Top Banner
NIKAH SIRRI oleh Repost by. Abdulhalim PENDAHULUAN Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang luhur dan sakral, bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum yang harus diindahkan. Dalam Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab I pasal 1, perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, yang memiliki syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Namun dengan berbagai dalih pembenaran, maka pernikahan ada yang dilakukan dengan yang disebut kawin lari, kawin kontrak dan ada pula yang disebut sirri. PEMBAHASAN Sirri berasal dari kata israr yang berarti rahasia. Jadi pernikahan sirri adalah pernikahan yang dilaksanakan secara rahasia. Pernikahan siri sering diartikan oleh masyarakat umum dengan; Pertama; pernikahan tanpa wali.Pernikahan semacam ini dilakukan secara rahasia (siri) dikarenakan pihak wali perempuan tidak setuju; atau karena menganggap absah pernikahan tanpa wali; atau hanya karena ingin memuaskan nafsu syahwat belaka tanpa mengindahkan lagi ketentuan-ketentuan syariat; Kedua, pernikahan yang sah secara agama namun tidak dicatatkan dalam lembaga pencatatan negara. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak mencatatkan pernikahannya di lembaga pencatatan sipil negara. Ada yang karena faktor biaya,
30

SERBA - SERBI NIKAH

Jan 18, 2023

Download

Documents

Alfitri Alfitri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SERBA - SERBI NIKAH

NIKAH   SIRRI oleh

Repost by. Abdulhalim

PENDAHULUAN

Pernikahan dalam pandangan Islam adalah sesuatu yang luhur dansakral, bermakna ibadah kepada Allah, mengikuti Sunnah Rasulullah dan dilaksanakan atas dasar keikhlasan, tanggungjawab, dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum yang harus diindahkan. Dalam Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Bab I pasal 1, perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagaisuami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral, yang memiliki syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Namun dengan berbagai dalih pembenaran, maka pernikahan ada yang dilakukan dengan yang disebut kawin lari, kawin kontrak dan ada pula yang disebut sirri.

PEMBAHASAN

Sirri berasal dari kata israr yang berarti rahasia. Jadi pernikahan sirri adalah pernikahan yang dilaksanakan secara rahasia.

Pernikahan siri sering diartikan oleh masyarakat umum dengan;

Pertama; pernikahan tanpa wali.Pernikahan semacam ini dilakukan secara rahasia (siri) dikarenakan pihak wali perempuan tidak setuju; atau karena menganggap absah pernikahan tanpa wali; atau hanya karena ingin memuaskan nafsusyahwat belaka tanpa mengindahkan lagi ketentuan-ketentuan syariat;

Kedua, pernikahan yang sah secara agama namun tidak dicatatkandalam lembaga pencatatan negara. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang tidak mencatatkan pernikahannya di lembaga pencatatan sipil negara. Ada yang karena faktor biaya,

Page 2: SERBA - SERBI NIKAH

alias tidak mampu membayar administrasi pencatatan; ada pula yang disebabkan karena takut ketahuan melanggar aturan yang melarang pegawai negeri nikah lebih dari satu; dan lain sebagainya.

Adapun hukum syariat atas fakta tersebut adalah sebagai berikut.

1. 1.      Hukum Pernikahan Tanpa Wali

Adapun mengenai fakta pertama, yakni pernikahan tanpa wali; sesungguhnya Islam telah melarang seorang wanita menikah tanpawali. Ketentuan semacam ini didasarkan pada sebuah hadits yangdituturkan dari sahabat Abu Musa ra; bahwasanya Rasulullah sawbersabda;

ولي� لا ب�� كاح إ� لا ن��“Tidak sah suatu pernikahan tanpa seorang wali.” [HR yang lima kecuali Imam An Nasaaiy, lihat, Imam Asy Syaukani, Nailul Authar VI: 230 hadits ke 2648].

Berdasarkan dalalah al-iqtidla’, kata ”laa” pada hadits menunjukkan pengertian ‘tidak sah’, bukan sekedar ’tidak sempurna’ sebagaimana pendapat sebagian ahli fikih. Makna semacam ini dipertegas dan diperkuat oleh hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra, bahwasanya Rasulullah saw pernah bersabda:

اط�ل كاح�ها ب�� ن� اط�ل, ف�� كاح�ها ب�� ن� ها ف�� ن� ول�ي� ذ� ر إ� ي� غ� كحت% ب�� ة% ب�� ما إمرإ* ي-� اط�ل إ* كاح�ها ب�� ن� , ف��“Wanita mana pun yang menikah tanpa mendapat izin walinya, maka pernikahannya batil; pernikahannya batil; pernikahannya batil”. [HR yang lima kecuali Imam An Nasaaiy. Lihat, Imam Asy Syaukaniy, Nailul Authar VI: 230 hadits ke 2649].

Abu Hurayrah ra juga meriwayatkan sebuah hadits, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

سها ف� وح� ب�� ي� ت�%ز2 ة% هي� إل�ت% ي� إن-� ن� إل�ز� ا� سها ف�� ف� وح� ب�� ة% لا ت�%ز2 ة% إل�مرإ* وح� إل�مرإ* لا ت�%ز2

Page 3: SERBA - SERBI NIKAH

”Seorang wanita tidak boleh menikahkan wanita lainnya. Seorang wanita juga tidakberhak menikahkan dirinya sendiri. Sebab, sesungguhnya wanita pezina itu adalah (seorang wanita) yang menikahkan dirinya sendiri”. (HR Ibn Majah dan Ad Daruquthniy. Lihat, Imam Asy Syaukaniy, Nailul Authar VI: 231 hadits ke 2649).

د Bاه�دي� ع�د ل وولي� مرش� Bكاح إلا ب��ش لا ن��“Tidak ada nikah tanpa dua orang saksi laki-laki yang adil dan satu orang wali yang dewasa”. (Diriwayatkan dari Ibnu Abbas). (Terjemah bidayatul Mujtahid, jilid 2 hal. 77).

