Top Banner
SATUAN ACARA PEMBELAJARAN KEPERAWATAN JIWA (SOLASI SOSIAL) A. LATAR BELAKANG Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi. Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. Mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada. Kegagalan dalam memeberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan.
47

Sap Isolasi Sosial Revisi

Jan 19, 2016

Download

Documents

RahayuTiaVany

njkbkj
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sap Isolasi Sosial Revisi

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN JIWA (SOLASI SOSIAL)

A. LATAR BELAKANG

Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan

dari dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun

komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

mengembangkan strategi koping yang efektif agar mampu beradaptasi.

Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan

baik, namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan

penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. Mereka bahkan gagal

melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka

menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan

persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari

persoalan yang ada.

Kegagalan dalam memeberikan koping yang sesuai dengan tekanan

yang dialami dalam jangka panjang mengakibatkan individu mengalami

berbagai macam gangguan mental. Gangguan mental tersebut sangat

bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber tekanan, perbedaan antara

individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan.

Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri

dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan

suasana yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan

hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan

keperawatan yang dapat membantu proses penyembuhan dengan

menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan

tindakan keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara

berkesinambungan karena penderita isolasi sosial dapat menjadi berat dan

lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak mendapatkan perawatan secara

intensif.

Page 2: Sap Isolasi Sosial Revisi

B. TUJUAN

1. Mampu membuat studi kasus.

2. Mampu melakukan pengelolaan meliputi pengkajian: pengertian, etiologi,

tanda dan gejala, diagnosa keperawatan, tindakan keperawatan pada

pasien, tindakan keperawatan pada keluarga dan strategi pelaksanaan (SP).

3. Mampu melaksankan peran dan fungsi dengan baik sesuai kesepakatan

kelompok atau tim.

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti praktek keperawatan jiwa diharapkan

mahasiswa mampu mengetahui, mengidentifikasi dan menerapkan

pengetahuan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu membuat studi kasus.

b. Mampu melakukan pengkajian pasien isolasi sosial yaitu pengertian,

etiologi, tanda dan gejala, diagnosa keperawatan, tindakan

keperawatan pada pasien, tindakan keperawatan pada keluarga dan

strategi pelaksanaan (SP).

c. Mampu menyebutkan peran dan fungsi dengan baik sesuai

kesepakatan kelompok atau tim.

D. PELAKSANAAN KEGIATAN

1. Topik dan Materi

Materi yang disajikan adalah pasien dengan isolasi sosial.

2. Sasaran

Mahasiswa/i S1 Keperawatan Program A Angkatan 2010.

Page 3: Sap Isolasi Sosial Revisi

3. Metoda

Bermain Peran

Bermain peran adalah pemeranan sebuah situasi dalam

kehidupan manusia dengan tanpa diadakan pelatihan, dilakukan oleh dua

orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok.

Metode bermain peran digunakan apabila:

a. Peserta perlu mengetahui pandangan yang berlawanan.

b. Peserta mempunyai kemampuan untuk melakukan metode tersebut.

c. Pada waktu membantu peserta memahami suatu masalah.

d. Jika akan mengubah sikap, pengaruh emosi dapat membantu dalam

penyajian masalah.

e. Untuk pemecahan masalah.

Keunggulan metode bermain peran adalah:

a. Segera mendapatkan perhatian.

b. Dapat dipakai pada kelompok besar dan kecil.

c. Membantu anggota untuk menganalisa situasi.

d. Menambah rasa percaya diri peserta.

e. Membantu anggota menyelami masalah.

f. Membantu anggota mendapat pengalaman yang ada pada pikiran

orang lain.

g. Membangkitkan semangat untuk pemecahan masalah.

Kekurangan metode bermain peran adalah:

a. Mungkin masalahnya disatukan dengan pemeranan.

b. Banyak yang tidak senang memerankan sesuatu.

c. Membutuhkan pemimpin yang terlatih.

d. Terbatasnya pada beberapa situasi saja.

e. Ada kesulitan dalam memerankan.

Page 4: Sap Isolasi Sosial Revisi

4. Media

a. Media elektronik (laptop, speaker, proyektor)

Media elektronik televisi adalah alat bantu penyuluhan

berupa rangkaian pesan yang dikemas dalam bentuk video (gambar)

dan audio (suara), ditayangkan melalui layar monitor, dapat disajikan

beberapa kali, apabila ditayangkan akan memiliki daya jangkau luas,

serta dapat ditayangkan untuk kelompok di tempat-tempat tertentu

seperti: puskesmas, balai desa, rumah sakit dan lain-lain.

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui media

televisi dapat dalam bentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi atau

tanya jawab sekitar masalah kesehatan, pidato (ceramah), TV spot,

kuis atau cerdas cermat dan sebagainya.

Keuntungan menggunakan televisi adalah:

1) Sajian gambar yang bergerak dan didukung oleh tata suara yang

baik, memungkinkan telvisi tidak hanya menyentuh aspek

pengetahuan seseorang saja tetapi juga aspek emosi, sikap dan

lebih jauh diharapkan akan menumbuhkan motivasi mengubah

perilaku seseorang.

2) Memiliki daya jangkau yang lebih luas sehingga sangat

memungkinkan untuk mencapai jumlah sasaran yang lebih luas dan

banyak.

