Page 1 Sistem Grounding GROUNDING SYSTEM / PEMBUMIAN Grounding system adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi untuk melepaskan arus petir kedalam bumi, salah satu kegunaannya untuk melepas muatan arus petir. Standart kelayakan grounding/pembumian harus bisa memiliki nilai Tahanan sebaran/Resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih baik). Material grounding dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga atau kerucut tembaga, semakin luas permukaan material grounding yang di tanam ke tanah maka resistansi akan semakin rendah atau semakin baik. Untuk mencapai nilai grounding tersebut, tidak semua areal bisa terpenuhi, karena ada beberapa aspek yang mempengaruhinya, yaitu : 1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah didapatkan. 2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka arus petir semakin mudah menghantarkan. 3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah menghantarkan. 4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral akan mudah hanyut. Grounding system atau pembumian dapat di buat dengan 3 bentuk, diantaranya : 1. Single Grounding Yaitu dengan menancapkan sebuah batang logam/pasak biasanya di pasang tegak lurus masuk kedalam tanah 2. Pararel Grounding Bila sistem single grounding masih mendapatkan hasil kurang baik, maka perlu di tambahkan material logam arus pelepas ke dalam tanah yang jarak antara batang logam/material minimal 2 Meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan batang logam/material dapat juga di tanam mendatar dengan kedalaman tertentu, bisa mengelilingi bangunan membentuk cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa di terapkan secara bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistansi kurang dari 5 Ohm setelah pengukuran dengan Earth Tester Ground 3. Maksimun Grounding Yaitu dengan memasukan material grounding berupa lempengan tembaga yang diikat oleh kabel BC, serta dengan pergantian tanah galian di titik grounding tersebut.
33
Embed
SISTEM GROUNDING & POWER EMERGENCY, SISTEM RANGKA SHEARWALL & TRUSS.pdf
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1
Sistem Grounding
GROUNDING SYSTEM / PEMBUMIAN
Grounding system adalah suatu perangkat instalasi yang berfungsi
untuk melepaskan arus petir kedalam bumi, salah satu
kegunaannya untuk melepas muatan arus petir. Standart
kelayakan grounding/pembumian harus bisa memiliki nilai
Tahanan sebaran/Resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5
Ohm lebih baik). Material grounding dapat berupa batang
tembaga, lempeng tembaga atau kerucut tembaga, semakin luas
permukaan material grounding yang di tanam ke tanah maka
resistansi akan semakin rendah atau semakin baik.
Untuk mencapai nilai grounding tersebut, tidak semua areal bisa terpenuhi, karena ada beberapa
aspek yang mempengaruhinya, yaitu :
1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah didapatkan.
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan sebaran/resistansi
karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah menghantarkan.
4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk mendapatkan
tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan mineral akan mudah hanyut.
Grounding system atau pembumian dapat di buat dengan 3 bentuk, diantaranya :
1. Single Grounding
Yaitu dengan menancapkan sebuah batang logam/pasak
biasanya di pasang tegak lurus masuk kedalam tanah
2. Pararel Grounding
Bila sistem single grounding masih mendapatkan hasil kurang
baik, maka perlu di tambahkan material logam arus pelepas ke
dalam tanah yang jarak antara batang logam/material minimal 2
Meter dan dihubungkan dengan kabel BC/BCC. Penambahan
batang logam/material dapat juga di tanam mendatar dengan
kedalaman tertentu, bisa mengelilingi bangunan membentuk
cincin atau cakar ayam. Kedua teknik ini bisa di terapkan
secara bersamaan dengan acuan tahanan sebaran/resistansi
kurang dari 5 Ohm setelah pengukuran dengan Earth Tester
Ground
3. Maksimun Grounding
Yaitu dengan memasukan material grounding berupa
lempengan tembaga yang diikat oleh kabel BC, serta dengan
pergantian tanah galian di titik grounding tersebut.
