Page 1
1
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB UNTUK PENENTUAN LOKASI
STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) BARU MENGGUNAKAN METODE
ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)
Nama : Zuliana Fitria
NRP : 1207 100 012
Jurusan : Matematika
Dosen Pembimbing : 1. Drs. Daryono Budi Utomo, M.Si
2. Alvida Mustika Rukmi, S.Si, M.Si
Abstrak
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) semakin banyak yang bermunculan terutama di
kota besar seperti Surabaya. Seiring dengan banyaknya SPBU yang didirikan maka semakin banyak pula
persaingan dalam memikat konsumen. Terdapat beberapa faktor yang dapat menunjang keramaian SPBU
diantaranya pelayanan yang baik, pemilihan lokasi yang strategis, fasilitas yang disediakan dan lain-lain.
Namun pada penilitian ini membahas tentang pemilihan lokasi yang strategis.
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang mampu memvisualisasikan
aspek-aspek spasial dan non spasial untuk dapat diketahui dan dianalisa. Sedangkan Analytic Hierarchy
Process (AHP) adalah metode yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dengan multi kriteria
dan multi alternatif. Kriteria yang digunakan untuk menentukan lokasi SPBU yang strategis pada
penelitian ini adalah kepadatan lalu lintas, jumlah SPBU pada persekitaran jalan, jumlah rumah tangga
dan jumlah industri. Dengan visualisasi posisi penyebaran data pada kondisi sesungguhnya menggunakan
SIG serta ditambah hasil rekomendasi dengan metode AHP dapat ditentukan rekomendasi lokasi SPBU
yang strategis yang akan dibuka selanjutnya.
Kata Kunci : Sistem informasi geografis, Analytic Hierarchy Process, lokasi SPBU
1. Pendahulun
Seiiring perkembangan kepadatan
penduduk dan juga arus globalisasi, jumlah
kendaraan bermotor di Indonesia khususnya di
Surabaya semakin berkembang pesat. Oleh
karena itu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum
(SPBU) sebagai penunjang mobilitas kendaraan
bermotor juga kian berkembang pesat.
Dalam pemilihan lokasi SPBU baru
terdapat beberapa kriteria yang dapat
mempengaruhi terhadap pengambilan keputusan.
Kriteria tersebut antara lain kepadatan lalu lintas
pada jalan tersebut, jumlah penduduk, jumlah
SPBU pada persekitaran jalan tersebut, jumlah
industri dan lain-lain. Setiap pemilik usaha
memiliki penilaian prioritas yang berbeda
terhadap beberapa kriteria tersebut. Untuk
membantu pengambilan keputusan dapat
digunakan metode Analytic Hierarchy Process
(AHP). Metode ini dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan dengan multi kriteria dan
multi alternatif dengan pemberian tingkat
kepentingan (Permadi, 1992).
Untuk mendapatkan informasi lokasi
SPBU baru yang stategis perencanaan spasial
sangatlah penting. Sistem Informasi Geografis
(SIG) merupakan langkah yang dapat digunakan
karena mempunyai kemampuan yang sangat luas
baik dalam proses pemetaan maupun analisis
Sistem informasi geografis untuk
penentuan lokasi SPBU ini diharapkan dapat
membantu untuk mengambil keputusan dan
mempermudah calon atau pengusaha SPBU
mendapatkan informasi agar dapat mendirikan
SPBU di lokasi yang strategis dan memenuhi
kriteria yang digunakan.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Sistem Informasi Geografis
Menurut Riyanto (2009), SIG adalah
sistem informasi yang digunakan untuk
memasukkan, menyimpan, memanggil kembali,
mengolah, menganalisa dan menghasilkan data
bereferensi geografis atau data spasial.
Komponen SIG terdiri atas perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software), data
geospasial dan pengguna. Seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Komponen SIG
Sistem Komputer Hardware dan software untuk memasukkan,
menyimpan, mengolah dan analisis data.
Data Geospasial Berupa peta foto udara,
citra satelit,data statistik,dll
Pengguna
Page 2
2
Data yang diolah pada SIG adalah data
geospasial (data spasial dan non spasial). Data
spasial adalah data yang berhubungan dengan
kondisi geografi misalnya sungai, gedung, jalan
raya dan lain-lain. Sedangkan data non spasial
adalah data yang berupa teks atau angka, biasa
disebut dengan atribut.
