Top Banner
SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN EPISTAKSIS POLIKLINIK THT RSUD ULIN Oleh: KELOMPOK C Selvia Harum Sari, S.Kep I4B111007 Helma Rasyida, S.Kep I4B111012 Grace E. Simarmata, S.Kep I4B111023 Ermawati Rohana, S.Kep I4B111026 Jannatur Rahmah, S.Kep I4B111033 Indah Dwi Astuti, S.Kep I4B111201 Nor Ella Dayani, S.Kep I4B111205 Farida Raudah, S.Kep I4B111215 Alpianor, S.Kep I4B111216
25

SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

Dec 14, 2015

Download

Documents

selviaharum

SAP Penkes
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PENDIDIKAN KESEHATAN

EPISTAKSIS

POLIKLINIK THT RSUD ULIN

Oleh:

KELOMPOK C

Selvia Harum Sari, S.Kep I4B111007

Helma Rasyida, S.Kep I4B111012

Grace E. Simarmata, S.Kep I4B111023

Ermawati Rohana, S.Kep I4B111026

Jannatur Rahmah, S.Kep I4B111033

Indah Dwi Astuti, S.Kep I4B111201

Nor Ella Dayani, S.Kep I4B111205

Farida Raudah, S.Kep I4B111215

Alpianor, S.Kep I4B111216

PROGRAM PROFESI NERS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2015

Page 2: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Masalah : Kurangnya informasi mengenai Epistaksis

Pokok Bahasan : Penyakit Sistem THT

Sub Pokok Bahasan : Epistaksis

Sasaran : Pasien dan pengunjung POLI THT RSUD Ulin

Banjarmasin

Waktu : 40 Menit (09.00-09.40 WITA)

Tanggal : 1 Juli 2015

Pelaksana : Kelompok C Program Profesi Ners

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat

Tempat : Poli THT RSUD Ulin Banjarmasin

I. Tujuan Instruksional Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 40 menit, peserta penyuluhan mampu

memahami tentang penyakit epistaksis.

II. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang epistaksis selama 40 menit

diharapkan sasaran dapat memahami:

1. Pengertian epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet

2. Penyebab epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet

3. Penatalaksanaan epistaksis dengan benar tanpa melihat

catatan/leaflet

4. Tahap pelaksanaan epistaksis dengan benar tanpa melihat

catatan/leaflet

5. Komplikasi epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet

6. Pencegahan epistaksis dengan benar tanpa melihat catatan/leaflet

III. Pokok Materi (terlampir)

1. Pengertian epistaksis

Page 3: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

2. Penyebab epistaksis

3. Penatalaksanaan epistaksis

4. Tahap pelaksanaan epistaksis

5. Komplikasi epistaksis

6. Pencegahan epistaksis

IV. Metode

1. Ceramah

2. Diskusi tanya jawab

V. Media

1. Leaflet

2. LCD

3. Laptop

VI. Kegiatan Penyuluhan

No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta

1.

1.

5 menit Kegiatan Pra Penyuluhan:

· Mempersiapkan materi, media dan

tempat

· Kontrak waktu

2. 5  menit Pembukaan:

· Membuka kegiatan dengan

mengucapkan salam.

· Memperkenalkan diri.

· Menjelaskan tujuan dari penyuluhan.

· Menyebutkan materi yang akan

diberikan.

· Menjawab salam

· Mendengarkan

· Memperhatikan

· Memperhatikan

3. 20 menit Pelaksanaan:

· Menjelaskan tentang pengertian

epistaksis

· Menjelaskan tentang penyebab

· Memperhati

kan

Page 4: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

epistaksis

· Menjelaskan tentang penatalaksanaan

epistaksis

· Menjelaskan tentang komplikasi

epistaksis

· Menjelaskan tentang pencegahan

epistaksis

· Memperhati

kan

· Memperhati

kan

· Memperhati

kan

· Memperhati

kan

4. 5 menit Evaluasi:

· Memberikan kesempatan kepada

peserta untuk bertanya.

· Penyuluh menyimpulkan jawaban.

· Menanyakan kepada peserta tentang

materi yang telah diberikan.

· Memberikan reinforcement positif

kepada peserta yang dapat menjawab

pertanyaan.

· Menjawab

pertanyaan

5. 5 menit Terminasi:

· Mengucapkan  terimakasih atas peran

serta peserta.

