Sebagian dari Bab 3 Pengantar Studi Keluarga (Puspitawati, 2018) BAB 3 INTERAKSI DALAM KELUARGA DAN STRATEGI KOPING 3.1 Pengertian Hubungan dan Interaksi Suatu hubungan melibatkan seri interaksi antara dua individu. Masing- masing interaksi tersebut relatif terbatas dalam lamanya, tetapi dipengaruhi oleh interaksi pada waktu lampau sehingga memengaruhi interaksi di masa yang akan datang. Namun, suatu hubungan dapat berlangsung tanpa adanya interaksi dan aspek- aspek subjektif, khususnya memori waktu interaksi dulu dan ekspektasi hubungan di masa depan yang menyangkut aspek kognitif dan afektif. 3.1 Pertalian hubungan keluarga Pertalian hubungan keluarga menyangkut pengaruh timbal balik antara anggota keluarga dengan mengedepankan hubungan saling ketergantungan dengan dalil sebagai berikut. 3.2 1. Hubungan-hubungan merupakan kesatuan karena individual mempunyai karakteristik yang bervariasi, kemudian saling bertalian membentuk kesatuan dan dianggap sebagai hubungan totalitas.
19
Embed
Sebagian dari Bab 3 Pengantar Studi Keluarga (Puspitawati ... · Berikut ini disajikan ciri keluarga dan hubungan dalam keluarga sebagai berikut. 3.3 1. Setiap anggota keluarga harus
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sebagian dari Bab 3
Pengantar Studi Keluarga
(Puspitawati, 2018)
BAB 3 INTERAKSI DALAM KELUARGA
DAN STRATEGI KOPING
3.1 Pengertian Hubungan dan Interaksi
Suatu hubungan melibatkan seri interaksi antara dua individu.
Masing- masing interaksi tersebut relatif terbatas dalam lamanya,
tetapi dipengaruhi oleh interaksi pada waktu lampau sehingga
memengaruhi interaksi di masa yang akan datang. Namun, suatu
hubungan dapat berlangsung tanpa adanya interaksi dan aspek-
aspek subjektif, khususnya memori waktu interaksi dulu dan
ekspektasi hubungan di masa depan yang menyangkut aspek
kognitif dan afektif.3.1
Pertalian hubungan keluarga
Pertalian hubungan keluarga menyangkut pengaruh timbal
balik antara anggota keluarga dengan mengedepankan hubungan
saling ketergantungan dengan dalil sebagai berikut. 3.2
1. Hubungan-hubungan merupakan kesatuan karena individual
mempunyai karakteristik yang bervariasi, kemudian saling
bertalian membentuk kesatuan dan dianggap sebagai
hubungan totalitas.
2. Hubungan menunjukkan pertalian dan kontinuitas.
Hubungan, seperti halnya individual merupakan manifestasi
pertalian lintas konteks dan stabil lintas transformasi.
3. Individual-individual secara mendarah daging menunjukkan
hubungan. Pertalian dalam sistem internal diri seorang
individu akan memungkinkan untuk memprediksi
perilakunya.
4. Peran hubungan diteruskan ke depan. Berbagai ahli teori
mengatakan bahwa model diri masa lalu memengaruhi
perilaku yang terjadi saat ini. Dengan demikian, model diri
seseorang dan hubungan yang dibentuk dari pengalaman
hubungan dengan orang lain memengaruhi dalam
penyeleksian pengalaman lingkungan sosial yang sedang
terjadi.
5. Harapan adalah pembawa hubungan.
Terdapat tiga dasar peran dalam keluarga: manliness, womanliness, dan
childishness. 3.2
1. Laki-laki bekerja di luar rumah, perannya diharapkan dapat
menunjukkan suatu keterampilan dan dibayar berdasarkan
spesialisasi kerja. Di rumah, laki-laki diharapkan berperilaku
sebagaimana seorang laki-laki yang baik, yaitu sebagai suami
yang baik (a good man). Seorang ayah diharapkan mendapat
penghargaan penuh karena keterampilannya yang baik.
