Sepenggal Refleksi Kondisi Pendidikan IndonesiaMarch 21,
2014Glenn Ardi93 CommentsPernah gak sih terpikir di benak lo
tentang hal ini"Sebetulnya siswa-siswi di Indonesia itu pinter atau
bodoh sih? Emang kondisi pendidikan di negara ini kayak gimana sih?
Udah lumayan bagus atau sebetulnya masih jelek?"Kalo bicara soal
situasi pendidikan, ada banyak tolak ukur yang bisa kita lihat,
dari mulai prestasi akademis, fasilitas dan infrastruktur,
ketersediaan guru, jumlah sekolah, dlsb.. Pastinya, artikel ini
sendiri gak akan mampu memberikan pembahasan yang menyeluruh.
Selain cakupannya yang terlalu luas, dibutuhkanresearchyang
mendalam untuk mengetahui kondisi pendidikan di negara ini secara
komprehensif.Butif I may, gua mau coba kupas sedikitdari sudut
pandang akademisuntuk memberikan sedikit refleksi dari kondisi
pendidikan di Indonesia.Kira-kira satu tahun yang lalu, media
nasional sempat dihebohkan dengan hasil riset berskala
internasional yang bernamaPISA - Program for International Student
Assessment. PISA merupakan salah satu program kerjasama di beberapa
negara yang tergabung dengan OECD (Organization for Economic
Co-operation and Development) untuk melihat perbandingan kemampuan
akademis siswa berumur 15 tahun di berbagai negara dalam bidang
matematika, sains, dan membaca.Riset yang dilakukan adalah dengan
menguji (assessment) kemampuan akademis siswa berumur 15-16 tahun
dalam bentuk ujian tertulis setiap 3 tahun sekali untuk kategori
mata pelajaran matematika, sains, dan membaca. Nah, Riset terakhir
yang dilakukan itu tahun 2012 dengan menyertakan 510.000 orang
siswa dari 65 negara, termasuk Indonesia.Hasil dari ujian tersebut?
Rata-ratanilai siswa-siswi Indonesia menempati urutan KEDUA...
paling bawah dari total 65 negara.
(klik gambar untuk memperbesar)Dulu waktu gua lihat hasil ini,
hal yang pertama terlintas di kepala gua itu juga"Wah untung negara
Peru ikut berpartisipasi dalam PISA!".Soalnya kalo bukan karena
negara itu, Indonesia bisa dinobatkan jadi negara dengan nilai
akademis terburuk, hahaha..
Kita tunda dulu sebentar untuk mencerca pihak-pihak yang lo
pikir harus bertanggung-jawab tentang
prestasi-yang-sama-sekali-tidak-bisa-dibanggakan ini.Ada satu hal
lagi yang menarik dari riset ini. Jadi ternyata selain menguji
kemampuan akademis, riset ini juga meneliti beberapa faktor lain,
seperti tingkat kebahagiaan para pelajar. Hal itu diukur
berdasarkan hasil jawaban dari kuesioner yang pertanyaannya seputar
sejauh mana siswa di Indonesia merasa 'kerasan' atau nyaman berada
dalam lingkungan sekolah. Hipotesanya sih semakin nyaman seorang
pelajar berada dalam lingkungan pendidikan, maka semakin tinggi
prestasi akademisnya. Kalo hipotesa ini benar, harusnya para
pelajar Indonesia sangat tidak bahagia dong di lingkungan
Sekolah?Nah, setelah diolah datanya, hasilnya cukup mengejutkan.
TernyataIndonesia menempati urutan PERTAMA(kali ini beneran dari
atas)... sebagai pelajar yang paling bahagia dengan mengalahkan 64
negara lain-nya!So kesimpulannya gimana?" PELAJAR INDONESIA ITU
BODOH DAN BAHAGIA "itulah headline yang marak bermunculan di
berbagai media pada lalu. Miris yah ngeliatnya. Tapi tunggu dulu.
