9 Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Pada Anak Tunagrahita Ringan :Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER “MANTAP” SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERHITUNG ANAK TUNAGRAHITA RINGAN. A. Pengertian dan Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan adalah kelompok anak tunagrahita yang tergolong ringan bila dibandingkan dengan anak tunagrahita lainnya. Istilah yang lain digunakan untuk menyebut anak tunagrahita ringan diantaranya ialah anak debil (sudah ditinggalkan) atau anak mampu didik. Dalam bahasa asing digunakan istilah Educable Mentally Retarted On Mild. Menurut Amin, M (1994;33-34) anak tunagrahita ringan sebagai berikut : Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terlambat, namun mereka mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam pelajaran akademik, penyesuain sosial dan kemampuan bekerja. Dalam mata pelajaran akademik, mereka pada umumnya mampu mengikuti mata pelajaran tingkat lanjutan, baik SLTPLB dan SMALB maupun sekolah biasa dengan program khusus sesuai dengan berat ringannya ketunagrahitaan yang disandangnya. IQ mereka berkisar 50-70. Dalam penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri dalam lingkungan sosial tidak saja dalam lingkungan yang terbatas tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakan dari mereka dapat berdiri sendiri dalam masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa anak tunagrahita ringan merupakan anak yang masih memiliki potensi dan kemampuan untuk di didik baik dalam bidang akademik, penyesuaian sosial maupun dalam pekerjaan.
24
Embed
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERHITUNG ANAK …a-research.upi.edu/operator/upload/s_plb_0705115_chpater2.pdf · Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun kecerdasannya dan adaptasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
PENGGUNAAN MEDIA ANIMASI KOMPUTER “MANTAP”
SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BERHITUNG
ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.
A. Pengertian dan Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan
Anak tunagrahita ringan adalah kelompok anak tunagrahita yang tergolong
ringan bila dibandingkan dengan anak tunagrahita lainnya. Istilah yang lain
digunakan untuk menyebut anak tunagrahita ringan diantaranya ialah anak debil
(sudah ditinggalkan) atau anak mampu didik. Dalam bahasa asing digunakan
istilah Educable Mentally Retarted On Mild.
Menurut Amin, M (1994;33-34) anak tunagrahita ringan sebagai berikut :
Mereka yang termasuk dalam kelompok ini meskipun
kecerdasannya dan adaptasi sosialnya terlambat, namun mereka
mempunyai kemampuan untuk berkembang dalam pelajaran
akademik, penyesuain sosial dan kemampuan bekerja. Dalam mata
pelajaran akademik, mereka pada umumnya mampu mengikuti mata
pelajaran tingkat lanjutan, baik SLTPLB dan SMALB maupun
sekolah biasa dengan program khusus sesuai dengan berat ringannya
ketunagrahitaan yang disandangnya. IQ mereka berkisar 50-70. Dalam
penyesuaian sosial mereka dapat bergaul, dapat menyesuaikan diri
dalam lingkungan sosial tidak saja dalam lingkungan yang terbatas
tetapi juga pada lingkungan yang lebih luas, bahkan kebanyakan dari
mereka dapat berdiri sendiri dalam masyarakat.
Berdasarkan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa anak tunagrahita ringan
merupakan anak yang masih memiliki potensi dan kemampuan untuk di didik
baik dalam bidang akademik, penyesuaian sosial maupun dalam pekerjaan.
10
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pelajaran yang diberikan pada anak-anak ini tentunya bersifat sederhana sesuai
dengan kemampuan berfikir mereka masing-masing.
Anak tunagrahita ringan dengan demikian dapat dikatakan: mereka yang
mengalami hambatan perkembangan mental dimana tingkat kecerdasannya (IQ)
berkisar antara 50-70. Mereka masih dapat mengikuti bidang akademik seperti
membaca, menulis dan berhitung maupun dalam penyesuaian sosial bahkan tidak
menutup kemungkinan bagi mereka untuk memperoleh pekerjaan.
2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan
Berikut ini akan dikemukakan beberapa karakteristik anak tunagrahita
ringan pada umumnya, seperti yang dikemukakan oleh Amin, M dan Entang,M
dalam Cahyadi (2004; 15) sebagai berikut:
a) Karakteristik mental
Mereka menunjukkan kecenderungan menjawab dengan berulang
terhadap pertanyaan yang berbeda, tidak mampu memberikan kritik dan
kemampuan menyimpan instruksi dalam jiwanya/ ingatannya.
