.Kematian Anak A. Kematian Balita

Tempat Tinggal

Perkotaan

Perdesaan

11

13

42

65

Pendidikan Ibu

Tidak Sekolah

Tidak Tamat SD

Tamat SD

Tdk Tamat SMP

Tamat SMP+

25

16

11

11

5

90

80

54

47

28

Indeks Kekayaan

Terbawah

Menengah Bawah

Menengah

Menengah atas

Teratas

17

15

12

9

5

77

64

56

45

22

Sumber Data: Dihitung secara langsung dari SDKI 2002-2003, untuk 

periode 10 tahun sebelum survai.

5) Angka Kematian IBU (AKI)

a) Konsep

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat

hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak

terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan

atau tempat persalinan, yakni kematian yang disebabkan

karena kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan

karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh dll

(Budi, Utomo. 1985).

b) Definisi

Angka Kematian Ibu (AKI) adalah banyaknya

kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari

sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan

tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya

Page 35: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain,

per 100.000 kelahiran hidup.

c) Kegunaan

Informasi mengenai tingginya MMR akan

bermanfaat untuk pengembangan program peningkatan

kesehatan reproduksi, terutama pelayanan kehamilan dan

membuat kehamilan yang aman bebas risiko tinggi

(making pregnancy safer), program peningkatan jumlah

kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan, penyiapan

sistim rujukan dalam penanganan komplikasi kehamilan,

penyiapan keluarga dan suami siaga dalam menyongsong

kelahiran, yang semuanya bertujuan untuk mengurangi

Angka Kematian Ibu dan meningkatkan derajat kesehatan

reproduksi.

d) Cara Menghitung

Kemudian kematian ibu dapat diubah menjadi rasio

kematian ibu dan dinyatakan per 100.000 kelahiran hidup,

dengan membagi angka kematian dengan angka fertilitas

umum. Dengan cara ini diperoleh rasio kematian ibu

kematian maternal per 100.000 kelahiran

e) Rumus

Dimana:

Jumlah Kematian Ibu yang dimaksud adalah banyaknya

kematian ibu yang disebabkan karena kehamilan,

persalinan sampai 42 hari setelah melahirkan, pada tahun

tertentu, di daerah tertentu.

Jumlah kelahiran Hidup adalah banyaknya bayi yang lahir

hidup pada tahun tertentu, di daerah tertentu.

Konstanta =100.000 bayi lahir hidup.

f) Contoh

Page 36: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Berdasarkan data SDKI 2002 – 2003, Angka

Kematian Ibu atau Maternal Mortality Ratio(MMR) di

Indonesia untuk periode tahun1998-2002, adalah sebesar

307 per 100.000 kelahiran hidup.

g) Keterbatasan

AKI sulit dihitung, karena untuk menghitung AKI

dibutuhkan sampel yang besar, mengingat kejadian

kematian ibu adalah kasus yang jarang. Oleh karena itu kita

umumnya dignakan AKI yang telah tersedia untuk

keperluan pengembangan perencanaan program.

6) Angka Harapan Hidup (UHH) atau Life Expectancy.

a) Konsep Dasar

Keberhasilan program kesehatan dan program

pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat

dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu

negara. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui

Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan

meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu

memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai

pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh

pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada

gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya.

b) Definisi

Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah

rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh

seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu

tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di

lingkungan masyarakatnya.

Page 37: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Angka Harapan Hidup Saat Lahir adalah rata-rata

tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir

pada suatu tahun tertentu.

c) Kegunaan

Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk

mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan

derajat kesehatan pada khususnya.Angka Harapan Hidup

yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program

pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya

termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gisi dan kalori

termasuk program pemberantasan kemiskinan.

d) Cara Menghitung

Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung

berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific

Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan

registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga

dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi karena

sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan

dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan

Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program

Mortpak Lite.

e) Contoh

Angka Harapan Hidup yang terhitung untuk

Indonesia dari Sensus Penduduk Tahun 1971 adalah 47,7

tahun. Artinya bayi-bayi yang dilahirkan menjelang tahun

1971 (periode 1967-1969) akan dapat hidup sampai 47 atau

48 tahun. Tetapi bayi-bayi yang dilahirkan menjelang

tahun 1980 mempunyai usia harapan hidup lebih panjang

yakni 52,2 tahun, meningkat lagi menjadi 59,8 tahun untuk

bayi yang dilahirkan menjelang tahun 1990, dan bagi bayi

Page 38: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

yang dilahirkan tahun 2000 usia harapan hidupnya

mencapai 65,5 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup

ini menunjukkan adanya peningkatan kehidupan dan

kesejahteraan bangsa Indonesia selama tiga puluh tahun

terkahir dari tahun 1970-an sampai tahun 2000.