· Mengucapkan salam penutup

· Mendengarkan

· Menjawab salam

VII. Evaluasi

1.  Evaluasi Struktur

a) Semua peserta mengikuti kegiatan penyuluhan

b) Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di Poli THT RS Ulin

Banjarmasin

c) Pengorganisasian kegiatan sebelum hari pelaksanaan penyuluhan.

Page 5: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

2.  Evaluasi Proses

a) Seluruh peserta mengikuti kegiatan penyuluhan.

b) Peserta penyuluhan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan

sebelum kegiatan selesai.

c) Seluruh peserta terlibat aktif dalam kegiatan penyuluhan.

Page 6: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

3. Evaluasi Hasil

Sesuai dengan TIK, diharapkan peserta mengikuti penyuluhan mampu

menyebutkan:

a) Pengertian epistaksis

b) Penyebab epistaksis

c) Penatalaksanaan epistaksis

VIII.   Pengorganisasian

Moderator : Alpianor, S.Kep

Narasumber : Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB

Hj. Intan Permatasari

Helma Rasyida, S.Kep

Selvia Harum Sari, S.Kep

Observer : Jannatur Rahmah, S.Kep

Nor Ella Dayani, S.Kep

Farida Raudah, S.Kep

Indah Dwi Astuti, S.Kep

Fasilitator : Ermawati Rohana, S.Kep

Grace E. Simarmata, S.Kep

Uraian Tugas

a. Moderator

1) Menjelaskan tujuan pendidikan kesehatan.

2) Mengarahkan proses kegiatan pada peserta pendidikan kesehatan.

3) Mengevaluasi perasaan peserta pendidikan kesehatan.

b. Narasumber

1) Memberikan/menyampaikan materi pendidikan kesehatan

2) Mengevaluasi anggota.

c. Fasilitator

1) Menyiapkan alat-alat untuk pendidikan kesehatan.

2) Memberi motivasi kepada peserta pendidikan kesehatan untuk

mendengarkan apa yang sedang dijelaskan.

3) Mempertahankan kehadiran peserta pendidikan kesehatan.

Page 7: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

4) Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta pendidikan

kesehatan baik luar maupun dalam.

d. Observer

1) Mencatat dan mengamati respon peserta pendidikan kesehatan baik

verbal maupun nonverbal.

2) Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan perilaku

peserta pendidikan kesehatan selama terapi bermain.

3) Mencatat dan mengamati peserta aktif dari pendidikan kesehatan.

X. Lampiran Materi dan Media

Terlampir

Page 8: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

EPISTAKSIS

A. Pengertian

Epistaksis adalah keluarnya darah dari hidung; merupakan suatu tanda atau

keluhan bukan penyakit. Perdarahan dari hidung dapat merupakan gejala yang

sangat menjengkelkan dan mengganggu, dan dapat pula mengancam nyawa.

Faktor penyebab harus dicari dan dikoreksi untuk mengobati epistaksis secara

efektif.

Epistaksis atau yang sering disebut mimisan adalah suatu perdarahan yang

terjadi di rongga hidung yang dapat terjadi akibat kelainan lokal pada

rongga hidung ataupun karena kelainan yang terjadi di tempat lain dalam tubuh.

Bagian dalam hidung yang dilapisi oleh selaput lendir yang selalu basah

banyak mengandung jalinan pembuluh darah, di bagian depan jalinan

pembuluh darah disebut pleksus kiesselbach yang bila pembuluh darah ini

pecah maka terlihat mimisan.

Epistaksis atau mimisan biasanya di alami oleh anak usia TK-

SD, merupakan kejadian yang dapat disebabkan oleh pembuluh darah yang masih

tipis dan peka karena suatu benturan atau trauma akibat mengkorek-korek

hidung, bersin yang terlalu kuat, perubahan cuaca yang ekstrim (panas,

kering) dan tekanan udara juga dapat sebagai pemicu terjadinya mimisan

yang dapat terjadi secara sepontan.

Lokasi epistaksis

Menentukan sumber perdarahan amat penting, meskipun kadang-kadang

sukar ditanggulangi. Pada umumnya terdapat dua sumber perdarahan, yaitu dari

bagian anterior (depan) dan posterior (belakang).

1. Epistaksis anterior (depan) dapat berasal dari Pleksus Kiesselbach,

merupakan sumber perdarahan paling sering dijumpai anak-anak. Dapat

juga berasal dari arteri ethmoid anterior. Perdarahan dapat berhenti sendiri

(spontan) dan dapat dikendalikan dengan tindakan sederhana.

