seminar manajemen operasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tujuan umum perusahaan adalah memproduksi secara sukses, ekonomis, tepat waktu sesuai dengan janji yang diberikan, dan memperoleh keuntungan. Salah satu fungsi yang terpenting dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut adalah Perencanaan dan pengendalian produksi. Karena perencanaan ini berkaitan dengan masa mendatang, maka perencanaan disusun atas dasar perkiraan yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan beberapa asumsi. Oleh karena itu perencanaan tidak akan selalu memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan dalam rencana tersebut, sehingga setiap perencanaan yang dibuat harus dievaluasi secara bekala dengan jalan melakukan pengendalian. Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan usaha-usaha manajemen untuk merencanakan dasar-dasar dari proses produksi dan aliran bahan, sehingga menghasilkan produk yang dibutuhkan pada waktunya dengan biaya yang minimal dan mengatur secara menganalisis mengenai pengorganisasian dan pengkoordinasian bahan-bahan, peralatan, tenaga manusia dan tindakan-tindakan lain yang dibutuhkan, pengendalian produksi dilakukan untuk memastikan proses produksi berjalan baik sesuai dengan rencana
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
seminar manajemen operasional
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tujuan umum perusahaan adalah memproduksi secara sukses,
ekonomis, tepat waktu sesuai dengan janji yang diberikan, dan
memperoleh keuntungan. Salah satu fungsi yang terpenting dalam
usaha untuk mencapai tujuan tersebut adalah Perencanaan dan
pengendalian produksi. Karena perencanaan ini berkaitan dengan
masa mendatang, maka perencanaan disusun atas dasar perkiraan
yang dibuat berdasarkan data masa lalu dengan menggunakan
beberapa asumsi. Oleh karena itu perencanaan tidak akan selalu
memberikan hasil sebagaimana yang diharapkan dalam rencana
tersebut, sehingga setiap perencanaan yang dibuat harus
dievaluasi secara bekala dengan jalan melakukan pengendalian.
Perencanaan dan pengendalian produksi merupakan usaha-usaha
manajemen untuk merencanakan dasar-dasar dari proses produksi
dan aliran bahan, sehingga menghasilkan produk yang dibutuhkan
pada waktunya dengan biaya yang minimal dan mengatur secara
menganalisis mengenai pengorganisasian dan pengkoordinasian
bahan-bahan, peralatan, tenaga manusia dan tindakan-tindakan
lain yang dibutuhkan, pengendalian produksi dilakukan untuk
memastikan proses produksi berjalan baik sesuai dengan rencana
produksi yang telah dibuat sebelumnya. Jika dalam pelaksanaan
proses produksi terjadi penyimpangan yang cukup besar, maka
perlu diadakan tindakan-tindakan penyesuaian untuk membenahi
penyimpangan yang terjadi.
Perencanaan kapasitas adalah salah satu usaha perencanaan dan
pengendalian produksi untuk menentukan tingkat kapasitas yang
diperlukan untuk melaksanakan jadwal produksi, dibandingkan
terhadap kapasitas yang tersedia dan tindakan-tindakan
penyesuaian yang diperlukan terhadap tingkat kapasitas atau
jadwal produksi. Kapasitas mengukur kemampuan dari suatu
fasilitas produksi untuk mencapai jumlah kerja tertentu dalam
periodewaktu tertentu dan merupakan fungsi dari banyaknya
sumber-sumber daya yang tersedia, seperti : peralatan, mesin,
personil, ruang dan jadwal kerja.
Usaha kerupuk sebagai industry yang bergerak dibidang
produksi harus senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik
kepada konsumen. Dengan menyelesaikan produk tepat waktu sesuai
dengan pemesanan konsumen. Dengan sumber daya yang telah
dimiliki, maka usaha batu bata harus dapat memproduksi dan
meningkatkan serta mampu bersaing dari segi pelayanan agar
tidak mengecewakan konsumen, karena konsumen sebagai pengguna
terakhir suatu produk tidak menginginkan produk yang mereka
pesan tidak sampai sesuai dengan pesanan yang diinginkan.
