SEJARAH FOTOGRAFI
DUNIAhttp://www.pasarkreasi.com/news/detail/photography/67/sejarah-fotografi-dunia
Fotografi ialah lukisan melalui cahaya. Tanpa cahaya seni foto
ini tidak akan berfungsi. Istilah Photography dicipta pada tahun
1839. Ketika teknologi seni foto terus berkembang bersama dengan
kemajuan manusia, ilmu sangat penting bagi menjamin mutu kerja
seorang seniman foto (Photografer). Dalam buku The History of
Photography karya Alma Davenport, terbitan University of New Mexico
Press tahun 1991, disebutkan bahwa pada abad ke-5 Sebelum Masehi
(SM), seorang lelaki berkebangsaan Cina bernama Mo Ti sudah
mengamati sebuah gejala fotografi. Apabila pada dinding ruangan
yang gelap terdapat lubang kecil (pinhole), maka di bagian dalam
ruang itu pemandangan yang ada di luar akan terefleksikan secara
terbalik lewat lubang tadi.Selang beberapa abad kemudian, banyak
ilmuwan menyadari serta mengagumi fenomena pinhole tadi. Bahkan
pada abad ke-3 SM, Aristoteles mencoba menjabarkan fenomena pinhole
tadi dengan segala ide yang ia miliki, lalu memperkenalkannya
kepada kyalayak ramai. Aristoteles merentangkan kulit yang diberi
lubang kecil, lalu digelar di atas tanah dan memberinya jarak untuk
menangkap bayangan matahari. Dalam eksperimennya itu, cahaya dapat
menembus dan memantul di atas tanah sehingga gerhana matahari dapat
diamati. Khalayak pun dibuat terperangah.Selanjutnya, pada abad
ke-10 Masehi, seorang ilmuwan muslim asal Irak yang bernama Ibnu
Al-Haitham juga menemukan prinsip kerja kamera seperti yang
ditemukan Mo Ti. Ia pun mulai meneliti berbagai ragam fenomena
cahaya, termasuk sistem penglihatan manusia. Lalu, Haitham bersama
muridnya, Kamal ad-Din, untuk pertama kali memperkenalkan fenomena
obscura kepada orang-orang di sekelilingnya. Waktu itu, obscura
yang ia maksud adalah sebuah ruangan tertutup yang di salah satu
sisinya terdapat sebuah lubang kecil sehingga seberkas cahaya dapat
masuk dan membuat bayangan dari benda-benda yang ada di depannya.
Tak heran, pada abad ke-11 M, orang-orang Arab sudah memakainya
sebagai hiburan dengan menjadikan tenda mereka sebagai kamera
obscura.Kemudian kamera obscura mulai diteliti lagi oleh Leonardo
da Vinci, seorang pelukis dan ilmuwan, pada akhir abad ke-15. Ia
menggambar rincian sistem kerja alat yang menjadi asal muasal kata
"kamera" itu dan mulai menyempurnakannya. Pada mulanya kamera ini
tidak begitu diminati karena cahaya yang masuk amat sedikit,
sehingga bayangan yang terbentuk pun samar-samar. Penggunaan kamera
ini baru populer setelah lensa ditemukan pada tahun 1550. Dengan
lensa pada kamera ini, maka cahaya yang masuk ke kamera dapat
diperbanyak, dan gambar dapat dipusatkan sehingga menjadi lebih
sempurna.Pada tahun 1575, para ilmuwan berhasil membuat kamera
portable yang pertama. Tapi kamera buatan yang sangat kuno ini
tetap hanya bisa digunakan untuk menggambar. Lalu pada tahun 1680
lahir kamera refleks pertama yang penggunaannya juga masih untuk
menggambar, tapi sudah memiliki sedikit kemajuan. Tapi, lantaran
bahan baku untuk mengabadikan benda-benda yang berada di depan
lensa belum ditemukan, maka kamera ini juga masih dipakai untuk
mempermudah proses penggambaran benda.
Joseph Nicephore NiepceSejarah penemuan film baru dimulai pada
tahun 1826. Joseph Nicephore Niepce, seorang veteran Perancis,
bereksperimen menggunakan kamera obscura dan plat logam yang
dilapisi bahan aspal untuk mengabadikan gambar sebuah obyek.
Setelah 8 jam mengekspos pemandangan dari jendela kamarnya melalui
proses Heliogravure, ia berhasil melahirkan sebuah imaji yang agak
kabur dan mempertahankan gambar secara permanen. Keberhasilannya
itu dianggap sebagai awal dari sejarah fotografi. Gambar yang
dibuat oleh Niepce itu diberi judul View from The Window at Le Gras
dan menjadi foto pertama yang pernah ada di dunia.Kalau nama Niepce
tercatat sebagai fotografer pertama yang mengabadikan sebuah
gambar, Louis J.M. Daguerre adalah orang yang pertama kali membuat
foto yang di dalamnya terdapat sosok manusia. Pada foto yang
diambil dari jarak jauh di tahun 1839 itu, tampak seseorang lelaki
sedang berdiri dan mengangkat salah satu kaki saat sepatunya sedang
dibersihkan oleh orang lain di pinggir sebuah jalan raya. Daguerre
dinobatkan sebagai orang pertama yang berhasil membuat gambar
permanen pada lembaran plat tembaga perak yang dilapisi larutan
iodin, lalu disinari selama satu setengah jam dengan pemanas
mercuri (neon). Proses ini disebut daguerreotype. Untuk membuat
gambar permanen, pelat itu dicuci dengan larutan garam dapur dan
air suling.Percobaan-demi percobaan terus berlanjut, sampai
akhirnya William Henry Talbott dari Inggris pada 25 Januari 1839
memperkenalkan lukisan fotografi yang juga menggunakan kamera
obscura, tapi ia membuat foto positifnya pada sehelai kertas
chlorida perak. Kemudian, pada tahun yang sama Talbot menemukan
cikal bakal film negatif modern yang terbuat dari lembar kertas
beremulsi, yang bisa digunakan untuk mencetak foto dengan cara
contact print. Teknik ini juga bisa digunakan untuk cetak ulang
layaknya film negatif modern. Proses ini disebut Calotype yang
kemudian dikembangkan menjadi Talbotypes. Untuk menghasilkan gambar
positif, Talbot menggunakan proses Saltprint. Gambar dengan film
negatif pertama yang dibuat Talbot pada Agustus 1835 adalah
pemandangan pintu perpustakaan di rumahnya di Hacock Abbey,
Wiltshire, Inggris.Penemuan-penemuan teknologi pun semakin
bermunculan seiring dengan masuknya fotografi ke dunia jurnalistik.