2. Begitu pula perempuan diharapkan sebagai seorang
perempuan yang baik (a good woman).
3. Anak diharapkan berperilaku sebagai seorang anak yang baik
(a good boy atau a good girl).
Berikut ini disajikan ciri keluarga dan hubungan dalam keluarga
sebagai berikut. 3.3
1. Setiap anggota keluarga harus punya tempat tinggal.
2. Setiap anggota keluarga berhubungan dengan anggota
keluarga lainnya.
3. Setiap anggota keluarga memengaruhi dan dipengaruhi oleh anggota
keluarga lain.
4. Setiap anggota keluarga mempunyai potensi memengaruhi.
5. Keluarga berkembang sepanjang waktu.
6. Setiap anggota keluarga mempunyai paling tidak tiga peran
dalam kehidupan keluarga, yaitu orang tua, anak, dan
saudara.
Terdapat tiga dasar hubungan dalam keluarga: hubungan
suami dan istri (husband-wife relationships), hubungan orang tua
dan anak (parent-child relationships), dan hubungan antarsaudara
kandung (sibling relationships). Masing-masing interaksi tersebut
dijelaskan sebagai berikut.
Interaksi suami dan istri
The Family Psychodrama adalah suatu istilah dari interaksi
antar- anggota keluarga. Dari sisi psikologi, individu memainkan
perannya melalui permainan emosi cinta, takut, benci, perasaan
superior atau inferior, reaksi dari rasa aman, rasa tidak aman, rasa
cukup, atau kekurangan. Interaksi suami dan istri merupakan faktor
yang penting dalam plot the family psychodrama. Suami dan istri
saling berinteraksi dalam peran psikologi antara satu dengan
lainnya. Wujud dari perilaku interaksi antara suami istri
ditunjukkan oleh perilaku salah satu yang mendominasi, salah
satunya tunduk atau keduanya saling berkoordinasi. Rasa cinta
antara keduanya saling menguntungkan (mutual) atau mungkin
salah satu lebih mencintai dari yang lainnya. Untuk itu suami dan
istri saling memberikan suplemen dan saling membutuhkan
personalitas antara satu dengan lainnya atau secara emosi
independent.2.6
Levy dan Munroe (Burgess dan Locke 1960)2.6
menyatakan
bahwa studi psychiatric tentang kebutuhan personalitas dalam
perkawinan menyimpulkan adanya dua tipe yang saling
bertentangan. Tipe kehidupan perkawinan akan berkembang pada
kebahagiaan perkawinan atau ketidakbahagiaan perkawinan yang
ditentukan oleh kepuasan kedua kebutuhan dasar.
1. Kebutuhan cinta, perlindungan, dan perasaan menawan.
2. Kebutuhan independen, kecukupan diri, dan prestise.
Setiap suami istri memulai hubungan dengan perkawinan.
Berkaitan dengan interaksi sosial, maka suami istri juga
berhubungan dengan saudara dan teman yang masing-masing
mempunyai harapan tentang peran apa yang harus dilakukan oleh
anggota keluarga. Oleh karena itu, permainan drama dari
kehidupan keluarga adalah memainkan peran tersebut.
Konsepsi pasangan pengantin laki-laki adalah sebagai suami
dan perempuan adalah sebagai istri. Setelah beberapa tahun
berikutnya, berkembang konsepsi perkembangan peran yang
harmonis dan menyatu antara suami dan istri, baik perjanjian yang
dibentuk atas dasar kontrol oleh suami atau oleh istri atau
konsensus antara suami dan istri.
