SIKLUS HAID DAN GANGGUANNYA I. PENDAHULUAN Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25 hari, pada wanita usia 43 tahun 27 hari, pada wanita usia 55 tahun 51 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai. Kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42 hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar). 1 Haid telah lama menjadi pertanda penting dari perkembangan seksual wanita, yang merupakan salah satu tanda nyata dari endokrin wanita dan maturasi sistem reproduksi. Haid spontan dan regular membutuhkan (a) aksis sistem endokrin hipotalamus-hipofisis-ovarium yang intak (b) kemampuan endometrium untuk merespon stimulasi hormon steroid (c) aliran keluar yang intak dari genitalia internal ke eksternal. 2 1
referat obstetri dan ginekologi ndjsaikhdwdnhjkoxebhsfjocheijxohgsdbehijsbxehnwjosdghbehsjofghdbceajnsocgbehwjsohdcejniasokhdnejisaokdhnjexsohcbnaijos
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SIKLUS HAID DAN GANGGUANNYA
I. PENDAHULUAN
Haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan (deskuamasi) endometrium. Panjang siklus haid ialah jarak antara
tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya
perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus haid yang normal atau
dianggap sebagai siklus haid yang klasik adalah 28 hari. Rata-rata panjang siklus
haid pada gadis usia 12 tahun ialah 25 hari, pada wanita usia 43 tahun 27 hari,
pada wanita usia 55 tahun 51 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu
tidak sering dijumpai. Kira-kira 97% wanita yang berovulasi siklus haidnya
berkisar antara 18-42 hari. Jika siklusnya kurang dari 18 hari atau lebih dari 42
hari dan tidak teratur, biasanya siklusnya tidak berovulasi (anovulatoar).1
Haid telah lama menjadi pertanda penting dari perkembangan seksual
wanita, yang merupakan salah satu tanda nyata dari endokrin wanita dan maturasi
sistem reproduksi. Haid spontan dan regular membutuhkan (a) aksis sistem
endokrin hipotalamus-hipofisis-ovarium yang intak (b) kemampuan endometrium
untuk merespon stimulasi hormon steroid (c) aliran keluar yang intak dari
genitalia internal ke eksternal. 2
Siklus haid manusia dipengaruhi dari faktor lingkungan dan stresor. Jadi,
ketidakteraturan haid tidak selalu mencerminkan hal patologis. Pemanjangan atau
haid yang hilang persisten dapat menjadi salah satu tanda awal adanya kelainan
neuroendokrin atau anatomi. 2
Lama haid biasanya antara 3-5 hari,ada yang 1-2 hari diikuti darah sedikit-
sedikit, dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita biasanya lama haid itu
tetap. Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ±16 cc. Pada wanita yang lebih tua
biasanya darah yang keluar lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc
dianggap patologik.1
Kebanyakan wanita tidak merasakan gejala-gejala pada waktu haid, tetapi
sebagian kecil merasa berat dipanggul atau merasa nyeri (dismenorea). Usia gadis
remaja pada waktu pertama kalinya mendapat haid (menarche) bervariasi, yaitu 1
antara 10 – 16 tahun, tetapi rata-ratanya 12,5 tahun. Menarche terjadi di tengah-
tengah masa pubertas, yaitu masa peralihan dari anak-anak ke dewasa. Sesudah
memasuki masa pubertas, wanita memasuki masa reproduksi, yaitu masa dimana
ia dapat memperoleh keturunan. Masa reproduksi ini berlangsung 30-40 tahun dan
berakhir pada masa mati haid atau menopause.1,3
Gambar 1. Hipotalamus adalah sumber dari semua produksi hormon neurohipofisis
2
II. SIKLUS HAID
A. SIKLUS OVARIUM
Perubahan ovarium yang terjadi selama siklus seksual bergantung pada
hormon-hormon gonadotropik, FSH dan LH, yang disekresi kelenjar
hipofisis anterior. Tidak adanya hormon-hormon tersebut membuat
ovarium tetap tidak aktif, yang merupakan keadaan masa kanak-kanak,
ketika hampir tidak ada hormon gonadotropik hipofisis yang disekresi.