3) Dengan disajikan berulang-ulang, masyarakat akan lebih mudah

menerimanya.

4) Diterima oleh pemirsa atau masyarakat sasaran dalam suasana yang

santai di rumah masing-masing tidak perlu hadir dalam suatu

pertemuan khusus misalnya.

5) Dapat digunakan untuk penyuluhan kelompok.

6) Membangkitkan semua panca indera.

7) Lebih menarik karena ada suara dan gambar-gambar.\

Page 5: Sap Isolasi Sosial Revisi

Kerugiannya adalah:

1) Perlu listrik.

2) Perlu alat.

E. WAKTU DAN TEMPAT

Hari/Tanggal : Selasa, 25 September 2012

Pukul : 13.00 – 15.00 WIB

Tempat : Ruangan Tingkat IV Prodi S1 Keperawatan

F. PENGORGANISASIAN

Pasien Jiwa I : Yola Fitriani

Pasien Jiwa II : Aldo Padriansyah

Perawat I : Yulianan

Perawat II : Zurrahman

Bapak : Reyza Fahrial

Cameraman : Riska

G. SETTING TEMPAT

Scene IRuangan pasien

Scene IIRuangan pasien

TEMPAT TIDUR

Page 6: Sap Isolasi Sosial Revisi

Scene IIIRuangan Pasien

Scene IVRumah pasien

Scene VRuangan Pasien

Schene VITaman

Scene VIIRuangan perawat

Page 7: Sap Isolasi Sosial Revisi

Scene VIIIRuangan Pasien

Schene IXRuangan perawat

Keterangan

: Pasien Jiwa I

: Perawat I

: Ibu Pasien Jiwa I

: Pasien Jiwa II

: Perawat II

: Tempat Tidur

: Kursi

: Meja

H. RINGKASAN MATERI

Konsep Dasar Teoritis Isolasi Sosial : Menarik Diri

1. Pengertian Isolasi Sosial

a. Isolasi sosial adalah pengalaman kesendirian secara individu dan

dirasakan segan terhadap orang lain dan sebagai keadaan yang negatif

atau mengancam.

Page 8: Sap Isolasi Sosial Revisi

b. Perilaku menarik diri atau isolasi sosial merupakan percobaan untuk

menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan

dengan orang lain.

c. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang idividu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain di sekitarnya.

2. Etiologi Isolasi Sosial

a. Faktor predisposisi

Berbagai faktor biasa menimbulkan respon sosial yang

maladaptif dan mungkin disebabkan oleh kombinasi dari berbagai

faktor meliputi:

1) Faktor perkembangan.

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan

dapat mempengaruhi respon sosial maladaptif pada setiap individu.

Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam

perkembangan respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya

bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang

tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga

mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak diluar keluarga.

Peran keluarga sering kali tidak jelas. Orang tua pecandu alkohol

dan penganiaya anak juga mempengaruhi respon sosial maladaptif

pada individu.

2) Faktor biologis.

Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial

maladaptif. Bukti terdahulu menunjukan keterlibatan

neurotransmitter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap

diperlukan penelitian lebih lanjut.

3) Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan

hubungan. Hal ini akibat dari transiensi, norma yang tidak

Page 9: Sap Isolasi Sosial Revisi

mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak mengharhai

anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia

(lansia), orang cacat dan penderita penyakit kronik. Isolasi dapat

terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang

berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak

realitas terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan

dengan gangguan ini.

b. Stressor pencetus

Stressor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa

kehidupan yang menimbulkan stress seperti kehilangan, yang

mempengaruhi kemampuan individu untuk berhubungan dengan

orang lain dan menyebabkan ansietas. Stressor pencetus dapat

dikelompokan dalam dua kategori antara lain:

1) Stressor sosiokultural Stress dapat ditimbulkan oleh menurunya

stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti,

misalnya karena dirawat di rumah sakit.

2) Stressor psikologis Ansietas berat yang berkepanjang terjadi

bersama dengan keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya.

Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan

orang lain untuk memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat

menimbulkan ansietas tingkat tinggi.

c. Sumber koping yang mengalami sumber koping yang berhubungan

dengan respon sosial maladaptif meliputi:

1) Keterlibatan dalam hubungan keluarga yang luas dan teman

2) Hubungan dengan hewan peliharaan.

3) Penggunaan kreatifitas untuk mengekspresikan stress interpersonal

(misalnya, kesenian, musik, dan tulisan).

d. Mekanisme koping individu yang mengalami respon sosial

maladaptif menggunakan berbagai mekanisme dalam upaya mengatasi

ansietas. Mekanisme tersebut berkaitan dengan dua jenis masalah

hubungan yang spesifik:

Page 10: Sap Isolasi Sosial Revisi

1) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian antisosial

a) Proyeksi

b) Splitting

c) merendahkan orang lain

2) Koping yang berhubungan dengan gangguan kepribadian ambang

a) Splitting

b) Formasi reaksi

c) Proyeksi

d) Isolasi

e) Idealisasi orang lain

f) Merendahkan orang lain

g) Identifikasi proyeksi

3. Tanda dan gejala isolasi sosial

a. Obyektif

1) Tidak ada dukungan dari orang yang penting (keluarga, teman,

kelompok).

2) Perilaku bermusuhan.

3) Menarik diri

4) Tidak komunikatif.

