Top Banner
97 Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan Kerusakannya pada Tanaman Kelapa Sawit Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Outbreak and Its Damage on Oil palm JELFINA C. ALOUW DAN MELDY L.A. HOSANG Balai Penelitian Tanaman Palma Jln. Mapanget Raya, PO Box 1004, Manado 95001 E-mail: [email protected] Diterima 21 September 2016 / Direvisi 28 Oktober 2016 / Disetujui 29 Nopember 2016 ABSTRAK Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Provinsi Papua Barat berdasarkan luas areal dan produksinya. Ribuan hektar tanaman kelapa sawit yang berumur sekitar 25 tahun dilaporkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Papua Barat mengalami kerusakan berat, yaitu daunnya tinggal lidi-lidi. Diduga kerusakan tersebut akibat serangan hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis hama dan tingkat kerusakannya pada pertanaman kelapa sawit di Provinsi Papua Barat. Penelitian dilakukan pada Bulan Juni 2016 di perkebunan kelapa sawit milik PT. Yongjing Investindo dan PT. Medco Papua Hijau Selaras. Kegiatan survei dilakukan untuk mendapatkan sampel serangga hama dan mengestimasi tingkat kerusakannya, serta mengoleksi jenis musuh alami yang berasosiasi dengan target hama, dilanjutkan dengan kegiatan laboratorium untuk mengkonfirmasi hasil identifikasi hama dan jenis musuh alaminya. Hasil survei menunjukkan bahwa penyebab kerusakan pada kelapa sawit di PT Yongjing Investindo dan PT. Medco Papua Hijau Selaras, Papua Barat adalah belalang Sexava nubila Stal. (Orthoptera: Tettigoniidae). S. nubila merupakan hama kelapa (Cocos nucifera) yang sudah lama ada di beberapa daerah di Papua Barat. S. nubila merusak daun kelapa sawit dengan tingkat kerusakan mencapai 20-100% sehingga kerusakannya dikategorikan sangat merusak. Musuh-musuh alami S. nubila yang banyak ditemukan di lapangan adalah burung gagak, semut rangrang (Oecophylla smaragdina), belalang sembah (Orthopthera: Mantidae), dan parasitoid telur (Leefmansia bicolor). Hasil penelitian ini merupakan laporan pertama tentang serangan hama S. nubila pada tanaman kelapa sawit. Perlu upaya serius dan tindakan pengendalian yang segera untuk menghindari kerugian ekonomi yang besar pada pertanaman sawit di Papua Barat. Kata kunci: Kelapa sawit, Sexava nubila, Papua Barat. ABSTRACT Oil palm (Elaeis guineensis) is one of the major estate crops in West Papua in terms of total area and production. Thousand hectares of oil palm plantations in Manokwari, West Papua Province, have inflicted serious leaflets damage that only the midrib of the frond remains as reported by The Provincial Estate Crop Agency. The objectives of the research were to determine insect pest causing the leaf damage and its damage level on the oil palm plantations of West Papua Province. The research was conducted in June 2016 at the oil palm estate of PT Yongjing Investindo and PT. Medco Papua Hijau Selaras, West Papua. Field observation and identification in the laboratory showed that the causative agent is Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae). S. nubila known as the main pest attacking coconut palm (Cocos nucifera) in several locations in Eastern Indonesia, has invaded oil palms and causing severe damage, 20 to 100% of leaflet damage. Natural enemies found in the Sexava-attacking areas including crow, ant (Oecophylla smaragdina), praying mantids (Orthopthera: Mantidae), and egg parasitoid (Leefmansia bicolor).This is the first report on the invasion of S. nubila to oil palm plantation. Serious attention is urgently needed to prevent further economic yield losses due to the pest on oil palm plantations in West Papua Province. Keywords: Oil palm, Sexava nubila, West Papua. PENDAHULUAN Papua Barat bersama-sama dengan propinsi lain di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi merupakan daerah-daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia (Ditjenbun, 2015). Pengem- bangan sawit diawali di daerah Sumatera, kemudian Kalimantan, Sulawesi dan terakhir Papua dan Papua Barat. Luas areal sawit di Papua Barat berkisar 52.401 ha pada tahun 2015, masih relatif kecil dibandingkan dengan total areal sawit
8

Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan ...

Nov 11, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan ...