Pada usia 9 sampai 12 tahun, hipofisis secara progresif mulai mensekresi
lebih banyak FSH dan LH, yang menyebabkan dimulainya siklus seksual
bulanan normal yang terjadi pada usia 11 dan 15 tahun. Periode
perubahan ini disebut pubertas, dan saat terjadinya siklus menstruasi
pertama disebut menarke.1,3,5
Fase folikulare
Ketika seorang anak perempuan lahir, setiap ovum dikelilingi oleh
sebuah lapisan sel granulosa; ovum dengan lapisan granulosanya ini
disebut folikel primordial. Selama masa kanak-kanak, sel granulosa
dipercaya memberi nutrisi bagi sel ovum dan untuk mensekresi oocyte
maturation-inhibiting factor yang membuat ovum tetap pada tahap
primordial. Setelah pubertas, FSH dan LH dari kelenjar hipofisis
mulai disekresi dalam jumlah tertentu, ovarium bersama dengan
folikel lainnya mulai bertumbuh.4,5
Tahap pertama dalam pertumbuhan folikel adalah pembesaran dari
ovum itu sendiri, diameternya bertambah sebanyak dua hingga tiga
kali lipat. Lalu, sel-sel granulosa juga ikut bertumbuh pada beberapa
folikel, folikel ini dikenal sebagai folikel primer.
Pada beberapa hari pertama tiap bulannya, konsentrasi dari FSH dan
LH yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior mulai meningkat,
peningkatan FSH sedikit lebih tinggi dibandingkan LH. Hormon-
3
hormon ini, terutama FSH, menyebabkan percepatan pertumbuhan
pada 6 sampai 12 folikel primer setiap bulannya. Efek awalnya berupa
proliferasi dari sel granulosa, memberikan lebih banyak lapisan pada
sel-sel ini. Sel-sel spindel dihasilkan dari interstitium ovarium
berkumpul pada lapisan luar dari sel-sel granulosa, yang
menyebabkan peningkatan sekunder pada massa sel yang disebut teka.
Lapisan teka ini dibagi menjadi dua lapis. Pada teka interna, sel-selnya
memiliki karakteristik dari epitel yang serupa dengan sel-sel
granulosa, dan memiliki kemampuan untuk mensekresi hormon-
hormon steroid seks (estrogen dan progesteron). Lapisan yang lebih
luar, teka eksterna, berkembang menjadi kapsula jaringan ikat yang
kaya vaskular yang menjadi kapsul dari folikel yang berkembang.4,5,7
Setelah beberapa hari terjadinya fase proliferasi, massa sel granulosa
mensekresi cairan folikular yang mengandung konsentrasi tinggi
estrogen. Akumulasi dari cairan ini menyebabkan munculnya antrum
diantara massa sel granulosa. Pertumbuhan awal dari folikel primer
sampai ke tahap antrum kebanyakan distimulasi oleh FSH sendiri.
Setelah itu, percepatan pertumbuhan terjadi, mengakibatkan
terbentuknya folikel yang lebih besar yang disebut folikel vesikular.
