Serba Serbi Pengurangan Subsidi BBM Oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI 1. Meningkatnya Subsidi BBM di Indonesia Dalam perkembangannya, subsidi BBM semakin meningkat dan memakan porsi cukup besar dalam anggaran. Terlebih lagi semenjak tahun 2004, produksi minyak Indonesia terus mengalami penurunan dan menjadikan Indonesia sebagai Net Importir minyak. Hal ini juga diperparah oleh konsumsi maysrakat semakin tinggi terhadap BBM. Dengan meningkatnya konsumsi, meningkatnya harga minyak dunia, dan melemahnya rupiah beberapa tahun terakhir, menjadikan subsidi BBM yang ditanggung semakin besar. Tingginya subsidi BBM di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain: Pertumbuhan Ekonomi yang meningkat Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besaran subsidi BBM adalah konsumsi BBM. Selama 10 tahun terakhir, konsumsi BBM meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 7% pertahun. Berikut grafik yang menunjukan volume konsumsi BBM dalam beberapa tahun terakhir:
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Serba Serbi Pengurangan Subsidi BBM
Oleh Departemen Kajian dan Aksi Strategis BEM FEUI
1. Meningkatnya Subsidi BBM di Indonesia
Dalam perkembangannya, subsidi BBM semakin meningkat dan memakan porsi cukup besar
dalam anggaran. Terlebih lagi semenjak tahun 2004, produksi minyak Indonesia terus
mengalami penurunan dan menjadikan Indonesia sebagai Net Importir minyak. Hal ini juga
diperparah oleh konsumsi maysrakat semakin tinggi terhadap BBM. Dengan meningkatnya
konsumsi, meningkatnya harga minyak dunia, dan melemahnya rupiah beberapa tahun terakhir,
menjadikan subsidi BBM yang ditanggung semakin besar.
Tingginya subsidi BBM di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa factor, antara lain:
Pertumbuhan Ekonomi yang meningkat
Salah satu faktor penting yang mempengaruhi besaran subsidi BBM adalah konsumsi BBM.
Selama 10 tahun terakhir, konsumsi BBM meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 7%
pertahun. Berikut grafik yang menunjukan volume konsumsi BBM dalam beberapa tahun
terakhir:
Semakin tinggi tingkat konsumsi akan semakin tinggi pula besaran anggaran yang harus
disiapkan oleh APBN. Terlebih lagi, subsidi diberikan berdasarkan realisasi, bukan pagu yang
ditetapkan. Oleh karena itu, hampir tiap tahun pagu yang ditetapkan oleh APBN lebih kecil
dibandingkan realisasi. Melesetnya realisasi subsidi disebabkan nilai tukar rupiah yang fluktuatif
dan patokan harga BBM dalam negeri yang lebih tinggi dari harga yang direncanakan. Pada 31
Desember 20131, subsidi energi sudah mencapai Rp 310 triliun atau 103,4 persen dari pagu
APBN-P Rp 299,8 triliun.
Karena subsidi yang sifat pembayarannya adalah berdasar realisasi, maka pemerintah harus
membayar berapapun jumlah subsidi sesuai konsumsi BBM meskipun telah melewati pagu
(acuan batas maksimal) yang ditetapkan APBN.
Salah satu faktor utama meningkatnya konsumsi masyarakat adalah pertumbuhan ekonomi
Indonesia yang selalu positif dalam 10 tahun terakhir. Dengan pertumbuhan ekonomi yang
semakin meningkat, kebutuhan akan energy semakin meningkat pula. Pertumbuhan dalam sektor
industry memerlukan energy yang lebih banyak pula untuk menopang industry tersebut.
Ekonomi yang lebih maju juga memerlukan mobilitas yang lebih intensif. . Konsumen juga
memerlukan lebih banyak konsumsi BBM karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih
tinggi.