Tapi, lantaran orang-orang jurnalistik belum bisa memasukkan foto
ke dalam proses cetak, mereka menyalin foto yang ada dengan
menggambarnya memakai tangan. Surat kabar pertama yang memuat
gambar dengan teknik ini adalah The Daily Graphic, yakni pada 16
April 1877. Gambar berita pertama dalam surat kabar itu adalah
sebuah peristiwa kebakaran.Kemudian, ditemukanlah proses cetak half
tone pada tahun 1880 yang memungkinkan foto dimasukkan ke dalam
surat kabar. Foto paling pertama yang ada di surat kabar adalah
foto tambang pengeboran minyak Shantytown yang muncul di surat
kabar New York Daily Graphic di Amerika Serikat pada tanggal 4
Maret 1880. Foto itu adalah karya Henry J Newton.Fotografi kemudian
berkembang dengan sangat cepat. Menurut Szarkowski dalam Hartoyo
(2004: 22), arsitek utama dunia fotografi modern adalah seorang
pengusaha bernama George Eastman. Melalui perusahaannya yang
bernama Kodak Eastman, George Eastman mengembangkan fotografi
dengan menciptakan serta menjual roll film dan kamera boks yang
praktis. Saat itu, dunia fotografi sudah mengenal perbaikan lensa,
shutter, film, dan kertas foto. Penemuan-penemuan tersebut telah
mempermudah orang mengabadikan benda-benda yang berada di depan
lensa dan mereproduksinya. Dengan demikian, para fotografer, baik
amatir maupun profesional, bisa menghasilkan suatu karya seni
tinggi tanpa terhalang oleh keterbatasan teknologi.Pada Tahun 1900
seorang juru gambar telah menciptakan kamera Mammoth. Ukuran kamera
ini amat besar. Beratnya 1,400 pon, sedangkan lensanya memiliki
berat 500 pon. Untuk mengoperasikan atau memindahkannya, sang
fotografer membutuhkan bantuan 15 orang. Kamera ini menggunakan
film sebesar 4,5 x 8 kaki dan membutuhkan bahan kimia sebanyak 10
galon ketika memprosesnya.
Orang paling pertama yang ada di foto sejak kamera dibuat.
Lalu, pada tahun 1950, pemakaian prisma untuk memudahkan
pembidikan pada kamera Single Lens Reflex (SLR) mulai ramai. Dan di
tahun yang sama, Jepang mulai memasuki dunia fotografi dengan
memproduksi kamera NIKON. Di tahun 1972, kamera Polaroid yang
ditemukan oleh Edwin Land mulai dipasarkan. Kamera Polaroid ini
mampu menghasilkan gambar tanpa melalui proses pengembangan dan
pencetakan film.Kemajuan teknologi turut memacu fotografi dengan
sangat cepat. Kalau dulu kamera sebesar tenda hanya bisa
menghasilkan gambar yang tidak terlalu tajam, kini kamera digital
yang cuma sebesar dompet mampu membuat foto yang sangat tajam dalam
ukuran sebesar koran.
SEJARAH FOTOGRAFI INDONESIA
Perkembangan fotografi di Indonesia selalu berkaitan dan
mengalir bersama momentum sosial-politik perjalanan bangsa ini,
mulai dari momentum perubahan kebijakan politik kolonial, revolusi
kemerdekaan, ledakan ekonomi di awal 1980-an, sampai Reformasi
1998.Pada tahun 1841, seorang pegawai kesehatan Belanda bernama
Juriaan Munich mendapat perintah dari Kementerian Kolonial untuk
mendarat di Batavia dengan membawa dauguerreotype. Munich diberi
tugas mengabadikan tanaman-tanaman serta kondisi alam yang ada di
Indonesia sebagai cara untuk mendapatkan informasi seputar kondisi
alam. Sejak saat itu, kamera menjadi bagian dari teknologi modern
yang dipakai Pemerintah Belanda untuk menjalankan kebijakan
barunya. Penguasaan dan kontrol terhadap tanah jajahan tidak lagi
dilakukan dengan membangun benteng pertahanan atau penempatan
pasukan dan meriam, melainkan dengan cara menguasai teknologi
transportasi dan komunikasi modern. Dalam kerangka ini, fotografi
menjalankan fungsinya lewat pekerja administratif kolonial, pegawai
pengadilan, opsir militer, dan misionaris.Latar itulah yang
menjelaskan mengapa selama 100 tahun keberadaan fotografi di
Indonesia (1841-1941) penguasaan alat ini secara eksklusif ada di
tangan orang Eropa, sedikit orang Cina, dan Jepang. Berdasarkan
survei dan hasil riset di studio foto-foto komersial di Hindia
Belanda tentang foto-foto yang ada sejak tahun 1850 hingga 1940,
dari 540 studio foto di 75 kota besar dan kecil, terdapat 315 nama
orang Eropa, 186 orang Cina, 45 orang Jepang, dan hanya empat orang
lokal Indonesia, salah satunya adalah Kasian Cephas.Kasian Cephas
adalah warga lokal asli. Ia dilahirkan pada tanggal 15 Februari
1844 di Yogyakarta. Cephas sebenarnya adalah asli pribumi yang
kemudian diangkat sebagai anak oleh pasangan Adrianus Schalk dan
Eta philipina Kreeft, lalu disekolahkan ke Belanda. Cephas-lah yang
pertama kali mengenalkan dunia fotografi ke Indonesia. Meski
demikian, literatur-literatur sejarah Indonesia sangat jarang
menyebut namanya sebagai pribumi pertama yang berkarir sebagai
fotografer profesional. Nama Kassian Cephas mulai terlacak dengan
karya fotografi tertuanya buatan tahun 1875.Dibutuhkan waktu hampir
seratus tahun bagi bangsa ini untuk benar-benar mengenal dunia
fotografi. Masuknya Jepang pada tahun 1942 telah menciptakan
kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menyerap teknologi ini. Demi
kebutuhan propagandanya, Jepang mulai melatih orang Indonesia
menjadi fotografer untuk bekerja di kantor berita mereka, Domei.
