BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Diabetes Mellitus Tipe-1 DM tip e-1 ada lah kel ainan sis temik aki bat ter jadiny a ganggua n met abol isme glukosa yang ditandai oleh hiperglikemia kronik. Keadaan ini diakibatkan oleh kerusakan sel β pankreas baik oleh proses autoimun maupun idioptaik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. 2.2 Kriteri a Diagnos tiGlukosa darah puasa dianggap normal bila kadar glukosa darah kapiler < 126 mgd! "# mmol!$. Glukosuria saja tidak spesi%ik untuk DM sehingga perlu dikon%irmasi dengan pemeriksaa glukosa darah. Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut& 1. Ditemukannya gejala klinis poliuria' polidpsia' poli%agia' berat badan yang menurun' dan kadar glukasa darah se(aktu )2** mgd! "11.1 mmol!$. 2. +ada penderita yang asimt omatis ditemukan kadar glukosa darah se(aktu )2** mgd! atau kadar glukosa darah puasa lebih tinggi dari normal dengan tes toleransi glukosa yang terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan. 2.2.1 Te s Toleransi !luosa +ada anak biasanya tes tole ransi glukos a ",,G$ tidak perlu dilak ukan untuk mendiagnosis DM tipe-1' karena gambaran klinis yang khas. ndikasi ,,G pada anak adalah pada kasus-kasus yang meragukan yaitu ditemukan gejala-gejala klinis ya ng khas untuk DM' namun pemeri ksaan kadar gl uko sa darah ti dakmenyak inka n. Dos is glu kos a yan g dig unak an pada ,,G adal ah 1'#gk g// "maksimum #g$. Glukosa tersebut diberikan se0ara oral "dalam 2** - 2* ml air$ dalam jangka (akt u me ni t. ,es toleransi gl ukosa di la kuk an sete la h ana kmendapat diet tinggi karbohidrat "1*-2** g per hari$ selama tiga hari berturut-turut dan anak puasa semalam menjelang ,,G dilakukan. elama tiga hari sebelum ,,G dilakukan' akti%itas %isik anak tidak dibatasi. nak dapat melakukan kegiatan rutin sehari har i. ampel glu kos a dar ah dia mbi l pada menit ke * "se bel um diberi kan glukosa oral$' 6* dan 12*. /eberapa hal perlu diperhatikan dalam melaksanakan ,,G yaitu& 1. nak tidak sedang menderita suatu penyakit. 2. nak ti dak sedang dalam pe ngobatanminum obat-obata n yang da pat meningkatkan kadar glukosa darah.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
3. 4angan melakukan pemeriksaan dengan glukometerkapiler' gunakanlah darah
5ena.
. /erhubung kadar glukosa darah dapat berkurang 7 perjam apabila dibiarkan
dalam suhu kamar' maka setelah darah 5ena diambil dengan penga(et
8D,heparin harus segera disimpan di lemari es.
. elain 0ara ad.' maka sampel darah dapat harus segera disentri%us agar kadar
glukosa darah tidak menurun.
2.2.2 Penilaian "asil Tes Toleransi !luosa
1. nak menderita DM apabila&
Kadar glukosa darah puasa 91* mgd! "#': mmol!$ atau Kadar glukosa darah
pada jam ke 2 92** mgd! "11'1 mmol!$
2. nak dikatakan menderita toleransi gula terganggu apabila&
Kadar glukosa darah puasa <1* mgd! "#': mmol!$ dan Kadar glukosa darah
pada jam ke 2& 1*-1;; mgd! "#':-11 mmol!$3. nak dikatakan normal apabila &
Kadar glukosa darah puasa "plasma$ <11* mgd! "6'# mmol!$ dan Kadar
glukosa darah pada jam ke 2& <1* mgd! "#':-11 mmol!$
2.2 #pi$e%iologi
nsidens DM tipe-1 sangat ber5ariasi baik antar negara maupun di dalam suatu
negara. nsidens tertinggi terdapat di inlandia yaitu 31**.*** dan insidens yang
rendah di 4epang yaitu 1'-21**.*** untuk usia kurang 1 tahun. nsidens DM tipe-1
lebih tinggi pada ras kaukasia dibandingkan ras-ras lainnya. /erdasarkan data dari rumah
sakit terdapat 2 pun0ak insidens DM tipe-1 pada anak yaitu pada usia -6 tahun dan 11tahun. +atut di0atat bah(a lebih dari * 7 penderita baru DM tipe-1 berusia ) 2* tahun.
aktor genetik dan lingkungan sangat berperan dalam terjadinya DM tipe-1.
