Top Banner
Panjang siklus yang abnormal kadang kadang berkaitan dengan menurunnya kesuburan. Mentruasi pada wanita itu ada siklusnya, rata rata 28 hari dengan lama menstruasinya sekitar 4 hari. Jadi hanya satu ovum matang yang dikeluarkan oleh ovarium setiap bulan. Dimulai ketika hypothalamus mensekresikan GnRH(Gonadotropin Realasing Hormone), nah lalu pituitary mensekresikan FSH(Folikel Stimulating Hormone). Lalu FSH ini melakukan perjalanan menuju ovarium, untuk mematangakan folikel. Folikel pun menjadi meningkat diameternya sekitar dua sampai tiga kali lipat. Kemudian dengan pertumbuhan lapisan sel sel granulosa tambahan, maka folikel pun menjadi folikel primer. Perkembangan folikel dapat terjadi walau gak ada FSH dan LH, tapi perkembangan melebihi titik ini tidak dapat terjadi tanpa kedua hormon tsb. Setelah folikel matang , hypothalamus meningkatkan sekresi dari GnRH dan ini menstimulasi pituitary untuk mensekresikan hormon kedua yaitu LH(Lutein Hormone). Ada suatu ketika dimana sekresi LH ini meningkat, dan ini memicu terjadinya ovulasi. Setelah ovum keluar dari folikel, folikel menjadi korpus luteum. Sel sel granulosa dalam korpus luteum ini mengembangkan sebuah Retikulum Endoplasma halus yang akan membentuk hormon Progesteron dan Esterogen, namun lebih banyak Progesteron. Progesteron ini meningkatkan perubahan sekretorik pada endometerium uterus, dan memiliki efek lainnya untuk mengurangi frekuensi dan intensitas kontraksi uterus. Untuk mencegah lepasnya ovum yang sudah berimplantasi. Sesudah terjadi menstruasi hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal pada bagian dasar endometrium semula, di bawah pengaruh esterogen yang disekresikan lebih banyak pada selama bagian pertama siklus ovarium, sel sel stroma dan sel epitel akan ber proliferasi dengan cepat. Permukan endometerium akan mengalami epitelisasi dalam waktu empat sampai 7 hari sesudah menstruasi. Setelah ovulasi seperti yang di bicarakan sebelumnya, korpus luteum akan membentuk hormon esterogen dan progesteron. Saat kedua ormon ini menurun dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah maka akan terjadi menstruasi. Amemore amenore tu ada dua. pertama amenore primer, adalah wanita gak menarke sampe umurnya 17 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder. Kalo yang amenore sekunder itu artinya wanita dewasa atau wanita yang udah pernah mengalami siklus
34

siklus haid.docx

Oct 28, 2015

Download

Documents

Tri Romini
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: siklus haid.docx

 Panjang siklus yang abnormal kadang kadang berkaitan dengan menurunnya kesuburan. Mentruasi pada wanita itu ada siklusnya, rata rata 28 hari dengan lama menstruasinya sekitar 4 hari. Jadi hanya satu ovum matang yang dikeluarkan oleh ovarium setiap bulan. Dimulai ketika hypothalamus mensekresikan GnRH(Gonadotropin Realasing Hormone), nah lalu pituitary mensekresikan FSH(Folikel Stimulating Hormone). Lalu FSH ini melakukan perjalanan menuju ovarium, untuk mematangakan folikel. Folikel pun menjadi meningkat diameternya sekitar dua sampai tiga kali lipat. Kemudian dengan pertumbuhan lapisan sel sel granulosa tambahan, maka folikel pun menjadi folikel primer. Perkembangan folikel dapat terjadi walau gak ada FSH dan LH, tapi perkembangan melebihi titik ini tidak dapat terjadi tanpa kedua hormon tsb. Setelah folikel matang , hypothalamus meningkatkan sekresi dari GnRH dan ini menstimulasi pituitary untuk mensekresikan hormon kedua yaitu LH(Lutein Hormone). Ada suatu ketika dimana sekresi LH ini meningkat, dan ini memicu terjadinya ovulasi. 

Setelah ovum keluar dari folikel, folikel menjadi korpus luteum. Sel sel granulosa dalam korpus luteum ini mengembangkan sebuah Retikulum Endoplasma halus yang akan membentuk hormon Progesteron dan Esterogen, namun lebih banyak Progesteron. Progesteron ini meningkatkan perubahan sekretorik pada endometerium uterus, dan memiliki efek lainnya untuk mengurangi frekuensi dan intensitas kontraksi uterus. Untuk mencegah lepasnya ovum yang sudah berimplantasi. Sesudah terjadi menstruasi hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal pada bagian dasar endometrium semula, di bawah pengaruh esterogen yang disekresikan lebih banyak pada  selama bagian pertama siklus ovarium, sel sel stroma dan sel epitel akan ber proliferasi dengan cepat. Permukan endometerium akan mengalami epitelisasi dalam waktu empat sampai 7 hari sesudah menstruasi. Setelah ovulasi seperti yang di bicarakan sebelumnya, korpus luteum akan membentuk hormon esterogen dan progesteron. Saat kedua ormon ini menurun dengan tajam sampai kadar sekresi yang rendah maka akan terjadi menstruasi. Amemoreamenore tu ada dua. pertama amenore primer, adalah wanita gak menarke sampe umurnya 17 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder. Kalo yang amenore sekunder itu artinya wanita dewasa atau wanita yang udah pernah mengalami siklus menstruasi, tidak menstruasi tiga bulan atau lebih. Amenore bersifat fisiologis pada wanita usia prepubertas, hamil, dan pascamenopause. Diluar itu berarti mengalami disfungsi atau abnormalitas dari sistem reproduksi.Di skenario kan wanita ini menstruasinya kadang sekali dalam tiga bulan, maka penyebabnya harus diselidikin. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap, dengan perhatian  khusus terhadap perubahan hormonal. Diet dan kebiasaan latihan, adanya gangguan fisiologik, riwayat kelainan genetik dalam keluarga, kelainan pertumbuhan dan perkembangan, dan tanda tanda kelebihan androgen merupakan keterangan penting. Pada pemeriksaan fisik lebar jangkauan lengan itu kira kira sama dengan tinggi badan, namun pada hipogonadisme jangkauan tangan lebih panjang 2 inchi.Penilaian Laboratorium pada AmenoreKita harus menentukan ini gangguan hormonal disebabkan oleh hipotalamus-hipofisis atau kelainan gonad. Jika FSH meningkat pada pemeriksaan ulang kemungkinan wanita mengalami kelainan ovarium primer. Kalu FSH normal atau rendah kemungkinan terjadi maslah di hipotalamus atau kelenjar hipofisis. Penilaian fungsi adrenal atau tiroid dapat menetukan apakah pasien mengalami defisiensi gonadotropin saja atau panhipopituitarisme.InfertilitasInfertilitas adalah ketidakmapuan untuk hamil selama 12 bulan melakukan hubungan seksual, tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Infertilitas juga berkaitan dengan stres

