BAB 1PENDAHULUAN
1.1. Latar BelakangGangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang
disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah
laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. (Stuart &
Sundeen, 1998). Ketidakseimbangan kondisi psikologis pada penderita
gangguan jiwa tersebut dapat dirasakan dalam bentuk terganggunya
fungsi psikologis, seperti fungsi pikiran, perasaan, dan tingkah
laku. Penderita gangguan jiwa sering mendapat stigma dan
diskriminasi yang lebih besar dari masyarakat di sekitarnya bahkan
dalam beberapa kasus oleh keluarganya sendiri. Mereka sering
mendapat perlakuan yang tidak manusiawi seperti perlakuan keras.
Perlakuan ini disebabkan ketidaktahuan atau pengertian yang salah
dari keluarga atau anggota masyarakat. Hal inilah yang biasanya
menyebabkan penderita gangguan jiwa untuk sulit sembuh dan sering
kambuh kembali (Stuart dan Laraia, 2001).
Berdasarkan Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2007,
prevalensi penderita tekanan psikologis ringan adalah 20-40%, dan
mereka tidak membutuhkan pertolongan spesifik. Prevalensi penderita
tekanan psikologis sedang sampai berat yaitu 30-50%, membutuhkan
intervensi sosial dan dukungan psikologis dasar, sedangkan gangguan
jiwa ringan sampai sedang (depresi, dan gangguan kecemasan) yaitu
20%, dan gangguan jiwa berat (depresi berat, gangguan psikotik)
yaitu 3-4% memerlukan penanganan kesehatan jiwa yang dapat diakses
melalui pelayanan kesehatan umum dan pelayanan kesehatan jiwa
komunitas (Kaplan, 2002). Hasil Penelitian Hatfield (1998)
menunjukkan bahwa sekitar 72% pasien gangguan jiwa yang mengalami
isolasi sosial dan 64% tidak mampu memelihara diri sendiri. Umumnya
keterampilan sosial pasien buruk, umumnya disebabkan karena onset
dini penyakitnya. Penilaian yang salah terhadap interaksi sosial,
kecemasan yang tinggi dan gangguan pemprosesan informasi.1
Isolasi Sosial Menarik diri merupakan suatu sikap di mana
individu menghidari diri dari interaksi dengan orang lain.individu
merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau
kegagalan. ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan
dengan orang lain, yang dimanifestasikan dengan sikap memisahkan
diri, tidak ada perhatian, dan tidak sanggup membagi pengamatan
dengan orang lain (Balitbang, 2007). Menarik diri juga dapat
diartikan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan maupun komunikasi dengan orang lain (Rawlins,
2011). Merupakan upaya untuk menghindari suatu hubungan komunikasi
dengan orang lain karna merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan.
Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan
orang lain yang dimanifestasikan denga mengisolasi diri, tidak ada
perhatian, dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang,
2009).Pengertian psikotik sendiri merupakan gangguan jiwa yang
ditandai dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh.Sementara itu gangguan psikotik singkat/akut
didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1
hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat
kembali ke tingkat fungsional premorbid (Kartika, 2012). Faktor
penyebab terjadinya gangguan jiwa bervariasi tergantung pada jenis-
jenis gangguan jiwa yang dialami. Secara umum gangguan jiwa
disebabkan karena adanya tekanan psikologis yang disebabkan oleh
adanya tekanan dari luar individu maupun tekanan dari dalam
individu. Beberapa hal yang menjadi penyebab adalah ketidaktahuan
keluarga dan masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa ini, serta ada
beberapa stigma mengenai gangguan jiwa ini (Hawari,2001).
Karakteristik pasien yang mengalami gangguan dalam berhubungan
dengan orang lain dapat dijumpai karakteristik berupa
ketidaknyamanan dalam interaksi sosial, ketidakmampuan untuk
menerima pendapat orang lain, gangguan interaksi dengan teman-teman
dekat, keluarga, dan orang-orang terdekat lainnya. Jika perilaku
manipulatif tidak teratasi maka akan terjadi perilaku menarik diri
yaitu usaha untuk menghindari interaksi dengan orang lain dan
kemudian menghindari berhubungan sebagai suatu pertahanan terhadap
ansietas yang berhubungan sebagai suatu stresor/ancaman (Tucker,
dkk. 1998). Penanganan gangguan jiwa harus dilakukan secara
komprehensif melalui multi-pendekatan, khususnya pendekatan
keluarga dan pendekatan petugas kesehatan secara langsung dengan
penderita, seperti bina suasana, pemberdayaan penderita gangguan
jiwa dan pendampingan penderita gangguan jiwa agar mendapatkan
pelayanan kesehatan yang terus-menerus. Salah satu upaya penting
dalam penyembuhan dan pencegahan kekambuhan kembali adalah dengan
adanya dukungan keluarga yang baik. Keluarga merupakan sumber
bantuan terpenting bagi anggota keluarga yang sakit, keluarga
sebagai sebuah lingkungan yang penting dari pasien, yang kemudian
menjadi sumber dukungan sosial yang penting. Menurut Friedman
(1998) dukungan sosial dapat melemahkan dampak stress dan secara
langsung memperkokoh kesehatan jiwa individual dan keluarga,
dukungan sosial merupakan strategi koping penting untuk dimiliki
keluarga saat mengalami stress. Dukungan sosial keluarga juga dapat
berfungsi sebagai strategi preventif untuk mengurangi stress dan
konsekwensi negatifnya.
1.2TUJUAN 1.2.1TUJUAN UMUM1. Menjelaskan tentang pasien dengan
gangguan psikotik akut .2. Menjelaskan tentang pasien dengan
masalah keperawatan menarik diri.1.2.2TUJUAN KHUSUS1. Menjelaskan
definisi menarik diri2. Menjelaskan factor predisposisi menarik
diri3. Menjelaskan factor preseipitasi menarik diri4. Menjelaskan
manifestasi klinis menarik diri5. Menjelaskan proses terjadinya
klien dengan masalah menarik diri6. Menjelaskan definisi psikotik
akut7. Menjelaskan etiologi psikotik akut8. Menjelaskan
patofisiologi psikotik akut9. Menjelaskan factor predisposisi
psikotik akut10. Menjelaskan manifestasi klinis psikotik akut11.
Menjelaskan criteria diagnostic psikotik akut12. Menjelaskan tata
laksana klien dengan psikotik akut
1.3MANFAATMakalah ini diharapkan mampu memnejlaskan asuhan
keperawatan pada klien dengan maslaah keperawatan utama menarik
diri pada diagnisa medis gangguan psikotik akut.
4
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA
2.1 MenarikDiri2.1.1 Definisi menarik diriMenarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins,1993).Menurut
Townsend, M.C (1998) Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana
seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka
dengan orang lain. Sedangkan menurut Dekes RI (1989) Penarikan diri
atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik
perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.Jadi menarik
diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam
membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.Perilaku yang
teramati pada respon social maladaptive mewakili upaya individu
untuk mengatasi ansietas yang berhubungan dengan rasa kesepian,
rasa takut, kemarahan, malu, rasa bersalah, dan merasa tidak aman.