Tabel 6. Angka Harapan Hidup Saat Lahir Menurut Beberapa Propinsi

dan Kabupaten/Kota, yang dihitung dari  data Susenas 2004 memakai

program Mortpak4.

Propinsi/Kabupaten Angka Harapan

Hidup  Laki-laki

Angka Harapan Hidup 

Perempuan

Sumatera Selatan 65,5 69,5

Kab. OKI 64,4 68,5

Kota Palembang 69,9 73,5

Jawa Barat 63,8 68,0

Kab. Kuningan 63,4 67,7

Kota Bandung 70,0 73,6

NTT 62,9 67,2

Kab. Flores Timur 63,5 67,8

Kab. Timor Tengah Utara 62,6 67,0

2. Morbiditas

a. Pengertian Morbiditas

Morbiditas merupakan derajat sakit, cedera atau gangguan

pada suatu populasi.Morbiditas juga merupakan suatu

penyimpangan dari status sehat dan sejahtera atau keberadaan

suatu kondisi sakit.Morbiditas juga mengacu pada angka kesakitan,

yaitu jumlah orang yang sakit dibandingkan dengan populasi

tertentu yang sering kali merupakan kelompok yang sehat atau

kelompok yang beresiko (Ojimori News, 2011).

b. Ukuran Morbiditas

Page 39: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Ukuran atau angka morbiditas adalah jumlah penderita

yang dicatat selama 1 tahun per 1000 jumlah penduduk

pertengahan tahun

Angka ini dapat digunakan untuk menggambarakan

keadaan kesehatan secara umum, mengetahui keberahasilan

program program pemberantasan penyakit, dan sanitasi lingkungan

serta memperoleh gambaran pengetahuan pendudukterhadap

pelayanan kesehatan

Secara umum ukuran yang banyak digunakan dalam

menentukan morbiditas adalah angka, rasio, dan pororsi

1) Rate

Rate atau angka merupakan proporsi dalam bentuk khusus

perbandingan antara pembilang dengan penyebut atau kejadian

dalam suatu populasi teterntu dengan jumlah penduduk dalam

populasi tersebut dalam batas waktu tertentu.Rate terdiri dari

berbagai jenis ukuran diataranya adalah

Proporsi atau jumlah kelompok individu yang terdapat

dalam penduduk suatu wilayah yang semula tidak sakit dan

menjadi sakit dalam kurun waktu tertentu dan pembilang pada

proporsi tersebut adalah kasus baru.

Tujuan dari Insidence Rate adalah sebagai berikut :

a) Mengukur angka kejadian penyakit

b) Untuk mencari atau mengukur faktor kausalitas

c) Perbandinagan antara berbagai populasi dengan pemaparan

yang berbeda

d) Untuk mengukur besarnya risiko yang ditimbulkan oleh

determinan tertentu

Rumus:

P= (d/n)k

Dimana:

Page 40: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

P= Estimasi incidence rate

d= Jumlah incidence (kasus baru)

n= Jumlah individu yang semula tidak sakit (population at risk)

Hasil estimasi dari insiden dapat digunakan sebagai

bahan untuk perencanaan penanggulangan masalah kesehatan

dengan melihat, Potret masalah kesehatan, angka dari beberapa

periode dapat digunakan untuk melihat tren dan fluktuasi,

untuk pemantauan dan evaluasi upaya pencegahan maupun

penanggulangan serta sebagai dasar untuk membuat

perbandingan angka insiden antar wilayah dan antar waktu

PR (Prevalence)

Ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunkan

Menggambarkan tingkat keberhasilan program

pemberantasan penyakit

Untuk penyusunan perencanaan pelayanan kesehatan.

Misalnya, penyediaan obat-obatan, tenaga kesehatan,

dan ruangan

Menyatakan banyaknya kasus yang dapat di diagnosa

Digunakan untuk keperluan administratif lainnya

Angka prevalensi dipengaruhi oleh tingginya

insidensi dan lamanya sakit.Lamanya sakit adalah suatu

periode mulai dari didiagnosanya suatu penyakit hingga

berakhirnya penyakit teresebut yaitu sembuh, kronis, atau

mati.

PePR (Periode Prevalence Rate)

PePR yaitu perbandingan antara jumlah semua kasus yang

dicatat dengan jumlah penduduk selama 1 periode

Rumus:

PePR =(P/R)k

P = jumlah semua kasus yang dicatat

Page 41: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

R = jumlah penduduk

k = pada saat tertentu

PoPR (Point Prevlene Rate)

Point Prevalensi Rate adalah nilai prevalensi pada

saat pengamatan yaitu perbandingan antara jumlah semua

kasus yang dicatat dengan jumlah penduduk pada saat

tetentu

Rumus:

PoPR = (Po/R)k

Po = perbandingan antara jumlah semua kasus

yang dicatat

R = jumlah penduduk

k = selama 1 periode

Poin prevalensi meningkat pada :