97

Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan Kerusakannya pada

Tanaman Kelapa Sawit

Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Outbreak and Its Damage on Oil palm

JELFINA C. ALOUW DAN MELDY L.A. HOSANG

Balai Penelitian Tanaman Palma Jln. Mapanget Raya, PO Box 1004, Manado 95001

E-mail: [email protected]

Diterima 21 September 2016 / Direvisi 28 Oktober 2016 / Disetujui 29 Nopember 2016

ABSTRAK

Kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan di Provinsi Papua Barat berdasarkan luas areal dan produksinya. Ribuan hektar tanaman kelapa sawit yang berumur sekitar 25 tahun dilaporkan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Papua Barat mengalami kerusakan berat, yaitu daunnya tinggal lidi-lidi. Diduga kerusakan tersebut akibat serangan hama. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis hama dan tingkat kerusakannya pada pertanaman kelapa sawit di Provinsi Papua Barat. Penelitian dilakukan pada Bulan Juni 2016 di perkebunan kelapa sawit milik PT. Yongjing Investindo dan PT. Medco Papua Hijau Selaras. Kegiatan survei dilakukan untuk mendapatkan sampel serangga hama dan mengestimasi tingkat kerusakannya, serta mengoleksi jenis musuh alami yang berasosiasi dengan target hama, dilanjutkan dengan kegiatan laboratorium untuk mengkonfirmasi hasil identifikasi hama dan jenis musuh alaminya. Hasil survei menunjukkan bahwa penyebab kerusakan pada kelapa sawit di PT Yongjing Investindo dan PT. Medco Papua Hijau Selaras, Papua Barat adalah belalang Sexava nubila Stal. (Orthoptera: Tettigoniidae). S. nubila merupakan hama kelapa (Cocos nucifera) yang sudah lama ada di beberapa daerah di Papua Barat. S. nubila merusak daun kelapa sawit dengan tingkat kerusakan mencapai 20-100% sehingga kerusakannya dikategorikan sangat merusak. Musuh-musuh alami S. nubila yang banyak ditemukan di lapangan adalah burung gagak, semut rangrang (Oecophylla smaragdina), belalang sembah (Orthopthera: Mantidae), dan parasitoid telur (Leefmansia bicolor). Hasil penelitian ini merupakan laporan pertama tentang serangan hama S. nubila pada tanaman kelapa sawit. Perlu upaya serius dan tindakan pengendalian yang segera untuk menghindari kerugian ekonomi yang besar pada pertanaman sawit di Papua Barat. Kata kunci: Kelapa sawit, Sexava nubila, Papua Barat.

ABSTRACT

Oil palm (Elaeis guineensis) is one of the major estate crops in West Papua in terms of total area and production. Thousand hectares of oil palm plantations in Manokwari, West Papua Province, have inflicted serious leaflets damage that only the midrib of the frond remains as reported by The Provincial Estate Crop Agency. The objectives of the research were to determine insect pest causing the leaf damage and its damage level on the oil palm plantations of West Papua Province. The research was conducted in June 2016 at the oil palm estate of PT Yongjing Investindo and PT. Medco Papua Hijau Selaras, West Papua. Field observation and identification in the laboratory showed that the causative agent is Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae). S. nubila known as the main pest attacking coconut palm (Cocos nucifera) in several locations in Eastern Indonesia, has invaded oil palms and causing severe damage, 20 to 100% of leaflet damage. Natural enemies found in the Sexava-attacking areas including crow, ant (Oecophylla smaragdina), praying mantids (Orthopthera: Mantidae), and egg parasitoid (Leefmansia bicolor).This is the first report on the invasion of S. nubila to oil palm plantation. Serious attention is urgently needed to prevent further economic yield losses due to the pest on oil palm plantations in West Papua Province. Keywords: Oil palm, Sexava nubila, West Papua.

PENDAHULUAN

Papua Barat bersama-sama dengan propinsi lain di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi merupakan daerah-daerah penghasil kelapa sawit

terbesar di Indonesia (Ditjenbun, 2015). Pengem-bangan sawit diawali di daerah Sumatera, kemudian Kalimantan, Sulawesi dan terakhir Papua dan Papua Barat. Luas areal sawit di Papua Barat berkisar 52.401 ha pada tahun 2015, masih relatif kecil dibandingkan dengan total areal sawit

Page 2: Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan ...

Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 97 - 104

98

di Indonesia yang mencapai 11.300.370 ha (Ditjenbun, 2015). Oleh sebab itu, perluasan areal pengembangan sawit terus dilakukan pemerintah daerah mengingat kontribusi kelapa sawit bagi makro ekonomi Indonesia yang dilaporkan men-capai 160 triliun rupiah per tahun. Indonesia adalah negara penghasil kelapa sawit (Elaeis guineensis) terbesar di dunia, dan bersama-sama dengan Malaysia merupakan exportir terbesar dunia (Khairil dan Hasmadi, 2010; Hushiarian et al., 2013). Permintaan minyak kelapa sawit dunia meningkat setiap tahun dengan pasokan terbesar berasal dari Indonesia. Produksi kelapa sawit di Indonesia berasal dari perkebunan pemerintah (10%), petani kecil (40%) dan sebagian besar (50%) berasal dari perkebunan swasta (IPOC, 2006). Untuk mempertahankan dan meningkatkan kontribusi kelapa sawit bagi makro ekonomi Indonesia, maka faktor-faktor potensial yang dapat menurunkan produksinya seperti serangan organisme pengganggu tanaman perlu mendapat perhatian yang serius.