5) Menunjukkan perilaku tidak diterima oleh kelompok cultural

dominant.

6) Senang dengan pikirannya sendiri.

7) Aktivitas berulang atau aktivitas kurang beraktif dan tidak

bermakna.

8) Kontak mata tidak ada.

9) Sedih, efek tumpul.

10) Tidak memiliki teman dekat.

b. Subyektif

Page 11: Sap Isolasi Sosial Revisi

1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang

lain.

2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain.

3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.

4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.

5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.

6) Pasien merasa tidak berguna.

7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

4. Pohon Masalah

Resiko Perubahan Sensori-persepsi

Isolasi sosial : menarik diri Core problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Konsep Dasara Keperawatan pada Isolasi Sosial: Menarik Diri

1. Pengkajian

1) Data

obyektif:

Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar,

banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan

dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur.

Page 12: Sap Isolasi Sosial Revisi

2) Data

subyektif:

Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab

dengan singkat, ya atau tidak.

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial : Menarik Diri

3. Tindakan keperawatan pada pasien Isolasi Sosial

a. Tujuan

1) Membina hubungan saling percaya.

2) Menyadari penyebab isolasi sosial.

3) Berinteraksi dengan orang lain.

b. Tindakan

1) Membina hubungan saling percaya

Tindakan yang harus dilakukan dalam membina

hubungan saling percaya adalah:

a) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.

b) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama

panggilan yang saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama

panggilan pasien.

c) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.

d) Buat kontrak asuhan: apa yang saudara akan lakukan bersama

pasien, berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana.

e) Jelaskan bahwa saudara akan merahasiakan informasi yang

diperoleh untuk kepentingan terapi.

f) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien.

g) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan.

2) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial.

Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini

adalah sebagai berikut:

Page 13: Sap Isolasi Sosial Revisi

a) Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi

dengan orang lain.

b) Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin

berinteraksi dengan orang lain.

3) Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan

orang lain. Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila

pasien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka.

4) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan.

Dilakukan dengan cara:

a) Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan

tidak bergaul dengan orang lain.

b) Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik

pasien.

5) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara

bertahap.

Tahap melatih pasien berinteraksi dapat saudara lakukan

sebagai berikut:

a) Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi

dengan orang lain yang dilakukan di hadapan saudara.

b) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien,

perawat, atau keluarga).

c) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah

interaksi dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.

d) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah

dilakukan oleh pasien.

e) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah

berinteraksi dengan orang lain. Mungkin pasien akan

mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan. Beri dorongan

terus menerus agar pasien tetap semangat meningkatkan

interaksi.

Page 14: Sap Isolasi Sosial Revisi

4. Tindakan Keperawatan pada keluarga

a. Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga mampu

merawat pasien dengan isolasi sosial.

b. Tindakan

Keluarga merupakan tahap pendukung utama bagi pasien

untuk dapat membantu pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini,

karena keluargalah yang selalu bersama-sama dengan pasien

sepanjang hari.

Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien

isolasi sosial di rumah meliputi:

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat

pasien.

2) Menjelaskan tentang:

a) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.

b) Penyebab isolasi sosial.

c) Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:

(1) Membina hubungan saling percaya dengan pasien

dengan cara bersikap peduli dan tidak ingkar janji.

(2) Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien

untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan

orang lain yaitu dengan tidak mencela kondisi pasien dan

memberikan pujian yang wajar.

(3) Tidak membiarkan pasien sendirian di rumah.

(4) Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap

dengan pasien.

3) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial.

4) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah

dipelajari, mendiskusikan yang dihadapi.

Page 15: Sap Isolasi Sosial Revisi

5) Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga.

5. Studi kasus pasien isolasi sosial

Yola adalah anak seorang pemuka agama di wilayah tempat

tinggalnya. Pada suatu malam saat dia pulang kuliah naik angkot, ada

preman yang melakukan pelecehan seksual padanya dan menyebabkan

trauma. Sejak kejadian yang memilukan itu dia hanya mengurung diri di

kamar, tidak mau berbicara dengan orang lain, juga merasa malu bertemu

orang lain, merasa ditolak orang lain, pakaian tidak terurus, kerjanya

hanya menangis, dan tidak mau makan.

Melihat kondisi pasien seperti itu selama seminggu, keluarga

Yola disarankan oleh keluarga besarnya untuk dirawat ke rumah sakit

jiwa. Selama di rumah sakit pasien hanya berada di pojok kamar dan tidak

mau berkomunikasi dengan perawat. Walaupun mau, hanya menjawab

pertanyaan perawat dengan anggukan. Saat berbicara dengan perawat,

pasien tidak mau menatap perawat. Dia membelakangi perawat sambil

menangis tersedu-sedu.

Schene I

Ruangan pasien

SP I Pasien :membina hubungan saling percaya, membantu pasien

mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien

mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan

pasien berkenalan.

Sore hari di salah satu ruangan pasien, pasien duduk di pojok

kamar, sambil menangis. Perawat datang dan menghampirinya.

Perawat I : Assalamu’alaikum.

Pasien jiwa I : (Diam sambil memeluk bantal ditangannya)

Page 16: Sap Isolasi Sosial Revisi

Perawat I : Dengan mbak Yola? (sambil meletakkan tangan di pundak

pasien)

Pasien Jiwa I : (Menarik pundak dan menunduk)

Perawat I : Saya suster yuli . Saya yang merawat mbak Yola selama di

sini. Apakah kita bisa berbicara sebentar?