Seringkali respon yang terjadi meliputi manipulasi, narkisisme, dan
impulsive. Berikut ini gambar yang akan menyajikan ringkasan
prilaku yang berhubungan dengan respon tersubut.
Gambar :Rentang Respon Sosial Respon adaptif Respon
maladaptif
Solitut Kesepian Manipulasi Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
Saling ketergantungan5
2.1.2 Faktor PredisposisiBeberapa faktor predisosisi (pendukung)
terjadi gangguan hubungan sosial yaitu:1. Faktor
PerkembanganKemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari
pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh
kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan
menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi,
kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua/pengasuh
akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya
rasa tidak percaya.2. Faktor BiologisGenetik merupakan salah satu
faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti
atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.3. Faktor
Sosial BudayaFaktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan dari
orang lain (lingkungan sosialnya).2.1.3 Faktor Presipitasi1.
Stressor Sosial BudayaStressor sosial budaya dapat menyebabkan
terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain,
misalnya anggota keluarga yang labil, yang dirawat di rumah
sakit.2. Stressor PsikologisTingkat kecemasan yang berat akan
menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan
orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang
disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan
(menarik diri).
2.1.4 Tanda dan Gejala1. Kurang spontan2. Apatis (acuh tak acuh
terhadap lingkungan)3. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi
sedih)4. Afek tumpul5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan
diri6. Komunikasi verbal menurun atau tidak ada. Klien tidak
bercakap-cakap dengan klien lain/perawat7. Mengisolasi diri
(menyendiri)8. Tidak atau kurang sadar dengan lingkungan
sekitarnya.9. Pemasukan makan dan minuman terganggu10. Retensi urin
dan feses11. Aktivitas menurun12. Kurang energi13. Harga diri
rendah14. Menolak berhubungan dengan orang lain15. Posisi tidur
seperti janin
2.1.5. Proses Terjadinya Masalah1. Penyebab dari Menarik
DiriSalah satu penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah.
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana
gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan.Gejala Klinis 1. Perasaan malu terhadap diri
sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut
botak karena terapi)2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
(mengkritik/menyalahkan diri sendiri)3. Gangguan hubungan sosial
(menarik diri)4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)5.
Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya.2.
Akibat dari Menarik DiriKlien dengan perilaku menarik diri dapat
berakita adanya terjadinya resiko perubahan sensori persepsi
(halusinasi). Halusinasi ini merupakan salah satu orientasi
realitas yang maladaptive, dimana halusinasi adalah persepsi klien
terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien
menginterprestasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus/ rangsangan
eksternal. Gejala Klinis :1. bicara, senyum dan tertawa sendiri2.
menarik diri dan menghindar dari orang lain3. tidak dapat
membedakan tidak nyata dan nyata4. tidak dapat memusatkan
perhatian5. curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain
dan lingkungannya), takut6. ekspresi muka tegang, mudah
tersinggung3. Pohon MasalahResiko Perubahan Sensori-persepsi :
Halusinasi
Isolasi sosial : menarik diri (Core Problem)
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Koping individu inefektif
Penolakan dari lingkungan2.2 Psikotik Akut2.2.1 Definisi
gangguan psikotik akutPsikotik adalah gangguan jiwa yang ditandai
dengan ketidak mampuan individu menilai kenyataan yang terjadi,
misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh.Gangguan psikotik singkat/akut didefinisikan sebagai
suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang
dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat kembali ke tingkat
fungsional premorbid.
2.2.2 EtiologiPenyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi
sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian.
Hal ini mungkin karena pasien dengan gangguan kepribadian memiliki
kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala
psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa
traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit
parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak
pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi juga
menyebutkan bahwa kerentanan genetik juga dapat memicu terjadinya
gangguan psikotik singkat.
2.2.3 PatofisiologiMenurut definisinya, perjalanan penyakit
gangguan psikotik singkat adalah kurang dari satu bulan.
Perkembangan gangguan psikiatrik dapat pula menyatakan kerentanan
mental pada pasien. Beberapa pasienyang semula di klasifikasikan
menderita gangguan psikotik singkat/akut selanjutnya menunjukkan
sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood.
Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat/akut
memiliki prognosis yang baik, dan penelitian diEropa telah
menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak
memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.Lamanya gejala akut
sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif
juga menyertai gejala psikotik. Bunuh diri merupakan salah satu
masalah yang dapat muncul pada fase psikotik maupun fase depresif
pascapsikotik.2.2.4 Faktor Predisposisi Gangguan Psikotik
akutAdapun faktor faktor penyebab gangguan psikotik antara lain :1.
Faktor organo biologik1) Genetik (heredity)Adanya kromosom tertentu
yang membawa sifat gangguan jiwa (khususnya pada skizofrenia). Hal
ini telah dipelajari pada penelitian anak kembar, dimana pada anak
kembar monozigot (satu sel telur) kemungkinan terjadinya
skizofrenia persentase tertinggi 86,2%, sedangkan pada anak kembar
dengan dua sel telur (heterozigot) kemungkinannya hanya 14,5%.2)
Bentuk Tubuh (konstitusi)Kretschmer (1925) dan Sheldon (1942),
meneliti tentang adanya hubungan antara bentuk tubuh dengan emosi,
temperamen dan kepribadian (personality).Contohnya, orang yang
berbadan gemuk emosinya cendrung meledak ledak, ia bisa lompat
kegirangan ketika mendapat hal yang menyenangkan baginya dan
sebaliknya.3) Terganggunya Otak Secara OrganikContohnya, Tumor,
trauma (bisa disebabkan karena gagar otak yang pernah dialami
karena kecelakaan), infeksi, gangguan vaskuler, gangguan
metabolisme, toksin dan gangguan cogenital dari otak.4) Pengaruh
Cacat CogenitalContohnya, Down Syndrome (mongoloid).5) Pengaruh
NeurotrasmiterYaitu suatu zat kimia yang terdapat di otak yang
berfungsi sebagai pengantar implus antar neuron (sel saraf) yang
sangat terkait dengan penelitian berbagai macam obat obatan yang
bekerja pada susunan saraf.Contohnya, perubahan aktivitas mental,
emosi, dan perilaku yang disebabkan akibat pemakaian zat
psikoaktif.2. Faktor Psikologik1) Hubungan Intrapersonala.
Inteligensi.b. Keterampilanc. Bakat dan minat.d. Kepribadian.2)
Hubungan Interpersonala. Interaksi antara kedua orang tua dengan
anaknya.b. Orang tua yang over protektif.c. Orang tua yang terlalu
sibuk dengan dunianya sendiri.d. Peran ayah dalam keluarga.e.
Persaingan antar saudara kandung.f. Kelahiran anak yang tidak
diharapkan.g. Faktor Sosio Agama
2.2.5 Manifestasi KlinisAdapun ciri ciri gangguan psikotik
antara lain :1. Memiliki labilitas emosional.2. Menarik diri dari
interaksi sosial.3. Tidak mmpu bekerja sesuai fungsinya.4.