=alaupun hampir :* 7 penderita DM tipe-1 baru tidak mempunyai ri(ayat keluarga
dengan penyakit serupa' namun %aktor genetik diakui berperan dalam patogenesis DM
tipe-1. aktor genetik dikaitkan dengan pola >! tertentu' tetapi sistim >! bukan
merupakan %aktor satu-satunya ataupun %aktor dominan pada pathogenesis DM tipe-1.
istim >! berperan sebagai suatu susceptibility gene atau %aktor kerentanan.
Diperlukan suatu %aktor pemi0u yang berasal dari lingkungan "in%eksi 5irus' toksin dll$
untuk menimbulkan gejala klinis DM tipe-1 pada seseorang yang rentan.
2.& !a%baran linis
ebagian besar penderita DM tipe-1 mempunyai ri(ayat perjalanan klinis yang
akut. /iasanya gejala-gejala poliuria' polidipsia' poli%agia dan berat badan yang 0epat
menurun terjadi antara 1 sampai 2 minggu sebelum diagnosis ditegakkan. pabila gejala-
gejala klinis ini disertai dengan hiperglikemia maka diagnosis DM tidak diragukan lagi.
nsidens DM tipe-1 di ndonesia masih rendah sehingga tidak jarang terjadi kesalahan
diagnosis dan keterlambatan diagnosis. kibat keterlambatan diagnosis' penderita DM
tipe-1 akan memasuki %ase ketoasidosis yang dapat berakibat %atal bagi penderita.
Keterlambatan ini dapat terjadi karena penderita disangka menderita
bronkopneumonia dengan asidosis atau syok berat akibat gastroenteritis. Kata kun0i
untuk mengurangi keterlambatan diagnosis adalah ke(aspadaan terhadap DM tipe-1.
Diagnosis DM tipe-1 sebaiknya dipikirkan sebagai di%erensial diagnosis pada anak
dengan enuresis nokturnal "anak besar$' atau pada anak dengan dehidrasi sedang sampai
berat tetapi masih ditemukan diuresis "poliuria$' terlebih lagi jika disertai dengan
perna%asan Kussmaul dan bau keton.
+erjalanan alamiah penyakit DM tipe-1 ditandai dengan adanya %ase remisi
"parsialtotal$ yang dikenal sebagai honeymoon periode. ase ini terjadi akibat
ber%ungsinya kembali jaringan residual pankreas sehingga pankreas mensekresikan
kembali sisa insulin. ase ini akan berakhir apabila pankreas sudah menghabiskan
seluruh sisa insulin. e0ara klinis ada tidaknya %ase ini harus di0urigai apabila seorang
penderita baru DM tipe-1 sering mengalami serangan hipoglikemia sehingga kebutuhan
insulin harus dikurangi untuk menghindari hipoglikemia. pabila dosis insulin yang
dibutuhkan sudah men0apai < *'2 ?kg//hari maka dapat dikatakan penderita berada
pada %ase @remisi totalA.
Di Begara berkembang yang masih di(arnai oleh pengobatan tradisional' %ase ini
perlu dijelaskan kepada penderita sehingga anggapan bah(a penderita telah @sembuhA
dapat dihindari. ngat' bah(a pada saat 0adangan insulin sudah habis' penderita akan
membutuhkan kembali insulin dan apabila tidak segera mendapat insulin' penderita akan
jatuh kembali ke keadaan ketoasidosis dengan segala konsekuensinya. +erjalanan
penyakit selanjutnya sangat tergantung dari kualitas pengelolaan sehari-hari yang akan
dibahas pada bab-bab berikutnya.
2.' Pengelolaan DM tipe-1
>al pertama yang harus dipahami oleh semua pihak adalah bah(a DM tipe-1
tidak dapat disembuhkan' tetapi kualitas hidup penderita dapat dipertahankan seoptimal
mungkin dengan kontrol metaboli0 yang baik. Cang dimaksud kontrol metabolik yang
baik adalah mengusahakan kadar glukosa darah berada dalam batas normal atau
mendekati nilai normal' tanpa menyebabkan hipoglikemia.