Pasien Jiwa I : (Masih diam)

Perawat I : Baiklah jika mbak Yola belum mau berbicara dengan saya,

besok saja kita bertemu lagi. Dan besok jam pukul 10 saya

akan datang lagi. (sambil memegang pundak pasien dengan

ramah). Saya permisi dulu ya mbak. Selamat istirahat.

Wassalamu’alaikum.

Schene II

Ruangan pasien

SP I Pasien :membina hubungan saling percaya, membantu pasien

mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien

mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan

pasien berkenlan.

SP I pasien yang diberikan perawat belum berhasil diterapkan

ke pasien. Di hari ke-2 perawat kembali menemui pasien isolasi sosial.

Terdapat sedikit kemajuan dari pasien. pasien tampak mau melihat ke arah

perawat.

Perawat I : Assalamu’alaikum.

Pasien jiwa I : (Pasien melihat ke arah perawat namun kembali

menunduk lagi)

Perawat I : Bagaimana keadaan mbak icha hari ini? (Sambil

meletakkan tangan di pundak pasien) Baik?

Pasien Jiwa I : (Pasien mengangguk)

Page 17: Sap Isolasi Sosial Revisi

Perawat I : Saya suster Yuli yang semalam datang kesini. Apa hari ini

kita sudah bisa ngobrol?

Pasien Jiwa I : (Masih diam)

Perawat I : Baiklah jika mbak Yola belum mau berbicara dengan saya,

besok saja saya kembali lagi. Dan besok jam pukul 10 saya

akan datang lagi. (sambil memegang pundak pasien dengan

ramah). Saya permisi dulu ya mbak. Selamat istirahat.

Wassalamu’alaikum.

Schene III

Ruangan pasien

SP I Pasien :membina hubungan saling percaya, membantu pasien

mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien

mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan

pasien berkenlan.

SP I pasien yang diberikan perawat belum berhasil seluruhnya

diterapkan ke pasien. Pasien baru mulai percaya pada perawat di scene III.

Terlihat dari pasien yang mau melihat ke arah perawat saat perawat

meyapanya. Dihari ke-20 pasien sudah mau diajak berbicara.

Perawat I : Assalamu’alaikum.

Pasien jiwa I : Walaikumsalam

Perawat I : Bagaimana keadaan mbak Yola hari ini?

Pasien Jiwa I : Baik.

Perawat I : Saya suster Yuli yang semalam datang kesini. Apa hari ini

kita sudah bisa ngobrol?

Pasien Jiwa I : Iya bisa.

Perawat I : Mbak Yuli tinggal di mana?

Pasien Jiwa I : Di batu.9

Perawat I : Siapa saja yang tinggal serumah dengan mbak?

Page 18: Sap Isolasi Sosial Revisi

Pasien Jiwa I : Hanya Ayah. Ibu saya sudah lama meninggal.

Perawat I : Siapa yang paling dekat mbak?

Pasien Jiwa I : Ya cuma bapak sus.

Perawat I : Apa yang mbak Yola rasakan selama dirawat di sini?

Pasien Jiwa I : (Hanya diam termenung).

Perawat I : Mbak (sambil memegang pundak pasien).

Pasien Jiwa I : (Diam dan diam lagi)

Perawat I : Mbak Yola.. Kalau ada yang ingin mbak katakan

ngomong aja mbak.. Anggap saja saya ini teman deket

mbak sekarang. Tapi kalau mbak Yola gak mau cerita juga

gak apa-apa.. Saya bisa ngerti kok. (sambil tersenyum).

Pasien jiwa I : (Mata pasien berkaca-kaca dan mulai menceritakan

kisahnya yang pilu dengan tatapan kosong kedepan).

Malam itu.................. Saat saya pulang kuliah, saya naik

angkot sendirian sus. Di dalam angkot ada 2 lelaki. Lalu..

(airmata mengalir) Kedua lelaki itu melakukan......

(menangis kencang sambil tersedu-sedu) Melakukan

perbuatan yang tidak senonoh kepada saya. Saya malu sus.

Saya merasa kotor dan hina. Saya hanya bikin malu

keluarga saya saja. Saya tidak mau bertemu dengan siapa

pun. Saya malu sus (menangis semakin kuat).

Perawat I : Mbak.. Tenang mbak.. Di sini mbak aman. Gak kan ada

yang bisa nyakitin mbak. Mbak gak perlu malu dengan

keluarga mbak. Justru mereka sangat sayang sama mbak.

Mbak yang sabar yaa.. Biar Tuhan yang membalas

perbuatan orang yang sudah menodai mbak (sambil

mengelus pundak mbak). Sekarang mbak istirahat aja yaa..

besok jam 9 saya datang lagi ke sini. Saya akan

mengajarkan mbak untuk berkenalan dengan orang lain

supaya mbak tidak takut lagi kalau bertemu orang.. Ok

mbak.

Page 19: Sap Isolasi Sosial Revisi

Pasien jiwa I : Ya sus.. Terimakasih ya sus (tersenyum).

Perawat I : Sama-sama mbak (tersenyum juga)

Schene IV

Ruangan pasien

SP I Pasien :membina hubungan saling percaya, membantu pasien

mengenal penyebab isolasi sosial, membantu pasien

mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak

berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan

pasien berkenlan.

