sanitasi makanan SANITASI MAKANAN A.Makanan dan Permasalahannya Dalam sanitasi makanan, permasalahn yang menyangkut nilai gizi ataupun mengenai komposisi bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, kurang diperhatikan. Sanitasi makanan lebih ditekankan pada pengawasan terhadap pembuatan dan penyediaan bahan makanan agar tidak membahayakan kesehatan. 1. Bahaya makanan untuk kehidupan Bahaya makanan untuk kehidupan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut: a) Makanan tersebut dicemari oleh zat-zat yang membahayakan untuk tubuh kita. b) Dalam makanan tersebut memang telah terdapat zat-zat membahayakan kesehatan. 2. Hal-hal yang dapat membahayakan makanan bagi tubuh manusia Hal-hal yang dapat membahayakan makanan bagi tubuh manusia adalalh sebagai berikut: a) Zat-zat kimia yang bersifat racun Biasanya karena kelalaian, misalnya menempatkan racun tikus atau insektisida dengan bahan-bahan dapur. b) Baktri-bakteri pathogen dan bibit penyakit lainnya, misalnya: Dipindahkan lalat dan feses Sayuran yang dicuci dengan air yang telah terkontaminasi Minum dari susu sapi yang berpenyakit TBC
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
sanitasi makanan
SANITASI MAKANAN
A.Makanan dan Permasalahannya
Dalam sanitasi makanan, permasalahn yang menyangkut nilai gizi ataupun mengenai
komposisi bahan makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, kurang diperhatikan.
Sanitasi makanan lebih ditekankan pada pengawasan terhadap pembuatan dan penyediaan
bahan makanan agar tidak membahayakan kesehatan.
1. Bahaya makanan untuk kehidupan
Bahaya makanan untuk kehidupan dapat dibedakan menjadi sebagai berikut:
a) Makanan tersebut dicemari oleh zat-zat yang membahayakan untuk tubuh kita.
b) Dalam makanan tersebut memang telah terdapat zat-zat membahayakan kesehatan.
2. Hal-hal yang dapat membahayakan makanan bagi tubuh manusia
Hal-hal yang dapat membahayakan makanan bagi tubuh manusia adalalh sebagai berikut:
a) Zat-zat kimia yang bersifat racun
Biasanya karena kelalaian, misalnya menempatkan racun tikus atau insektisida dengan
bahan-bahan dapur.
b) Baktri-bakteri pathogen dan bibit penyakit lainnya, misalnya:
Dipindahkan lalat dan feses
Sayuran yang dicuci dengan air yang telah terkontaminasi
Minum dari susu sapi yang berpenyakit TBC
Makan daging dari hewan yang sakit
c) Parasit-parasit yang berasal dari hewan
Taenia saginata dari sapi
Taenia solium dari babi
Taenia echino dari ternak
Diphyllobothrium latum dari ikan
d) Tumbuh-tumbuhan yang beracun, misalnya:
Keracunan jamur
Keracunan ketela pohon
Keracunan oleh radioaktif
Keracunan bahan makanan
3. Perjalanan bahan makanan
Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:
a) Sumber bahan makanan
Apakah pemakaian insektisida untuk sayuran/buah-buahan tidak meracuni jenis makanan ini.
Apakah area pengambilan ikan bukan daerah pembuangan limbah industry yang dapat
membahayakan kesehatan bila kita makan ikan-ikan ini.
b) Pengangkutan bahan makanan
Pengangkutan pada dasarnya mempunyai dua tujuan, sebagai berikut:
Bahan makanan tidak sampai tercemar
Bahan makanan tidak sampai rusak
c) Penyimpanan bahan makanan
Semua bahan makanan disimpan dengan baik sehingga tidak terjadi kontaminasi/pencemaran.
d) Pemasaran makanan
Bahan makanan yang dijual di pasar harus terjaga sanitasinya karena lingkungan pasar yang
tidak bersih dan sehat sehingga bahan makanan yang dijual di supermarket lebih terjaga
sanitasinya.