Page 2
Alat dan Material Bantu :
Alat Ukur Resistansi/Earth Tester Ground
Alat ukur ini digunakan untuk mengetahui hasil dari resistansi atau
tahanan grounding system pada sebuah instalasi penangkal petir
yang telah terpasang. Alat ukur ini digital sehingga hasil yang di
tunjukan memiliki tingkat akurasi cukup tinggi. Selain itu pihak
Disnaker juga menggunakan alat ini untuk mengukur resistansi.
Sehingga pengukuran oleh pihak kontraktor sama dengan hasil
pengukuran pihak disnaker.
Bus Bar Grounding
Alat ini digunakan sebagai titik temu antara kabel penyalur petir
dengan kabel grounding. Biasanya terbuat dari plat tembaga atau
logam yang berfungsi sebagai konduktor, sehingga kualitas dan
fungsi instalasi penangkal petir yang terpasang dapat terjamin.
Copper Butter Connector
Alat ini digunakan untuk menyambung kabel, dan biasanya
kabel yang disambung pada instalasi penangkal petir Flash
Vectron adalah kabel grounding sistem, karena kabel
penyalur pada penangkal petir Flash Vectron tidak boleh
terputus atau tidak boleh ada sambungan. Setelah kabel
tersambung oleh alat ini tentunya harus diperkuat dengan
isolasi sehingga daya rekat dan kualitas sambungannya dapat
terjaga dengan baik. Penyambungan kabel instalasi penyalur
petir konvensional umumnya menggunakan alat ini, karena
pada penangkal petir konvensional jalur kabel terbuka hanya
di lindungi oleh conduite dari PVC.
Ground Rod Drilling Head
Alat ini berfungsi untuk membantu mempercepat pembuatan
grounding penangkal petir, dengan cara memasang di bagian
bawah Copper Rod atau Ground Rod yang akan di masukkan ke
dalam tanah, sehingga Copper Rod atau Ground Rod tersebut
ketika didorong kedalam tanah akan cepat masuk karena bagian
ujung alat ini runcing. Selain itu, alat ini juga dapat menghindari
kerusakan Copper Rod ketika di pukul kedalam tanah
Page 3
Ground Rod Drive Head
Alat ini dipasang dibagian atas Copper Rod atau Ground Rod dan
berfungsi untuk menghindari kerusakan Copper Rod atau Ground
Rod bagian atas yang akan di masukkan ke dalam tanah, karena
disaat Copper Rod didorong ke dalam tanah dengan cara di pukul,
alat pemukul tersebut tidak mengenai Copper Rod akan tetapi
mengenai alat ini.
Bentonit
Dalam aplikasi grounding system atau pembumian, bentonit
dipergunakan untuk
membantu menurunkan nilai resistansi atau tahanan tanah.
Bentonit digunakan saat
pembuatan grounding jika sudah tidak ada cara lain untuk
menurunkan nilai
resistansi. Pada umumnya para kontraktor cenderung memiling
menggunakan cara
pararel grounding atau maksimum grounding untuk menurunkan
resistansi.
Ground Rod Coupler
Alat ini digunakan ketika kita akan menyambung beberapa segmen
copper rod atau ground rod yang dimasukkan kedalam tanah
sehingga copper rod atau ground rod yang masuk kedalam tanah
akan lebih panjang, misalnya ketika kita akan membuat grounding
penangkal petir sedalam 12 meter dengan menggunakan copper rod,
maka alat ini sangat diperlukan karena copper rod yang umumnya
ada dipasaran paling panjang hanya 4 meter.