Berdasarkan hadits-hadits di atas dapatlah disimpulkan bahwa pernikahan tanpa wali adalah pernikahan batil. Pelakunya telahmelakukan maksiyat kepada Allah swt, dan berhak mendapatkan sanksi di dunia.Hanya saja, syariat belum menetapkan bentuk dan kadar sanksi bagi orang-orang yang terlibat dalam pernikahan tanpa wali. Oleh karena itu, kasus pernikahan tanpawali dimasukkan ke dalam bab ta’zir, dan keputusan mengenai bentuk dan kadar sanksinya diserahkan sepenuhnya kepada seorang qadliy (hakim).Seorang hakim boleh menetapkan sanksi penjara, pengasingan, dan lain sebagainya kepada pelaku pernikahan tanpa wali.

1. 2.      Nikah Tanpa Dicatatkan Pada Lembaga Pencatatan Sipil

Adapun fakta pernikahan siri kedua, yakni pernikahan yang sah menurut ketentuan syariat namun tidak dicatatkan pada lembaga pencatatan sipil; sesungguhnya ada dua hukum yang harus dikajisecara berbeda; yakni (1) hukum pernikahannya; dan (2) hukum tidak mencatatkan pernikahan di lembaga pencatatan negara (Kantor Urusan Agama).

Dari aspek pernikahannya, nikah siri tetap sah menurut ketentuan syariat, dan pelakunya tidak boleh dianggap melakukan tindak kemaksiyatan, sehingga berhak dijatuhi sanksihukum. Pasalnya, suatu perbuatan baru dianggap kemaksiyatan dan berhak dijatuhi sanksi di dunia dan di akherat, ketika perbuatan tersebut terkategori ”mengerjakan yang haram” dan ”meninggalkan yang wajib”. Seseorang baru absah dinyatakan melakukan kemaksiyatan ketika ia telah mengerjakan perbuatan

Page 4: SERBA - SERBI NIKAH

yang haram, atau meninggalkan kewajiban yang telah ditetapkan oleh syariat.

Seseorang baru berhak dijatuhi sanksi hukum di dunia ketika orang tersebut; pertama, meninggalkan kewajiban, seperti meninggalkan sholat, jihad, dan lain sebagainya; kedua, mengerjakan tindak haram, seperti minum khamer dan mencaci Rasul saw, dan lain sebagainya; ketiga, melanggar aturan-aturan administrasi negara, seperti melanggar peraturan lalu lintas, perijinan mendirikan bangunan, dan aturan-aturan lain yang telah ditetapkan oleh negara.

Berdasarkan keterangan dapat disimpulkan; pernikahan yang tidak dicatatkan di lembaga pencatatan negara tidak boleh dianggap sebagai tindakan kriminal sehingga pelakunya berhak mendapatkan dosa dan sanksi di dunia. Pasalnya, pernikahan yang ia lakukan telah memenuhi rukun-rukun pernikahan yang digariskan oleh Allah swt. Adapun rukun-rukun pernikahan adalah sebagai berikut; (1) wali, (2) dua orang saksi, dan (3)ijab qabul. Jika tiga hal ini telah dipenuhi, maka pernikahan seseorang dianggap sah secara syariat walaupun tidak dicatatkan dalam pencatatan sipil.

Adapun berkaitan hukum tidak mencatatkan pernikahan di lembagapencatatan negara, maka kasus ini dapat dirinci sebagai berikut.

Pertama, pada dasarnya, fungsi pencatatan pernikahan pada lembaga pencatatan sipil adalah agar seseorang memiliki alat bukti (bayyinah) untuk membuktikan bahwa dirinya benar-benar telah melakukan pernikahan dengan orang lain. Sebab, salah bukti yang dianggap absah sebagai bukti syar’iy (bayyinah syar’iyyah) adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh negara. Ketika pernikahan dicatatkan pada lembaga pencatatan sipil, tentunya seseorang telah memiliki sebuah dokumen resmi yang bisa ia dijadikan sebagai alat bukti (bayyinah) di hadapanmajelis peradilan, ketika ada sengketa yang berkaitan dengan pernikahan, maupun sengketa yang lahir akibat pernikahan, seperti waris, hak asuh anak, perceraian, nafkah, dan lain sebagainya. Hanya saja, dokumen resmi yang dikeluarkan oleh negara, bukanlah satu-satunya alat bukti syar’iy. Kesaksian dari saksi-saksi pernikahan atau orang-orang yang menyaksikan pernikahan, juga absah dan harus diakui oleh negara sebagai

Page 5: SERBA - SERBI NIKAH

alat bukti syar’iy. Negara tidak boleh menetapkan bahwa satu-satunya alat bukti untuk membuktikan keabsahan pernikahan seseorang adalah dokumen tertulis. Pasalnya, syariat telah menetapkan keabsahan alat bukti lain selain dokumen tertulis, seperti kesaksian saksi, sumpah, pengakuan (iqrar), dan lain sebagainya. Berdasarkan penjelasan ini dapatlah disimpulkan bahwa, orang yang menikah siri tetap memiliki hubungan pewarisan yang sah, dan hubungan-hubungan lain yang lahir daripernikahan. Selain itu, kesaksian dari saksi-saksi yang menghadiri pernikahan siri tersebut sah dan harus diakui sebagai alat bukti syar’iy. Negara tidak boleh menolak kesaksian mereka hanya karena pernikahan tersebut tidak dicatatkan pada lembaga pencatatan sipil; atau tidak mengakui hubungan pewarisan, nasab, dan hubungan-hubungan lainyang lahir dari pernikahan siri tersebut.

Kedua, pada era keemasan Islam, di mana sistem pencatatan telah berkembang dengan pesat dan maju, tidak pernah kita jumpai satupun pemerintahan Islam yang mempidanakan orang-orang yang melakukan pernikahan yang tidak dicatatkan pada lembaga pencatatan resmi negara. Lebih dari itu, kebanyakan masyarakat pada saat itu, melakukan pernikahan tanpa dicatat di lembaga pencatatan sipil. Tidak bisa dinyatakan bahwa pada saat itu lembaga pencatatan belum berkembang, dan keadaan masyarakat saat itu belumnya sekompleks keadaan masyarakat sekarang. Pasalnya, para penguasa dan ulama-ulama kaum Muslim saat itu memahami bahwa hukum asal pencatatan pernikahan bukanlah wajib, akan tetapi mubah.Mereka juga memahami bahwa pembuktian syar’iy bukan hanya dokumen tertulis.

