SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN AL-FURQON (1973-2007) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) Oleh Babay Pujiyati NIM: 103022027503 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/1430 H
89
Embed
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN AL-QUR …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/19077/1/BABAY... · melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
AL-QUR’AN AL-FURQON (1973-2007)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh
Babay Pujiyati
NIM: 103022027503
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M/1430 H
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Juli 2009
Babay Pujiyati
iii
SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN
AL-QUR’AN AL-FURQON (1973-2007)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.)
Oleh
Babay Pujiyati
NIM: 103022027503
Di bawah Bimbingan
Prof. Dr. H. Didin Saefuddin, MA.
JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M/1430 H
iv
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul “SEJARAH PERKEMBANGAN PONDOK
PESANTREN AL-QUR’AN AL-FURQON (1973-2007)” telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pada 21 Juli 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Humaniora (S.Hum.) pada Jurusan Sejarah Peradaban
Islam.
Jakarta, 21 Juli 2009
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. H. M. Ma’ruf Misbah, MA Usep Abdul Matin, S.Ag., MA.
NIP: 1959 1222 199103 1 003 NIP: 150 288 304
Anggota,
Prof. Dr. H. Didin Saefuddin, MA. Drs. Tarmizi Idris, MA. NIP: 1961 1025 199403 1 001 NIP: 1960 1212 199003 1 003
v
ABSTRAK
Babay Pujiyati
Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon (1973-2007)
Pondok pesantren adalah tempat belajar-mengajar, penyebaran/penyiaran ajaran dan pengetahuan agama Islam dan merupakan sebuah sistem pendidikan
keagamaan yang memikul tanggung jawab bagi para muridnya (santri). Secara umum, pondok pesantren mempunyai tujuan dan fungsi sebagai lembaga
pendidikan dan penyiaran agama Islam, untuk membentuk manusia yang mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya ajaran-ajaran agama Islam, untuk
memajukan umat Islam sebagai umat yang berpengetahuan luas dan juga untuk
melestarikan ajaran-ajaran agama Islam untuk diwariskan dan diajarkan serta
disebarkan lagi oleh generasi berikutnya. Disamping itu pesantren juga sebagai
lembaga yang berfungsi sebagai tempat berinteraksi dan bersosial.
Pondok pesantren di Indonesia sudah ada lama sejak jaman sebelum masa
penjajahan. Pada masa perkembangan Islam di Indonesia, pesantren menjadi basis
sentral dalam penyebaran agama Islam di Nusantara dan menjadi pusat massa
yang bergerak menantang penjajahan pada masa pra-kemerdekaan. Akan tetapi
esensi dari berdirinya pesantren adalah sebagai sebuah lembaga yang berorientasi
pada pendidikan dan pengajaran agama Islam, bukan lembaga pergerakan sosial
dan politik.
Dalam perkembangannya sampai saat ini, jumlah pondok pesantren di
Indonesia tidak terhitung banyaknya yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Salah satu pondok pesantren yang ada di Indonesia adalah pondok pesantren Al-
Qur’an Al-Furqon yang terletak di Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat. Dimana sebelum berdirinya pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon ini, masyarakat
sekitar berada dalam keterbelakangan ilmu pengetahuan tentang agama Islam dan hanya mengenal Islam dari pengakuan atau atas dasar agama keturunan. Dengan
berdirinya pondok pesantren oleh K.H. Abdurrahman, mempunyai peran yang sangat penting di dalam masyarakat, bukan hanya telah menghidupkan
keagamaannya saja, tetapi juga turut membantu pendidikan kepada masyarakat
khususnya baca tulis Al-Quran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan dan peranan
pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon dalam bidang pendidikan, dakwah dan
sosial. Untuk menjawab persoalan yang diketengahkan dan mewujudkan tujuan
yang diinginkan, dalam penelitiannya, penulis menggunakan metode kepustakaan
(library research) dan juga riset lapangan (field research) dengan melakukan
observasi langsung ke lokasi dan wawancara (interview) langsung kepada sumber-
sumbernya .
Setelah dilakukan kajian dan penelitian dengan menggunakan metode
tersebut, diketahui bahwa, perkembangan pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon
dari segi kuantitas telah mempunyai beberapa cabang yang tersebar di berbagai
tempat dengan fasilitas serta sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan dari segi kualitas, pesantren ini terus berusaha meningkatkan mutunya, terbukti dengan
prestasi-prestasi yang telah diraih baik oleh santri yang masih aktif maupun
vi
alumninya. Peran pesantren Al-Furqon dalam bidang pendidikan yaitu
memberantas kebodohan dari segi pengetahuan agama khususnya dalam
pembelajaran Al-Qur’an. Dalam bidang dakwah, pesantren ini berperan dalam
penyebaran agama Islam dengan melakukan pengajian rutin serta membentuk majlis-majlis taklim. Sedangkan dalam bidang sosial keagamaan, pesantren Al-
Furqon senantiasa meningkatkan Ukhuwah Islamiah dengan terus melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang berbau keagamaan, seperti pemotongan hewan
kurban yang dilakukan setiap tahun, serta bakti sosial dan kemasyarakatan.
vii
KATA PENGANTAR
��� ا ا���� ا�����
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
kebesaran dan karunia-Nya yang telah menciptakan bumi dan alam semesta
beserta seluruh isinya. Berkah dan hidayah-Nya pula telah membukakan pintu hati
dan pikiran penulis sehingga dapat merampungkan skripsi ini.