Mengabaikan penampilan dan kebersihan diri.5. Mengalami penurunan
daya ingat dan kognitif parah.6. Berpikir aneh, dangkal, berbicara
tidak sesuai keadaan.7. Mengalami kesulitan mengorientasikan waktu,
orang dan tempat.8. Sulit tidur dalam beberapa hari atau bisa tidur
yang terlihat oleh keluarganya, tetapi pasien mesrasa sulit atau
tidak bisa tidur.9. Memiliki keengganan melakukan segala hal,
mereka berusaha untuk tidak melakukan apa-apa bahkan marah jika
diminta untuk melakukan apa-apa.10. Memiliki perilaku yang aneh
misalnya, mengurung diri di kamar, berbicara sendiri, tertawa
sendiri, marah berlebihan dengan stimulus ringan, tiba-tiba
menangis, berjalan mondar mandir, berjalan tanpa arah dan tujuan
yang jelas.
2.2.6 Kriteria DiagnostikUntuk menegakkan diagnosis gejala pasti
gangguan psikotik akut adalah sebagai berikut :1. Halusinasi
(persepsi indera yang salah atau yang dibayangkan : misalnya,
mendengar suara yang tak ada sumbernya atau melihat sesuatu yang
tidak ada bendanya).2. Waham (ide yang dipegang teguh yang nyata
salah dan tidak dapat diterima oleh kelompok sosial pasien,
misalnya pasien percaya bahwa mereka diracuni oleh tetangga,
menerima pesan dari televisi, atau merasa diamati/diawasi oleh
orang lain).3. Agitasi atau perilaku aneh4. Pembicaraan aneh atau
kacau (disorganisasi)5. Keadaan emosional yang labil dan ekstrim
(iritabel)Kriteria diagnostik untuk gangguan psikotik singkat
meliputi adanya satu (atau lebih) gejala berikut :1. Waham2.
Halusinasi3. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang
atau inkoherensi)4. Perilaku terdisorganisasi jelas atau
katatonik
2.2.7 PenatalaksanaanMemberikan informasi kepada pasien dan
keluarga tentang psikotik akut berikut hak dan kewajibannya.1.
Informasi yang perlu untuk pasien dan keluarga1) Episode akut
sering mempunyai prognosis yang baik, tetapi lama perjalanan
penyakit sukar diramalkan hanya dengan melihat dari satu episode
akut saja.2) Agitasi yang membahayakan pasien, keluarga atau
masyarakat, memerlukan hospitalisasi atau pengawasan ketat di suatu
tempat yang aman. Jika pasien menolak pengobatan, mungkin
diperlukan tindakan dengan bantuan perawat kesehatan jiwa
masyarakat dan perangkat desa serta keamanan setempat3) Menjaga
keamanan pasien dan individu yang merawatnya:a. Keluarga atau teman
harus mendampingi pasien.b. Kebutuhan dasar pasien terpenuhi
(misalnya, makan, minum, eliminasi dan kebersihan).c. Hati hati
agar pasien tidak mengalami cedera.2. Konseling pasien dan
keluarga1) Membantu keluarga mengenal aspek hukum yang berkaitan
dengan pengobatan psikiatrik antara lain hak pasien, kewajiban dan
tanggung jawab keluarga dalam pengobatan pasien.2) Mendampingi
pasien dan keluarga untuk mengurangi stress dan kontak dengan
stresor.3) Memotivasi pasien agar melakukan aktivitas sehari hari
setelah gejala membaik.3. PengobatanProgram pengobatan untuk
psikotik akut :1) Berikan obat antipsikotik untuk mengurangi gejala
psikotik, haloperidol 2 5 mg, 1 3 kali sehari, atau Chlorpromazine
100 200 mg 1 3 kali sehari.Dosis harus diberikan serendah mungkin
untuk mengurangi efek samping, walaupun beberapa pasien mungkin
memerlukan dosis yang lebih tinggi.2) Obat antiansietas juga bisa
digunakan bersama dengan neuroleptika untuk mengendalikan agitasi
akut (misalnya : lorazepam 1 2 mg, 1 3 kali sehari).3) Obat
antipsikotik selama sekurang kurangnya 3 bulan sesudah gejala
hilang.Apabila menemukan pasien gangguan jiwa di rumah dengan
perilaku di bawah ini, lakukan kolaborasi dengan tim untuk
mengatasinya.1) Kekakuan otot (distonia atau spasme akut), bisa
ditanggulangi dengan suntikan benzodiazepine atau obat
antiparkinson.2) Kegelisahan motorik berat (akatisia), bisa
ditanggulangi dengan pengurangan dosis terapi atau pemberian beta
bloker.3) Gejala parkinson (tremor atau gemetar, akinesia), bisa
ditanggulangi dengan obat antiparkinson oral (misalnya,
trihexyphenidil 2 mg 3 kali sehari).
6
BAB 3 GAMBARAN KASUS3.1Pengkajian Kasus Ruangan rawat: Ruang
Jiwa SejahteraTanggal dirawat : 03-12-2013
I. Identitas klien:Initial: Ny. S.P (P)Tanggal pengkajian :
04-12-2013Umur: 19 thRM No. : 12-29-39-XX Informan: Ibu. MStatus
pendidikan: Tamat SMPStatus pekerjaan: Ibu Rumah tanggaStatus
penikahan: Sudah Menikah
II. Alasan masuk :Pasien sering tertawa dan menangis tanpa sebab
seorang diri dan menyebut-nyebut nama anaknya. Sehari sebelum MRS
pasien tidak mau keluar dari kamarnya, pasien juga tidak mau makan
ataupun minum dan lebih suka menyendiri serta tidak mau
berinteraksi dengan siapapun.
III. Faktor predisposisi1. Ny. P tidak pernah mengalami gangguan
jiwa di masa lalu. 2. Riwayat kejadian masa lalu yang tidak
menyenangkanSemenjak tinggal bersama suami di rumah mertuanya,
pasien sering kali disalahkan dan tidak ada yang membela. Lalu
pasien memutuskan untuk keluar dari rumah mertuanya dua minggu
sebelum MRS, namun mertuanya melarang pasien membawa anaknya,
sehingga pasien sempat pingsan di tempat akibat pertengkaran dengan
mertuanya.3. Masalah keperawatan: koping individu infektif
IV. FISIK 1. Tanda vital TD: 110/70mmHg N : 84/menit
S : 36015
RR : 21x/mnt2. UkurTB: 156 cm BB : 42 kg3. Kelainan fisik :
Tidak Ada4. Masalah Keperawatan: Tidak Ada Masalah
V.PSIKOSOSIAL1. Genogram :
Keterangan :a. : Laki-Laki
b. : Meninggal
c. : Perempuan
d. : Klien
2. Konsep diria. Gambaran diri : Pasien tidak menyukai bentuk
tubuhnya yang kurus dibandingkan dengan tetangganya yang sering
dibicarakan oleh suami pasien.b. Identitas: Pasien merasa tidak
dihargai dalam kegiatan rumah tangga seperti memasak,belanja, dan
bersih-bersih. c. Peran: pasien sehari hari sebagai ibu rumah
tangga dengan kegiatan bersosialisasi minimal (arisan).d. Ideal
diri : pasien berharap suami pasien dapat melindugi dan percaya
pada pasien dari tuduhan selingkuh.e. Harga diri : rasa bersalah
yang dialami pasien dikarenakan tingkah laku mertuanya, sehingga
pasien malu bergaul dengan tetangga sekitar. f. Masalah
Keperawatan: gangguan konsep diri Harga Diri Rendah
3. Hubungan sosial :a. Orang yang berarti : anaknya. pasien
datang ke IRD dan sampai masuk ke ruangan , pasien terus memanggil
nama anaknya.b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat :
arisan kampung (tanpa peran). c. Hambatan dalam berhubungan dengan
orang lain : pasien menjadi tertutup dengan orang di sekitarnya
semenjak mengalami berbagai masalah di dalam rumah tangga nya.