e) Pengolahan bahan makanan
Biasanya makanan diolah di dapur. Oleh karena itu, kebersihan dapur harus diperhatikan dan
dijaga kebersihannya.
f) Penyajian makanan
Makanan sebelum disajikan harus diatur sedemikian rupa sehingga selain menarik, juga
menambah selera makan dan terhindar dari kontaminasi serta terjaga sanitasinya.
g) Penyimpanan makanan yang telah diolah
Sisa makanan yang disimpan kembali harus dijaga sanitasinya dengan memperhatikan tempat
dan suhu penyimpanan dan suhu pemanasannya.
B. Macam-Macam Pengawetan Makanan
1. Mendinginkan makanan dibedakan atas:
Cold storage yaitu dengan membekukan bahan makanan yang diletakkan dalam suhu -10ºC-
0ºC. Bahan makanan dibekukan dengan suhu ini adalah daging dan ikan.
Freezer, yaitu mendinginkan bahan makanan pada suhu 0ºC, untuk bahan makanan seperti
susu, keju dan mentega.
Cool storage, yaitu mendinginkan bahan makanan pada suhu tertentu misalnya untuk telur
disimpan pada suhu 10ºC-15ºC, buah-buahan pada suhu 15ºC-20ºC, makanan dalam kaleng
pada suhu 20ºC.
2. Mengeringkan
Tujuannya untuk menghilangkan air yang terdapat dalam bahan makanan. Dengan hilangnya
air ini, bakteri yang merusak bahan makanan tidak dapat hidup. Proses pengeringan tidak
merusak atau mengurangi nilai gizi yang terkandung dalam bahan makanan, kecuali vitamin
C yang hilang bersama air yang dikeringkan.
3. Mengasinkan
Bahan makanan diberikan garam dengan maksud memperkecil kemungkinan hidup bakteri
yang memang sukar hidup pada konsentrasi garam yang tinggi. Dengan mengasinkan bahan
makanan, nilai makanan akan berkurang sedikit.
4. Memaniskan
Yang digunakan adalah zat gula. Tujuannya untuk mempersulit hdup bakteri karena bakteri
sukar hidup pada konsentrasi gula yang tinggi.
5. Menambah beberapa zat kimia tertentu, misalnya
Menambahkan difenil 100 ppm untuk pengawetan jeruk segar
Menambahkan tetrasiklina sekitar 5 ppm untuk mengawetkan ikan segar
Menambahkan tembaga karbonat sekitar 3 ppm untuk pengawetan buah pir segar
Menambahkan asam sorbet sekitar 5 ppm untuk pengawetan tepung dan keju
C. Sanitasi Makanan dalam Kaleng (Canned Food Sanitation)
Pada umunya, makanan dalam kaleng mempunyai batas waktu berlakunya yang dicantumkan
pada etiket. Untuk mengetahui apakah makanan dalam kaleng itu masih baik atau tidak, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan:
Kaleng-kaleng yang sudah menggelembung, sebagai tanda bahwa makanan tidak baik lagi.
Jika tutup kaleng sudah terlepas, sebaiknya makanan jangan dikonsumsi lagi.
Kalau kaleng sudah bocor, makanan tidak boleh dimakan.
D.Sanitasi Susu
1. Untuk mendapatkan susu yang baik ada dua syarat sebagai berikut:
Safe milk tidak mengandung bibit penyakit yang membahanyakan kesehatan.
Clean milk tidak mengandung zat-zat lain yang tidak ditemukan dalam susu murni walaupun
zat tersebut tidak berbahaya untuk kesehatan.