Imigrasi penderita

Emigrasi orang sehat

Imigrasi tersangka penderita atau mereka dengan risiko

tinggi untuk menderita

Meningkatnya masa sakit

Meningkatnya jumlah penderita baru

Point prevalensi menurun pada :

Imigrasi orang sehat

Emigrasi penderita

Meningkatnya angka kesembuhan

Meningkatnya angka kematian

Menurunnya jumlah penderita baru

Masa sakit jadi pendek

AR (Attack Rate)

Page 42: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Attack rate adalah andala angaka sinsiden yang

terjadi dalam waktu yang singkat (Liliefeld 1980) atau

dengan kata lain jumlah mereka yang rentan dan terserang

penyakit tertentu pada periode tertentu

Attack rate penting pada epidemi progresif yang

terjadi pada unit epidemi yaitu kelompok penduduk yang

terdapat pada ruang lingkup terbatas, seperti asrama, barak,

atau keluarga.

SAR

CI (AAIR)

ID

Spesifik menurut karakteristik

2) RASIO

Rasio adalah nilai relatif yang dihasilkan dari perbandingan

dua nilai kuantittif yang pembilangnya tidak merupakan bagian

dari penyebut

Contoh:

Kejadian Luar Biasa(KLB) diare sebanyak 30 orang di suatu

daerah. 10 diantaranya adalah jenis kelamn pria. Maka rasio

pria terhadap wanita

adalah R=10/20=1/2

3) PROPORSI

Proporsi adalah perbandingan dua nilai kuantitatif yang

pembilangnya merupakan bagian dari penyebut.Penyebaran

proporsi adalah suatu penyebaran persentasi yang meliputi

proporsi dari jumlah peristiwa-peristiwa dalam kelompok data

yang mengenai masing-masing kategori atau subkelompok dari

kelompok itu.

Pada contoh di atas, proporsi pria terhadap perempuan adalah

P= 10/30=1/3

Page 43: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

BAB III

HASIL KUNJUNGAN

Puskesmas Pleret terletak di desa Wonokromo dengan wilayah kerja 5

desa yaitu : Desa Wonokromo, desa Pleret, desa Segoroyoso, desa Bawuran dan

desa Wonolelo. Dengan luas wilayah kerja puskesmas Pleret adalah 3664,12 ha.

Adapun batas – batas wilayah kerja puskesmas Pleret adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara kecamatan Banguntapan, sebelah Timur kecamatan Piyungan dan

kecamatan Dlingo, sebelah selatan kecamatan Jetis dan kecamatan Imogiri,

sebelah barat kecamatan Sewon

Puskesmas pleret terdiri dari 5 desa ,4 pustu dan 1 poskestren. Dengan 47

dusun 56 posyandu balita dan 56 posyandu lansia,dengan 5 bidan desa dan 10

bidan puskesmas.

Pemantauan pelayanan KIA di puskesmas Pleret dilakukan melalui PWS

KIA dan pencatatan pelaporan dalam kohort ibu dan kohort bayi, puskesmas

pleret juga bermitra dengan beberapa instansi kesehatan diantaranya, RS, BPS,

dan RB yang dilakukan melalui pertemuan-pertemuan.

1. Sarana dan prasarana di puskesmas Pleret

a. RS swasta

b. Rumah bersalin

c. Puskesmas rawat inap

d. Puskesmas pembantu

e. Poskestren

f. Dokter praktek swasta

g. Bidan praktek swasta

2. Struktur organisasi program KIA di puskesmas Pleret

a. Penanggung jawab dr Santoso

b. Koordinator KIA bidan Sunarni

c. Koordinator KB bidan Endah I

d. Koordinator Imunisasi bidan Sutarni

e. Koordinator DTKB bidan Sri Handaroh

Page 44: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

f. Koordinator MTBS bidan Rustiana

g. 5 bidan desa bertanggung jawab di wilayah desa masing-masing

3. Tata kerja KIA di puskesmas Pleret

Bidan dalam menjalankan kerjanya sesuai dengan jadwal yang ada

antara lain:

a. ruang KIA

b. MTBS

c. RANAP

d. Pustu dan

e. polindes.

4. Sistem rujukan KIA di puskesmas Pleret

Masyarakat/pasien→kader penghubung→bidan

desa→pustu→puskesmas→RS di utamakan yang PONEK.

Dalam melakukan rujukan diusahakan sebisa mungkin terrencana.