Nabi saw sendiri melakukan pernikahan, namun kita tidak pernahmenemukan riwayat bahwa melakukan pencatatan atas pernikahan beliau, atau beliau mewajibkan para shahabat untuk mencatatkanpernikahan mereka; walaupun perintah untuk menulis (mencatat) beberapa muamalah telah disebutkan di dalam al-Quran, misalnyafirman Allah swt;

ما ت%ت� ك� ك ن� ب�� %ب� إ* ات� ب� ك� ا* عدل ولا ب�� ال� %ب� ب�� ات� م ك� ك ن� ي\ ت%ت� ب�_ ك ي� وة ول� ب� dي اك� سمfي ف�� ل م� ج�� لي إ* إ� �ن �nي د م ب�� ت% ي2 دإب�� إ ب�% ذ� وإ إ� ب� ن� ءإم� �nي د� ها إل� ي-� اإ* ب��و ا إ* fف� عي� و ض�� ا إ* fه ي� ف� ق% س� ح ة إل� لي� ي� ع� د� ان� إل� ن� ك� ا� ا ف�� f*ن ي� Bه ش� ي� س م� ح� ب� ة ولا ن�\ رب�� إهلل ق% ب% ي� ق% ول� ح ة إل� لي� ي� ع� د� ملل إل� ي� ت%ت� ول� ك لي� ف�� مة إهلل ل ع�

عدل ال� ه ب�� ي� ملل ول� لي� و ف�� مل ه� ن� ي�� ع إ* ي� ط ست% ن� لا ب�� م م� �ان %nب ل وإمرإ* �زج�� ف� �ن لي� ا رج�� وب�� ك م ب�� ن� ل� ا� م ف�� ك ال� ن� رج�� م� �ن �nي د هي� Bهدوإ ش� Bس ت% وإش�

Page 6: SERBA - SERBI NIKAH

إ fر ي� غ� وة ض� ب� dي ك dب� �ن وإ إ* م� شا* ا ذعوإ ولا ب�% إ م� ذ� هدإء إ� Bب� إل�س ا* ري ولا ب�� خ�� ما إلا* دإه� ج� ز إ� ك� د2 ن% ما ف�� دإه� ج� ل إ� ض� ن� ت�% هدإء إ* Bإل�س �ن ون� م� ت�%زض��م ك ن� ي\ ها ب�_ ت�nزوي�� د رة%f ب�% اض� ارة%f ج� ج� ون� ت�% ك dب� �ن ا إ* ل وإ إ� اب�� زب�% ا ت�% ل �ي إ* nن ذ هاذة% وإ* Bلس وم ل� ق% وإ* د إهلل ي� سط ع� ف�% م إ* ك ل� لة ذ� ج�� لي إ* إ إ� fر ي� ب_ و ك� ها إ* ت�nزوي�� د ب�%

وإ إهلل ق% م وإب�% ك سوق% ب�� ة ف�� ب�� ا� علوإ ف�� ق� ن� ب�% د وإ� هي� Bب� ولا ش�% ات� ار ك� ض� م ولا ت�� عت% اب�� ي� dإ ن� ذ� هدوإ إ� Bش� ا وإ* وه� ب� dي ك dا ب� ل اح إ* ن� م ج�� ك لي� س ع� لت� م ف�� ك ن� ي\ ب�_م لت� ء ع� ي� Bش ل ك ن�� وإهلل م إهلل مك عل وب��

”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu`amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang lelaki diantaramu). Jika tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupunbesar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih dapat menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan) keraguanmu, (Tulislah mu`amalahmu itu), kecuali jika mu`amalah itu perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tak ada dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit-menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.[TQS AL Baqarah (2):

Ketiga, dalam khazanah peradilan Islam, memang benar, negara berhak menjatuhkan sanksi mukhalafat kepada orang yang melakukan tindakan mukhalafat. Pasalnya, negara (dalam hal ini seorang Khalifah dan orang yang diangkatnya) mempunyai hak untuk menetapkan aturan-aturan tertentu untuk mengatur urusan-urusan rakyat yang belum ditetapkan ketentuan dan tata cara pengaturannya oleh syariat; seperti urusan lalu lintas, pembangunan rumah, eksplorasi, dan lain sebagainya. Khalifah memiliki hak dan berwenang mengatur urusan-urusan semacam ini berdasarkan ijtihadnya. Aturan yang ditetapkan oleh khalifah

Page 7: SERBA - SERBI NIKAH

atau qadliy dalam perkara-perkara semacam ini wajib ditaati dan dilaksanakan oleh rakyat. Siapa saja yang melanggar ketetapan khalifah dalam urusan-urusan tersebut, maka ia telahterjatuh dalam tindakan mukhalafat dan berhak mendapatkan sanksi mukhalafat. Misalnya, seorang khalifah berhak menetapkan jarak halaman rumah dan jalan-jalan umum, dan melarang masyarakat untuk membangun atau menanam di sampingnyapada jarak sekian meter. Jika seseorang melanggar ketentuan tersebut, khalifah boleh memberi sanksi kepadanya dengan denda, cambuk, penjara, dan lain sebagainya.

Khalifah juga memiliki kewenangan untuk menetapkan takaran, timbangan, serta ukuran-ukuran khusus untuk pengaturan urusan jual beli dan perdagangan. Ia berhak untuk menjatuhkan sanksi bagi orang yang melanggar perintahnya dalam hal tersebut. Khalifah juga memiliki kewenangan untuk menetapkan aturan-aturan tertentu untuk kafe-kafe, hotel-hotel, tempat penyewaanpermainan, dan tempat-tempat umum lainnya; dan ia berhak memberi sanksi bagi orang yang melanggar aturan-aturan tersebut.

Demikian juga dalam hal pengaturan urusan pernikahan. Khalifahboleh saja menetapkan aturan-aturan administrasi tertentu untuk mengatur urusan pernikahan; misalnya, aturan yang mengharuskan orang-orang yang menikah untuk mencatatkan pernikahannya di lembaga pencatatan resmi negara, dan lain sebagainya. Aturan semacam ini wajib ditaati dan dilaksanakan oleh rakyat. Untuk itu, negara berhak memberikan sanksi bagi orang yang tidak mencatatkan pernikahannya ke lembaga pencatatan negara.Pasalnya, orang yang tidak mencatatkan pernikahannya di lembaga pencatatan negara -- padahal negara telah menetapkan aturan tersebut—telah terjatuh pada tindakan mukhalafat. Bentuk dan kadar sanksi mukhalafat diserahkan sepenuhnya kepada khalifah dan orang yang diberinyakewenangan.