Emang kita terima-terima aja nih hasil dari survey dari lembaga
internasional ini? Emangnya cara mereka mengambil sample udah pasti
tepat dan mewakili 80 juta populasi pelajar Indonesia?APAKAH
TINGKAT KEBAHAGIAAN SISWA BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI
AKADEMIS?Hipotesa awal yang dibangun oleh PISA ini.."Semakin tinggi
tingkat kebahagiaan siswa di Sekolahnya, maka semakin tinggi
tingkat prestasi akademisnya."Dengan hasil yang didapat dari negara
Indonesia, apakah itu berarti justru mengindikasikan,"Semakin
rendah tingkat pemahaman akademis siswa, berarti semakin tinggi
tingkat kebahagiaannya"?Well kalo kita lihat skema gambar di bawah
ini :
Sumber
:http://www.buzzfeed.com/jakel11/where-in-the-world-you-can-find-the-best-schools-and-the-hapLo
bisa lihat sumbu X horizontal menunjukkan tingkat kebahagiaan,
sedangkan sumbu Y vertikal menunjukkan tingkat kemampuan akademis.
Bisa dilihat bahwa Indonesia ada di sudut kanan bawah, mewakili
kategori "bodoh dan bahagia", sebaliknya Korea di sudut kiri atas
mewakili kategori "pintar tapi gak bahagia."Tapi kalo lo perhatiin
baik-baik, ada aja tuh negara yang berprestasi tapi bahagia seperti
Singapore di sudut kanan atas, juga sebaliknya ada siswa yang tidak
bahagia dan juga tidak berprestasi, seperti Qatar. So, kita bisa
melihat bahwa kedua variabel ini tidak memiliki hubungan
sebab-akibat, jadi bisa dibilang,"Tingkat kebahagiaan tidak
berkorelasi dengan kemampuan akademis"Artinya, asumsi dasar dan
hipotesa awal itu tidak terbukti. Tingkat kebahagiaan para pelajar
sejauh yang gua telusuri ditinjau dengan pertanyaan seperti"Apakah
kamu bisa dengan mudah bergaul dengan teman sekelasmu?"atau"Apakah
kamu bangga terhadap asal sekolah kamu?".Budaya masyarakat di Korea
Selatan memang cenderung individualis sampai sepertinya perlu
perjuangan ekstra buat dapetin temen dalam satu kelas.. Bandingin
aja dengan budaya di Indonesia, baru juga 3-4 hari lo masuk kelas
baru, bisa jadi udah kenal semua temen-temen sekelas.So, dengan
adanya faktor lain (budaya) tersebut, kita gak bisa bilang bahwa
kalo kita enjoy dengan lingkungan sekolah berarti semakin
berprestasi. Disini sebenernya point yang mau gua tunjukin adalah
:Lo jangan pernah dengan mudah ngeliat hasil survey itu sebagai
sesuatu yang pasti benar, walaupun survey tersebut dilakukan oleh
lembaga internasional sekalipun. Kita harus bisa berpikir kritis
untuk melihat segala hal dan jeli melihat permasalahan dari sudut
pandang yang lebih luas.JADI APAKAH SURVEY DARI PISA INI NGACO DAN
GAK BISA KITA PERCAYA?Pengambilan sampel dari riset PISA ini memang
jadi topik panas di berbagai negara. Gua sendiri pun sempat skeptis
apakah pengambilan sampel oleh PISA ini bisa mewakili dan menjadi
potret kemampuan akademis seluruh pelajar di Indonesia. Lihat saja
Negara China, pengambilan sampel yang diambil dari Kota Shanghai,
Hong Kong, danMacaoyang sudah maju - kenapa pengambilan sampel-nya
gak tersebar sampai tempat terpencil seperti Kashgaratau
Xinjiang?Mungkin kalau saja hal yang sama dilakukan untuk
Indonesia, misalnya pengambilan sampel diambil dari Jakarta,
Jogyakarta, atau Surabaya - hasilnya tidak akan seburuk
ini.Terlepas dari semua itu, survey dari PISA ini patut mendapatkan
apresiasi. Dengan upaya mengumpulkan data dari 65 negara dan diolah
dengan cara yang tepat, ada banyak hal lain yang bisa kita lihat