Cenderung memiliki kemampuan berfikir konkrit dari pada abstrak,
mereka tidak mampu mendeteksi kesalahan-kesalahan dalam
pertanyaan, terbatas kemampuannya dalam penalaran dan visualisasi
dan mengalami kesulitan dan konsentrasi.
b) Karakteristik fisik
Bagi yang mengalami keterbelakangan ringan sebagai besar tidak
mengalami kelainan fisik.
c) Karakteristik sosial ekonomi
Minat permainan mereka lebih cocok dengan anak yang sama usia
mentalnya dari pada usia kronologisnya, memiliki problema dalam
tingkah laku, danagak lebih banyak nakal dari pada anak normal
intelegensinya.
d) Karakteristik akademis
Kemampuan belajar mereka rendah dan lambat, bagi mereka yang
ringan
11
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
masih dapat diberikan pelajaran akademis (membaca, menulis dan
berhitung).
e) Karakteristik pekerjaan
Yang dapat dituntut untuk bekerja hanya mereka yang tergolong ringan
pada usia dewasa dapat belajar bekerja yang sifatnya ”skiled” dan ”semi
skiled”.
Jika memperhatikan karakteristik akademis seperti yang diterangkan di atas
implikasinya dalam pengajaran berhitung (matematika) semestinya dilaksanakan
dari yang konkrit menuju ke yang abstrak atau dari yang sederhana menuju
kepada yang kompleks.
Anak tunagrahita pada umumnya mengalami kesulitan belajar matematika.
Salah satu kesulitan yang paling berat dialami mereka adalah
ketidakmampuannya dalam mengorganisasikan pengetahuan yang dipelajarinya,
Mereka dapat belajar matematika bila kita menyediakan pendekatan aktif dan
terstruktur. Thorton & Wilmar dalam Cahyadi (2004;17) mengemukakan bahwa
mereka harus dibantu dengan memanipulasi obyek-obyek secara aktif dengan
visualisasi, verbal, dan gerak baik dalam konsep maupun keterampilan
matematika.
Harwell dalam Cahyadi (2004;17) menambahkan bahwa pengalaman visual,
kinestetik, dan verbal sangat membantu anak-anak berkesulitan belajar, termasuk
pada anak tunagrahita untuk mengingat apa yang dipelajarinya. Estiningsih, E
dalam Cahyadi (2004;17) menganjurkan bahwa dalam pengajaran matematika
bagi murid-murid SD termasuk yang berkesulitan belajar dan anak tunagrahita
12
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ringan harus meliputi tiga tahap : penanaman konsep (menggunakan obyek
konkrit), penanaman konsep (pengertian) dan keterampilan atau latihan soal-soal.
B. Pengajaran Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan
1. Hakekat Berhitung
Berhitung dalam istilah matematika disebut aritmatika. Menurut Dali S. N
(Ehan, 2001) “Dalam aritmatika dipelajari tentang hubungan bilangan-bilangan
nyata dengan perhitungan terutama menyangkut penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian”. Secara singkat aritmatika atau berhitung adalah
pengetahuan tentang bilangan. Berhitung atau arimatika merupakan salah satu
studi matematika yang diajarkan di SD selain dua studi lainnya yaitu aljabar dan
geometri.
Taylor dan Mills (Sukarno, 1999 : 24) mengemukakan pendapatnya tentang
aritmatika „Arithmetics is a method of thinking in which we neglect all aspects of
experience except those that can becounted and mensured’. Artinya bahwa
aritmatika adalah sebuah metode berfikir dimana kita mengabaikan semua aspek
pengalaman kecuali sesuatu tersebut dapat dihitung dan diukur.
2. Tujuan Pengajaran Berhitung Siswa Tunagrahita Ringan
13
Elsa Dikeu Septiani, 2012 Pengaruh Media Animasi Komputer “Mantap” Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung
Pada Anak Tunagrahita Ringan
:Studi Eksperimen dengan Metode Single Subject Research pada Siswa Tunagrahita Ringan Kelas III
SDLB di SLB B-C Bina Mandiri Garut
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tujuan pengajaran berhitung bagi anak tunagrahita ringan dapat dibedakan
secara umum dan khusus. Tujuan pengajaran secara umum antara lain agar dapat
memberikan : a) pengertian yang jelas tentang bilangan, b) pandangan system
bilangan, c) tentang kecekatan bekerja yaitu menambah (+), mengurang (-),
memperbanyak (x), dan membagi (:), d) pengertian kecil/besar, panjang/pendek,
rendah/tinggi, banyak/sedikit, kurang/lebih, e) istilah-istilah yang diperlukan
dalam berhitung seperti menambah (+), mengurang (-), memperbanyak (x), dan
membagi (:) (Pakasi dalam Sunarsih,2008 : 26).
Tujuan pengajaran secara khusus sebagaimana yang tercantum dalam
Kurikulum Berbasis Kompetensi, tujuan dari mata pelajaran matematika di SLB C
tingkat sekolah dasar (2004:3) sebagai berikut: a) melatih cara berfikir dan
menalar untuk menarik kesimpulan, b) meningkatkan aktifitas kreatif, c) sebagai
alat untuk memecahkan masalah, d) sebagai alat komunikasi informasi atau ide.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa meskipun
anak-anak tunagrahita ringan mengalami kesulitan terutama dalam hal belajar,
namun mereka tetap diberikan pelajaran matematika agar dapat memecahkan
permasalahan yang sifatnya sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
demikian mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran yang sifatnya fungsional.