Percepatan pertumbuhan ini disebabkan sebagai berikut: (1) Estrogen
disekresi ke dalam folikel dan menyebabkan sel-sel granulosa untuk
membentuk jumlah reseptor FSH yang lebih banyak; ini
mengakibatkan efek umpan balik positif karena menyebabkan sel-sel
granulosa menjadi lebih sensitif terhadap FSH. (2) FSH dan estrogen
bersama-sama merangsang reseptor LH pada sel-sel granulosa, hal ini
menyebabkan stimulasi LH terjadi dan menyebabkan terjadinya
sekresi folikuler yang lebih banyak. (3) Peningkatan estrogen dari
folikel ditambah dengan peningkatan LH dari kelenjar hipofisis
anterior bersama-sama menyebabkan proliferasi dari sel-sel teka
folikuler dan meningkatkan juga sekresinya. Ketika folikel antral
mulai bertumbuh, pertumbuhannya terjadi hampir secara eksplosif. 4
Ovum sendiri bertambah diameternya sebanyak tiga hingga empat kali
lipat, sehingga total pertambahan diameter dari ovum sebanyak 10 kali
lipat, atau pertambahan massa sebanyak 1000 kali lipat. Dengan
membesarnya folikel, ovum tetap tertanam pada massa sel granulosa
yang terletak pada salah satu kutub dari folikel. Hanya satu folikel
yang akan matang setiap bulannya, sementara yang lainnya
mengalami atresia. Proses atresia ini penting karena normalnya hanya
satu folikel yang bertumbuh cukup besar untuk mengalami ovulasi
setiap bulannya ini mencegah lebih dari satu anak yang berkembang
pada setiap kehamilan. Satu folikel mencapai diameter 1 sampai 1,5
cm pada saat ovulasi dan disebut folikel matur (matang).5,7
Ovulasi pada wanita yang memiliki siklus seksual 28 hari terjadi pada
hari ke 14 setelah onset menstruasi. Beberapa saat sebelum ovulasi
dinding luar yang menonjol dari folikel membesar dengan cepat, dan
bagian kecil pada bagian tengah dari kapsul folikel, yang disebut
stigma, menonjol seperti pentil. Sekitar kurang lebih 30 menit, cairan
mulai keluar dari folikel melalui stigma, dan sekitar 2 menit
kemudian, stigma ruptur, yang menyebabkan cairan yang lebih kental
pada bagian tengah folikel keluar. Cairan yang kental ini juga
membawa serta ovum yang dikelilingi oleh ribuan sel-sel granulosa
yang kecil, yang disebut corona radiata.4,5
LH merupakan unsur yang penting pada pertumbuhan akhir dari
folikel dan ovulasi. Tanpa hormon ini, bahkan dengan jumlah FSH
yang banyak, folikel tidak dapat sampai pada tahap ovulasi. Sekitar 2
hari sebelum ovulasi, LH disekresi lebih banyak oleh kelenjar
hipofisis anterior, sebanyak 6 hingga 10 kali lipat dan mencapai
puncaknya sekitar 16 jam sebelum ovulasi. FSH juga meningkat
sekitar dua hingga tiga kali lipat pada waktu yang sama, dan FSH
serta LH bekerja secara sinergis untuk mempercepat pembesaran dari
folikel selama beberapa hari sebelum ovulasi. LH juga memiliki efek
5
khusus pada sel granulosa dan sel teka, yaitu mengubah sel-sel
tersebut menjadi sel yang mensekresi progesteron. Untuk itu, jumlah
sekresi dari estrogen mulai menurun sekitar 1 hari sebelum ovulasi,
sementara progesteron mulai disekresi. Dengan semua keadaan
tersebut diatas, maka ovulasi dapat terjadi.4
LH menyebabkan peningkatan sekresi dari hormon steroid folikuler
yang mengandung progesteron. Dalam beberapa jam, dua peristiwa
terjadi, yang keduanya berhubungan dengan ovulasi: (1) Teka
eksterna mulai mengeluarkan enzim proteolitik dari lisosom, dan hal
ini menyebabkan meleburnya dinding kapsul folikel dan
menyebabkan melemahnya dinding dari folikel, yang menyebabkan
pembesaran folikel yang lebih lanjut dan degenerasi dari stigma. (2)
bersamaan dengan itu terdapat pertumbuhan yang cepat dari pembuluh
darah dalam dinding folikel, dan pada saat yang bersamaan,
prostaglandin (hormon yang menyebabkan vasodilatasi) disekresikan
ke dalam jaringan folikel. Kedua efek ini menyebabkan transudasi
plasma ke dalam folikel, yang juga berkontribusi terhadap pembesaran
folikel. Akhirnya, kombinasi dari pembesaran folikel dan degenerasi
dari stigma menyebabkan rupturnya folikel, dan akhirnya keluarlah