Keempat, jika pernikahan siri dilakukan karena faktor biaya; maka pada kasus semacam ini negara tidak boleh mempidanakan dan menjatuhkan sanksi mukhalafat kepada pelakunya. Pasalnya, orang tersebut tidak mencatatkan pernikahannya dikarenakan ketidakmampuannya; sedangkan syariat tidak membebani seseorangdi luar batas kemampuannya. Oleh karena itu, Negara tidak boleh mempidanakan orang tersebut, bahkan wajib memberikan

Page 8: SERBA - SERBI NIKAH

pelayanan pencatatan gratis kepada orang-orang yang tidak mampu mencatatkan pernikahannya di lembaga pencatatan Negara.

Kelima, pada dasarnya, Nabi saw telah mendorong umatnya untuk menyebarluaskan pernikahan dengan menyelenggarakan walimatul ‘ursy. Anjuran untuk melakukan walimah, walaupun tidak sampai berhukum wajib akan tetapi nabi sangat menganjurkan (sunnah muakkadah). Nabi saw bersabda;

اة% Bو ب��ش م ول� ول� ا إ* ي� ن-² د ج�“Adakah walimah walaupun dengan seekor kambing”.[HR. Imam Bukhari dan Muslim]

Selain itu, ada sabda beliau :

وف� ال�دق� ة ب�� وإ ع�لي� رب-� كاح وإل�ض� إ إل�ن� وإ ه�د� إع�لب�“Umumkanlah pernikahan ini dan pukullah rebana untuknya”

Hadis ini diriwayatkan oleh abu Daud (lihat terjemah BidayatulMujtahid jilid 2 hal. 78).

KESIMPULAH

Nikah Sirri adalah nikah yang dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi baik itu dari wali maupun sembunyi-sembunyi kepada Negara.

Nikah Sirri yang tidak memenuhi syarat dan rukun nikah (seperti tidak ada wali) adalah tidak sah menurut syari’at maupun Negara. Nikah sirri yang dilaksanakan memenuhi syarat dan rukun menurut hukum Islam adalah sah secara syari’at namuntidak legal menurut Negara.

Daftar Bacaan

Ghazali, Abd Rahman. Fiqh Munakahat.Bogor:Kencana,2003.

Mahmud Junus, Hukum Perkawinan Islam. Tt.

Rifa’I,Moh. Ilmu Fiqih Islam Lengkap. Semarang:Toha Putra,1978.

Page 9: SERBA - SERBI NIKAH

Rusyd,Ibnu.Biddayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid Jilid 2.Bandung: Trigenda Karya,1996.

Sebagian banyak dari hasil bacaan pribadi yang telah berbuah menjadi pemikiran,,,,,,,,,,,hehehehe….mhon kritik dan sarannya

Nikah; Pengertian: hikamh dan   Hukumnya

Page 10: SERBA - SERBI NIKAH

 

Repost by. Repost by. Abdulhalim

Nikah

1. Pengertian nikah : a. Humor [dari 3 huruf nun kaf ha,nun=nikmat,kaf =karasa,ha=haneut b. Kitab Fathul Wahabjuz 2 hal 30 :Abu Yahya Zakaria Al-Anshori “annikahu syar’an hiya ‘aqdun yatadlommanu ibahata wath in bilafdliinkahin au nahwihi’. c. UU No 1 tahun 1974 perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan ….

2. Hukum Nikah. Menurut Abdurrohman Al-Jaziri dalam Al-Fiqhu‘ala madzahibul arba’ah . a. Wajib [mau,mampu dan khawatir berzina],b. Sunnat [mau,mampu dan tidak khawatirberzina. c. Makruh [ mampu,tak khawatir dan tak mau melaksanakan kewajiban] d. Haram [tak mau ,tak mampu dan tak tanggung jawab. e. Mubah[pendorong dan penghambatnya sama].

3. Syarat Nikah,menurut Abdul Hamid Hakim dalam kitab MabadeAwaliyah juz 1 hal 9,ada 2 yaitu calon mempelai perempuanhalal dikawini dan dihadiri oleh dua orang saksi. Sedangkan Rukun Nikah ada 5 yaitu calon pengantin laki-laki/perempuan,wali,2 orang saksi ,shigot[ijab qobul] danmaskawin[menurut Imam Maliki].

4. Tujuan Nikah menurut Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin, a. Memenuhi kebutuhan penyaluran syahwat[hunna libasun lakum wa antum libasul lahunn].b. Mendapatkan keturunan[sau da u waludin khoirun min hasna a ‘aqimin]. c. Memenuhi panggilan agama . d. Menumbuhkan kesungguhan mencari harta halal. e. Membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rohmah.

5. Prinsip Nikah,menurut Prof.Dr.Zakiyah Drajat. a. Memenuhiperintah agama,b. kerelaan dan persetujuan,c. untuk selamanya.d. suami sebagai penanggung jawab rumah tangga.

6. Sikap Islam terhadap nikah.  Hidup berpasang-pasangan merupakan naluri segala makhluk Alloh termasuk manusia.Islam mengatur manusia dalam hidup berpasangan

Page 11: SERBA - SERBI NIKAH

itu melalui pernikahan  yang diwujudklan dalam aturan hukum nikah.

7. Hikmah nikah : memperbanyak keturunan,hidupa tentram,saling memakmurkan dunianya masing-masing,saling mengasihi dan menjaga kehormatan .

8. Urutan wali: bapak kandung,kakek[bapak dari bapak],saudara laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak, anak laki-laki dari saudara laki-laki sekandung,anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak,paman[saudara laki-laki bapak],anak laki-laki paman dan hakim.