2. Untuk mendapatkan safe dan clean milk adalah sebagai berikut;
Hewan yang diambil susunya haruslah hewan yang sehat
Orang yang mengelola susu harus sehat
Lingkungan tempat susu diambil harus selalu dalam keadaan bersih
Usahakan ada ruangan yang bersih untuk menyimpan sementara susu ini, yang dekat dengan
kandang susu
Alat-alat yang digunakan harus bersih
Pengelolaan susu harus terjamin kebersihannya
Kalau pengangkutan lebih dari dua jam, harap alat transportasi dilengkapi dengan alat
pendingin
Lakukan pasteurisasi sebelum susu tersebut diminum
Pengolahan susu untuk diminum disebut pasteurisasi, suatu proses penghangatan (heating)
tiap partikel susu sehingga susu tersebut bebas dari kuman-kuman penyebab penyakit.
Dengan pasteurisasi susu menjadi safe, tetapi belum clean.
Macam-macam pasteurisasi adalah sebagai berikut:
Dengan suhu tinggi, waktu pendek
Dengan suhu rendah, waktu panjang
Ultra high temperature pasteurisasi, yaitu dengan memanaskan sampai suhu 90ºC selama 0,75
detik.
Setelah dipasteurisasi, suhu yang paling baik untuk susu ialah 10ºC untuk mencegah
kerusakan susu lebih lanjut.
E. Sanitasi Daging
Pengawasan daging sangat perlu, terutama karena daging lekas membusuk, juga
kemungkinan hewan potong menderita penyakit yang dapat ditularkan kepada manusia.
Selain itu, daging sapi mudah terkena infeksi.
Di Indonesia pengawasan daging sapi yang dijual kepada umum dilakukan oleh dinas
peternakan dari Departemen Pertanian yang juga mengawasi pemotongan sapi di rumah
potong hewan.
Untuk memelihara sanitasi daging ada beberapa hal khusus yang perlu diperhatikan.
1. Hewan potong
Hewan apapun yang akan diambil dagingnya, harus bebas dari penyakit, seperti TBC,
anthrax, dan cacing.
Untuk mengetahui apakah hewan potong mempunyai penyakit dilakukan dua kali
pemeriksaan.
Pemeriksaan sebelum dipotong. Hewan yang dicurigai menderita penyakit, harus dipotong
terpisah.
Pemeriksaan setelah ternak dipotong yang diperiksa biasanya kelenjar, jantung, alat-alat
visceral, sebab alat-alat ini sering sebagai tempat hidupnya bibit penyakit.
2. Rumah potong
Bangunan harus dibuat dari bahan yang kuat dan mudah dibersihkan, tidak menjadi sarana
berbagai serangga atau tikus, mempunyai saluran limbah, mempunyai air bersih yang cukup
dan mempunyai tempat pembuangan sampah yang baik.
Kadang-kadang tersedia untuk tempat hewan menginap sebelum dipotong.
Orang yang melaksanakan pemotongan harus terjaga kesehatannya.
Pisau dan alat-alat yang dipergunakan harus benar-benar bersih.
3. Pemasaran
Kebersihan pasar daging haruslah terpelihara. Daging yang dijual jangan dibiarkan terbuka
dan batasi pembeli memegang daging agar tidak terkontaminasi oleh kuman yang mungkin
ada pada tangan pembeli tersebut. Sebaiknya pasar dilengkapi dengan alat pendingin agar
daging tidak cepat rusak. Untuk mengetahui apakah daging masih berada dalam keadaan
baik, ada tiga hal yang perlu diperhatikan:
Warna daging
Daging yang baik harus mempunyai warna sama antara bagian dalam dan bagian luar daging.
Bau
Bau daging adalah khas, sesuai dengan bau hewannya. Kalau ada proses pembusukan,
baunya akan berubah.
Konsistensi
Daging yang baik mempunyai konsistensi, elastic bila ditekan, kalau dipegang terasa basah
kering. Artinya meskipun rasanya basah, tidak sampai membasahi tangan si pemegang.