Perencanaan kapasitas memberikan kontribusi bagi perusahaan
untuk menentukan tingkat kapasitas yang diperlukan dalam
melakukan jadwal produksi yang berguna bagi pencapaian target
produksi. Jika terjadi kekurangan kapasitas, hasilnya berupa
kekurangan pencapaian target produksi, pengiriman produk ke
konsumen terlambat dan kehilangan kepercayaan system manajemen
perusahaan. Sebaliknya, jika kapasitas berlebihan, operasi
pabrik tidak efisien, biaya tinggi dan berkurangnya keuntungan.
Hal inilah yang menjadi dasar pertimbangan bagi penulis untuk
menyusun tugas akhir yang berjudul “PENENTUAN PERENCANAAN
KAPASITAS UNTUK MEMENUHI TARGET PRODUKSI PADA USAHA PEMBUATAN
KERUPUK YANG BERLOKASI DI TANJUNG SELOR”
B. Perumusan Masalah
Bagi perusahaan jenis apapun, baik yang bergerak dalam
manifaktur maupun jasa tentu menyadari bahwa kelangsungan hidup
perusahan lebih penting daripada sekedar laba yang besar.
Sekalipun untuk dapat terus bertahan perusahaan memerlukan
keuntungan yang cukup. Selanjutnya untuk mendapatkan keuntungan
tersebut, produk yang dibutuhkan dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan serta kepuasan konsumen (harga, kualitas, pelayanan,
dsb.) salah satu ujung dari masalah ini adalah perencanaan
kapasitas yang harus baik, agar output yang dihasilkan baik
berupa barang atau jasa, dapat mendukung kelangsungan hidup
perusahaan.
Dalam hal ini perencanaan kapasitas merupakan suatu paktor
pokok yang dapat mempengaruhi proses produksi pada suatu
perusahaan agar perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik,
dengan demikian proses dan kegiatan produksi sebagai dapurnya
perusahaan perlu dipelajari dengan seksama dan sungguh-sungguh
sehingga sebuah perusahaan memiliki deviasi produksi yang solid
dan dapat dipercaya sebagai tulang punggung kelangsungan hidup
perusahaan.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Dalam penelitian ini tidak lepas dari tujuan, maka adapun
tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah “Untuk Mengetahui Perencanaan Kapasitas yang
dilaksanakan oleh Usaha Kerupuk yang berlokasi di Tanjung
Selor”
Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi penulis sendiri, bagi pihak perusahaan
yang diteliti, para pembaca, maupun pihak-pihak lain yang
berkepentingan.
1. Manfaat Akademis
Penelitian ini erat kaitannya dengan mata kuliah Manajemen
Operasional, sehingga dengan melakukan penelitian ini
diharapkan penulis dan semua pihak yang berkepentingan dapat
lebih mudah memahaminya.
2. Manfaat Dalam Implementasi atau Praktik
Penelitian ini difokuskan pada Usaha Kerupuk di Tanjung Selor
sebagai objek penelitian, sehingga diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan pada Usaha
Kerupuk di Tanjung Selor.
D. Sistematika Penulisan
Gambaran tentang isi makalah ini dapat dilihat pada
sistematika penulisan dibawah ini :
Bab I
Bab
II
Bab
III
Bab IV
:
:
:
:
Pendahuluan merupakan bab yang
berisikan Latar Belakang, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, Serta Sitematika
Penulisan.
Tinjauan Pustaka yang berisikan Dasar
Teori.
Metode Penelitian merupakan Bab yang
berisikan Defenisi Perencanaan
Kapasitas, Waktu dan Tempat
Penelitian, Tekhnik Pengumpulan Data.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Tinjauan Tentang Perencanaan Kapasitas
a. Pengertian Kapasitas
Kapasitas merupakan kemampuan pembatas dari unit produksi
untuk berproduksi dalam waktu tertentu dan biasanya dinyatakan
dalam bentuk keluaran (output) persatuan waktu.