Like this:

Hak dan Kewjiban Suami dan   Istri

Hak dan Kewjiban Suami dan   Istri

Repost by. Abdulhalim

Hak Bersama Suami Istri

Suami istri, hendaknya saling menumbuhkan suasana mawaddah dan rahmah. (Ar-Rum: 21)

Hendaknya saling mempercayai dan memahami sifat masing-masing pasangannya. (An-Nisa’: 19 – Al-Hujuraat: 10)

Hendaknya menghiasi dengan pergaulan yang harmonis. (An-Nisa’: 19)

Hendaknya saling menasehati dalam kebaikan. (Muttafaqun Alaih)

Adab Suami Kepada Istri .

Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)

Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)

Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74)

Page 12: SERBA - SERBI NIKAH

 

Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah:

Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal),

Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)

Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan:

(a) Memberi nasehat,

(b) Pisah kamar,

(c) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) …

‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.

Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)

Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)

Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi)

Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri)

Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Ya’la)

Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)

Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).

Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agamakepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada

Page 13: SERBA - SERBI NIKAH

Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)

Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitandengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)

Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)

Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasa’i)

Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)

Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40)

 

Adab Isteri Kepada Suami

Hendaknya istri menyadari clan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)

Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228)

Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)

Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:

a. Menyerahkan dirinya,

b. Mentaati suami,

c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,

d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami

e. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)

Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang dalam kesibukan. (Nasa’ i, Muttafaqun Alaih)

Page 14: SERBA - SERBI NIKAH

Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya, lalu sang istri menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga suami meridhainya. (Muslim)

1. Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya.Allah swt. mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi)

2. Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi)

3. Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi  saw.: “Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi)

4. Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya.(Thabrani)

5. Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarikdi hadapan suami(Thabrani)

6. Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di rumah). (An-Nisa’: 34)

Page 15: SERBA - SERBI NIKAH

Walimatul ‘Ursy (Pesta   Perkawinan)

Walimatul ‘Ursy (Pesta Perkawinan)

Repost by. Abdulhalim

Walimah  asalnya  berarti  sempurnanya  sesuatu  dan berkumpulnya  sesuatu. Dikatakan    (Awlamar Rajulu)  jika  terkumpul  padanya  akhlak  dan kecerdasannya.  Kemudian  makna  ini  dipakai  untuk penamaan  acara  makan-makan  dalam    resepsi pernikahan  disebabkan  berkumpulnya  mempelai  laki-laki  dan  perempuan  dalam  ikatan  perkawinan.  Dan tidak  dinamakan  walimah  untuk  selain  resepsi pernikahan  dari  segi  bahasa  dan  istilah  fuqoha  (para ulama).

Padahal ada banyak jenis acara makan-makan  yang  dibuat  dengan  sebab-sebab  tertentu,  tetapi masing-masing memiliki penamaan tersendiri.Hukum walimatul  ‘urs adalah sunnah menurut jumhur ulama.  Sebagian  ulama  mewajibkan  walimah  karena adanya  perintah Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam dan  wajibnya  memenuhi  undangan  walimah.

Page 16: SERBA - SERBI NIKAH

Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Abdurrahman  bin  ‘Auf  radiyallahu  ‘anhu  ketika  dia mengkhabarkan bahwa dia telah menikah“Adakanlah  walimah  walaupun  hanya  dengan menyembelih  seekor  kambing”  (HR.  Bukhari  dan Muslim). 

Dan juga Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam mengadakan walimah ketika menikah dengan Zainab, Sofiyyah, dan Maimunah binti Al-Harits.  Mengenai  ukuran  atau  kadar  dari  pesta  perkawinan,  sebagian  ahli  ilmu  berperdapat  bahwa  tidak  kurang dari  satu  ekor kambing  dan  yang lebih  utama  adalah lebih  dari  itu.

Seperti  yang  difahami  dari  hadits Abdurrahman  bin  ‘Auf  di  atas:  “Adakanlah  walimah walaupun  hanya  dengan  menyembelih  seekorkambing”  (HR.  Bukhari  dan  Muslim).    Dan  ini  jika diberi kelebihan  rezeki oleh Allah kepadanya. Dan jika tidak  mampu maka  sesuai  dengan  kadar kemampuannya.  Rasulullah  juga  mengadakan walimah  ketika  menikah dengan Sofiyyah berupa makanan khais  yaitu tepung, mentega dan keju yang dicampur kemudian diletakkan diatas  nampan.  Hal  ini  menunjukkan  bolehnya mengadakan  walimah  tanpa  menyembelih  kambing  dan  juga  boleh  mengadakannya  walaupun  dengan yang lebih sederhana dari itu.

Tidak  boleh  berlebih-lebihan  (isrof)  dalam  walimatul ‘urs  seperti  yang  terjadi  pada  zaman  sekarang, misalnya dengan  menyembelih  banyak  kambing,  unta dan  meyediakan  banyak  makanan  untuk  bermewah-mewahan  dan  berlebih-lebihan  padahal  tidak termakan  semuanya,  akhirnya  makanan-makanan tersebut   dibuang  di  tempat-tempat   sampah.  Ini termasuk hal yang dilarang oleh syari’at dan akalyang sehat  tidak  akan  pernah  membolehkan  hal  tersebut. Dan  dikhawatirkan  bagi  pelakunya  dan  orang  yang setuju  dengan perbuatan  tersebut  akan  mendapat  hukuman dari Allahdan dicabutnya nikmat.

Disamping hal itu,  walimah  yang seperti  di  atas  tidak lepas  dari  kejelekan  dan  kesombongan  serta berkumpulnya  orang-orang  yang  biasanya  tidak lepas dari kemungkaran. Terkadang walimah ini dilakukan di hotel-hotel  yang  menyebabkan  para  wanita  tidak menghiraukan  lagi  pakaian  yan  menutup  aurat, hilangnya  rasa  malu,  bercampurnya 

Page 17: SERBA - SERBI NIKAH

wanita  dengan laki-laki  yang  bisa  jadi  hal  ini  sebagai penyebab turunnya azab yang besar dari Allah. Terkadang  juga diselingi  dalam  pesta  tersebut  musik dan nyanyian yang menyenangkan para seniman, juga fotografer  untuk  memotret  para  wanita  dan  kedua mempelai,  disamping  menghabiskan  harta  yang banyak  tanpa  faedah bahkan dengan  cara  yang  rusak  dan  menyebabkan  kerusakan.  Maka  bertaqwalah kepada Allah  wahai  orang-orang  yang  seperti  ini  dan takutlah terhadap azab Allah.  Allah berfirman:

“Dan berapa banyaknya (penduduk)  negeri yang telah Kami binasakan, yang sudahbersenang-senang dalam kehidupannya” (QS. Al-Qoshosh: 58)

“Makan  dan  minumlah,  dan  janganlah  berlebih-lebihan.  Sesungguhnya  Allah  tidak  menyukai  orang-orang yang berlebih-lebihan” (Al-A’rof: 31) 

 “Makan  dan  minumlah  rezeki  (yang  diberikan)  Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan” (Al-Baqoroh: 60) 

Dan  ayat-ayat  yang  berkaitan  dengan  ini  sangat  banyak dan jelas.Wajib bagi yang diundang untuk menghadiri walimatul ‘urs apabila terpenuhi syarat-syarat berikut ini:

1. Walimah  tersebut  adalah  walimah  yang  pertama jika  walimahnya dilakukan  berulangkali.  Dan  tidak wajib  datang  untuk  walimah  yang  selanjutnya, berdasarkan  sabda  Nabi  sallallahu  ‘alaihi  wa sallam:

“Walimah  pertama  adalah  hak  (sesuai  dengan syari’at ,  pent),  walimah  kedua  adalah  baik,  dan walimah yang ketiga adalah riya’ dan sum’ah” (HR. Abu Dawud dan yang lainnya). 

Syaikh  Taqiyuddin  berkata:  “Diharamkan  makan dan  menyembelih  yang  melebihi  batas  pada  hari berikutnya  meskipun  sudah  menjadi  kebiasaan masyarakat  atau  untuk  membahagiakan keluarganya,  dan  pelakunya  harus  diberi hukuman”

2.  Yang mengundang adalah seorang muslim

Page 18: SERBA - SERBI NIKAH

3.  Yang  mengundang  bukan  termasuk  ahli  maksiat yang terang-terangan melakukan kemaksiatannya, yang mereka itu wajib dijauhi.

4.  Undangannya  tertuju  kepadanya  secara  khusus, bukan undangan umum.

5.  Tidak  ada  kemungkaran  dalam  walimah  tersebut seperti adanya  khamr  (minuman  keras),  musik, nyanyian  dan  biduan,  seperti  yang  banyak  terjadi  dalam acara walimah sekarang. Apabila  terpenuhi  syarat-syarat  tersebut,  maka  wajib memenuhi  undangan  walimah,  sebagaimana  sabda

Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam :

“Sejelek-jelek  makanan  adalah  hidangan  walimah yang orang-orang miskin tidak diundang tetapi orang-orang  yang  kaya  diundang.  (Meskipun  demikian) barangsiapa  yang tidak  memenuhi  undangan  walimah berarti dia durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya”. (HR. Muslim).Dan  disunnahkan  untuk  mengumumkan  pernikahan dan  menampakkannya sebagaimana  sabda  Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam:  “Umumkanlah  acara  pernikahan”.  Dan  dalam  riwayat lain:  “Tampakkanlah  acara  pernikahan”  (HR.  Ibnu Majah) 

Disunnahkan  pula  menabuh  rebana  sebagaimana sabda Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam:

“Pembeda antara nyanyian serta musik yang halal dan yang  haram adalah nyanyian dan  rebana dalam acara pernikahan”  (HR.  Nasa’i,  Ahmad  dan  Tirmidzi.  Dan Tirmidzi menghasankannya). 

Page 19: SERBA - SERBI NIKAH

Khutbah   Nikah Khutbah Nikah

Repost by. Abdulhalim

Menurut Sunnah, sebelum dilangsungkan akad nikah diadakan khutbah terlebih dahulu, yang dinamakan Khutbatun Nikah atau Khutbatul Hajat. Adapun teks Khutbah Nikah adalah sebagai berikut:

ل لة، ض� لا م� هدة إل�لة ف�� ن� ي�� ا، م� ي� مال� ع� إ* اب% ن* ي� ن� ش� ا وم� سي� ف� ب�� رور إ* Bش �ن ال�لة م� عوذ� ب�� رة، وب�� ف� ع� سي% ه وب�� ي� عي� سي% مدة وب�� ح مد ل�لة، ت�� ح ن� إل� إ�ولة دة ورس� ي� إ ع� fد م ح ن� م� هد إ* Bش� كÄ لة، وإ* �nب ر Bدة لا ش لا إل�لة وج� لة إ� ن� لا إ� هد إ* Bش� اذي� لة، وإ* لا ه� لل ف�� ض� ن� ت�� وم�

Page 20: SERBA - SERBI NIKAH

Segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, memohon pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.

Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi denganbenar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan akubersaksi bahwa Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah hamba dan Rasul-Nya.

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” [Ali ‘Imran : 102]

“Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertaqwalah kepada Allah yang dengan Nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguh-nya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.” [An-Nisaa' : 1]

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kamu kepada Allahdan ucapkanlah perkataan yang benar, nis-caya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan meng-ampuni dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar.” [Al-Ahzaab : 70-71]

Amma ba’du.

Page 21: SERBA - SERBI NIKAH

KAFA’AH/KESETARAAN KAFA’AH

Repost by. Abdulhalim

Definisi Kafa’ah

Kafa’ah berasal dari bahasa arab, dari kata kafi-a. Artinya adalah sama atau setara. Kata ini merupakan kata yang terpakaidalam bahasa arab dan terdapatdalam al-Qur’an dengan arti “sama” atau setara. Contoh dalam al-qur’an adalah dalam surat al-ikhlash ayat 4: walam yakun lahu kufuan ahad, yang berarti tidaksuatupun yang sama dengan-Nya.

Kata kufu atau kafa’ah dalam perkawinan mengandung arti bahwa perempuan harus sama atau setara dengan laki-laki. Sifat kafa’ahmengandung arti sifat yang terdapat pada perempuan yang dalam perkawinan sifat tersebut diperhitungkan harus ada pada laki-laki yang mengawininya.

Dengan demikian maksud dari kafa’ah dalam perkawinan ialah persesuaian keadaan antara si suami dengan perempuannya, sama kedudukannya. Suami seimbang dengan isterinya di masyarakat, sama baik akhlaknya dan kekayaannya. Persamaan kedudukan suamidan isteri akan membawa kearah rumah tangga yang sejahtera, terhindar dari ketidakberuntungan. Demikian gambaran yang diberikan oleh kebanyakan ahli fiqh tentang kafa’ah.

