This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
Laporan Kelompok Biologi Oral Dasar
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Sel Darah
Disusun oleh:
Kelompok 5
Amirah Hasna Fitri (NPM 1206208006)
Ariq Noorkhakim (NPM 1206242750)
Dela Medina (NPM 1206208025)
Farahdillah (NPM 1206237183)
Fidhianissa (NPM 1206207994)
Irvi Firqotul Aini (NPM 1206237630)
Luluk Latifa Ayu Leonita (NPM 1206207981)
Ranny Rahaningrum H (NPM 1206208012)
Romilda Rosetti (NPM 1206237574)
Triana Hardianti (NPM 1206237984)
PROGRAM SARJANA REGULAR
Ganjil, 2012/2013
2
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Tubuh kita tersusun atas cairan di dalamnya. Darah ialah cairan yang berada dalam tubuh
manusia dan memiliki fungsi yang penting. Darah berfungsi mengirmkan zat-zat dan
oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, kemudian juga mengangkut bahan-bahan
kimia hasil metabolisme tubuh serta sebagai pertahanan tubuh dari agen infeksi. Di dalam
darah, dapat ditemukan sel-sel yang menyusunnya. Sel darah dibagi menjadi tuga yaitu sel
darah merah /eritrosit, sel darah putih/leukosit serta keeping darah/trombosit. Sel darah
merha memiliki fungsi mengangkut oksigen karena mengandung hemoglobin di dalamnya.
Sel darah putih dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagiannya yang lebih spesifik lagi dan
memiliki fungsi sebagai antibody melawan infeksi. Sedangkan keeping darah atau trombosit
berperan dalam pembekuan darah. Tiap jenis sel darah memiliki fungsi yang penting daam
system kerja tubuh. Namun, pada sel darah juga dapat ditemukan kelainan-kelainan, baik
kuantitaif maupun kualitatif. Kuantitatif menyangkut jumlah sedangjan kualitatif
menyangkut perubahan fungsi dari sel darah tersebut. Berbagai kelainan itu dapat membawa
kepada suatu penyakit yang bisa membahayakan tubuh manusia karena terganggunya
system kerja tubuh. Kelainan ini tentunya dapat diketahui melalui berbagai macam
pemeriksaan. Oleh karena itu, kita perlu mengenal lebih dalam tentang darah beserta
kelinana yang mungkin ditimbulkan.
1.2 Pokok Bahasan
- Sel darah serta komposisinya
- Hemopoiesis
- Pemeriksaan darah rutin
- Kelainan kuantitatif dan kualitatif eritrosit
- Kelainan kuantitatif dan kualitatif leukosit
- Kelainan kuantitatif dan kualitatif trombosit
- Pemeriksaan darah khusus
II. Tinjauan Pustaka
Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total manusia. Darah terdiri dari tiga jenis elemen
selular khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan trombosit (keping
darah) yang membentuk suspensi dalam cairan kompleks plasma darah.
