SISTEM ENDOKRIN Topik: Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan system endokrin 1. Masalah apa saja yang mungkin timbul pada remaja penderita DM tipe 1? Intervensi apa yang bisa dilakukan oleh perawat? 2. Pada penderita DM tipe 1 akan sering mengalami nyeri yang disebabkan tindakan penusukan pada pemantauan glukosa darah. Jelaskan asuhana traumatik yang dilakukan untuk meminimalkan nyeri pada pemantauan glukosa darah tersebut 3. Jelaskan mengapa hiperglikemia dan hipoglikemia merupakan kasus kegawatdaruratan? Bagaimana penatalaksanaannya? 4. Sebutkan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada anak penderita DM tipe 1 dan apakah yang menjadi tujuan dari perawatan/asuhan keperawatannya 5. Hipotiroid merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak. Jelaskan mengenai: a. Patofisiologi hipertiroid b. Hipotiroid kongenital c. Skrining hipotiroid kongenital d. Kebijakan pemerintah untuk penanganan hipotiroid kongenital 6. Sebagian besar hipertiroid pada anak dipengaruhi oleh penyakit Grave yang dihubungkan dengan pembesaran kelenjar tiroid dan eksolftalmus. Jelaskan mengenai:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SISTEM ENDOKRIN
Topik: Asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan system endokrin
1. Masalah apa saja yang mungkin timbul pada remaja penderita DM tipe 1? Intervensi apa
yang bisa dilakukan oleh perawat?
2. Pada penderita DM tipe 1 akan sering mengalami nyeri yang disebabkan tindakan
penusukan pada pemantauan glukosa darah. Jelaskan asuhana traumatik yang dilakukan
untuk meminimalkan nyeri pada pemantauan glukosa darah tersebut
3. Jelaskan mengapa hiperglikemia dan hipoglikemia merupakan kasus kegawatdaruratan?
Bagaimana penatalaksanaannya?
4. Sebutkan diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada anak penderita DM tipe 1
dan apakah yang menjadi tujuan dari perawatan/asuhan keperawatannya
5. Hipotiroid merupakan salah satu masalah yang sering terjadi pada anak. Jelaskan
mengenai:
a. Patofisiologi hipertiroid
b. Hipotiroid kongenital
c. Skrining hipotiroid kongenital
d. Kebijakan pemerintah untuk penanganan hipotiroid kongenital
6. Sebagian besar hipertiroid pada anak dipengaruhi oleh penyakit Grave yang dihubungkan
dengan pembesaran kelenjar tiroid dan eksolftalmus. Jelaskan mengenai:
a. Intervensi keperawatan untuk mengidentifikasi anak yang menderita hipertiroid
b. Asuhan keperawatan sbelum pembedahan dan setelah pembedahan
1. Masalah yang mungkin timbul pada remaja penderita DM tipe 1
Pengidap diabetes tipe 1 memperlihatkan beberapa masalah salah satunya yakni adanya
ketidakstabilan kadar glukosa darah. Namun, pada beberapa tahun lalu, diabetes tipe 1
dianggap sebagai penyakit yang terjadi tiba-tiba dengan sedikit gejala atau tanda peringatan.
Akan tetapi, saat ini, diabetes tipe 1 adalah penyakit berkembang secara perlahan selama
beberapa tahun, dengan adanya autoantibodi terhadap sel-sel beta dimana terjadi destruksi yang
terjadi secara terus-menerus pada diagnosis lanjut. Pada saat diagnosis tipe 1 ditegakkan,
biasanya pankreas sedikit atau tidak mensekresikan insulin, dan lebih dari 80% sel beta
pankreas telah dihancurkan. Kadar glukosa darah meningkat karena tanpa insulin glukosa tidak
dapat masuk ke sel. Pada saat yang sama, hati mulai melakukan glukoneogenesis (sintesis
glukosa baru dengan memecah produk lain selain karbohidrat) menggunakan substrat yang
tersedia seperti asam amino, asam lemak dan glikogen. Substrat-substrat ini mempunyai
konsentrasi yang tinggi dalam sirkulasi karena efek katabolik glukagon tidak dilawan oleh
insulin. Hal ini yang menyebabkan sel-sel mengalami kelaparan walaupun kadar glukosa darah
sangat tinggi. Hanya sel otak dan eritrosit yang tidak mengalami kekurangan glukosa karena
keduanya tidak memerlukan insulin untuk memasukkan glukosa (Corwin, 2009).