selain hanya sebatas ranking antar negara - yaitumenjadi refleksi
bahwa para siswa yang menjadi sample belum mampu menjawab kualitas
PISA dengan baik.Jadi, kita gak perlu dulu deh liat perbandingan
antar negara, kita akui saja kalo emang hasilnya jelek. Gak usah
nyari siapa yang patut disalahin. Justru nih, gua penasaran sama
kualitas soal yang diujikan di PISA itu seperti apa sih? Kok bisa
sih siswa-siswi yang jadi sampel survey ini sampai kesulitan buat
ngejawab soalnya. Yuk kita sama-sama lihat 2 contoh soal PISA di
bawah ini..CONTOH SOAL PISASOAL 1 PISA
Gimana menurut lo 2 soal di atas? Nah disini gua gak akan
langsung bahas soalnya, biar lo pikirin dulu terus coba lo bahas di
comment bawah artikel ini. Cuman tebakan gua sih, sebagian besar
diantara lo bakal mikir kalo soal ini kegampangan. Iya gak? Kenapa
gua bisa nebak gampang?1. Soalnya gue tau kalo sebagian besar
pembaca blog ini berumur lebih dari 15 tahun2. Kemungkinan yang
bisa akses blog ini bersekolah yang memiliki kualitas di atas
rata-rata3. Sebagian besar audience blog ini pake zenius jadi
pinter-pinterJadi kalo lo termasuk diantara 3 kategori di atas,
jangan sombong dulu kalo cuma bisa menyelesaikan 2 soal di atas.
Nah, kenyataannya nih, dari sekitar 7000 - 8000 siswa Indonesia
berumur 15 tahun yang mengikuti survey PISA - yang bisa ngejawab
dengan bener soal nomer 1 itu kurang dari 1% - berarti kurang dari
80 orang !! Parah banget yak.. Apakah memang rata-rata siswa
berumur 15 tahun di Indonesia kaga bisa menyelesaikan soal di
atas?JANGAN-JANGAN SISWA DI INDONESIA MEMANG BODOH DIBANDINGKAN
KEBANYAKAN NEGARA LAIN?Bicara soal tingkat kemampuan akademis siswa
di Indonesia memang topik yang agak absurd. Di berbagai media,
pemberitaan seputar nasib para pelajar bisa sangat ekstrim. Di satu
sisi ada banyak cerita miris tentang kondisi pendidikan yang tidak
merata di sudut-sudut terpencil Indonesia. Sampai-sampai anak kelas
12 SMA ada yang masih tidak mengerti konsep aljabar sederhana, gak
bisa membaca teks bahasa inggris, bahkan masih buta peta geografis
negara sendiri.Di sisi lain, tidak jarang juga kita dengar semilir
"angin segar" tentang berita keberhasilan prestasi anak bangsa yang
meraih gelar juara olimpiade matematika, fisika, sains, robotic,
dll di ajang olimpiade akademis berkelas dunia..Tapi kembali lagi,
apakah gelar juara olimpiade akademis itu bisa mewakili kondisi
pendidikan di Indonesia? Atau mungkin hanya untuk sekadar
'pembelaan semata' di tengah carut-marut kondisi pendidikan yang
sebetulnya memprihatinkan?"Hei pelajar Indonesia itu ternyata
cerdas lho.. bisa ngalahin pelajar-pelajar dari negara lain dalam
kompetisi robot. Hebat yaah Indonesia!"Tanpa mengurangi rasa
apresiasi gua pada para siswa berprestasi yang telah mengharumkan
nama Indonesia - Tapi apa artinya pembuktian segelintir siswa-siswi
kita yang cerdas dan berprestasi ini, padahal sebetulnya pendidikan
secara merata masih sangat memprihatinkan.JADI SEBETULNYA MASALAH
PENDIDIKAN DI INDONESIA INI APAAN SIH?Masalah pendidikan di
Indonesia itu multidimensional, dari mulai ketersediaan guru
berkualitas, ketersediaan buku dan akses informasi, ketersediaan
infrastruktur, kurikulum yang tepat, metode belajar-mengajar yang
cocok, cara penyampaian yang mudah dicerna, dan masih banyak
lagi.Tapi, gua gak mau kita coba bahas panjang lebar hal yang