Page 2: siklus haid.docx

psikologis. Selain karena prosedur diagnostik dan terapi yang harus dijalani, stres juga terjadi akibat siklus terapi yang tidak kunjung menghasilka kelahiran seorang anak. Perasaan ini sering tercampur dengan perasaan terisolasi dari teman dan keluarga. Oleh karena itu konseling dan tatalaksana stres juga perlu diikutsertakan dalam evaluasi infertilitas. Karena stres dapat mengganggu kontrol hipotalamus dalam ovulasi.

Dari  5 juta pasangan usia subur di  amerika serikat. Unfertilitas karena penyebab faktor pria sebesar 25% diantaranya: 30%-40% karena hipogonadisme primer dengan FSH tinggi                            10%-20% karena kelainan transpor sperma                            2% karena hipogonadisme sekunder dengan FSH dan Lhyang rendah                            40%-50% tidak diketahui penyebabnyafaktor perempuan 58% : 46% akibat amenore                                     38% karena defek pada tuba                                     9% karena endometriosis                                     7% karena penyebab lainDan faktor yang tidak dapat dijelaskan 17%.Fungsi menstruasi yang abnormal biasanya menjadi penyaba tersering dari infertilitas pada perempuan, manifertasinya biasanya amenore atau siklus menstruasi yang tidak teratur.Dengan anamnesis, pemeriksaan fisik yang teliti, serta dengan pemeriksaan laboratorium dapat membantu untuk menentukan darimana abnormalitas berasal. Abnormalitas biasa terjadi pada

1.      Hipotalamus : kadar FSH, LH, dan Estradiol yang rendah dengan atau tanpa disertai peningkatan prolaktin

2.      Sindrom Ovarium Polisiklik : siklus tidak teratur dan hipergonadisme tanpa adanya penyebab lain dari andogen berlebih

3.      Ovarium : kadar estradiol yang rendah disertai peningkatan FSH4.      Abnormalitas Uterus

Pada perempuan yang memiliki riwaya siklus menstruasi yang teratur, bukti terjadinya ovulasi perlu dicari denganmempergunakan alat untuk memprediksi ovulasi dari pemeriksaan urin.Endometriosis, adalah adanya kelenjar atau stroma endometerial di luar rongga endometrium dan otot uterus. Pernyataan ini didukung dengan riwayat dispareunia, dismenore yang memburuk dan sering dimulai sejak sebelum menstruasi. Patogenesis infertilitas  akibat endometeriosis belum sepenuhnya dapat dijelaskan.Masih seputar infertilitas, jika ada pasangan datang dengan keluhan gak bisa punya momongan, mereka harus di periksa sebagai satu kesatuan. Naah,, syarat syarat pemeriksaan pasangan infertil meliputi:

1.      Isteri yang berumur 20-30 tahun, baru diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan anak selama 12 bulan. Pemeriksaan yang perlu dilakukan meliputi:

a.      Abortus Habitualisb.      Diketahui mengidap kanker endokrinc.      Pernah mengalami peradangan rongga pelvis atau abdomend.      Pernah mengalami bedah genikologi2.      Isteri yang berumur 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama datang ke dokter3.      Isteri pasangan infertilitas berumur 36-40 tahun, hanya dilakukan pemeriksaan bila belum

mempunyai anak dari perkawinan ini4.      Pemeriksaan infertilitas tidak dilakukan pada pasangan yang salah satu pasangannya

memiliki penyakit yang membahayakan bagi anak maupun isteri.Tadi syarat syaratnya kalau pemeriksaannya meluputi:

1.      Anamnesis

Page 3: siklus haid.docx

2.      Pemeriksaan urologik3.      Pemeriksaan ginekologik4.      Pemeriksaan laboratorium:a.      Laboratorium Urinb.      Analisis semenc.      Uji lendir serviksd.      Uji pasca senggamae.      Sitologi vagina5.      Pemeriksaan radiologik6.      Laparaskopi7.      Biopsi endometerium

Definisi infertilitas menurut WHO adalah tidak terjadinya kehamilan pada pasangan yang telah berhubungan intim tanpa menggunakan kontrasepsi secara teratur minimal 1-2 tahun. Menurut data demografis dunia, 12,5 % pasangan usia subur mengalami kesulitan mendapatkan anak.Infertilitas terutama lebih banyak terjadi di kota-kota besar karena gaya hidup yang penuh stres, emosional dan kerja keras serta pola makan yang tidak seimbang. Infertilitas dapat terjadi dari sisi pria, wanita, kedua-duanya, maupun pasangan. Disebut infertilitas pasangan bila terjadi penolakan sperma suami oleh istri sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan sel telur. Hal ini biasanya disebabkan oleh ketidaksesuaian antigen/antibodi pasangan tersebut.Dari sisi pria, penyebab infertilitas yang paling umum terjadi adalah:1. Bentuk dan gerakan sperma yang tidak sempurnaSperma harus berbentuk sempurna serta dapat bergerak cepat dan akurat menuju ke telur agar dapat terjadi pembuahan. Bila bentuk dan struktur (morfologi) sperma tidak normal atau gerakannya (motilitas) tidak sempurna sperma tidak dapat mencapai atau menembus sel telur.2. Konsentrasi sperma rendahKonsentrasi sperma yang normal adalah 20 juta sperma/ml semen atau lebih. Bila 10 juta/ml atau kurang maka menujukkan konsentrasi yang rendah (kurang subur). Hitungan 40 juta sperma/ml atau lebih berarti sangat subur. Jarang sekali ada pria yang sama sekali tidak memproduksi sperma. Kurangnya konsentrasi sperma ini dapat disebabkan oleh testis yang kepanasan (misalnya karena selalu memakai celana ketat), terlalu sering berejakulasi (hiperseks), merokok, alkohol dan kelelahan.3. Tidak ada semenSemen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.4. Varikosel (varicocele)Varikosel adalah varises atau pelebaran pembuluh darah vena yang berhubungan dengan testis. Sebagaimana diketahui, testis adalah tempat produksi dan penyimpanan sperma. Varises yang disebabkan kerusakan pada sistem katup pembuluh darah tersebut membuat pembuluh darah melebar dan mengumpulkan darah. Akibatnya, fungsi testis memproduksi dan menyalurkan sperma terganggu.5. Testis tidak turunTestis gagal turun adalah kelainan bawaan sejak lahir, terjadi saat salah satu atau kedua buah pelir tetap berada di perut dan tidak turun ke kantong skrotum. Karena suhu yang lebih tinggi dibandingkan suhu pada skrotum, produksi sperma mungkin terganggu.6. Kekurangan hormon testosteronKekurangan hormon ini dapat memengaruhi kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