ovum.4
Gambar 2. Tahap
6
pertumbuhan folikel pada ovarium, juga memperlihatkan pembentukan korpus
luteum4
Fase luteal
Selama beberapa jam pertama setelah ovum dikeluarkan dari folikel,
sel-sel granulosa dan teka interna yang tersisa berubah dengan cepat
menjadi sel lutein. Diameter sel ini membesar dua kali atau lebih dan
terisi dngan inklusi lipid yang memberi tampakan kekuningan. Proses
ini disebut luteinisasi, dan seluruh massa dari sel bersama-sama
disebut sebagai korpus luteum. Suplai vaskular yang berkembang
dengan baik juga tumbuh ke dalam korpus luteum. Sel-sel granulosa
dalam korpus luteum terdapat retikulum endoplasma halus intrasel
yang luas, yang membentuk sejumlah besar hormon seks wanita,
progesteron dan estrogen (lebih banyak progesteron). Sel-sel teka
terutama lebih membentuk hormon androgen, androstenedion dan
testosteron daripada hormon seks wanita. Akan tetapi, sebagian besar
dari hormon-hormon itu akan dikonversikan oleh sel-sel granulosa
menjadi hormon-hormon wanita.5.7
Pada wanita normal, diameter korpus luteum tumbuh menjadi kira-
kira 1,5 cm. Tahap perkembangan ini dicapai dalam waktu 7 sampai 8
hari setelah ovulasi. Kemudian korpus luteum mulai berinvolusi dan
akhirnya kehilangan fungsi sekresi juga warna kekuningannya dan
sifat lipidnya dalam waktu kira-kira 12 hari setelah ovulasi, menjadi
korpus albikans selama beberapa minggu, korpus albikans akan
digantikan oleh jaringan ikat dan dalam hitungan bulan akan diserap.4
Perubahan sel-sel granulosa dan sel teka menjadi sel lutein sangat
bergantung pada LH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis
anterior.4.5.7
Korpus luteum adalah organ yang sangat sekretorik yang mensekresi
sejumlah besar progesteron dan estrogen. Sekali LH bekerja pada sel
granulosa dan sel teka untuk menimbulkan luteinisasi, maka sel-sel 7
lutein yang baru terbentuk kelihatannya diprogram untuk meneruskan
tahapan yang sudah diatur yaitu (1) proliferasi, (2) pembesaran, (3)
sekresi dan (4) degenerasi. Semua itu terjadi dalam waktu 12 hari.4
Estrogen, khususnya, dan progesteron, dalam jumlah lebih sedikit,
yang disekresi oleh korpus luteum selama tahap luteal dari siklus
ovarium, mempunyai efek umpan balik yang kuat terhadap kelenjar
hipofisis anterior untuk mempertahankan kecepatan sekresi FSH
maupun LH yang rendah. Selain itu, sel lutein juga mensekresi
sejumlah kecil hormon inhibin, yang berfungsi menghambat sekresi
kelenjar hipofisis anterior, khususnya sekresi FSH. Konsentrasi FSH
dan LH dalam darah yang rendah terjadi, dan hilangnya hormon ini
akhirnya menyebabkan korpus luteum berdegenerasi secara
menyeluruh, suatu proses yang disebut involusi korpus luteum.
Involusi akhir biasanya terjadi pada hampir tepat 12 hari dari masa
hidup korpus luteum, sekitar hari ke-26 dari siklus menstruasi
wanitanormal, 2 hari sebelum menstruasi dimulai. Pada saat itu,
penghentian tiba-tiba sekresi estrogen, progesteron, dan inhibin dari
korpus luteum akan menghilangkan umpan balik halangan dari
kelenjar hipofisis anterior, memungkinkan kelenjar meningkatkan
sekresi FSH dan LH kembali. FSH dan LH akan merangsang
pertumbuhan folikel baru, memulai siklus ovarium yang baru.
Terhentinya sekresi progesteron dan estrogen secara sementara pada
waktu ini akan menyebabkan menstruasi oleh uterus.4.5.7
B. SIKLUS ENDOMETRIUM
Produksi berulang dari estrogen dan progesteron oleh ovarium
mempunyai kaitan dengan siklus endometrium pada lapisan uterus yang
bekerja melalui tahapan berikut ini:
8
Gambar 3. Fase pertumbuhan endometrium selama siklus bulanan seksual
wanita.4.
Fase proliferasi
Pada permulaan setiap siklus seksual bulanan, sebagian besar
endometrium telah berdeskuamasi akibat menstruasi. Sesudah
menstruasi, hanya selapis tipis stroma endometrium yang tertinggal,
dan sel-sel epitel yang tertinggal adalah yang terletak dibagian lebih
dalam dari kelenjar yang tersisa serta pada kripta endometrium.