=alaupun masih dianggap ada kelemahan' parameter >b10 merupakan
parameter kontrol metabolik standar pada DM. Bilai >b10 < #7 berarti kontrol
metabolik baik >b10 < :7 0ukup dan >b10 ) :7 dianggap buruk. Kriteria ini padaanak perlu disesuaikan dengan usia karena semakin rendah >b10 semakin tinggi risiko
terjadinya hipoglikemia. ?ntuk men0apai kontrol metabolik yang baik pengelolaan DM
tipe-1 pada anak sebaiknya dilakukan se0ara terpadu oleh suatu tim yang terdiri dari ahli
endokrinologi anakdokter anakahli giEiahli psikiatripsikologi anak' pekerja sosial' dan
edukator. Kerjasama yang baik antara tim dan pihak penderita akan lebih menjamin
ter0apainya kontrol metabolik yang baik. asaran dan tujuan pengobatan pada DM tipe-1
perlu dijelaskan oleh tim pelaksana dan dimengerti oleh penderita maupun
keluarga",abel 2$.
?ntuk men0apai sasaran dan tujuan tersebut' komponen pengelolaan DM tipe-1
meliputi pe%berian insulin( pengaturan %aan( ola)raga( $an e$uasi( yang
didukung oleh pe%antauan %an$iri *home monitoring +. Keseluruhan komponen
berjalan se0ara terintegrasi untuk mendapatkan kontrol metabolik yang baik. Dari %aktor
penderita juga terdapat beberapa kendala pen0apaian kontrol metabolik yang baik. aktor
pendidikan' sosioekonomi dan keper0ayaan merupakan beberapa %aktor yang harus
dipertimbangkan dalam pengelolaan penderita terutama dari segi edukasi.
?ntuk men0apai sasaran dan tujuan tersebut' komponen pengelolaan' DM tipe-1
meliputi pe%berian insulin( pengaturan %aan( ola)raga( $an e$uasi( yang
didukung oleh pe%antauan %an$iri *home monitoring +. Keseluruhan komponen
berjalan se0ara terintegrasi untuk mendapatkan kontrol metabolik yang baik. Dari %aktor
penderita juga terdapat beberapa kendala pen0apaian kontrol metabolik yang baik. aktor
pendidikan' sosioekonomi dan keper0ayaan merupakan beberapa %aktor yang harusdipertimbangkan dalam pengelolaan penderita terutama dari segi edukasi.
/erhubung dengan beberapa kendala yang telah disebutkan sebelumnya' mutu
pengelolaan DM tipe-1 sangat bergantung pada proses dan hasil konsultasi
penderitakeluarga penderita dengan tim' antara lain dengan dokter. >ubungan timbal
balik dokter-pasien yang baik' jujur' terbuka' dan tegas akan sangat membantu penderita
menanamkan keper0ayaan kepada dokter sehingga memudahkan pengelolaan
selanjutnya. Dokter tidak saja ber%ungsi mengatur dosis insulin' tetapi juga menyesuaikan
komponen-komponen pengelolaan lainnya sehingga sejalan dengan proses tumbuh
kembang. =a(an0ara yang tidak bersi%at interogati% akan merangsang keterbukaan
penderita sehingga memudahkan dokter untuk mengerti gaya hidup dan 0ita-0ita penderita. Dalam hal ini dokter akan dengan mudah menjalankan peran sebagai AkaptenA
dari seluruh komponen pelaksana sehingga se0ara bersama-sama mampu
nsulin merupakan elemen utama kelangsungan hidup penderita DM tipe-1.
,erapi insulin pertama kali digunakan pada tahun 1;22' berupa insulin regular' diberikan
sebelum makan dan ditambah sekali pada malam hari. Bamun saat ini telah di
kembangkan beberapa jenis insulin yang memungkinkan pemberian insulin dalam
berbagai ma0am regimen.