Hasil estimasi yang dilakukan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS)2
dengan model regresi antara tahun 1972-2012 memberikan angka elastisitas sebesar 1.8 untuk
PDB Riil. Hal ini menunjukan ketika pertumbuhan naik sebesar 1%, maka konsumsi BBM akan
naik pula sebesar 1.8%
Kebijakan Harga
Harga BBM cenderung tetap setiap tahunnya. Namun jika dilihat secara Riil harga tersebut justru
mengalami penurunan. Dengan inflasi yang terus meningkat, harga BBM yang tidak berubah
cenderung terus turun secara Riil. Yang dimaksud oleh harga Riil disini adalah harga yang sudah
1 http://katadata.co.id/berita/2014/01/06/realisasi-subsidi-energi-melebihi-pagu-apbn-p-20132 Damuri, Yose Rizal et al. (2014). Untuk Indonesia 2014-2019: Agenda Ekonomi. Jakarta: Centre For Strategic and
International Studies (CSIS).
disesuaikan oleh faktor inflasi. Harga nominal BBM pada tahun 2009 berada pada angka Rp.
4.500,-sampai dengan tahun 2012. Namun, jika dilihat secara Riil harga ini turun sampai dengan
dibawah Rp. 3000. 3 Dengan meningkatnya daya beli masyarakat karena pertumbuhan ekonomi,
konsumsi BBM terus meningkat karena secara Riil masyarakat dapat membeli lebih banyak
BBM.
Faktor Ekonomi Global
Saat ini Indonesia merupakan net Importir minyak, walaupun masih melakukan ekspor beberapa
produk minyak bumi. Akibatnya harga perolehan BBM sangat tergantung dari harga
internasional. Pada periode 2004-2012, harga rata-rata minyak dunia untuk 11 tipe minyak
mentah di Indonesia terus meningkat4. Pada tahun 2004 harga rata-rata minyak dunia berada
pada angka 36.39 US$/Barel, namun pada tahun 2012 sudah berada pada angka 112.73
US$/Barel. Dalam kurun waktu 6 tahun sudah meningkat sebesar lebih dari 3 kali dibandingkan
dengan tahun 2004.
Walaupun pada tahun 2013 dan 2014 harga minyak dunia cenderung stabil5, namun justru pada
tahun-tahun tersebut kurs rupiah terhadap dolar meningkat secara signifikan. Nilai tukar rupiah
terhadap dolar AS adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh sehingga besaran subsidi
BBM terus membengkak. Depresiasi terhadap rupiah akan meningkatkan harga perolehan dalam
rupiah, sementara penerimaan dari penjualan APBN cenderung tetap
2. Pemberian Subsidi Tidak Tepat Sasaran (Penikmat Subsidi BBM
Didominasi oleh Orang Kaya)
Meski Indonesia bukan negara sejahtera, jenis dan kuantitas subsidi yang dialokasikan
pemerintah bagi masyarakat tidak bisa dikatakan kecil. Nilai subsidi 2012 mencapai Rp 346,4
triliun atau 34,33% dari belanja pemerintah pusat. Tidak kurang dari 61,17% dari total subsidi
dialokasikan untuk BBM (Rp 211,9 triliun).
3 Statistik Energi, Kementerian ESDM, diperoleh dalam berbagai tahun4 Pusat Data dan Informasi, Kementerian ESDM5 Rata-rata minyak dunia pada tahun 2013 103,84 US$/Barel dan pada tahun 2014 (sampai dengan bulan Juli) 106,3 US$/Barel. Data Statistik Energi Kementerian ESDM.
Subsidi idealnya disalurkan kepada kelompok tepat sasaran, yaitu masyarakat yang
berpenghasilan rendah atau miskin. Tingkat kemiskinan mencapai 11,66% atau 28,6 juta orang
dengan tingkat garis kemiskinan Rp280.000,-/bulan untuk setiap orangnya (Badan Pusat
Stastistika, September 2014). Dengan total subsidi yang mencapai Rp346,4 triliun dan disalurkan
tepat sasaran, idealnya tidak ada lagi masyarakat Indonesia yang berada di bawah garis
kemiskinan.
Dengan perhitungan sederhana, jika dilakukan penyaluran subsidi langsung kepada 28,6 juta
rakyat miskin sebesar Rp100.000,-/orang setiap bulannya, total biaya subsidi per tahun hanya
Rp34,32 triliun. Jika angka ini dilipatduakan, total subsidi yang diperlukan Rp 68,64 triliun per
tahun. Jika kita ingin menghilangkan angka kemiskinan caranya mudah, salurkan Rp281.000,-
/bulan untuk setiap orangnya kepada 28,6 juta rakyat miskin sehingga tidak akan ada lagi orang
di Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan. Strategi terakhir ini hanya perlu Rp 96,44 triliun
per tahun atau 45,51% dari subsidi BBM atau 27,84% dari total subsidi 2012.