Dengan menggunakan SIG, didapat
keuntungan berikut (Riyanto, 2009):
a. Penanganan data geospatial menjadi lebih
baik
b. Merubah dan pemperbarui data menjadi lebih
mudah
c. Data geospatial lebih mudah dianalisis dan
direpresentasikan
d. informasi lebih mudah dicari
e. Menjadi produk bernilai tambah
f. Data geospatial dapat dipertukarkan
g. Penghematan waktu dan biaya
h. Keputusan yang akan diambil menjadi lebih
baik.
2.2 AHP
Metode ini adalah sebuah kerangka untuk
mengambil keputusan dengan efektif atas
persoalan yang sangat kompleks dengan
menyederhanakan dan mempercepat proses
pengambilan keputusan dengan memecahkan
persoalan kedalam bagian-bagiannya, menata
dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai
numerik pada pertimbangan subjektif tentang
pentingnya setiap variabel dan menetapkan
variabel yang mana yang memiliki prioritas
paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi
hasil pada situasi tersebut(Saaty, 1993).
2.2.1 Prinsip-prinsip AHP
Prinsip-prinsip AHP adalah (Permadi, 1992):
1. Decompostion
Decomposition adalah memecah persoalan
yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Proses
analisis ini dinamakan hirarki.
2. Comparative judgement
Prinsip ini memberikan penilaian tentang
kepentingan relatif dua elemen pada suatu
tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat
diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari
penggunaan metode AHP.
Dalam penilaian kepentingan relatif dua
elemen berlaku aksioma reciprocal,artinya jika
elemen i dinilai n kali lebih penting dibanding j,
maka elemen j harus sama dengan 1/n kali
pentingnya dibanding elemen i.Susunan elemen-
elemen yang dibandingkan dapat dilihat pada
tabel 2.1
Tabel2.1 Matriks perbandingan berpasangan
dengan:
Ak adalah kriteria atau alternatif, k =
1,2,3..,n
n adalah jumlah kriteria atau alternatif
aij adalah konstanta perbandingan elemen
pada baris ke-i terhadap elemen pada
kolom ke-j.
Untuk mengisi matriks perbandingan
berpasangan digunakan skala AHP. Skala dan
definisi pendapat kualitatif dari skala
perbandingan dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Skala Banding Secara Berpasang
3. Synthesis of priority
Dari setiap matriks pairwise comparison
kemudian dicari eigenvectornya untuk
mendapatkan local priority. Pengurutan elemen-
elemennya menurut kepentingan relatif
dinamakan priority synthesis.
….
a11 a12 a13 …. a1n
a21 a22 a23 …. a2n
a31 a32 a33 …. a3n
…. …. …. …. …. ….
an1 an2 an3 …. ann
Intensitas
Pentingnya Definisi
1 Kedua elemen sama penting
2
Elemen yang satu antara sama penting
dan sedikit lebih penting dari elemen
lainnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting
dari elemen lainnya
4
Elemen yang satu antara sedikit lebih
penting dan lebih penting dari elemen
lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting dari
elemen lainnya
6
Elemen yang satu antara lebih penting
dan sangat lebih penting dari elemen
lainnya
7 Elemen yang satu sangat lebih penting
dari elemen lainnya
8
Elemen yang satu antara sangat
penting dan mutlak lebih penting dari
elemen lainnya
9 Elemen yang satu mutlak lebih
penting dari elemen lainnya
Kebalikan
Jika elemen i mendapat satu angka
bila dibandingkan dengan elemen j,
maka elemen j mempunyai nilai
kebalikannya bila dibandingkan
dengan elemen i.
Page 3
3
4. Logical consistency
Nilai pada matriks yang diperoleh dari
hasil perbandingan secara berpasangan harus
mempunyai hubungan kardinal dan ordinal,
sebagai berikut.
Hubungan Kardinal : aij . ajk = aik
Hubungan Ordinal : ai>aj>ak, maka ai>ak
2.2.2 Langkah-Langkah AHP
Terdapat beberapa langkah dalam
menggunakan metode AHP, antara lain:
1. Menentukan masalah dan solusi yang
diinginkan.
2. Membuat struktur yang terdiri dari tujuan
umum, kriteria, subkriteria dan alternatif
pada tingkatan yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan
4. Menghitung bobot prioritas dan menguji
konsistensinya.