2.,.1 Kera insulin
(itan' pun0ak kerja' dan lama kerja insulin merupakan %aktor yang
menentukan dalam pengelolaan penderita DM. Fespons klinis terhadap insulin
tergantung pada beberapa %aktor&
?mur indi5idu
,ebal jaringan lemak
tatus pubertas
Dosis insulin
,empat injeksi !atihan "exercise$
Kepekatan' jenis' dan 0ampuran insulin
uhu ruangan dan suhu tubuh
2.,.2 Jenis insulin
ebelum era tahun :*-an' penggunaan insulin masih memakai produk
hasil puri%ikasi kelenjar pankreas babi atau sapi. Bamun setelah
dikembangkannya teknologi DB rekombinan' telah dihasilkan insulin
rekombinan manusia yang sudah digunakan se0ara luas saat ini. nsulin
rekombinan ini lebih disukai sebagai pilihan utama karena selain dapat diproduksise0ara luas juga mempunyai imunogenitas yang lebih rendah dibandingkan
insulin babi dan sapi. Tabel & memperlihatkan berbagai jenis sediaan yang dapat
+ara ahli sepakat bah(a insulin kerja panjang kurang sesuai untuk anak' ke0uali pada regimen basal bolus. 4enis insulin yang digunakan harus disesuaikan dengan usia
anak "proses tumbuh kembang anak$' aspek sosioekonomi "pendidikan dan kemampuan
%i nansial$' sosiokultural "sikap Muslim terhadap insulin babi$' dan %aktor distribusi
obat. Dua hal yang perlu penting dikenali pada pemberian insulin adalah efek Somogyi
dan efek Subuh (Dawn effect).
Kedua e%ek tersebut mengakibatkan hiperglikemia pada pagi hari' namun
memerlukan penanganan yang berbeda. 8%ek omogyi terjadi sebagai kompensasi
terhadap hipoglikemia yang terjadi sebelumnya (rebound effect). Akibat pemberian
insulin yang berlebihan terjadi hipoglikemia pada malam hari "jam *2.**-*3.**$ yang
nsulin jenis ini tersedia dalam bentuk suspensi sehingga terlihat keruh.
Mengingat lama kerjanya maka lebih sesuai bila digunakan dalam regimen dua
kali sehari dan sebelum tidur pada regimen basal-bolus. ebelum digunakan'
insulin harus dibuat merata konsentrasinya jangan dengan mengo0ok "dapat
menyebabkan degradasi protein$' tetapi dengan 0ara menggulung-gulung di
antara kedua telapak tangan.
nsulin jenis ini lebih sering digunakan untuk penderita yang telah
memiliki pola hidup yang lebih teratur. Keteraturan ini sangat penting terutama
untuk menghindari terjadinya episode hipoglikemia. ebagian besar diabetisi
anak menggunakan insulin jenis ini. DM tipe-1 usia bayi "*-2 tahun$ mempunyai
pola hidup "makan' minum' dan tidur$ yang masih teratur sehingga lebih mudahmen0apai kontrol metabolik yang baik.
pabila orangtua segan untuk menggunakan regimen insulin dengan
insulin kerja menengah se0ara multipel "2 kali sehari$' penggunaan satu kali
sehari masih dimungkinkan pada golongan usia ini dengan terlebih dahulu
memperhatikan e%ek insulin terhadap kontrol metaboliknya.
Dua sediaan insulin kerja menengah yang saat ini tersedia adalah&
sophane atau insulin B+> " Neutral Protamine Haedorn$.
nsulin Crystalline !inc"acetate "insulin lente$.
nsulin sophane paling sering digunakan pada anak' terutama karena
memungkinkan untuk digabung dengan insulin reguler dalam satu syrine tanpaadanya interaksi "insulin reguler bila di0ampur dengan insulin lente dalam satu
syrine' akan terjadi reaksi sehingga mengurangi e%ek kerja insulin jangka
pendek$.
2.,.2.' Insulin Kera Panang */ong Ating+
nsulin kerja panjang tradisional "?ltralente,M$ mempunyai masa kerja
lebih dari 2 jam' sehingga dapat digunakan dalam regimen basalbolus. +ro%i l
kejanya pada diabetisi anak sangat ber5ariasi' dengan e%ek akumulasi dosis oleh
karena itu penggunaan analog insulin basal mempunyai keunggulan dibandingkan
ultralente.
2.,.2., Insulin Kera 0a%puran
aat ini di ndonesia terdapat beberapa sediaan insulin 0ampuran yang
mempunyai pola kerja bi%asik terdiri dari kombinasi insulin kerja 0epat dan
menengah' atau kerja pendek dan menengah yang sudah dikemas oleh pabrik.
ediaan yang ada adalah kombinasi 3*#* artinya terdiri dari 3*7 insulin kerja
0epat atau pendek' dan #*7 insulin kerja menengah.
nsulin 0ampuran memberikan kemudahan bagi penderita. +emakaian
sediaan ini dianjurkan bagi penderita yang telah mempunyai kontrol metabolik
yang baik. +enggunaan sediaan ini banyak berman%aat pada kasus-kasus sebagai
berikut& +enderita muda dengan pendidikan orang tua yang rendah. +enderita dengan masalah psikososial indi5idu maupun pada keluarganya.
