SINTESIS PEWARNA ALAMI KULIT TELUR PUYUH (Coturnix coturnix Linnaeus) SECARA KOMPLEKSASI DENGAN ION Cu 2+ SYNTHESIS OF NATURAL DYES FROM QUAIL EGGSHELL (Coturnix coturnix Linnaeus) USING Cu 2+ COMPLEXATION Oleh : Dio Prantisa 652013005 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2017
29
Embed
SINTESIS PEWARNA ALAMI KULIT TELUR PUYUH (Coturnix ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SINTESIS PEWARNA ALAMI KULIT TELUR PUYUH (Coturnix coturnix
Linnaeus) SECARA KOMPLEKSASI DENGAN ION Cu2+
SYNTHESIS OF NATURAL DYES FROM QUAIL EGGSHELL (Coturnix coturnix
Linnaeus) USING Cu2+
COMPLEXATION
Oleh :
Dio Prantisa
652013005
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
ii
SINTESIS PEWARNA ALAMI KULIT TELUR PUYUH (Coturnix coturnix
Linnaeus) SECARA KOMPLEKSASI DENGAN ION Cu2+
SYNTHESIS OF NATURAL DYES FROM QUAIL EGGSHELL (Coturnix coturnix
Linnaeus) USING Cu2+
COMPLEXATION
Oleh :
Dio Prantisa
652013005
TUGAS AKHIR
Diajukan kepada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Matematika
guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains
Pembimbing Utama
Dr. Yohanes Martono, M.Sc.
Pembimbing Pendamping
Cucun Alep Riyanto, S.Pd., M.Sc.
Diketahui oleh, Disahkan oleh,
Ketua Program Studi
Ir. Sri Hartini, M.Sc.
Dekan
Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc. nat
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama : Dio Prantisa
NIM : 652013005
Program Studi : Kimia
Fakultas : Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
Sintesis Pewarna Alami Kulit Telur Puyuh (Coturnix coturnix Linnaeus) secara
Kompleksasi dengan Ion Cu2+
Yang dibimbing oleh :
1. Dr. Yohanes Martono, M.Sc.
2. Cucun Alep Riyanto, S.Pd., M.Sc.
Adalah benar – benar hasil karya saya.
Di dalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta symbol yang saya aku seolah – olah sebagai karya
saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 31 Mei 2017
Yang memberikan pernyataan,
Dio Prantisa
iii
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai civitas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dio Prantisa
NIM : 652013005
Program Studi : Kimia
Fakultas : Sains dan Matematika
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW
Hak bebas royalty non-ekslusif (non-exclusive royalty free right) atas karya ilmiah saya
berjudul:
Sintesis Pewarna Alami Kulit Telur Puyuh (Coturnix coturnix Linnaeus) secara
Kompleksasi dengan Ion Cu2+
Beserta perangkat yang ada (jika perlu).
Dengan hak bebas royalty non-ekslusif ini, UKSW berhak menyimpan, mengalih
media/mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di: Salatiga
Pada tanggal: 31 Mei 2017
Yang menyatakan
Dio Prantisa
Mengetahui,
Pembimbing I
Dr. Yohanes Martono, M.Sc.
Pembimbing II
Cucun Alep Riyanto, S.Pd., M.Sc.
iv
1
SINTESIS PEWARNA ALAMI KULIT TELUR PUYUH (Coturnix coturnix
Linnaeus) SECARA KOMPLEKSASI DENGAN ION Cu2+
SYNTHESIS OF NATURAL DYES FROM QUAIL EGGSHELL (Coturnix coturnix
Linnaeus) USING Cu2+
COMPLEXATION
Dio Prantisa*, Yohanes Martono**, dan Cucun Alep Riyanto**
*Mahasiswa Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
**Dosen Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga
Jln. Diponegoro no. 52-60 Salatiga 50711, Jawa Tengah-Indonesia
Study of the deposition process of eggshell pigments using an improved dissolution
method. Poultry science. 86(10): 2236-2238.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dasira Rancangan Acak Lengkap porfirin yang terkandung dalam
kulit telur puyuh Ambarawa, Salatiga, dan Boyolali.