Shalawat beserta salam penulis haturkan ke pangkuan Nabi Muhammad
saw, yang telah menunjukkan semua umatnya kepada jalan yang lurus. Demikian
juga penulis haturkan ke hadapan keluarga, sahabat, serta para tabi’in yang
senantiasa meneruskan perjuangan beliau
Skripsi ini mengambil judul “Sejarah Perkembangan Pondok Pesantren
Al-Qur’an Al-Furqon (1973-2007)”. Makalah hasil penelitian ini merupakan
salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Humaniora di Jurusan Sejarah
Peradaban Islam, Fakultas Adab dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Kemudian, seiring dengan penulisan skripsi ini, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, baik
bantuan moril maupun materiil, demi terselesaikannya penulisan skripsi ini.
Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Drs. H. Abd. Chair, MA.selaku Dekan Fakultas Adab dan
Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah menyetujui skripsi
ini.
viii
2. Bapak Drs. H. Ma’ruf Misbah, MA. Selaku Ketua Jurusan Sejarah Peradaban
Islam yang telah banyak membantu memproses demi terlaksananya skripsi ini.
3. Bapak Drs. Usep Abdul Matin, MA. Selaku Sekretaris Jurusan Sejarah
Peradaban Islam.
4. Bapak Prof. Dr. Didin Saefuddin, MA. selaku Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu dengan sabar untuk memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis selama proses penulisan Skripsi.
5. Pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Adab dan Humaniora, dan juga
pimpinan dan seluruh staf perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan bagi penulis untuk
mendapatkan buku-buku yang digunakan sebagai referensi dalam penulisan
skripsi ini.
6. Ibu Ustadzah Hj. Siti Jubaedah selaku pimpinan pondok pesantren Al-Qur’an
Al-Furqon I Cilendek, Bapak H. Dadun Abdurachim, S.Pdi. selaku pengasuh
pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon Pusat Cimulang, demikian juga para
ustadz dan ustadzah, para santri yang walaupun sedikit tapi tetap semangat
untuk menuntut ilmu yang telah menerima kehadiran penulis dengan hati yang
tulus dan ikhlas, menyediakan ruang, waktu dan kesempatan selama proses
penulisan Skripsi ini.
7. Mama dan Bapak, kakak-kakak penulis (A Arifin-Teh Maryati, A Denie-Teh
Ida, A Andri-Teh Lies) and my funny nephews (Teh Wanda, De Dinda, Kakak
Aby, Kakak Vito, De Ezra dan Aa Adhwa), kel. Besar H. Ridin, Kel. Besar H.
ix
Muin dan seluruh pihak keluarga atas doa dan dorongannya, baik moril
Saat Ini, Cet. I (Jakarta: Yayasan Islam al-Hamidiyah, 1998), h. 25.
42 Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan (Jakarta:
Paramadina, 1997), h. 3.
xliii
pesantren merupakan sebuah sinergi yang sangat erat yang tidak dapat dipisahkan
satu sama yang lain.43
Dewasa ini, pesantren terbagi kedalam dua jenis, yaitu pesantren Salaf
(masih menggunakan sistem pendidikan sederhana atau tradisional) dan pesantren
Modern (sudah mengadopsi sistem pendidikan modern/umum).44 Nurcholish
Madjid mensinyalir bahwa pesantren mengandung makna Islami sekaligus
keaslian (Indigenous) masyarakat Islam Indonesia.45
Pesantren dapat dikategorikan sebagai lembaga pendidikan “tradisional”.
Dalam batasan ini, merujuk bahwa lembaga ini telah menjadi bagian yang
mendasar dari sistem kehidupan mayoritas umat Islam Indonesia, dan telah
mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perjalanan hidup umat
Islam. Pengertian dalam arti “tradisional” disini bukan berarti tetap (stagnan)
tanpa mengalami adaptasi melainkan cara pembelajaran dan sistem pondok
pesantren.46
Uraian di atas menjelaskan bahwa pesantren telah dikenal sejak lama.
Namun demikian, pesantren baru mendapat perhatian para ahli yang mempelajari
Islam di Indonesia sejak pertengahan abad ke-19,47
itupun pada umumnya belum
merupakan deskripsi yang utuh mengenai pesantren. Terlepas dari karakteristik
43
Ibid., h. 31.
44 Azyumardi Azra, “Pesantren: Kontinuitas Dan Perubahan”, Pengantar dalam
Nurcholis Madjid, Bilik-bilik Pesantren, h. xii.
45 Nurcholis, Bilik-bilik Pesantren, h. 3.
46 Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, Cet. I (Jakarta: INIS, 1994), h. 55.
47 Sindu Galba, Pesantren Sebagai Wadah Komunikasi, Cet. I, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), h. 20.
xliv
dan jenis pesantren, Zamakhsyari melihat setidaknya pesantren memiliki lima
elemen dasar, yaitu kyai, masjid, santri, pondok, dan kitab Islam klasik (kitab
kuning). Sebagai elemen, itu yang membedakan sistem pendidikan pesantren
dengan lembaga pendidikan lainnya.
Pondok pesantren juga terbagi berdasarkan klasifikasi spesifikasinya,
seperti pesantren yang khusus mempelajari dan memperdalam Al-Qur’an,
pesantren yang khusus untuk mengafalkan Al-Qur’an atau yang biasa disebut
pesantren Huffadz, pesantren yang khusus untuk kelompok tarekat, dan lain-lain.
Walaupun dalam prakteknya pondok pesantren disamping kekhususannya itu
tetap mengajarkan dan menyiarkan ajaran dan pengetahuan-pengetahuan agama
yang lain, seperti ilmu Fiqih, Tasawuf, Aqidah, dan lain-lain.