Dibawah pengaruh estrogen, yang disekresi dalam jumlah lebih
banyak oleh ovarium, sel-sel stroma dan sel epitel berproliferasi
dengan cepat. Permukaan endometrium akan mengalami epitelisasi
kembali dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah terjadinya menstruasi.
Kamudian, selama satu setengah minggu berikutnya, yaitu sebelum
terjadinya ovulasi, ketebalan endometrium sangat meningkat karena
jumlah sel stroma bertambah banyak dan karena pertumbuhan sel
endometrium serta pembuluh darah baru yang progresif ke dalam
endometrium.Pada saat ovulasi, endometrium mempunyai ketebalan 3
sampai 5 mm. Kelenjar endometrium, khususnya daerah serviks, akan
mensekresi mukus yang encer mirip benang. Benang mukus akan
tersusun di sepanjang kanalis servikalis, membentuk saluran yang
membantu mengarahkan sperma ke arah yang tepat dari vagina 9
menuju ke dalam uterus.5,7
Fase sekretorik
Selama sebagian besar separuh akhir siklus bulanan, setelah ovulasi
terjadi, progesteron dan estrogen bersama-sama disekresi dalam
jumlah yang besar oleh korpus luteum. Estrogen menyebabkan sedikit
proliferasi sel tambahan pada endometrium selama fase siklus ini,
sedangkan progesteron menyebabkan pembengkakan yang nyata dan
perkembangan sekretorik dari endometrium. Kelenjar makin berkelok-
kelok; kelebihan substansi sekresinya bertumpuk di dalam sel epitel
kelenjar. Selain itu, sitoplasma dari sel stroma bertambah banyak,
simpanan lipid dan glikogen sangat meningkat dalam sel stroma, dan
suplai darah ke dalam endometrium lebih lanjut akan meningkat
sebanding dengan perkembangan aktivitas sekresi, dengan pembuluh
darah yang menjadi sangat berkelok-kelok. Pda puncak fase
sekretorik, sekitar 1 minggu setelah ovulasi, ketebalan endometrium
sudah menjadi 5 sampai 6 mm.4,7
Maksud keseluruhan dari semua perubahan endometrium ini adalah
untuk menghasilkan endometrium yang sangat sekretorik, yang
mengandung sejumlah besar cadangan nutrien yang membentuk
kondisi yang cocok untuk implantasi ovum yang sudah dibuahi selama
separuh akhir siklus bulanan.4.5.7
Fase menstruasi/haid
Jika ovum tidak dibuahi, kira-kira 2 hari sebelum akhir siklus bulanan,
korpus luteum di ovarium tiba-tiba berinvolusi, dan hormon-hormon
ovarium (estrogen dan progesteron) menurun dengan tajam sampai
kadar sekresi terendah. Terjadilah menstruasi.6,7
Menstruasi disebabkan oleh kurangnya estrogen dan progesteron,
terutama progesteron, pada akhir siklus ovarium bulanan. Efek
pertama adalah penurunan rangsangan terhadap sel-sel endometrium
10
oleh kedua hormon ini, yang diikuti dengan cepat oleh involusi
endometrium sendiri menjadi kira-kira 65 persen dari ketebalan
semula. Kemudian, selama 24 jam sebelum terjadinya menstruasi,
pembuluh darah yag berkelok-kelok, yang mengarah ke lapisan
mukosa endometrium, akan menjadi vasospastik, mungkin disebabkan
oleh efek involusi, seperti pelepasan bahan vasokonstriktor, mungkin
salah satu tipe vasokonstriktor prostaglandin yang terdapat dalam
jumlah banyak pada saat ini.6,7
Vasospasme, penurunan zat nutrisi endometrium, dan hilangnya
rangsangan hormonal menyebabkan dimulainya proses nekrosis pada
endometrium, khususnya dari pembuluh darah. Sebagai akibatnya,
darah akan merembes ke lapisan vaskuler endometrium, dan daerah
perdarahan akan bertambah besar dengan cepat dalam waktu 24
sampai 36 jam. Perlahan-lahan, lapisan nekrotik bagian luar dari