Sumber Ragam Db Jk KT Fhit F tabel
5% 1%
Perlakuan 2 3,3272x10-8
1,6636 x10-8
0,2425 9,2766 29,4567
Galat Acak 24 1,6468x10-6
6,8617 x10-8
Total 26
Lampiran 2. Tabel Pengujian Pemodelan Penelitian berdasarkan Lack of Fit
Test
Sumber Ragam Db JK KT F tabel nilai p
Linear 11 5.34 0.49 237.85 < 0.0001
2FI 8 1.68 0.21 102.83 0.0002
Quadratic 5 1.47 0.29 144.03 0.0001
Cubic 0 0.000
Pure Error 4 8.161x10-3
2.040x10-3
19
STANDARDISASI EKSTRAK KULIT TELUR PUYUH DARI TIGA DAERAH BERBEDA BERDASARKAN KANDUNGAN PORFIRIN
STANDARDIZATION OF QUAIL EGG SHELL EXTRACTS FROM THREE REGIONS SAMPLES OBTAINED BASED ON LEVEL OF
PORFIRIN
Dio Prantisa
1*, Yohanes Martono
1, Cucun Alep Riyanto
1
1Jurusan Kimia,Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga, 50711, Jawa Tengah, Indonesia *email: [email protected]
ABSTRAK
Porfirin merupakan pigmen warna alami khas yang terdapat dalam kulit telur puyuh. Tujuan
penelitian ini untuk melakukan standardisasi ekstrak metanol-HCl berdasarkan kandungan porfirin dari tiga genotip sampel yang berbeda (Ambarawa, Salatiga, dan Boyolali) menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Hasil standardisasi ekstrak porfirin ketiga sampel menunjukkan bahwa puncak absorbansi maksimum spektra ekstrak metanol-HCl kulit telur puyuh adalah pada panjang gelombang 409 nm. Hasil standardisasi porfirin dalam sampel dari Ambarawa, Salatiga, dan Boyolali dihitung dengan persamaan Lambert-Berr berturut-turut yaitu 1,5189x10
-4% ( );
1,2963x10-4
%( ; dan 1,4935x10-4
%( ). Berdasarkan uji Beda Nyata Jujur dengan tingkat
kebermaknaan 5%, kandungan porfirin dalam ekstrak metanol-HCl tiga genotip tidak berbeda secara signifikan.
Kata Kunci: kulit telur puyuh, porfirin, standardisasi, spektrofotometer UV-Vis
ABSTRACT
Porphyrin is a natural color pigment contained in the quail's egg shell. The aim of this research is to standardize the porphyrin extracts from three different genotype samples (Ambarawa, Salatiga, and Boyolali). Standardize the porphyrin extract by UV-Vis spectrophotometer. The results of the porphyrin extract standardization samples showed that the highest peak absorbance at 409nm. Porphyrin levels sample of Ambarawa, Salatiga and Boyolali calculated by the equation Lambert-Beer showed on 1,5189x10-4% ( ); 1,2963x10-4% ( );
and 1,4935x10-4% ( ), respectively. Tuckey test with a level of significant differences 5%
showed that three genotypes of the sample obtained had not different significantly.
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia (SNKPK IX) 2017
Surakarta, 22 April 2017
20
Salah satu sumber zat pewarna alami adalah
kulit telur puyuh.
Saat ini, sebagian besar rumah
makan, penjual sate telur, maupun rumah
tangga hanya membuang kulit dari telur
puyuh tersebut. Padahal kulit telur puyuh
dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami
kain batik karena memiliki pigmen warna
yang khas [3]. Pigmen yang terdapat pada
kulit telur puyuh adalah kecoklatan berbintik-
bintik hitam tak beraturan yang berasal dari
porfirin dan biliverdin [4].
Porfirin mengandung empat cincin
pirol, yaitu suatu cincin segi lima yang terdiri
dari empat atom karbon dengan atom
nitrogen pada satu sudut [5]. Keempat atom
nitrogen di tengah molekul porfirin dapat
mengikat ion logam seperti magnesium, besi,
seng, nikel, kobalt, tembaga, dan perak [5,6].
Porfirin yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari ekstraksi kulit
telur puyuh. Ekstrak porfirin dari kulit telur
puyuh dilakukan pada sampel yang diperoleh
dari tiga genotip (Ambarawa, Salatiga, dan
Boyolali). Ekstrak porfirin dari genotip/daerah
yang berbeda ini belum pernah dilakukan
standardisasi. Proses standardisasi
dilakukan untuk menentukan dan
memastikan kualitas ekstrak yang diperoleh
dari ketiga sampel berdasarkan kandungan
porfirin. Standardisasi dilakukan dengan
melakukan pemindaian menggunakan
spektrofotometer UV-Vis. Hasil spektra
dibandingkan dengan spektra porfirin standar
yang telah dilakukan oleh Lui et al [7].