1. Plasma Darah
Berikut adalah komponen Plasma darah beserta fungsinya terdiri dari:
a. Air : Medium transpor ; membawa panas
3
b. Elektrolit : Eksitabilitas membran ; distribusi osmotik cairan antara CES dan CIS ;
menyangga perubahan PH
c. Nutrien, Zat sisa, gas, hormon : diangkut dalam darah; gas CO2 darah berperan dalam
keseimbangan asam-basa
d. Protein Plasma : secara umum, menghasilkan efek osmotik yang penting dalam distribusi
CES antara kompartemen vaskular dan interstisium; menyangga perubahan PH
- Albumin : mengangkut banyak bahan ; berperan paling besar dalam menentukan
tekanan osmotik koloid
- Globulin
Alfa dan beta : mengangkut banyak bahan tak larut air; molekul prekursor inaktif
Gama : Antibodi
e. Fibrinogen : Prekursor inaktif untuk jalinan fibrin pada pembekuan darah
2. Elemen Seluler
Berikut adalah komponen elemen seluler darah beserta fungsinya terdiri dari:
a. Eritrosit : mengangkut O2 dan CO2 (terutama O2)
b. Leukosit
Neutrofil : fagosit yang menelan bakteri dan debris
Eosinofil : menyerang cacing parasitik; penting dalam reaksi alergik
Basofil : Mengeluarkan Histamin, yang penting dalam reaksi alergik, dan heparin, yang
membantu membersihkan lemak dari darah
Monosit : dalam transit menjadi makrofag
Limfosit :
- Limfosit B : menghasilkan antibodi
- Limfosit T : respon imun selular
c. Trombosit : Pembekuan darah, dan homeostas
Berikut adalah tabel komposisi darah
4
HEMATOPOIESIS
Hematopoiesis adalah proses pembentukan dan pematangan sel-sel darah. Berikut ini adalah
fase-fase hematopoiesis yang terjadi secara umum pada manusia :
1. Mesoblastik
Terjadi pada masa prenatal, yaitu saat embrio berumur 2 – 10 minggu. Terjadi di dalam yolk
sac yang berada dekat dengan mesenkim batang tubuh. Mesenkim ini menyusutkan cabang-
cabangnya lalu berkembang menjadi eritoblas primitif, sel basophil bulat yang mengumpul
membentuk agregat yang disebut dengan pulau darah. Mereka berpoliferasi membentuk
hemoglobin dan eritrosit polikromatofilik. Lalu basophil-basofil mulai menghilang dan
jadilah eritrosit primitif, yaitu eritrosit yang memiliki inti sel.
2. Hepatik
Fase ini terjadi pada masa prenatal juga, ketika janin sudah berusia 6 minggu. Pada usia 6
minggu ini sel basophil muncul di premodium hati lalu berpoliferasi menjadi eritroblas
definit yang berkembang menjadi eritrosit definit yang sudah tidak berinti lagi. Pada minggu
ke-8 ditemukan juga leukosit granuler dan megakariosit pada hati. Lalu pada usia 12 minggu
limfa juga menjadi tempat terjadinya hematopoiesis.
3. Mieloid
Fase ini dimulai saat rangka janin sudah terbentuk yaitu sekitar minggu ke-20. Rangka yang
terbentuk pada janin masih berbentuk tulang rawan hialin. Lalu sel darah dan mesenkim
menerobos masuk ke dalam rongga tulang rawan tersebut kemudian berdiferensiasi menjadi
osteoblast dan sel retikulum yang membentuk stroma sum-sum tulang. Setelah terbentuknya
pusat penulangan, dimulailah proses produksi sel darah dalam sum-sum tulang dan terjadi
pula penurunan produksi sel darah pada hati dan limfa.
5
Pada awalnya semua sum-sum tulang berperan dalam produksi sel darah namun sejak usia lebih
dari 5 tahun sum-sum tulang panjang hanya memproduksi sedikit sel darah dan pada usia lebih
dari 20 tahun sum-sum tulang panjang sudah tidak memproduksi sel darah sama sekali kecuali
bagian atas femus dan humerus, namun sum-sum tulang pipih seperti costa, sternum, dan
vertebrata tetap berproduksi.
Setelah hematopoiesis diambil alih oleh sum-sum tulang semenjak trimester terakhir hingga
postnatal, organ-organ tempat terjadinya hematopoiesis yang sebelumnya seperti hati dan limfa
tidak berfungsi lagi untuk memproduksi sel darah namun masih memiliki kemampuan untuk
melakukan proses tersebut dalam keadaan yang sangat dibutuhkan.
Sel darah yang sudah matang akan keluar dari sum-sum dengan mekanisme transeluler. Sel darah
tersebut akan masuk ke lumen melalui pori migrasi yang terbentuk akibat desakan sel-sel darah
terhadap endotel sehingga abluminal dan adluminal endotel menempel dan membentuk pori
sementara. Pori tersebut akan merapat lagi seperti semula setelah proses migrasi sel darah
matang selesai.