Hari keempat membantu pasien mengenal keuntungan dan

kerugian bersosialisasi.

Perawat I : Assalamu’alaikum mbak Yola

Pasien Jiwa I : Walaikum salam, sus.

Perawat I : Gimana keadaan mbak Icha hari ini? Apa sudah lebih

baik?

Pasien Jiwa I : Ya sus, saya merasa lebih baik sekarang (tersenyum).

Perawat I : Baiklah kalau begitu saya mau bertanya dulu sama mbak

apa keuntungan kalau kita mempunyi seorang teman?

Pasien Jiwa I : Bisa diajak cerita, diskusi juga supaya kita gak kesepian

lagi.

Perawat I : Wah benar itu. Kalau kerugian tidak mempunyai teman

apa?

Pasien Jiwa I : Kesepian sus. Saya malah makin stress diam menyendiri

di sini.

Perawat I : Rugi sekali kan jika tidak mempunyai teman. Bagaimana

kalau mbak saya ajarkan cara berkenalan dengan orang

lain? Mbak mau ya? (sambil memegang pundak pasien

dengan hangat).

Pasien Jiwa I : (Mengangguk sambil tersenyum).

Page 20: Sap Isolasi Sosial Revisi

Perawat I : Ok kalau gitu, sekarang kita mulai latihan cara berkenalan

dengan orang lain ya mbak. Begini ya mbak Yola, cara kita

berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita

dan nama panggilan kita yang disukai, asal kita dan hobi

kita. Contoh : kenalin saya Yola. Saya tinggal di bt.9. Hobi

saya membaca. Ayo mbak coba praktekkan.

Perawat Jiwa I: (Dengan takut-takut) kenalin saya Yola, (nampak

bingung), saya tinggal di bt.9. Hobi saya membaca.

Perawat I : Yaa bagus sekali mbak Yola. Sekarang mbak Yola

tanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya

gini ya mbak, nama kamu siapa? Asal dari mana? Ayo kita

coba praktekkan lagi.

Pasien Jiwa I : Nama kamu siapa? Asalnya dari mana?

Perawat I : Bagus sekali mbak Yola. Memang harus seperti itu. Jadi

setelah berkenalan dengan orang tersebut mbak bisa

melanjutkan percakapan tentang banyak hal. Bisa tentang

cuaca hari ini. Bisa tentang hobi, keluarga, atau kegiatan

sehari-hari.

Pasien Jiwa I : Iya sus.

Perawat I : Mbak Yola dulu kuliah kan? Jurusan apa?

Pasien Jiwa I : Saya kuliah di STIKES Hang Tuah Jaya sus.

Perawat I : hhmm..... Bisa juga mbak Icha menceritakan tentang

kuliah mbak dulu.

Pasien Jiwa I : (Tersenyum)

Perawat I : Bagaimana perasaan mbak saat kita latihan berkenalan

tadi?

Pasien Jiwa I : Saya merasa senang dan lebih baik sus.

Perawat I : Mbak sudah mempraktekkan cara berkenalan yang baik

sekali. Selanjutnya kita dapat mempraktekkannya langsung

dengan teman saya. Dia juga seorang perawat seperti saya.

Dia seorang laki-laki. Mbak mau ya?

Page 21: Sap Isolasi Sosial Revisi

Pasien Jiwa I : Iya (sambil mengangguk).

Perawat I : Besok jam 10 saya akan datang lagi ya mbak. Kalau begitu

saya permisi dulu ya mbak? Assalamu’laikum.

Pasien Jiwa I : wallaikumsalam.

Schene V

Ruangan pasien

SP II Pasien : mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap

(berkenalan denga orang pertama – seorang perawat)

Perawat I : Assalamu’alaikum.

Pasien Jiwa I : Wallaikumsalam

Perawat I : Bagaimana perasaan mbak Yola hari ini?

Pasien Jiwa I : Baik sus.

Perawat I : Sudah diingat-ingat kembali pelajaran kita tentang cara

berkenalan semalam?

Pasien Jiwa I : Sudah sus.

Perawat I : Bagus sekali. Seperti janji saya semalam saya akan

membawa teman saya seorang perawat juga.

Perawat II : (Datang menghampiri pasien sambil tersenyum ramah)

Pasien Jiwa I : (Memangdang ke arah perawat II, pasien tampak

ketakutan melihatnya).

Perawat I : Tenang mbak, teman saya ini baik kok. Dia sama seperti

saya. Dia juga seorang perawat. Mbak tenang ya.

Pasien Jiwa I : (Mengangguk)

Perawat I : Ayo kita praktekkan latihan kita semalam. Coba tanyakan

kepada perawat siapa namanya?

Pasien Jiwa I : (Dengan ragu-ragu pasien mengulurkan tangannya) Nama

kamu siapa?

Perawat II : Nama saya Zurrahman (sambil tersenyum). Mbak

namanya siapa?

Page 22: Sap Isolasi Sosial Revisi

Pasien Jiwa I : Nama saya Yola. Saya tinggal di batu.9 (dengan terbata-

bata menjawab pertanyaan perawat II).

Perawat I : Coba tanyakan lagi di mana dia tinggal?

Pasien Jiwa I : Kamu tinggal di mana?