Beberapa jenis organisme penganggu tanaman sawit antara lain cendawan patogenik Ganoderma sp. (Paterson, 2007; Rees et al., 2007), Oryctes rhinoceros (Murphy, 2007), ulat kantong (Metisa plana dan Mahasena corbetti) dan ulat api (Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima) (Zeddam et al., 2003). Kehilangan hasil kelapa sawit akibat serangan hama dapat mencapai 30% (Wood et al., 1973). Hasil pengamatan langsung di perkebunan sawit milik PT. Yongjing Investindo, Papua Barat menunjukkan bahwa ribuan tanaman kelapa sawitnya mengalami kerusakan berat hingga banyak tanaman yang tinggal lidi-lidinya saja. Pinak daun mulai digerek dari pinggiran ke arah bagian tengah dengan bekas gigitan yang tidak rata. Pada tingkat serangan berat, daun-daun dimakan hingga tinggal lidi-lidinya saja. Dari bekas gerekan pada daun dan gejala serangan, diduga kerusakan tanaman diakibatkan oleh serangan hama Sexava sp. atau hama pemakan daun lainnya. Ribuan tanaman sawit ini sudah menjadi tempat berlindung dan sumber makanan serta tempat perkembangbiakan hama. Serangan hamapada perkebunan kelapa sawit ini bisa mengancam pengembangan sawit di Propinsi Papua Barat jika populasinya tidak segera diken-dalikan.

Pengendalian akan tepat sasaran jika organisme penyebabnya dan faktor-faktor penting lainnya diketahui. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi jenis hama, tingkat kerusakan, dan musuh-musuh alami yang berasosiasi dengan hama.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di perkebunan kelapa sawit milik PT. Yongjing Investindo, dan PT. Medco Papua Hijau Selaras (PT. MPHS) Manokwari, Papua Barat, dan laboratorium hama dan penyakit terpadu, Balit Palma, Manado pada Bulan Juni 2016. Penelitian lapangan dilaksanakan dalam bentuk survei. Dari populasi tanaman sekitar 9000 pohon sawit berumur sekitar 25 tahun yang terserang di PT. Yongjing Investindo, diamati 120 pohon secara acak yang dibagi atas 4 plot. Dua plot (0°56’31” S 133°53’39”E dan 0°56’35” S 133°53’37”E) yang masing-masing terdiri atas 30 pohon sampel berada disebelah kiri jalan, sedangkan dua plot (0°56’40” S 133°53’32”E dan 0°48’38” S 133°35’13”E) lainnya dengan jumlah tanaman sampel yang sama berada disebelah kanan jalan. Tanaman kelapa sawit yang diamati di perkebunan milik PT. MPHS berumur sekitar 4 tahun dengan serangan hama yang masih kurang. Namun untuk mengetahui apakah jenis hama yang ditemukan di PT. Yongjing Investindo juga bisa ditemukan di pertanaman kelapa sawit milik PT. MPHS, maka 50 pohon diamati secara acak.

Penyebab kerusakan ditentukan dengan mengamati secara langsung jika tanaman masih pendek dan jika tanaman sudah tinggi, maka dilakukan dengan cara menurunkan pelepah sawit dengan cara memotong pelepah pada bagian pangkalnya kemudian hama-hama dan musuh-musuh alaminya diamati dan dikumpulkan untuk diidentifikasi. Serangga-serangga yang sudah mati di sekitar lokasi perkebunan dan telur-telur yang berada di bawah permukaan tanah dan pada tanah-tanah yang menempel pada permukaan batang sawit dikumpulkan dan diidentifikasi. Sampel-sampel hama yang dikumpulkan dibawa ke laboratorium untuk mengkonfirmasi hasil identifikasi di lapangan.

Pengamatan populasi hama pada tanaman kelapa sawit dilakukan dengan cara menurunkan pelepah kelapa sawit dengan cara memotong pelepah pada bagian pangkalnya kemudian serangga yang berasosiasi diamati dan dihitung. Imago yang terbang pada saat pemotongan pelepah dan pada waktu menurunkannya juga dihitung. Pengamatan global terhadap kerusakan tanaman dilakukan dengan mengestimasi kerusakan daun pada mahkota kelapa. Tingkat kerusakan dibagi dalam lima kelas yaitu sehat, ringan, sedang, berat dan sangat berat (Wagiman et al., 2012): 1. Sehat: 0 % pelepah daun diserang 2. Ringan: 1% - 25 % pelepah daun diserang

Page 3: Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan ...

Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan Kerusakannya pada Tanaman Kelapa Sawit (Jelfina C. Alouw dan Meldy L.A. Hosang)

99

Gambar 1. Telur (a), imago betina (b), serta nimfa dan imago (c) dari Sexava nubila yang menyerang pertanaman sawit di Papua Barat.

Figure 1. Eggs (a), adult female (b), nymphs and imagos (c) of Sexava nubila attacking oil palm in West Papua.

3. Sedang: >25 % – 50% pelepah daun diserang 4. Berat: >50 % – 75 % pelepah daun diserang 5. Sangat berat : >75 – 100 pelepah daun diserang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi penyebab kerusakan sawit

Penyebab kerusakan sawit ditentukan berdasarkan hasil identifikasi morfologi telur dan imago yang ditemukan, serta gejala kerusakan daun. Hasil pengamatan kerusakan hama pada dua kebun kelapa sawit, yaitu PT. Yongjing Investindo, dan PT. MPHS di Manokwari, Papua Barat menemukan Sexava nubila Stal. (Orthoptera: Tettigonidae) sebagai penyebab utama kerusakan tanaman. Hasil identifikasi ini ditunjang dengan ditemukannya populasi telur S. nubila (Gambar 1a.) pada daerah sekitar perakaran sawit dan pada tanah yang menempel pada batang sawit yang sudah tidak terawat lagi. Beberapa telur mengandung kuning telur (yolk) (fertile atau mati), ada yang kosong, dan ada yang terparasit. Berdasarkan karakteristik lubang telur, dapat diketahui apakah telur tersebut terparasit atau tidak. Telur terparasit ditandai dengan bentuk lobang yang pinggirannya bundar, rata dan teratur, sedangkan telur yang telah menghasilkan nimfa, pinggiran lubangnya tidak teratur. Telur-telur S. nubila berbentuk dan berwarna seperti gabah padi masak (Gambar 1a).

Nimfa dan imago S. nubila ditemukan pada pelepah sawit yang dipotong dan diturunkan dari pohon (Gambar 1b, 1c). Sebagian besar imago yang ditemukan di lokasi pengamatan berwarna cokelat (Gambar 2), sedangkan nimfanya berwarna hijau seperti yang dilaporkan oleh Hosang et al. (1989) bahwa umumnya imago S. nubila di daerah Papua dan Papua Barat berwarna cokelat. Antena S.

nubila berbentuk filiform, berukuran lebih panjang dari tubuhnya. Oleh sebab itu Sexava sp. disebut long horned grasshoppers.

Penentuan spesies Sexava dilakukan menurut (Willemse, 1977) dengan mengamati subgenital plate dari imago. Subgenital plate S. nubila lebih sempit, styli nya lebih panjang, cercus lebih pendek dengan bagian ujung cercus yang kurang tipis dibandingkan dengan ciri-ciri Subgenital plate dari S. coriacea (Gambar 3). Salah satu karakter yang mudah digunakan di lapangan untuk membedakan S. nubila dan S. coriaceae, yakni panjang ovipositor. Ovipositor S. nubila lebih pendek (3-4 cm), ujung ovipositor biasanya tidak melebihi ujung sayap S. nubila pada saat istirahat.

Sejumlah imago yang sudah mati ditemu-kan disekitar areal perkebunan kelapa sawit ter-masuk di atas permukaan saluran air yang terletak dekat tanaman sawit. Imago yang mati ditemukan juga tergantung pada pelepah kelapa yang tinggal lidi-lidi saja di atas pohon (Gambar 4). Penyebab kematian imago ini belum diketahui dengan pasti. Kematian bisa disebabkan oleh kelaparan akibat kurangnya daun sawit sebagai sumber makanan karena proporsi tanaman dengan kerusakan sangat berat sangat tinggi. Menurut Warouw (1981), pada serangan berat dimana sumber makanan terbatas, maka populasi hama akan menurun. Penyebab lain matinya imago adalah karena imago-imago tersebut sudah tua dan waktunya mati atau karena diserang predator. Beberapa musuh alami yang ditemukan adalah burung gagak, semut rangrang, belalang sembah dan parasitoid telur.

Hosang (2015) telah mendokumentasikan beberapa musuh alami yang potensial untuk hama Sexava spp. diantaranya parasitoid telur Leefmansia bicolor, parasitoid Stichotrema dallatorreanum (Strepsiptera: Myrmecolacidae) yang memarasit

Page 4: Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan ...

Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 97 - 104

100

Gambar 4. Gejala kerusakan akibat serangan Sexava nubila pada pelepah tanaman kelapa sawit di Papua Barat. Figure 4. Damage sympton due to attack of Sexava nubila on oil palm frond in West Papua.

nimfa dan imago S. nubila di Sorong dan sekitarnya (Papua Barat), predator semut rang-rang Oecophylla smaragdina, laba-laba, katak hijau dan burung serta beberapa patogen yang menginfeksi telur, nimfa dan imago Sexava spp.