Yang memiliki peran utama dalam hematopoiesis adalah sel induk. Sel tersebut ditemukan dalam
sum-sum dalam keadaan tidak aktif. Sel induk hemopoietik pluripotent ini memiliki kempapuan
untuk membelah diri dalam interval tertentu untuk memperbanyak dirinya dan berdiferensiasi
menjadi sel progenitor. Perbedaan sel induk hemopoietik pluripotent dengan sel progenitor
adalah, sel induk hemopoietik pluripotent memiliki kemampuan untuk berkembang menjadi
bermacam-macam jenis sel darah, sementara sel progenitor memiliki kemampuan yang lebih
terbatas yaitu hanya bisa berkembang menjadi satu jenis sel spesifik. Terdapat beberapa jenis sel
progenitor, yaitu :
- CFU-GM (unit pembentuk granulosit dan monosit)
- CFU-G (unit pembentuk granulosit)
- CFU-M (unit pembentuk monosit)
- CFU-E (unit pembentuk eritrosit)
- CFU-Eo (unit pembentuk eosinophil)
- CFU-Meg (unit pembentuk megakariosit), dll
Faktor yang mempengaruhi hematopoiesis :
1. Faktor lingkungan mikro
Pembentukan sel darah memerlukan lingkungan yang kondusif. Lingkungan tersebut
dipengaruhi oleh sifat sel serta unsur ekstraseluler stroma sum-sum tulang. Perbedaan lokasi
pembentukan di dalam organ yang sama menentukan turunan dari sel darah yang dibentuk.
Selain itu lingkungan juga menyediakan faktor perangsang pertumbuhan seperti GM-CSF
dan faktor perangsang koloni yang merupakan glikoprotein.
2. Faktor pengaturan humoral
6
Pengaturan humoral mengontrol dan memantau jumlah setiap jenis sel darah yang diproduksi
sehingga tidak terjadi kekurangan atau kelebihan. Selain itu, faktor humoral mengontrol
kecepatan dalam pembentukan dan pelepasan sel darah. Faktor humoral juga akan
memberikan sinyal jika terdapat kondisi yang membutuhkan produksi sel darah lebih banyak
atau lebih sedikit dari produksi normal. Faktor humoral yang mengontrol produksi eritrosit
bergantung pada rangsangan eritropoietin terhadap sum-sum tulang, kesanggupan sum-sum
tulang dalam merespon, serta ketersediaan zat besi sebagai bahan baku utama.
ERITROPOIESIS
Jumlah produksi eritrosit sama dengan jumlah eritrosit tua yang dirombak di dalam hati.
Sebanyak 2,5x1011
eritrosit dilepaskan ke peredaran darah. Berikut adalah mekanisme
ertropoiesis :
Eritroblas
Basofilik CFU-E Proeritoblas
Eritroblas
Polikromatofilik
diferensiasi membelah membelah
membelah
Berinti dua
Sitoplasma
sangat basofilik
Ukuran lebih
kecil, kromatin
memadat,
sitoplasma
berwarna kelabu-
biru kehijauan,
nucleolus
menghilang
7
GRANULOPOIESIS
Produksi granulosit yang dilakukan oleh sum-sum adalah sebanyak 1,6x104/kg/hari dan sebagian
besar dari jumlah tersebut merupakan granulosit tipe neutrophil. Granulopoiesis membutuhkan
waktu sepuluh hari dalam satu kali siklusnya. Dalam granulopoiesis sel induk yang dibutuhkan
adalah CFU-GM yang bisa menjadi CFU-G atau CFU-M. CFU-M atau CFU-G tersebut
kemudian berkembang menjadi mieoblas. Berikut adalah prosesnya :
Eritroblas
Ortokromatik Retikulosit Eritrosit
Inti mengecil lalu dikeluarkan
(di fagosit oleh makrofag),
warna merah muda kebiruan
Sudah menjadi eritrosit dewasa
yang dialirkan ke peredaran,
tetapi masih memiliki
organelseperti ribosom sehingga
warna masih kehijauan.