Perawat II : Saya tinggal di Kampung bulang. Mbak Yola bagaimana

keadaannya hari ini?

Pasien Jiwa I : saya baik (sambil tersenyum).

Perawat II : Senang sekali saya bisa bertemu dengan mbak Icha.

Pasien Jiwa I : Iya saya juga (sambil tersenyum).

Perawat I : Apa masih ada yang mau ditanyakan pada perawat ini

mbak?

Pasien Jiwa I : (Menggelengkan kepala).

Perawat I : Baiklah praktek hari ini kita cukupkan dulu ya mbak.

Pasien Jiwa I : Iya (mengangguk).

Perawat I : Bagaimana perasaannya setelah berkenalan?

Pasien Jiwa I : Senang mbak.

Perawat I : Karena praktek perkenalan hari ini bagus sekali, jadi besok

kita akan bertemu dengan pasien yang juga dirawat di sini.

Kita kenalan lagi sama dia. Jam 10 lagi ya mbak. Mbak

bersedia? (Sambil memegang bahu pasien).

Pasien Jiwa I : Iya sus.

Perawat I : Kalau begitu saya dan teman saya pamit dulu ya mbak.

Perawat II : Permisi ya mbak Yola. Assalamu’alaikum

Pasien Jiwa I : Walaikum salam.

Schene VI

Di taman

SP III Pasien : melatih pasien berinteraksi secara bertahap

(berkenalan dengan orang kedua – seorang pasien)

Perawat I : Assalamu’alaikum.

Page 23: Sap Isolasi Sosial Revisi

Pasien Jiwa I : Walaikumsalam.

Perawat I : Bagaimana Perasaannya semalam setelah berkenalan

dengan teman saya?

Pasien Jiwa I : Senang sus.

Perawat I : Bagus sekali mbak menjadi senang karena punya teman

lagi. Apa mbak mau punya teman lagi.

Pasien Jiwa I : Mau mbak.

Perawat I : Seperti janji saya semalam. Saya akan mengenalkan

mbak dengan pasien lain. Mbak ayo ikut saya (berdua

berjalan menuju ke tempat pasien II).

Pasien jiwa II : (Pasien tampak sedang asik berceramah di taman

seorang diri).

Perawat I : Selamat pagi mas Aldo

Pasien Jiwa II : Eh ada suster cantik. Pagi juga suster.

Perawat I : Mas Aldo sedang melakukan apa?

Pasien Jiwa II : Hari ini saya akan memberikan siraman rohani kepada

orang-orang yang membutuhkan belaian tangan saya?

Perawat I : Siraman rohani?

Pasien Jiwa II : Iya suster. Saya akan melakukan sirama rohani. Saya

kan sudah pernah bilang ke suster jika saya adalah

seorang ustad yang sangat disegani, tampan dan

menawan. Suster mau mendengarkan ceramah saya

juga?

Perawat I : Saya datang ke sini kan karena kita sudah berjanji akan

berkenalan dengan teman yang lain. Ini saya bawakan

temannya.

Pasien Jiwa I : (Tersenyum ke arah pasien jiwa II)

Pasien Jiwa II : (Sambil bergaya merapikan rambutnya berjalan ke arah

pasien I)

Pasien Jiwa I : Hai, nama saya Yola. Nama kamu siapa? (sambil

mengulurkan tangan)

Page 24: Sap Isolasi Sosial Revisi

Pasien Jiwa II : (Melipat kedua tangannya) maaf bukan muhrim. Kan

saya tadi sudah bilang kalau saya adalah ustad yang

disegani, tampan dan menawan. Nama saya ustad Aldo.

Pasien Jiwa I : Ustad?

Pasien Jiwa II : iya donk. (sambil bergaya merapikan rambut).

Pasien Jiwa I : Kamu tinggal di mana?

Pasien Jiwa II : Saya? (sambil berjalan mengelilingi pasien jiwa I).

Saya berasal dari tempat yang sangat jauh. (sambil

berjalan medekati perawat) iya kan sus.

Perawat I : (Tersenyum) iya.

Pasien Jiwa I : Jauh? Di mana itu?

Pasien Jiwa II : Kamu tahu Kairo?

Pasien Jiwa I : Ya. Di situ? Jauh ya?

Pasien Jiwa II : Bukan. Saya tinggal di Tanjung Balai.

Pasien Jiwa I : Oooo.....

Pasien Jiwa II : Dulu saya mahasiswa di kairo. Kamu?

Pasien Jiwa I : Saya juga dulu kuliah di STIKES Hang Tuah Jaya.

Pasien Jiwa II : Hhmm.......

Perawat I : Apakah masih ada yang mau ditanyakan lagi mbak?

Pasien Jiwa I : Sudah tidak ada sus.

Perawat I : Baiklah karena mbak sudah siap berkenalan. Mari kita

kembali ke tempat mbak.

Mas Aldo...... kami pergi dulu ya. Dan terima kasih ya

atas waktunya.

Pasien Jiwa II : Sama-sama suster cantik.

Perawat I : (Perawat dan pasien jiwa I pergi meninggalkan pasien

jiwa II untuk kembali ke tempat awal mereka

berbincang-bincang). Bagaimana perasaan mbak Icha

setelah kenalan dengan mas Aldo.

Pasien Jiwa I : Saya senang sus. Dia baik.