Mencari bobot prioritas.
a. Jumlahkan nilai pada satu kolom dan
lakukan pada setiap kolom.
Jumlah nilai perkolom = ∑ ,
j=1,2,3,…,n (2.1)
b. Bagilah setiap nilai dalam satu kolom
dengan nilai jumlah kolom tersebut,
sehingga nilai jumlah kolom yang baru
sama dengan satu.
∑ = 1, j=1,2,3,…,n (2.2)
c. Jumlahkan nilai pada setiap baris kemudian
bagi dengan banyaknya kriteria atau
alternatif.
=
∑ , i=1,2,3,…,n (2.3)
dengan:
xij adalah nilai pada baris ke-i dan
kolom ke-j
n adalah jumlah kriteria atau
alternatif
adalah bobot prioritas kriteria atau
alternatif ke-i.
Uji konsistensi
a. Mengalikan matriks perbandingan
berpasangan dengan bobot prioritas,
kemudian hasil dari perkalian tersebut
dibagi dengan bobot prioritas yang
bersesuaian untuk mendapatkan nilai
lamda atau eigen value.
𝜆i = ∑ ( )
, i=1,2,3,…,n (2.4)
b. Hitung lamda maksimal dengan
mencari rata-rata dari nilai lamda.
𝜆maks =
(2.5)
c. Hitung Consietncy Index (CI) dan
Consistency Ratio (CR). Suatu matriks
perbandingan disebut konsisten jika nilai
CR < 0,10.
CI =
(2.6)
CR =
(2.7)
dengan:
n adalah jumlah kriteria atau
alternatif
𝜆i adalah eigen value pada
kriteria atau alternatif ke-i.
𝜆maks adalah rata-rata eigen value
Ai, j adalah nilai pada matriks
perbandingan
adalah bobot prioritas kriteria atau
alternatif ke-i.
CI adalah consistency index
RI adalah nilai random indeks
CR adalah consistency ratio.
5. Mengulangi langkah 3 dan 4 untuk seluruh
tingkat hirarki.
6. Menghitung overall composite weight (CW)
atau prioritas global. CW didapatkan dengan
mengalikan bobot prioritas alternatif dengan
bobot prioritas kriteria seperti pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Perkalian bobot prioritas alternatif
dengan bobot prioritas kriteria
dengan:
Wij adalah bobot prioritas alternatif
ke-i pada kriteria ke-j
Wj adalah bobot prioritas kriteria ke-j
CWi adalah composite weight pada
alternatif ke-i.
Dari Composite Weight (CW)
didapatkan rekomendasi utama adalah nilai
yang terbesar, rekomendasi kedua adalah nilai
terbesar kedua dan seterusnya hingga
rekomendasi terakhir dengan nilai yang
terkecil.
2.3 Basis Data
Basis data adalah kumpulan data yang
dapat digambarkan sebagai aktifitas dari satu
atau lebih organisasi yang berelasi. Sedangkan
data adalah fakta mengenai objek, orang dan
Krite-
ria 1
Krite-
ria 2
…
Krite-
ria n
Wj
CW
Alternatif
A WA1 WA2 … WAn W1 CWA
Alternatif
B WB1 WB2 …
WBn
W2
CWB
Alternatif
C WC1 WC2 … WCn W3 = CWC
… … … … … …. …
Alternatif
ke -X WX1 WX2 … WXn Wn CWX
X
Page 4
4
lain-lain yang disimpan dan memiliki makna.
Informasi adalah data yang telah diolah dan
memiliki nilai(Suryanto,2004).
Suatu software/perangkat lunak yang
digunakan untuk memanipulasi data disebut
Database Management System (DBMS) atau
Sistem Manajemen Basis Data. Sistem
merupakan sekumpulan elemen-elemen yang
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan
tertentu. Sistem Basis Data adalah Basis Data
dan DBMS yang digunakan untuk
mendefinisikan suatu basis data tersebut.
Untuk membangun suatu basis data
dibutuhkan pemodelan data. Pemodelan data
adalah struktur konseptual untuk
merepresentasikan data, relasi data dan batasan
suatu data. Dasar dari pemodelan data adalah
Entity Relationship Diagram (ERD). ERD adalah
desain konseptual untuk menggambarkan relasi
antar data dalam bentuk diagram. Komponen
utama yang membangun dari suatu ERD adalah
entitas dan relasi.