Jumlah pondok pesantren di Indonesia sendiri sudah tidak terhitung lagi
jumlahnya, baik yang berbasis salafiyah maupun modern ataupun kombinasi
antara salafiyah dan modern. Di Kabupaten Bogor sendiri, jumlah pondok
pesantren yang tercatat di Direktorat Pendidikan Islam, Departemen Agama RI,
sampai saat ini mencapai 209 pondok pesantren, yang terdiri dari pondok
pesantren salafiyah dan kombinasi salafiyah dan modern.48 Dan diantara sekian
banyaknya pondok pesantren di Kabupaten Bogor, salah satunya adalah pondok
pesantren Al-Qur’an Al-Furqon yang akan penulis kaji dalam penelitian ini.
A. Latar Belakang dan Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-
Furqon
1. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon
Pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon didirikan tahun 1975 oleh
almarhum K.H. Abdurrahman (yang biasa dipanggil Bapak atau Abi oleh
48 pendis.depag.go.id/kerangka/pontren.htm
xlv
santri dan anak-anaknya, dan selanjutnya disebut Bapak) yang terletak di
Kampung Sawah Desa Cilendek Barat Kecamatan Cilendek Barat. Pada
awalnya pondok pesantren itu bukan merupakan bangunan milik pribadi
tetapi masih tempat kontrakan yang sangat sederhana. Pada periode awal
ini, tempat belajarnya masih menyatu dengan kediaman bapak.49
Adapun berdirinya pondok pesantren ini dilatarbelakangi oleh
keinginan dan semangat yang kuat dari Bapak untuk mengembangkan dan
mengamalkan ilmu Al-Qur’an, karena memang pada waktu itu tidak
banyak tempat atau wadah yang mengkhususkan untuk mempelajari Al-
Qur’an dengan seni (lagu). Sementara Bapak sendiri banyak bergelut di
bidang seni baca Al-Qur’an, bahkan beliau sempat mengikuti MTQ
(Musabaqah Tilawatil Qur’an) tingkat nasional di Palembang. Maka, atas
dorongan dan dukungan dari keluarga, dibangunlah sebuah pondok
pesantren yang diberi nama “Al-Furqon”. Nama ini diambil dari nama lain
dari Al-Qur’an yang berarti pembeda, dalam hal ini pembeda antara yang
hak dan bathil.50
Pada awal berdirinya pesantren, santri yang menuntut ilmu di sana
masih berupa “santri kalong” yakni santri yang tidak tinggal menetap di
pondok atau asrama. Pada waktu itu santrinya baru berjumlah dua orang,
namun dalam perkembangannya, beliau mempunyai gagasan bahwa santri
49 Wawancara Pribadi dengan KH. Dadun Abdurachim selaku ketua Yayasan Pondok
Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon pusat, Cimulang, Bantar Kambing, Bogor, 07 Mei 2008.
50 Ibid.
xlvi
yang menuntut ilmu di Al-Furqon bukan lagi sebagai santri kalong. Lepas
dari kontrakan, Bapak mulai membangun dua lokal di pinggir sungai kecil
untuk pesantren dan rumahpun masih panggung pada tahun 1978, dan
waktu itu santrinya sudah ada sepuluh orang. Tidak lama kemudian, Bapak
kembali mengikuti MTQ tingkat nasional di Semarang antara tahun 1979-
1980-an. Mulai dari sini pulalah santri sudah mulai melonjak banyak, yang
kemudian Bapak mendapat panggilan dari Bupati Bogor yang waktu itu
dijabat oleh bapak Aif Ruhdi dan memberikan bantuan dana sebesar Rp 7
juta (tujuh juta rupiah) yang pada tahun itu jumlah tersebut sudah sangat
besar-untuk membangun dua lantai yang kemudian terealisasi dengan baik
sehingga terbentuklah pesantren dari mulai jumlah santrinya 2 orang saja
hingga akhirnya sampai 200 orang pada waktu itu.
Pada tahun 1984, Bapak mengikuti MTQ di Bandung yang
kemudian mendapat juara I, waktu itu beliau berdampingan dengan KH.
Ahmad Syahid. Setelah mengikuti MTQ di Bandung itulah, Bapak sampai
mempunyai 700 santri pada tahun 1990-an.51 Karena mulai
berkembangnya pesantren, Bapak mulai memikirkan untuk pindah dan
membangun tempat yang lebih luas dan memadai, akhirnya pada tahun
1992 bapak membangun pesantren di daerah Cimulang, Bantar Kambing
Bogor yang sekarang dijadikan pusat dari pesantren Al Furqon.
Pada akhir tahun 1996 Bapak beserta keluarga pindah dari
Cilendek ke Cimulang, tetapi banyak warga yang berdatangan meminta
51 Ibid.
xlvii
Bapak agar tidak meninggalkan desa mereka dan kebetulan juga anaknya
yaitu KH. Ahmad Baisuni (biasa di panggil “Aa”) tidak ingin pindah dan
meninggalkan Cilendek. Akhirnya pada tahun 1997 , Aa beserta istri
diberikan kepercayaan untuk memimpin pondok pesantren Al-Furqon 1 di
Cilendek dan Bapak pindah ke Cimulang dengan anggota keluarga yang
lain dengan membawa santri yang telah dibagi menjadi dua yaitu 350
orang dibawa Bapak dan 350 orang ditinggal di Cilendek.52
Al-Furqon 1 di
tinggal Bapak-karena figur Bapak yang lebih dikenal oleh masyarakat
pada waktu itu-bukan akhir dari segalanya, walaupun pada saat itu
kondisinya sangat memprihatinkan, tetapi dengan segala keterbatasan dan
dengan doa dari orang tua serta usaha Aa dan Istri (teteh) santri mulai
banyak yang datang karena figur Bapak sudah tergantikan oleh Aa yang
memang notabene masih muda dan berprestasi yaitu juara 1 MTQ tingkat
Propinsi dan beliau merupakan pemegang Tajwid terbaik se-Kota dan se-
Kabupaten Bogor.