terlalu ngawang-ngawang, abstrak, dan di luar jangkauan kita. Kita
coba dulu deh liat masalah yang sederhana dari hasil refleksi PISA
tahun 2012 lalu." Kok bisa yah sebagian besar sampel pelajar
berumur 15 tahun di Indonesia itu gak bisa jawab pertanyaan dari
PISA??"Coba deh lo liat lagi 2 soal di atas dengan seksama. Soal
itu mungkin bagi sebagian dari kita cenderung mudah, tapi kalo
diperhatiin, sebetulnya soal itu"lain dari yang lain"aliassama
sekali berbedadengan soal-soal yang biasa ditemui di buku cetak
terbitan lokal atau Ujian Nasional sekalipun..So, gua punya dugaan
kuat.. kalo siswa yang gak paham tentang konsep dasar matematika
dan ngeliat 2 soal seperti di atas, hal yang terlintas di benak
siswa tersebut adalah :" Duh, ini soal apaan yah.. gua baru lihat
ada soal aneh begini. NGERJAINNYA PAKE RUMUS APA YAH?? Duh gua gak
tau rumusnya nih. Gak pernah diajarin di kelas, gak pernah dikasih
tau juga rumus dan triknya sama guru matematika di kelas.. "Sounds
familiarsama pikiran di otak lo? Yup, jujur aja gua juga pernah
mikir hal konyol kayak di atas. Baru liat soal, belum direnungkan
dulu soalnya, langsung mikirnyaSOAL INI PAKE RUMUS YANG MANA
YAH?Seolah-olah semua persoalan matematika itu bisa diselesaikan
dengan tau rumusnya dan tinggal masuk-masukin ke rumusnya doang.
Padahal esensi dari matematika itu sebagaiabstract modellinguntuk
melatih logika berpikir yang tepat.Bisa dibilang, sistem pendidikan
(dari mulai cara mengajar sampai kualitas soal) yang diajarkan di
Sekolah pada umumnya - secara gak langsung membuat siswanya dilatih
untuk menghafal pola soal dan mengandalkan rumus, bukan memahami
konsep yang dipelajari.So, menurut gua, ITULAH PENYEBAB kenapa
sampel pelajar Indonesia (15-16 tahun) itu nyaris membuat Indonesia
menjadi juru kunci dalamassessmentPISA 2 tahun lalu.. dan menurut
gua, Inilah salah satu masalah paling kronis dalam dunia pendidikan
kita.Jadi jangan heran kalo sistem pendidikan di Indonesia ini cuma
melahirkan manusia-manusia yang hanya mengikuti instruksi, bukan
menyelesaikan masalah.***Gua tau dengan menulis ini, kita gak akan
bisa menyelesaikan permasalahan ini dalam sekejap. Tapi
dimana-manakunci dari menyelesaikan masalah adalah, identifikasi
dulu masalahnya.So disini gua coba untuk membuat langkah awal dari
identifikasi masalah itu. Sejauh ini sudah banyak gerakan
pendidikan yang patut diapresiasi dengan mencoba untuk menjadi
solusi dari permasalahan pendidikan di Indonesia yang pelik ini -
termasuk salah satunya juga dengan zenius. Jadi, harapan gua sih..
zenius bisa turut berkontribusi dalam gerakan revolusi pendidikan
Indonesia yang lebih baik.Give me your thoughts on comment-box
bellow this article !"If you want to build a ship, don't teach men
to build a boat. Teach them to yearn for the wide and open sea." -
Antoine de Saint-Exupry[Catatan Editor :Buat lo yang pengen ngobrol
sama Glenn seputar artikel ini, langsung aja tulis komentar di
bawah artikel ini.Buat lo yang belum gabung jadi regular member di
zenius.net, lo bisa gabung sama kita secara gratis dengan carasign
up zenius disini.]Sumber artikel :[1]http://www.oecd.org/pisa/[2]
http://gpseducation.oecd.org/CountryProfile?primaryCountry=IDN&treshold=10&topic=PI[3]http://portraitindonesia.com/indonesian-kids-dont-know-how-stupid-they-are/[4]http://pisaindonesia.wordpress.com/aktivitas-pisa-indonesia/