Page 4
Saat ini masih banyak orang atau beberapa kontraktor bahkan instalatir penangkal petir yang
membuat grounding system dengan cara memasukan copper rod atau tembaga asli ke dalam
tanah. Hal ini tentunya sangat baik karena logam yang digunakan mengandung unsur tembaga
yang lebih tinggi, terlebih lagi jika dibandingkan dengan menggunakan ground rod atau besi
yang di sepuh atau di lapisi tembaga. Meskipun saat ini banyak sekali ground rod di pasaran
yang lapisan tembaganya telah sesuai dengan standart SNI ( Indonesia) bahkan IEC
(Internasional). Dengan banyaknya ground rod atau besi lapisan tembaga di pasaran
membuktikan bahwa dalam membuat grounding system dengan menggunakan copper rod secara
biaya di anggap terlalu mahal, dan para kontraktor dan ilmuwanpun mencoba membuat alternatif
material dengan membuat ground rod dengan standart SNI atau IEC. Ada teknik pembuatan
grounding system yang saat ini umum digunakan, yaitu dengan cara menggunakan pipa galvanis
yang kemudian di dalamnya dimasukkan kabel BC (bare cooper), teknik ini banyak dilakukan
oleh kontraktor di lapangan karena selain kualitasnya baik secara hargapun dianggap lebih
ekonomis. Pipa galvanis yang dimasukkan ke dalam tanah biasanya berukuran 3/4 " atau 1 " dan
bare cooper yang digunakan biasanya berukuran 50 mm. Pipa galvanis dapat membantu
memperlebar luas penampang material yang ditanam, sedangkan bare copper memiliki
kandungan tembaga yang lebih tinggi sekalipun dibandingkan dengan cooper rod, sehingga
resistansi atau tahanan grounding penangkal petir lebih baik. Sesuai pengalaman kami
dilapangan, teknik pembuatan grounding system untuk instalasi penangkal petir di wilayah
Bogor. Jika menggunakan Copper Rod sepanjang 12 meter kemudian dimasukan kedalam tanah
maka resistensi atau tahanan tanahnya menunjukan hasil 7 Ohm, sedangkan jika menggunakan
Pipa Galvanize di tambah BC 50 mm hasil resistensinya menunjukan 4 Ohm. Hal ini
membuktikan bahwasannya teknik pembuatan grounding system dengan menggunakan Pipa
Galvanize di tambah kabel BC kualitasnya jauh lebih baik di samping lebih ekonomis. http://www.solusipetir.com/produkajasa/grounding.html
Standar Nilai Resistan Pembumian Grounding
Sebelum memutuskan membuat suatu pembumian atau grounding untuk keperluan pengamanan
instalasi. Maka perlu untuk mengetahui standar nilai resistan pembumian grounding yang tepat,
dalam hal ini mengacu pada peraturan standarisasi yang berlaku di Indonesia. Sebagai acuan
teknis yang paling mudah untuk dipakai yaitu suatu persyaratan atau refrensi peraturan atau
perundangan yang telah dibuat oleh orang orang atau instansi yang berkompeten dan telah
ditunjuk dan diakui dalam bidang tersebut. Sehingga bagi orang awam tidak harus pergi ke
konsultan untuk mengetahuinya. Hanya saja perlu untuk sedikit mengerti dan mencermati secara
tepat isi dari peraturan dan standarisasi yang dikeluarkan dalam hal ini nilai resistan pembumian
atau grounding.
Page 5
Sebenarnya apa yang dimaksud nilai resistan pembumian (grounding) ?
Nilai resistan pembumian yaitu dasar atau acuan suatu tahanan dari penghubung suatu titik sirkit
listrik atau suatu penghantar yang bukan bagian dari sirkit listrik dengan bumi menurut cara
tertentu. Dijelaskan pembumian tidak hanya untuk sirkit listrik saja, melainkan seluruh sirkit atau
instalasi yang dibumikan disebut juga pembumian (grounding, arde, netral, pentanahan). Untuk
pembumian sendiri terdiri dari beberapa macam, tergantung jenis instalasi yang terdapat
perbedaan karakteristik pemasangan pembumian grounding di dalamnya.
Berapa standar nilai resistan pembumian (grounding) ?