2. Tujuan Berdirinya Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon
Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu, baik ilmu agama
maupun ilmu umum atau ilmu yang menyangkut permasalahan duniawi.
Karena hidup umat manusia di muka bumi ini adalah mengharap
kebahagiaan di dunia dan akhirat kelak.
52
Wawancara pribadi dengan Hj. Siti Jubaedah selaku pengasuh pondok pesantren Al-
Qur’an Al Furqon 1, Cilendek Barat, Bogor, 14 Mei 2008.
xlviii
Tujuan pendidikan Islam sebenarnya bukan hanya membentuk
pribadi muslim yang bertakwa kepada Allah SWT saja, tetapi juga
membentuk jiwa seorang muslim yang dapat menyiarkan ajaran Islam
kepada muslim lainnya. Untuk mencapai tujuan itu, sangat dibutuhkan
suatu wadah pendidikan bagi umat muslim. Wadah ini direalisasikan demi
mendapatkan kader-kader penyebar ajaran agama Islam di masa
mendatang. Itulah sebabnya, tidak heran bahwa bila para ulama dahulu
sampai sekarang mendirikan pondok pesantren sebagai wadah pembinaan
umat Islam.
Setiap orang hidup pasti punya tujuan, begitu pula bapak, beliau
membangun pondok pesantren Al-Furqon pun mempunyai tujuan. Adapun
tujuan utamanya adalah untuk memajukan umat agar dapat baca tulis Al-
Qur'an, menghafal Al-Qur’an, mengenal seni dalam membaca Al-Qur’an,
memberikan pemahaman akan isi dan kandungan Al-Qur’an dan mencetak
qori dan qori’ah yang berprestasi di masa yang akan datang serta
membentuk manusia yang berakhlakul karimah. Bapak juga mempunyai
pemikiran agar setelah santri keluar dari pondok pesantren Al-Furqon
dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dengan cara mendekatkan para
santri itu sendiri dengan masyarakat.53
Di samping itu, tujuan pendidikan pondok pesantren adalah untuk
membentuk manusia yang mempunyai kesadaran tinggi akan pentingnya
ajaran-ajaran agama Islam. Selain itu, diharapkan memiliki kemampuan
53 Wawancara Pribadi dengan KH. Dadun Abdurachim.
xlix
tinggi untuk mengadakan respon terhadap tantangan-tantangan dan
tuntutan-tuntutan hidup dalam konteks ruang lingkup dan waktu di
masyarakat.
Adapun visi dan misi Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon
adalah sebagai berikut:
a. Mencetak Qori dan Qori’ah yang berakhlak Qur’ani.54
b. Meningkatkan Iman dan Taqwa
c. Meningkatkan Akhlakul Karimah
d. Mempersiapkan masa depan yang Qur’ani.55
Adapun kegiatan yang diterapkan sebenarnya tidak terlepas dari
tujuan utama didirikannya Pondok Pesantren ini, yaitu mengajarkan baca
tulis dan mengenalkan lagu-lagu dalam membaca Al-Qur’an, memberikan
pemahaman kandungan Al-Qur’an, mencetak qori dan qori’ah yang
berprestasi di masa-masa yang akan datang serta membentuk insan-insan
yang bertaqwa kepada Allah SWT. Karena itu, kegiatan belajar/pengajian
yang diadakan waktunya mengiringi pelaksanaan Shalat lima waktu. Di
sela-sela kegiatan tersebut, sering diberikan nasihat-nasihat yang dikutip
dari ayat-ayat Al-Qur’an maupun Al-Hadis sebagai media pembinaan
mental (akhlak)..
54
Wawancara pribadi dengan Hj. Siti Jubaedah.
55 Ibid.
l
B. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon
Sejak awal berdirinya pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon sampai
sekarang, banyak perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai. Seperti
yang sudah dijelaskan di atas, pada awal berdirinya, yakni pada tahun 1973,
pesantren ini belum memiliki sarana yang memadai untuk proses belajar
mengajar. Dimulai dari sebuah rumah kontrakan, bapak menerapkan program
pendidikan pada saat itu hanya sebatas baca tulis Al-Qur'an, menghafal Al-
Qur’an dan mengenal seni dalam membaca Al-Qur’an.
Perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai pondok pesantren Al-
Qur’an Al-Furqon sampai saat ini tentunya bukan hanya dari segi kualitas saja
tetapi juga dari segi kualitas.
Dari segi kuantitas, pondok pesantren Al-Furqon telah melakukan
pengembangan dengan mempunyai beberapa cabang di beberapa tempat, yang
tentunya dengan adanya cabang-cabang tersebut semakin bertambah banyak
pula jumlah santrinya. Diantara cabang-cabang pondok pesantren Al-Furqon
yang ada sampai saat ini antara lain:
1. Pondok Pesantren Al-Furqon di Cimulang Kemang Bogor yang
merupakan menjadi pusat dari semua cabang.
2. Pondok Pesantren Al-Furqon I di Cilendek Barat Bogor Barat.
3. Pondok Pesantren Al-Furqon II di Cilendek Barat Bogor Barat.
4. Pondok Pesantren Nurul Furqon di Cibinong.
5. Pondok Pesantren Al-Itsqon di Leuwiliang Bogor.
6. Pondok Pesantren Raudhatul Qur’an di Cijeruk Bogor.
li
7. Pondok Pesantren Hidayatul Furqon di Leuwiliang Bogor.
8. Pondok Pesantren Baitul Furqon di Bogor.
Keadaan sarana fisik pondok pesantren Al-Qur’an Al-Fuqon, baik
asrama putra dan putri, masjid, aula, sekretariat dan sebagainya, cukup
memadai walaupun kondisinya sangat sederhana.