Hubungan pasien dengan suami tidak akur semenjak mertua pasien
sering menyalahkan dan menuduhnya selingkuh. Selama dirawat di
rumah sakit, pasien menolak untuk keluar kamar dan berinteraksi
dengan pasien lain. Pasien lebih memilih menghabiskan waktunya di
kamar.d. Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diri4.
Spiritual a. Nilai dan keyakinan :Pasien meyakini adanya Allah SWT
yang memiliki kuasa atas segala yang terjadi dalam kehidupannya.b.
Kegiatan ibadah : Sebelum sakit pasien menjalankan sholat lima
waktu, namun saat sakit pasien tidak melakukan kegiatan ibadah sama
sekalic. Masalah keperawatan : Distress spiritual
VI. STATUS MENTAL1. Penampilan : Tidak rapiJelaskan: pakaian
bersih, tetapi kancing ada yang lepas karena aktifitas di tempat
tidur.
2. Pembicaraan : Lambat dan tidak mampu memulai
pembicaraanJelaskan : pasien cenderung diam apabila tidak diajak
berbicara, dan berbicara lambat saat merespon pertanyaan perawaat3.
Aktivitas Motorik : Lesu Jelaskan : Pasien hanya suka duduk atau
tiduran di atas ranjang dan tidak melakukan aktivitas lain4. Alam
Perasaan : Sedih Jelaskan : pasien menangis setiap dirinya teringat
anaknya, lalu pasien terus memanggil nama anaknya.5. Afek : Tidak
sesuaiJelaskan : pasien sering tertawa dan menangis sendiri tiba
tiba tanpa sebab secara berulang ulang.6. Interaksi selama
wawancara: Tidak kooperatifJelaskan : pasien cenderung lebih suka
berdiam diri atau memanggil-manggil nama anaknya dan jarang
merespon pertanyaan perawat.Masalah keperawatan ( 1-6 ) : 7.
Persepsi: Pendengaran Jelaskan : Terkadang pasien merasa mendengar
suara anaknya pada saat dirinya teringat dan rindu dengan
anaknya.Masalah keperawatan : Resiko Gangguan Persepsi Sensori :
Halusinasi8. Proses Pikir: Pengulangan pembicaraan/
PerseverasiJelaskan : pada saat interaksi pasien terus
memanggil-manggil nama anaknya di sela-sela pembicaraan.9. Isi
Pikir : tidak ada wahamMasalah Keperawatan : ( 8-9) : Gangguan
proses pikir10. Tingkat kesadaran : disorientasiJelaskan : Pasien
tidak tahu sedang berada dimana, sekarang hari apa, tanggal
berapa.Masalah Keperawatan : 11. Memori : Gangguan daya ingat
jangka pendekJelaskan : Pasien tidak ingat kapan dan mengapa pasien
dibawa ke rumah sakit.12. Tingkat konsentrasi dan berhitung: tidak
mampu berhitung sederhanaJelaskan : pasien tidak mengerti ketika
dipancing untuk berhitung13. Kemampuan penilaian : tidak dapat
terkajiJelaskan : pasien tidak mampu menilai hanya bisa tertawa
tanpa sebab.14. Daya tilik diri: Mengingkari penyakit yang diderita
Jelaskan : Pasien menyakal dirinya sakit. Masalah Keperawatan (
10-14) : Resiko Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi
VII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG1. Kemampuan klien memenuhi /
menyediakan kebutuhanNy. P dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti
makan, keamanan, tempat tinggal, pakaian, dengan bantuan minimal
dari keluarga.2. Kegiatan hidup sehari- haric. Perawatan diriNy. P
mampu memenuhi kebutuhan personal hygiene seperti mandi, BAK/BAB,
kebersihan, ganti pakaian.d. Nutrisi pasien sudah dapat memenuhi
kebutuhannya dengan mandiri.Frekuensi makan Ny. P sebanyak 3 kali,
frekuensi udapan 2 kali sehari. Nafsu makan ny. P baik sehingga
selama dirawat BB naik 2kg menjadi 44 kg c. Kebutuhan tidur Ny. P
cukup dari jam 21.00 04.30 WIBVIII. MEKANISME
KOPINGAdaptifMaladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat / berlebih
Teknik relaksasi Bekerja berlebihan
Aktifitas konstruktif Menghindar
Olah raga Mencederai diri
Linnya.............. Lainnya :murung dan mengurung diri di
kamar
Masalah keperawatan : isolasi sosial : menarik diriIX. MASALAH
PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN Masalah dengan dukungan kelompok,
spesifik suaminya dan keluarganya tidak mau peduli dengan kondisi
pasien saat ini namun keluarganya pasien sangat mendukung penuh
kesembuhan pasien Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik
pasien menjadi orang yang tertutup dan lebih memilih menyendiri dan
menghindari interaksi dengan orang lain semnjak ada masalah dengan
mertuanya Masalah dengan pendidikan, spesifik pasien lulusan SLTA
Masalah dengan pekerjaan, spesifik tidak lulus SMA terus
dibandingkan dengan tetangganya oleh suaminya. Masalah dengan
perumahan, spesifik pasien menjadi bahan gunjingan tetangganya
semenjak ada masalah dengan mertuanya sehingga pasien lebih memilih
menghabiskan waktu di rumah saja Masalah ekonomi, spesifik pasien
tidak bekerja sebelum dan selama sakit, biaya hidup pasien sebelum
sakit ditanggung oleh suaminya dan selama sakit ditanggung penuh
oleh keluarganya Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
pasien Masalah Keluarga, spesifik pasien sering bertengkar dengan
suaminya semenjak mertuanya sering menyalahkan atas apapun yang
dilakukannyaMasalah keperawatan : X. PENGETAHUAN KURANG TENTANG
Penyakit jiwa Sistem pendukung Faktor presipitasi Penyakit fisik
Koping Obat- obatan Lainnya
...........................................Masalah keperawatan :
tidak ada masalahXI. ASPEK MEDIKDiagnosa medik: gangguan psikotik
akut dan sementara lainnyaTerapi medik: Risperidone 1 mg Merlopam 1
mgXII.DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN (semua masalah keperawatan yang
muncul)1. Koping individu infektif2. Gangguan konsep diri harga
diri rendah3. Isolasi sosial menarik diri4. Distress Spirirual5.