Pada penderita diabetes tipe I, tanda dan gejala bisa timbul secara tiba-tiba dan
berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis
diabetikum. Kadar gula di dalam darah tinggi, akan tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat
memasukkan glukosa ke dalam sel tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari
sumber yang lain. Akibatnya, lemak dipecah dan menghasilkan keton yang merupakan senyawa
kimia yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala
awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus yang berlebihan (polidipsi) dan berkemih
dengan volume urine yang berlebihan (poliuria), mual, muntah, kelelahan, dan nyeri abdomen
(terutama pada anak-anak dan remaja). Pernapasan menjadi dalam dengan frekuensi cepat
karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau napas penderita tercium
seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, terkadang dalam beberapa jam setelah gejala muncul,
ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma. Bahkan, setelah menjalani terapi
insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali
penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius
(Mahdiana, 2010).
Selain permasalahan yang dijelaskan di atas, terdapat masalah-masalah lain yang
biasanya ditemukan dari pengkajian pada klien usia remaja dengan diabetes mellitus tipe 1.
Pola dan gaya hidup penderita (remaja) akan berubah dengan adanya diabetes mellitus tipe.
Gordon telah mengembangkan 11 pola fungsi kesehatan yang dapat digunakan untuk
mengetahui perubahan tersebut. Adapun masalah-masalah lain yang dapat muncul pada remaja
yang mengidap diabetes mellitus tipe 1, diantaranya:
1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Pada pasien diabetes mellitus tipe 1 terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup
sehat karena kemungkinan muncul rasa bosan untuk peduli terhadap kesehatannya, sehingga
dapat menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya akibat kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama. Oleh karena itu, perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah diterima pasien.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Akibat ketidakadekuatan sel-sel beta pancreas untuk menyekresikan insulin (defisiensi
insulin), kadar gula darah tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun dan mudah lelah. Keadaan
tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengaruhi status kesehatan penderita.
3. Pola eliminasi
Adanya kemungkinan remaja tidak patuh terhadap jadwal obat hipoglikemia oral
maupun terhadap jadwal penyuntikan insulin, dapat mengakibatkan hiperglikemia sehingga
mengakibatkan kekentalan darah meningkat karena tingginya kadar glukosa di dalam darah.
Hal ini dapat menimbulkan suatu komplikasi berupa menurunnya kemampuan saraf-saraf
pada nefron untuk filtrasi yang mengakibatkan adanya glukosa dalam urin. Hal ini akan
menyebabkan diuretik osmosis. Pasien dengan diuretic osmosis akan mengalami gejala
sering kencing (poliuri) dan pengeluaran glukosa pada urine (glukosuria).
4. Pola tidur dan istirahat
Adanya poliuri, serta mual dan muntah akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas
istirahat tidur remaja pengidap diabetes mellitus 1. Hal tersebut mengakibatkan pola tidur
dan waktu tidur penderita mengalami perubahan.
5. Pola aktivitas dan latihan
Adanya suplai darah yang kurang ke perifer mengakibatkan kelemahan otot – otot pada
tungkai bawah dan menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara maksimal. Akibatknya, penderita mudah mengalami kelelahan.
6. Pola hubungan dan peran
Salah satu komplikasi dari diabetes mellitus yaitu terjadinya luka gangren atau kaki diabetes
yang sukar sembuh dan berbau. Hal ini akan menyebabkan penderita malu dan menarik diri
dari pergaulan serta mengganggu perannya dalam pergaulan maupun kehidupan sehari-hari.
7. Pola sensori dan kognitif
Pasien usia remaja dengan diabetes mellitus tipe 1 memiliki kemungkinan tidak patuh obat
(atau penyuntikan insulin) maupun kehilangan kedisiplinan terhadap kesehatannya cenderung
memiliki risiko mengalami neuropati atau mati rasa, sehingga tidak peka terhadap adanya
trauma.
8. Pola persepsi dan konsep diri
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada diri
sendiri dan keluarga (self esteem).
