Soejodi Wirjoatmodjo (1928-1981)
Nama Soejoedi Wirjoatmodjo mungkin tidak familier bagi sebagian
orang. Namun, bagi dunia arsitektur Indonesia, Soejoedi adalah
sosok penting di balik pembangunan sejumlah proyek penting dan
perancangan tata kota di Indonesia. Karya-karyanya yang monumental,
di antaranya Kompleks MPR/DPR dan Gedung Sekretariat ASEAN.
Soejoedi ialah perancang gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta. Lewat
buku berjudul Membuka Selubung Cakrawala Arsitek Soejoedi, arsitek
Budi A Sukada, yang juga ketua proyek gedung baru MPR/ DPR, mencoba
mengapresiasi karya-karya arsitek kelahiran 27 Desember 1928 itu.
Soejoedi mengenyam pendidikan arsitektur di Tech-nische
Hoodgeschool Bandung, yang dahulu menjadi bagian dari Jurusan
Arsitektur Fakultas Ilmu Pengetahuan Teknik Universitas Indonesia.
Ia kemudian menerima beasiswa dari pemerintah Prancis untuk
meneruskan studi di Lecole des Beaux-Arts, Paris. Karena tak betah,
ia pindah ke Technische Hoogeschool, Delft, Belanda, yang
suasananya dirasa lebih dekat dengan Indonesia. Namun, ia lalu
pindah ke Technische Uni versitat. Berlin Barat waktu itu.
Tahun-tahun hidupnya di Eropa memengaruhi Soejoedi dalam mendesain
bangunan. Salah satu yang menginspirasinya ialah arsitek asal
Swedia, Ralph Erskine. Karya awal Soejoedi adalah kafe restoran
Braga Permai yang pernah dinamai Maison Bogerijen. Bentuk awalnya
mirip villa Eropa yang sering ditandai dengan atap curam empat sisi
yang disebut atap mansard. Setelah berganti pemilik, Soejoedi
mengubahnya mirip bangunan di Jerman Barat waktu itu.Karya lainnya
adalah sebuah kawasan monumental di Senayan, Jakarta. Presiden
Soekarno, waktu itu ingin membangun political venues untuk mewadahi
Con-ference of The New Emerging Forces (Conefo), sebuah organisasi
baru yang digagas untuk menandingi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
di New York, Amerika Serikat.Soejoedi pun maju dalam sayembara
perancangan proyek Conefo, dengan menerapkan pola pemikiran arsitek
Prancis, Le Corbusier. Dia memasukkan fungsi-fungsi utama sebuah
kawasan political venues, yaitu persidangan, sekretariat, dan
kegiatan pendukung. Massa bangunan untuk ke-giatan persidangan
diletakkan frontal menghadap jalan masuk, dengan massa bangunan
sekretariat di sampingnya. Massa bangunan perjamuan diletakkan
linier terhadap massa bangunan sekretariat, sedangkan massa
bangunan auditorium diletakkan tegak lurus terhadapnya, jadilah
kompleks MPR/DPR. Karya lainnya ialah gedung Kedutaan Besar
Prancis, di Jalan MH Thamrin, Jakarta, yang ia kerjakan antara 1969
dan 1973. Soejoedi membuat lengkungan di sisi masif selubung bidang
terdepan sebagai pengarah kendaraan yang memasuki gedung. Pintu
masuk utama yang terletak di bagian samping gedung itu menjadikan
gedung terlindung, baik dari pandangan mata luar maupun kebisingan
di sekitarnya. Desain ini juga menjamin keamanan dan keselamatan
pengunjung. Proyek itu menerapkan konstruksi beton di Indonesia.
Pengudaraan buatan di dalam bangunan gedung dilakukan dengan teknik
menurunkan ketinggian langit-langit di sclasar bagian dalam, supaya
tersedia rongga tempat meletakkan AC yang mengalirkan udara dingin
ke ruangan-ruangan. Tampilan lain adalah sirip-sirip yang membagi
bidang permukaan vertikalmenjadi sejumlah bukaanberukuran sama dan
sebangun. Karya yang dihasilkan Soejoedi, banyak diakui, sangat
bergaya Barat, sesuai tempat ia menimba ilmu.
Gedung MPR/DPR karya Soejoedi Wirjoatmodjo
Cafe Braga Permai / Maison BogerijenTUGAS KBG 3
Nama : Muhammad AndhikaNIM : 1106707Prodi : Pendidikan Teknik
Bangunan
Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik
UNIVERSITAS NEGERI PADANG2013