Top Banner
i SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Oleh: Ama Farida Sari NIM. 3301412096 JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016
56

SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

Mar 15, 2019

Download

Documents

ngodien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

i

SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN

DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO

KABUPATEN KUDUS

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Oleh:

Ama Farida Sari

NIM. 3301412096

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

ii

Page 3: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

iii

Page 4: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya

saya sendiri, bukan jiplakan dan karya tulis orang lain, baik sebagian atau

seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini

dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 21 Juni 2016

Ama Farida Sari

3301412096

Page 5: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan

kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang

dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang

diperbuatnya..........” (QS. Al Baqarah:286)

“Bersyukurlah maka kamu akan merasa bahagia dan cukup, bukan ketika

kamu merasa cukup dan bahagia baru kamu bersyukur”

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, skripsi ini

saya persembahkan kepada:

Kedua orangtuaku, Bapak Muhamad Tabroni dan Ibu

Ninik Kusmiati yang selalu mendukungku dengan doa,

cinta dan kasih sayangnya.

Kakek, nenek dan bulik yang telah merawat dan

membesarkanku sejak lahir.

Adikku Amelia yang selalu memberikan semangat.

Dosen pembimbingku yang selalu sabar membimbingku.

Sahabat dan teman seperjuanganku “DELAVAN” yang

selalu ada dalam suka dan dukaku.

Kakak Bayu, Teteh Dinar, Ana, Utia, Fitra dan Wulan

yang selalu memberikan semangat dan mendukungku.

Almamaterku tercinta.

Page 6: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

vi

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah serta innayahnya kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Sikap Mental Pengemis

di Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian

studi Strata 1 untuk memperoleh gelar sarjana kependidikan dan bahan informasi

serta pengetahuan bagi pihak manapun yang membutuhkan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selesainya skripsi ini tidak terlepas

dari petunjuk, bimbingan, nasehat dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu

pada kesempatan ini dengan penuh rasa hormat penulis menghaturkan terima

kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rochman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, MA, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Semarang.

3. Drs. Tijan, M.Si, Ketua Jurusan Politik dan Kewarganegaraan.

4. Drs. Setiajid, M.Si. Dosen Pembimbing I dengan kesabaran dan ketelitian

dalam memberikan bimbingan.

5. Andi Suhardiyanto, S.Pd., M.Si. Dosen Pembimbing II dengan ketelitian dan

kesabaran mengarahkan dalam memberikan bimbingan.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Politik dan Kewarganegaraan yang

telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Bapak, Ibu dan adik yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Page 7: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

vii

8. Kakek, nenek dan bulik yang telah menjagaku dan merawatku sejak lahir.

9. Semua sahabatku yang sudah mmberikan warna dan pelajaran hidup,

bersyukur telah memiliki kalian.

10. Kepala Desa dan masyarakat Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan

Jekulo yang telah bersedia menjadi narasumber.

11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan mendapat

balasan dari Allah SWT dan selalu berada dalam lindungan-Nya. Penulis

menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu

kritik dan saran yang membangun diharapkan memberikan kesempurnaan

penyusunan skripsi ini.

Demikian, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk berbagai

pihak dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Semarang, 21 Juni 2016

Penulis

Page 8: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

viii

SARI

Sari, Ama Farida. 2016. Sikap Mental Pengemis Di Kompleks Pecinan Desa

Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Skripsi, Jurusan Politik dan

Kewarganegaraan. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang. Dosen

Pembimbing Drs. Setiajid, M.Si. dan Andi Suhardiyanto, S.Pd., M.Si. 130

Halaman

Kata kunci: Sikap Mental, Pengemis

Masyarakat adalah sekumpulan individu yang hidup di lingkungan tertentu

yang memiliki karakter dan kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat yang

lain. Setiap individu yang tinggal dimasyarakat memiliki karakter dan kebiasaan

yang berbeda dengan individu yang lain. Kebiasaan yang dikeluarkan oleh setiap

individu mempengaruhi kehidupan masing-masing termasuk dalam bidang

pekerjaan yang mereka lakukan dan respons berupa tindakan yang mereka

keluarkan sebagai reaksi atas situasi yang dia hadapi. Reaksi berbentuk tindakan

yang seseorang lakukan menunjukkan mental yang dia miliki yang akhirnya

membentuk sikap mental mereka, termasuk dalam hal memilih pekerjaan sebagai

pengemis yang banyak dijumpai di Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan

Jekulo Kabupaten Kudus. Kompleks Pecinan merupakan Kompleks yang

dikhususkan untuk warga sosial yang bekerja sebagai pengemis, pemulung dan

pengamen yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Kudus. Masih adanya

pengemis yang terdapat di Kompleks Pecinan menunjukkan sikap mental malas

yang dimiliki dan lebih suka dengan pekerjaan meminta-minta. Dari latar

belakang tersebut, maka dalam penelitian ini penulis merumuskan permasalahan

yaitu (1) Bagaimana sikap mental pengemis yang berada di Kompleks Pecinan

Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus?, (2) Apa saja faktor yang

melatarbelakangi mereka melakukan kegiatan mengemis?.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata. Lokasi

penelitian di Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten

Kudus. Fokus penelitian adalah (1) Bagaimana sikap mental yang dimiliki

pengemis yang berada di Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus. (2) Apa saja faktor yang melatarbelakangi mereka melakukan

kegiatan mengemis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Uji keabsahan data dengan triangulasi teknik

pengumpulan data. Teknik analisis data dengan pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) sikap mental yang dimiliki oleh

pengemis Kompleks Pecinan menunjukkan bahwa mereka malas untuk mencari

pekerjaan yang lain selain mengemis karena pekerjaan menjadi pengemis sudah

mereka jalani sejak dulu bahkan diajarkan kepada anak mereka secara turun

temurun. Menjadi pengemis merupakan pekerjaan tetap yang mereka lakukan

setiap hari dan untuk pengemis anak-anak mereka hanya bekerja dihari libur saja.

Mereka tidak pernah malu dengan pekerjaan yang mereka jalani karena di

Page 9: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

ix

lingkungan mereka tinggal juga banyak yang menjalani pekerjaan yang sama

yaitu menjadi pengemis. (2) faktor yang melatarbelakangi pengemis Kompleks

Pecinan melakukan kegiatan mengemis yaitu mereka memilih pekerjaan sebagai

pengemis karena keputusan mereka sendiri tanpa paksaan dari pihak manapun,

selain itu juga disebabkan oleh kondisi ekonomi yang dimiliki masyarakat

Kompleks Pecinan yang masih tergolong pada masyarakat miskin dan perlu

mendapatkan bantuan, faktor lingkungan sosial dimana lingkungan sosial

masyarakat Kompleks Pecinan yang kebanyakan bekerja sebagai pengemis

mendukung mereka untuk melakukan pekerjaan yang sama, kemudian yang

terakhir adalah faktor keluarga yang mendukung jika ada anggota keluarga yang

lain bekerja sebagai pengemis, bahkan anak mereka juga diajak dan disuruh untuk

ikut menjadi pengemis ketika mereka libur sekolah.

Saran yang diberikan pada penelitian ini adalah (1) Kepada Pemerintah

Kabupaten Kudus dan Pemerintah Desa Hadipolo untuk lebih mengoptimalkan

penanganan dalam mengatasi pengemis yang ada di Kompleks Pecinan

Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus dengan tidak hanya memberikan pelatihan

dan pembinaan kepada pengemis tetapi juga menyediakan tempat yang dapat

menampung mereka dalam menyalurkan keterampilan yang telah dimiliki agar

kebiasaan mengemis dapat berkurang. (2) Kepada warga Kompleks Pecinan agar

lebih mengurangi kebiasaan mengemis yang mereka lakukan dengan mencoba

pekerjaan lain seperti berdagang atau menjadi buruh pabrik dan membiasakan

anak-anak untuk bersekolah setiap hari, mengikuti bimbingan mengaji di mushola

dan berbaur dengan warga luar Kompleks Pecinan.