Resiko gangguan persepsi sensori halusinasiANALISA DATADATA
DATAMASALAH KEPERAWATAN
Data Subjektif :Pasien mengatakan minder karena dibandingkan
dengan tetangganya yang gemuk dan kuliah oleh suaminya. Pasien
merasa kehilangan karena anaknya tidak boleh dibawa oleh
mertuanya.Data Objektif : Pasien teringat ingat oleh anaknya. Jika
membicarakan anaknya dia merasa sedih hingga menangis.Isolasi
sosial :menarik diri
Data Subyektif : pasien mengatakan bila dirumah suaminya tidak
menghargai pasien, jika memasak ibu dan ayah mertua pasien tidak
mau makan makanannya.Data Obyektif : menunjukkan tanda-tanda
depresi (tidak makan, hanya tidur)Gangguan Konsep diri : harga diri
rendah
Data Subyektif : pasien mengatakan sering terbayang bayang wajah
dan suara anaknya. Data Obyektif : pasien menunjukkan perubahan
perilaku/pola komuikasi. DisorientasiResiko Gangguan Persepsi
Sensori :Halusinasi
DS : Keluarga mengatakan selama sakit pasien tidak mau melakukan
kegiatan ibadahDO : pasien tidak melakukan kegiatan ibadah sama
sekaliDistress spiritual
Pohon Masalah
Resiko halusinasi perubahan persepsi sensori : halusinasi
isolasi sosial : menarik diri
Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
Koping individu inefektif
3.8 Diagnosa Keperawatan1. Isolasi sosial menarik diri2. Resiko
gangguan sensori persepsi : Halusinasi 3. Gangguan konsep diri
harga diri rendah4. Koping individu infektif29
5.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN JIWAPROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNAIRRSUD Dr. SOETOMOerwerDIAGNOSISRENCANA TINDAKAN
KEPERAWATANRASIONAL
TUJUAN JANGKA PANJANGTUJUAN JANGKA PENDEKINTERVENSI
Isolasi sosial menarik diri
Tidak terjadi perubahan sensori persepsi1. Klien dapat membina
hubungan saling percaya1. Bina hubungan saling percaya dengan:a.
Beri salam setiap interaksib. Perkenalkan nama, nama panggilan
perawat c. Jelaskan tujuan interaksid. Ciptakan lingkungan yang
tenange. Buat kontrak yang jelas pada tiap pertemuan (topik yang
dibicarakan, tempat dan waktu)2. Berikan perhatian dan penghargaan
: a. Temani klien walau klien tidak menjawabb. Katakan saya akan
duduk di samping anda, jika ingin mengatakan sesuatu, saya siap
mendengarkan
c. Jika klien menatap perawat katakan ada yang ingin anda
katakan?
3. Dengarkan klien dengan empati, beri kesempatan bicara (jangan
diburu-buru), tunjukkan perawat mengikuti pembicaraan klien1.
Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi selanjutnya
2. Memberi perhatian dapat membuat pasien merasa dihargai dan
dianggap penting
3. Memberi kesempatan klien bicara telah mendukung hubungan
saling percaya
2. Klien mampu menyebutkan penyebab menarik diri4. 1. Bicarakan
dengan klien penyebab tidak ingin bergaul dengan orang lain2.
Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri1. dapat membantu
mengurangi stres dari penyebab perasaaan menarik diri.2. Memberi
pandangan pada klien agar tertarik untuk membuka diri
3.Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial1
Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain
2. Bantu klien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki oleh
klien untuk bergaul1. Untuk mengetahui keuntungan dari bergaul
dengan orang lain.2. Meningkatkan rasa percaya diri klien saat
berinteraksi
4.Klien dapat melaksanakn hubungan sosial secara bertahap :
Klien perawatKlien perawat klien/perawat Klien kelompokKlien
keluarga1 Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien ( jika
mungkin perawat yang sama)
2.Motivasi atau temani klien untuk berinteraksi atau berkenalan
dengan klien/ perawat lain/ beri contoh cara berkenalan.3.
Tingkatkan interaksi klien secara bertahap (satu klien, dua klien,
satu perawat, dua perawat, dst.)4. Libatkan klien dalam Terapi
Aktivitas Kelompok sosialisasi
5. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan
6. Fasilitasi hubungan klien dengan keluarga secara
terapeutik
1. Mengeksplorasi perasaan klien terhadap perilaku menarik diri
yang biasa dilakuka2. Meningkatkan kepercayaan diri klien dalam
memulai interaksi dengan orang lain
3. Memperluas interkasi dan hubungan klien dengan orang lain4.
Meningkatkan kemampuan klien dalam bersosialisasi5. meningkatkan
kemampuan klien bersosialisasi secara bertahap6. memberi dukungan
dalam proses berinteraksi dengan keluarga.
5. Klien mampu mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan
dengan orang lain1 Diskusikan dengan klien tentang perasaannya
setelah berhubungan sosial
2 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya1.Dapat membantu klien dalam menemukan cara yang
dapatmenyelesaikan masalah2.Meningkatkan rasa percaya diri
6. Klien dapat memberdayakan sitem pendukung 1. Berikan
pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan
individu secara rutin dan pertemuan keluarga2 Diskusikan potensi
keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku menarik diri3.Beri
motivasi keluarga agar membantu klien untuk bersosialisasi1.
Meningkatkan pengetahuan keluarga.
2. Meningkatkan kemandirian keluarga untuk mengatasi masalah
klien3. Meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam membantu
kesembuhan klien
7. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat1.
Diskusikan denagn klien tentang prinsip 5 benar (benar obat, benar
dosis, benar cara, benar waktu dan benar klien)2. Diskusikan efek
samping dari obat yang dirasakan dan akibat berhenti minum obat
tanpa konsultasi dengan dokter1. Obat dapat mempercepat proses
penyembuhan klien
2. Penanganan dini efek samping
IMPLEMENTASI DAN EVALUASITINDAKAN KEPERAWATAN JIWAPROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN UNAIRRSUD DR. SOETOMO
DIAGNOSA /TUKIMPLEMENTASIEVALUASI/ SOAP
Resiko gangguan sensori persepsi : Halusinasi berhubungan dengan
sislasi sosial menarik diri.Rabu / 4 Desember 2013TUK 11.
Mengenalkan diri dengan ramah2. Menyapa klien dengan ramah3.
Mengajarkan klien cara berkenalan dengan menyebutkan namanya dan
cara berjabat tangan4. Mengajarkan untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya : cara makan, cara minim5. Membantu untuk mengingat
dirinya, dan orang sekitarnyaS = klien hanya menyebutkan nama : dek
nouval dek nauval dan kartini-kartinO=kontak mata (-) gangguan
komunikasi verbalA=Masalah belum teratasiP= Lanjutkan
intervensi
Kamis , 5 Desember 2013TUK 21. Menyapa klien dengan ramah2.
Menanyakan perasaan klien saat ini3. Menanyakan orang yang tinggal
serumah4. Menanyakan orang yang terdekat dengan klien5. Apa
penyebab klien tidak dekat dengan orang tersebut6. Memberi
kesempatan klien untuk mengungkapkan penyebab tidak mau bergaul7.