5. Pelayanan KIA di puskesmas Pleret (dalam gedung).

a. Pelayanan antenatal (Pemeriksaan Kehamilan) gratis dilaksanakan

setiap hari, (fokus hari Kamis).

b. Pelayanan KB setiap hari: Pil, Suntik, Kondom, (Implant dan IUD

difokuskan hari Selasa), termasuk IVA.

c. Pelayanan Imunisasi caten,TT Bumil (setiap hari ), bayi (Rabu}

DPT_HB Combo, IPV. Kecuali BCG dan Campak Rabu ke I dan III.

d. Pelayanan MTBS (setiap hari).

e. Pemeriksaan Labolatorium yang terkait KIA (setiap hari) antara lain:

HB, Urin, Golongan darah, Hbsag, Gula darah.

f. Pelayanan Persalinan 24 jam. (dapat menggunakan Jaminan kesehatan

Askesmas, SOS, PKH, Jampersal)

g. Konseling Gizi, Imunisasi TT, KB

6. Pelayanan KIA luar gedung

a. Posyandu balita dan lansia

b. PHN

c. Pendataan Otopsi verbal

Page 45: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

d. Pertemuan

7. Manejemen bencana kesehatan ibu dan anak di puskesmas Pleret

Pelindung

Pembina

Satgas lain → Koordinator → Akademisi

Sekretaris

Satgalsak distribusi Sargalsa pelayanan

8. Pengembangan PSM (desa siaga) di puskesmas Pleret

a. Kader kesehatan

b. Pertemuan rutin di puskesmas kecamatan dan desa

c. Riward (db4mk)

d. Ambulance desa

e. Kelompok donor darah

f. Desa siaga GSI (db4mk)

9. Pembiayaan di puskesmas Pleret

a. Seluruh ibu hamil yang diperiksa di puskesmas pleret gratis termasuk

pemeriksaan penunjang leb

b. Bagi masyarakat kurang mampu mendapat kartu jaminan kesehatan

(MAS, SOS, PKH, PD)

c. Pelayanan persalinan gratis dengan jampersal

10.Data Bumil dan Kunjungan Bumil di Puskesmas Pleret

Jumlah ibu hamil di Puskesmas Pleret sebanyak 428

orang. Ibu hamil yang normal 265 orang, ibu hamil berisiko 163

orang, dan ibu hamil yang melakukan kunjungan ulang 110

Page 46: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

orang. Jika membandingkan data di atas, jumlah ibu hamil yang

normal masih lebih tinggi dibandingkan dengan yang berisiko.

11.Data Kematian Bayi Tahun 2011-2012

Jumlah kematian bayi tahun 2011 sebanyak 2 kematian,

lebih rendah dibandingkan jumlah kematian bayi tahun 2012

yakni sebanyak 10 kematian.

12.Data IUFD (Intra Uterine Fetal Death) Puskesmas Pleret Tahun

2012

Jumlah IUFD (kematian yang terjadi saat usia kehamilan

lebih dari 20 minggu dimana janin sudah mencapai ukuran

500gram atau lebih) sebanyak 10 pada tahun 2012

13.Kelompok Ibu Hamil yang Berisiko Tahun 2012

Terdapat 5 besar kelompok ibu hamil yang berisiko, yaitu:

a. Ibu hamil dengan KEK sebanyak 111 orang

b. HB < 11 gram % sebanyak 93 orang

c. Multi gravida > 35 tahun sebanyak 75 orang

d. Primi gravida < 20 tahun sebanyak 32 orang

e. Spasing (jarak kehamilan) < 2 tahun sebanyak 32 orang

14.Jenis Persalinan Menurut Tindakan Tahun 2012

Persalinan normal sebanyak 556, caesar sebanyak 87,

induksi sebanyak 23 dan Vaccum E sebanyak 6

15.Data BBLR Tahun 2008-2012

Jumlah BBLR di Puskesmas Pleret dari tahun 2008-2012

mengalami fluktuasi. Tahun 2008 sebanyak 38, tahun 2009

sebanyak 36, tahun 2010 sebanyak 36, tahun 2011 sebanyak 35,

dan tahun 2012 sebanyak 38.

Page 47: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Berdasarkan indikator PWS KIA pada tahun 2013 di puskesmas

Pleret diperoleh data:

a. PWS-KIA K1 Tahun 2012 di Puskesmas Pleret

Jumlah K1 pada Desember 2012 di wilayah cakupan

Puskesmas Pleret sudah mencapai target yang telah ditentukan

yaitu sebanyak 100%.

b. PWS-KIA K4 Desember 2012 di Puskesmas Pleret

Jumlah K4 pada Desember 2012 di wilayah cakupan

Puskesmas Pleret sudah mencapai target yang telah ditentukan

yaitu sebanyak 95%, kecuali di Desa Wonokromo yang hanya

mencapai 87,3%. Hal ini dikarenakan lokasi Desa Wonokromo

jauh dari Puskesmas Pleret sehingga sangat sulit bagi

masyarakat untuk berkunjung ke Puskesmas Pleret.