Adapun dari segi kualitas, pondok pesanten Al-Furqon sangat
memperhatikan serta meningkatkan mutu segi materi pembelajaran, metode
pembelajaran, evaluasi sebagai barometer prestasi santri serta asatidz (guru).
Dengan pengembangan kualitas yang terus ditingkatkan oleh pondok
pesantren Al-Qur’an Al-Furqon, maka banyak kemajuan kualitas yang telah
dicapai pesantren ini. Salah satunya bisa dilihat dari prestasi-prestasi yang
telah diraih baik oleh santri maupun alumni khususnya dibidang seni
membaca Al-Qur’an (Qira’ah), antara lain:
1. Siti Azizah, finalis MTQ tingkat Nasional di Padang tahun 1985;
2. K.H. Jejen Syukrillah, juara I MTQ tingkat Internasional di Makkah, Saudi
Arabia tahun 1990;
3. K.H. Ridwan Alawi, juara II MTQ tingkat Internasional di Bangkok,
Thailand tahun 1992;
4. Hj. Titin Thoyyibah, juara I MTQ tingkat Nasional di Jambi tahun 1997;
5. Hj. Nurhidayah, juara harapan I MTQ tingkat Nasional di Bali dan juara I
MTQ RRI/TVRI di Jakarta tahun 1999;
6. Ustadz Andi Ghalib, juara I DAI TPI di Jakarta tahun 2007;
7. Dan lain-lain.
lii
C. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon
Setiap lembaga pendidikan baik itu lembaga pendidikan formal
maupun pondok pesantren, tentunya memiliki sistem pendidikan dan
pengajaran tersendiri. Sistem pendidikan formal secara Nasional biasanya
sama karena ada aturan yang sentral dari pemerintah pusat. Sedangkan sistem
pendidikan pondok pesantren beserta peraturan-peraturan yang berlaku di
dalamnya walaupun ada yang sama tapi biasanya banyak pula yang berbeda
dikarenakan pengaturannya tidak terpusat seperti pendidikan nasional tetapi
dikelola sendiri-sendiri oleh masing-masing pondok pesantren.
Pondok pesanten Al-Qur’an Al-Furqon memakai sistem pendidikan
Salafi dengan menggunakan metode pengajaran yang dilaksanakan dengan
sistem Sorogan dan Bandongan.56
Dalam menggunakan kitab pelajarannya
sama dengan pesantren yang lainnya yaitu menggunakan kitab-kitab klasik.
Sistem ini lebih efektif untuk para santri yang telah mengikuti sistem
Sorogan, Bandongan dengan intensif dan lebih efisien bagi mereka yang
memiliki sarana yang diperlukan, seperti kitab-kitab yang dipelajari dan alat-
alat tulis. Kitab dipakai untuk menyimak, sedangkan alat tulis dipergunakan
untuk memberikan syarah, arti secara harfiah atau dalam bahasa Jawa
“ngafsahi”. Kebanyakan kitab-kitab klasik itu hasil karya dari ulama-ulama
56 Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang berarti “sodoran atau yang disodorkan”.
Maksudnya suatu sistem pengajian dimana seorang santri berhadapan dengan seorang Kyai.
Kemudian Kyai memberikan tuntunan bagaimana cara membacanya, menghapalnya dan apabila telah meningkat, juga tentang terjemahan dan tafsirnya lebih mendalam. Metode ini adalah
merupakan metode yang paling intensif, karena dilakukan seorang demi seorang dan ada
kesempatan untuk tanya jawab secara langsung. Sedangkan yang diartikan dengan sistem
Bandongan atau Wetonan dalam sistem pengajian ini seorang Kyai membacakan dan
menerjemahkan kalimat-kalimat yang mudah diikuti oleh sebagian besar santri dan masing-masing
memegang kitabnya sendiri, lalu santri mendengarkan dan menyimak bacaan Kyai.
liii
dahulu dari berbagai disiplin ilmu yaitu kitab-kitab yang menyangkut
beberapa cabang ilmu seperti ilmu Fiqh, Tauhid, Akhlak, Tasawuf, Nahwu,
Shorof, Tafsir Hadis, dan lain-lain.
Diantara kitab-kitab yang digunakan di pondok pesantren Al-Qur’an
Al-Furqon adalah kitab Qami’u al Thughyan karangan Syaikh Zainuddin bin
Ali bin Ahmad Syafi’i al Kusyani al Malibari, yaitu kitab Tasawuf, Fiqih dan
Akhlaq, kitab Safinah al Najah, yaitu kitab Fiqih karangan Syaikh Nawawi al
Bantani, kitab Tijanu al Dariri, yaitu kitab Tauhid karangan Syaikh Ibrahim al
Bajuri, kitab Qathru al Ghaits, juga merupakan kitab tauhid karangan Syaikh
Muhammad Nawawi al Jawi, kitab Tanqih al Qaul al Hatsits, yaitu kitab
Tafsir Hadis karangan Syaikh Muhammad bin Umar an Nawawi al Bantani,
kitab Hasyiah, yaitu kitab Risalah kitab Ta’lim al Muta’allim, kitab tentang
Akhlak dan Tata Krama, karangan Syaikh Ibrahim bin Ismail, kitab Tafsir al
Qur’an al Jalalain, yaitu kitab Tafsir Al-Qur’an karangan dua Imam
Jalaluddin, yaitu Imam Jalaluddin Abdurrahman al Suyuti dan Imam
Jalaluddin al Mahalli, kitab Hidayah al Mustafid, yaitu kitab tentang
Ketetapan/Aturan Tajwid karangan syaikh Muhammad al Mahmud, kitab
Fathu al Aqfal, yaitu penjelasan kitab Fathu al Rahman dalam Tajwid Al-
Qur’an karangan Syaikh Sulaiman al Jamzuri, dan kitab Al Qira’at al ‘Asyar
al Mutawatirah, yaitu kitab tentang Metode Qira’ah karangan Syaikh
Muhammad Karim Rajih.57
57
Wawancara Pribadi dengan KH. Dadun Abdurachim. Dan menurut data kitab-kitab
keilmuan yang dipergunakan di pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon.
liv
Adapun untuk memperlancar jalannya sistem yang ditetapkan, maka
pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon membuat dan memberlakukan jadwal
aktifitas keseharian santri serta tata tertib untuk santri guna mengatur serta
mendisiplinkan santri-santri yang ada.