Page 10: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ....................................... iii

PERNYATAAN ..................................................................................... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... v

PRAKATA ............................................................................................. vi

SARI ....................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................... x

DAFTAR TABEL .................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xiii

DAFTAR BAGAN ................................................................................ xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 6

E. Batasan Istilah ............................................................................ 7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengemis ................................................................................... 10

1. Pengertian Pengemis ............................................................ 10

2. Kategori Pengemis ............................................................... 12

3. Faktor-faktor Munculnya Pengemis ..................................... 13

B. Sikap Mental .............................................................................. 18

1. Pengertian Sikap Mental ...................................................... 18

2. Pengaruh Sikap Mental Terhadap Budaya Keluarga ........... 22

C. Teori Konstruksi Sosial .............................................................. 25

D. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan ....................................... 29

E. Kerangka Berpikir ...................................................................... 34

BAB III METODE PENELITIAN

A. Dasar Penelitian ......................................................................... 37

B. Fokus Penelitian ......................................................................... 37

C. Sumber Data Penelitian .............................................................. 38

a. Sumber Data Primer ............................................................. 38

b. Sumber Data Sekunder ......................................................... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 39

a. Observasi .............................................................................. 39

b. Wawancara ........................................................................... 40

c. Dokumentasi ........................................................................ 41

E. Uji Keabsahan Data .................................................................... 41

F. Teknik Analisis Data .................................................................. 43

a. Data Reduction (Reduksi Data) ........................................... 43

Page 11: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

xi

b. Penyajian Data ..................................................................... 44

c. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ........................................ 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Lingkungan dan Mata Pencaharian Warga Kompleks

Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten

Kudus ................................................................................... 45

2. Keadaan Sosial Ekonomi ..................................................... 48

3. Keadaan Sosial Budaya ........................................................ 51

B. Hasil Penelitian

1. Sikap Mental Pengemis Kompleks Pecinan Desa

Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus ................... 52

2. Faktor-faktor Yang Melatarbelakangi Seseorang Menjadi

Pengemis di Kompleks Pecinan Desa Hadipolo

Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus ................................... 72

C. Pembahasan

1. Sikap Mental dan Kebiasaan Meminta-minta Pengemis

Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus ................................................................. 94

2. Faktor Penyebab Pengemis Kompleks Pecinan

Melakukan Kegiatan Mengemis .......................................... 101

3. Konstruksi Sosial Kegiatan Mengemis Pengemis

Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus ................................................................. 113

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 120

B. Saran ........................................................................................... 121

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 122

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 12: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pekerjaan Pokok Penduduk Desa Hadipolo ............................. 50

Tabel 2. Data Pendidikan Desa Hadipolo Tahun 2015 .......................... 75

Tabel 3. Data Pendidikan Informan (Pengemis) Kompleks Pecinan ..... 76

Page 13: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengemis Muda dan Tua yang berada di Menara Kudus .. 56

Gambar 2. Pengemis Anak-anak yang berada di Menara Kudus......... 67

Gambar 3. Ibu Sehono Pengemis Lanjut Usia yang mengemis di

Menara Kudus .................................................................. 78

Gambar 4. Salah satu contoh Lingkungan Keluarga Kompleks

Pecinan .............................................................................. 91

Page 14: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan I Kerangka Berpikir ............................................................... 36

Bagan II Analisis Data Model Interaktif oleh Miles dan Huberman ... 44

Page 15: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 3. SK Skripsi

Lampiran 4. Instrumen Penelitian

Lampiran 5. Pedoman Wawancara

Lampiran 6. Pedoman Observasi

Lampiran 7. Pedoman Dokumentasi

Lampiran 8. Dafar Nama Objek Penelitian

Lampiran 9. Daftar Nama Informan

Page 16: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan bermasyarakat manusia memiliki karakter

tersendiri, baik itu karakter secara pribadi maupun karakter kelompok

yang akan membedakan daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.

Setiap daerah memiliki ciri khas yang daerah lain tidak punya, mulai dari

kebiasaan kelompok kecil hingga adat yang telah mendarah daging.

Kebudayaan ini berawal dari kebiasaan yang terus menerus dan

kebiasaan berasal dari tindakan yang berulang-ulang. Kebiasaan

(folkways) adalah kegiatan atau perbuatan yang diulang-ulang dalam

bentuk yang sama oleh orang banyak karena disukai (Herimanto dan

Winarno 2009:50). Tindakan yang berulang-ulang seringkali berasal dari

sikap yang membenarkan setiap hal yang kita kerjakan, sedangkan setiap

hal yang dibenarkan dalam benak kita tersebut terkadang bergeseran

dengan perilaku yang seharusnya dilakukan, sehingga antara tindakan

yang dilakukan dengan apa yang seharusnya dilakukan itu bertolak

belakang.

Masyarakat terdiri dari banyak manusia yang memiliki karakter,

sifat, sikap dan pandangan hidup yang berbeda antara yang satu dengan

yang lain. Perkembangan kehidupan mereka sedikit banyak diperngaruhi

oleh lingkungan, pergaulan dan dari diri mereka sendiri. Menurut Setiadi

Page 17: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

2

(2008:177), lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup

tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi

yang khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan

makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki

peranan yang lebih kompleks dan riil. Setiap individu bisa saja mendapat

pengaruh yang sama, namun setiap individu dapat merespon yang

berbeda setiap pengaruh yang dia dapatkan. Setiap pengaruh atau

pengetahuan yang individu dapatkan dapat memengaruhi sikap mental

dan pandangan hidup dia ke depannya.

Mengenai sikap mental dan pandangan hidup memiliki penjelasan

yang berbeda. Sikap mental adalah “konsepsi perilaku yang muncul dari

jiwa seseorang sebagai reaksi atas dasar situsasi yang memengaruhinya”

(Utomo, 2005:22), sedangkan pandangan hidup lebih ke arah bagaimana

seseorang memandang atau mengacu pada sesuatu, jika padangan hidup

setiap umat beragama berbeda mengenai Tuhan serta hubungan dia

dengan Tuhannya, tetapi dalam kehidupan bermasyarakat mereka dapat

bersikap sebagaimana mestinya untuk menghormati antar keyakinan

yang orang lain miliki.

Sikap mental seseorang dapat memengaruhi kehidupannya baik

dalam bermasyarakat maupun dalam dia melakukan sesuatu. Sikap

mental itu ada karena kebiasan yang dibiarkan terus menerus dan

terpelihara serta terpatri di dalam jiwa sehingga menjadi hal biasa jika

melakukan itu. Jika sikap yang seperti terus menerus dilakukan maka

Page 18: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

3

akan menjadi sebuah budaya. Salah satu contoh sikap mental yang

negatif adalah sikap mental meminta-minta kepada orang lain dengan

menganggap bahwa dirinya lemah dan perlu dikasihani, sebagai kaum

atau masyarakat yang perlu mendapatkan bantuan dan perhatian, bukan

sebagai masyarakat yang perlu dan layak mendapatkan kesempatan untuk

bersaing.

Hal inilah yang kemudian menjadi sebuah kebiasaan yang

mendarah daging. Mereka menganggap bahwa yang dia lakukan adalah

benar, tanpa dia sadari bahwa apa yang dia anggap benar itulah yang

justru bergeseran dengan apa yang seharusnya dia lakukan. Namun

karena keadaan seperti ini adalah yang mereka inginkan, maka hal itu

sulit untuk diubah karena sikap tersebut datangnya dari diri mereka

sendiri dan mereka sendiri yang mengembangkan sikap tersebut.

Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk yang

banyak, yang terbagi dalam beberapa provinsi dan terbagi lagi menjadi

kabupaten dan kota, Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku, bahasa

dan budaya. Pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia pun

beraneka ragam, hingga menimbulkan sekat-sekat atau struktur sosial

yang tercipta dalam masyarakat. Salah satu kabupaten yang terdapat di

Indonesia adalah Kabupaten Kudus yang terdapat di Provinsi Jawa

Tengah. Kabupaten Kudus adalah kabupaten terkecil di Jawa Tengah

dengan luas wilayah mencapai 42.516 Ha

Page 19: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

4

(www.kuduskab.go.id/profile.php diakses pada 16 Mei 2016 pukul 20.00

WIB). Kudus sebagai kabupaten terkecil memiliki daya tarik sebagai

kabupaten yang termasuk dalam kategori maju dalam pembangunan

maupun perekonomian yaitu majunya perusahaan rokok. Kabupaten

Kudus juga memiliki beragam suku dan agama yang dianut oleh

masyarakatnya, dan sebagai kabupaten yang memiliki banyak keyakinan

yang dianut oleh masyarakatnya, maka di Kabupaten Kudus juga terdapat

beberapa tempat wisata rohani atau keagamaan yang cukup menarik

banyak pengunjung selain pabrik rokok terbesar sebagai aset yang

dimiliki pemerintah kabupaten.

Dari tempat wisata seperti pusat pembuatan rokok dan tempat

peribadatan, selain sebagai sumber penghasilan bagi mereka yang

berdagang juga sebagai sumber penghasilan mereka yang memanfaatkan

belas kasih dari pengunjung untuk meminta-minta. Kegiatan ini

berlangsung secara terus menerus hingga menjadi suatu kebiasaan bahwa

di tempat wisata pasti ada pengemis yang meminta-minta. Pekerjaan

sebagai pengemis yang mereka jalani mereka lakukan dengan senang hati

dan seakan-akan menjadi hal yang wajar, padahal hal tersebut

menyimpang dari apa yang seharusnya dia lakukan, bahwa sebagai

manusia yang mendapat karunia dari Tuhan sebagai makhluk yang

sempurna adalah berusaha sebaik mungkin untuk bekerja dan bukan

mengandalkan pemberian dari orang lain.