3. Metode Penelitian
Metode Penelitian pembuatan sistem
penentuan lokasi SPBU ini adalah sebagai
berikut :
4. Perancangan dan Implementasi Sistem
4.1 Perancangan Sistem
Langkah 0 : Mulai
Langkah 1 : Input nilai (skala) AHP pada
matriks kriteria dengan
membandingkan tingkat
kepentingan antar kriteria.
Langkah 2 : Uji konsistensi nilai inputan. Jika
tidak konsisten, dilakukan
pengulangan input nilai AHP.
Langkah 3 : Proses perhitungan AHP, dengan
menormalkan matriks kriteria
dan mengkalikannya dengan
matriks alternatif pada database.
Langkah 4 : Menampilkan hasil perhitungan
AHP yaitu 5 nama jalan yang
direkomendasikan untuk lokasi
SPBU baru.
Langkah 5 : Selesai.
Diagram alur untuk perancangan sistem
dapat di lihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1 Diagram Alur Sistem Penentuan
Lokasi SPBU
Studi literatur tentang sistem informasi
geografis dan AHP
Mengumpulkan data-data yang dibutuhkan
sebagai dasar pembuatan sistem
Merancang sistem dengan melakukan analisa
metode yang akan dibuat
Membuat program sesuai rancangan sistem
yang dibuat menggunakan software
Mapserver
Melakukan pengujian terhadap program yang
telah dibuat
Menyusun laporan serta memberikan
kesimpulan dan saran
Melakukan pengolahan data dengan metode
AHP menggunakan Microsoft excel.
APAKAH MATRIKS
KONSISTEN?
AMBIL DATA DARI DATABASE
INPUT SKALA AHP PADA MATRIKS
KRITERIA
MULAI
UJI KONSISTENSI
PROSES AHP
SELESAI
TIDAK
YA
REKOMENDASI LOKASI SPBU
Page 5
5
4.2 Perancangan Basis Data
Rancangan basis data dari sistem informasi
geografis untuk penentuan lokasi SPBU terdiri
dari tabel jalan, tabel kecamatan, tabel SPBU,
tabel user dan tabel komentar. Perancangan
dibuat pertama kali pada ArcView yang
kemudian diekspor ke PostgreSQL.
4.3 Perancangan SIG
Langkah-langkah untuk mengolah peta Surabaya
adalah:
1. Digitasi peta
Pendigitasian peta Surabaya dilakukan
dengan menggunakan perangkat lunak ArcView
GIS. Dimana data yang sudah diperoleh difilter
sesuai dengan kebutuhan.
2. Ekspor ke PostgreSQL
Untuk menyimpan file SHP (data
geospasial) di PostgreSQL diperlukan konversi
dari file shp menjadi file .sql terlebih dahulu.
Aliran proses konversi dapat dilihat pada gambar
4.2.
Gambar 4.2 Aliran proses konversi file shp ke
PostgreSQL
3. Menampilkan Peta ke Web
Untuk menampilkan peta pada web
digunakan software MapServer. Pada Tugas
Akhir ini digunakan Mapserver dengan
framework Pmapper. Diperlukan peta berekstensi
.map yang disebut dengan filemap agar dapat
digunakan pada MapServer. Digunakan
QuantumGIS untuk merubah data spasial pada
file SHP menjadi filemap.
4.4 Perancangan Metode AHP
Terdapat langkah-langkah dalam
perancangan metode AHP. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Menentukan permasalahan
permasalahan yang akan diselesaikan adalah
menentukan lokasi pembangunan SPBU baru
yang memenuhi kriteria.
2. Menentukan kriteria
Kriteria yang diambil merupakan faktor yang
mempunyai pengaruh besar terhadap pemilihan
lokasi SPBU yang akan dibangun. Kriteria-
kriteria dalam pemilihan lokasi SPBU antara
lain:
Tingkat kepadatan lalu lintas.