Menurut tradisi, suami harus menjadi kepala keluarga dan
mempunyai kata akhir dalam keputusan keluarga (have the final
words in decision). Pada tipe keluarga seperti ini, istri mengambil
tempat sebagai penurut dan tidak mendominasi, suami cenderung
untuk mendominasi keluarga dan sebagai sumber konflik dalam
kaitannya dengan hubungan saudara dan teman.
Tradisi dominasi maskulin mempunyai tempat yang lebih kuat di
budaya patriarki dan tradisional dibandingkan dengan budaya
modern.2.6
Seorang suami pada saat ini memahami peran seorang istri
dalam artian seperti peran perempuan zaman dulu yang dijalankan
oleh ibunya. Sementara seorang istri berpikir bahwa dirinya adalah
seorang perempuan modern. Oleh karena itu, terjadilah perbedaan
harapan dalam berperan antara suami dan istri pada keluarga tipe
tersebut. Suami menginginkan istrinya untuk menjadi ibu rumah
tangga, tetapi istrinya cenderung untuk berusaha menjadi
perempuan karier. Suami mengupayakan untuk sepenuhnya
mencari nafkah bagi keluarganya dan perempuan juga merasa
bangga akan upaya suaminya sebagai pencari nafkah utama seperti
ayahnya dulu.
Interaksi suami dan istri kadang-kadang bertahan dalam mem-
pertahankan kelangsungan perkawinan karena harapan perkawinan
yang sangat kuat. Adapun suami dan istri yang bercerai, salah satu
sebabnya karena istri tidak dapat menoleransi perbuatan suaminya
dalam perzinahan, kecanduan alkohol, serta kekasaran yang
berakhir pada penolakan untuk tetap bersatu dalam perkawinan.
Lebih lanjut hubungan suami dan istri (husband-wife relationships)
dijelaskan sebagai berikut. 3.2
Perkawinan mempunyai berbagai bentuk, tetapi bentuk apa
pun akan mempunyai kewajiban yang pantas dan disebut sebagai
pekerjaan perkawinan (marriage work) yang membutuhkan banyak
upaya. Terdapat enam macam tanggung jawab perkawinan.
1. Kebenaran dan ketergantungan (truthfulness and
dependability) yang diharapkan dari pasangan untuk berkata
yang sebenarnya dan saling bergantung satu dengan lainnya.
2. Berbagi pekerjaan (sharing the work) yang diharapkan dari
pasangan suami istri dengan kondisi istri melakukan
pekerjaan tertentu dan suami melakukan pekerjaan lainnya.
3. Saling mendukung ego dan simpati (mutual ego support and
sympathy) yang berkaitan dengan pengertian pasangan untuk
mendengarkan dengan simpati terhadap masalah pasangan
lainnya dan saling berupaya untuk mendorong ego satu
dengan lainnya. Diketahui bahwa persahabatan
(companionship) berhubungan positif dengan kepuasan
perkawinan.
4. Berbicara dan mendengarkan (talking and listening) untuk
menghasilkan keakraban yang sebenarnya dan hubungan yang
sejati dengan kesamaan dalam mengekspresikan
pandangannya melalui komunikasi yang baik.
5. Kepuasan seks dan kehangatan fisik (sex satisfaction and
physical warmth) diupayakan agar terpenuhi kebutuhan seks.
Semakin lamanya pernikahan, maka ada kecenderungan
hubungan seksual menjadi semakin berkurang, rutin, dan
monoton.
6. Kesukarelaan (volunteering) menunjukkan kemauan
pasangan untuk melakukan sesuatu terhadap pasangannya di
luar tugas rutinitasnya.
Interaksi orang tua dan anak
Kadang-kadang seorang suami atau istri menolak untuk
mempunyai anak karena tidak mengharapkan berbagi afeksi dari
pasangannya kepada orang lain (meskipun pada anaknya). Reaksi
ini mungkin adalah cara untuk bertahan hidup dari masa anak-anak
sebagai tanda perasaan kehilangan atau perampasan afeksi dari
salah satu orang tua atau kedua orang tuanya pada saat punya
saudara kandung. Sebagai konsekuensinya, suami atau istri
berusaha untuk memelihara monopoli cinta dari pasangannya.