c. Deteksi Risiko dan Komplikasi Oleh Masyarakat Desember

2012

Deteksi risiko dan komplikasi oleh masyarakat di wilayah

cakupan Puskesmas Pleret sudah mencapai target 100%.

d. PWS-KIA Persalinan Tenaga Kesehatan Desember 2012

jumlah persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan di

wilayah cakupan Puskesmas Pleret sudah mencapai target

sebanyak 90%, kecuali di Desa Wonokromo yang hanya

mencapai 85,2%. Hal ini dikarenakan lokasi desa tersebut yang

jauh dari Puskesmas Pleret, sehingga masyarakat kesulitan

untuk mendapatkan pertolongan dari tenaga kesehatan.

e. PWS-KIA neonatus (KN 1) Desember 2012

Page 48: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Jumlah KIA neonatus (KN 1) pada Desember 2012 di

seluruh wilayah Puskesmas Pleret telah mencapai target yaitu

sebanyak 90%.

f. PWS-KIA Neonatus Lengkap Desember 2012

Jumlah KIA neonatus lengkap di wilayah cakupan

Puskesmas Pleret telah mencapai target yaitu sebanyak 90%,

kecuali di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 87%. Hal ini

dikarenakan Desa Wonokromo yang jauh dari Puskesmas Pleret

dan tenaga kesehatan yang bertugas di desa itu masih kurang.

g. PWS-KIA Nifas Desember 2012

KIA nifas pada Desember 2012 di wilayah cakupan

Puskesmas Pleret sudah mencapai target sebanyak 90%, kecuali

di Desa Wonokromo yang hanya mencapai 81,9%. Hal ini

dikarenakan letak Desa Wonokromo yang jauh dan tenaga

kesehatan yang bertugas di desa itu masih kurang.

h. PWS-KIA Penanganan Komplikasi Obstetri Desember 2012

Jumlah kumulatif penanganan komplikas obstetri di

wilayah cakupan Puskesmas Pleret pada Desember 2012 yaitu

di Pleret 105,1%, Bawuran 77,8%, Segoroyoso 68,5%,

Wonokromo 65,9%, dan Wonolelo 57,1%. Secara keseluruhan,

penanganan komplikasi obstetri Puskesmas Pleret mencapai

81,6%.

i. PWS-KIA Penanganan Komplikasi Neonatal Tahun 2012

Penanganan komplikasi neonatal di wilayah cakupan

Puskesmas Pleret mencapai 43,9%.

j. PWS-KIA Peserta KB Aktif Desember 2012

Page 49: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Peserta KB aktif di wilayah cakupan Puskesmas Pleret

mencapai 86,2%. Jumlah terendah adalah di Desa Wonokromo

yang hanya mencapai 74%. Hal ini dikarenakan lokasinya yang

jauh dari Puskesmas Pleret dan desa ini merupakan desa santri

yang masih sulit menerima adanya program KB.

k. PWS-KIA Kunjungan Bayi Desember 2012

Secara keseluruhan, kunjungan bayi di Puskesmas Pleret

sudah mencapai 96,3%.

l. PWS-KIA Pelayanan Anak Balita Desember 2012

Pelayanan anak balita pada bulan desember 2012 di

Puskesmas Pleret mencapai 80,8%. Jumlah terendah adalah di

Desa Wonokromo yang hanya mencapai 64,5%.

m. PWS-KIA Pelayanan MTBS Desember 2012

Pelayanan MTBS (manajemen terpadu balita sakit) pada

Desember 2012 mencapai 29,9% secara keseluruhan di wilayah

Puskesmas Pleret.

Page 50: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Kohort Ibu

Format buku register kohort ibu di Puskesmas Pleret sama dengan

format register kohort menurut Kepmenkes RI No.

828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis standar pelayanan

minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota. Namun format tersebut

kurang sesuai dengan format buku register kohort ibu menurut IBI yang

terdapat dalam buku Bidan menyongsong Masa Depan, PP IBI bab

Kebidanan Komunitas yang disusun oleh Syahlan, J.H. pada tahun 1996.

Perbedaan format buku register kohort ibu tersebut terletak pada

kolom 8 sampai dengan kolom 45.