Page 4: siklus haid.docx

7. Kelainan genetikDalam kelainan genetik yang disebut sindroma Klinefelter, seorang pria memiliki dua kromosom X dan satu kromosom Y, bukannya satu X dan satu Y. Hal ini menyebabkan pertumbuhan abnormal pada testis sehingga sedikit atau sama sekali tidak memproduksi sperma.Dalam penyakit Cystic fibrosis, beberapa pria penderitanya tidak dapat mengeluarkan sperma dari testis mereka, meskipun sperma tersedia dalam jumlah yang cukup. Hal ini karena mereka tidak memiliki vas deferens, saluran yang menghubungkan testis dengan saluran ejakulasi.8. InfeksiInfeksi dapat memengaruhi motilitas sperma untuk sementara. Penyakit menular seksual seperti klamidia dan gonore sering menyebabkan infertilitas karena menyebabkan skar yang memblokir jalannya sperma.9. Masalah seksualMasalah seksual dapat menyebabkan infertilitas, misalnya disfungsi ereksi, ejakulasi prematur, sakit saat berhubungan (disparunia). Demikian juga dengan penggunaan minyak atau pelumas tertentu yang bersifat toksik terhadap sperma.10. Ejakulasi balikHal ini terjadi ketika semen yang dikeluarkan justru berbalik masuk ke kantung kemih, bukannya keluar melalui penis saat terjadi ejakulasi. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, di antaranya adalah diabetes, pembedahan di kemih, prostat atau uretra, dan pengaruh obat-obatan tertentu.11. Sumbatan di epididimis/saluran ejakulasiBeberapa pria terlahir dengan sumbatan di daerah testis yang berisi sperma (epididimis) atau saluran ejakulasi. Beberapa pria tidak memiliki pembuluh yang membawa sperma dari testis ke lubang penis.12. Lubang kencing yang salah tempat (hipoepispadia)Kelainan bawaan ini terjadi saat lubang kencing berada di bagian bawah penis. Bila tidak dioperasi maka sperma dapat kesulitan mencapai serviks.13. Antibodi pembunuh spermaAntibodi yang membunuh atau melemahkan sperma biasanya terjadi setelah pria menjalani vasektomi. Keberadaan antibodi ini menyulitkannya mendapatkan anak kembali saat vasektomi dicabut.14. Pencemaran lingkunganPaparan polusi  lingkungan dapat mengurangi jumlah sperma dengan efek langsung pada fungsi testis dan sistem hormon. Beberapa bahan kimia yang mempengaruhi produksi sperma antara lain: radikal bebas, pestisida (DDT, aldrin, dieldrin, PCPs, dioxin, furan, dll), bahan kimia plastik, hidrokarbon (etilbenzena, benzena, toluena, dan xilena), dan logam berat seperti timbal, kadmium atau arsenik.15. Kanker TestisKanker testis berpengaruh langsung terhadap kemampuan testis memproduksi dan menyimpan sperma. Penyakit ini paling sering terjadi pada pria usia 18 – 32 tahun

Sumber:Guyton,A.C., & Hall, J.E., 1996 Textbook of Medical Physiology. W.B Saunders Company, USA.Sylvia, A.P., & Lorraine, M.W., 2005 Patofisiologi Jilid 2. EGC, Jakart

Indikasi Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG)

Page 5: siklus haid.docx

Indikasi pemeriksaan Histerosalpingografi adalah :

1. Menentukan keberhasilan tindakan operasi sterilitas,

2. Sterilitas primer maupun sekunder untuk melihat normal tuba (paten tidaknya tuba),

3. Fibronyoma pada uteri,

4. Hypoplasia endometri,

5. Perlekatan-perlekatan dalam uterus,adenomiosis.

Kontra Indikasi Pemeriksaan Histerosalpingografi (HSG)

Kontra Indikasi dari pemeriksaan HSG adalah :

1. Menstrurasi,

2. Peradangan dalam rongga pelvis,

3. Persarahan dalam kavum uteri,

4. Alergi terhadap bahan kontras,

5. Setelah dikerjakannya curettage,

6. Kecurigaan adanya kehamilan.

A.   PROSEDUR PEMERIKSAAN

1. Pelaksanaan Pemeriksaan HSG

Sebaiknya pemeriksaan HSG dilaksanakan pada masa Subur / Fertile efektifnya yaitu 10 hari setelah HPHT (Hari Pertama Haid Terahir). Akan tetapi pada prakteknya tidak pasti sperti itu. Untuk pasien dengan siklus haid Normal ( Haid 7 hari) maka pemeriksaan dilakukan 10-14 hari setlah HPHT. Dan untuk pasien dengan  siklus haid tidak Normal maka pemeriksaan dilakukan 3-4 hari setelah haid selesai

2. Persiapan Pasien

Persiapan penderita untuk pemeriksaan HSG adalah sebagai berikut :

1. Penderita sejak hari pertama menstruasi yang terakhir sampai hari kesepuluh tidak diperkenankan melakukan persetubuhan (koitus) terlebih dahulu.