Pada saat itulah muncul nama Mendur Bersaudara. Merekalah yang
membentuk imaji baru tentang bangsa Indonesia.Lewat fotografi,
Mendur bersaudara berusaha menggiring mental bangsa ini menjadi
bermental sama tinggi dan sederajat. Frans Mendur bersama kakaknya,
Alex Mendur, juga menjadi icon bagi dunia fotografer nasional.
Mereka kerap merekam peristiwa-peristiwa penting bagi negeri ini,
salah satunya adalah mengabadikan detik-detik pembacaan Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia. Inilah momentum ketika fotografi
benar-benar "sampai" ke Indonesia, ketika kamera berpindah tangan
dan orang Indonesia mulai merepresentasikan dirinya sendiri.
SEJARAH FOTOGRAFI INDONESIA
http://photographhistory.blogspot.com/
Sejarah fotografi di Indonesia dimulai pada tahun 1857, pada
saat 2 orang juru foto Woodbury dan Page membuka sebuah studio foto
di Harmonie, Batavia. Masuknya fotografi ke Indonesia tepat 18
tahun setelah Daguerre mengumumkan hasil penelitiannya yang
kemudian disebut-sebut sebagai awal perkembangan fotografi
komersil. Studio fotopun semakin ramai di Batavia. Dan kemudian
banyak fotografer professional maupun amatir mendokumentasikan
hiruk pikuk dan keragaman etnis di Batavia.
Kamera Daguerre
Masuknya fotografi di Indonesia adalah tahun awal dari lahirnya
teknologi fotografi, maka kamera yang adapun masih berat dan
menggunakan teknologi yang sederhana. Teknologi kamera pada masa
itu hanya mampun merekam gambar yang statis. Karena itu kebanyakan
foto kota hasil karya Woodbury dan Page terlihat sepi karena belum
memungkinkan untuk merekam gambar yang bergerak.Terkadang
fotografer harus menggiring pedagang dan pembelinya ke dalam studio
untuk dapat merekam suasana hirup pikuk pusat perbelanjaan. Oleh
sebab itu telihat bahwa pedagang dan pembelinya beraktifitas
membelakangi sebuah layar. Ini karena teknologi kamera masih
sederhana dan masih riskan jika terlalu sering dibawa
kemana-mana.Pada tahun 1900an, muncul penemuan kamera yang lebih
sederhana dan mudah untuk dibawa kemana-mana sehingga memungkinkan
para fotografer untuk melakukan pemotretan outdoor. Bisa dibilang
ini adalah awal munculnya kamera modern.Karena bentuknya yang lebih
sederhana, kamera kemudian tidak dimiliki oleh fotografer saja
tetapi juga dimiliki oleh masyarakat awam.Banyak karya-karya
fotografer maupun masyarakat awam yang dibuat pada masa awal
perkembangan fotografi di Indonesia tersimpan di Museum Sejarah
Jakarta. Seperti namanya, museum ini hanya menghadirkan foto-foto
kota Jakarta pada jaman penjajahan Belanda saja. Karena memang
perkembangan teknologi fotografi belum masuk ke daerah. Salah satu
foto yang dipamerkan adalah suasana Pasar Pagi, Glodok, Jakarta
pada tahun 1930an.Pada awal dibangun, pasar ini hanya diisi oleh
beberapa lapak pedagang saja. Ini berbeda dengan kondisi sekarang
dimana Glodok merupakan pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta.
Kassian Cephas (1844-1912): Yang Pertama, yang Terlupakan Cephas
lahir pada 15 Januari 1845 dari pasangan Kartodrono dan Minah. Ada
juga yang mengatakan bahwa ia adalah anak angkat dari orang Belanda
yang bernama Frederik Bernard Fr. Schalk. Cephas banyak
menghabiskan masa kanak-kanaknya di rumah Christina Petronella
Steven (siapa). Cephas mulai belajar menjadi fotografer profesional
pada tahun 1860-an. Ia sempat magang pada Isidore van Kinsbergen,
fotografer yang bekerja di Jawa Tengah sekitar 1863-1875. Tapi
berita kematian Cephas di tahun 1912 menyebutkan bahwa ia belajar
fotografi kepada seseorang yang bernama Simon Willem Camerik.
Kassian Cephas
Kassian Cephas memang bukan tokoh nasional yang dulunya
menenteng senjata atau berdiplomasi menentang penjajahan bersama
politikus pada zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan. Ia hanyalah
seorang fotografer asal Yogyakarta yang eksis di ujung abad ke-19,
di mana dunia fotografi masih sangat asing dan tak tersentuh oleh
penduduk pribumi kala itu. Nama Kassian Cephas mungkin baru disebut
bila foto-foto tentang Sultan Hamengku Buwono VII diangkat sebagai
bahan perbincangan.Dulu, Cephas pernah menjadi fotografer khusus
Keraton pada masa kekuasaan Sultan Hamengku Buwono VII. Karena
kedekatannya dengan pihak Keraton, maka ia bisa memotret
momen-momen khusus yang hanya diadakan di Keraton pada waktu itu.
Hasil karya foto-fotonya itu ada yang dimuat di dalam buku karya
Isaac Groneman (seorang dokter yang banyak membuat buku-buku
tentang kebudayaan Jawa) dan buku karangan Gerrit Knaap (sejarawan
Belanda yang berjudul "Cephas, Yogyakarta: Photography in the
Service of the Sultan".
Sultan Hamengku Buwono VII karyaKassian Cephas
Dari foto-fotonya tersebut, bisa dibilang bahwa Cephas telah
memotret banyak hal tentang kehidupan di dalam Keraton, mulai dari
foto Sultan Hamengku Buwono VII dan keluarganya, bangunan-bangunan
sekitar Keraton, upacara Garebeg di alun-alun, iring-iringan benda
untuk keperluan upacara, tari-tarian, hingga pemandangan Kota
Yogyakarta dan sekitarnya. Tidak itu saja, bahkan Cephas juga
diketahui banyak memotret candi dan bangunan bersejarah lainnya,
terutama yang ada di sekitar Yogyakarta.Berkaitan dengan kegiatan
Cephas memotret kalangan bangsawan Keraton, ada cerita yang cukup
menarik. Zaman dulu, dari sekian banyak penduduk Jawa waktu itu,
hanya segelintir saja rakyat yang bisa atau pernah melihat wajah
rajanya. Tapi, dengan foto-foto yang dibuat Cephas, maka
wajah-wajah raja dan bangsawan bisa dikenali rakyatnya.