1. Kohort ibu menurut Depkes:

Kolom 1 : Diisi nomor urut

Kolom 2 : Diisi nomor indek dari Family Folder

SP2TP

Kolom 3 : Diisi nama ibu hamil

Kolom 4 : Diisi suami ibu hamil

Kolom 5 : Diisi alamat ibu hamil

Kolom 6, 7, 8 : Diisi umur ibu hamil yang sebenarnya

dengan angka, misalnya umur 23 tahun

diisikan pada kolom 7

Kolom 9, 10, 11 : Diisi umur kehamilan ibu pada kunjungan

pertama dengan angka, misalnya 20 minggu

diisikan pada kolom 10

Kolom 12, 13, 14 : Diisi jumlah kehamilan yg pernah dialami

oleh ibu yg bersangkutan, misalnya

kehamilan ke 4, diisikan angka 4 pada

Page 51: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

kolom 13,

Kolom 15 : Diisi tanggal ditemukan ibu dengan BB

kurang dari 45 Kg pada trimester III

Kolom 16 : Diisi tanda (√) bila TB ibu < 145 cm

Kolom 17 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan

Hb < 8 gr%

Kolom 18 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan

tekanan darah 160/95 mmHg

Kolom 19, 20 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan

risiko tinggi, NK = non kesehatan, K =

kesehatan

Kolom 21, 22 : Diisi tanda (√) bila jarak kehamilan

<2tahun atau >2 tahun

Kolom 23, 24, 25 : Diisi tanggal ibu hamil mendapat imunisasi

TT 1, TT 2 atau TT ulang

Kolom 26-49 : Diisi tanggal pada bulan yang sesuai

dengan kunjungan ibu hamil dan kode:

O Untuk K 1

# Untuk K 4

* Untuk persalinan

+ Untuk kematian ibu

Kolom 50,51,52 : Diisi tanda (√) sesuai penolong persalinan;

TK = tenaga kesehatan, DT = dukun

terlatih, DTT = dukun tidak terlatih

Kolom 53,54 : Diisi tanggal kelahiran, LM = lahir mati,

LH = lahir hidup

Kolom 55 : Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan,

selama masa nifas (diharapkan 2 kali

kunjungan)

Kolom 56 : Diisi tanda lidi setiap kali kunjungan,

Page 52: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

selama periode pasca nifas sampai 2 tahun

(diharapkan 4 kali kunjungan setiap tahun)

Kolom 57 : Diisi hal lain yang dianggap penting untuk

ibu hamil yang bersangkutan.

2. Kohort Ibu menurut IBI:

Kolom 1 : Diisi nomor urut

Kolom 2 : Diisi nomor indeks dari family folder

Kolom 3 : Diisi nama ibu hamil

Kolom 4 : Diisi nama suami ibu hamil

Kolom 5 : Diisi alamat ibu hamil

Kolom 6 : Diisi umur ibu hamil

Kolom 7 : Diisi umur kehamilan pada kunjungan

pertama (dalam minggu) / tanggal HPL

Kolom 8 : Faktor resiko. Diisi v (rumput) untuk

umur ibu < 20 tahun atau > 35 tahun

Kolom 9 : Paritas diidi gravidanya

Kolom 10 : Diisi bila jarak kehamilan < 2 tahun

Kolom 11 : Diisi bila BB ibu < 45 kg , LILA< 23,5 cm

Kolom 12 : Diisi bila TB ibu < 145 cm

Kolom 13 s.d. 17 : Risiko tinggi. Diisi tanggal ditemukan ibu

hamil dengan risiko tinggi, Hb diperiksa

dan ditulis hasilnya

Kolom 18 : Pendeteksian faktor risiko. Diisi tanggal

ditemukan ibu hamil dengan risiko tinggi

oleh tenga kesehatan

Kolom 19 : Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan

risiko tinggi oleh Non Nakes

Kolom 20 s.d. 22 : Diisi tanggal imunisasi sesuai dengan

statusnya

Kolom 23 s.d. 34 : Diisi umur kehamilan dalam bulan

Kolom 35 : Penolong persalinan, diisi tanggal penolong

Page 53: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

persalinan tenaga kesehatan

Kolom 36 : Diisi tanggal bila yang menolong bukan

tenaga kesehatan

Kolom 37 : Hasil akhir kehamilan. Diisi tanggal

kejadian abortus

Kolom 38 : Diisi lahir mati

Kolom 39 : Diisi BB bila BBL < 2500 gram

Kolom 40 : Diisi BB bila BBL > 2500 gram

Kolom 41 : Keadaan ibu bersalin. Diberi tanda v bila

sehat

Kolom 42 : Dijelaskan sakitnya

Kolom 43 : Diisi sebab kematiannya

Kolom 44 : Diisi v (rumput)

Kolom 45 : Diisi apabila pindah, atau yang perlu

diterangkan.