Nilai standar mengacu pada Persyaratan Umum Instalasi Listrik atau PUIL 2000 (peraturan yang
sesuai dan berlaku hingga saat ini) yaitu kurang dari atau sama dengan 5 (lima) ohm. Dijelaskan
bahwa nilai sebesar 5 ohm merupakan nilai maksimal atau batas tertinggi dari hasil resistan
pembumian (grounding) yang masih bisa ditoleransi. Nilai yang berada pada range 0 ohm 5
ohm adalah nilai aman dari suatu instalasi pembumian grounding. Nilai tersebut berlaku untuk
seluruh sistem dan instalasi yang terdapat pembumian (grounding) di dalamnya.
Standar Nilai Resistan Pembumian PUIL 2000
Untuk standar nilai resistan pembumian grounding pada bidang penangkal petir, menggunakan
refrensi peraturan yang berbeda. Tetapi untuk ketentuan standar nilai resistan pembumian sama
dengan refrensi peraturan pada PUIL 2000. Ketentuan yang hampir sama inilah yang menjadikan
masing masing peraturan akan saling berkaitan dalam memberikan solusi dan penjelasan
untuk suatu permasalahan. Dengan diperkuat dengan banyak refrensi di atas menjadikan
standarisasi lebih kuat dan menjadikannya suatu keharusan. Berikut refrensi untuk standar nilai
resistan pembumian yang bersumber dari PER02/MEN/1989, tentang pengawasan instalasi
penyalur petir.
Standar Nilai Pembumian PER02/MEN/1989
Bagaimana jika nilai resistan pembumian (grounding) tidak sesuai di atas ?
Jika tidak sesuai seharusnya perlu upaya untuk menyesuaikan dengan nilai yang telah
terstandarisasi. Pertimbangannya adalah jika nilai resistan pembumian (grounding) lebih dari 5
ohm maka tidak mendapat pengesahan dan rekomendasi dari dinas tenaga kerja sebagai pihak
pengawas dari peraturan dan perundangan tersebut serta dari pihak PLN selaku otoristas tertinggi
kelistrikan di Indonesia. Hal ini bisa saja membuat perusahaan tersebut mendapat peringatan dari
masalah ini. Serta dari sisi teknis jika nilai resistan pembumian grounding terlalu besar, akan
berpengaruh negatif pada komponen dari instalasi tersebut. Dikarenakan pembumian (grounding)
yang tidak sempurna akan menimbulkan arus sisa yang merusak komponen komponen penyusun,
terutama komponen elektronik yang sangat peka terhadap arus.
Bagaimana cara untuk mencapai nilai yang dipersyaratkan di atas ?
Untuk membuat instalasi pembumian (grounding) dengan nilai resistan pembumian yang sesuai
Page 6
peraturan dengan melakukan beberapa teknik. Bebrapa teknik pendekatan yang sesuai yaitu
memparalel, menambah kedalaman atau memperbesar luas penampang hataran. Dengan
melakukan salah satu atau ketiga tehnik tersebut sehingga dapat memperoleh hasil yang
diharapkan. Terdapat banyak cara untuk mendapatkan hasil nilai resistan pembumian
(grounding) yang standar, tetapi diharapkan melakukan cara yang sesuai (legal) dan tidak
mengandung unsur non legal yang dapat merugikan untuk kedepannya. http://ahlipenangkalpetir.blogspot.co.id/2014/01/standarnilairesistanpembumiangrounding.html
Dua sistem grounding ini memang harus dipisahkan pemasanganya dan berjarak paling tidak 10
meter. Koneksi grounding untuk instalasi listrtik rumah terpasang di kWh meter PLN.