Masa-Masa Keemasan Cephas Cephas pernah terlibat dalam proyek
pemotretan untuk penelitian monumen kuno peninggalan zaman
Hindu-Jawa, yaitu kompleks Candi Loro Jonggrang di Prambanan, yang
dilakukan oleh Archeological Union di Yogyakarta pada tahun
1889-1890. Saat bekerja, Cephas banyak dibantu oleh Sem, anak
laki-lakinya yang juga tertarik pada dunia fotografi. Cephas juga
membantu memotret untuk lembaga yang sama ketika dasar tersembunyi
Candi Borobudur mulai ditemukan. Ada sekitar 300 foto yang dibuat
Cephas dalam proyek penggalian itu. Pemerintah Belanda
mengalokasikan dana 9.000 gulden untuk penelitian tersebut. Cephas
dibayar 10 gulden per lembar fotonya. Ia mengantongi 3.000 gulden
(sepertiga dari seluruh uang penelitian), jumlah yang sangat besar
untuk ukuran waktu itu.
Beberapa foto seputar candi tersebut dijual Cephas. Alhasil,
foto-foto buah karyanya itu menyebar dan terkenal. Ada yang
digunakan sebagai suvenir atau oleh-oleh bagi para elite Belanda
yang akan pergi ke luar kota atau ke Eropa. Album-album yang berisi
foto-foto Sultan dan keluarganya juga kerap diberikan sebagai
hadiah untuk pejabat pemerintahan seperti presiden. Hal itu
tentunya membuat Cephas dikenal luas oleh masyarakat kelas tinggi,
dan memberinya keleluasaan bergaul di lingkungan mereka. Karena
kedekatan dengan lingkungan elite itulah sejak tahun 1888 Cephas
memulai prosedur untuk mendapatkan status "equivalent to Europeans"
(sama dengan orang Eropa) untuk dirinya sendiri dan anak
laki-lakinya: Sem dan Fares.
Cephas adalah salah satu dari segelintir pribumi yang waktu itu
bisa menikmati keistimewaan-keistimewaan dan penghargaan dari
masyarakat elite Eropa di Yogyakarta. Mungkin itu sebabnya
karya-karya foto Cephas sarat dengan suasana menyenangkan dan
indah. Model-model cantik, tari-tarian, upacara-upacara, arsitektur
rumah tempo dulu, dan semua hal yang enak dilihat selalu menjadi
sasaran bidik kameranya. Bahkan, rumah dan toko milik orang-orang
Belanda, lengkap dengan tuan-tuan dan noni-noni Belanda yang
duduk-duduk di teras rumah, juga sering menjadi obyek
fotonya.Sekitar tahun 1863-1875, Cephas sempat magang di sebuah
kantor milik Isidore van Kinsbergen, fotografer yang bekerja di
Jawa Tengah. Status sebagai fotografer resmi baru ia sandang saat
bekerja di Kesultanan Yogyakarta. Sejak menjadi fotografer khusus
Kesultanan itulah namanya mulai dikenal hingga ke Eropa.
Terlindas Semangat Revolusi Meski demikian, dalam khazanah
fotografi Indonesia, nama Kassian Cephas tidak seharum nama Mendur
bersaudara, yakni Frans Mendur dan Alex Mendur. Mereka berdua
adalah fotografer yang dianggap sangat berjasa bagi perjalanan
bangsa ini. Merekalah yang mengabadikan momen-momen penting saat
Soekarno membacakan proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Karya-karya
mereka lebih disorot masyarakat Indonesia karena dianggap kental
dengan suasana heroik yang memang pada masa itu sangat
dibutuhkan.Foto-foto monumental karya Mendur Bersaudara, mulai dari
foto Bung Tomo yang sedang berpidato dengan semangat berapi-api di
bawah payung, foto Jenderal Sudirman yang tak lepas dari tandunya,
foto sengitnya pertempuran di Surabaya, hingga foto penyobekan
bendera Belanda di Hotel Savoy, menjadi alat perjuangan bangsa dan
menjadi bukti sejarah terbentuknya negara ini. Di awal-awal
kemerdekaan dan revolusi, tentu saja foto-foto Mendur Bersaudara
tadi terus diproduksi oleh penguasa dan pelaku sejarah untuk
mengawal semangat bangsa ini. Foto-foto karya mereka dicetak dalam
buku-buku sejarah dan menjadi bacaan wajib siswa sekolah, mulai
dari tingkat dasar sampai tingkat doktoral.Sementara foto-foto
Cephas yang penyebarannya sangat terbatas lebih cocok masuk ke
museum atau dikoleksi oleh orang-orang yang menjadi kliennya atau
para kolektor. Kandungan foto karya Cephas dinilai tidak mendukung
suasana pergolakan yang tengah berlangsung saat itu. Bahkan
foto-fotonya yang menonjolkan tentang keindahan Indonesia, potret
raja-raja dan londo-londo, serta para bangsawan dipandang sebagai
pro status quo. Makanya fotonya jarang dilirik.Perbedaan zamanlah
yang membuat foto-foto karya Cephas dan Mendur Bersaudara saling
bertolak belakang. Kalau foto karya Mendur Bersaudara
memperlihatkan sosok Bung Karno yang hangat, flamboyan, dan penuh
semangat kerakyatan, justru foto buatan Cephas menampilkan sosok
raja yang dingin, sombong, dan sangat feodal. Bila foto-foto para
pejuang wanita yang juga anggota palang merah di kancah pertempuran
disuguhkan Mendur Bersaudara, justru foto-foto gadis cantik, manja,
dan ayulah yang ditawarkan Cephas. Maka wajar bila foto-foto Mendur
Bersaudara dicari dan dilirik orang, sedangkan foto-foto Cephas
tenggelam dalam pelukan para kolektor.Kini Kassian Cephas hanya
tinggal kenangan. Foto-foto tentang dirinya pun tersembunyi entah
di mana. Hanya ada satu buah foto yang menjadi bukti bahwa ia
pernah ada, yakni foto dirinya setelah menerima bintang jasa
Orange-Nassau dari Ratu Wilhelmina pada tahun 1901
Sejarah fotografihttp://id.wikipedia.org/wiki/FotografiKronologi
perkembangan fotografi dimulai dengan: 1822 Joseph Nicphore Nipce
membuat foto Heliografi yang pertama dengan subyek Paus Pius VII,
menggunakan proses heliografik. Salah satu foto yang bertahan
hingga sekarang dibuat pada tahun 1825.[1] 1826 Joseph Nicphore
Nipce membuat foto pemandangan yang pertama,[1] yang dibuat dengan
pajanan selama 8 jam. 1835 William Henry Fox Talbot menemukan
proses fotografi yang baru. 1839 Louis Daguerre mematenkan
daguerreotype. 1839 William Henry Fox Talbot menemukan proses
positif/negatif yang disebut Tabotype. 1839 John Herschel menemukan
film negatif dengan larutan Sodium thiosulfate/hyposulfite of soda
yang disebut hypo atau fixer. 1851 Frederick Scott Archer
memperkenalkan proses koloid. 1854 Andr Adolphe Eugne Disdri
memperkenalkan rotating camera yang dapat merekam 8 citra berbeda
dalam satu film. Setelah hasilnya dicetak di atas kertas albumen,
citra tersebut dipotong menjadi 8 bagian terpisah dan direkatkan
pada lembaran kartu. Kartu ini menjadi inspirasi penyebutan
(fr:carte de visite, bahasa Inggris:visiting card) 1861 Foto
berwarna yang pertama diperkenalkan James Clerk Maxwell. 1868 Louis
Ducos du Hauron mematenkan metode subtractive color photography.