9. Pola seksual dan reproduksi
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta memberi
dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Pada kenyataannya, sebagian remaja terutama
laki-laki cenderung melakukan masturbasi untuk melakukan pemuasan terhadap hasrat
seksual. Komplikasi angiopati terutama pada organ seksual yang terjadi tentunya akan
mempengaruhi hal tersebut.
10. Pola mekanisme stres dan koping
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan,
mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan penderita diabetes mellitus usia remaja
tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang konstruktif atau adaptif. Hal ini dapat
saja berakibat pada kemungkinan menyakiti diri sendiri bahkan risiko bunuh diri.
11. Pola tata nilai dan kepercayaan
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta komplikasi berupa luka
pada kaki, tidak menghambat penderita dalam melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi
pola ibadah dan konsentrasi ibadah penderita.
Dampak pada keluarga
Selain adanya dampak pada remaja pengidap diabetes mellitus tipe 1, akan berdampak pula
terhadap koping dan psikologis keluarga. Dengan adanya salah satu anggota keluarga yang sakit,
terlebih lagi sempat dirawat di rumah sakit karena adanya kemungkinan hipoglikemia, akan
muncul bermacam-macam reaksi psikologis dari keluarga. Hal ini disebabkan karena masalah
kesehatan yang dialami oleh seorang anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota
keluarga. Waktu perawatan yang lama dan biaya untuk memenuhi kebutuhan insulin baik itu
melalui penyuntikan maupun obat oral akan mempengaruhi keadaan ekonomi keluarga dan
perubahan peran pada keluarga karena salah satu anggota keluarga tidak dapat menjalankan
perannya. Terlebih lagi, jika pasien remaja pengidap diabetes mellitus tipe 1 tersebut dilahirkan
di keluarga yang memiliki harapan tinggi terhadap keberhasilan seorang anak. Hal ini akan
semakin berisiko menciptakan reaksi psikologis yang negatif dan koping yang destruktif dari
keluarga.
Dari permasalahan yang telah dijelaskan di atas, maka muncul beberapa kemungkinan
masalah keperawatan pada pasien remaja pengidap diabetes mellitus tipe 1, diantaranya:
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Resiko infeksi
5. Mual
6. Nyeri akut
7. Keputusasaan
8. Penurunan koping keluarga
9. Ansietas
2. Pada penderita DM tipe 1 akan sering mengalami nyeri yang disebabkan tindakan penusukan
pada pemantauan glukosa darah. Penjelasan asuhan atraumatik yang dilakukan untuk
meminimalkan nyeri pada pemantauan glukosa darah tersebut.
Pada penderita DM tipe akan sering mengalami nyeri yang disebabkan tindakan
penusukan pada pemantauan glukosa darah. Jelaskan asuhan atraumatik yang dilakukan untuk
meminimalkan nyeri pada pemantauan glukosa darah tersebut.
Perawatan atraumatik adalah perawatan terapeutik yang diberikan kepada anak sebagai
intervensi terpenting dalam perawatan anak untuk mencapai tumbuh kembang optimal ketika
berada di rumah sakit. Apabila seorang perawat memiliki persepsi yang baik, maka perawat
juga akan bersikap dan berperilaku baik dalam memberikan asuhan keperawatan. Prinsip
perawatan atraumatik meliputi 5 komponen yaitu mencegah dampak dari perpisahan keluarga,
meningkatkan kemampuan orang tua dalam mengontrol perawatan anak, mencegah terjadinya
trauma dan mengurangi nyeri, tidak melakukan kekerasan pada anak dan modifikasi
lingkungan fisik (Hidayat, 2005).
Asuhan atraumatik yang dapat dilakukan perawat untuk meminimalkan nyeri pada
pemantauan glukosa darah yakni:
a. Anak dan orang tua diberi penjelasan sebelum tindakan perawatan dilakukan.
b. Untuk mengurangi nyeri pada anak, perawat bercerita (imaginary) terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan perawatan.
c. Sikap empati ditunjukkan oleh perawat pada saat akan melakukan tindakan yang
menyakitkan pada anak.
d. Orang tua mendampingi anaknya pada saat tindakan perawatan dilakukan.
e. Pengalihan perhatian (distraksi) kepada anak akan memudahkan perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan.
3. Alasan mengapa hiperglikemia dan hipoglikemia merupakan kasus kegawatdaruratan dan
penatalaksanaannya.
Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjai dua kategori: gejala adrenergik dan
gejala system saraf pusat. Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah menurun,
system saraf simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah mnyebabkan
gejala seperti perspirasi, tremor, takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar. Pada
hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar cukup untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan pada
fungsi system saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda dan
perasaan ingin pingsan. Kombinasi gejala ini dapat terjadi pada hipoglikemia sedang.
Penatalaksanaan Hipoglikemia
Pada hipoglikemia berat, fungsi system saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat sehingga pasien memerluka pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang
dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,
sulit dibangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran.
Penanganan harus segera diberikan bila terjadi hipoglikemia. Rekomendasi biasanya berupa
pemberian 10 hingga 15 gr gula yang bekerja cepat peroral:
2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli dirumah obat/apotek.
4-6 ons sari buah/teh manis.
6-10 permen khusus/permen manis lainnya.
2-3 sendok teh sirup/madu.
Penanganan hipoglikemia berat bagi pasien yang tidak sadarkan diri, tidak mampu
menelan/menolak terapi, preparat glucagon 1mg dapat disuntikkan secara subkutan/intra
muscular. Preparat glucagon dikemas sebagai serbuk dalam botol suntik (vial) berukuran 1mg
dan harus dicampur dahulu dengan pelarutnya sebelum disuntikkan. (Brunner & Suddarth,
2001).
Hiperglikemia
Mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel akibat hiperglikemia adalah akibat
penumpukan intraseluler dari spesimen oksigen reaktif (Reactive Oxygen Specimen= ROS).
KGD yang tinggi meningkatkan perbedaan potensial akibat tingginya proton pada rantai
respiratori mitokondria, yang mengakibatkan perpanjangan hidup dari superoxidegenerating
electron transport intermediates, sehingga terjadilah penumpukan ROS. Saat terjadi
penumpukan ini, terjadi 4 mekanisme yang menyebabkan kerusakan sel, yaitu:
1. Peningkatan aliran jalur polyol: hiperglikemia menyebabkan peningkatan konversi
glukosa menjadi sorbitol polialkohol, bersama dengan penurunan nicotineamide
adenosine dinucliotide phosphate (NADPH) dan glutation, meningkatkan sensitivitas sel
terhadap stress oksidatif.
2. Peningkatan pembentukan advance glycation end product (AGE): pembentukan dari
AGE bertentangan dengan intergritas target sel dalam modifikasi fungsi protein atau
dengan menginduksi produksi receptormediated dari reactive oxygen species, yang dapat
menyebabkan perubahan pada ekspresi gen.
3. Aktivasi dari isoform protein kinase C (PKC): hiperglikemia menyebabkan peningkatan
konversi glukosa menjadi sorbitol, yang dimetabolisir menjadi fruktosa oleh sorbitol
dehidrogenase, meningkatkan rasio NADH/NAD+. Hal ini menyebabkan triose fosfat
yang teroksidasi dan sintesis de novo dari diacylglycerol (DAG). Peningkatan DAG
mengaktifkan PKC.
4. Peningkatan aliran jalur hexosamine: pada hipergliemia, glukosa semakin banyak
memasuki hexosamine-pathway. Produk akhir dari jalur ini, UDP-N-acetylglucosamine,
adalah substrat yang diperlukan untuk factor transkripsi intraseluler, yang mempengaruhi
ekspresi dari banyak gen. Jalur ini berhubungan dengan disfungsi endothelial dan
mikrovaskular.
Penatalaksanaan hiperglikemia
Hiperglikemia ringan atau sementara umumnya tidak membutuhkan pengobatan medis.
Untuk penderita seperti ini, pola hidup sehat berupa menu makanan seimbang, olah raga
teratur, berhenti merokok dan minum alkohol, mengelola stres dan lain-lain, dapat
menormalkan kembali kadar gula darah.Lain halnya dengan hiperglikemia berat seperti pada
penyakit diabetes mellitus. Hiperglikemia jenis ini diatasi dengan suntikan insulin atau
konsumsi obat antidiabetes seperti glibenklamid, metformin, dan lain-lain.Hiperglikemia
karena kondisi selain diabetes mellitus biasanya diatasi dengan cara mengobati penyebab
dasarnya, misalnya jika karena pil KB maka harus dihentikan pemakaiannya, atau jika terjadi