Page 20: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

5

Salah satu tempat wisata yang menjadi sumber rejeki bagi

pengemis adalah Menara Kudus. Pengemis-pengemis yang berada di

kawasan Menara Kudus mayoritas mereka adalah penduduk yang telah

direlokasi oleh pemerintah Kabupaten Kudus dari Desa Demaan

Kaligelis yang kemudian dipindah ke Desa Hadipolo, tepatnya di

Kompleks Pecinan. Semua warga kompleks Pecinan adalah warga hasil

relokasi oleh Pemerintah Kabupaten Kudus yang berjumlah 114 KK.

Berdasarkan hasil observasi awal menunjukkan bahwa dalam

kehidupan sehari-hari dengan masyarakat, warga Kompleks Pecinan

Desa Hadipolo kurang berbaur dan lebih tertutup untuk berinteraksi

dengan masyarakat sekitar. Hal ini disebabkan karena warga kompleks

Pecinan merupakan warga pindahan atau hasil relokasi oleh Pemerintah

Kabupaten Kudus yang sebelumnya berada di daerah Kaligelis Kudus

yang telah direlokasi melalui dua tahap. Tahap pertama pada tahun 1991

kemudian sisanya pada tahun 1993.

Terkait dengan penjelasan di atas, peneliti ingin mengetahui lebih

lanjut mengenai pengemis dan bagaimana sikap mental yang dimiliki

oleh masyarakat yang berada di kawasan kompleks Pecinan Desa

Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus. Berdasarkan

permasalahan dan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Sikap Mental Pengemis di Kompleks Pecinan

Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus”.

Page 21: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana sikap mental pengemis yang berada di Kompleks Pecinan

Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus?

2. Apa saja faktor yang melatarbelakangi pengemis melakukan kegiatan

mengemis?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui sikap mental pengemis yang berada di Kompleks

Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus.

2. Untuk menganalisis apa saja faktor yang melatarbelakangi pengemis

melakukan kegiatan mengemis.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang

bermanfaat serta pengetahuan mengenai sikap mental serta faktor-

faktor yang melatarbelakangi kegiatan mengemis dalam perspektif

teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Lukmann.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Masyarakat

Untuk masyarakat penelitian ini diharapkan mampu

memberikan informasi mengenai sikap mental yang seharusnya

Page 22: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

7

diubah oleh pengemis, serta memberi kesempatan bagi masyarakat

yang ingin berkontribusi untuk membantu dalam menanggulangi

masalah kecenderungan sikap mental yang dimiliki.

b. Manfaat bagi Pemerintah Kabupaten Kudus

Bagi pemerintah Kabupaten Kudus penelitian ini diharapkan

mampu memberikan informasi dalam penanganan pengemis dan

mengubah perilaku pengemis yang berada Kompleks Pecinan serta

lebih meningkatkan kegiatan dan efektivitas keterampilan dan

pelatihan yang diberikan oleh pemerintah daerah Kabupaten

Kudus.

E. Batasan Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda dan cakupan yang

lebih luas, penulis menggunakan batasan istilah sehingga penjelasan

mengenai hal yang dibahas jelas. Berikut batasan istilah yang digunakan:

1. Pengemis

Pengemis adalah orang yang mendapatkan penghasilan dengan

cara meminta-minta baik di tempat umum maupun di daerah tertentu

dengan mengharapkan belas kasihan orang lain yang melihatnya.

Sebagian orang lebih memilih menjadi pengemis karena kerjanya

yang ringan dan tanpa modal dibandingkan harus bekerja yang lebih

membutuhkan banyak tenaga.

Pengemis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengemis

yang meminta-minta di dekat lampu merah, terminal, alun-alun dan

Page 23: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

8

tempat wisata yang berada di Kabupaten Kudus, mereka adalah

pengemis Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus.

2. Sikap Mental

Sikap mental merupakan perilaku seseorang yang muncul sebagai

reaksi dari kebiasaan yang dimiliki, di mana kebiasaan tersebut dapat

memengaruhi diri seseorang dalam bertindak, biasanya terjadi secara

spontan karena kebiasaan tadi yang telah tertanam kuat di dalam diri

seseorang.

Sikap mental yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap

mental pengemis terhadap pekerjaan yang mereka jalani, di mana

mereka tidak mau bekerja selain menjadi pengemis yang meminta

belas kasihan orang lain, tidak malu untuk meminta-minta dan

menginginkan hasil yang besar dengan modal atau tenaga yang

sedikit.

Berdasarkan batasan istilah di atas, penelitian sikap mental

pengemis yang diteliti memiliki tujuan mengetahui bagaimana sikap

mental pengemis yang berada di Kompleks Pecinan, faktor yang

melatarbelakangi pengemis melakukan kegiatan mengemis, kebiasaan

mengemis yang mereka lakukan secara turun temurun, serta dukungan

lingkungan sekitar yang membuat mereka ikut-ikutan mengemis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

pengemis Kompleks Pecinan agar lebih menyadari bahwa mengemis

Page 24: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

9

merupakan tindakan yang kurang baik dan kebiasaan mengemis yang

mereka lakukan serta diajarkan kepada anak mereka dapat

memengaruhi mental yang mereka miliki ketika tumbuh dewasa,

sehingga diharapkan jumlah pengemis dapat berkurang dan

memberikan gambaran bahwa masalah pengemis di Kompleks

Pecinan dapat teratasi oleh pemerintah daerah Kabupaten Kudus.

Page 25: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengemis

1. Pengertian Pengemis

Menurut PP No. 31 Tahun 1980 pengemis adalah orang-orang

yang mendapatkan penghasilan dengan meminta-minta di muka

umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas

kasihan dari orang lain. Sejalan dengan peraturan tersebut, dijelaskan

pula dalam Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08

Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Dan

Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang menyebutkan bahwa

“Pengemis adalah orang-orang yang mendapat penghasilan meminta-

minta di tempat umum dengan berbagai cara dan alasan untuk

mengharapkan belas kasihan orang lain dengan kriteria: (a) mata

pencariannya tergantung pada belas kasihan orang lain; (b) berpakaian

kumuh dan compang camping; (c) berada di tempat-tempat

ramai/strategis; dan (d) memperalat sesama untuk merangsang belas

kasihan orang lain.

Ala (1996:125) menyatakan “pengemis, berjubel di pinggir

tembok, luka-lukanya terbakar kena sinar matahari, mengulurkan

tangannya yang lemah pada setiap orang yang lalu lalang di

Page 26: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

11

hadapannya, sambil mengatupkan matanya ini mengucapkan:

“Kasihanilah kami, tuan, kasihanilah kami hambamu ini”. Menurut

Humaidi dalam Yuniarti (2013:3), jenis praktik mengemis dilakukan

biasanya secara individual, baik dalam hal keberangkatan maupun

penentuan daerah mengemis. Keuntungan individual ini adalah

kebebasan menggunakan hasil yang diperoleh. Dalam menjalankan

pekerjaannya, strategi yang dilakukan oleh pengemis antara lain

sebagai berikut.

a. Door to door ( pintu ke pintu)

Para pengemis menggunakan strategi ini untuk mendatangi

rumah, kantor-kantor, toko-toko, warung dan bengkel yang ada di

pinggiran jalan;

b. Gendong bayi

Strategi ini sudah sering kita lihat dan juga pernah mengalami

dimintai yang dengan cara seperti ini. Tujuannya dengan

menggendong bayi agar orang yang melihat para pengemis ada

belas kasihan dan rasa iba sehingga memberikan sedekah.

Pengemis yang menggendong bayi lebih mengundang iba

dibanding mereka yang tidak membawa bayi;

c. Menanti di warung

Mereka hanya duduk di warung yang biasanya ramai

pengunjung dan menadahkan tangan kepada setiap orang yang

selesai makan.

Page 27: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

12

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengemis adalah

orang yang memiliki penghasilan dengan cara meminta-minta di muka

umum dengan mengharap belas kasihan dari orang lain yang

melihatnya. Mereka dapat bekerja sendiri atau secara individu maupun

secara berkelompok seperti yang terdapat di tempat wisata, terminal

atau datang dari rumah yang satu ke rumah yang lain.

2. Kategori pengemis

Menurut Margana dan Nursam (2010:135), pengemis itu dapat

dikategorisasikan menjadi 3 golongan:

a. Pertama, orang yang menjadi pengemis karena miskin, sakit dan

cacat.

b. Kedua, adalah orang yang menjadi pengemis sebagai profesi, dan

masih memiliki kondisi kesehatan yang prima.

c. Ketiga, adalah orang yang menjadi pengemis karena menderita

penyakit menular.