Standardisasi porfirin yang terkandung dalam
kulit telur puyuh tersebut ditentukan
berdasarkan hukum Lambert-Beer dengan
nilai koefisien absorptivitas molar, sebesar
297.000 L mol-1.
cm-1
[7].
Berdasarkan latar belakang tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk melakukan
standardisasi ekstrak porfirin dari tiga genotip
berbeda berdasarkan tempat diperoleh
sampel (Ambarawa, Salatiga, dan Boyolali)
dengan spektrofotometer UV-Vis dan
menentukan kandungan porfirin dalam
ekstrak dengan pelarut metanol-HCl sampel.
METODE PENELITIAN
Sampel limbah kulit telur puyuh
diperoleh dari pedagang di Pasar Projo,
Ambarawa; Pasar Raya I, Salatiga; dan
Pasar Ampel, Boyolali. Bahan yang
digunakan diantaranya HCl dan metanol.
Semua bahan yang digunakan berderajat PA
(pro-analysis) diperoleh dari E-Merck,
Germany.
Alat yang digunakan dalam penelitian
ini diantaranya Spektrofotometer (Optizen,
2120), neraca dengan ketelitian 0,01g
(Ohaus, TAJ602), neraca analitis dengan
ketelitian 0,1 mg (Ohaus, PA214), dan
moisture analyzer (Ohaus, MB 25), serta
rotary evaporator (Buchi, R-114).
Preparasi Sampel [8]
Kulit telur puyuh dikeringkan dalam
drying cabinet selama 24 jam. Setelah kering
sampel dihaluskan lalu diayak dengan
ayakan 20 mesh.
Ekstraksi [9,10 yang dimodifikasi]
Metode ekstraksi yang digunakan
adalah dengan menggunakan metode
maserasi. Sejumlah 50,00 g serbuk telur
puyuh dimaserasi dalam metanol 96% yang
mengandung HCl 5% dengan perbandingan
antara metanol dan HCl 2:1 ( ). Sampel
dilakukan maserasi secara bertingkat (3×500
mL) dengan waktu masing-masing
Prosiding
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia (SNKPK IX) 2017
Surakarta, 22 April 2017
21
perendaman selama satu jam. Perbandingan
yang digunakan antara sampel dan pelarut
tiap waktu maserasi adalah 1:10 ( ).
Standardisasi
Standardisasi ekstrak kulit telur puyuh
berdasarkan kandungan porfirin dilakukan
dengan pemindaian ekstrak kulit telur puyuh
pada kisaran panjang gelombang 360-700
nm. Spektra yang diperoleh dicocokkan
dengan spektra sinar tampak senyawa
porfirin standar yang telah dilakukan oleh Lui
et al [7].
Kandungan porfirin dalam ekstrak kulit
telur puyuh diukur berdasarkan persamaan
Lambert-Beer berikut:
A= ε.b.C ...........................(1)
Keterangan :
A : Absorbansi ekstrak pada
panjang gelombang 407 nm.
ε : absortivitas molar porfirin dalam
pelarut 1,5M HCl (297.000 L
mol-1.
cm-1
)
b : panjang jalan masuk sinar atau
lebar kuvet yaitu 1cm.
C : konsentrasi porfirin dalam
ekstrak kulit telur puyuh.
Analisa Data [11]
Hasil yang diperoleh dianalisa dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan tiga faktor dan sembilan
ulangan. Sebagai faktor adalah tempat
diperoleh sampel (Ambarawa, Salatiga, dan
Boyolali). Pengujian rataan antar perlakuan
dilakukan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ)
dengan tingkat kebermaknaan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Standardisasi porfirin dilakukan pada
ekstrak metanol-HCl kulit telur puyuh dari
Ambarawa, Salatiga, dan Boyolali. Hasil
pemindaian dengan spektrofotometer UV-Vis
sampel Ambarawa dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Spektra serapan ekstrak porfirin
kulit telur puyuh dari kota Ambarawa
Hasil pemindaian ekstrak porfirin
dalam kulit telur puyuh dari Ambarawa
menunjukkan bahwa spektra yang diperoleh
sesuai dengan spektra porfirin standar yang
telah dilakukan oleh Lui et al [7]. Serapan
tertinggi dari puncak Q ekstrak porfirin dari
Ambarawa terletak pada panjang gelombang
409 nm. Hal yang serupa juga ditunjukkan
oleh hasil pemindaian ekstrak porfirin dalam
kulit telur puyuh dari Salatiga dan Boyolali.