Memberi pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannyaS=
Pasien mencurahkan isi hatinya dengan gangguan ringanO= kontak
mata(-) pasien lemas TD= 110/60A= masalah teratasi sebagianP=
lanjutkan intervensi
Jumat , 6 Desember 2013TUK 21. Menyapa klien dnegan ramah2.
Menanyakan keadaan klien3. Menanyakan perkembangan klien S= budhe
pasien mengatakan pasien sudah bisa makan dan tidur nyenyakO=Pasien
tidurA= masalah teratasi sebagianP= Lanjutkan intervensi
Senin, 9 desember 2013TUK 31. Menyapa klien dengan ramah2.
Berdiskusi tentang : manfaat berhubungan dengan orang lain,
kerugian juka tidak berhubungan dengan orang lain3. Memberi
kesempatan klien mengungkapkan perasaanya4. Memberikan pujian
terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannyaS= Pasien
mengatakan senang jika dikunjungi oleh teman SMA nyaO= pasien
merasakan kangen dan ekspresi memikirkan rencana kegiatan yang akan
dilakukan dirumahA= masalah teratasiP=Hentikan intervensi
Selasa, 10 Desember 2013TUK 4 & 51. Menyapa klien dengan
ramah2. Mengajak teman sekamar untuk berkenalan dengan klien3.
Mengajak klien berkenalan dengan teman perawat4. Mengajak klien
berkenalan dengan keluarga klien depan kamar5. Melibatkan klien
dalam terapi kelompok6. Membuat jadwal harian yang dapat
meningkatkan sosialisasiS= pasien merasa senang jika bisa
berkenalan dengan pasien depan kamarO= pasien menganggukkan kepala
ketika diberi motivasi tentang komunikasiA= masalah teratasi
sebagianP= lanjutkan intervensi
Rabu, 11 Desember 2013TUK 6 & 71. Menyapa klien dengan
ramah2. Berdiskusi tentang kemampuan keluarga untuk mengatasi
menarik diri3. Berdiskusi memberi solusi bersama tentang kemampuan
menyelesaikan masalah dengan bantuan keluargaS= Pasien mengatakan
mengerti tentang obat dan waktu kontrolO= ada kontak mata.pasien
sadar penuh, pasien menegerti tentang riwayatnya dan apa yang
dialaminyaA= masalah teratasiP= hentikan intervensi, pasien
pulang.
Rabu, 11 Desember 20131. Menyapa keluarga dengan ramah2.
Berdiskusi bersama untuk merawat klien dirumah3. Memberi motivasi
keluarga agar mambantu klien bersosialisasi4. Memberi pujian kepada
keluarga dalam keterlibatannya merawat klien dirumah5. Mengingatkan
keluarga akan pentingnya obat dan ketepatan minum dirumah6.
Mengingatkan keluarga untuk jadwal kontrol klienS= keluarga
mengerti tindakan yang harus dilakukan, mengajak bersosialiasi
dengan tetangga, memberikan hiburan ,memasak, menuruti apa maunya
pasien, mengajak berceritaO= keluarga dapat menyebutkan hal hal
yang mengakibatkan pasien mengalami isolasi sosialA= masalah
teratasiP= hentikan intervensi, pasie pulang
BAB 4 PEMBAHASAN
Pada penderita psikotik, individu mengalami gangguan jiwa yang
ditandai dengan ketidakmampuan individu menilai kenyataan yang
terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau perilaku
kacau/aneh. Psikotik terjadi dalam waktu 1 hari sampai kurang dari
1 bulan sehingga dapat kembali ke tingkat fungsional premorbid.
Kasus dalam pengkajian ini merupakan salah satu kasus dengan
psikotik yaitu perilaku kacau atau aneh, lebih cenderung
menunjukkan gejala menarik diri. Perilaku kacau atau aneh merupakan
bentuk dari gangguan kepribadian, hal ini mungkin karena pasien
dengan gangguan kepribadian memiliki kerentanan biologis atau
psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Sehingga tingkat
toleransi biologis dan psikologis yang dimiliki oleh klien tidak
seperti orang pada umunya, mereka lebih mudah menunjukkan perilaku
aneh ketika terpapar oleh stimulus yang membuatnya
kambuh.Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa stres berat seperti
peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan,
kecelakaan, sakit parah, kehiangan orang yang dicintai, dan status
imigrasi tidak pasti. Perihal tersebut diatas mampu memicu psikosis
reaktif singkat. Klien dalam kasus yang telah dikaji terstimulus
oleh peristiwa traumatis berupa konflik keluarga dimana sang suami
yang selalu membandingkan tingkat pendidikan dan bentuk tubuhnya
dengan tetangganya, kemudian dari ihak mertua diperlakukan
selayaknya pembantu bahkan hingga tidak diberi makan. Saat ini
klien sedang mengalami faktor berduka dan kehilangan dikarenakan
klien dipisahkan oleh anak kandungnya yang masih balita.
Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain
(Townsend, 1998). Sedangkan menurut Depkes RI (1989) penarikan diri
atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik
perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara
langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap. Pada klien Ny
P sesuai stimulus yang dialami, dia kesulitan dalam membina
hubungan yang harmonis dengan keluarga kecilnya dan keluarga pihak
mertua terkait dengan gunjingan para tetangga juga, sehingga klien
melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan
sosial. Semua masalah kian lama kian terakumulasi dengan pilihan
koping yang tidak efektif yaitu menarik diri akan semakin membuat
klien berperilaku aneh seperti yang terungkapkan pada alasan klien
masuk rumah sakit yaitu klien mulai bicara melantur sejak 1 hari
sebelum MRS. Tiba30
tiba klien melompat dan memeluk ibunya sambil tertawa sendiri
dan menyebut-nyebut nama anaknya nouval..nouval.... sambil memeluk
bantal kemudian tersenyum sendiri, kartini jahat dan diulang-ulang.