Setiajid dan Sumarto (dalam Prihatini 2013:43), menyebutkan

bahwa istilah pengemis secara asosiatif berkenaan pada anggota

masyarakat yang hidupnya semrawut, pakaian kumal, orang tua yang

membawa tongkat yang menadahkan tangannya kepada siapa saja

yang lewat di depannya, orang yang meminta sedekah di tengah terik

matahari dengan badan penuh peluh, orang dewasa yang digandeng

seorang anak karena ia buta atau lemah fisik, seorang wanita yang

menggendong bayi dengan membawa bokor kumal dan disodorkan

Page 28: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

13

kepada siapa saja yang ia jumpai dan seseorang atau dua orang anak

dengan pakaian compang-camping dan dengan raut muka yang minta

dikasihani mengadahkan tangannya kepada orang dewasa.

Karakteristik pengemis yang terdapat di kompleks Pecinan salah

satunya adalah orang yang menjadi pengemis sebagai pekerjaan, dan

masih memiliki kondisi kesehatan yang prima. Pengemis yang berasal

dari kompleks Pecinan dan beroperasi di sekitar lampu merah, pasar,

terminal dan tempat wisata dengan pakaian yang kumal, membawa

tongkat dan mengadahkan tangan kepada siapa saja yang mereka

jumpai dengan raut muka yang minta dikasihani, pekerjaan sebagai

pengemis adalah pekerjaan utama bagi mereka.

3. Faktor-faktor munculnya pengemis

Faktor munculnya pengemis erat kaitannya dengan kemiskinan

yang terjadi di masyarakat. Suharto (2009:135) menyebutkan bahwa,

“kemiskinan secara sosial-psikologis menunjuk pada kekurangan

jaringan dan struktur sosial yang mendukung dalam mendapatkan

kesempatan-kesempatan peningkatan produktivitas. Dimensi

kemiskinan ini juga dapat diartikan sebagai kemiskinan yang

disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat yang mencegah

atau merintangi seseorang dalam memanfaatkan kesempatan-

kesempatan yang ada di masyarakat. Faktor-faktor penghambat

tersebut secara umum meliputi faktor internal dan eksternal. Faktor

Page 29: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

14

internal datang dari dalam diri si miskin itu sendiri, seperti rendahnya

pendidikan atau adanya hambatan budaya”.

Alasan dasar yang menjadi penyebab adanya pengemis yaitu

faktor ekonomi. Faktor ekonomi memengaruhi hampir seluruh bagian

kehidupan masyarakat. Mereka yang kekurangan dalam hal ekonomi

akan mencari berbagai cara untuk memperbaiki hidupnya, dana salah

satu cara yang digunakan yaitu mengemis. Kondisi ekonomi yang

rendah inilah yang sering orang sebut kemiskinan, sebagian

masyarakat yang tidak dapat menerima kondisi kemiskinan ini merasa

menderita dan membenci kemiskinan.

Menurut Soekanto (1982:320), faktor-faktor yang menyebabkan

mereka membenci kemiskinan adalah kesadaran bahwa mereka telah

gagal untuk memperoleh lebih dari apa yang telah dimilikinya dan

perasaan atas ketidakadilan. Pada masyarakat modern yang rumit,

kemiskinan menjadi suatu masalah sosial karena sikap yang

membenci kemiskinan tadi. Seseorang bukan merasa miskin karena

kurang makan, pakaian atau perumahan, tetapi karena harta miliknya

dianggap tidak cukup untuk memenuhi taraf kehidupan yang ada.

Sedangkan Kartono (2009:4), menyebutkan bahwa masalah-masalah

sosial pada hakikatnya juga merupakan fungsi-fungsi struktural dari

totalitas sistem sosial, yaitu berupa produk atau konsekuensi yang

tidak diharapkan dari satu sitem sosio-kultural.

Page 30: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

15

Kebencian terhadap kemiskinan ini yang kemudian mengubah

pola hidup masyarakat, sikap hingga cara pandang mereka dalam

menghadapi masalah yang ada, jika hanya disikapi dengan meminta-

minta akan menciptakan yang namanya kebudayaan meminta-minta.

Kebudayaan meminta-minta bukan hanya disebabkan karena kondisi

seseorang yang tidak dapat mencari cara lain selain meminta tetapi

juga karena sikap mental yang ada dalam diri mereka adalah meminta-

minta, mereka malas atau kurang dalam berusaha dengan cara lain

selain meminta-minta, sehingga sifat ini menjadi membudaya.

Perilaku meminta-minta yang semakin lama menjadi sebuah budaya

yang dilakukan oleh mereka yang merasa miskin adalah suatu bentuk

kebudayaan kemiskinan.

Menurut Oscar Lewis dalam Suparlan (1995:5), kebudayaan

kemiskinan merupakan suatu adaptasi atau penyesuaian dan sekaligus

juga merupakan reaksi kaum miskin terhadap kedudukan marginal

mereka di dalam masyarakat yang berstrata kelas, sangat

individualistis, dan berciri kapitalisme. Kebudayaan tersebut

mencerminkan suatu upaya mengatasi rasa putus asa dan tanpa

harapan, yang merupakan perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil

dapat meraih sukses di dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan

tujuan masyarakat yang lebih luas.

Sikap meminta-minta yang telah membudaya menjadikan

masyarakat miskin terbiasa dengan mengemis. Sikap mengemis itu

Page 31: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

16

sendiri karena individu tersebut memiliki pribadi malas bekerja dan

megharapkan hasil dengan meminta-minta. Sistem kepribadian

mengenai isi jiwa dan watak individu yang berinteraksi sebagai warga

masyarakat. Kepribadian individu dalam suatu masyarakat, walaupun

berbeda-beda satu sama lain, namun juga distimulasi dan dipengaruhi

oleh nilai dan norma dalam sistem budaya, serta oleh pola-pola

bertindak dalam sistem sosial yang telah diinternalisasinya melalui

proses sosialisasi dan proses pembudayaan selama hidup sejak masa

kecilnya. Dengan demikian, sistem kepribadian manusia berfungsi

sebagai sumber motivasi dari tindakan sosialnya (Koentjaraningrat,

2009:181).

Selain itu salah satu faktor penghambat yang datang dari dalam

diri seseorang atau sekelompok orang sebagai pengemis, misalnya

rendahnya tingkat pendidikan atau karena adanya hambatan budaya.

Kemiskinan ini dapat muncul sebagai akibat nilai-nilai dan

kebudayaan yang dianut oleh sekelompok orang itu sendiri (Effendi,

1993:203). Menurut Rochatun (2011:24-25), ada banyak faktor yang

mendorong seseorang menjadi pengemis, di antaranya sebagai berikut:

a. Faktor ketidakberdayaan, kefakiran, dan kemiskinan yang dialami

oleh orang-orang yang mengalami kesulitan untuk mencukupi

kebutuhan keluarga sehari-hari. Karena mereka memang tidak

memiki gaji tetap, santunan-santunan rutin atau sumber-sumber

kehidupan yang lain. Sementara mereka sendiri tidak memiliki

Page 32: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

17

keterampilan atau keahlian khusus yang dapat mereka manfaatkan

untuk menghasilkan uang. Misalnya anak-anak yatim, orang-orang

yang menyandang cacat, orang-orang yang menderita sakit

menahun, janda-janda miskin.

b. Faktor kesulitan ekonomi yang tengah dihadapi oleh orang-orang

yang mengalami kerugian harta cukup besar. Contohnya seperti

para pengusaha yang tertimpa bangkrut, para pedagang yang rugi

atau para petani yang gagal panen secara total.

c. Faktor musibah yang menimpa suatu keluarga atau masyarakat

seperti kebakaran, banjir, gempa, penyakit menular, dan lainnya

sehingga mereka terpaksa harus minta-minta.

d. Faktor-faktor yang datang belakangan tanpa disangka-sangka

sebelumnya. Contohnya seperti orang-orang yang secara mendadak

harus menanggung hutang kepada berbagai pihak tanpa sanggup

membayarnya.

Dari beberapa faktor di atas dapat disimpulkan bahwa adanya

pengemis selain disebabkan karena faktor ekonomi juga karena pola

fikir mereka yang tidak mau bekerja keras, ketidakberdayaan

melakukan pekerjaan lain dan kebiasaan yang sudah dilakukan secara

terus menerus.

Page 33: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

18

B. Sikap Mental

1. Pengertian sikap mental

Graham dalam Poerwopoespito (2000:24), mendefinisikan sikap

sebagai karakteristik individual yang berhubungan dengan tata cara

seseorang bereaksi terhadap objek atau situasi tertentu. Reaksi ini

sangat bergantung pada pengalaman pribadi masing-masing individu,

yang pada akhirnya menghasilkan perilaku atas pendapat tertentu.

Syaifuddin (2009:25), menyatakan hampir semua tindakan manusia

adalah sukarela (voluntary). Tindakan itu adalah produk dari suatu

keputusan untuk bertindak sebagai hasil dari pikiran. Hampir semua

yang kita lakukan adalah hasil dari memilih tindakan dengan suatu

cara tertentu, bukan cara lain.