2. Pada pemeriksaan sebaiknya rektum dalam keadaan kosong, hal ini dapat dilakukan dengan memberi penderita tablet dulcolak suposutoria beberapa jam sebelum pemeriksaan atau sebelum lavemen.

Page 6: siklus haid.docx

3. Untuk mengurangi ketegangan dan rasa sakit, atas perintah dokter penderita dapat diberi obat penenang, dan anti spasmodik.

4. Sebelum pemeriksaan yang dilakukan penderita untuk buang air kecil terlebih dahulu untuk menghindari agar penderita tidak buang air selama jalannya pemeriksaan sehingga pemeriksaan tidak terganggu dan berjalan lancar.

5. Berikan penjelasan pada pasien maksud dan tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan, serta jalannya pemeriksaan agar pasien merasa aman dan tenang sehingga dapat diajak kerjasama demi kelancaran pemeriksaan.

3. Pemasukan Media Kontras

Pemasukan media kontras bisa dilakukan dengan dua cara yaitu dengan HSG Set dan dengan Katerer. Media kontras yang dipakai adalah media kontras positif jenis Iodium water soluble yang sering digunakan adalah Urografin 60%, Urografin 76 %.

1. Pemasukan media kontras menggunakan HSG Set

Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan, diberi juga obat antiseptik daerah cervix.

Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan HSG Set masuk kemudian bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.

Siapkan HSG set yang telah dimasuki media kontras, sebelum dimasukkan terlebih dahulu semprotkan media kontras sampai keluar dari ujung HSG set..

Dengan bantuan long forcep, HSG set dimasukan perlahan ke ostium uteri externa.

Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih

Page 7: siklus haid.docx

Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil radiografinya

Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.

2. Pemasukan media kontras menggunakan Kateter

Setelah pasien diposisikan lithotomi, daerah vagina diberikan menggunakan desinfektan, diberi juga obat antiseptik daerah cervix.

Spekulum digunakan untuk membuka vagina dan memudahkan kateter masuk kemudian bagian dalam vagina dibersihkan dengan betadin, kemudian sonde uteri dimasukan untuk mengukur kedalaman serta arah uteri.

Spuit yang telah terisi media kontras dipasang pada salah satu ujung kateter, sebelumnya kateter diisi terlebih dahulu dengan media kontras sampai lumen kateter penuh.

Dengan bantuan long forcep, kateter dimasukan perlahan ke ostium uteri externa

Balon kateter diisi dengan air steril kira-kira 3 ml sampai balon mengembang diantara ostium interna & externa, balon ini harus terkait erat pd canalis servicalis, kemudian spekulum dilepas.

Pasien diposisikan ditengah meja pemeriksan dan mulai disuntikan media kontras jumlahnya sekitar 6 ml atau lebih

Media kontras akan mengisi uterus dan tuba fallopii, atur proyeksi yang akan dilakukan serta ambil radiografinya

Balon dikempeskan dan kateter dapat ditarik secara perlahan

Setelah semua proyeksi dilakukan kemudian daerah vagina dibersihkan.

B.   PROYEKSI

Untuk pemasukan media konrad dengan HSG set maupun kateter proyeksi yang digunakan sama. Foto diambil dengan proyeksi sebagai berikut.

Page 8: siklus haid.docx

AP Plan foto

AP dengan Kontras

Oblik dengan Kontras

AP Post miksi

1. Proyeksi AP

Proyeksi AP ini digunakan untuk plan foto, proyeksi setelah dimasukannya media kontras,dan post miksi. Prosedurnya sebagai berikut:

Posisi Pasien : pasien tidur supine di atas meja pemeriksaan untuk plan foto dan post miksi, lakukan posisi Lithotomi saat pemasukan HSG Set atau kateter dan untuk proyeksi AP setelah pemasukan media kontras.

Posisi Objek : Daerah pelvis true AP dan atur MSP tbuh pada pertengahan kaset atau meja pemeriksaan. Atur kaset pada posisi membujur.

Central Ray  : Vertical tegak lurus film

Central Point: 5 cm proximal symphisis phubis

2. Proyeksi Oblique

Proyeksi Oblique ini digunakan untuk proyeksi setelah dimasukannya media kontras pada vagina. Prosedurnya sebagai berikut:

Posisi Pasien: Pasien tidur semi supine ke salah satu sisi tubuh (LPO atau RPO)

Posisi Objek : Atur daerah pelvis posisi oblik kira-kira 45 derajat. Atur kaset pada posisi membujur.

Central Ray  : Vertical tegak lurus film

Central Point: 5 cm proximal symphisis pubis

- RPO : 2 cm kearah kiri dari MSP

- LPO  : 2 cm kearah kanan dari MSP

Page 9: siklus haid.docx

Kriteria radiograf:

Hal berikut ini perlu dibuktikan dengan jelas:

Daerah panggul 2 inci (5 cm) di atas simfisis pubis terpusat pada film radiografi

Semua media kontras terlihat, termasuk setiap daerah “tumpahan”

Sebuah skala pendek dari kontras pada radiografi

Fisiologi Menstruasi

 Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.

Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus

Page 10: siklus haid.docx

mentruasi normal hanya terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Gambar 1. Kompleks Hipotalamus-Hipofisis-Ovarium

Siklus Menstruasi NormalSikuls menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi (pertumbuhan) dan masa sekresi.

Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot rehim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai desidua basalis.

Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin

Gambar 2. Siklus Hormonal

Page 11: siklus haid.docx

Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung estrogen.

Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LTH (luteotrophic hormones, suatu hormon gonadotropik). Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut haid atau menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.

Pada tiap siklus dikenal 3 masa utama yaitu:1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)

Siklus ovarium :1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan

Page 12: siklus haid.docx

2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan jangka waktu rata-rata 14 hari

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam siklus menstruasi normal:1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal siklus sebelumnya2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesteron5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke luteal6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi dari korpus luteum7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa sudah terjadi ovulasi8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya

Page 13: siklus haid.docx

a. Fase Proliferasi Dinamakan juga fase folikuler, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa) ketika ovarium beraktivitas membentuk dan mematangkan folikel-folikelnya serta uterus beraktivitas menumbuhkan lapisan endometriumnya yang mulai pulih dan dibentuk pada fase regenerasi atau pascahaid.