Terkadang menangis sendiri tanpa sebab.Alasan MRS tersebut
memperkuat tindakan kacau yang ditampilkan pada dampak psikologis
klien yang tertekan. Perilaku yang teramati pada respon sosial
maladaptif mewakili upaya klien untuk mengatasi ansietas yang
berhubungan dengan rasa kesepian dan ancaman terhadap rasa aman
yang dirasakan klien.Beberapa faktor predisposisi (pendukung) yang
terjadi pada gangguan hubungan sosial yang dialami klien berupa
faktor perkembangan yaitu kegagalan dalam membina hubungan yang
sehat pada masa lalu. Klien sudah lama tidak mendapatkan kasih
sayang dari seorang ayah karena ayahnya meninggal, hingga sedikit
banyak bisa menimbulkan masalah ketidaksuksesan dalam melaksanakan
tugas perkembangan. Selain itu dipicu dengan usia saat menikah yang
terlalu dini, hingga klien memutuskan sekolahnya, dan pada usia 19
tahun sudah harus mengurus anak. Faktor yang kedua yaitu faktor
biologis, sesuai hasil anamnesa yang dijelaskan tidak terdapat
faktor genetik atau faktor keturunan yang memicu keadaan tersebut,
termasuk tidak ada riwayat masa lalu klien yang menjelaskan bahwa
klien pernah mengalami gangguan jiwa. Faktor ketiga yaitu faktor
sosial budaya, terutama hubungan dengan orang lain. seudah banyak
dijelaskan diatas keadaan klien yang banyak mengalami tekanan
akibat perlakuan suami dan mertua sehingga dia menarik diri dari
lingkungan tetangga agar tidak mendapatkan gunjingan dari pihak
luar.Faktor predisposisi ada dua yaitu stressor sosial budaya dan
stressor psikologis. Pada stressor sosial budaya klien dituntut dan
dibandingkan dengan para tetangga dari segi pendidikan hingga
bentuk tubuhnya. Segi stressor psikologis klien mengalami
intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan klien dalam mengatasi masalah sehingga
diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan,
sering disebut dengan isolasi sosial menarik diri.Proses pengkajian
pada klien dengan masalah kesehatan jiwa akan memberikan tanda dan
gejala yang jelas dan dapat dinilai dari objektivitas perawat. Budi
Anna Keliat, dkk (2006), menjelaskan bahwa terdapat 14 pembagian
pada data pengkajian yang mungkin akan didapatkan pada klien dengan
gangguan kesehatan jiwa, dimulai dari penampilan, pembicaraan,
aktivitas motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara,
persepsi, proses pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori,
tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan penilaian dan daya
tilik diri. Data tersebut didapatkan dari hasil observasi dan
wawancara kepada klien atau keluarga. Pengambilan data awal dalam
pengkajian harus melibatkan kemampuan perawat yang menilai akan
objektivitas klien dengan gangguan psikotik yang nantinya akan
menentukan masalah keperawatan, diagnosis dan rencana intervensi
yang akan diimplementasikan kepada klien. Pengkajian secara
komperhensif harus diterapkan ketika perawat mengkaji dan mengambil
data awal dari klien dengan gangguan psikotik. Stuart & Laria,
2001 dalam Budi Anna Keliat, dkk (2006) menjelaskan bahwa kemampuan
perawat yang diperlukan dalam merumuskan diagnosis adalah kemampuan
pengambilan keputusan yang logis, pengetahuan tentang batasan
adaptif atau ukuran normal, kemampuan memberi justifikasi atau
pembenaran, kepekaan sosial budaya. Ketidakmampuan indvidu menilai
kenyataan yang terjadi, misalnya terdapat halusinasi, waham atau
perilaku kacau/aneh karena dipicu dari perilaku klien yang
cenderung menarik diri dari peran sosial di lingkungan keluarga
atau masyarakatnya. Menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain (Rawlins, 1993). Perilaku tersebut sering
ditandai dengan sifat klien yang aneh misalnya, mengurung diri di
kamar, berbicara sendiri, tertawa sendiri, marah berlebihan dengan
stimulus ringan, tiba-tiba menangis, berjalan mondar-mandir,
berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Kedepannya, klien akan
bersifat acuh tak acuh terhadap lingkungan, tidak merawat dan
memperhatikan kebersihan diri, penurunan aktivitas hingga
komunikasi verbal klien menurun bahkan tidak bercakap-cakap dengan
orang lain di lingkungannya. Pengkajian dan pengambilan data awal
yang dilakukan pada klien Ny.P didapatkan bahwa terdapat
tanda-tanda yang sesuai dengan kondisi menarik diri. Ny. P
cenderung memiliki labilitas emosional, berekspresi wajah sedih dan
sering menangis, dan pada saat pengkajian, klien tidak kooperatif
dengan perawat. Menarik diri yang dilakukan Ny.P didukung dengan
peran suami dan keluarganya yang tidak tinggal satu atap dengan
klien, dan fungsi masyarakat yang kurang kooperatif dengan klien.
Akibatnya, Ny.P cenderung mendengar suara anaknya dan selalu murung
bahkan menangis pada kesehariannya. Pada kasus Ny.P didapatkan
bahwa klien mengalami ketidaksesuaian harapan dengan kenyataan yang
ada sehingga klien menarik diri dari lingkungannya. Klien yang
menarik diri akan cenderung berperilaku yang tidak sesuai dengan
peran dan fungsinya di keluarga dan masyarakat. Beberapa
diantaranya akan mulai mengabaikan penampilan dan kebersihan diri.
Seringkali hal tersebut akan memicu orang di sekitarnya untuk
menghardik klien yang mempunyai tanda-tanda demikian. Padahal dalam
kesehariannya, klien dengan menarik diri akan membutuhkan dukungan
sosial yang optimal, tidak hanya dari keluarga tetapi juga dari
masyarakat. Apabila hal tersebut teracuhkan dan dukungan sosial
klien tidak maksimal, maka tidak menutup kemungkinan klien akan
semakin terjun kedalam dunianya sendiri, mengalami halusinasi
bahkan nantinya akan berefek kepada resiko menciderai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan. Salah satu penyebab dari menarik diri
adalah harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu
tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
sesuai dengan ideal diri yang digambarkan sebagai perasaan negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal
mencapai keinginan. Perasaan tidak dihargai oleh keluarga suami
klien dan selalu dibanding-bandingkan dengan tetangga klien,
sehingga klien merasa tidak percaya diri, merasa tidak dihargai
oleh keluarga dan klien juga merasa kehilangan semangat hidup
karena dijauhkan dari anaknya. Ideal diri yang terlalu tinggi atau
sukar dicapai ini menyebabkan timbulnya perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, dan merasa gagal
mencapai keinginan. Ideal diri yang tidak dapat dicapai ini dapat
menyebabkan timbulnya gangguan harga diri pada klien, sehingga
klien cenderung menarik diri karena perasaan tidak puas pada
dirinya dan orang di sekitarnya, seperti yang dilakukan klien yang
cenderung lebih senang tidur saja dikamar dan tidak mau makan.
Klien dengan perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain yang dapat berakibat
terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (Rawlins, 1993).
Keadaan seperti ini dapat menyebabkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain, menghindar dari orang lain, lebih
menyukai berdiam diri dan kegiatan sehari-hari hampir terabaikan.
Hal seperti ini cenderung menyebabkan seseorang sangat beresiko
mengalami perubahan sensori persepsi (halusinasi), karena berdiam
diri dan menyendiri ini menyebabkan klien lebih rentan melamun dan
cenderung akan memikirkan perasaan ketidakpuasan akan apa yang
sedang klien alami. Klien sering merasa mendengar suara anaknya dan
terbayang-bayang wajah anaknya karena perasaan sedih yang mendalam,
ini sangat beresiko untuk timbulnya halusinasi. Hal seperti ini
dapat menyebabkan timbulnya orientasi realitas yang maladaptif,
dimana halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu
yang nyata tanpa stimulus atau rangsangan eksternal, hal ini juga
cenderung akan menyebabkan perubahan perilaku/pola komunikasi klien
terganggu.33
BAB 5KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan Kasus dalam pengkajian merupakan salah satu kasus
dengan psikotik yaitu perilaku kacau atau aneh, dengan menunjukkan
gejala menarik diri. Perilaku kacau atau aneh merupakan bentuk dari
gangguan kepribadian sehingga mereka lebih mudah menunjukkan
perilaku aneh ketika terpapar oleh stimulus tertentu yang
membuatnya kambuh. Klien dengan psikotik mengalami fase akut
terjadi dalam waktu 1 hari sampai kurang dari 1 bulan namun dapat
kembali ke tingkat fungsional premorbid. Pengkajian dan pengambilan
data awal yang dilakukan pada klien didapatkan tanda-tanda yang
sesuai dengan kondisi menarik diri. Ny. P cenderung memiliki
labilitas emosional, berekspresi wajah sedih dan sering menangis,
dan pada saat pengkajian, klien tidak kooperatif dengan perawat.