Sujarwa (2005:97), menyatakan bahwa sikap manusia merupakan

produk dari proses sosialisasi penyesuaian diri seseorang terhadap

objek yang bersangkutan, dengan dipengaruhi oleh lingkungan sosial,

serta kesediaannya untuk berinteraksi terhadap objek tersebut. Adapun

para ahli psikologi sosial ada yang berpendapat bahwa sikap itu

berpangkal pada pembawaan atau kepribadian. Disamping itu, ada

yang menempatkan sikap sebagai motif atau sesuatu konstruk yang

mendasari tingkah laku seseorang. Sikap juga sering diidentikkan

dengan keyakinan, kebiasaan, pendapat, atau konsep-konsep yang

dikembangkan seseorang.

Page 34: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

19

Mentalitas, atau orang Inggris menamakan mentality, berarti daya

otak atau kekuatan pikir, suatu kapasitas rohaniah (mental) yang

terdapat pada seseorang yang menuntun perilaku berbuat atau

bertindak dalam kehidupan. Apa-apa yang dipantulkan atau

dinyatakan dalam perilaku itu membentuk sikap seseorang terhadap

sesuatu yang lain dan itulah yang kita sebut “sikap mental” (Ranjabar,

2006:153).

Menurut Utomo (2005:22) sikap mental adalah “konsepsi

perilaku yang muncul dari jiwa seseorang sebagai reaksi atas dasar

situasi yang memengaruhinya”. Sedangkan menurut Sajogyo (2005:8)

“faktor-faktor mental adalah pengetahuan mengenai sistem nilai

budaya dan mengenai sikap. Kedua hal itu menyebabkan timbulnya

pola-pola cara berpikir tertentu pada warga suatu masyarakat dan

sebaliknya pola-pola cara berpikir inilah yang memengaruhi tindakan-

tindakan dan kelakuan mereka, baik dalam kehidupan sehari-hari

maupun dalam hal membuat keputusan-keputusan yang penting dalam

hidup”.

Pernyataan tersebut sejalan dengan pemikiran Alfian (1980:17)

yang menyebutkan bahwa “sikap mental (atau mungkin boleh pula

disebut sebagai pola pikir) yang langsung memengaruhi pola tingkah

laku seseorang atau masyarakat tampak menjadi kunci yang

menentukan dinamika kemampuannya dalam mengarungi berbagai

aspek kehidupannya. Itulah yang memainkan peran utama dalam

Page 35: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

20

membentuk pola tingkah laku sosialnya, pola tingkah laku politik

ekonominya, pola tingkah laku kehidupan beragamanya, pola tingkah

lakunya terhadap hukum dan banyak lagi.

Setiap manusia memiliki sikap mental yang berbeda,

Koentjaraningrat (2004:45-52) menyebutkan beberapa sifat

kelemahan dalam mentalitas banyak orang Indonesia, yang lebih

menjauhkan kita lagi dari jiwa pembangunan. Sifat-sifat kelemahan

tersebut yang bersumber pada kehidupan penuh keragu-raguan dan

kehidupan tanpa pedoman dan tanpa orientasi yang tegas itu, adalah:

1. Sifat mentalitas yang meremehkan mutu, kebutuhan akan kualitas

dari hasil karya kita, dan rasa peka kita terhadap mutu, sudah

hampir hilang. Hal itu rupanya adalah akibat otomatis dari

kemiskinan menghebat yang melanda bangsa kita. Demikian kita

sampai tak sempat memikirkan mengenai mutu dari barang dan

jasa yang kita konsumsi.

2. Sifat mentalitas yang suka menerabas, mentalitas yang bernafsu

untuk mencapai tujuannya secepat-cepatnya tanpa banyak kerelaan

berusaha dari permulaan secara selangkah demi selangkah.

3. Sifat tak percaya kepada diri sendiri, sikap tak percaya terhadap

diri sendiri yang memburuk itu rupa-rupanya adalah suatu

konsekuensi dari serangkaian kegagalan, terutama dalam bidang

usaha pembangunan, yang dialami oleh bangsa Indonesia dalam

Page 36: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

21

zaman post-revolusi, sejak saat tercapainya kemerdekaan sampai

sekarang.

4. Sifat tak berdisiplin murni, merupakan suatu sifat yang justru

dalam zaman revolusi tampak makin memburuk dan merupakan

salah satu pangkal daripada banyak masalah sosial budaya yang

sekarang ini kita hadapi. Banyak orang Indonesia, terutama di kota-

kota, hanya berdisiplin karena takut akan pengawasan dari atas.

Pada saat pengawasan itu kendor atau tak ada, maka hilanglah juga

hasrat murni dalam jiwanya untuk secara ketat menaati peraturan-

peraturan.

5. Sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang

kokoh, sikap tak bertanggung jawab dalam pekerjaan mata

pencaharian hidup sehari-hari mudah dapat kita mengerti sebab-

sebabnya. Kesukaran hidup, kemiskinan, dan kekurangan tenaga

banyak memaksa orang Indonesia untuk membagi perhatiannya

kepada lebih dari satu pekerjaan dan kewajiban. Demikian sikap

tak bertanggung jawab ini sebenarnya merupakan suatu keadaan

tak mampu dari orang yang hidup dalam suatu keadaan serba

kurang yang tak ada taranya.

Suatu kelemahan dari mentalitet rakyat pedesaan di Jawa, yang

akan merupakan penghambat besar dalam hal pembangunan, adalah

sikapnya yang pasif terhadap hidup. Kesukaan orang Jawa terhadap

gerakan-gerakan kebatinan, penilaian tinggi yang dinyatakan terhadap

Page 37: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

22

konsep nerima, ketabahannya yang ulet dalam hal menderita, tetapi

yang lemah dalam hal karya, merefleksikan mentalitet tersebut

(Koentjaraningrat, 1980:343).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap mental

merupakan konsepsi perilaku yang timbul dari dalam diri manusia

sebagai reaksi atas situasi yang dihadapinya. Seseorang memiliki

sikap mental pengemis karena situasi yang mendukung dia untuk

menjadi seseorang yang meminta-minta, kebiasaan yang berulang-

ulang, tidak percaya pada diri sendiri, masih adanya sumber

penghasilan yang mereka dapatkan serta mereka melakukan pekerjaan

mengemis dengan suka rela.

2. Pengaruh sikap mental terhadap budaya Keluarga

Sikap mental merupakan dasar dari pembentukan budaya

keluarga. Sikap mental negatif yang dilakukan secara berulang-ulang

akan menjadi kebiasaan buruk yang semakin lama membudaya. Sikap

mental negatif yang dilakukan seseorang bisa menjadi budaya negatif

keluarga jika akhirnya sikap itu diikuti dan dilakukan sebagian besar

atau lebih celaka seluruh anggota keluarga. Begitu juga sikap mental

positif seorang anggota keluarga dapat menjadi budaya positif

keluarga, kalau sebagian besar anggota keluarga, atau syukur-syukur

kalau seluruh anggota keluarga meneladani dan mengikutinya

(Utomo, 2005:29).

Page 38: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

23

E.B Tylor (dalam Kristiatmo 2010:75), menyatakan bahwa

kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup

pengetahuan, keyakinan seni dan moral, hukum, adat istiadat dan

kapabilitas lainnya serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai

anggota masyarakat. Ranjabar (2006:29), menyebutkan bahwa

kebudayaan berdasarkan profesi, pekerjaan atau keahlian juga

memberi pengaruh besar pada kepribadian seseorang. Kepribadian

seorang dokter misalnya, berbeda dengan kepribadian seorang

pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan

cara mereka bergaul. Perilaku demikian tentunya lebih dimengerti

oleh teman-teman sejawatnya yang mempunyai pekerjaan dan

keahlian yang sama.

Oscar Lewis mendefinisikan kebudayaan kemiskinan merupakan

suatu adaptasi atau penyesuaian dan sekaligus juga merupakan reaksi

kaum miskin terhadap kedudukan marginal mereka di dalam

masyarakat yang berstrata kelas, sangat individualitis, dan berciri

kapitalisme. Kebudayaan tersebut mencerminkan suatu upaya

mengatasi rasa putus asa dan taanpa harapan, yang merupakan

perwujudan dari kesadaran bahwa mustahil dapat meraih sukses di

dalam kehidupan sesuai dengan nilai-nilai dan tujuan masyarakat yang

lebih luas (Suparlan, 1995:5).