Pada siklus haid klasik, fase proliferasi berlangsung setelah perdarahan haid berakhir, dimulai pada hari ke-5 sampai 14 (terjadinya proses evolusi). Fase proliferasi ini berguna untuk menumbuhkan lapisan endometrium uteri agar siap menerima sel ovum yang telah dibuahi oleh sel sperma, sebagai persiapan terhadap terjadinya proses kehamilan.

Pada fase ini terjasi pematangan folikel-folikel di dalam ovarium akibat pengaruh aktivitas hormone FSH yang merangsang folikel-folikel tersebut untuk menyintesis hormone estrogen dalam jumlah yang banyak. Peningkatan pembentukan dan pengaruh dari aktivitas hormone FSH pada fase ini juga mengakibatkan terbentuknya banyak reseptor hormone LH dilapisan sel-sel granulose dan cairan folikel-folikel dalam ovarium. Pembentukan hormone estrogen yang terus meningkat tersebut—sampai kira-kira pada hari ke-13 siklus haid (menjelang terjadinya proses ovulasi)—akan mengakibatkan terjadinya pengeluaran hormone LH yang banyak sebagai manifestasi umpan balik positif dari hormone estrogen (positive feed back mechanism) terhadap adenohipofisis.

Pada saat mendekati masa terjadinya proses ovulasi, terjadi peningkatan kadar hormone LH di dalam serum dan cairan folikel-folikel ovarium yang akan memacu ovarium untuk mematangkan folikel-folikel yang dihasilkan di dalamnya sehingga sebagian besar folikel di ovarium diharapkan mengalami pematangan (folikel de Graaf). Disamping itu, akan terjadi perubahan penting lainnya, yaitu peningkatan konsentrasi hormone estrogen secara perlahan-lahan, kemudian melonjak tinggi secara tiba-tiba pada hari ke-14 siklus haid klasik (pada akhir fase proliferasi), biasanya terjadi sekitar 16-20 jam sebelum pecahnya folikel de Graaf, diikuti peningkatan dan pengeluaran hormone LH dari adenohipofisis, perangsangan

Page 14: siklus haid.docx

peningkatan kadar hormone progesterone, dan peningkatan suhu basal badan sekitar 0,5°C. Adanya peningkatan pengeluaran kadar hormone LH yang mencapai puncaknya (LH-Surge), estrogen dan progesterone menjelang terjadinya proses tersebut di ovarium pada hari ke-14 siklus haid.

Di sisi lain, aktivitas hormone estrogen yang terbentuk pada fase proliferasi tersebut dapat mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim dalam lapisan endometrium uteri serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida pada lapisan tersebut. Zat-zat ini akan turut serta dalam pembentukan dan pembangunan lapisan endometrium uteri, khususnya pembentukan stroma di bagian yang lebih dalam dari lapisan endometrium uteri. Pada saat yang bersamaan terjadi pembentukan system vaskularisasi ke dalam lapisan fungsional endometrium uteri.

Selama fase prolferasi dan terjadinya proses ovulasi—di bawah pengaruh hormone estrogen—terjadi pengeluaran getah atau lendir dari dinding serviks uteri dan vagina yang lebih encer dan bening. Pada saat ovulasi getah tersebut mengalami penurunan konsentrasi protein (terutama albumin), sedangkan air dan musin (pelumas) bertambah berangsur-angsur sehingga menyebabkan terjadinya penurunan viskositas dari getah yang dikeluarkan dari serviks uteri dan vaginanya tersebut. Peristiwa ini diikuti dengan terjadinya proses-proses lainnya di dalam vagina, seperti peningkatan produksi asam laktat dan menurunkan nilai pH (derajat keasaman), yang akan memperkecil resiko terjadinya infeksi di dalam vagina. Banyaknya getah yang dikeluarkan dari daerah serviks uteri dan vagina tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya kelainan yang disebut keputihan karena pada flora normal di dalam vagina juga terdapat microorganisme yang bersifat pathogen potensial. Sebaliknya, sesudah terjadinya proses ovulasi (pada awal fase luteal)—di bawah pengaruh hormone progesterone—getah atau lendir yang dikeluarkan dari serviks uteri dan vagina menjadi lebih kental dan keruh.

Setelah terjadinya proses ovulasi, getah tersebut mengalami perubahan kembali dengan peningkatan konsentrasi protein, sedangkan air dan musinnya berkurang berangsur-angsur sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan viskositas dan pengentalan dari getah yang dikeluarkan dari serviks uteri dan vaginanya. Dengan kata lain, pada fase ini merupakan masa kesuburan wanita.

b. Fase Luteal Dinamakan juga fase sekresi atau fase prahaid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa) ketika ovarium beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel matangnya (folikel de Graaf) yang sudah mengeluarkan sel ovumnya pada saat terjadinya ovulasi dan menghasilkan hormone progesterone yang akan digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium uteri untuk bersiap-siap menerima hasil konsepsi (jika terjadi kehamilan) atau melakukan proses deskuamasi dan penghambatan masuknya sel sperma (jika tidak terjadi kehamilan). Pada hari ke-14 (setelah terjadinya proses ovulasi) sampai hari ke-28, berlangsung fase luteal. Pada fase ini mempunyai ciri khas tertentu, yaitu terbentuknya korpus luteum ovarium serta perubahan bentuk (menjadi memanjang dan berkelok-kelok) dan fungsi dari kelenjar-kelenjar di lapisan endometrium uteri akibat pengaruh dari peningkatan hormone LH yang diikuti oleh pengeluaran hormone progesterone. Adanya pengaruh aktivitas hormone progesterone dapat menyebabkan terjadinya perubahan sekretorik, terutama pada lapisan endometrium uteri. Pengaruh aktivitas hormone progesterone selama fase luteal dapat meningkatkan konsentrasi getah serviks uteri menjadi lebih kental dan

Page 15: siklus haid.docx

membentuk jala-jala tebal di uterus sehingga akan menghambat proses masuknya sel sperma ke dalam uterus. Bersamaan dengan hal ini, hormone progesterone akan mempersempit daerah porsio dan serviks uteri sehingga pengaruh aktivitas hormone progesterone yang lebih lama, akan menyebabkan degenerasi dari lapisan endometrium uteri dan tidak memungkinkan terjadinya proses nidasi dari hasil konsepsi ke dinding uterusnya.