Hukum Kafa’ah

Perbedaan ulama’ tentang hukum kafa’ah dan pelaksanaannya berefek domino pada kontradiksi mengenai kedudukan kafa’ah dalampernikahan sendiri, ditinjau dari sisi keabsahan nikah. Ulama’terbagi menjadi 2 poros dalam menanggapi kedudukan kafa’ah dalampernikahan.

 

Jumhur ulama’termasuk Malikiyah, Syafiiyah, Hanafiyah, dan satu riwayat dari Imam Ahmad berpendapat bahwa kafa’ah itu tidak termasuk syarat pernikahan sehingga pernikahan antara orang yang tidak se-kufu akan tetap dianggap memilki legalitas hukum

Page 22: SERBA - SERBI NIKAH

(sah, baca). Kafa’ahdipandang hanya merupakan segi afdholiyah saja. Pijakan dalil mereka merujuk pada ayat “Inna akromakum ‘inda Allahi atqookum.

Bertolak nbelakang dengan pendapat yang pertama, salah satu riwayat dari Imam Ahmad malah mengatakan bahwakafa’ah itu termasuk syarat perkawinan. Ini berarti bahwa pernikahan yang dilakukan oleh kedua mempelai yang tidak se-kufu masih dianggapbelum sah. Mereka bertendensius dengan potongan hadis riwayat oleh al-Dar Quthny yang dianggap lemah oleh kebanyakan ulama’.Hadis itu berbunyi, “La tankihu al-nisa illa min al-akfaa’, wala tuzawwijuhunna illa min al-auliya’.

Akan tetapi, para ulama Malikiyah mengakui adanya kafa’ah. Akan tetapi kafa’ah, menurut mereka hanya dipandang dari sifat istiqomah dan budi pekertinya saja.Kafa’ah bukan karena nasab atau keturunan, bukan pekerjaan atau kekayaan. Seorang lelaki shaleh yang tidak bernasab boleh kawin dengan perempuan yang bernasab, pengusaha kecil boleh kawin dengan pengusaha besar, orang hina boleh saja menikahi perempuan terhormat, seorang lelaki miskin boleh kawin dengan perempuan yang kaya raya asalkan muslimah. Seorang wali tidak boleh menolaknya dan tidak berhak memintakan cerai meskipun laki-laki tadi tidak sama kedudukannya dengan kedudukan wali yang menikahkan, apabila perkawinannya dilaksanakan dengan persetujuan si perempuan.

Begitu pula halnya dengan ulama Hanafiyah, Hanabilah dan Syafi’iah.. Mereka mengakui adanya kafa’ah dengan dasar-dasar yang akan kami sampaikan nanti meskipun kafa’ah masih dalam ruang lingkup keutamaan, bukan merupakan salah satu syarat yang menentukan keabsahan nikah.

Dasar-Dasar Kafa’ah

Para ulama’ berbeda persepsi dalam menentukan kriteria yang digunakan dalamkafa’ah

Menurut ulama Hanafiyah, yang menjadi dasar kafa’ahadalah:

1. Nasab, yaitu keturunan atau kebangsaan.2. Islam, yaitu silsilah kerabatnya banyak yang beragama

islam.

Page 23: SERBA - SERBI NIKAH

3. Hirfah, yaitu profesi dalam kehidupan.4. Kemerdekaan dirinya.5. Diyanah, yaitu tingkat kualitas keberagamaan dalam islam.6. Kekayaan.

Menurut ulama malikiyah, yang menjadi dasar kafa’ah adalah:

1. Diyanah

2.Terbebas dari cacat fisik.

Menurut ulama Syafi’iyah, yang menjadi dasar kafa’ah adalah:

1. Nasab2. Diyanah

3. Kemerdekaan dirinya.

4. Hirfah.

Menurut ulama Hanabilah yang menjadi dasar kafa’ah adalah:

1.Diyanah

2. Hirfah

3.Kekayaan

4. Kemerdekaan diri

5. Nasab

Mayoritas ulama’ sepakat menempatkan dien atau diyanah sebagai kriteria kafa’ah. Konsesus itu didasarkan pada surat as-Sajadah (32):18, “Afaman kana mu’minan kaman kana faasiqon la yastawuun” dan ayat yang menerangkan mengenai kadar kemuliaan seseorang hanyalah ditinjau dari sisi ketaqwaannya.

Nikah dalam masa ‘iddah dan Nikah dengan wanita kafir selain Yahudi dan   Nasrani

Page 24: SERBA - SERBI NIKAH

Nikah dalam masa ‘iddah.

Repost by. Abdulhalim

Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

“Artinya : Dan janganlah kamu menetapkan akad nikah, sebelum habis masa ‘iddahnya” [Al-Baqarah : 235]

Nikah dengan wanita kafir selain Yahudi dan Nasrani

Berdasarkan firman Allah Ta’ala:

“Artinya : Dan janganlah kaum nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun ia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun ia menarik hatimu. Mereka mengajak ke Neraka, sedangkan Allah mengajak ke Surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-ayat-Nyakepada manusia agar mereka mengambil pelajaran.” [Al-Baqarah :221]

Nikah   Mut’ah Nikah Mut’ah

Repost by. Abdulhalim

Nikah mut’ah disebut juga nikah sementara atau nikah terputus.Yaitu menikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita dalamjangka waktu tertentu; satu hari, tiga hari, sepekan, sebulan,atau lebih.

Para ulama kaum muslimin telah sepakat tentang haram dan tidaksahnya nikah mut’ah. Apabilah telah terjadi, maka nikahnya batal!

Telah diriwayatkan dari Sabrah al-Juhani radhiyal-laahu ‘anhu,ia berkata.

Page 25: SERBA - SERBI NIKAH

“Artinya : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah memerintahkan kami untuk melakukan nikah mut’ah pada saat Fathul Makkah ketika memasuki kota Makkah. Kemudian sebelum kami mening-galkan Makkah, beliau pun telah melarang kami darinya (melakukan nikah mut’ah)”

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku pernah mengijinkan kalian untuk bersenang-senang dengan wanita (nikahmut’ah selama tiga hari). Dan sesungguhnya Allah telah mengharamkan hal tersebut (nikah mut’ah) selama-lamanya hinggahari Kiamat” .