Masyarakat yang berkebudayaan kemiskinan tidak banyak

menghasilkan kekayaan dan uang, dan sebaliknya, juga pendataan

Page 39: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

24

mereka kecil. Mereka memunyai tingkat melek huruf dan pendidikan

yang rendah, mereka tidak menjadi anggota sesuatu organisasi buruh

maupun anggota suatu partai politik, pada umumnya tidak

berpartisipasi dalam yayasan kesejahteraan nasional dan juga tidak

banyak memanfaatkan bank, rumah sakit, toserba (supermarket),

museum atau pasar seni (Suparlan, 1995:8).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa jika seorang

keluarga memiliki kebiasaan yang negatif atau sikap mental yang

negatif maka akan menjadi sebuah kebiasaan buruk yang dapat

memengaruhi anggota keluarga yang lain, dan jika seluruh anggota

keluarga terbiasa dengan sikap mental negatif, maka semakin lama

akan menjadi budaya dalam keluarga. Seperti kebiasaan untuk

meminta-minta yang dilakukan oleh seseorang dan diajarkan pula

kepada anggota keluarga yang lain, maka akan tercipta kebiasaan

meminta-minta oleh seluruh anggota keluarga dan kebiasaan tersebut

akan menjadi sebuah budaya serta berpengaruh pada suasana

kekeluargaan dan cara mereka bergaul. Mereka yang bekerja sebagai

pengemis akan terbiasa dengan lingkungan di mana banyak juga

anggota keluarga dan lingkungan sekitar yang memiliki pekerjaan

sama menjadi seorang pengemis dan mereka akan merasa lebih

dimengerti oleh teman-teman sejawatnya yang mempunyai pekerjaan

dan keahlian yang sama.

Page 40: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

25

C. Teori Konstruksi Sosial

Suryanto dalam Ayni (2014) menjelaskan bahwa konstruksi sosial

atas realitas (social construction of reality) adalah sebagai proses sosial

melalui tindakan dan interaksi di mana individu menciptakan secara

terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara

subyektif. Konstruksi secara bahasa berasal dari kata to construct yang

berarti membangun; construction yang berarti bangunan atau wujud,

sehingga secara bahasa konstruksi sosial berarti bangunan atau wujud

tentang realitas sosial. Alasan disebut 'konstruksi sosial' karena bertujuan

untuk menjelaskan cara-cara bagaimana fenomena secara sosial

dibangun.

Teori konstruksi sosial dikembangkan oleh Peter L. Berger dan

Thomas Luckman yang dicantumkan dalam buku berjudul “the Social

Construction of Reality: A Treatise in the Sociology of Knowledge.

Berger dan Luckmann meyakini secara substantif bahwa realitas

merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi

sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya, “reality is socially

constructed” (Sandinata, 2012:4). Asumsi dasar dari teori konstruksi

sosial Berger dan Luckmann adalah:

1) Realitas merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuataan

konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya

2) Hubungan antara pemikiran manusia dan konteks sosial tempat

pemikiran itu timbul, bersifat berkembang dan dilembagakan

Page 41: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

26

3) Kehidupan masyarakat itu dikonstruksi secara terus menerus

4) Membedakan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas diartikan

sebagai kualitas yang terdapat di dalam kenyataan yang diakui sebagai

memiliki keberadaan (being) yang tidak bergantung kepada kehendak

kita sendiri. Sementara pengetahuan didefinisikan sebagai kepastian

bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang

spesifik.

Berger dan Luckmann menjelaskan institusi masyarakat tercipta

dan dipertahankan atau diubah melalui tindakan dan interaksi manusia.

Meskipun masyarakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif,

namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif

melalui proses interaksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan

berulang-ulang yang diberikan oleh orang lain yang memiliki definisi

subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia

menciptakan dunia dalam makna simbolis yang universal, yaitu pandangan

hidupnya yang menyeluruh, yang memberi legitimasi dan mengatur

bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang

kehidupannya.

Proses konstruksi, jika dilihat dari perspektif teori Berger &

Luckmann berlangsung melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga

bentuk realitas yang menjadi entry concept, yakni objective reality,

symbolic reality dan subjective reality.

Page 42: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

27

1) Objective reality merupakan suatu kompleksitas definisi realitas

(termasuk ideologi dan keyakinan ) serta rutinitas tindakan dan tingkah

laku yang telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu

secara umum sebagai fakta.

2) Symbolic reality merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang

dihayati sebagai “objective reality” misalnya teks produk industri

media, seperti berita di media cetak atau elektronika, begitu pun yang

ada di film-film.

3) Subjective reality merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki

individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif

yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk

melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial

dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses

eksternalisasi itulah individu secara kolektif berpotensi melakukan

objektivikasi, memunculkan sebuah konstruksi objektive reality yang

baru (Sandinata, 2012: 6).

Berger dan Luckmann menjelaskan konsep untuk menghubungkan

antara yang subjektif dan objektif melalui konsep dialektika, yang dikenal

dengan eksternalisasi-objektivasi-internalisasi.

1) Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural

sebagai produk manusia. “Society is a human product”.

Page 43: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

28

2) Objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang

dilembagakan atau mengalami institusionalisasi. “Society is an

objective reality”.

3) Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-

lembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi

anggotanya. “Man is a social product”. (Sandinata, 2012:7).

Berger menegaskan realitas kehidupan sehari-hari memiliki

dimensi-dimensi subyektif dan obyektif. Manusia merupakan instrumen

dalam menciptakan realitas sosial yang obyektif melalui proses

ekternalisasi, sebagaimana ia memengaruhinya melalui proses internalisasi

(yang mencerminkan realitas subyektif). Dalam model yang dialektis, di

mana terdapat tesa, antitesa dan sintesa, Berger melihat bahwa masyarakat

sebagai produk manusia dan manusia sebagai produk masyarakat (Poloma,

2000:302).

Berdasarkan penjelasan teori konstruksi sosial di atas apabila

dikaitan dengan pengemis adalah dalam sebuah proses objektifikasi

terdapat sebuah proses mengubah kesadaran menjadi suatu tindakan,

artinya suatu nilai yang telah dipegang oleh seorang individu dalam

masyarakat kemudian menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan di

internalisasikan dalam diri setiap individu kemudian dia realisasikan

dalam kehidupannya sebagai produk dari nilai yang telah dia anut. Sesuatu

yang seseorang lakukan adalah atas kesadaran diri mereka sendiri. Bekerja

sebagai pengemis merupakan wujud dari kebiasaan yang telah lama

Page 44: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

29

pengemis lakukan, dia melakukan pekerjaan mengemis bukan tanpa alasan

dan bukan karena dalam pengaruh orang lain, mereka bekerja sebagai

pengemis atas dasar keinginan mereka sendiri dan mereka lakukan

pekerjaan tersebut secara sadar di mana salah satu pembentuk kesadaran

yang mereka lakukan adalah pengaruh dari lingkungan dan nilai yang

dipegang oleh pengemis mengenai kebiasaan mengemis yang dia lakukan.

Bertahannya praktik kegiatan mengemis juga tidak akan bertahan apabila

tidak ada tindakan memberi yang dilakukan oleh seseorang kepada

pengemis.

D. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Pembahasan mengenai permasalahan pengemi telah dilakukan oleh

beberapa peneliti. Pada penelitian terdahulu dibahas berbagai

permasalahan di berbagai daerah yang juga terkait dengan pengemis.

berikut ini adalah penelitian terdahulu yang menjelaskan mengenai

permasalahan pengemis:

a. Amalia (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Rehabilitasi

Pengemis di Kota Pemalang”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

(1) faktor internal penyebab terjadinya pengemisan berkaitan dengan

kondisi diri sang peminta-minta yang meliputi sifat malas, tidak mau

bekerja, mental yang tidak kuat, cacat fisik maupun psikis. Sedangkan

faktor eksternal penyebab terjadinya pengemisan berkaitan dengan

kondisi luar dari sang peminta-minta yang meliputi faktor sosial, kultur,

ekonomi, pendidikan, lingkungan dan agama. Faktor lain dikarenakan

Page 45: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

30

kurang efektifnya kegiatan penjaringan yang dilakukan Satpol PP

sehingga belum sepenuhnya terkena razia. Penyebab lain karena adanya

buangan pengemis-pengemis dari luar daerah ke Pemalang yang

menyebabkan mereka beroperasi di daerah pemalang, (2) keterlibatan

dan bentuk nyata partisipasi masyarakat dalam penanggulangan

pengemisan di Balai Rehabilitasi berupa pemberian bantuan berupa

sandang dan pangan berupa sembako serta bimbingan keterampilan

maupun bimbingan fisik, pemberian bantuan pertolongan oleh

masyarakat manakala kelayan Balai mengalami musibah, memberikan

pelatihan Usaha Ekonomi Produktif melalui kegiatan bimbingan dan

latihan keterampilan bagi eks PGOT, (3) upaya-upaya yang dilakukan

Balai Rehabilitasi Sosial “Samekto Karti” Pemalang I dalam

merehabilitasi pengemis adalah dengan melakukan : a) rehabilitasi

perilaku yang merupakan proses rehabiltasi sosial melalui pelayanan

pengubahan perilaku melalui pendidikan bela Negara, bimbingan

mental pembinaan keagamaan, dinamika dan terapi kelompok, b)

rehabilitasi sosial psikologi yang merupakan proses rehabilitasi sosial

yang berusaha mengembalikan kondisi mental psikologi dan sosial, c)

rehabilitasi karya merupakan proses rehabilitasi sosial yang berusaha

agar sasaran penanganannya dapat menjadi manusia produktif dan dapat

berpartisipasi dalam pembangunan, d) rehabilitasi pendidikan

merupakan proses rehabilitasi sosial yang berusaha mengupayakan

Page 46: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

31

penambahan pengetahuan melalui upgrading dan refreshing untuk

mendukung pengambilan bentuk jenis keterampilan.