1871 Richard Maddox menemukan film fotografis dari emulsi gelatin.
1876 F. Hurter & V. C. Driffield memulai evaluasi sistematis
pada kepekaan emulsi fotografis yang kemudian dikenal dengan
istilah sensitometri. 1878 Eadweard Muybridge membuat sebuah foto
high-speed photographic dari seekor kuda yang berlari. 1887 Film
Seluloid yang pertama diperkenalkan. 1888 Kodak memasarkan box
camera n1, kamera easy-to-use yang pertama. 1887 Gabriel Lippmann
menemukan reproduksi warna pada foto. 1891 Thomas Alva Edison
mematenkan kamera kinetoskopis (motion pictures). 1895 Auguste and
Louis Lumire menemukan cinmatographe. 1898 Kodak memperkenalkan
produk kamera folding Pocket Kodak. 1900 Kodak memperkenalkan
produk kamera Brownie. 1901 Kodak memperkenalkan 120 film. 1902
Arthur Korn membuat teknologi phototelegraphy;; yang mengubah citra
menjadi sinyal yang dapat ditransmisikan melalui kabel. Wire-Photos
digunakan luas di daratan Eropa pada tahun 1910 dan transmisi
antarbenua dimulai sejak 1922. 1907 Autochrome Lumire merupakan
pemasaran proses fotografi berwarna yang pertama. 1912 Vest Pocket
Kodak menggunakan 127 film. 1913 Kinemacolor, sebuah sistem
"natural color" untuk penayangan komersial, ditemukan. 1914 Kodak
memperkenalkan sistem autographic film. 1920s Yasujiro Niwa
menemukan peralatan untuk transmisi phototelegraphic melalui
gelombang radio. 1923 Doc Harold Edgerton menemukan xenon flash
lamp dan strobe photography. 1925 Leica memperkenalkan format film
35mm pada still photography. 1932 Tayangan berwarna pertama dari
Technicolor bertajuk Flowers and Trees dibuat oleh Disney. 1934
Kartrid film 135 diperkenalkan, membuat kamera 35mm mudah
digunakan. 1936 IHAGEE membuat Ihagee Kine Exakta 1. Kamera SLR
35mm yang pertama. 1936 Kodachrome mengembangkan multi-layered
reversal color film yang pertama. 1937 Agfacolor-Neu mengembangkan
reversal color film. 1939 Agfacolor membuat "print" film modern
yang pertama dengan materi warna positif/negatif. 1939 View-Master
memperkenalkan kamera stereo viewer. 1942 Kodacolor memasarkan
"print" film Kodak yang pertama. 1947 Dennis Gabor menemukan
holography. 1947 Harold Edgerton mengembangkan rapatronic camera
untuk pemerintah Amerika Serikat. 1948 Kamera Hasselblad mulai
dipasarkan. 1948 Edwin H. Land membuat kamera instan yang pertama
dengan merk Polaroid. 1952 Era 3-D film dimulai. 1954 Leica M
diperkenalkan. 1957 Asahi Pentax memperkenalkan kamera SLRnya yang
pertama. 1957 Citra digital yang pertama dibuat dengan komputer
oleh Russell Kirsch di U.S. National Bureau of Standards (sekarang
bernama National Institute of Standards and Technology, NIST). [2]
1959 Nikon F diperkenalkan. 1959 AGFA memperkenalkan kamera
otomatis yang pertama, Optima. 1963 Kodak memperkenalkan
Instamatic. 1964 Kamera Pentax Spotmatic SLR diperkenalkan. 1973
Fairchild Semiconductor memproduksi sensor CCD skala besar yang
terdiri dari 100 baris dan 100 kolom. 1975 Bryce Bayer dari Kodak
mengembangkan pola mosaic filter Bayer untuk CCD color image
sensor. 1986 Ilmuwan Kodak menemukan sensor dengan kapasitas
megapiksel yang pertama. 2005 AgfaPhoto menyatakan bangkrut.
Produksi film konsumen bermerk Agfa terhenti. 2006 Dalsa membuat
sensor CCD dengan kapasitas 111 megapixel, yang terbesar saat itu.