B. Kohort Bayi

Format register kohort bayi di Puskesmas Pleret sudah sesuai

dengan format kohort bayi dari Departemen Kesehatan RI seperti berikut,

Kolom 1 : Diisi no urut

Kolom 2 : Diisi nomer indeks dari Family Folder

SP2TP

Kolom 3-6 : Cukup jelas

NO URUT NO INDEK NAMA BAYI

TGL LAHIR

1 2 3

4 NAMA ORTU ALAMAT

5 6

Kolom 7 : Diisi sesuai jenis kelamin, L = laki, P =

Perempuan

Page 54: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Kolom 8 : Diisi angka dalam gram BB bayi yang

baru lahir (BBL)

Kolom 9, 10, 11 : Diisi tanggal kunjungan tenaga kesehatan

yang memeriksa bayi tersebut, dan ditulis

AE1 (ASI Eksklusif bulan pertama)

Kolom 12 – 23 : Diisi tanggal dan kode BB bayi yang

ditimbang; N = naik, T = turun, R = bawah

garis titik-titik (BGT), # = bawah garis

merah (BGM)

Kolom 12-16 : Berturut turut ditulis AE 2, AE 3, AE 4,

AE 5, AE 6 ( ASI Eksklusif ke 1,2,3,4,5,6)

Kolom 24-28 : Diisi tanggal bayi mendapat imunisasi

Kolom 29 : Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal

Kolom 30–32 : Diisi tanda (√) sesuai dengan penyebab

kematian bayi tersebut

Kolom 33 : Diisi diagnosa penyakit penyebab kematian

bayi selain,

tetanus, ISPA dan diare

Kolom 34 : Diisi hal lain yang dianggap penting untuk

bayi yang bersangkutan.

.

A. PWS-KIA

Pemantauan Wilayah setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-

KIA) di Puskesmas Pleret memiliki 13 indikator sesuai dengan

Kepmenkes RI No. 828/MENKES/SK/IX/2008 tentang Petunjuk teknis

standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota yaitu,

1. Cakupan K1.

Cakupan K1 di Puskesmas Pleret yang terdiri dari 5

desa sudah mencapai angka yang ditargetkan oleh Puskesmas

Page 55: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

(100%) yaitu 124%. Hal ini dikarenakan letak Puskesmas

Pembantu dan Puskesmas Induk mudah dijangkau warga.

2. Cakupan K4.

Cakupan K4 di empat desa sudah mencapai target

(95%) kecuali desa Wonokromo karena di desa tersebut

terdapat banyak pondok pesantren.

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Target cakupan pelayanan ibu bersalin di Puskesmas

Pleret (90%) sudah dapat tercapai di empat desa kecuali di desa

Wonokromo.

4. Cakupan pelayanan nifas.

Cakupan KF3 di empat desa sudah mencapai target

(90%), kecuali desa Wonokromo yang baru mencapai 81,5%.

5. Cakupan pelayanan neonatus pertama.

Cakupan KN1 di kelima desa sudah melebihi target

(90%) yaitu mencapai 103,4 %.

6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN

lengkap).

Cakupan KN Lengkap di desa Wonokromo masih

belum mencapai target (90%) yaitu 87%. Sedangkan di

keempat desa lain, cakupan KN Lengkap sudah mencapai

target.

7. Deteksi risiko dan komplikasi oleh masyarakat.

Page 56: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Deteksi risiko dan Komplikasi oleh masyarakat di

Puskesmas Pleret sudah melebihi target (100%) yaitu mencapai

126,9%.

8. Cakupan pelayanan komplikasi obstetrik.

Penanganan komplikasi obstetrik terbanyak di desa

Pleret karena letak desa yang dekat dengan Puskesmas induk

sehingga penanganan komplikasi dapat dilakukan secara cepat.

Sedangkan penanganan komplikasi paling sedikit terdapat di

desa Wonolelo karena letak desa yang jauh dari Puskesmas

induk.

9. Cakupan penanganan komplikasi neonatus.

Penanganan komplikasi neonatus terbanyak di desa

Pleret (63,9%) dan paling sedikit di desa Wonolelo (15,4%).

Hal ini dipengaruhi oleh jarak desa ke Puskesmas induk.

10. Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari–12 bulan

(Kunjungan bayi).

Target Puskesmas (80%) dapat tercapai di kelima desa.

Bahkan cakupan kunjungan bayi di Puskesmas Pleret mencapai

96,3%.

11. Cakupan pelayanan anak balita (12 – 59 bulan).

Keempat desa sudah mencapai target (80%) kecuali

desa Wonokromo yang baru mencapai 64,5 % dalam cakupan

kunjungan balita.

12. Cakupan pelayanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani

dengan MTBS.

Page 57: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan kesehatan pada balita sakit dengan MTBS

paling banyak terdapat di desa Pleret karena letaknya yang

dekat dengan Puskesmas Induk. Sedangkan desa Wonolelo

yang letaknya jauh dari Puskesmas induk, pelayanan balita

sakit dengan MTBS hanya mencapai 14,3 %.

13. Cakupan peserta KB aktif.

Cakupan peserta KB aktif di kelima desa sudah

melebihi target (70%) yaitu mencapai 86,2%.

C. Mortalitas dan Morbiditas

Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah Puskesmas Pleret pada

tahun 2011 sebanyak 2 kasus. Kasus tersebut terdapat di desa Wonokromo

dan desa Pleret. Sedangkan pada tahun 2012 AKB di wilayah Puskesmas

Pleret naik menjadi 10 kasus. Kasus terbanyak terjadi di desa Pleret dan

hanya desa Wonolelo yang tidak terdapat kasus kematian bayi.