Berikut ini adalah aktifitas santri dalam sehari-hari;
1. 03.00-04.00 Shalat Tahajud
2. 04.00-05.00 bangun pagi dan shalat Subuh berjama’ah.
3. 05.00-selesai sorogan Al-Qur’an.
4. 06.00-selesai sekolah pagi bagi yang sekolah
5. 08.00-09.00 mengaji Murottal.
6. 09.00-10.00 mengaji Mujawwad.
7. 10.00-11.30 sekolah kejar paket B bagi yang tidak sekolah
formal di luar.
8. 11.30-12.00 makan
9. 12.00-selesai shalat Dzuhur dan sorogan Al-Qur’an.
10. 13.30-15.00 istirahat.
11. 15.00-15.30 shalat
12. 15.30-17.00 mengaji Mujawwad.
13. 17.00-selesai mandi sore dan lain-lain.
14. 18.00-selesai shalat Maghrib berjama’ah, Bandongan kajian kitab
kuning.
15. 19.30-selesai shalat Isya berjama’ah, makan malam
lv
16. 20.30-22.00 mengaji Mujawwad dan Tahlilan pada malam
Jum’at.
• Malam Kamis qiroatul barzanji bagi santri putra.
• Malam Jum’at, qiroatul barzanji bagi santri putri.
• Malam Sabtu, muhadharah.
• Malam Minggu, pelajaran kaligrafi.
17. 22.00-03.00 istirahat.
18. 07.00-10.00 kerja bakti pada hari minggu.
Dan berikut tata tertib yang berlaku di pondok pesantren Al-Qur’an
Al-Furqon:
1. Pakaian
a. Wajib berpakaian rapi baik di dalam asrama maupun di luar Pondok
Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon I.
b. Bagi santri putri dilarang keluar memakai celana panjang.
2. Kebersihan dan Ketertiban
a. Dilarang membuang sampah, meludah dan menggantungkan pakaian
melalui tralis jendela kamar.
b. Dilarang menulis, mencoret-coret dinding, lemari dan bangunan sekitar
area Pondok Pesantren.
c. Dilarang meninggalkan Pondok Pesantren tanpa izin pengasuh Pondok
Pesantren.
d. Dilarang mengadakan hubungan dengan santri Putra baik langsung
maupun tidak langsung.
lvi
e. Tamu pria/wali santri dilarang memasuki asrama tanpa izin pengasuh
Pondok Pesantren.
f. Agar mementingkan uang kost/ uang makan setiap bulan.
g. Wajib melaksanakan piket kebersihan/ masak sesuai jadwal.
3. Keamanan
a. Dilarang merokok, membawa minum-minuman keras serta membawa
dan mempergunakan obat-obatan terlarang.
b. Dilarang membawa/menyimpan senjata tajam, senjata api dan senjata
lain yang membahayakan.
c. Dilarang melakukan kegiatan lain yang tidak menunjang kepada
Akhlakul Karimah.
d. Dilarang pindah kamar tanpa izin pengasuh Pondok Pesantren.
e. Dilarang memasuki kamar staf penngajar/kamar lain tanpa izin.
4. Pengajian dan Pendidikan
a. Santri wajib melaksanakan shalat lima waktu secara berjamaah.
b. Lima belas menit sebelum masuk waktu shalat harus sudah berkumpul
di aula untuk melaksanakan tadarus Al-Qur’an.
c. Diharuskan mengerjakan shalat sunnah awwabin, tahajud, dhuha dan
shalat sunnat lainnya.
d. Diharuskan melakukan puasa sunnah senin dan kamis.
e. Sesama rekan santri harus saling menghormati, menghargai dan saling
tolong-menolong.
lvii
f. Santri wajib mengikuti semua kegiatan pelajaran yang telah ditentukan
oleh Pondok Pesantren kecuali dalam keadaan uzur (bagi perempuan).
5. Sanksi-sanksi
Bila santri melanggar ketentuan-ketentuan yang tercantum di dalam tata
tertib ini maka akan dikenakan sanksi sebagai berikut:
a. Peneguran.
b. Penegasan.
c. Dikeluarkan dari Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-furqon.
Tentu saja, penerapan sanksi-sanksi tersebut disesuaikan dengan kadar
pelanggarannya
6. Moto
“ SANTRI ”
S = Sehat T = Tertib
A = Aman R = Rapi
N = Nyaman I = Indah dan Islami
lviii
BAB IV
PERANAN PONDOK PESANTREN AL-QUR’AN AL-FURQON
Membicarakan pesantren atau pondok pesantren sebagai lembaga
pendidikan Islam sangat penting dan menarik. Peranan pondok pesantren berarti
bagaimana suatu pondok pesantren itu memerankan sesuatu yang berarti di
masyarakat. Dalam hal ini peranan seorang kyai memang sangat berarti dan
sangat dibutuhkan karena maju dan mundurnya atau berkembangnya suatu
pondok pesantren itu tergantung dari sosok kyai, karena biasanya visi dan misi
pesantren diserahkan pada proses improvisasi yang dipilih sendiri oleh seorang
kyai bersama para pembantunya.58
Ribuan pesantren yang tersebar luas di kawasan Nusantara ini telah
berhasil mengisi sebagian pendidikan di Indonesia. Lembaga pendidikan ini
memiliki khazanah sejarah intelektual tersendiri karena sudah ada lama sebelum
lahirnya proklamasi kemerdekaan. Demikian beruratnya sehingga tiap pesantren
memiliki sifat- sifat khas tersendiri dengan kelebihan-kelebihan dan kekurangan-
kekurangannya.59
Hal ini dapat tercapai dengan maksimal dan memuaskan bila dalam
penyajiannya diutamakan pemahaman, wawasan (insight), inisiatif, serta
58 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren: Sebuah Potret Perjalanan, Cet. I (Jakarta:
Paramadina, 1997), h. 6.