2008 Polaroid mengumumkan penghentian semua produksi produk film
instan berkaitan dengan semakin berkembangnya teknologi citra
digital. 2009 - Kodak mengumumkan penghentian film
Kodachrome.[2]
Sejarah Ringkas FotografiOleh Hasnuddin Abu Samah untuk
FOTOTEACHER.COMhttp://www.fototeacher.com/blog/artikel-kreativiti/sejarah-ringkas-fotografi/
Adalah penting untuk kita mengetahui sedikit sejarah mengenai
fotografi agar kita lebih menghargai dan memahami asas mengenai
bidang ini.Pada zaman awal fotografi, manusia lebih memberi tumpuan
kepada proses penciptaan kamera itu sendiri. Berbagai proses telah
dicipta dan diperkenalkan. Ciptaan-ciptaan awal ini mempunyai
berbagai kelemahan yang kemudiannya sentiasa diperbaiki oleh
ciptaan-ciptaan lain yang lebih baik.Setelah beberapa lama, apabila
kamera menjadi semakin mudah digunakan dan menghasilkan kualiti
yang lebih baik, dunia fotografi terus berkembang dengan lahirnya
jurufoto-jurufoto yang menggunakan kamera sebagai alat untuk
berkarya. Fotografi juga telah berkembang menjadi satu bentuk media
visual yang mempunyai nilai seni yang tersendiri. Ianya juga turut
memberi faedah yang besar dalam berbagai bidang seperti
kewartawanan, pengiklanan, perubatan, pendidikan, pemetaan dan
sebagainya.
Penciptaan KameraSiapakah yang mencipta kamera? Sebenarnya,
penciptaan kamera tidak dilakukan oleh seorang individu sahaja.
Proses penciptaan kamera ini berlaku secara beransur-ansur selama
ratusan tahun melibatkan berbagai pengetahuan dalam ilmu fizik,
kimia dan optik. Beberapa orang individu penting telah mencipta
beberapa perkara yang akhirnya menyumbang kepada terciptanya kamera
pertama yang boleh merakam imej kekal.Manusia telah lama mengetahui
prinsip asas berkaitan fotografi, iaitu sekitar tahun 300 sebelum
masihi dimana Aristotle (ahli falsafah Greek) telah menulis
mengenai fenomena pembentukan imej yang merupakan asas kepada
fungsi sebuah kamera. Pada sekitar abad yang sama, Mo Ti (ahli
falsafah Cina) telah mencipta sebuah alat yang berfungsi sebagai
sebuah kamera yang ringkas. Tetapi, kamera ini tidak boleh merakam
gambar.Seorang lagi tokoh penting yang menyumbang ke arah
penciptaan kamera ialah Ibn Al-Haytham (Dunia Barat mengenalinya
sebagai Alhazen). Beliau adalah seorang saintis muslim yang
dianggap sebagai Bapa Optik Moden dan jasanya diiktiraf oleh
sarjana Barat. Pada sekitar tahun 1000 masehi, Ibn Al-Haytham telah
membina camera obscura dan telah menerangkan secara saintifik
mengenai camera obscura, sifat cahaya dan beberapa perkara mengenai
optik. Hasil kajian dan penemuan oleh Ibn Al-Haytham dikembangkan
lagi oleh saintis barat selepas itu.Pada zaman awal ini, kamera
yang dicipta tidak boleh digunakan untuk merakam imej secara kekal.
Kamera yang dikenali sebagai camera obscura ini cuma boleh
memaparkan imej yang hanya boleh dilihat sahaja. Selepas beberapa
lama, kamera ini diperbaiki lagi lalu membolehkan imej yang dilihat
itu boleh ditekap bagi dijadikan lukisan.Perkataan camera obscura
adalah perkataan yang berasal dari Bahasa Latin dimana camera
bermaksud bilik dan obscura bermaksud gelap. Oleh itu, camera
obscura bermaksud bilik gelap. Memang pada asalnya, kamera adalah
merupakan sebuah bilik yang tertutup dan gelap. Satu lubang kecil
akan dibuat pada satu dinding di bilik tersebut bagi membolehkan
cahaya masuk. Cahaya yang masuk melalui lubang kecil ini akan
membentukkan imej pada satu permukaan yang bertentangan di dalam
bilik ini. Kamera yang bersaiz sebuah bilik ini kemudian telah
dikecilkan saiznya sehingga ia menjadi mudah alih. Camera obscura
seterusnya menjadi semakin popular apabila ianya dijadikan dalam
bentuk kotak yang dibuat dari kayu dan bersaiz lebih kecil.
Camera obscura yang telah diperbaiki bersaiz lebih kecil dan
mudah alih. Alat ini digunakan untuk menekap imej yang dihasilkan
untuk dijadikan lukisan. Sumber foto dari Wikimedia Commons
Penciptaan Kaedah untuk Merakam Imej Foto KekalUntuk mencipta
sebuah kamera adalah tidak begitu sukar. Apa yang lebih sukar
adalah untuk merakam imej secara kekal. Pada sekitar tahun 1800,
Thomas Wedgewood telah berjaya merakam gambar foto, tetapi gambar
tersebut tidak kekal. Foto yang dirakam hanya bertahan selama
beberapa saat sahaja sebelum ianya pudar dan terus lenyap.Setelah
lebih dari 800 tahun sejak wujudnya camera obscura, manusia masih
belum boleh merakam foto yang kekal. Akhirnya, pada tahun 1826(1),
Nicephore Niepce telah berjaya merakam foto alam semulajadi(1) yang
pertama di dunia secara kekal! Untuk mendapatkan foto ini, Niepce
telah menggunakan proses yang diberi nama Heliograph dan telah
membuat dedahan cahaya selama 8 jam untuk merakam imej (kamera
sekarang boleh merakam foto dengan dedahan cahaya hanya selama
1/125 saat atau lebih cepat)Huraian: (1)Di bahagian belakang foto
ini tertera tulisan tahun 1827. Ada pendapat yang mengatakan foto
ini dirakam pada tahun tersebut. Ada pula pendapat lain mengatakan,
tahun 1827 yang ditulis di bahagian belakang foto itu adalah tahun
dimana Niepce menghadiahkan foto itu kepada rakannya, tetapi foto
ini sebenarnya dirakam pada tahun 1826. (2)Foto yang lebih awal
sebenarnya telah dihasilkan pada tahun 1822 dari objek bukan alam
semulajadi, iaitu foto salinan dari lithograph (litograph ialah
sejenis teknik cetakan menggunakan goresan)Sumber rujukan: Harry
Ransom Center, University of Texas at Austin
Foto yang diberi nama View from the Window ini telah dikenali
sebagai foto kekal yang pertama di dunia yang telah dirakam oleh
Nicephore Niepce di rumahnya di Perancis. Sumber foto dari
Wikimedia CommonsPada tahun 1837, Louis Daguerre telah menunjukkan
proses yang dikenali dengan nama Daguerreotype dimana foto boleh
dirakam dengan dedahan yang lebih pendek iaitu kurang dari 30
minit. Proses Daguerreotype ini boleh menghasilkan foto yang cantik
dan merupakan satu proses yang popular di seluruh dunia pada zaman
itu.