Gambar : Material Untuk Grounding (Kabel BC 70mm, Copper
Plate, Copper Rod, Bentonit, Clemp)
Menurut wikipedia – Grounding adalah suatu jalur langsung dari arus listrik menuju bumi atau
koneksi fisik langsung ke bumi. Dipasangnya koneksi grounding pada instalasi listrik adalah
sebagai pencegahan terjadinya kontak antara makhluk hidup dengan tegangan listrik
berbahaya yang terekspos akibat terjadi kegagalan isolasi. Menurut PUIL 2000 – dipakai istilah
pembumian yang artinya penghubungan suatu titik listrik atau suatu penghantar yang bukan
bagian dari sirkit listrik, dengan bumi menurut cari tertentu. PUIL adalah ketentuan atau
persyaratan teknis yang diterapkan di indonesia. Dengan mengacu kepada standart internasional,
dan dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik.
Fungsi Grounding
1. untuk keselamatan, grounding berfungsi sebagai penghantar arus listrik langsung ke bumi atau
tanah saat terjadi kebocoran isolasi atau percikan api pada konsleting, misalnya kabel grounding
yang terpasang pada badan/sasis alat elektronik seperti setrika listrik akan mencegah kita
tersengat listrik saat rangkaian didalam setrika bocor dan menempel ke badan setrika.
2. Dalam instalasi penangkal petir, system grounding berfungsi sebagai penghantar arus listrik
yang besar langsung kebumi. Meski sifatnya sama, namun pemasangan kabel listriknya yang
besar langsung kebumi. Meski sifatnya sama, namun pemasangan kabel grounding untuk
instalasi dan grounding untuk penangkal petir pemasanganyaharus terpisah.
3. Sebagai proteksi peralatan elektronik atau instrumentasi sehingga dapat mencegah kerusakan
akibat adanya bocor tegangan.
Page 7
Sistim Penangkal Petir (Grounding System) untuk Bangunan Rumah Bagi kita yang tinggal di daerah yang banyak petir, mungkin kita sudah sering melihat kiltan
cahaya dan suara gemuruh yang ditimbulkan oleh petir. Dan jika petir yang terjadi dekat dengan
tempat kita berada sering merasakan adanya semacam sengatan listrik ke tubuh kita. Secara
teoritis petir terjadi karena ada perbedaan potensial antara awan dan bumi atau dengan awan
lainnya. Proses terjadinya muatan pada awan karena dia bergerak terus menerus secara teratur,
dan selama pergerakannya dia akan berinteraksi dengan awan lainnya sehingga muatan negatif
akan berkumpul pada salah satu sisi (atas atau bawah), sedangkan muatan positif berkumpul
pada sisi sebaliknya. Jika perbedaan potensial antara awan dan bumi cukup besar, maka akan
terjadi pembuangan muatan negative (elektron). dimana muatan akan diteruskannya ke
bumi.Karena sifat petir adalah meneruskan muatan ke bumi, maka muatan akan mengejar tempat
paling dekat padanya sebagai penghantar ke bumi. Untuk mengantisipasi resiko bilamana petir
berada dekat rumah kita, perlu membuat sistim penangkal petir (grounding system) di rumah
kita. Hal ini perlu dilakukan untuk mengurangi resiko kita dari sambaran petir dan juga barang
barang elektronik dari arus lebih yang diakibatkan oleh petir yang mengenai sekeliling rumah .
Tetapi dengan pembuatan penangkal petir berarti bukan 100% membuat kita aman dari resiko
petir tersebut. Berikut uraian bagaimana membuat sistim instalasi penangkal petir konvensional
yang bisa diterapkan di bangunan rumah tinggal. Secara umum bagian dan sistim pemasangan
penangkal petir adalah sebagai berikut :
1. Batang Penangkal Petir, sering disebut Splitzen.
2. Pengkabelan (Konduktor). Adalah merupakan penghantar aliran dari penangkal petir ke
pembumian (pentanahan). Kable yang digunakan untuk yang jauh dari jangkauan biasanya jenis
kabel BC ( kabel tembaga terbuka) dan untuk yang mudah dalam jangkauan menggunakan kabel
BCC atau NYY (kabel tembaga terbungkus).
3. Terminal,
4. Pembumian/ Pentanahan. Adalah bagian yang meneruskan hantaran ke tanah. Menggunakan
sejenis pipa tembaga (cooper rod) diameter 1/2 inch panjang 3-4 m.