59 M. Dawam Rahardjo, Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun dari Bawah (Jakarta:
LP3ES, 1985), h. 26.
lix
kerjasama dengan mengembangkan kreatifitas. Jadi, bukan hanya prosedur
rutinitas tertentu untuk meraih hasil yang diinginkan. Hal ini mudah dimengerti
dan dipahami bila diingat tidak mungkin membicarakan masalah metode tanpa
menyentuh hal-hal yang erat hubungannya.60
Keberadaan pondok pesantren di tengah-tengah masyarakat tidak hanya
sebagai lembaga pendidikan tetapi juga sebagai lembaga penyiaran Islam. Karena
pembinaan yang dilakukan pesantren biasanya tidak hanya fokus pada santri di
lingkungan pesantren, tetapi juga masyarakat sekitar melalui dakwah atau
pengajian yang dilakukan oleh para kyai.61
Selanjutnya pondok pesantren tumbuh dan berkembang dewasa ini dengan
memadukan tiga unsur pendidikan yang amat penting, yaitu: Ibadah untuk
menanamkan iman; Tabligh untuk menyebarkan ilmu; Amal untuk mewujudkan
kegiatan kemasyarakatan dalam kehidupan sehari-hari.62 Berdirinya pondok
pesantren di Nusantara menjadi pusat perhatian masyarakat dari dahulu sampai
sekarang. Itu terbukti dengan masih eksisnya pondok pesantren sampai sekarang,
bahkan jumlahnya semakin banyak. Ditilik dari sejarah pendidikan Islam
Indonesia, pesantren sebagai sistem pendidikan Islam tradisional – telah
memainkan peranan cukup penting dalam membentuk kualitas sumber daya
manusia Indonesia, terlebih sekarang setelah banyak bermunculan pesantren
60
Ibid.
61 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Cet. I (Jakarta: Rajawali Press, 1996), h.
42.
62 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi dan Aksi
(Jakarta: PT. Gemawindu Panca Perkasa, 2000), h. 222.
lx
modern, peran pesantren pun lebih komplek lagi dan beban yang dipikul pesantren
pun semakin berat. Azyumardi Azra mengatakan bahwa keterkaitan pesantren dan
komunitas lingkungannya yang dalam banyak hal terus bertahan hingga kini, pada
segi lain, justru dapat menjadi “beban” bagi pesantren itu sendiri.63
Pondok Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon memiliki peranan yang sangat
penting dalam masyarakat, khususnya dalam penyebaran dan pengembangan
agama Islam. Di sini penulis ingin menguraikan peranan pondok pesantren di
bidang pendidikan, dakwah dan sosial keagamaan.
B. Peranan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al Furqon Di Bidang Pendidikan
Pendidikan merupakan pembangunan watak (character building)
manusia. Untuk menghasilkan watak manusia yang baik, mental yang kuat
dan jiwa yang kokoh, diperlukan dasar dan pondasi yang kuat dalam
pembangunan watak tersebut. Laksana membangun sebuah gedung, bila
pondasinya kuat, maka gedung itu akan berdiri kokoh. Sebaliknya, gedung
tersebut akan mudah roboh bila dibangun di atas pondasi yang rapuh.
Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam dan falsafah hidup
umat Islam, di dalamnya memuat totalitas prinsip yang berkaitan dengan
kehidupan manusia termasuk masalah pendidikan. Dan teori-teori tentang
pendidikan Islam ke sanalah harus mengacu dan berpijak.
Lembaga pendidikan pesantren di Indonesia memiliki sejarah yang
panjang seperti halnya dengan pendidikan nasional. Dilihat dari sistem
63 Nurcholish Madjid, Bilik-bilik Pesantren, h. xxvi
lxi
pendidikannya, pendidikan pesantren sebernarnya merupakan sub sistem dari
pendidikan nasional. Dengan membicarakan pendidikan pondok pesantren,
kita dapat mengetahui peran, fungsi dan kontribusi pondok pesantren sebagai
lembaga pendidikan Islam dan dakwah Islam dalam mewujudkan masyarakat
madani di Indonesia.
Peranan dari pondok pesantren Al-Qur’an Al-Furqon tentu sangat
banyak sekali. Di bidang pendidikan, tujuan awal berdirinya pesantren pun
yaitu ingin memajukan umat agar dapat baca tulis Al-Qur'an, menghafal Al-
Qur’an, mengenal seni dalam membaca Al-Qur’an, memberikan pemahaman
kandungan Al-Qur’an dan mencetak qori dan qori’ah yang berprestasi di
masa yang akan datang serta membentuk manusia yang berakhlakul karimah.