Jumlah SPBU pada persekitaran jalan
Jumlah rumah tangga
Jumlah industri
3. Menentukan alternatif
Jalan yang digunakan sebagai alternatif
adalah jalan yang mempunyai perkiraan omset
SPBU diatas batas minimal dan jalan yang pada
jalan tersebut dan pada persekitarannya tidak
terdapat SPBU. Omset SPBU didapatkan dengan
cara menghitung rata-rata perhari penjualan
premium, solar dan biosolar pada November
2010. Sedangkan perkiraan omset SPBU baru
didapat dengan cara menjumlahkan omset SPBU
pada persekitaran jalan kemudian membaginya
dengan jumlah SPBU ditambah satu.
Karena omset rata-rata SPBU di Surabaya
per November 2010 adalah 10 kiloliter perhari
dan diperkirakan omset akan naik setiap tahun
maka jalan yang mempunyai omset SPBU
persekitaran minimal 8 kiloliter perhari dianggap
telah layak untuk didirikan SPBU baru dan
menjadi alternatif.
4. Perancangan hirarki Hirarki pada penentuan lokasi SPBU baru
dengan kriteria jumlah SPBU pada persekitaran
jalan, tingkat kepadatan lalu lintas, jumlah rumah
tangga (RT) dan industri serta alternatif berupa
nama jalan dapat dilihat pada gambar 4.3.
……………….
Gambar 4.3 Struktur Hirarki AHP penentuan
lokasi SPBU
5. Perancangan proses
Proses perhitungan AHP untuk
mendapatkan rekomendasi SPBU baru adalah
sebagai berikut:
Perhitungan bobot alternatif
Perhitungan bobot kriteria
Perkalian matriks
Menampilkan hasil perhitungan
4.5 Implementasi Sistem
Implementasi sistem terdiri dari:
1. Implementasi tampilan utama
2. Implementasi form login
3. Implementasi form AHP
4. Implementasi form informasi
Penentuan Lokasi SPBU
Kepadatan
Lalu lintas
Jumlah
SPBU
SHP .SQL PostgreSQL
Jumlah
Industri
Jumlah
RT
Jalan A Jalan B Jalan X
Page 6
6
Data Pengguna
5. Implementasi form komentar
6. Implementasi form management
a. Form management user
b. Form management komentar
c. Form management data jalan
d. Form managemet data kecamatan
5 Uji Coba Sistem
a) Pengujian Hasil Implementasi Proses
Register Pengguna yang ingin mempunyai hak akses
terhadap menu-menu yang ada maka pengguna
tersebut harus menjadi anggota terlebih dahulu
dengan melakukan registrasi member. Link
registrasi member terdapat pada form login.
Proses registrasi dapat dilihat pada gambar 5.1.
Gambar 5.1 Proses Registrasi Anggota
Data yang telah diinputkan oleh pengguna
pada saat registrasi selanjutnya disimpan pada
basisdata. Gambar 5.2 menunjukkan hasil
menyimpan data pengguna pada basis data.
Gambar 5.2 Data Pengguna pada Basis data
b) Pengujian Hasil Implementasi Proses
Login
Proses login dilakukan oleh pengguna yang
telah terdaftar dan ingin mengakses menu-menu
yang ada. Proses yang dilakukan adalah
menginputkan username dan password seperti
pada gambar 5.3.
Gambar 5.3 Proses Login
Jika berhasil login maka di atas layer peta akan
terdapat informasi pengguna yaitu username dan
user grup sebagai masyarakat atau pengusaha
SPBU sesuai dengan inputan pada saat registrasi
seperti pada gambar 5.4.
Gambar 5.4 Hasil Pengujian Proses Login
c) Pengujian Hasil Implementasi Proses
Pencarian
Proses yang dilakukan adalah memilih
pilihan yang ada pada list kemudian pengguna
mengetikkan apa yang akan dicari pada kotak di
sebelah kanan list seperti pada gambar 5.5.
Setelah itu tekan tombol search, maka akan
ditampilkan hasil pencarian pada map utama
seperti terlihat pada gambar 5.6.
Gambar 5.5 Proses Pencarian
Gambar 5.6 Hasil Pengujian Proses Pencarian
Page 7
7
d) Pengujian Hasil Implementasi Proses
Perhitungan AHP
Pada menu AHP pengguna dapat
melakukan perhitungan dengan metode AHP
untuk mendapatkan rekomendasi lokasi SPBU.
Proses yang dilakukan adalah memilih lokasi di
Surabaya bagian mana SPBU akan dibangun.