Peningkatan produksi hormone progesterone yang telah dimulai sejak akhir fase folikuler akan terus berlanjut sampai akhir fase folikuler akan terus berlanjut sampai akhir fase luteal. Hal ini disebabkan oleh peningkatan aktivitas hormone estrogen dalam menyintesis reseptor-reseptornya (reseptor hormone LH dan progesterone) di ovarium dan terjadinya perubahan sintesis hormon-hormon seks steroid (hormone estrogen menjadi hormone progesterone) di dalam sel-sel granulose ovarium. Perubahan ini secara normal mencapai puncaknya pada hari ke-22 siklus haid klasik karena pada masa ini pengaruh hormone progesterone terhadap lapisan endometrium uteri paling jelas terlihat. Jika proses nidasi tersebut tidak terjadi, hormone estrogen dan progesterone akan menghambat sintesis dan aktivitas hormone FSH dan LH di adenohipofisis sehingga membuat korpus luteum menjadi tidak dapat tumbuh dan berkembang kembali, bahkan mengalami penyusutan dan selanjutnya menghilang. Di sisi lain, pada masa menjelang terjadinya perdarahan haid, pengaruh aktivitas hormone progesterone tersebut juga akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh-pembuluh darah yang diikuti dengan dengan terjadinya ischemia dan nekrosis pada sel-sel dan jaringan endometrium uterinya sehingga memungkinkan terjadinya proses deskuamasi lapisan endometrium uteri yang disertai dengan terjadinya perdarahan dari daerah tersebut yang dikeluarkan melalui vagina. Akhirnya, bermanifestasi sebagai perdarahan haid.

Pada saat setelah terjadinya proses ovulasi di ovarium, sel-sel granulosa ovarium akan berubah menjadi sel-sel luteal ovarium, yang berperan dalam peningkatan pengeluaran hormon progesteron selama fase luteal siklus haid. Faktanya menunjukan bahwa salah satu peran dari hormon progesteron adalah sebagai pendukung utama terjadinya proses kehamilan. Apabila proses kehamilan tersebut tidak terjadi, peningkatan hormon progesteron yang terjadi tersebut akan mengikuti terjadinya penurunan hormon LH dan secara langsung hormon progesteron (bersama dengan hormon estrogen) akan melakukan penghambatan terhadap pengeluaran hormon FSH, LH, dan LHRH, yang derajat hambatannya bergantung pada konsentrasi dan lamanya pengaruh hormon progesteron tersebut. Kemudian melalui mekamisme ini secara otomatis hormon-hormon progesteron dan estrogen juga akan menurunkan pengeluaran hormon LH, FSH, dan LHRH tersebut sehingga proses sintesis dan sekresinya dari ketiga hormon hipofisis tersebut, yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan folikel-folikel dan proses ovulasi di ovarium selama fase luteal, akan berkurang atau berhenti, dan akan menghambat juga perkembangan dari korpus luteum. Pada saat bersamaan, setelah terjadinya proses ovulasi, kadar hormon estrogen mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya puncak peningkatan kadar hormon LH dan aktivitasnya yang terbentuk ketika proses ovulasi terjadi dan berakibat terjadi proliferasi dari sel-sel granulosa ovarium, yang secara langsung akan menghambat dan menurunkan proses sintesis hormon estrogen dan FSH serta meningkatkan pembentukan hormon progesteron di ovarium.

Di akhir fase luteal, terjadi penurunan reseptor-reseptor dan aktivitas hormon LH di ovarium secara berangsur-angsur, yang diikuti penurunan proses sintesis hormon-hormon FSH dan estrogen yang telah terjadi sebelumnya. Oleh karena itu, pada masa akhir fase luteal akan terjadi pembentukan kembali hormon FSH dan estrogen dengan aktivitas-aktivitasnya di ovarium dan uterus.

Page 16: siklus haid.docx

Beberapa proses lainnya yang terjadi pada awal sampai pertengahan fase luteal adalah terhentinya proses sintesis enzim-enzim dan zat mukopolisakarida yang telah berjalan sebelumnya sejak masa awal fase proliferasi. Akibatnya, terjadi peningkatan permeabilitas (kebocoran) dari pembuluh-pembuluh darah di lapisan endometrium uteri yang sudah berkembang sejak awal fase proliferasi dan banyak zat-zat makanan yang terkandung di dalamnya mengalir menembus langsung stroma dari lapisannya tersebut.

Proses tersebut dijadikan sebagai persiapan lapisan endometrium uteri untuk melakukan proses nidasi terhadap hasil konsepsi yang terbentuk jika terjadi proses kehamilan. Jika tidak terjadi proses kehamilan, enzim-enzim dan zat mukopolisakarida tersebut akan dilepaskan dari lapisan endometrium uteri sehingga proses nekrosis dari sel-sel dan jaringan pembuluh-pembuluh darah pada lapisan tersebut. Hal itu menimbulkan gangguan dalam proses terjadinya metabolisme sel dan jaringannya sehingga terjadi proses regresi atau deskuamasi pada lapisan tersebut dan disertai perdarahan.

Pada saat yang bersamaan, peningkatan pengeluaran dan pengaruh hormon progesteron (bersama dengan hormon estrogen) pada akhir fase luteal akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh-pembuluh darah di lapisan endometrium uteri, yang kemudian dapat menimbulkan terjadinya proses ischemia di lapisan tersebut sehingga akan menghentikan proses metabolisme pada sel dan jaringannya. Akibatnya, terjadi regresi atau deskuamasi pada lapisan tersebut disertai perdarahan. Perdarahan yang terjadi ini merupakan manifestasi dari terjadinya perdarahan haid.

c. Fase Menstruasi Dinamakan juga fase deskuamasi atau fase haid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa) terjadinya proses deskuamasi pada lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalam uterus dan dikeluarkan melalui vagina. Pada akhir fase luteal terjadi peningkatan hormon estrogen yang dapat kembali menyebabkan perubahan sekretorik pada dinding uterus dan vagina, berupa peningkatan produksi dan penurunan konsentrasi getah yang dikeluarkan dari serviks uteri dan vagina serta peningkatan konsentrasi glikogen dalam serviks uteri dan vagina. Hal ini memungkinkan kembali terjadinya proses peningkatan pengeluaran getah yang lebih banyak dari serviks uteri dan vaginanya serta keputihan.