Bapak juga mempunyai pemikiran agar setelah santri keluar dari pondok
pesantren Al-Furqon dapat bermanfaat bagi masyarakat luas dengan cara
mendekatkan para santri itu sendiri agar dapat bersosialisasi dengan
masyarakat.64
Pada waktu diamanatkan dari Bapak ke Aa dan Teteh, pondok
pesantren bahkan semakin berkembang karena pada waktu itu jarang sekali
ada suami istri yang dua-duanya dapat muncul sebagai figur. Dalam pelajaran
kitab, Teteh yang mengajar dan banyak santri putra-putri yang berminat dan
waktu belajarnya yaitu setelah shalat maghrib. Sedangkan dalam pelajaran
yang berhubungan dengan seni membaca Al-Qur’an, Aa sendiri yang
mengajarkan dibantu oleh staf-staf kepercayaan beliau, Aa juga mengajarkan
64
Wawancara Pribadi dengan KH. Dadun Abdurachim selaku ketua Yayasan Pondok
Pesantren Al-Qur’an Al-Furqon pusat, Cimulang, Bantar Kambing, Bogor, 07 Mei 2008.
lxii
Tajwid karena ilmu tajwid terbaik se-Kota dan se-Kabupaten Bogor dimiliki
oleh Aa, jadi waktu itu pondok pesantren berkembang pesat sekali. Pada
bulan Ramadhan banyak santri kilat dari kalangan masyarakat biasa sampai
yang santri juga tetapi santri salafi kitab. Karena mereka yang awalnya hanya
belajar kitab di pesantrennya, mereka belajar tajwid dan mengajinya di
pesantren ini.65
Bahkan sekarang yang dirasakan di sisi lain, mungkin pelajaran inti
seperti mengaji kitab berkurang, karena santri yang tidak sekolah, sekarang
difokuskan kepada pelajaran sekolah dengan dipercaya langsung oleh dinas
pendidikan kota Bogor untuk mengadakan sekolah kejar paket B setingkat
dengan SMP. Yang awalnya pukul 09.00 itu belajar Mujawwad, sekarang itu
mereka dari hari Rabu sampai hari Sabtu diberikan pelajaran sekolah. Tetapi
menurut Teteh itu sangat menunjang sekali, tidak berkurang bahkan lebih
bertambah, yang awalnya mereka hanya belajar kitab, Tajwid, Murottal,
Mujawwad dan ilmu agama lainnya, sekarang mereka bertambah ilmu dengan
mengenal Bahasa Inggris, Fisika, Matematika, Biologi dan pelajaran sekolah
pada umumnya.66
Berdasarkan uraian di atas, telah terjadi perpaduan antara sistem
pendidikan tradisional dan sistem pendidikan modern antara lembaga
pendidikan pesantren salaf dengan modern walaupun baru sebatas sekolah
kejar paket B.
65
Wawancara pribadi dengan Hj. Siti Jubaedah selaku pengasuh pondok pesantren Al-
Qur’an Al Furqon 1, Cilendek Barat, Bogor, 14 Mei 2008.
66 Ibid.
lxiii
Nampaknya, pesantren ini harus banyak melakukan studi banding
dengan pondok-pondok pesantren yang sudah mapan guna memaksimalkan
sistem pendidikannya agar bisa menghasilkan alumni-alumni yang benar-
benar siap pakai dan mampu menjawab segala tantangan jaman sesuai dengan
visi, misi dan tujuan pondok pesantren tersebut.
C. Peranan Pondok Pesantren Al-Qur’an Al Furqon Di Bidang Dakwah
Pengertian dakwah secara etimologis adalah panggilan, seruan atau
ajakan yang berasal dari kata bahasa Arab yaitu isim masdar dari kata Da’aa-
yad’u-da’wah. Sedangkan menurut istilah, dakwah yaitu setiap kegiatan yang
menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk beriman kepada Allah swt
sesuai dengan garis akidah, syari’at dan akhlak Islamiyah.
M. Quraish Shihab mengatakan bahwa dakwah adalah seruan atau
ajakan menuju kepada keinsyafan atau usaha mengubah situasi yang lebih
baik dan sempurna, baik terhadap pribadi maupun masyarakat.67 Bahkan
dakwah bukan sekedar hanya peningkatan pemahaman keagamaan dalam
tingkah laku dan pandangan saja, tetapi menuju kepada pelaksanaan ajaran
Islam secara lebih menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan baik politik,
ekonomi, sosial dan budaya.
67 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1992), h. 194.
lxiv
Sedangkan menurut Toha Yahya Oemar, dakwah adalah mengajak
manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Allah swt untuk kemaslahatan di dunia dan di akhirat.68
Adapun tujuan utama dakwah adalah mewujudkan kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat yang diridhoi oleh Allah swt
sesuai dengan segi atau bidang masing-masing.69
Berdasarkan keterangan dan pendapat di atas, maka dakwah Islam
dapat diartikan mengajak dan menyeru umat manusia baik dengan lisan,
tulisan maupun perbuatan supaya masuk dan tetap berada di jalan Allah swt
dengan cara hikmah dan bijaksana atau dengan cara yang baik untuk
mewujudkan ajaran Islam menjadi kenyataan dalam kehidupan Syakhshiyah,
usrah, jama’ah dan umat dalam semua segi kehidupan sehingga terwujud
Khairu Ummah.
Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua yang sudah
mengakar pada masyarakat Indonesia, tentunya memiliki peranan yang cukup
besar dalam kehidupan beragama, sebagai benteng umat dalam bidang akhlak
dan membentuk kualitas sumber daya manusia Indonesia, melalui media
pendidikan dan dakwah. Selain sebagai pusat pengajaran Islam, pesantren juga
sebagai pusat dakwah atau lembaga dakwah Islam. Dakwah Islam yang
dilakukan pesantren terbagi dalam dua metode, yaitu dakwah bi al-lisan dan
68
Toha Yahya Oemar, Ilmu Da’wah (Jakarta: Widjaya, 1983), h. 1.
69 Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, cet. III (Jakarta: Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1994), h. 280-281.
lxv
dakwah bi al-hal yang merupakan perwujudan dari metode dakwah dalam al-