Ribosom dan organel
lainnya dihancurkan
intraseluler
Mieoblas
Promiesit dini
Promiesit lanjut
Mielosit
Bulat, inti besar, kromatin menyebar,
sitoplasma basofilik sedang dan tanpa granul
membelah
Granul azurofilik, metakromatik
Membelah
sekali atau
lebih
Menjadi sel yang lebih kecil lagi
Terbentuk
granul
spesifik
Mielosit
neutrofil
Mielosit
eusinofil
Mielosit
basofil Ada dua jenis granul, spesifik dan azurofilik.
Intinya berpola agak kasar karena ada
gumpalan kromatin di tepi
Ada dua jenis granul, spesifik dan azurofilik.
Intinya lebih bervariasi. Ukuran sel lebih
kecil dari yang lain
Jumlah sedikit, intinya mengandung sedikit
kromatin padat
Metamielosit Metamielosit Metamielosit
Berbentuk batang, masuk ke peredaran
darah, inti mengalami lobulasi
Inti berlekuk ke dalam dan mengalami
lobulasi Inti tidak mengalami lobulasi
8
MONOPOIESIS
Monopoesis membutuhkan waktu 55 jam dan menghasilkan 6x108/kg berat badan. Proses ini
membutuhkan CFU-GM yang bipotensi. CFU-GM kemudian menjadi monoblas dan membelah
menjadi promonosit. Promonosit tersebut berpoliferasi menjadi monosit dan masuk ke peredaran.
Monosit ini dikenal sebagai makrofag jaringan. Ia memiliki kemampuan untuk membelah namun
hal itu tidak mencukupi pembaruan populasinya di jaringan. Jangka hidup monosit bervariasi,
namun mencapai beberapa bulan.
MEGAKARIOPOIESIS
Megakariopoiesis menghasilkan 4000-8000 keping darah. Sel induk yang diperlukan adalah
CFU-Meg yang kemudian berubah menjadi megakarioblas. Megakarioblas adalah sel besar
dengan inti bulat berlekuk dan berkromatin longgar. Megakarioblas mengalami endomitosis
menjadi promegakariosit yang memiliki beberapa pasang sentriol sesuai dengan derajat
poliploidinya. Promegakariosit ini kemudian berubah menjadi megakariosit cadangan dan
megakariosit pembentuk keping darah yang matang. Megakariosit cadangan memiliki granula
azurofilik yang tersebar di sitoplasma sementara megakariosit pembentuk keping darah matang
memiliki granula azurofilik yang berkumpul dama kelompok-kelompok kecil.
Setelah terbentuk megakariosit, terjadi proses fragmentasi sitoplasma untuk membentuk keping
darah. Membran pembatas unsur-unsur membran bersatu menjadi kisi-kisi tiga dimensi yang
disebut membran demarkasi keping darah. Pelepasan keping darah dilakukan melalui cabang-
cabang megakariosit yang menembus endotel menuju lumen. Namun ditemukan juga
megakariosit yang memasuki peredaran darah dan kebanyakan berlabuh di limfatik atau paru-
paru.
Pemeriksaan darah rutin dan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, leukosit, eritrosit, laju endap
darah, dan sediaan apus darah tepi.
- Penentuan kadar hemoglobin dilakukan dengan mengukur absorpsi larutan hemoglobin
yang berwarna pada panjang gelombang 540 nm atau menggunakan cara automatik yg
lebih cepat dan teliti. Hemoglobin merupakan molekul yang besar sehingga berperan
besar menentukan berat jenis darah Kadar normal : berkisar antara 13,5-18 g/dl (pria) dan
12-16 g/dl (wanita).