Page 25: Sap Isolasi Sosial Revisi

Perawat I : Dibandingkan kemarin hari ini mbak tampak lebih baik

saat berkenalan. Senang sekali rasanya melihat mbak

sudah banyak kemajuan seperti ini. Bagaimana jika kita

menambah teman lagi. Berkanalan dengan banyak

teman. Mau ya?

Pasien Jiwa I : Iya Sus.

Perawat I : Baiklah besok kita akan berkenalan lagi dengan teman-

teman yang ada di sini. Jam 10 saya akan datang ke

tempat mbak. Sekarang saya pamit dulu ya.

Assalamu’alaikum.

Pasien Jiwa I : Walaikum salam.

Schene VII

Ruang perawat

SP I Keluarga : memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang

masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan

cara merawat pasien dengan isolasi sosial.

Perawat I : Assalamu’alaikum Pak ..

Bapak pasien : Walaikum salam ..

Perawat I : Perkenalkan saya suster Yuli . saya yang merawat anak

ibu mbak icha.

Perawat dan keluarga pasien (bersalaman).

Perawat I : Maaf nama bapak siapa ?

Bapak pasien : Nama saya Pak Reza.

Perawat I : Baiklah Pak Reza. Kita diskusi di sini saja ya tentang anak

ibu. Berapa lama Bapak punya waktu?

Bapak pasien : Saya punya banyak waktu sus. Terserah suster saja. Saya

sangat ingin mengetahui keadaan anak saya. Hanya dia

yang saya punya sekarang (sambil menangis).

Page 26: Sap Isolasi Sosial Revisi

Perawat I : Saya mengerti perasaan Bapak. Saya akan menjelaskan

keadaan anak bapak. Namun sebelumnya saya ingin

bertanya dulu sebelumnya saat dirawat di rumah apa saja

yang sudah Bapak lakukan dalam merawatnya?

Bapak pasien : Saya bingung awalnya kenapa anak saya seperti itu. Saat

kejadian itu saya dihubungi polisi dan melihat kondisi anak

saya hanya diam dan menangis di rumah sakit. Saya sendiri

sempat shock melihat keadannya. Tapi saya yakin saya

harus kuat. Namun sejak kejadian itu dia jadi pendiam,

hanya mengurung diri di kamar, tidak mau megurus diri lagi

bahkan tidak mau makan. Saya sedih melihat keadaannya.

Saya coba mendekatinya dan memberi penjelasan kepadaya.

Namun semakin saya memberikan penjelasan justru dia

malah menagis. Saya bingung dengan keadaannya.

Akhirnya keluarga memutuskan untuk membawanya ke

sini. (sambil menangis).

Perawat I : sabar Pak (sambil memegang pundak Bapak). Saya

mengundang Bapak kesini justru ingin menjelaskan

keadaan anak Bapak. Masalah yang dihadapi anak Bapak

disebut isolasi sosial. Ini juga penyakit yang dialami oleh

pasien gangguan jiwa yang lain. Tanda-tandanya tidak mau

bergaul dengan orang lain, mengurung diri, kalaupun hanya

berbicara hanya sebentar dan menunduk.

Bapak pasien : Begitu ya sus?

Perawat I : Iya Pak. Ini biasanya timbul karena memiliki pengalaman

yang tidak menyenangkan dengan orang lain. Mendengar

cerita mbak Icha dan ibu jelas sudah penyebabnya karena

perbuatan tidak senonoh yang diterimanya. Apabila ini

tidak ditangani maka akan menimbulkan halusinasi, yaitu

mendengar suara atau melihat bayangan yang sebenarnya

tidak ada.

Page 27: Sap Isolasi Sosial Revisi

Bapak pasien : Astarfirullah..... Apa yang harus saya lakukan suster. Saya

sangat menyayangi anak saya (terlihat cemas).

Perawat I : Untuk menghadapi keadaan demikian bapak harus sabar

menghadapi mbak Yola. Dan harus melakukan beberapa hal

dalam merawatnya. Pertama, keluarga harus membina

hubungan saling percaya caranya adalah bersikap peduli

dengan mbak Icha dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga

harus memberikan semangat dan dorongan untuk bisa

melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain.

Berilah pujian yang wajar dan jangan mencelanya.

Bapak pasien : Begitu ya sus.

Perawat I : Selanjutnya jangan biarkan dia sendiri. Buatlah jadwal

kegiatan misalnya solat bersama, rekreasi bersama, atau

melakukan kegiatan rumah tangga.

Bapak pasien : Begitu ya sus. Baiklah sus saya akan melakukan seperti

yang suster katakan. Akan saya lakukan apa saja agar anak

saya bisa kembali ceria seperti dulu.

Perawat I : Sekarang anak Bapak sudah mau berbicara dengan orang

lain. Sudah mau keluar ruangan dan tidak lagi mengurung

diri di kamar.

Bapak pasien : Alhamdulillah ya. Bagaimana caranya berkomunikasi

dengan anak saya, sus?

Perawat I : Seperti ini Pak. Nak, Bapak dengar dari suster yang

merawatmu kamu sudah mau biacara. Bapak senang sekali

mendengarnya. Bagaimana jika mulai sekarang kita

melakukan kegiatan bersama lagi. Seperti dulu. Kamu mau

kan nak? Seperti itu bapak.

Bapak pasien : Baiklah kalau begitu sus.