Menarik diri yang dilakukan Ny.P didukung dengan peran suami dan
keluarganya yang tidak tinggal satu atap dengan klien, dan fungsi
masyarakat yang kurang kooperatif dengan klien. Keadaan seperti ini
menyebabkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
menghindar dari orang lain, lebih menyukai berdiam diri dan
kegiatan sehari-hari hampir terabaikan. Hal seperti ini cenderung
menyebabkan seseorang sangat beresiko mengalami perubahan sensori
persepsi (halusinasi), karena berdiam diri dan menyendiri ini
menyebabkan klien lebih rentan melamun dan cenderung akan
memikirkan perasaan ketidakpuasan akan apa yang sedang klien alami.
Apabila hal tersebut teracuhkan dan dukungan sosial klien tidak
maksimal, maka tidak menutup kemungkinan klien akan semakin terjun
kedalam dunianya sendiri, mengalami halusinasi bahkan nantinya akan
berefek kepada resiko menciderai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan2. SaranPasien dengan gangguan psikotik dan menarik diri
hendaknya mendapat dukungan dan motivasi dari keluarga serta
lingkungan. Peran keluarga akan sangat dibutuhkan dalam proses
kesembuhan pasien. Jadi, keluarga merupakan fungsi primer dalam
proses penyembuhan klien dengan menarik diri.
34
Data pengkajian dalam kasus ini didapatkan dengan hanya
mewawancarai dari keluarga pasien selain pengkajian langsung kepada
klien. Akan lebih optimal jika heteroanamnesis dilakukan kepada
lebih dari satu orang yang berhubungan secara langsung kepada
klien. Perawat dan dokter hendaknya tidak menyepelekan hal-hal
kecil ketika klien mendapat perawatan dan terapi di rumah sakit.
Jika ditinjau dari hal yang paling kecil, seperti tersenyum dan
mengucapkan salam, bagi sebagian orang, itu adalah menjalankan
peran sosial yang sesuai dengan peran orang lain untuk berhubungan
dengannya. Fungsi sosial akan sangat berpengaruh bagi sifat dan
perilaku seseorang dalam hidupnya, terutama kepada klien dengan
gangguan psikotik dan kesehatan jiwa
37
DAFTAR PUSTAKA
Antai otong (1994)Psychiatric Nursing:Biological and Behavioral
Concepts.Philadelpia: W B Saunders CompanyAntai Otong Deborah
(1995).Psychiatric Nursing. Philadelphia : W.B. CompanyBudi Ana
Keliat,Peran Serta Keluarga Dalam Perawatan Klien Gangguan Jiwa,
Buku Kedokteran, 1992Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta.Clinton and Nelson,Mental Health
Nursing Practice,Prentice hall Australia, Pty Ltd. 1996FIK UNPAD
(2008). Gangguan Hubungan Sosial. Diakses 13 desember2013, dari web
sitehttp://sehatjiwa-6.blogspot.com/2008/04/gangguan-hubungan-sosial.htmlGestrude
K. Mc. Farland (1991).Psychiatric Mental Health Nursing.
Philadelphia : J. B. Lippincot CompanyHidayat, Ahmad Nuril. (2011).
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Harga Diri
Rendah.http://www.nurseid.web.id/2011/01/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan.htmldiaksespadatanggal13
desember2013.http://bungkapit21artikel.blogspot.com/2008/06/skizofrenia.htmlHunsberg
and Abderson (1989).Psychiatric Mental Health Nursing,Philadelphia
: W.B. Saunders Company.Hurlock, 1999,Psikologi Perkembangan,
Erlangga, JakartaJohn Santrock,Psychology The Sciences of Mind and
behavior, University of dallas, Brown Publiser , 1999Keliat, Budi
Anna dll. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.. EGC:
Jakarta.Khaidir muhaj (2009). Askep Menarik Diri. Diakses 13
desember2013, dari Tempat Asuhan Keperawatan dan Materi Kuliah
Keperawatan, web site
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/05/askep-menarik-diri.htmlLefley
(1996).Family Caregiving in Mental Illness. London : SAGE
PublicationMaccoby, E, 1980,Social Development, Psychological
Growth and the Parent Child Relationship,Harcourt Jovanovich,
NewyorkMahnum Lailan Nasution (2004). Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran. Diakses 9 Mei 2011, dari Digitized by USU
digital library, web site
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3582/1/keperawatan-mahnum2.pdfPieter,
Herri Zan. 2010. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan. Medan :
Kencana.Shanti.(2010). Penatalaksanaan Keperawatan pada Pasien
Harga Hiri
Rendah.http://shanti.staff.umy.ac.id/?p=9diaksespadatanggal13
desember2013.Stuart danSundeen.(1995).
BukuSakuKeperawatanJiwa.Edisi 3. EGC: Jakarta.Stuart GW Sundeen,
1995,Principle and practice of Psychiatric Nursing,Mosby Year Book,
St. Louis, ,Stuart Sundeen,Pocket Guide to Psychiatric Nursing,
Mosby year 1995Stuart Sundeen,Psychiatric Nursing, Mosby year,
1995Suryanto, Novie B. (2009). HargaDiriRendah.
http://spkepjiwa.blogspot.com/2009/01/harga-diri-rendah.htmldiaksespadatanggal
6 Mei 2011 pukul 20.25.Sutrisno (2008). Menarik Diri. Diakses 6 Mei
2011, dari web site
http://trisnoners.blogspot.com/2008/02/pojok-jiwa.htmlW.E.,
Maramis,Ilmu Kedokteran Jiwa, Airlangga Press, Surabaya,
1990Yoedhas.(2010). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Harga Diri
Rendah.http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com/2010/04/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-harga.htmldiaksespadatanggal13
desember2013Friedman, Marilyn M. 1998, Keperawatan Keluarga : Teori
dan Praktik, edisi 3, EGC, Jakarta.Gail Wiscart Stuart & Sandra
J. Sundeen. Keperawatan Jiwa edisi 3. alih bahasa Achir Yani S
Hamid. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1998Hawari, Dadang.
2001. Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Fakultas.
Kedokteran Universitas Indonesia. Hurlock, Elizabeth. Stuart &
Laraia. (2001). Principles and practice of psychiatric nursing.
USA: Mosby Company.Wiramihardja, Sutardja A. Pengantar psikologi
abnormal. Bandung: PT Refika Aditama; 2007