Beberapa definisi kapasitas secara umum adalah sebagai berikut:
Desaign capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktupabrik yang dirancang
Rated capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yangmenunjukkan bahwa fasilitas secara teoritik mempunyai kemampuanmemproduksinya
Standard capacity, yaitu tingkat keluaran per satuan waktu yangditetapkan sebagai “sasaran” pengoperasian bagi manajemen,supervisi dan para operator mesin
Actual/operating capacity, yaitu tingkat keluaran rata-rata persatuan waktu selama periode-periode waktu yang telah lewat
Peak capacity, yaitu jumlah keluaran per satuan waktu yangdapat dapat dicapai melalui maksimasi keluaran, dan mungkindilakukan dengan kerja lembur, menambah tenaga kerja, menghapuspenundaan-penundaan, mengurangi jam istirahat, dll.
b. Pengertian Perencanaan Kapasitas Produksi.
Menurut Yamit (2003), perencanaan kapasitas produksi adalahjumlah maksimum output yang dapat diproduksi dalam satuan waktutertentu. Contoh : bus mempunyai kapasitas kursi 40 sekalijalan, pabrik pupuk mempunyai kapasitas 100.000 kg sekaliproduksi Kapasitas produksi dikaitkan dengan kapasitas sumberdaya yang dimiliki seperti : a. Kapasitas tenaga kerja b. Kapasitas mesin c. Kapasitas bahan baku d. Kapasitas modal
I. Perencanaan Kapasitas Jangka Pendek
Digunakan untuk menangani secara ekonomis hal-hal yangbersifat mendadak di masa yang akan datang. Umumnya perusahaantidak beroperasi secara penuh 24 jam dan 7 hari/minggu. Padaumumnya untuk usaha berskala kecil yang berproduksi berdasarkanpesanan, contoh : catering, penjahit dll. Menurut Krajewzki danRitzman dalam Yamit (2003), ada 5 cara yang dapat digunakanperusahaan untuk meningkatkan kapasitas produksi jangkapendek :
1. Meningkatkan jumlah sumber daya :
a. Penggunaan kerja lembur b. Penambahan regu kerja
c. Memberikan kesempatan kerja secara part-time d. Sub-kontrak e. Kontrak kerja
2. Memperbaiki penggunaan sumber daya :
a. Mengatur regu kerja b. Menetapkan skedul
3. Memodifikasi produk : a. Menentukan standar produk b. Melakukan pengawasan kualitas
4. Memperbaiki permintaan : a. Melakukan perubahan harga b. Melakukan perubahan promosi
5. Tidak memenuhi permintaan : tidak mensuplai semua permintaan.
II. Perencanaan Kapasitas Jangka Panjang
Dalam perencanaan kapasitas jangka panjang segalakemungkinan yang terjadi sudah dapat diperkirakan sebelumnyasecara matang. Ada 2 strategi yang dapat ditempuh perusahaan :
a. Strategi Melihat dan Menunggu (Wait and See Strategy)
Strategi melihat dan menunggu (wait and see strategy) adalahstrategi hati-hati karena kapasitas produksi akan dinaikkanapabila permintaan konsumen sudah naik.
b. Strategi Ekspansionis
Strategi ekspansionis adalah strategi melebihi produksi / diatas permintaan, sehingga diharapkan tidak terjadi kekuranganproduk di pasaran yang menyebabkan peluang masuknya pesainglain & menjamin pelayanan terbaik dengan tersedianya produk dipasaran.
2. Metode Perencanaan Kapasitas Produksi
Dalam Yamit (2003), metode perencanaan kapasitas produksi terdiri dari :
1. Metode Break Even Point (BEP)
BAB . III
METODE PENELITIAN
A. Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini penulis akan memberikan batasan secara
operasional mengenai masalah yang diteliti yaitu berhubungan
dengan perencanaan Kapasitas pada usaha Kerupuk di Tanjung
Selor.