Gambar 2. Imago Sexava nubila yang mati di

sekitar tanaman sawit. Figure 2. Dead imago of Sexava nubila around oil palm

plantation.

Gambar 3. Perbandingan bentuk plat subgenitalia

(a), styli (b), dan cercus (c) dari Sexava nubila dan Sexava coriacea (Hosang, 2015).

Figure 3. Comparison between type of subgenital plate (a), Styli (b) and Cercus (c) of Sexava nubila and Sexava coriacea.

Gejala Serangan

S. nubila merusak daun sawit dengan menggerek pinak daun mulai dari pinggiran daun ke arah bagian tengah dengan bekas gigitan yang tidak rata. Pada tingkat serangan berat, daun-daun dimakan hingga yang tersisa hanyalah lidi (Gambar 4). Serangan pada daun dapat menurunkan produksi buah kelapa sawit. Pada tanaman kelapa, S. nubila bisa menyerang daun maupun buah muda. Serangan pada buah ditandai dengan bekas gerekan sampai pada bagian sabut kelapa. Serangan ringan tidak menyebabkan keguguran buah, dan buah masih bisa berkembang sampai siap panen. Namun pada serangan berat, buah akan gugur (Hosang, 2015). Serangan pada buah sawit tidak terlihat sebab tanaman yang diserang tidak menghasilkan buah atau sudah tidak produktif lagi.

Tingkat Kerusakan

Tingkat kerusakan sawit bervariasi dari 20% hingga 100% dengan proporsi tertinggi pada tingkat serangan sangat berat, yakni 48% (58 dari 120 pohon sampel) (Gambar 5). Dengan demikian serangan S. nubila sudah melebihi ambang ekonomi (>20%) bahkan telah mencapai economic injury level jika tanaman masih produktif. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanaman kelapa sawit milik PT. Yongjing Investindo telah menjadi sumber perkembangbiakan S. nubila sehingga menjadi populasi yang besar dan menyebabkan kerusakan berat bahkan kematian tanaman. Dari beberapa pelepah yang diamati, jumlah nimfa dan imago berkisar lebih dari lima ekor per pohon. Tanaman sawit yang mencapai ribuan pohon milik PT. Yongjing Investindo sudah tidak terawat dan tidak produktif lagi sehingga dampak serangan S. nubila tidak berarti. Permasalahannya adalah populasi sawit ini sudah menjadi tempat dan sumber perkembangbiakan S. nubila sehingga mengancam perkebunan sawit atau tanaman inang lain disekitarnya.

Sexava nubila Sexava coriacea

c

a b

a b

c

a b c

Page 5: Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan ...

Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan Kerusakannya pada Tanaman Kelapa Sawit (Jelfina C. Alouw dan Meldy L.A. Hosang)

101

Gambar 5. Tingkat serangan Sexava nubila pada

tanaman kelapa sawit di PT. Yongjing, Manokwari, Papua Barat (120 pohon sampel dari 9000 total pohon sawit).

Figure 5. Level of Sexava nubila’s attack on oilpalm plantation of PT. Yongjing, Manokwari, West Papua (120 oilpalm samples of the total number of 9000 palms).

Tingkat kerusakan tanaman yang sangat

berat akibat serangan populasi hama yang besar ditunjang oleh sistem pertanaman monokultur. Menurut teori keragaman dan stabilitas yang dikembangkan pertama oleh Charles Elton (1958) dalam (Agrawal et al., 2006), tanaman dengan sistem monokultur umumnya mengalami ke-hilangan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan sistem pertanaman polikultur. Selanjutnya dinyatakan bahwa areal pertanian dengan keragaman tanaman yang rendah lebih sering mengalami ledakan hama dibandingkan dengan areal dengan keragaman tinggi (Agrawal et al., 2006). Walaupun teori ini masih menjadi bahan perdebatan, namun pada pola tanam seperti ini, terdapat peluang terjadinya inbreeding. Inbreeding dapat terjadi melalui penyerbukan sendiri maupun penyerbukan silang dengan relatifnya. Konsekuensi dari inbreeding menghasilkan tanaman dengan heterozygosity yang rendah yang biasanya menyebabkan penurunan fitness atau dengan kata lain mengalami “inbreeding depression” (Charlesworth, 2003). Inbreeding depression bisa menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama karena fixation dari alleles mutant dapat menurunkan hasil-hasil metabolisme yang berakibat buruk pada pertahanan struktural dan kimia tanaman (Carr et al., 2014).