+ara remaja yang tidak senang dengan perhitungan dosis insulin 0ampuran yang
rumit.
+enderita yang menggunakan insulin dengan rasio yang stabil.
2.,.2. Insulin Basal Analog
nsulin basal analog merupakan insulin jenis baru yang mempunyai kerja
panjang sampai dengan 2 jam. Di ndonesia saat ini sudah tersedia insulin
glargine dan detemir keduanya mempunyai pro%i l kerja yang lebih terdugadengan 5ariasi harian yang lebih stabil dibandingkan insulin B+>. nsulin ini
tidak direkomendasikan untuk anak-anak di ba(ah usia 6 tahun. +erlu digaris
ba(ahi' bah(a insulin glargine serta detemir tidak dapat di0ampur dengan insulin
jenis lainnya.
Mengingat si%at kerjanya yang tidak mempunyai kadar pun0ak (peakless)
dengan lama kerja hingga 2 jam' maka glargine dan detemir direkomendasikan
sebagai insulin basal. /ila dibandingkan dengan B+>' glargine dan detemir dapat
menurunkan kadar glukosa darah puasa dengan lebih baik pada kelompok usia -
16 tahun' namun se0ara keseluruhan tidak memperbaiki kadar >b10 se0ara
bermakna. nsulin glargine dan detemir juga mengurangi risiko terjadinya
hipoglikemia nokturnal berat.
2. Pengaturan Maan
stilah pengaturan makanan sekarang lebih laEim digunakan dari pada diet karena
diet lebih identik dengan upaya menurunkan berat badan sehingga kalori harus dikurangi.
+enurunan berat badan perlu dilakukan pada penderita DM tipe-2 yang seringkali
menderita kegemukan' sedangkan pada anak dengan DM tipe-1' kalori tetap diperlukan
untuk pertumbuhan.
+engaturan makanan pada penderita DM tipe-1 bertujuan untuk men0apai kontrol
metabolik yang baik tanpa mengabaikan kalori yan dibutuhkan untuk metabolisme basal' pertumbuhan' pubertas' maupun akti5itas sehari hari. Dengan pengaturan makanan ini
diharapkan anak tidak menjadi obes dan dapat di0egah timbulnya hipoglikemia. 4umlah
kalori per hari yang dibutuhkan dihitung berdasarkan berat badan ideal.
+enghitungan kalori ini memerlukan data umur' jenis kelamin' tinggi badan dan
berat badan saat penghitungan' serta data ke0ukupan kalori yang dianjurkan "Iontoh
penghitungan kebutuhan kalori dan data ke0ukupan kalori dapat dilihat pada lampiran$
+engelolaan saat sakit merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan
pengelolaan anak dan remaja penderita diabetes yang menderita sakit. nak-anak dan
remaja penderita diabetes yang terkontrol baik tidak memiliki risiko yang lebih besar
untuk menderita penyakit in%eksi dibandingkan masyarakat umum' namun dengan adanya
diabetes memerlukan perhatian lebih' terutama pengelolaan saat sakit. +enderita diabetes
yang tidak terkontrol dengan baik memiliki daya tahan tubuh yang berkurang'
mengakibatkan&
+eningkatan risiko in%eksi
+eningkatan ke0epatan penyebaran in%eksi
+eningkatan risiko in%eksi yang tidak biasa "misalnya ,/I$
+eningkatan risiko penularan dari organisme yang biasanya tidak patogen
Fespon jelek terhadap antibioti0,ujuan pengelolaan saat sakit adalah pen0egahan dan terapi dini bila timbul
hipoglikemia' hiperglikemia bermakna' dan KD. Dampak penyakit terhadap diabetes
ber5ariasi yaitu&
>anya sedikit berpengaruh terhadap glukosa darah
Menurunkan kadar glukosa darah
Meningkatkan kadar glukosa darah
/erkurangnya na%su makan selama sakit' adanya mual' muntah akan mengurangi
asupan kalori yang berakibat kurangnya kebutuhan terhadap insulin. Di sisi lain'
ke0emasan terhadap penyakit bisa berakibat meningkatnya pelepasan hormon yang
e%eknya berla(anan dengan insulin' menyebabkan meningkatnya kebutuhan insulin. +ada anak kurang dari 6 tahun dengan respons hormon kontra insulin belum
berkembang dengan baik' berkurangnya kalori dan kelebihan insulin yang diberikan
0enderung akan menimbulkan hipoglikemia. +ada anak yang lebih besar' terutama yang
sudah memasuki masa pubertas' stress akibat penyakit biasanya ditandai dengan de%i
siensi insulin relati% dan hiperglikemia. +rinsip umum dalam pengelolaan saat sakit
adalah&
Jbati penyakit dasar
tasi keluhan penderita
stirahat
+emberian obat-obat bebas glukosa
tasi kekurangan 0airan
Mempersiapkan keperluan saat sakit seperi insulin kerja pendek atau ultra pendek' alat
periksa glukosa darah' jus manis' glukagon dan sebagainya
Memberikan bimbingan saat sakit
+engelolaan saat sakit memerlukan pemantauan kadar glukosa darahdan keton
urindarah' pemantauan asupan makanan dan 0airan' dan bimbingansuper5isi dari orang
de(asa. +engelolaan saat sakit tidak boleh dilimpahkan kepada anak ke0il atau remaja
sendirian. Keterlibatan orang tua dan kontak telepon dengan klinikus merupakan hal yang
penting untuk mengatasi keadaan ini.