endometrium terlepas dari uterus pada daerah perdarahan tersebut,
sampai kira-kira 48 jam setelah terjadinya menstruasi, semua lapisan
superfisial endometrium sudah berdeskuamasi. Massa jaringan
deskuamasi dan darah dalam kavum uteri, ditambah efek kontraksi
dari prostaglandin dan zat-zat lain di dalam lapisan yang
berdeskuamasi, seluruhnya bersama-sama akan merangsang kontraksi
uterus yang menyebabkan dikeluarkannya isi uterus.4.6,8
Selama menstruasi normal, kira-kira 40 ml darah dan tambahan 35 ml
cairan serosa dikeluarkan. Cairan menstruasi ini normalnya tidak
emmbentuk bekuan, karena fibrinolisin dilepaskan bersama dengan
bahan nekrotik endometrium. Bila terjadi perdarahan yang berlebihan
dari permukaan uterus, jumlah fibrinolisin mungkin tidak cukup untuk
mencegah pembekuan. Adanya bekuan darah selama menstruasi
sering merupakan bukti klinis adanya kelainan patologi dari uterus.4
Dalam waktu 4 sampai 7 hari sesudah dimulainya menstruasi,
pengeluaran darah akan berhenti, karena pada saat ini endometrium
sudah mengalami epitelisasi kembali.4
11
Gambar 4 : Korelasi antara kadar hormon dan perubahan siklik ovarium dan uterus.6
C. KLASIFIKASI GANGGUAN HAID
Apabila siklus haid yang terjadi diluar keadaan normal, atau dengan kata
lain tidak berada pada interval pola haid pada rentang kurang dari 21 atau lebih
dari 35 hari dengan interval pendarahan uterus normal kurang dari 3 atau lebih
dari 7 hari disebut siklus menstruasi/haid yang tidak teratur.7,8
Gangguan Haid dan siklusnya khususnya dalam masa reproduksi dapat
digolongkan dalam :1
1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid
a. Hipermenorea atau menoragia
b. Hipomenorea
2. Kelainan siklus12
a. Polimenorea
b. Oligomenorea
c. Amenorea
3. Perdarahan di luar haid
a. Metroragia
4. Gangguan haid yang ada hubungannya dengan haid
a. Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
b. Mastodinia
c. Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
d. Dismenorea
1. Hipermenorea atau menoragia
Menoragia adalah pendarahan haid yang lebih banyak dari normal,
atau lebih dari normal (lebih dari 8 hari). Menoragia disebabkan oleh
kondisi didalam uterus, misalnya adanya mioma uteri, polip
endometrium, gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid.1
a. Adapun etiologi gangguan tersebut: 1,5,9,10
Uterus
a) Fibroid
b) Polip endometrium
c) Endometriosis
d) Pelvic Inflammatory Disease
Sistemik
a) Gangguan koagulasi
b) Penyakit Von Willebrand
c) Idiopathic Thrombocytopaenia Purpura
d) Defisiensi faktor V,VII,X dan XI
e) Hipotiroid
Iatrogenik
a) Kontrasepsi progesteron
13
b) Alat kontrasepsi dalam rahim
c) Antikoagulan
b. Langkah- langkah untuk penegakan diagnosis: 9
Anamnesis
a) Berapa lama waktu menstruasinya?
b) Apakah ada gumpalan?
c) Berapa lama biasanya mestruasinya berlangsung dan
seberapa sering terjadi?
d) Apakah terdapat perubahan antara mensturasinya?
e) Apakah ada perdarahan setelah berhubungan?
f) Apakah ada nyeri pinggang atau dispareunia?
g) Kontrasepsi apa yang telah digunakan?
Pemeriksaan 5, 9
a) Papsmear
b) Hematologi dan biokimia
Darah rutin harus dilakukan pada pasien yang mengeluh
menoragia karena sering menimbulkan anemia.
Pemeriksaan terhadap gangguan pembekuan hanya
dilakukan jika terdapat indikasi klinis, misalnya, menoragi
sejak menarche dan riwayat perdarahan sejak lahir.