Tanaman kelapa sawit yang diserang S. nubila berada dalam kondisi tidak terawat. Menurut Rhoades (1979), tanaman yang berada dalam kondisi stress akan lebih mudah di-eksploitasi oleh hama sebab pada tanaman yang stress, alokasi sumberdaya untuk ketahanan

tanaman rendah. Oleh sebab itu tidak meng-herankan jika seluruh tanaman yang diamati telah terserang hama dengan proporsi yang paling tinggi pada tingkat serangan sangat berat.

Jika laju kehilangan daun akibat serangan S. nubila lebih cepat dari pada laju pertambahan daun, maka akan terjadi kelangkaan sumber makanan hama. Hal ini bisa berakibat pada ber-pindahnya populasi S. nubila ke perkebunan kelapa sawit muda yang sedang dikembangkan oleh masyarakt, PT. Yongjing Investindo dan PT. Medco Papua Hijau Selaras (PT. MPHS), atau berpindah pada tanaman inang lainnya seperti kelapa dan pisang yang letaknya tidak jauh dari lokasi serangan. Hasil pengamatan lapangan pada tanaman kelapa sawit muda di PT. MPHS, ter-nyata ditemukan imago S. nubila, walaupun po-pulasinya sangat rendah. Upaya antisipasi ledakan S. nubila perlu dilakukan untuk menghindari kerusakan tanaman dan kehilangan hasil.

Distribusi

Invasi S. nubila pada tanaman kelapa sawit baru pertama kali ini dilaporkan di Propinsi Papua Barat. Masuknya S. nubila pada tanaman kelapa sawit belum diketahui dengan pasti. Namun, Hama ini diduga berasal dari pertanaman kelapa (Cocos nucifera) yang berada di sekitar kedua kebun kelapa sawit. Wilayah timur Indonesia, seperti Papua Barat, merupakan daerah endemik serangan Sexava spp., disamping Seram, Kei, Aru, Batjan, Kepulauan Talaud, Kepulauan Nanusa, Papua, dan Papua Nugini untuk hama S. nubila Stal., di Maluku Utara, Kepulauan Sangihe dan Dumagin Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara, Sula dan Papua untuk hama S. coriacea, di Kepulauan Una-Una dan Togean (Teluk Tomini) dan Pesisir pantai Sulawesi Tengah untuk S. karnyii dan Papua Nugini untuk S. novae-guinea (Kalshoven, 1981, Hosang, 2015). Tanaman kelapa lebih dulu dibudidayakan oleh masyarakat Papua dibandingkan dengan kelapa sawit, dan S. nubila sudah dilaporkan sebelumnya menyerang tanaman kelapa di Papua (Hosang et al., 1989). Oleh sebab itu dugaan bahwa S. nubila yang menyerang kelapa sawit di Manokwari berasal dari tanaman kelapa semakin kuat. Teknologi molekuler dapat dilakukan untuk melihat tingkat kekerabatan antara S. nubila yang menyerang kelapa dan tanaman kelapa sawit.

Kunci utama proses invasi serangga adalah penyebaran/dispersal (Johnson dan Gaines, 1990, Lockwood et al., 2007) secara aktif atau pasif (Bermond et al., 2013). Jangkaun terbang Sexava sp. tidak begitu jauh (Warouw, 1981) sehingga hama

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

Persentaseserangan(%)

Sehat

Ringan

Sedang

Berat

Sangatberat

Page 6: Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan ...

Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 97 - 104

102

ini hanya bisa berpindah secara aktif pada tanaman inang yang letaknya berdekatan dengan lokasi serangan. Penyebaran secara pasif yang dibantu oleh manusia juga berperan penting seperti yang dilaporkan pada S. coriacea yang masuk ke daerah Dumagin, Kabupaten Bolaang Mongondow dari Kepulauan Sangihe. Telur-telur S. coriacea diduga terbawa oleh tanah yang digunakan sebagai media tumbuh bibit pala (Hosang et al., 1989).

Selain kemampuan terbang dari Sexava sp., kesuksesan dalam menemukan tanaman inang untuk tetap bertahan hidup, ditentukan juga oleh olfactory sensilla dari serangga hama dan kepekaannya terhadap bau yang dikeluarkan tanaman inang. Serangga menggunakan berbagai cues termasuk senyawa sekunder yang bersifat volatil yang dikeluarkan tanaman untuk mendapatkan atau mencari inangnya. Beberapa

senyawa volatil termasuk -myrcene, (-)- limonene dan E-2-hexen-1-ol yang diproduksi oleh tanaman kelapa berfungsi sebagai atraktan untuk hama Brontispa longissima (Fang et al., 2011). Sampai saat ini belum ada informasi tentang senyawa-senyawa sekunder yang dipakai oleh Sexava sp. untuk menemukan inangnya. Oleh sebab itu penelitian tentang hal tersebut perlu dilakukan sebagai informasi penting dalam merancang strategi pengendaliannya.