Kadar hemoglobin dalam eritrosit dinyatakan sebagai berikut :
Neutrofil Eusinofil Basofil
9
Normokrom : kadar hemoglobin normal
Hipokrom : kadar hemoglobin kurang dari normal
Hiperkrom : kadar hemoglobin lebih tinggi dari normal
- Penghitungan eritrosit dengan cara manual menggunakan cara pengenceran dan diamati
dibawah mikroskop (sediaan apus). Namun cara manual ini sudah jarang dipakai dan
digunakan cara automatik yang lebih teliti. Nilai normal : 4,6-6,2 juta/mm3
(pria( dan 4,2-
5,4 juta/ mm3
Anemia secara umum adalah keadaan dimana kapasitas angkut oksigen penderita lebih
rendah dari normal untuk umur dan jenis kelamin yg sesuai. Hal ini dapat dilihat jika jumlah
eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit berada di bawah normal. Untuk menentukan
derajat anemia, biasanya digunakan kadar hemoglobin atau nilai hematokrit.
Pada anak-anak, nilai normal hemoglobin dan jumlah eritrosit sama baik pada laki-laki
maupun perempuan. Namun saat dewasa pria nilainya terus meningkat sampai usia 40-50 tahun
dan menurun perlahan-lahan setelah itu. Sedangkan wanita berkebalikan, ia akan mengalami
penurunan setelah masa pubertas dan sampai pada usia 50 tahun kembali meningkat. Perbedaan
ini disebabkan oleh perdarahan menstruasi pada wanita dan dampak dari hormon androgen pada
pria.
- Pemeriksaan leukosit sama halnya dengan eritrosit yaitu mengunakan sediaan apus atau
automatik. Bedanya adalah pengenceran lebih sedikit dan volume yg digunakan lebih
banyak. Nilai normal : 4,5-11 ribu/ mm3
pada pria maupun wanita.
- Sediaan apus darah tepi digunakan untuk menghitung jenis leukosit serta dapat pula
digunakan untuk menghutung jumlah trombosit.
a. Hitung Jenis Leukosit
1. Neutrofil
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan sediaan apus dengan pewarnaan
Wright . neutrofil merupakan garis pertahanan pertama terhadap kerusakan
jaringan atau benda asing. Selain melakukan fagositisis, neutrofil juga mampu
mengeluarkan enzim ke dalam sitoplasmanya atau ke media sekitarnya. Granula
neutrofil muda menghasilkan enzim peroksidase sedangkan granula neutrofil
matang mengandung enzim fosfatase lindi. Salah satu cara untuk mengenal sel
yang abnormal adalah menyatakan reaksi enzim tersebut dengan teknik sitokimia.
Seseorang yang sedang menderita infeksi akan mengandung banyak enutrofil
yang sudah teraktivasi. Aktivitas ini dapat diperlihatkan melalui test nitroblue
tetrazolium (NBT).
2. Eosinofil
10
Salah satu jenis leukosit yang terliba dalam alegi dan infeksi. Penngkatan
eosinofil bisanya terjadi pada kasus infeksi akut, radang, kerusakan, jaringan, dan
lain-lain. Sedangkan penurunannya terdapat pada kejadian shock, stress dan luka
bakar. Jumlah normalnya adalah 1-2% dari jumlah keseluruhan leukosit.
3. Basofil
Terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang, Jumlah basofil pada keadaan normal
hanya sekitar 1% dari jumlah leukosit. Peningkatan basofil terdapat pada proses
inflamasi, leukemia, dan fase penyembuhan infeksi. Sedangkan penurunannya
terjadi pada penderita stres, reaksi hipersensitivitas, dan kehamilan.
Pada keadaan abnormal dapat ditemukan benda-benda tersebut di dalam hasil
pemeriksaan leukosit berganula :
Granula toksik, yang ditemukan pada penderita infeksi bakteria yang berat,
merupakan granula besar berwarna gelap karena bersisi enzim yang diaktivasi
secara abnormal
Benda-benda Doble, berupa massa yang besar dan berbentuk bulat serta berwarna
biru pucat, ditemukan pada penderita dnegan infeksi berat, luka bakar, keganasan
atau lisis sel ekstensif
Batang Auer, benda berbentuk batang langsing dan berwarna merah atau ungu ini