Selain itu, alasan dari jumlah orang miskin masih 28,6 juta sementara total subsidi 2012
mencapai Rp 346,4 triliun dan meningkat jadi Rp 358,2 triliun di APBN Perubahan 2013 karena
sebagian besar subsidi yang disalurkan salah sasaran.
Proporsi subsidi BBM sebesar Rp 211,9 triliun (61,17%) namun sebagian besar dinikmati oleh
para pemilik kendaraan bermotor yang tidak dapat dikategorikan sebagai orang miskin. Ketika
subsidi dikenakan pada harga barang, dan barang bisa diakses bebas, maka semakin tinggi
seseorang mengonsumsi barang itu, semakin tinggi subsidi yang dinikmatinya.
Penikmat di balik subsidi BBM
Proporsi BBM bersubsidi dinikmati oleh: 1) pemilik mobil (53%) dibandingkan pemilik motor
(47%); 2) masyarakat di Jawa dan Bali (59%); dan 3) angkutan darat (89%). Tercatat 25%
rumah tangga berpenghasilan tertinggi menikmati 77% subsidi BBM dibandingkan 25% rumah
tangga berpenghasilan terendah yang hanya menikmati 15% subsidi BBM (Kementerian
Keuangan, 2012).
Penggunaan BBM bersubsidi bersifat konsumsi yang terkompensasi (berapa pun konsumsi BBM
bersubsidi, tidak peduli oleh siapa dan untuk keperluan apa, pemerintah pasti menyubsidinya).
Semakin banyak mengonsumsi BBM bersubsidi, semakin besar subsidi yang dinikmati.
Alih-alih subsidi disalurkan kepada rakyat miskin, fakta menunjukkan subsidi BBM justru
dinikmati masyarakat berpendapatan menengah ke atas, para pelaku pasar gelap dan
penyelundup BBM bersubsidi. Bahkan, koruptor pun, yang notabene berpendapatan menengah
ke atas, ”disubsidi” para pembayar pajak yang budiman.
Ironi dari kemiskinan yang menurun sementara ketimpangan semakin membesar
Salah satu indikator orang-orang dikategorikan sebagai kelompok miskin adalah yang
berpenghasilan Rp7000,- per harinya. Faktanya, jumlah penduduk di bawah Garis Kemiskinan
semakin berkurang. Pada September 2012, jumlah penduduk miskin berjumlah 28,6 juta orang,
28,55 juta orang pada September 2013, dan semakin menurun sampai pada angka 28,28 juta di
bulan Maret 2014. Namun hal ini tidak menutup kemukinan orang-orang yang berada di atas
garis kemiskinan masih rentan untuk jatuh ke dalam garis kemiskinan.
Di samping tren kemiskinan yang semakin menurun, ternyata Rasio Gini (alat mengukur
ketidakmerataan distribusi penduduk) Indonesia pada tahun 2011 mencapai angka 0,41. Rasio
ini merupakan yang tertinggi selama sepuluh tahun terakhir. Hal ini berarti kesenjangan antara si
miskin dan si kaya semakin meningkat karena pertumbuhan yang condong kepada kelompok
menengah atas dan kaya.
Tabel peningkatan Indeks Gini dan penurunan Angka Kemiskinan
(Sumber: Badan Pusat Statistik)
Menurut studi yang pernah dilakukan, 70% penikmat subsidi BBM adalah orang kaya dan hanya
6% orang miskin yang menikmatinya. Jadi, masih tepatkah pengurangan subsidi BBM ini
ditolak? Jangan sampai kita yang berniat membela rakyat terjebak dengan alih-alih pengurangan
subsidi BBM sama dengan mencabut hak rakyat. Pengurangan subsidi BBM tidak sama dengan
mencabut hak rakyat, lebih tepatnya mencabut hak si kaya. Kalau bukan mahasiswa yang
menyadarkan subsidi BBM ini dinikmati oleh siapa selama ini, siapa lagi?
3. Defisit Anggaran
APBN Jebol ?
Dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2015, dari tahun 2010 APBN Indonesia selalu mengalami
deficit. Deficit anggaran yang terjadi selama 5 tahun terakhir tidak bersifat constant atau pun
fluktuatif, tetapi terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dalam jumlah yang sangat