b. Prihatini (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengemis di

Kawasan Ziarah Makam Sunan Gunung Jati Cirebon”. Hasil dari

penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendorong

munculnya pengemis di Kawasan Ziarah Makam Sunan Gunung Jati

Cirebon adalah: Pertama, faktor individual. Seseorang memilih menjadi

pengemis atas pilihannya sendiri. Kedua, faktor sosial. Budaya

kemiskinan sudah tertanam dalam diri pengemis, pengemis jika

dikatakan orang miskin mereka menerima karena keadaannya memang

kekurangan dalam memenuhi kebutuhannya. Ketiga, faktor kultural.

Pengemis di kawasan ziarah sudah ada sejak dahulu, sudah menjadi

tradisi pengemis untuk mencari rezeki. Keempat, faktor struktural.

Pengemis bukan disebabkan oleh karena struktur yang tidak adil, baik

struktur politik, sosial maupun ekonomi yang tidak memungkinkan

seseorang atau sekelompok orang menjangkau sumber-sumber

penghidupan yang sebenarnya tersedia untuk mereka. Persepsi

masyarakat terkait dengan keberadaan pengemis jumlahnya bertambah

pada hari malam jum’at kliwon dan Maulud Nabi. Pengemis anak-anak

sering mengganggu peziarah karena mereka menarik baju peziarah

apabila belum memberi uang. Upaya untuk menyadarkan pengemis,

Dinas Sosial Kabupaten Cirebon bekerjasama dengan Pemerintah

Provinsi Jawa Barat melalui Badan Rehabilitasi Sosial Bina Karya

Page 47: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

32

(BRSBK). Sasarannya adalah para gelandangan, pengemis, dan anak

terlantar. Selain itu juga Dinas Sosial menyelenggarakan pembinaan.

Pembinaan tersebut berupa kegiatan keterampilan untuk keluarga

miskin seperti bimbingan sosial, mental fisik, dan keterampilan olahan

pangan, pertanian, pertukangan, handycraff.

c. Hariolaksono (2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Satuan

Polisi Pamong Praja dalam Menangani Gelandangan dan Pengemis di

Kota Semarang”. Hasil penelitian menunjukkan peran Satuan Polisi

Pamong Praja di dalam menangani gelandangan dan pengemis di Kota

Semarang ada beberapa model, karena dalam menangani ketertiban

umum harus sesuai dengan kebijakan penertiban yang dalam hal ini ada

6 hal yaitu: 1) tahap pengumpulan opini, 2) tahap pendekatan dan

komunikasi, 3) Public Hearing (sosialisasi dan negoisasi), 4) mou

insentif dan disentif dari hasil kesepakatan, 5) membuat kesepakatan

agar para gelandangan dan pengemis tidak beroperasi lagi di wilayah

publik, dan 6) tahap eksekusi pelanggaran kesepakatan atau penertiban.

d. Filliastuti (2015), dalam penelitiannya yang berjudul “Pemberdayaan

Balai Rehabilitasi Sosial PGOT/Eks. Psikotik Samekto Karti Pemalang

Terhadap Pembinaan Moral Pengemis, Gelandangan, dan Orang

Terlantar (PGOT) di Pemalang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

(1) Pemberdayaan Balai Samekto Karti Pemalang melalui

pengembangan kapasitas kelembagaan cukup baik. Balai Samekto Karti

telah menempuh langkah-langkah untuk mengembangkan kapasitas

Page 48: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

33

kelembagaannya, baik pada tingkat sistem yaitu penguatan dengan

adanya visi dan misi, terdapat dasar hukum pelaksanaan balai,

penyesuaian prosedur krja balai sesuai peraturan terbaru yaitu Peraturan

Gubernur No. 53 Tahun 2013, tingkat entitas yaitu penguatan dengan

menyesuaikan struktur organisasi sesuai Peraturan Gubernur No. 53

Tahun 2013, komunikasi, kemitraan kerja, kepemimpinan, sarana dan

prasarana, dan tingkat individu yaitu penguatan yang dilakukan adalah

penambahan jalur rekruitmen, peningkatan standar kompetensi calon,

pengembangan pegawai melalui pengikutsertaan pegawai dalam

pelatihan-pelatihan yang bersangkutan. (2) Strategi pembinaan moral

yang dilakukan oleh Balai Samekto Karti Pemalang dilakukan dengan

beberapa kegiatan pembinaan, yaitu pembinaan keagamaan untuk

menumbuhkan nilai religius, pembinaan mental dan sosial untuk

menumbuhkan nilai sosialitas, pembinaan ideologi dan pembinaan

perilaku untuk meumbuhkan nilai ksopanan dan tanggung jawab serta

pembinaan keterampilan untuk menumbuhkan nilai kemandirian.

Pembina berusaha memberikan solusi yang trbaik dalam memecahkan

masalah yang dihadapi oleh penerima manfaat, baik masalah pribadi

maupun masalah kelompok. Dalam melakukan penyampaian

pembinaan moral, pembina menggunakan metode keteladanan, life in,

dan praktik. Misalnya memberikan contoh kepada penerima manfaat

dengan kedisiplinan, supaya para penerima manfaat dapat disiplin dan

mematuhi peraturan yang ada. (3) kendala yang dihadapi oleh pegawai

Page 49: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

34

Balai Samekto Karti Pemalang adalah komunikasi, kekurangan

pegawai, sarana dan prasarana.

Berdasarkan penelitian yang relevan di atas, dalam penelitian ini

memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan penelitian yang relevan

di atas dengan penelitian ini adalah membahas tentang pengemis yang

lebih menekankan pada faktor penyebab pengemis melakukan

pekerjaan mengemis, sedangkan perbedaan dengan penelitian terdahulu

dengan penelitian ini adalah mengkaji tentang sikap mental yang

dimiliki pengemis Kompleks Pecinan Desa Hadipolo Kecamatan Jekulo

Kabupaten Kudus.

E. Kerangka Berpikir

Setiap manusia di dalam masyarakat memiliki masalah tersendiri

dalam kehidupan mereka. Setiap masalah yang dihadapi setiap manusia

berbeda-beda, baik dalam hal berinteraksi dengan orang lain maupun

dalam hal kebutuhan hidupnya. Masalah-masalah yang sering muncul

dalam kehidupan masyarakat diantaranya adalah kemiskinan,

pengangguran dan pengemis.

Kemiskinan yang dialami seseorang dapat mendorong mereka

bertindak untuk melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidup

mereka, salah satunya dengan cara mengemis. Teori konstruksi sosial

yang dikemukakan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman

menjelaskan bahwa sebuah proses objektifikasi terdapat sebuah proses

mengubah kesadaran menjadi suatu tindakan, artinya suatu nilai yang

Page 50: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

35

telah dipegang oleh seorang individu dalam masyarakat kemudian

menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan, sehingga individu sadar

akan pekerjaan yang mereka lakukan, seorang pengemis sadar akan

pekerjaan meminta-minta yang mereka lakukan, artinya lingkungan

adalah salah satu pembentuk kesadaran yang dilakukan individu

mengenai praktik pekerjaan mengemis yang dia kerjakan, bukan hanya

lingkungan saja tetapi juga kebiasaan yang dilakukan dalam keluarga dan

untuk memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan dengan cara mengemis

tanpa mengeluarkan modal yang banyak dan keahlian khusus untuk

melakukannya.