Di wilayah Puskesmas Pleret juga terdapat kasus IUFD (Intra

Uterine Fetal Death) yang menambah AKB. Pada tahun 2012 kasus IUFD

di wilayah Puskesmas Pleret mencapai 10 kasus.

Page 58: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan dapat disimpulkan Pemantauan

Wilayah Setempat dalam program KIA di Kecamatan Pleret

yang terdiri dari 5 desa yaitu Wonokromo , Segoroyoso ,

Wonolelo , Bawuran , dan Pleret dengan indikator PWS-KIA

terbaru 2013 yang meliputi :

1. Cakupan K1

2. Cakupan K4

3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

4. Cakupan pelayanan nifas

5. Cakupan pelayanan neonatus pertama

6. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN

Lengkap)

7. Deteksi resiko dan komplikasi oleh masyarakat

8. Cakupan pelayanan komplikasi obstetrik

9. Cakupan pananganan komplikasi neonatus

10.Cakupan pelayanan kesehatan bayi 29 hari – 12 bulan

(kunjungan bayi)

11.Cakupan palayanan anak balita (12 – 59 bulan)

12.Cakupan palyanan kesehatan anak balita sakit yang dilayani

dengan MTBS

13.Cakupan pesesta KB aktif

Sudah sesuai dengan teori yang dibahas begitu juga

dengan sistem pencatatannya. Untuk pencapaian target pada

Page 59: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

tahun 2012 untuk target Puskesmas sendiri sudah mencapai

target namun untuk target di setiap desa hampir seluruh

program sudah mencapai target yang telah ditentukan, kecuali

di desa Wonokromo belum mencapai target untuk beberapa

program yaitu:

1. Cakupan K4

Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret

untuk setiap desa adalah 100% namun pada desa

Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 87,3%

2. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan

Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret

untuk setiap desa adalah 90% namun pada desa

Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 85,2%

3. Cakupan pelayanan nifas

Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret

untuk setiap desa adalah 90% namun pada desa

Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 81,9%

4. Cakupan pelayanan kesehatan neonatus 0-28 hari (KN

Lengkap)

Target yang ditentukan oleh Puskesmas Pleret

untuk setiap desa adalah 90% namun pada desa

Wonokromo cakupan pelayanan hanya mencapai 87%

Tidak mencapainya target PWS KIA di desa

Wonokromo dikarenakan wilayah desa tersebut jauh dari

jangkauan Puskesmas induk Pleret dan hanya terdapat

satu pusesmas pembantu, disamping itu wilayah

Page 60: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Wonokromo banyak terdapat Pondok Pesantren dimana

ajaran agama sangat kental, menjadi salah satu penyebab

program cakupan layanan KB kurang berjalan.

B. Saran

1. Untuk Mahasiswa

a. Mahasiswa memahami tentang sistem pencatatan dalam

kebidanan seperti kohort ibu, kohort bayi, PWS KIA,

serta mortalitas dan morbiditas.

b. Mahasiswa sebaiknya memahami cara pengisian kohort

ibu dan kohort bayi.

2. Untuk Puskesmas

a. Meningkatkan kualitas pelayanan secara merata di lima

desa agar seluruh indikator pada PWS KIA agar dapat

mencapai target.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2012, Definisi Gizi KIA, http://www.gizikia.depkes.go.id

Tanggal 18 April 2013 pikul 12.00 WIB

Dinfannia, 2011, Mortalitas,

http://dinfannia.wordpress.com/2011/03/17/31/, Tanggal 17

Maret 2011 pukul 07.55 WIB.

KEMENKES RI, 2013, Pemantauan Wilayah Setempat- Kesehatan

Ibu dan Anak, http://www.kesehatanibu.depkes.go.id

/2013/01/Factsheet_PWS-KIA Tanggal 17 April 2013 pukul

15.13 WIB

Page 61: Sistem Pencatatan Dalam Pelayanan Kebidanan

Mahardhika, Dhika, 2011, Ukuran-Ukuran epidemiologi,

http://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/24/ukuran-

ukuran-epidemiologi/, Tanggal 24 Februari 2011.

PWS KIA Wordpress, 2009, Indikator Pemantauan,

http://ppwskia.wordpress.com, Tanggal 18 April 2012 pukul

12.20

Senewe, Felly Philipus, Wiryawan Yuwana Registration and PWS-

KIA 's System Reporting by Midwife at Village at

Puskesmas Sepatan Tangerang District, 2008, Jawa Barat.

Wikipedia, 2013, Mortalitas, http://id.wikipedia.org/wiki/Mortalitas,

Tanggal 6 April 2013 pukul 03.15 WIB.