Perilaku seperti ini juga sebagai ekspresi perasaan tidak aman
dalam respons afeksi dan ketakutan adanya pesaing yang akan
mengganti posisinya. Namun demikian, studi Berkeley tentang
perilaku anak dan keluarga menggambarkan pentingnya kelahiran
anak dalam signifikansi hubungan interpersonal antara suami dan
istri dalam kaitan dampaknya terhadap perkembangan anak.2.6
Memasuki tahapan suami dan istri yang mempunyai anak,
maka akan segera mentransformasi hubungan suami istri tersebut.
Ahli psikiatri mendefinisikan dan menganalisis adanya gangguan
hubungan suami dan istri yang disebabkan oleh kehadiran anak.
Keteraturan penyesuaian yang biasa dilakukan oleh suami dan istri
cenderung terganggu. Kebutuhan dan permintaan anak menjadi
lebih prioritas daripada keinginan dan minat suami dan istri. Waktu
dan energi yang sebelumnya dialokasikan untuk mendampingi
pasangan dan keperluan sosial lain menjadi dialihkan ke
pemenuhan kebutuhan fisik dan psiko-sosial anak.2.6
Orang tua dan anak berhubungan satu dengan yang lain dalam
berbagai dimensi seperti cinta, kewenangan, ketergantungan, dan
dalam berbagai macam interaksi yang menyangkut perawatan,
kontrol, intruksi, dan pendampingan. Proses hubungan antara orang
tua dan anak ini menunjukkan apakah mood yang negatif (semacam
emosi negatif seperti takut, marah, sedih, cemas, dan stres) atau
emosi positif (seperti kebahagiaan, kelembutan, kesenangan, dan
afeksi).3.4
1. Hubungan dyadic yang baik menunjukkan saling
ketergantungan antara orang tua dan anak (misalnya
hubungan ibu dengan anaknya).
2. Hubungan triadic juga menunjukkan hubungan antara ibu dan
dua orang anaknya secara bersama-sama dalam keadaan baik.
Ahli psikiatri mengasumsikan bahwa kelahiran seorang anak
secara alamiah menimbulkan banyak sekali kecemburuan antara
kedua orang tua (naturally stirs up a good deal of jealousy between
parents). Dalam review sejarah konflik keluarga, para ahli
menemukan bahwa masalah sering terjadi pada saat mulai
melahirkan anak pertama atau kadang-kadang mulai hamil anak
pertama. Kecemburuan karena rasa cinta dan dedikasi hidup istri
terhadap suami beralih segera diberikan pada anak. Meskipun hal
ini benar pada beberapa kasus karena afeksi dan rasa saling cinta
yang mendalam antara suami istri akan dibagi dengan anggota
keluarga baru.2.6
Kehadiran anak yang kedua dan anak-anak lainnya
mengindikasikan adanya tahapan keluarga dalam memodifikasi
peran dan perilaku. Preferensi mungkin akan muncul dari suami
atau istri pada anak tertentu. Berbagai kombinasi preferensi
terbentuk, baik sementara atau permanen. Orang tua mulai
bertentang dengan anak atau anak dengan orang tua. Pada situasi
tertentu, ayah dan anak laki-laki akan beroposisi dengan ibu dan
anak perempuan, atau ayah dan anak perempuan akan bersatu
melawan ibu dan anak laki-laki.2.6
Dalam suatu studi preferensi anak terhadap ayah atau ibu,
Nimkoff menyimpulkan bahwa membesarkan anak akan terasa
mudah apabila orang tua mempunyai latar belakang budaya yang
Herien Puspitawati | 83
Studi Keluarga
hampir mirip, mempunyai perkawinan yang bahagia, tidak