Keberhasilan invasi dari suatu spesies serangga ditunjang juga oleh keragaman populasi yang tinggi yang disebabkan oleh masuknya spesies dari beberapa lokasi geografis yang berbeda. Walaupun demikian, beberapa hasil penelitian melaporkan juga adanya keberhasilan dari spesies yang menginvasi dengan keragaman genetik yang rendah (Novak dan Mack, 2005; Wares et al., 2005). Evolusi pemilihan tanaman inang lebih dipengaruhi oleh kualitas tanaman dari pada kelimpahan tanaman inang (Agrawal et al., 2006). Dengan demikian, maka tanaman kelapa sawit merupakan tanaman inang alternatif yang potensial baik dari segi kualitas maupun kuantitas dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan S. nubila di Papua Barat.

Monitoring hama oleh petugas lapang perlu diintensifkan agar pengendalian hama bisa dila-kukan sedini mungkin sebelum populasi hama berada di atas ambang ekonomi. Eksplorasi musuh-musuh alami S. nubila di Papua Barat perlu juga dilakukan agar bisa dikembangkan di lokasi serangan untuk mengendalikan S. nubila. Selain itu, kerjasama antara pemerintah daerah Papua Barat dan pusat, perusahaan swasta dan masya-rakat dibutuhkan untuk mengendalikan S. nubila disarang pembiakannya sekarang untuk meng-

hindari kegagalan pengembangan sawit di Papua Barat.

KESIMPULAN

Ledakan populasi Sexava nubila yang terjadi pada perkebunan kelapa sawit yang berumur sekitar 25 tahun di Papua Barat telah menim-bulkan kerusakan lebih dari >75%. Populasi S. nubila diduga berasal dari pertanaman kelapa di sekitar pertanaman kelapa sawit yang terlebih dahulu terserang oleh S. nubila. Hama ini diduga berkembang biak pada pertanaman kelapa sawit yang sudah tidak produktif dan tidak terawat milik PT. Yongjing kemudian menyebar ke per-tanaman kelapa sawit lainnya. Ada beberapa jenis musuh alami yang ditemukan di lapangan, tetapi kelihatannya tidak mampu mengendalikan S. nubila yang populasinya sudah melebihi ambang batas (>5 ekor per pohon). Perlu ada tindakan yang serius dan segera untuk mencegah populasi S. nubila pada pertanaman kelapa sawit di Propinsi Papua Barat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih disampaikan kepada Kepala Balai Penelitian Tanaman Palma, Puslitbang Perkebunan, dan Badan Litbang Pertanian, Kementerian Pertanian atas dukungan dana penelitiannya. Ucapan terima kasih disampaikan pula kepada Balai Penelitian dan Pengkajian Pertanian (BPTP) dan Dinas Perkebunan (DISBUN) Papua Barat atas dukungan pen-dampingan di lokasi penelitian perkebunan kelapa sawit, serta kepada Para teknisi di laboratorium hama dan penyakit dalam pemeliharaan hama di laboratorium.

DAFTAR PUSTAKA

Agrawal, A.A., J.A. Lau, and P.A. Hamback. 2006. Evolution of interactions between plants and insect herbivores. Chicago Journals: The quarterly review of Biology 81(4): 349-376.

Bermond, G., A. Blin., E. Vercken, V. Ravigne, A. Rieux, S. Mallez, T. Morel-Journel, and T. Guillemaud. 2013. Estimation of the dispersal of a major pest of maize by cline analysis of a temporary contact zone between two invasive outbreaks. Molecular ecology 22: 5368-5381. Doi: 10.1111/ mec.12489.

Page 7: Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan ...

Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan Kerusakannya pada Tanaman Kelapa Sawit (Jelfina C. Alouw dan Meldy L.A. Hosang)

103

Carr, D.E. and M.D. Eubanks. 2014. Interactions between insect herbivores and plant mating systems. Annual review of entomology 59:185-203.

Charlesworth, D. 2003. Effects of inbreeding on the genetic diversity of populations. Philosophical Transactions B.The Royal Society Publishing 358(1434):1051-1070.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2015. Statistik perkebunan Indonesia 2014-2016 Komoditi Kelapa Sawit. 79 pp.

Fang, Y., J. Sun, and Z. Zhang. 2011. Response of Brontispa longissima to coconut palm (Cocos nucifera) leaf volatile. Physiological Entomology 36:321-326.

Hosang, M.L.A. 1989. Accidental introduction of Sexava coriaceae in Dumagin, Pinolosian, Bolaang Mongondow, North Sulawesi. Manado: UNDP/FAO Integrated coconut pest control project, annual report, Balai Penelitian Kelapa. 126-127.

Hosang, M.L.A., P. Wigley dan Soekarjoto. 1989.