Perawat I : Bagaimana kalau kita bertemu dan mencobanya?

Bapak Pasien : Boleh sekali sus.

Page 28: Sap Isolasi Sosial Revisi

Perawat I : Ayo Bapak ikut saya. (sambil berjalan menuju pasien I di

rawat)

Scene VIII

Ruangan pasien

SP II Keluarga : melatih keluarga mempraktekkan cara merawat

pasien isolasi sosial langsung dihadapan pasien.

Perawat : Itu anak Bapak. (menunjuk ke arah pasien I yang sedang

istirahat di tempat tidur). Mari kita praktekkan seperti yang

sudah saya ajarkan ke ibu.

Bapak pasien : Baik sus.

Perawat : Assalamu’alaikum.

Pasien jiwa I : Walaikumsalam (sambil bangun dari tempat tidur). Ibu.....

(datang dan memeluk ibunya).

Bapak pasien : Anakku..... Sehatkah nak?

Pasien Jiwa I : Aku rindu padamu pak? (sambil menangis memeluk

ibunya).

Perawat I : Baiklah saya permisi dulu ya bu. 10 menit lagi saya

kembali.

Mbak Yola bisa ngobrol sama Bapaknya ya. Permisi

Bapak pasien : Makasih sus.

Pasien Jiwa I : Senangnya Bapak ada di sini.

Bapak pasien : Kata suster kau sudah mau bicara dengan orang lain nak.

Senang sekali Bapak mendengarnya. (sambil membelai

kepala anaknya dengan lembut).

Pasien Jiwa I : Iya Pak. Senang sekali rasanya bisa teman lagi.

Bapak pasien : Apa kegiatan yang sering kau lakukan di sini nak?

Pasien Jiwa I : Setiap sore aku membantu perawat di sini menyirami

tanaman . Seperti yang sering kita lakukan bersama pak.

Page 29: Sap Isolasi Sosial Revisi

Bapak pasien : nanti jika kau pulang kita masih bisa melakukannya lagi

nak. Kau mau kan?

Pasien Jiwa : Ya Bapak (sambil memeluk ibu)

Setelah 10 menit berlalu perawat kembali ke ruangan.

Perawat I : Assalamu’alaikum

Bapak Pasien : Walaikum salam.

Perawat I : bagaimana perasaan Bapak setelah ngobrol kembali

dengan mbak Yola.

Bapak pasien : Senang sekali rasanya melihat putri saya sudah kembali

ceria.

Perawat I : Baiklah Bapak, besok Bapak bisa datang kembali kesini.

Ada hal yang ingin saya sampaikan kepada Bapak. Bapak

bisa.

Bapak Pasien : Bisa suster.

Perawat I : Bapak bisanya jam berapa ke sini?

Bapak Pasien : Jam 9 ya sus.

Perawat I : Baiklah jam 9 ya Pak. Saya tunggu.

Bapak Pasien : Nak, Bapak pulang dulu ya. Jaga kesehatanmu. Jangan

lupa makan.

Pasien jiwa I : Iya pak. (sambil menyalami dan mencium ibunya)

Schene IX

Di ruang perawat

SP III Keluarga : membuat perencanaan pulang bersama

keluarga

Bapak Pasien : Assalamu’alaikum

Perawat : Walaikum salam. Oh Bapak Reza. Silahkan masuk Pak.

Bapak Pasien : Terima kasih sus.

Page 30: Sap Isolasi Sosial Revisi

Perawat : Begini Pak, mbak Yola besok sudah boleh pulang.

Menimbang keadaannya sudah mulai kooperatif. Jadi kita

perlu membicarakan perawatan di rumah untuk mbak Yola.

Bapak Pasien : Alhamdulillah ya Allah.

Perawat : Ini jadwal kegiatan mbak Yola selama di rumah sakit.

Mungkin bisa dilanjutkan selama di rumah nantinya. Di sini

juga ada jadwal minum obatnya.

Bapak pasien : Iya sus. Akan saya sesuaikan jadwal kegiatannya dengan

di rumah. Dan saya janji akan on time memberikannya obat.

Perawat II : Selain itu saat di rumah ibu juga harus memperhatikan

sikap anak Bapak. Apabila sikapnya kembali seperti

sebelum di rawat di sini bapak bisa menghubungi saya

kembali.

Bapak pasien : Baiklah sus. Terima kasih ya sus. Terima kasih karena

sudah merawat anak saya selama ini.

Perawat I : Ya Pak........ Itu memnag sudah mejadi tugas saya.

I. REFERENSI

RSMM. FKUI. 2009. Modul Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa:

Pendekatn Strategi Pelaksanan Tindakan Keperawatan. Bogor: BLU RSMM

Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang :

RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003

Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada

Keperawatan Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana

keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D.

Jakarta. EGC. Jakarta1998.

Page 31: Sap Isolasi Sosial Revisi

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

KEPERAWATAN JIWA ( ISOLASI SOSIAL )

DISUSUN OLEH : KELOMPOK II

ALDO PADRIANSYAH

M. REYZA FAHRIAL

RIZKA AGUSTIAN

YOLA FITRIANI

YUSUF MAREN

ZURRAHMAN

PEMBIMBING AKADEMIK

RIAN YULIYANA, S.Kep, Ns

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

Page 32: Sap Isolasi Sosial Revisi

TANJUNGPINANG

2012