menunjukkan adanya preferensi terhadap anak tertentu, dan pola
masyarakat adalah homogen. Di bawah kondisi seperti ini, anak
berkembang penuh integrasi personalitas dengan sedikit konflik
melalui peran yang dilakukan oleh orang tuanya.2.6
Perbedaan keyakinan agama dan nilai-nilai hidup antara suami
dan istri sering menimbulkan kebingungan dan gangguan pada
anak-anak karena harapan kedua orang tua tidak jelas dan tidak
seragam. Sering kali salah satu orang tua, biasanya ibu akan
mengambil alih mengajari anak berdasarkan latar belakang
budayanya. Pada saat-saat tertentu, anak-anak akan
mengombinasikan latar belakang ayah dan ibunya. Konflik anak
menjadi sangat meningkat, apabila terjadi perpisahan dan
perceraian orang tuanya akibat harapan yang berbeda akan
berdampak pada perkembangan psikologi dan budaya anak.2.6
Berkaitan dengan hubungan orang tua dan anak, maka
tanggung jawab dan tugas orang tua sebagai ayah dan ibu adalah
sebagai berikut. 3.2
1. Pemeliharaan merupakan tugas dasar orang tua terhadap
anak- anaknya untuk memenuhi kebutuhan seperti makanan,
pakaian, dan tempat tinggal.
2. Membimbing anak-anak untuk melatih moral dan kebiasaan
hidup secara mendasar.
3. Mendisiplinkan anak adalah tugas berat orang tua dengan
menerapkan pujian dan hukuman agar dapat memenuhi
perilaku standar minimum yang ditetapkan oleh norma
masyarakat.
4. Membantu anak untuk dapat berfungsi lebih dari sekedar
mempertahankan hidup dasar.
5. Mencintai dan menghargai anak yang merupakan ide modern.
6. Melepaskan anak untuk pergi, tidak hanya pergi
meninggalkan rumah, tetapi juga siap pindah ke luar rumah
apabila sudah siap.
84 | Herien Puspitawati
.
Interaksi antarsaudara kandung (siblings) 2.6
Persaingan sibling muncul dengan hadirnya anak kedua. Anak
pertama tiba-tiba menemukan dirinya bukan lagi pusat atensi dan
monopoli afeksi orang tuanya. Kosekuensinya, anak akan bereaksi
cemburu pada saudara kandung yang baru lahir. Persaingan sibling
pada masa bayi akan menimbulkan modifikasi dalam bentuk
ketidaksadaran persaingan di masa anak-anak hingga masa dewasa.
Tabel 3.2 Perbedaan karakteristik sistem terbuka dan tertutup3.3
Keteranga
n
Sistem Tertutup Sistem Terbuka
Asumsi
Manusia pada dasarnya setara dan harus dikontrol untuk menjadi baik.
Hubungan harus diatur oleh paksaan atau oleh rasa takut hukuman.
Hanya ada cara yang benar dan orang tersebut mempunyai kekuatan yang paling kuat.
Selalu ada seseorang yang tahu apa yang terbaik untuk diri Anda.
Manusia mempunyai akal sehat untuk memilih secara rasional.
Hubungan dilakukan berdasarkan kepentingan bersama.
Manusia dapat belajar dari yang lainnya.
Kekayaan diri adalah sekunder di atas kekuatan dan perbuatan.
Kegiatan adalah tergantung dan tunduk pada atasan.
Melawan perubahan.
Kekayaan diri adalah primer, sedangkan kekuatan dan perbuatan adalah sekunder.
Aksi menunjukkan suatu keyakinan.
Perubahan dipandang normal yang diinginkan serta diterima.
Semua komunikasi, sistem, dan peraturan saling berkaitan satu dengan lainnya.
Self Esteem Rendah Tinggi
Komunikasi Tidak langsung, tidak jelas, tidak spesifik, aneh, tumbuh - menghalangi.