Page 9: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

2. Epistaksis posterior (belakang), berasal dari arteri sphenopalatina dan

arteri ethmoid posterior. Perdarahan cenderung lebih berat dan jarang

berhenti sendiri, sehingga dapat menyebabkan anemia, hipovolemi dan

syok. Sering ditemukan pada pasien dengan penyakit kardiovaskular.

B. Penyebab

Epistaksis dapat ditimbulkan oleh sebab-sebab lokal dan umum atau

kelainan sistemik.

1. Lokal

a. Trauma

Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya mengeluarkan

sekret dengan kuat, bersin, mengorek hidung, trauma seperti terpukul,

jatuh dan sebagainya. Selain itu iritasi oleh gas yang merangsang dan

trauma pada pembedahan dapat juga menyebabkan epistaksis.

Page 10: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

b. Infeksi

Infeksi hidung dan sinus paranasal, rinitis, sinusitis serta granuloma

spesifik, seperti lupus, sifilis dan lepra dapat menyebabkan epistaksis.

c. Neoplasma (keganasan)

Epistaksis yang berhubungan dengan neoplasma biasanya sedikit dan

intermiten, kadang-kadang ditandai dengan mukus yang bernoda darah,

Hemongioma, karsinoma, serta angiofibroma dapat menyebabkan

epistaksis berat.

d. Kelainan kongenital

Kelainan kongenital yang sering menyebabkan epistaksis ialah perdarahan

telangiektasis heriditer (hereditary hemorrhagic telangiectasia/Osler's

disease). Pasien ini juga menderita telangiektasis di wajah, tangan atau

bahkan di saluran pencernaan dan/atau pembuluh darah paru.

e. Sebab-sebab lain termasuk benda asing

Ada benda asing (sesuatu yang masuk ke hidung) biasanya pada anak-

anak.

f. Pengaruh lingkungan

Misalnya tinggal di daerah yang sangat tinggi, tekanan udara rendah atau

lingkungan udaranya sangat kering.

2. Sistemik

a. Kelainan darah misalnya trombositopenia, hemofilia dan leukemia, ITP,

diskrasia darah, obat-obatan seperti terapi antikoagulan, aspirin dan

fenilbutazon dapat pula menyebabkan epistaksis berulang.

b. Penyakit kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah)

Hipertensi dan kelainan pembuluh darah, seperti pada aterosklerosis,

nefritis kronik, sirosis hepatis, sifilis, diabetes melitus dapat menyebabkan

epistaksis. Epistaksis akibat hipertensi biasanya hebat, sering kambuh dan

prognosisnya tidak baik.

c. Biasanya infeksi akut pada demam berdarah, influenza, morbili (campak),

demam tifoid.

d. Gangguan endokrin

Page 11: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

Pada wanita hamil, menarche dan menopause sering terjadi epistaksis,

kadang-kadang beberapa wanita mengalami perdarahan persisten dari

hidung menyertai fase menstruasi.

a. Defisiensi Vitamin C dan K

b. Alkoholisme

c. Penyakit von Willebrand

Memanjangnya waktu pembekuan darah atau perdarahan berlebihan akibat

kekurangan faktor von Willebrand dalam membentuk sel keeping darah.

C. Penatalaksanaan

Tiga prinsip utama pelaksanaan epistaksis

1. Menghentikan pendarahan

2. Mencegah komplikasi

3. Mencegah ulang epistaksis

D. Tahap Pelaksanaan

1. Usahakan penderita dalam

keadaan duduk, bila kondisi lemah dapat di baringkan dengan meletakkan

bantal di belakang punggung.

Page 12: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

2. Pegang tisu atau handuk

menutupi hidung. Hal yang harus dilakukan adalah memastikan Anda

memencet bagian tengah antara kedua lubang hidung (pencet selama 10

menit) (metode Trotter). Ambil tisu atau handuk dan tempelkan pada

hidung untuk mencegah darah muncrat kemana-mana. Selama pemencetan

sebaiknya bernapas melalui mulut. Perdarahan ringan biasanya akan

berhenti dengan cara ini. Lakukan hal yang sama jika terjadi perdarahan

berulang.

Page 13: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

3. Beri kompres dingin di daerah sekitar hidung.

Kompres dingin membantu mengerutkan pembuluh darah sehingga

perdarahan dapat berkurang.