Spektra hasil pemindaian ekstrak porfirin
dalam kulit telur puyuh dari Salatiga dan
Boyolali dapat dilihat pada Gambar 2 dan
Gambar 3. Hasil pemindaian kedua sampel
dari kota Salatiga dan kota Boyolali juga
memiliki puncak serapan soret Q pada
panjang gelombang 409 nm.
Gambar 2. Spektra serapan ekstrak
porfirin kulit telur puyuh dari kota Salatiga
Prosiding
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia (SNKPK IX) 2017
Surakarta, 22 April 2017
22
Gambar 3. Spektra serapan ekstrak porfirin
kulit telur puyuh dari kota Boyolali
Ketiga hasil yang diperoleh
menunjukkan serapan tertinggi (soret Q)
pada panjang gelombang 409 nm, yang
merupakan area serapan protoporfirin IX
[12]. Protoporphyrin IX memiliki serapan
tertinggi pada panjang gelombang 407 nm.
Pergeseran puncak serapan ini dikarenakan
beberapa ligan OH- tergantikan oleh Cl
-,
sehingga serapan tertinggi pada 407 nm
bergeser ke panjang gelombang 409 nm [13].
Selain serapan pada puncak Q dari
spektra standardisasi porfirin di atas, juga
terdapat serapan pada puncak B yaitu pada
panjang gelombang 556nm dan 600nm.
Serapan pada puncak B tersebut
menentukan warna yang diperoleh [14].
Warna Ekstrak porfirin yang diperoleh dari
ketiga daerah tersebut adalah hijau seperti
pada Gambar 4. Menurut Day dan
Underwood [15] warna komplementer yang
terserap dari warna hijau adalah jingga pada
panjang gelombang 500-560 nm. Hal itu
sesuai dengan serapan dari puncak B yaitu
pada panjang gelombang 556nm.
Sedangkan serapan pada panjang
gelombang 600nm memberikan warna jingga
dengan warna komplementer hijau-biru.
Gambar 4. Ekstrak Porfirin Ambarawa,
Salatiga, dan Boyolali
Berdasarkan puncak serapan dan
spektra yang terbentuk tersebut maka nilai
absorptivitas molar dari standar porfirin yang
telah dilakukan Lui et al [7] dapat digunakan
untuk menentukan jumlah porfirin yang
terkandung dalam kulit telur puyuh. Jumlah
porfirin yang terkandung dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah porfirin terkandung dalam kulit telur puyuh
Genotip Ambarawa Salatiga Boyolali
Jumlah porfirin terkandung (%) ( )
1,5189x10
-4
± 1,9336x10
-6
1,2963x10-4
± 7,7450x10
-6
1,4935x10
-4
± 3,7652x10
-6
Porfirin yang terkandung dalam kulit
telur tersebut dianalisa dengan Rancangan
Acak Langsung (RAL). Analisa data terhadap
porfirin yang terkandung dalam kulit telur
puyuh tersebut disajikan dalam Tabel 2.
Ambarawa Salatiga Boyolali
Prosiding
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia (SNKPK IX) 2017
Surakarta, 22 April 2017
23
Tabel 2. Dasira Rancangan Acak Lengkap porfirin yang terkandung dalam kulit telur
puyuh Ambarawa, Salatiga, dan Boyolali.
Sumber Ragam Db Jk KT Fhit F tabel
5% 1%
Perlakuan 2 3,3272x10-8
1,6636 x10-8
0,2425 9,2766 29,4567
Galat Acak 24 1,6468x10-6
6,8617 x10-8
Total 26
Analisa jumlah porfirin yang terkandung dalam kulit telur puyuh dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Jujur dengan tingkat kebermaknaan 5% yang disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Uji Beda Nyata Jujur kandungan porfirin (g) dalam ekstrak metanol-HCl kulit telur puyuh dengan tingkat kebermaknaan 5%
Salatiga Ambarawa Boyolali
w = 6,0645x10-4
1,9367x10-4
±
1,9336x10-6
(a)
2,1350 x10-4
±
7,7450x10-6
(a)
2,2423 x10-4
± 3,7652x10
-6
(a)
Berdasarkan analisa BNJ 5% pada
Tabel 3 dapat diamati bahwa kandungan
porfirin dalam ekstrak metanol-HCl kulit telur
puyuh dari Ambarawa, Salatiga, dan Boyolali
tidak berbeda secara signifikan. Hal itu
menunjukkan bahwa kulit telur puyuh dari
Ambarawa, Salatiga, dan Boyolali memiliki
kandungan yang sama.