Pengemis dalam melakukan tindakannya selain karena kemauan

sendiri juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, keluarga dan

kebiasaan yang telah mereka jalani, sehingga menjadikan sikap mental

mereka dalam melakukan pekerjaan menjadi pengemis tidak memiliki

rasa malu dan dilakukan secara terus menerus untuk mendapatkan

keuntungan dari apa yang mereka kerjakan. Pengemis melakukan

pekerjaan mereka di berbagai tempat, antara pengemis yang satu dengan

pengemis yang lain memiliki daerah atau tempat tersendiri dalam

melakukan pekerjaan mereka. Di Kompleks Pecinan Desa Hadipolo

Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus para pengemis melakukan

pekerjaan mengemis dengan cara berada di Menara Kudus, alun-alun,

pasar dan di dekat lampu merah dengan menengadahkan tangan mereka

kepada setiap pengunjung yang datang atau kepada setiap pengguna jalan

Page 51: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

36

yang kebetulan berhenti di lampu merah. Karakteristik pengemis juga

dapat dilihat dari segi usia, pendidikan, maupun pendapatan. Hal

demikian tentunya menjadikan karakteristik tersendiri pengemis dalam

mengemis. Dengan melakukan tindakan sebagai pengemis memiliki

pengaruh tersendiri terhadap sikap mental yang pengemis miliki.

Pemerintah desa maupun pemerintah daerah sudah memberikan pelatihan

dan pembinaan sebagai upaya untuk mengurangi kebiasaan mengemis

para pengemis Kompleks Pecinan agar kebiasaan mengemis tidak

dijadikan sebagai pekerjaan

Dari uraian di atas mengenai kerangka berpikir dapat digambarkan

dalam bentuk bagan sebagai berikut:

Bagan I

Kerangka Berpikir

Masalah Pengemis Kompleks

Pecinan

Sikap Mental

Terhadap

Pekerjaan

- Tidak malu

- Kebiasaan

- Mencari

keuntungan

Karakteristik

- Usia

- Pendidikan

- pendapatan

Faktor Yang

Melatarbelakangi

- Kemauan

sendiri

- Ekonomi

- Lingkungan

sosial

- Keluarga

Kesadaran pengemis akan kebiasaan meminta-minta agar

tidak dijadikan sebagai pekerjaan

Teori

Konstruksi

Sosial Peter L.

Berger dan

Thomas

Lukmann

Page 52: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

120

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1. Sikap mental yang dimiliki oleh pengemis Kompleks Pecinan

menunjukkan bahwa mereka malas untuk mencari pekerjaan yang lain

selain mengemis karena pekerjaan menjadi pengemis sudah mereka

jalani sejak dulu bahkan diajarkan kepada anak mereka secara turun

temurun. Menjadi pengemis merupakan pekerjaan tetap yang mereka

lakukan setiap hari dan untuk pengemis anak-anak mereka hanya

bekerja dihari libur saja. Mereka tidak pernah malu dengan pekerjaan

yang mereka jalani karena di lingkungan mereka tinggal juga banyak

yang menjalani pekerjaan yang sama yaitu menjadi pengemis. Hal ini

ditunjukkan dengan pekerjaan mengemis yang mereka jalani setiap

hari dan tidak berusaha untuk mencari pekerjaan yang lain, alasan lain

bahwa tubuh mereka yang sudah tua dan tidak mampu melakukan

pekerjaan lain selain menjadi pengemis.

2. Faktor yang melatarbelakangi sikap mental pengemis Kompleks

Pecinan melakukan kegiatan mengemis adalah karena adanya suatu

kehendak sendiri oleh pengemis, kondisi ekonomi yang mereka miliki,

lingkungan sosial dan lingkungan keluarga pengemis Kompleks

Page 53: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

121

Pecinan yang kebanyakan bekerja sebagai pengemis mendukung

mereka untuk melakukan pekerjaan yang sama, bahkan anak mereka

juga diajak dan disuruh untuk ikut menjadi pengemis ketika mereka

libur sekolah.

B. Saran

1. Kepada Pemerintah Kabupaten Kudus dan Pemerintah Desa Hadipolo

untuk lebih mengoptimalkan penanganan dalam mengatasi pengemis

yang ada di Kompleks Pecinan Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus

dengan tidak hanya memberikan pelatihan dan pembinaan kepada

pengemis tetapi juga menyediakan tempat yang dapat menampung

mereka dalam menyalurkan keterampilan yang telah dimiliki agar

kebiasaan mengemis dapat berkurang.

2. Kepada warga Kompleks Pecinan agar lebih mengurangi kebiasaan

mengemis yang mereka lakukan dengan mencoba pekerjaan lain seperti

berdagang atau menjadi buruh pabrik dan membiasakan anak-anak

untuk bersekolah setiap hari, mengikuti bimbingan mengaji di mushola

dan berbaur dengan warga luar Kompleks Pecinan.

Page 54: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

122

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ala, Andre Bayo. (Ed.) 1996. Kemiskinan dan Strategi Memerangi Kemiskinan.

Yogyakarta: Liberty

Alfian. 1980. Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia. Jakarta: LP3ES

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.

Yogyakarta: Rineka Cipta

Effendi, Tadjuddin Noer. 1993. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan

Kemiskinan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya

Herimanto dan Winarno. 2009. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Bumi

Aksara

Kartono, Kartini. 2009. Patologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers

Koentjaraningrat. 2004. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta:

Gramedia

Koentjaraningrat. 1980. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

Kristiatmo, Thomas. 2010. Redefinisi Subjek Dalam Kebudayaan. Yogyakarta:

Jalasutra

Lexy, Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya Offset

Margana, Sri dan Nursam, M. 2010. Kota-kota di Jawa: Identitas, Gaya Hidup

dan Permasalahannya. Yogyakarta: Ombak

Poerwopoespito, Oerip dan Utomo, T.A Tatag. 2000. Mengatasi Krisis Manusia

di Perusahaan (Solusi melalui Pengembangan Sikap Mental). Jakarta:

Gramedia

Poloma, M. Margareth. 2000. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo

Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia (Suatu Pengantar.

Bogor: Ghalia Indonesia

Rachman, Maman. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Moral. Semarang: Unnes

Press.

Sajogyo. 2005. Sosiologi Pedesaan. Yogyakarta: UGM Press

Page 55: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

123

Setiadi, Elly, dkk. 2008. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group

Sigalingging, Hamonangan. 2008. Buku Ajar Pendidikan Kewarganegaraan.

Jurusan Politik dan Kewarganegaraan FIS Unnes

Soekanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

Suharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung:

Refika Aditama

Sujarwa. 2005. Manusia dan Fenomena Budaya. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Suparlan, Parsudi. 1995. Kemiskinan di Perkotaan. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia

Syaifuddin, Ahmad Fedyani. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia

Utomo, T.A Tatag. 2005. Mencegah dan Mengatasi Krisis Anak melalui

Pengembangan Sikap Mental Orang Tua. Jakarta: PT. Grasindo

Jurnal, Skripsi dan Internet

Amalia, Rizki. 2013. ‘Rehabilitasi Pengemis di Kota Pemalang’. Skripsi.

Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan FIS Unnes

Ayni, Ariqa. 2014. Kajian Literatur mengenai Teori Konstruksi Sosial. Di akses

pada tangal 20 Maret 2016. http://ariqa-ayni fpsi13.web.unair.ac.id

Filliastuti, Rani. 2015. ‘Pemberdayaan Balai Rehabilitasi Sosial PGOT/Eks.

Psikotik Samekto Karti Pemalang Terhadap Pembinaan Moral Pengemis,

Gelandangan, dan Orang Terlantar (PGOT) di Pemalang’. Skripsi.

Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan FIS Unnes

Hariolaksono, Hafidz Rinaldhi. 2015. ‘Peran Satuan Polisi Pamong Praja dalam

Menangani Gelandangan dan Pengemis di Kota Semarang’. Skripsi.

Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan FIS Unnes

Prihatini, Ninik. 2013. ‘Pengemis di Kawasan Ziarah Makam Sunan Gunung Jati

Cirebon’. Skripsi. Semarang: Jurusan Politik dan Kewarganegaraan FIS

Unnes

Profil Kabupaten Kudus. 2016. http:// www.kuduskab.go.id/profile.php

Page 56: SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA …lib.unnes.ac.id/27595/1/3301412096.pdf · SIKAP MENTAL PENGEMIS DI KOMPLEKS PECINAN DESA HADIPOLO KECAMATAN JEKULO KABUPATEN KUDUS

124

Rochatun, Isti. 2011. ‘Eksploitasi Anak Jalanan sebagai Pengemis di Kawasan

Simpang Lima Semarang’. Skripsi. Semarang: Jurusan Hukum dan

Kewarganegaraan FIS Unnes

Sandinata, Andreas. 2012. “Konstruksi Sosial pada Waria tentang Diri di

Surabaya”. Jurnal Sosial dan Politik. Nomor 1 Volume 1.

Yuniarti, Lita. 2013. Jurnal Ilmiah: Perilaku Pengemis di Alun-Alun Kota

Probolinggo. http://repository.unej.ac.id

Peraturan Perundang-undangan

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012 Tentang

Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS) dan Potensi Dan Sumber Kesejahteraan

Sosial (PSKS)

Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1980 Tentang Penanggulangan

Gelandangan Dan Pengemis