2.5 Pengelolaan Ketoasi$osis Diabeti
Ketoasidosis diabetik "KD$ merupakan komplikasi akut DM tipe-1 yang
disebabkan oleh kekurangan insulin. ering ditemukan pada&
1. penderita DM tipe-1 tidak patuh jad(al dengan suntikan insulin
2. pemberian insulin dihentikan karena anak tidak makansakit
3. kasus baru DM tipe-1
Kekurangan insulin menyebabkan glukosa dalam darah tidak dapat digunakan
oleh sel untuk metabolisme karena glukosa tidak dapat memasuki sel' akibatnya kadar
glukosa dalam darah meningkat "hiper glikemia$. +ada anak sakit (alaupun tidak makan'
didalam tubuh tetap terjadi mekanisme glukoneogenesis sehingga tetap terjadi
hiperglikemia.
/enda keton yang terbentuk karena peme0ahan lemak disebabkan oleh ketiadaan
insulin. kumulasi benda keton ini menyebabkan terjadinya asidemia' dan asidemia ini
dapat menimbulkan ileus' menurunkan kemampuan kompensasi terhadap poliuria' dan
menimbulkan dieresis osmotik menyebabkan terjadinya dehidrasi berat. Makin
meningkatnya osmolaritas karena hiperglikemia dan asidosis yang terjadi' menyebabkan
penurunan %ungsi otak sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran. Jleh karena itu pada
penderita KD ditemukan berbagai tingkatan dehidrasi' hiperosmolaritas' dan asidosis.
/ila tidak segera ditangani dengan tepat maka angka kematian karena KD 0ukup tinggi.
Bamun demikian pendekatan yang paling baik adalah melakukan pen0egahan' agar penderita DM tipe-1 tidak jatuh dalam KD yaitu dengan disiplin memberikan insulin
sesuai dengan dosis yang dianjurkan. Jleh karena itu pemberian insulin merupakan
conditio sine %ua non pada penderita DM tipe-1 baik dalam keadaan biasa maupun dalam
keadaan sakit.
+ada KD' insulin yang diberikan adalah jenis kerja pendek " short actin N
>umulin F 6 atau 0trapid6$' diberikan se0ara kontinu intra 5ena dosis ke0il *'1
?kg//jam dalam jalur in%us tersendiri "sebaiknya menggunakan syrine pump atau
infusion pump agar pembe riannya tepat$. /ila pada penilaian pendahuluan terhadap
pasien ditemukan tandatanda renjatan' segera lakukan penanganan renjatan sesuai standar
"pemberian 0airan 1*N2* mlkg//dalam 1-2 jam$. etelah teratasi' jumlah 0airan yangdiberikan ditambahkan pada 0airan rumatan yang diperhitungkan untuk pemberian
selama 36N: jam ke depan' sesuai protokol KD "lihat lampiran$.
+emberian 0airan yang tepat baik dalam tonisitas' jumlah' dan ke0epatan
pemberian juga mampu menurunkan kadar gula darah. +emantauan harus dilakukan
dengan 0ermat dan gangguan elektrolit harus di atasi dengan baik. Kadar Ba yang terukur
saat diagnosis KD ditegakkan bukanlah kadar Batrium yang sebenarnya karena keadaan