Pada saat akhir fase luteal, peningkatan kadar dan aktivitas hormon estrogen yang terbentuk kembali masih belum banyak sehingga terjadinya proses-proses perangsangan produksi asam laktat oleh bakteri-bakteri flora normal dan penurunan nilai derajat keasaman, yang diharapkan dapat menurunkan resiko terjadinya infeksi di dalam vagina menjadi tidak optimal, dan ditambah penumpukan getah yang sebagian besar masih dalam keadaan mengental. Oleh karena itu, pada saat menjelang proses perdarahan haid tersebut, daerah vagina menjadi sangat beresiko terhadap terjadinya penularan penyakit (infeksi) melalui hubungan persetubuhan (koitus).

Terjadinya pengeluaran getah dari serviks uteri dan vagina tersebut sering bercampur dengan pengeluaran beberapa tetesan darah yang sudah mulai keluar menjelang terjadinya proses perdarahan haid dari dalam uterus dan menyebabkan terlihatnya cairan berwarna kuning dan keruh, yang keluar dari vaginanya. Sel-sel darah merah yang telah rusak dan terkandung dari cairan yang keluar tersebut akan menyebabkan sifat bakteri-bakteri flora normal yang ada di

Page 17: siklus haid.docx

dalam vagina menjadi bersifat infeksius (patogen potensial) dan memudahkannya untuk berkembang biak dengan pesat di dalam vagina. Bakteri-bakteri infeksius yang terkandung dalam getah tersebut, kemudian dikeluarkan bersamaan dengan pengeluaran jaringan dari lapisan endometrium uteri yang mengalami proses regresi atau deskuamasi dalam bentuk perdarahan haid atau dalam bentuk keputihan yang keluar mendahului menjelang terjadinya haid.

Pada saat bersamaan, lapisan endometrium uteri mengalami iskhemia dan nekrosis, akibat terjadinya gangguan metabolisme sel atau jaringannya, yang disebabkan terhambatnya sirkulasi dari pembuluh-pembuluh darah yang memperdarahi lapisan tersebut akibat dari pengaruh hormonal, ditambah dengan penonjolan aktivasi kinerja dari prostaglandin F2α(PGF2α) yang timbul akibat terjadinya gangguan keseimbangan antara prostaglandin E2(PGE2) dan F2α (PGF2α) dengan prostasiklin (PGI2), yang disintesis oleh sel-sel endometrium uteri (yang telah mengalami luteinisasi sebelumnya akibat pengaruh dari homogen progesteroon). Semua hal itu akan menjadikan lapisan edometrium uteri mengalami nekrosis berat dan sangat memungkinkan untuk mengalami proses deskuamasi.

Pada fase menstruasi ini juga terjadi penyusutan dan lenyapnya korpus luteum ovarium (tempat menetapnya reseptor-reseptor serta terjadinya proses pembentukan dan pengeluaran hormon progesteron dan LH selama fase luteal).

d. Fase Regenerasi Dinamakan juga fase pascahaid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa) terjadinya proses awal pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium uteri setelah mengalami proses deskuamasi sebelumnya. Bersamaan dengan proses regresi atau deskuamasi dan perdarahan haid pada fase menstruasi tersebut, lapisan endometrium uteri juga melepaskan hormon prostaglandin E2 dan F2, yang akan mengakibatkan berkontraksinya lapisan mimometrium uteri sehingga banyak pembuluh darah yang terkandung di dalamnya mengalami vasokontriksi, akhirnya akan membatasi terjadinya proses perdarahan haid yang sedang berlangsung.

Di sisi lain, proses penghentian perdarahan haid ini juga didukung oleh pengaktifan kembali pembentukan dan pengeluaran hormon FSH dan estrogen sehingga memungkinkan kembali terjadinya pemacuan proses proliferasi lapisan endometrium uteri dan memperkuat kontraksi otot-otot uterusnya. Hal ini secara umum disebabkan oleh penurunan efek hambatan terhadap aktivitas adenohipofisis dan hipotalamus yang dihasilkan dari hormon progesteron dan LH (yang telah terjadi pada fase luteal), saat terjadinya perdarahan haid pada fase menstruasi sehingga terjadi pengaktifan kembali dari hormon-hormon LHRH, FSH, dan estrogen. Kemudian bersamaan dengan terjadinya proses penghentian perdarahan haid ini, dimulailah kembali fase regenerasi dari siklus haid tersebut

 Mapping Siklus Menstruasi

Page 19: siklus haid.docx

Macam-macam Gangguan Haid

Wanita yang telah mencapai usia baligh, secara normal akan mendapatkan haid tiap bulannya. Akan tetapi kondisinya belum tentu sama antara wanita satu dengan yang lainnya. Beberapa dari mereka mengalami kondisi yang normal, namun sebagian yang lain memiliki masalah-masalah seputar darah haid yang cukup mengganggu aktivitasnya. Ada baiknya para pembaca (khususnya wanita) mengetahui apa saja masalah-masalah dan gangguan-gangguan seputar darah haid. Sehingga kita bisa memiiliki pengetahuan tentangnya dan berharap bisa mencari solusinya.

Klasifikasi

Gangguan haid dan siklusnya dalam masa reproduksi dapat digolongkan dalam:

1. Kelainan siklus : Amenorea, Oligomenorea, Polimenorea

2. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid: Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea

3. Perdarahan di luar haid : Metroragia

1. Amenorea

Definisi

Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya haid pada seorang wanita. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu:

a. Amenorea primer, yaitu keadaan tidak terjadinya haid pada wanita

usia 16 tahun.

b. Amenorea sekunder, yaitu tidak terjadinya haid selama 3 siklus (pada

kasus oligomenorea/jumlah darah haid sedikit), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus haid biasa.