Kemudian mengisi matriks perbandingan kriteria
menggunakan nilai atau skala AHP dengan
membandingkan prioritas kriteria pada baris
terhadap kriteria pada kolom.
Kriteria diurutkan berdasarkan prioritas,
sebagai contoh yaitu prioritas pertama adalah
kepadatan lalu lintas, prioritas kedua jumlah
SPBU, prioritas ketiga jumlah rumah tangga dan
yang terakhir jumlah industri. Perbandingan
prioritas kriteria dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Perbandingan Prioritas Kriteria
Proses dan hasil pengujian proses
perhitungan AHP dengan lokasi Surabaya pusat
dapat dilihat pada gambar 5.7 dan 5.8.
Gambar 5.7 Proses Perhitungan AHP
Gambar 5.8 Hasil Pengujian Proses Perhitungan
AHP
Dari perhitungan didapat rekomendasi untuk
lokasi SPBU baru di Surabaya pusat yaitu:
1. Jl. Pandegiling
2. Jl. Urip Sumoharjo
3. Jl. Embong Kemiri
4. Jl. Gubeng Pojok
5. Jl. Keramat Gantung.
6 Kesimpulan dan Saran
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan penjelasan yang
telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sistem informasi geografis dapat membantu
dalam pemilihan lokasi yang tepat untuk
membuka SPBU baru dengan menggunakan
metode AHP.
2. Pemilihan prioritas kriteria dan pemberian
skala AHP oleh pengguna berpengaruh pada
hasil perhitungan.
3. Dengan sistem ini dapat membantu untuk
mendukung pengambilan keputusan penetuan
lokasi SPBU baru yang sesuai dengan kriteria.
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan
untuk proses pelaksanaan dan pengembangan
sistem ini selanjutnya adalah :
1. Kriteria yang digunakan untuk pemilihan
lokasi SPBU merupakan kriteria utama
sehingga perlu adanya kriteria lain yang juga
berpengaruh terhadap kestategisan lokasi
SPBU baru.
2. Data yang digunakan sebaiknya data yang
terbaru sehingga hasil perhitungan berupa
rekomendasi lokasi SPBU akan semakin baik.
Perbandingan Prioritas Kriteria Skala
AHP
Kepadatan lalu lintas sedikit lebih
penting dari jumlah SPBU 3
Kepadatan lalu lintas lebih penting
dari jumlah rumah tangga 5
Kepadatan lalu lintas sangat lebih
penting dari jumlah industri 7
Jumlah SPBU sedikit lebih penting
dari jumlah rumah tangga 3
Jumlah SPBU lebih penting dari
jumlah industri 5
Jumlah rumah tangga sedikit lebih
penting dari jumlah industri 3
Page 8
8
3. Untuk pengembangan selanjutnya diharapkan
dapat ditambahkan suatu fitur untuk
mengupdate peta sehingga tidak memerlukan
update peta secara manual.
DAFTAR PUSTAKA
Budiyanto, Eko. 2005. Sistem Informasi
Geografis Menggunakan ARCVIEW
GIS. Yogyakarta: Andi.
Guide, Properti. 2011. Daftar Perkiraan
Harga-Harga Tanah Pasar Sekunder Di
Surabaya Per 01 Jan 2011. <URL:
http://propertiguide.com>. Diunduh pada 15
Februari 2011 pukul 20:30 WIB.
Permadi, Bambang. 1992. AHP. Jakarta: Pusat
Antar Universitas-Studi Ekonomi-
Universitas Indonesia.
Prahasta, Eddy. 2006. Membangun Aplikasi
Web-based GIS dengan MapServer.
Bandung: Informatika.
Riyanto & Putra, Prinali Eka. 2009.
Pengembangan Aplikasi Sistem
Informasi Geografis Berbasis Dekstop
dan Web. Yogyakarta: Gava Media.
Saaty,Thomas.L. 1993. Pengambilan
Keputusan Bagi Pemimpin. Jakarta:
PT.Pustaka Binaman Pressindo.
Suyanto, A. H. 2004. Basis Data dan DBMS.
<URL: http://www.asep-hs.web.ugm.ac.id>.
Diunduh pada 14 Mei 2011 pukul 10:57
WIB.
Syafii, M. 2005. Panduan membuat aplikasi
database dengan PHP 5 MySQL
PostgreSQL Oracle. Yogyakarta: Andi.