Yang dimaksud dengan perencanaan Kapasitas Produksi dalam
proses produksi pada Usaha Kerupuk di Tanjung Selor pada
peneliatian ini adalah meliputi beberapa aspek perencanaan yang
mempengaruhi faktor-faktor besarnya jumlah produksi pada
perusahaan jasa. Dalam rangka memperbesar volume produksi maka
perusahaan berusaha untuk lebih meningkatkan kapasitas
produksinya kearah yang lebih baik dengan cara meningkatkan
produksinya. Dengan meningkatkan produksi serta penambahan
tenaga kerja maka akan meningkatkan minat konsumen terhadap
jasa yang kita tawarkan.
B. Waktu, Tempat dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian untuk
melakukan suatu penelitian adalah dilakukan pada Usaha Kerupuk
di Tanjung Selor. Usaha ini bergerak pada bidang produksi.
Sedangkan waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan
metode penelitian deskriftif. Pada umumnya penelitian
deskriftif merupakan penelitian non hipotesis, sehingga langkah
penelitiannya tidak merumuskan hipotesis.
C. Perincian Data yang Diperlukan
Berdasarkan judul dalam penelitian ini rincian data yang
penulis perlukan adalah sebagai berikut :
1. Studi Pustaka adalah penelitian yang bersifat kepustakaan
dengan mempelajari teori-teori yang ada pada literatur sebagai
dasar teoritis.
2. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek
penelitian yang bersifat relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Data ini terdiri dari
Wawancara berupa penjelasan langsung dari pihak-pihak terkait
diperusahaan mengenai data yang diperlukan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian lapangan (Field Work Research) yaitu
pengumpulan data langsung yang menjadi objek penelitian dengan
cara melihat langsung terhadap aktivitas perusahaan dengan
menggunakan metode :
1. Metode Wawancara (Interviuw). Dalam hal ini penulis
mengadakan wawancara dengan Pimpinan perusahaan batu bata untuk
memperoleh keterangan atau data yang diperlukan.
2. Metode Pengamatan (Obserpasi). Yaitu pengumpulan data dengan
mengadakan pengamatan langsung ke lokasi penelitian.
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Sejarah Usaha pembuatan kerupuk Tanjung Selor
Usaha pembuatan kerupuk Tanjung Selor mulai beroperasi sejak
tahun 2009 yang awalnya hanya merupakan usaha keluarga di mana
pekerjanya hanya 2 orang,
Pada tahun 2010 usaha kerupuk menambah karyawan menjadi 4
orang yang dengan harapan untuk dapat mencapai produksi yang
berkualitas dan lebih banyak.
B. Stuktur Organisasi Perusahaan
Uraian Tugas Pengurus, Manajer dan Karyawan usaha pembuatan
kerupuk :
1. Ketua : Memimpin, mengawasi dan mengkoordinir pelaksanaan
tugas anggota lainnya.
2. Anggota : bertanggungjawab dalam bidang Produksi kerupuk
BAB V
ANALISIS DAN PERUMUSAN MASALAH
A. Hasil Analisis
Analisis terhadap permasalahan yang dikemukakan adalah di dalam
penelitian ini adalah untuk menentukan seberapa besar jumlah
penjualan batu bata yang dapat di capai dalam rangka
perencanaan kapasitas penjualan keuntungan maka perlu di adakan
perhitungan break even point (BEP).
Dibawah ini ds Dibawah ini data Industri kerupuk selama tahun
2010.
Tabel 1 . BahanTepung yang digunakan selama tahun 2010.