Kamera yang digunakan untuk menghasilkan foto dengan proses
Daguerreotype. Foto oleh Liudmila & Nelson, Wikimedia
CommonsPada tahun 1839, satu lagi penemuan besar dalam fotografi
telah dibuat oleh William Henry Fox Talbot. Beliau telah mencipta
satu proses yang dinamakan Calotype dimana proses ini boleh
menghasilkan imej negatif. Imej negatif ini boleh digunakan untuk
mencetak semula imej-imej positif. Ini bermaksud, foto yang dirakam
boleh dicetak semula sebanyak mana yang dikehendaki. Proses
Calotype ini telah memberi idea asas kepada proses negatif-positif
yang telah digunakan secara meluas dalam era fotografi analog
selama lebih dari 100 tahun selepas itu.Selepas proses Calotype
diperkenalkan, ada banyak lagi proses lain telah dicipta antaranya
ialah Wet Plate Collodion, Ambrotype (Collodion Positive), Tintype,
Cyanotype dan beberapa proses lagi. Namun, kesemua proses ini masih
tidak cukup sempurna dan ianya tidak begitu mesra pengguna. Kamera
yang digunakan bersaiz besar dan berat. Proses menghasilkan foto
juga adalah remeh dan memakan masa.Sehinggalah pada tahun 1888,
George Eastman menerusi syarikatnya Kodak telah mengeluarkan kamera
yang lebih mesra pengguna. Kamera yang diberi nama Kodak No. 1 ini
dikilangkan secara besar-besaran untuk kegunaan orang ramai. Kamera
ini menggunakan filem negatif dan boleh merakam sehingga 100 keping
foto untuk setiap kali isian.
Kamera Kodak No. 2A (Brownie) yang telah diperbaharui dari
kamera sebelumnya, iaitu Kodak No. 1. Penghasilan kamera jenis ini
telah menjadikan fotografi lebih popular di kalangan orang awam.
Foto oleh John Kratz, Wikimedia Commons
Perkembangan Fotografi AnalogKodak telah mencetuskan perubahan
dimana fotografi boleh dipraktikkan secara lebih meluas terutamanya
di kalangan jurufoto amatur. Dari sini, fotografi semakin
berkembang dimana kamera semakin mampu dimiliki dan proses merakam
gambar menjadi lebih mudah.Kamera terus menjadi semakin canggih.
Secara beransur-ansur, kamera yang beroperasi secara mekanikal
diperbaiki dengan penggunaan komponen elektronik. Berbagai kawalan
automatik ditambah untuk memudahkan pengguna.Teknologi fotografi
analog (menggunakan filem) digunakan selama lebih dari 100 tahun
lamanya. Dalam tempoh ini, bidang fotografi telah menjadi cukup
matang, baik dari segi teknologinya mahupun dari segi perkembangan
artistiknya.
Kamera Canon New F1, antara kamera analog yang termasyhur di
zamannya. Kamera seperti ini banyak digunakan oleh jurufoto
profesional pada sekitar tahun 1980an. Foto oleh Richard Hilber,
Wikimedia Commons.Fotografi DigitalMenurut rekod yang sah, kamera
digital pertama dicipta pada tahun 1975 oleh Steve Sasson, seorang
jurutera Kodak. Kamera ini boleh menangkap gambar menggunakan CCD
(Charge-Coupled Device) dengan 10,000 piksel. Namun, fotografi
digital juga dikatakan telah mula digunakan oleh NASA (National
Aeronautics and Space Adiministration) sejak tahun 1960an lagi
untuk menerima isyarat imej digital yang dirakam oleh pesawat di
angkasa lepas. Asas kepada fotografi digital ini juga sebenarnya
telah wujud sejak tahun 1950an berasaskan dari teknologi kamera
video.
Antara kamera digital yang terawal Kodak DCS 420 yang
menggunakan badan kamera analog Nikon F90. Sistem ini mempunyai
sensor dengan 1.2 megapixel sahaja dan mula diperkenalkan pada
tahun 1994. Sumber foto dari Wikimedia CommonsApa pun, fotografi
digital tidak digunakan oleh orang ramai secara meluas sehinggalah
pada sekitar tahun 2002 apabila kamera digital mula dipasarkan
secara komersial. Perkembangan teknologi fotografi digital berlaku
dengan begitu pesat sejak dari itu. Dengan ini, bermulalah satu era
baru dalam sejarah fotografi.
Sejarah Awal Mula Fotografi
Duniawww.elib.unikom.ac.id/download.php?id=103471
SIAPA yang tidak mengenal kamera? Anak kecil zaman sekarang pun
sudah terbiasa memegang dan bergaya di hadapan kamera. Yang perlu
dilakukan hanyalah menekan satu tombol, momen yang ingin disimpan
dapat tertangkap oleh kamera. Pada hakikatnya, fotografi merupakan
teknik untuk menghasilkan gambar yang tahan lama melalui suatu
reaksi kimia yang terjadi, ketika cahaya menyentuh permukaan yang
telah dipersiapkan sebelumnya.Sejarah fotografi saat ini, berhutang
banyak p ada beberapa nama yang memberikan kontribusi yang sangat
berarti bagi perkembangan fotografi sampai era digital sekarang.