4. Periksa darah yang mengalir. Setelah 10 menit berlalu,

lepaskan tangan Anda dari hidung dan lihat apakah hidung Anda masih

berdarah. Jika darah masih mengalir, lanjutkan memencet hidung Anda

selama 10 menit berikutnya.

5. Jika tidak berhenti sebaiknya kunjungi dokter atau bawa ke

fasilitas yang lengkap untuk bantuan.

a. Dapat diberikan vasokonstriktor (adrenalin 1:10.000,

oxymetazolin-semprot hidung) ke daerah perdarahan

Page 14: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

b. Apabila masih belum teratasi dapat dilakukan kauterisasi

elektrik/kimia (perak nitrat) atau pemasangan tampon hidung.

Pemasangan tampon hidung anterior dilakukan dapat menggunakan

kapas yang ditetesi oleh obat-obatan vasokonstriktor (adrenalin),

anastesia (lidocain atau pantocain 2%) dan salap antibiotik/vaselin

atau menggunakan kassa yang ditetesi dengan obat vasokonstriktor

dan anastesia dan salep antibiotik/vaselin. Apabila terdapat keadaan

dimana terjadi tampat perdarahan yang multipel, perembesan darah

yang luas/difus maka diperlukan pemeriksaan profil darah tepi

lengkap, protrombin time (PT), activated partial thromboplastin time

(aPTT), golongan darah dan crossmatching.

c. Tampon dipertahankan hingga 2-3 hari, atau jika perlu hingga 5

hari dengan ditambahkan antibiotik untuk profilaksis.

d. Jika perlu, untuk pencegahan komplikasi: infus, tranfusi darah,

antbiotik

D. Komplikasi

1. Pendarahan hebat: shok, anemia

2. Penurunan tekanan darah yang mendadak.

3. Sinusitis (peradangan pada sinus)

4. Septal hematom (bekuan darah pada sekat hidung)

5. Deformitas (kelainan bentuk) hidung

6. Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas bawah)

7. Kerusakan jaringan hidung

E. Pencegahan

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah terjadinya

epistaksis antara lain:

1. Gunakan semprotan hidung atau tetes larutan garam, yang keduanya dapat

dibeli, pada kedua lubang hidung dua sampai tiga kali sehari. Untuk

membuat tetes larutan ini dapat mencampur 1 sendok teh garam ke dalam

secangkir gelas, didihkan selama 20 menit lalu biarkan sampai hangat

kuku.

Page 15: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

2. Gunakan alat untuk melembabkan udara di rumah.

3. Hindari meniup melalui hidung terlalu keras.

4. Bersin melalui mulut.

5. Hindari memasukkan benda keras ke dalam hidung, termasuk jari.

6. Jika Anda penderita hipertensi, periksalah tekanan darah secara berkala.

7. Batasi penggunaan obat-obatan yang dapat meningkatkan perdarahan

seperti aspirin atau ibuprofen.

8. Konsultasi ke dokter bila alergi tidak lagi bisa ditangani dengan obat alergi

biasa.

9. Berhentilah merokok. Merokok menyebabkan hidung menjadi kering dan

menyebabkan iritasi.

Page 16: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam GL, Boies LR, Higler PA. (eds) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi

Keenam, Philadelphia : WB Saunders, 1989. Editor Effendi H. Cetakan III.

Jakarta, Penerbit EGC, 1997.

2. Munir D, Haryono Y, Rambe AYM. Epistaksis. Majalah Kedokteran

Nusantara 2006; 39: 3.

3. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 2 Hal 1063, Smeltzer

dan Wilson, Jakarta: EGC.

4. Iskandar N, Supardi EA. (eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung

Tenggorokan. Edisi Keempat, Jakarta FKUI, 2000, hal. 91, 127-131.

5. Suryowati E. Epistaksis. Medical Study Club FKUII [cited 2009 Mar 1]

Available from: http://fkuii.org/tiki download_wiki_attachment.php?

attId=2175&page=LEM%20FK%20UII.

6. Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Ed. III, media

Aeuscualpius, Jakarta.

7. Cara Menghentikan Mimisan. (online: http://id.wikihow.com/Menghentikan-

Mimisan, diakses tanggal 30 Juni 2015).

Page 17: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis

Dokumentasi Kegiatan

Page 18: SAP Penkes Poli THT-Epistaksis