Bulan Bahan Baku
( Tepung )
( Rp. )Januari
Pebruari
540.000
540.000
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
580.000
550.000
580.000
540.000
580.000
580.000
550.000
580.000
580.000
580.000Total 6.780.000
Sumber : Industri Kerupuk Tahun 2010
Tabel 2. Produksi Kerupuk tahun 2010
Bulan Produksi Kerupuk
(Bungkus)Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
3.200
4.400
3.400
4.300
4.500
4.100
3.800
4.700
4.000
5.500
4.600
5.000Total 51.500
Sumber : Industri Kerupuk Tahun 2010
Tabel 3. Hasil Penjualan Kerupuk tahun 2010
Bulan Bahan Baku
( Tepung)
( Rp. )Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
5.020.000
6.760.000
5.020.000
7.600.000
5.020.000
7.600.000
6.020.000
5.020.000
5.600.000
6.020.000
5.600.000
7.020.000Total
72.300.000Sumber : Industri Kerupuk Tahun 2010
Tabel 3. Biaya listrik industry Kerupuk tahun 2010
Bulan ( Rp. )Januari
Pebruari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
500.000
760.000
650.000
600.000
700.000
600.000
820.000
Agustus
September
Oktober
November
Desember
900.000
1.000.000
1.050.000
1020.000
1.000.000Total
9.600.000Sumber : Industri Kerupuk Tahun 2010
Sebelum menghitung Break Even Point ( BEP ), kita harus
menentukan dulu biaya tetap dan biaya variabel.
Tabel 4. Daftar Biaya Tetap Industri Kerupuk tahun 2010
Bulan Bahan Baku
( Tepung )
( Rp. )Penyusutan
Kendaraan
Gaji
Biaya Air
Biaya
Administrasi
Biaya
Pemeliharaan
1.400.000
6.000.000
1.200.000
1.260.000
1.920.000
Total
11.780.000Sumber : Industri Kerupuk tahun 2010
Biaya variabel pada industri Kerupuk ini adalah biaya
bahan baku yaitu Tepung selama tahun 2009 sebesar Rp. 6.780.000
,-
Sedangkan biaya variabel perunit adalah Rp. 108,-
Berdasarkan data diatas maka dapat dihitung besarnya Break Even
Point, baik kuantitas maupun jumlah Rupiah.
BEP ( Q )=
FC P-V
=
11.780.000 800 – 108
=
11.780.000 692
= 17.023,12 dibulatkan 17.023
= 17.023 bungkusJadi Break Even Point pada penjualan 17.023 kerupuk satu tahun 2010
BEP ( Rp ) = FC
1 - VC
S
= 11. 780.000
1 -
6.780.000 72.300.000
= 11.780.000
1 – 0,09
= 11.780.000
0,91
= 12.945.054 dibulatkan Rp. 12.945.054
Pembuktian Break Even Point
Pada Kerupuk untuk Tahun 2010
Penjualan :
17.0223 x 800
Biaya Variabel
17.023 x 108
=
=
13.618.4
00
- 1.838.400
Batas
Kontribusi
Biaya Tetap
=
=
11.780.0
00
- 11.780.000
Laba
Bersih
= 0,-
Pembulatan
Rp. 1.838.484- dibulatkan
Rp. 1.838.400
Sumber : Industri kerupuk Tahun 2010
Dibawah ini adalah data untuk mengetahui beberapa besarnya
laba pada tahun 2010
Laporan Laba Rugi
Pada Industri Kerupuk
Untuk Tahun 2010
Penjualan
Biaya Variabel
=
=
72.300.0
00
6.780.000
Bata
s Kontribusi
Biaya Tetap
=
=
65.520.0
00
11.780.000
Laba
Bersih
= 5374
0.000
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa pada tahun
2010 Industri kerupuk memperoleh laba sebesar Rp. 53.740.000
Break Even Point ( BEP ) dalam Bentuk Grafik
Perencanaan Laba Usaha Perusahaan yang menghitung dengan
rumus Break Even Point maupun dapat disajikan dalam bentuk
Grafik Break Even Point agar lebih mudah di pahami.