Kemungkinan pengendalian hama Sexava

dengan protozoa (Gregarine, Nosema, dan

Adelina). Jurnal Penelitian Kelapa. 4(1): 94-

103. Hosang, M.L.A. 2015. Ekobiologi dan pengen-

dalian hama Sexava pada tanaman kelapa. IAARD Press.80 hal.

Indonesian Palm Oil Commission (IPOC). 2006. Statistik kelapa sawit Indonesia 2005. Department of Agriculture, Jakarta, Indonesia.

Mawikere, J., J.C. Alouw, S. Sabbatoellah, dan M.L.A. Hosang. 2005. Teknologi pem-biakan dan pemafaatan Leefmansia bicolor (Hymenoptera: Encyrtidae) sebagai parasi-toid telur Sexava spp. Monograf hama dan penyakit kelapa. 42-49.

Murphy, D.J. 2007. Future prospects for oil palm in the 21(st) century: biological and related challenges. European Journal of Lipid Science and Technology 109: 296-306.

Johnson, M.L. and M.S. Gaines. 1990. Evolution of dispersal: theoretical models and empirical tests using birds and mammals. Annual review of ecology and systematics, 21:449 – 480.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The pests of crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan with assistance of G.H.L. Rothshild. PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta. 701 pp.

Khairil, M.M.S., dan M.I. Hasmadi. 2010. Applying GIS for mapping agriculture roads

network in field atrolak utara for oil palm plantation management. Information management business review 1 (1):11-15.

Lockwood, J.L., M.F. Hoopes, M.P. Marchetti. 2007. Invasion ecology.Blackwell, Maiden, M.A. 428 pp.

Novak, S.J and R.N. Mack. 2005. Genetic bootlenecks in alien plant species. Influences of mating systems and intro-duction dynamics. In: Species invasions: Insights into ecology, evolution and biogeography (eds Sax, D.f., Stachowicz, J.J. and Gaines, S.D. Sinauer Sunderland, p. 201-228.

Paterson, R.R.M. 2007. Ganoderma diseases of oil palm a white rot perspective necessary for Integrated control. Crop Protection 26:1369-1376.

Rees, R.W., J. Flood, Y. Hasan, and R.M. Cooper. 2007. Effects of inoculum potential, shading and soil temperature on root infection of oil palm seedlings by the basal stem rot pathogen Ganoderma boninense. Plant Pathology 56:862-870.

Rhoades, D.F. 1979. Evolution of plant chemical defense against herbivores. In: R.A. Gerald, and J.H. Daniel, Herbivores: their interaction with secondary plant metabolites. New York Academic press. Pp 3-54 ISBN 0-12-597180-x.

Sabbatoellah, S. dan M.L.A. Hosang. 2006. Kemampuan makan Sexava nubilla Stall (Orthptera: Tettigoniidae) pada daun kelapa. Buletin Palma 31:79-90.

Supriadi, H. 2008. Strategi kebijakan pemba-ngunan pertanian di Papua Barat. Analisis kebijakan pertanian 6(4):352-377.

Wagiman F.X., N.S. Putra, M.L.A. Hosang, dan F. Lala. 2011. Studi ekobiologi dan peman-faatan burung predator Lanius sp. untuk pengendalian hayati hama Sexava spp. pada tanaman kelapa di Sulawesi Utara, Univer-sitas Gadjah Mada bekerjasama dengan Badan Litbang Pertanian. 8 hal.

Warouw, J. 1981. Dinamika populasi Sexava nubila (Stal) (Orthoptera: Tettigonidae) di Sangihe Talaud dalam hubungannya dengan ke-rusakan tanaman kelapa. Disertasi. IPB.152 hal.

Willemse, F. 1977. Classification and distribution of the Sexava of the melanesian Sub Region (Orthoptera, Tettigonidea, Mecopodinae). Tijdschrift voor Entomologie. 120, 213-277.

Wood, B.J., Corley, R.H.V and Goh, K.H. 1973. Studies on the effect of pest damage on oil palm yield. In:Wastie, R.L and Earp, D.A

Page 8: Sexava nubila (Orthoptera: Tettigoniidae): Ledakan dan ...

Buletin Palma Volume 17 No. 2, Desember 2016: 97 - 104

104

eds. Advances in oil palm cultivation. Incorporated society of planters, Kuala Lumpur, Malaysia.

Zeddam, J.L., J.A. Cruzado, J.L. Rodriguez, and M. Ravallec. 2003. A new nucleopolyhedrovirus from the oil-palm leaf-eater Euprosterna elaeasa (Lepidoptera: Limacodidae): pre-liminary characterization and field assessment in Peruvian plantation. Agri-culture, Ecosystems & Environment, 96 (1-3), 69–75. doi:10.1016/S0167-8809(03)00034-3.