Page 8
Dari gambaran tersebut diatas , dapat dijelaskan fungsi pembumian adalah :
Menghantar muatan dari petir ke bumi.
Bilamana ada arus lebih yang masuk dari jaringan listrik, dengan menggunakan alat
bantu arester yang sudah di integarsikan ke sistim pembumian maka tegangan lebih dapat
di hantarkan ke bumi, hal ini akan mengurangi kerusakan sitim dan peralatan elektronik
didalam rumah.
Bilamana ada tegangan lebih yang masuk kedalam sistim jaringan listrik didalam rumah,
alat alat elektronik yang sudah diintegrasikan kedalam sistim pembumian sehingga
tegangan lebih akan dihantarkan ke bumi , hal ini akan mengurangi kerusakan barang
barang elektronik di dalam rumah. Kita dapat membuat sub – sub terminal didalam
rumah tapi harus memperhatikan faktor keamanan dan estetika.
Sistim Pemasangan Instalasi Penangkal Petir dan Pembumian :
1. Splitzen adalah bagian yang ditempatkan ditempat tertinggi di atas bangunan rumah .
Dapat juga dilakukan dengan menambah ketinggian dengan menambah pipa untuk
Page 9
mendapatkan radius yang lebih besar dari sambaran petir. Bahan yang digunakan adalah
dari batang tembaga, saat ini jenis splitzen ini ada berbagai macam dipasaran ada jenis
splitzen tunggal ataupun bentuk trisula. Spliten dihubungkan ke terminal atau langsung
ke pipa tembaga dengan kabel BC 50 mm .
2. Untuk keamanan barang barang elektronik didalam rumah, anda bisa memasangkan sub
terminal dengan menggunakan plat tembaga dengan ukuran kira kira 5 cm x 20 cm.
Kemudian sub terminal ini diintegrasikan ke Terminal dengan menggunakan kabel BCC/
NYY 15 mm.
3. Untuk mengamankan tegangan lebih dari jaringan listrik, anda bisa menambah arester di
sistim instalasi listrik , dimana arester kemudian di hubungkan ke terminal grounding
dengan menngunakan kabel BC/NYY ukuran 15 mm.
4. Terminal adalah pusat yang menghubungkan beberapa kabel sebelum diteruskan ke
pembumian / pentanahan. Bahan terminal dapat menggunakan plat tembaga dengan
ukuran 10 x 30 cm.Terminal bisa dibuatkan diluar bangunan rumah dengan
menempatkannya di sebuah bak kontrol. Kemudian terminal dihubungkan ke sistim
pembumian dengan menggunakan kabel BC ukuran 50 mm.
Page 10
5. Sebagaimana persyaratan dalam pentanahan dimana dianjurkan nilai tahanan sitim
pembumian adalah dibawah 3 ohm untuk kemanan barang‑barang elektronik . Pada
dasarnya untuk sistim pembumian yang bagus adalah berhubungan dengan tanah dimana
pipa dipasangkan, dimana kekedapan tanah yang tinggi adalah tempat yang paling bagus
untuk mendapatkan nilai tahanan pembumian yang rendah. Dianjurkan tidak menanam
pipa didaerah berpasir ataupun berbatu, karena biasanya nilai tahanan pembumian akan
semakin tinggi.
6. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal anda bisa menambahkan beberapa pipa
tembaga yang saling terintegarasi. Atau cara lain bisa dilakukan dengan menanam pipa
dalam hingga lebih dari 20 m. Bilamana nilai tersebut tidak dapat dicapai, sitim
pembumian dapat ditambahkan dengan memasangkan cooper plate yang ditanamkan
Sistem Rangka Shear Wall Bangunan tinggi tahan gempa umumnya menggunakan elemen‐elemen struktur kaku berupa
dinding geser untuk menahan kombinasi gaya geser, momen, dan gaya aksial yang timbul akibat
beban gempa. Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar beban
gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Dinding geser adalah struktur vertikal yang
digunakan pada bangunan tingkat tinggi. Fungsi utama dari dinding geser adalah menahan beban
lateral seperti gaya gempa dan angin. Berdasarkan letak dan fungsinya, dinding geser dapat
diklasifikasikan dalam 3 jenis yaitu :
1. Bearing walls adalah dinding geser yang juga mendukung sebagian besar beban gravitasi.
Tembok‐tembok ini juga menggunakan dinding partisi antarapartemen yang berdekatan.
2. Frame walls adalah dinding geser yang menahan beban lateral, dimana beban gravitasi
berasal dari frame beton bertulang. Tembok‐tembok ini dibangun diantara baris kolom.
3. Core walls adalah dinding geser yang terletak di dalam wilayah inti pusat dalam gedung,
yang biasanya diisi tangga atau poros lift. Dinding yang terletak di kawasan inti pusat
memiliki fungsi ganda dan dianggap menjadi pilihan ekonomis.
(a) Bearing Walls (b) Frame Walls (c) Core Walls
Page 17
Dinding geser juga dapat dikategorikan berdasarkan geometrinya, yaitu:
1. Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≥ 2 dan
desainnya dikontrol oleh perilaku lentur.
2. Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≤ 2 dan
desainnya dikontrol oleh perilaku geser.
3. Coupled shear wall (dinding berangkai), dimana momen guling yang terjadi akibat beban
gempa ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan oleh balok‐balok perangkai,
sebagai gaya‐gaya tarik dan tekan yang bekerja pada masing‐masing dasar pasangan
dinding tersebut.
a) Flexural shear wall b) Squat shear walls c) Coupled shear walls
Dalam praktiknya, dinding geser selalu dihubungkan dengan sistem rangka pemikul momen pada
gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi adalah dinding geser
kantilever dan dinding geser berangkai. Berdasarkan SNI 03‐2847‐2002, dinding geser beton
bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi utamanya untuk
memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada dinding ini hanya boleh
terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser), melalui pembentukan sendi plastis di
dasar dinding. Nilai momen leleh pada dasardinding tersebut dapat mengalami pembesaran
akibat faktor kuat lebih bahan. Jadi berdasarkan SNi tersebut, dinding geser harus direncanakan
dengan metode desain kapasitas. Dinding geser kantilever termasuk dalam kelompok flexural
wall , dimana rasio antara tinggi dan panjang dinding geser tidak boleh kurang dari 2 dan
dimensi panjangnya tidak boleh kurang dari 1.5 m. Kerja sama antara sistem rangka pemikul
momen dan dinding geser merupakan suatu keadaan khusus dengan dua struktur yang berbeda
sifatnya tersebut digabungkan. Dari gabungan keduanya diperoleh suatu struktur yang
lebih kuat dan ekonomis. Kerja sama ini dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu :
a. Sistem rangka gedung, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang
pemikul beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, beban lateral dipikul dinding
geser atau rangka bresing. Sistem rangka gedung dengan dinding geser beton bertulang
Page 18
yang bersifat daktail penuh dapat direncanakan dengan menggunakan nilai faktor
modifikasi respon, R, sebesar 6.0 .
b. Sistem ganda, yang merupakan gabungan dari sistem pemikul beban lateral berupa
dinding geser atau rangka bresing dengan sistem rangka pemikul momen. Rangka
pemikul momen harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang‐kurangnya 25% dari seluruh beban lateral yang bekerja. Kedua sistem harus direncanakan
untuk memikul secara bersama‐sama seluruh beban lateral gempa, dengan
memperhatikan interaksi keduanya. Nilai R yang direkomendasikan untuk sistem ganda
adalah 8.5 .
c. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka. Sistem ini merupakan gabungan sistem
dinding beton bertulang biasa dengan sistem rangka pemikul momen biasa. Nilai R yang