Grafik Break Even Point dapat pula digambarkan secara
lebih terinci sesuai urutan penutupan biaya pada tingkat
penjualan yang akan dicapai, oleh karerna itu biaya dirinci
dalam biaya variabel dan biaya tetap. Gambar Grafik Break Even
Point digambarkan didasarkan pada jumlah keseluruhan baik
penjualan, biaya variabel dan biaya tetap.
Total Sales
Rp. ( Biaya ) Gambar 3. BEP Bentuk Grafik
51.500
17.023 Margin Of Safety
Margin Of Safety aatau batasa keamanan yang merupakan
suatu persentase yang menunjukkan batas sampai seberapa besar
penjualan yang di budjeekan oleh turun tetapi perusahaan tidak
memperoleh laba maupun menderita kerugian.
x 100 %
MS = Penjualan yang direncanakan – penjualan pada Break Even Point
Penjualan
yang direncanakan
x 100 %
= 51.500 – 17.023 51.500
x 100 %
= 34.477
51.500
= 66,9%
Jadi apabila perusahaan mengalami penurunan penjualan
sebesar 66,9 % atau kurang yang dihitung dari penjualan yang
dianggarkan, perusahaan belum menderita kerugian.
B. Pembahasan Masalah
Selanjutnya berdasarkan analisa laporan keuangan diatas,
beberapa sebab dari permasalahan yang timbul pada perusahaan
kerupuk ini adalah :
1. Kurangnya tenaga kerja yang produktif
2. Sempitnya lahan yang di pergunakan dalam proses produksi
3. Kegiatan produksi masih terkendala dengan musim yang tidak
menentu.
Hal-hal tersebut diatas dapat menimbulkan dampak bagi pengusaha
kerupuk, antara lain :
1. Tidak terpenuhinya produksi sesuai permintaan konsumen
2. Adanya keterlambatan produksi akibat dari cuaca yang tidak
menentu
BAB. VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisis dan hasil penelitian, maka
penulis dapat memberi kesimpulan sebagai berikut :
1. Industri Kerupuk berada pada Break Even Point ( BEP ) yaitu
pada penjualan 51.500 bungkus kerupuk atau dalam rupiah
penjualan sebesar Rp. 72.300.000,-
2. Dari perhitungan menggambarkan bahwa pada penjualan tahun
2010 sebesar Rp. 72.300.000,- dikurangi biaya variabel sebesar
Rp. 6.780.000 dan biaya tetap sebesar Rp. 11.780.000 ,-
sehingga laba atau keuntungan yang diperoleh pada tahun 2010
adalah sebesar Rp. 53.740.000 ,-
3. Margin Of Safety atau batas keamanan secara totalitas
sebesar ( 100 % - 66,9% ) adalah 33,1 % dari total penjualan
yang direncanakan atau apabila perusahaan mengalami penurunan
penjualan sebesar 66,9 % atau kurang yang dihitung dari
penjualan yang dianggarkan, dalam hal ini perusahaan belum
menderita rugi.
B. Saran
Ada beberapa saran yang disampaikan sebagai bahan
pertimbangan bagi pimpinan Indsutri kerupuk adalah sebagai
berikut :
1. Untuk tahap berikutnya perusahaan dapat memperhitungkan
titik impas atau Break Even Point baik kuantitas maupun jumlah
penjualan minimal yang harus dilakukan sebagai pedoman
perencanaan laba perusahaan dimasa yang akan datang.
2. Karena pada dasarnya konsumen lebih memilih produk yang
berkualitas baik, jadi agar produk kerupuk lebih diminati maka
Industri kerupuk harus meningkatkan kualitas produknya, karena
di Kabupaten Bulungan sendiri sudah banyak bermunculan
industri-industri pembuatan kerupuk.
3. Untuk lebih meningkatkan penjualan maka yang perlu
dilakukan adalah dengan menambah jumlah produksi yang
dihasilkan dan juga harus diikuti dengan peluasan daerah