Nikah   Syighar Nikah Syighar

Repost by. Abdulhalim

Definisi nikah ini sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullahshallallaahu ‘alaihi wa sallam:

“Artinya : Nikah syighar adalah seseorang yang berkata kepada orang lain, ‘Nikahkanlah aku dengan puterimu, maka aku akan nikahkan puteriku dengan dirimu.’ Atau berkata, ‘Nikahkanlah aku dengan saudara perempuanmu, maka aku akan nikahkan saudaraperempuanku dengan dirimu”

Dalam hadits lain, beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Tidak ada nikah syighar dalam Islam”

Hadits-hadits shahih di atas menjadi dalil atas haram dan tidak sahnya nikah syighar. Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak membedakan, apakah nikah tersebut disebutkan mas kawin ataukah tidak .

Nikah Tahlil

Page 26: SERBA - SERBI NIKAH

Yaitu menikahnya seorang laki-laki dengan seorang wanita yang sudah ditalak tiga oleh suami sebelumnya. Lalu laki-laki tersebut mentalaknya. Hal ini bertujuan agar wanita tersebut dapat dinikahi kembali oleh suami sebelumnya (yang telah mentalaknya tiga kali) setelah masa ‘iddah wanita itu selesai.

Nikah semacam ini haram hukumnya dan termasuk dalam perbuatan dosa besar. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

“Artinya : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam melaknat muhallil dan muhallala lahu .

AKAD   NIKAH AKAD NIKAH

Repost by. Abdulhalim

PENGERTIAN AKAD NIKAH

Secara bahasa : akad = membuat simpul, perjajian, kesepakatan;akad nikah = mengawinkan wanita.

Secara syar’i : Ikrar seorang pria untuk menikahi/mengikat janji seorang wanita lewat perantara walinya, dengan tujuan

a) hidup bersama membina rumah tangga sesuai sunnah Rasulullahsaw.

b) memperoleh ketenangan jiwa.

Page 27: SERBA - SERBI NIKAH

c) menyalurkan syahwat dengan cara yang halal

d) melahirkan keturunan yang sah dan shalih.

RUKUN DAN SYARAT SAH NIKAH

Akad nikah tidak akan sah kecuali jika terpenuhi rukun-rukun yang enam perkara ini :

1. Ijab-Qabul

Islam menjadikan Ijab (pernyataan wali dalam menyerahkan mempelai wanita kepada mempelai pria) dan Qabul (pernyataan mempelai pria dalam menerima ijab) sebagai bukti kerelaan kedua belah pihak. Al Qur-an mengistilahkan ijab-qabul sebagaimiitsaaqan ghaliizhaa (perjanjian yang kokoh) sebagai pertandakeagungan dan kesucian, disamping penegasan maksud niat nikah tersebut adalah untuk selamanya.

Syarat ijab-qabul adalah :

a) Diucapkan dengan bahasa yang dimengerti oleh semua pihak yang hadir.b) Menyebut jelas pernikahan & nama mempelai pria-wanita

2. Adanya mempelai pria.

Syarat mempelai pria adalah :

a) Muslim & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka); lihat QS. AlBaqarah : 221,

Al Mumtahanah : 9.

b) Bukan mahrom dari calon isteri.

c) Tidak dipaksa.

d) Orangnya jelas.

e) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

3. Adanya mempelai wanita.

Syarat mempelai wanita adalah :

Page 28: SERBA - SERBI NIKAH

a) Muslimah (atau beragama samawi, tetapi bukan kafirah/musyrikah) & mukallaf; lihat QS. Al Baqarah : 221, Al Maidah : 5.

b) Tidak ada halangan syar’i (tidak bersuami, tidak dalam masa‘iddah & bukan mahrom dari calon suami).

c) Tidak dipaksa.

d) Orangnya jelas.

e) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

4. Adanya wali.

Syarat wali adalah :

a) Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).

b) ‘Adil

c) Tidak dipaksa.

d) Tidaksedang melaksanakan ibadah haji.

Tingkatan dan urutan wali adalah sebagai berikut:

a) Ayah

b) Kakek

c) Saudara laki-laki sekandung

d) Saudara laki-laki seayah

e) Anak laki-laki dari saudara laki – laki sekandung

f) Anak laki-laki dari saudara laki – laki seayah

g) Paman sekandung

Page 29: SERBA - SERBI NIKAH

h) Paman seayahi) Anak laki-laki dari paman sekandung

j) Anak laki-laki dari paman seayah.

k) Hakim5. Adanya saksi (2 orang pria).

Meskipun semua yang hadir menyaksikan aqad nikah pada hakikatnya adalah saksi, tetapi Islam mengajarkan tetap harus adanya 2 orang saksi pria yang jujur lagi adil agar pernikahantersebut menjadi sah. Syarat saksi adalah

a) Muslim laki-laki & mukallaf (sehat akal-baligh-merdeka).

b) ‘Adil

c) Dapat mendengar dan melihat.

d) Tidak dipaksa.

e) Memahami bahasa yang dipergunakan untuk ijab-qabul.

f) Tidak sedang melaksanakan ibadah haji.

6. Mahar.

Beberapa ketentuan tentang mahar :

a) Mahar adalah pemberian wajib (yang tak dapat digantikan dengan lainnya) dari seorang suami kepada isteri, baik sebelum, sesudah maupun pada saat aqad nikah. Lihat QS. An Nisaa’ : 4.

b) Mahar wajib diterimakan kepada isteri dan menjadi hak miliknya, bukan kepada/milik mertua.

c) Mahar yang tidak tunai pada akad nikah, wajib dilunasi setelah adanya persetubuhan.

d) Mahar dapat dinikmati bersama suami jika sang isteri memberikan dengan kerelaan.

e) Mahar tidak memiliki batasan kadar dan nilai. Syari’at Islam menyerahkan perkara ini untuk disesuaikan kepada adat

Page 30: SERBA - SERBI NIKAH

istiadat yang berlaku. Boleh sedikit, tetapi tetap harus berbentuk, memiliki nilai dan bermanfaat.