Penyebab

Penyebab tersering dari amenorea primer adalah:

Pubertas terlambat

Kegagalan dari fungsi indung telur

Agenesis uterovaginal (tidak tumbuhnya organ rahim dan vagina)

Gangguan pada susunan saraf pusat

Page 20: siklus haid.docx

Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah haid, dapat dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal

Penyebab terbanyak dari amenorea sekunder adalah kehamilan, setelah kehamilan, menyusui, dan penggunaan metode kontrasepsi. Jika sebab-sebab tersebut bisa disingkirkan, maka penyebab lainnya adalah:

Obat-obatan

Stres dan depresi

Nutrisi yang kurang, penurunan berat badan berlebihan, olahraga berlebihan, obesitas

Gangguan hipotalamus dan hipofisis

Gangguan indung telur

Penyakit kronik

Tanda dan Gejala

Tanda amenorea adalah tidak didapatkannya haid pada usia 16 tahun, dengan atau tanpa perkembangan seksual sekunder (perkembangan payudara, perkembangan rambut pubis), atau kondisi dimana wanita tersebut tidak mendapatkan haid padahal sebelumnya sudah pernah mendapatkan haid. Gejala lainnya tergantung dari apa yang menyebabkan terjadinya amenorea.

2. Oligomenorea

Definisi

Oligomenorea merupakan suatu keadaan dimana siklus haid memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama. Wanita yang mengalami oligomenorea akan mengalami haid yang lebih jarang daripada biasanya. Namun, jika berhentinya siklus haid berlangsung lebih dari 3 bulan, maka kondisi tersebut dikenal sebagai amenorea sekunder.

Penyebab

Oligomenorea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus haid normal menjadi memanjang, sehingga haid menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya menopause. Oligomenorea yang terjadi pada masa-masa itu merupakan variasi normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis dan ovarium pada awal terjadinya haid pertama dan menjelang terjadinya menopause, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh. Disamping itu, oligomenorea dapat juga terjadi pada:

Gangguan indung telur, misal : Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS)

Page 21: siklus haid.docx

Stres dan depresi

Sakit kronik

Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)

Penurunan berat badan berlebihan

Olahraga berlebihan, misal atlit

Adanya tumor yang melepaskan estrogen

Adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks yang menghambat pengeluaran darah haid

Penggunaan obat-obatan tertentu

Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah, namun pada beberapa kasus, dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Pemeriksaan ke dokter kandungan harus dilakukan ketika oligomenorea berlangsung lebih dari 3 bulan dan mulai menimbulkan gangguan kesuburan.

3. Polimenorea

Definisi

Ketika seorang wanita mengalami siklus haid yang lebih sering (siklus haid yang lebih singkat dari 21 hari), hal ini dikenal dengan istilah polimenorea. Wanita dengan polimenorea akan mengalami haid hingga dua kali atau lebih dalam sebulan, dengan pola yang teratur dan jumlah perdarahan yang relatif sama atau lebih banyak dari biasanya.

Polimenorea harus dapat dibedakan dari metroragia. Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit.

Penyebab

Timbulnya haid yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium.

Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk berlangsungnya suatu siklus haid normal sehingga didapatkan haid yang lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada:

3-5 tahun pertama setelah haid pertama

Beberapa tahun menjelang menopause

Gangguan indung telur

Page 22: siklus haid.docx

Stress dan depresi

Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)

Penurunan berat badan berlebihan

Obesitas

Olahraga berlebihan, misal atlit

Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin, NSAID, dll

Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus menerus. Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali mengalami kesulitan mendapatkan keturunan.

4. Menoragia atau Hipermenorea

Definisi

Menoragia atau hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal (lebih dari 80ml/hari) atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu haid. Siklus haid yang normal berlangsung antara 21-35 hari, selama 2-8 hari dengan jumlah darah haid sekitar 25-80 ml/hari.

Gejala

Penderita menoragia dapat mengalami beberapa gejala seperti:

Perlu mengganti pembalut hampir setiap jam selama beberapa hari berturut-turut

Perlunya mengganti pembalut di malam hari atau pembalut ganda di malam hari

haid berlangsung lebih dari 7 hari

Darah haid dapat berupa gumpalan-gumpalan darah

Haid yang berlangsung berkepanjangan dengan jumlah darah yang terlalu banyak untuk dikeluarkan setiap harinya dapat menyebabkan tubuh kehilangan terlalu banyak darah sehingga memicu terjadinya anemia. Terdapat tanda-tanda anemia, seperti napas lebih pendek, mudah lelah, pucat, kurang konsentrasi, dll.

Penyebab

Timbulnya perdarahan yang berlebihan saat terjadinya haid (menoragia) dapat terjadi akibat beberapa hal, diantaranya:

Page 23: siklus haid.docx

1. Adanya kelainan organik, seperti:

infeksi saluran reporduksi

kelainan koagulasi (pembekuan darah), misal : akibat von willebrand disease, kekurangan protrombin, idiopatik trombositopenia purpura (ITP), dll

Disfungsi organ yang menyebabkan terjadinya menoragia seperti gagal hepar atau gagal ginjal. Penyakit hati kronik dapat menyebabkan gangguan dalam menghasilkan faktor pembekuan darah dan menurunkan hormon estrogen.

2. Kelainan hormon endokrin misal akibat kelainan kelenjar tiroid dan kelenjar adrenal, tumor pituitari, siklus anovulasi, Sindrome Polikistik Ovarium (PCOS), kegemukan, dll

3. Kelainan anatomi rahim seperti adanya mioma uteri, polip endometrium, hiperplasia endometrium, kanker dinding rahim dan lain sebagainya.

4. Iatrogenik : misal akibat pemakaian IUD, hormon steroid, obat-obatan kemoterapi, obat-obatan anti-inflamasi dan obat-obatan antikoagulan.

 

5. Hipomenorea

Definisi

Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa. Penyebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun gangguan hormonal

 

6. Metroragia

Definisi

Metroragia adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Metroragia merupakan suatu perdarahan iregular yang terjadi di antara dua waktu haid. Pada metroragia, haid terjadi dalam waktu yang lebih singkat dengan darah yang dikeluarkan lebih sedikit. Metroragia tidak ada hubungannya dengan haid, namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun hanya berupa bercak

Klasifikasi

1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan, seperti abortus, kehamilan ektopik.

Page 24: siklus haid.docx

2. Metroragia diluar kehamilan

Penyebab

1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh, carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis, peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia), hormonal.

2. Perdarahan fungsional:

Perdarahan Anovulatoar, disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis.

Perdarahan Ovulatoar, akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium, hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.