KESIMPULAN
Ekstrak kulit telur puyuh dari
Ambarawa, Salatiga dan Boyolali adalah
porfirin degan puncak soret Q pada panjang
gelombang 409 nm. Hasil standardisasi
menunjukan bahwa kandungan porfirin yang
diperoleh dari ketiga genotip (Ambarawa,
Salatiga, Dan Boyolali) tidak berbeda secara
signifikan. Jumlah porfirin yang terkandung
dalam kulit telur puyuh tersebut berdasarkan
perhitungan dengan hukum Lambert-Beer
berturut-turut adalah 1,5189x10-4
%( );
1,2963x10-4
%( ; dan 1,4935x10-4
% ( ).
DAFTAR PUSTAKA
[1] Fardhyanti, D.S. and Riski, R.D., 2015, Pemungutan Brazilin dari Kayu Secang (Caesalpinia Sappan L) dengan Metode Maserasi dan Aplikasinya untuk Pewarnaan Kain, Jurnal Bahan Alam Terbarukan, 4(1), pp.6-13.
[2] Mey., 2009, Tips Memilih Kain Sutra Untuk Batik. MPA, p. 65.
[3] Solomon, S., 2002, The oviduct in chaos. World’s Poult Sci, 41-48.
[4] Keneddy, G.Y. and Vevers, H.G., 1973, Eggshell pigments of the Araucano fowl, Comparative Biochemistry and Physiology Part B: Comparative Biochemistry, 44(1), pp.11-25.
[5] Biesaga, M., Pyrzyńska, K. and Trojanowicz, M., 2000, Porphyrins in analytical chemistry, A review. Talanta, 51(2), pp.209-224.
[6] Hudson, M.F. and Smith, K.M., 1975, Bile pigments, Chemical Society Reviews, 4(3), pp.363-399.
[7] Lui, H., Macaulay, C., Zeng, H., McLean, D.I. and Bissonnette, R., The University Of British Columbia,
Prosiding
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia (SNKPK IX) 2017
Surakarta, 22 April 2017
24
2001, Photoactivation of endogenous porphyrins for treatment of psoriasis. U.S. Patent 6,269,818.
[8] Kombado, A.,2014, Limbah Kerabang Telur Puyuh (Cortunix cortunix japonica) sebagai Pewarna Alami Kain Batik (Pengaruh Jenis Fiksatif terhadap Ketuaan dan Ketahanan Luntur Ditelaah dengan Metode Pengolahan Citra Digital RGB), Universitas Kristen Satya Wacana., Salatiga.
[9] Mikšík, I., Holáň, V. and Deyl, Z., 1996, Avian eggshell pigments and their variability, Comparative Biochemistry and Physiology Part B: Biochemistry and Molecular Biology, 113(3), pp.607-612.
[10] Wang, X.T., Deng, X.M., Zhao, C.J., Li, J.Y., Xu, G.Y., Lian, L.S. and Wu, C.X., 2007, Study of the deposition process of eggshell pigments using an improved dissolution method, Poultry science, 86(10), pp.2236-2238.
[11] Steel, R. G. D dan J. H. Torie., 1989, Prinsip dan Prosedur Statistika, PT. Gramedia., Jakarta.
[12] Dean, M.L., Miller, .A. and Br ckner, C., 2011, Egg-Citing! Isolation of Protoporphyrin IX from Brown Eggshells and Its Detection by Optical Spectroscopy and Chemiluminescence, Journal of Chemical Education,88(6), pp.788-792.
[13] Malinowska, E., Niedziółka, J. and Meyerhoff, M.E., 2001, Potentiometric and spectroscopic characterization of anion selective electrodes based on metal (III) porphyrin ionophores in polyurethane membranes, Analytica chimica acta, 432(1), pp.67-78.
[14] Fagadar-Cosma, E., Vlascici, D., Fagadar-Cosma, G., Palade, A., Lascu, A., Creanga, I., Birdeanu, M., Cristescu, R. and Cernica, I., 2014, A sensitive A3B porphyrin nanomaterial for CO2 detection. Molecules,19(12), pp.21239-21252.
[15] Day Jr, R.A. dan Underwood, A.L., 2002, Kimia Analisis Kuantitatif, Erlangga