Kita mencatat nama Al Hazen, seorang pelajar berkebangsaan Arab
yang menulis bahwa citra dapat dibentuk dari cahaya yang melewati
sebuah lubang kecil pada tahun /000 M. Kurang lebih 400 tahun
kemudian, Leonardo da Vinci, juga menulis mengenai fenomena yang
sama. Namun, Battista Delta Porta, juga menulis hal tersebut,
sehingga dia yang dianggap sebagai penemu prinsip kerja kamera
melalui bukunya, Camera Obscura.Awal abad 17, Ilmuwan Italia,
Angelo Sala menemukan bahwa bila serbuk perak nitrat dikenai
cahaya, warnanya akan berubah menjadi hitam. Bahkan saat itu,
dengan komponen kimia tersebut, ia telah berhasil merekam gambar -
gambar yang tak bertahan lama. Hanya saja masalah yang dihadapinya
adalah menyelesaikan proses kimia setelah gambar-gambar itu terekam
sehingga permanen.Pada 1727, Johann Heinrich Schuize, profesor
farmasi dari Universitas di Jerman, juga menemukan hal yang sama
pada percobaan yang tak berhubungan dengan fotografi. Ia memastikan
bahwa komponen perak nitrat menjadi hitam karena cahaya dan bukan
oleh panas. Sekitar tahun 1800, Thomas Wedgwood, seorang Inggris,
bereksperimen untuk merekam gambar positif dari citra yang telah
melalui lensa pada kamer a obscurayang sekarang ini disebut kamera,
tapi hasilnya sangat mengecewakan. Akhirnya ia berkonsentrasi
sebagaimana juga Schuize, membuat gambar-gambar negatif, pada kulit
atau kertas putih yang telah disaputi komponen perak dan
menggunakan cahaya matahari sebagai penyinaran.Tahun 1824, setelah
melalui berbagai proses penyempurnaan oleh berbagai orang
denganberbagai jenis pekerjaan dari berbagai negara. Akhirnya
Joseph Nieephore Niepee, seorang lithograf berhasil membuat gambar
permanen pertama yang dapat disebut "FOTO" dengan tidak menggunakan
kamera, melalui proses yang disebutnya Heliogravure atau proses
kerjanya mirip lithograf dengan menggunakan sejenis aspal yang
disebutnya Bitumen of judea, sebagai bahan kimia dasarnya. Kemudian
dicobanya menggunakan kamera, namun ada sumber yang menyebutkan
Niepee sebagai orang pertama yang menggunakan lensa pada camera
obscura. Pada masa itu lazimnya camera obscura hanya berlubang
kecil, juga bahan kimia lainnya, tapi hasilnya tidak memuaskan.
Agustus 1827, Setelah saling menyurati beberapa waktu sebelumnya,
Niepee berjumpadengan Louis Daguerre, pria Perancis dengan beragam
ketrampilan tapi dikenal sebagai pelukis. Mereka merencanakan
kerjasama untuk menghasilkan foto melalui penggunaan kamera.Tahun
1829, Niepee secara resmi bekerja sama dengan Daguerre, tapi Niepee
meninggal dunia pada tahun 1833. Dan tanggal 7 Januari 1839 ,
dengan bantuan seorang ilmuwan untuk memaparkan secara ilmiah,
Daguerre mengumumkan hasil penelitian. Penelitiannya selama ini
kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Perancis. Hasil kerjanya yang
berupa foto- foto yang permanen itu disebut DAGUERRETYPE, yang tak
dapat diperbanyak atau reprint atau repro.Tanggal 25 Januari 1839,
William Henry Fox Talbot, seorang ilmuwan Inggris, memaparkan hasil
penemuannya berupa proses fotografi modern kepada Institut Kerajaan
Inggris. Berbeda dengan Daguerre, ia menemuk an sistem
negatif-positif (bahan dasar : perak nitrat, diatas kertas). Walau
telah menggunakan kamera, sistem itu masih sederhana seperti apa
yang sekarang kita istilahkan : Contactprint (print yang dibuat
tanpa pembesaran atau pengecilan).Juni 1840, Talbot memperkenalkan
Calotype, perbaikan dari sistem sebelumnya, jugamenghasilkan
negatif diatas kertas. Dan pada Oktober 1847. Abel Niepee de St
Victor, keponakan Niepee, memperkenalkan pengunaan kaca sebagai
base negatif menggantikan kertas.Pada Januari 1850 . Seorang ahli
kimia Inggris, Robert Bingham , memperkenalkan penggunaan Collodion
sebagai emulsi foto, yang saat itu cukup populer dengan sebutan
WET-PLATE Fotografi. Setelah berbagai perkembangan dan
penyempurnaan, penggunaan roll film mulai dikenal.Juni 1888, George
Eastman, seorang Amerika, menciptakan revolusi fotografi
duniahasilpenelitiannya sejak 1877. Ia menjual produk baru dengan
merek KODAK berupa sebuah kamera box kecil dan ringan, yang telah
berisi roll film (dengan bahan kimia Perak Bromida) untuk /00
exposure. Bila seluruh film digunakan, kamera ini yang diisi film
dikirim keperusahaan Eastman untuk diproses. Setelah itu kamera
dikirimkan kembali dan telah berisi roll film yang baru.Berbeda
dengan kamera masa itu yang besar dan kurang praktis, produk baru
tersebut memungkinkan siapa saja dapat memotret dengan
leluasa.Hingga kini perkembangan fotografi terus mengalami
perkembangan dan berevolusi menjadi film-film digital yang mutakhir
tanpa menggunakan roll Film.Selanjutnya, secara bertahap fotografi
berkembang ke arah penyempurnaan teknik dan kualitas gambarnya
sampai pada akhir abad ke -19, fotografi telah mencapai kualitas
hasil yang mendekati seperti yang dikenal sekarang. Namun,
sebenarnya perkembangan foto seni di Indonesia sendiri telah
berkembang di akhir abad ke /8, ada orang Indonesia yang telah
membuat foto-foto indah menawan di dalam studio maupun di alam
bebas, foto -foto itu jelas sekali bernapaskan seni seperti yang
dikenal sekarang.Objek, lighting, dan komposisinya jelas sekali
diperhitungkan dengan masak saat pemotretan. Pencetakan fotonya pun
sangat brilian, sehingga hasil fotonya menjadi indah menawan
bagaikan lukisan-foto piktorial. Perbedaan yang dapat dilihat
dengan jelas adalah sebagian besar foto terekam beku. Jika memotret
manusia, maka si model diwajibkan diam beberapa saat. Hal ini dapat
dimaklumi karena teknologi fotografi saat itu masih sederhana, body
kamera berukuran besar, sedangkan filmnya masih dalam bentuk
lembaran (bukan rol), bahkan bahan dasarnya kaca atau seluloid,
dengan kepekaan (ASA) yang masih rendah. Mekanis pada lensa juga
sangat sederhana, bahkan banyak lensa yang mempunyai satu bukaan
diafragma dan tidak disertai lembaran daun di afragma, sehingga
pemotretan dilakukan dengan cara membuka dan menutup lensa.