F. Sanitasi Hasil Laut dan Sungai
Karena berkurangnya persediaan bahan makanan yang terdapat di daratan, mulailah perhatian
ke sumber bahan makanan yang berasal dari laut dan sugai. Secara umum dapat dibedakan
atas dua macam:
1. Golongan hewan
2. Golongan tumbuh-tumbuhan
Sumber makanan ini perlu diperhatikan sanitasinya, sebab di antaranya ada yang beracun
atau terkontaminasi dengan bibit penyakit.
Dengan berdirinya industry-industri, dimana air limbah industry ini kadang-kadang dibuang
ke laut.
Suatu hasil laut atau sungai telah dianggap tidak memenuhi syarat jika dalam pemeriksaan
ternyata:
Mengandung bibit penyakit atau zat-zat yang bersifat racun
Telah terjadi pembusukan yang dapat dilihat pada perubahan warna pada mata (ikan), bau
(busuk dihinggapi lalt, serta warnanya sehingga hasil laut dan sungai harus disimpan dalam
lemari pendingin
Diposkan oleh ain_jie di 01.05 Tidak ada komentar:
Label: materi 5
sanitasi dalam penyelenggaraan makanan
SANITASI DALAM PENYELENGGARAAN MAKANAN
A. Faktor Fisik
Yang dimaksud dengan factor fisik disini adalah ruangan yang kurang mendapat pertukaran
udara yang kurang lancar, suhu panas atau lembab, dan lain-lain. Untuk menghindari
kerusakan makanan yang disebabkan oleh factor fisik maka perlu diperhatikan beberapa hal,
seperti berikut ini:
1. Sanitasi Ruang Dapur
Sanitasi ruang dapur dipengaruhi oleh susunan dan konstruksi dapur seperti berikut ini;
a. Lantai dapur
Hendaknya dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan, tidak licin, tidak menyerap minyak
goreng atau bahan makanan lain yang berlemak, dan tidak retak.
Untuk membersihkan lantai diperlukan alat dan obat pembersih lantai, seprti sapu, sikat
bertangkai, ember, kain pel yang menggunakan tngkai, pembersih air yang terbuat dari karet
dan bertangkai, mesin penyikat lantai dan mesin pengering lantai, desinfektan, detergen, serta
amoniak.
Selama dapur dioperasikan dan ada cairan atau bahan makanan tumpah hendaknya segera
dibersihkan karena kalau tidak dapat mengakibatkan dapur menjadi kotor dan licin,
sedangkan pembersihan lantai secara menyeluruh dilakukan setelah dapur selesai beroperasi,
kecuali untuk dapur tertentu yang beroperasi selama 24 jam. Waktu pembersihannya
ditentukan, tetapi hendaknya tidak bertepatan dengan waktu banyaknya orderan.
b. Dinding
Dinding harus terbuat dari bahan yang kuat agar mudah dibersihkan. Pada umumnya dinding
terbuat dari keramik. Alat pembersihnya: sikat bertangkai, mesin pengering bertangkai atau
kain pel, ember, detergen, dan desinfektan.
c. Langit-langit
Sebaiknya dibuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan sederhana pembersihannya.
d. Ventilasi
Ventilasi yang baik berperan penting dalam penyelenggaraan makanan dalam jumlah besar.
Dengan ventilasi yang baik, asap yang timbul pada waktu mengolah makanan dapat keluar
dari dapur. Ventilasi yang baik dapat dilakukan dengan menyediakan jendela, lubang angin,
extractor fan, dan penghisap asap (exhauster hood) yang diletakkan tergantung di langit-
langit yang posisinya tepat berada di atas pusat pengolahan.
Kebersihan dari exhauster hood dan exhauster fan harus tetap dijaga, untuk menghindari
debu-debu yang dapat beterbangan ke dalam makanan sewaktu alat tersebut sedang
berfungsi.
e. Cahaya
Cahaya yang baik sangat penting bagi penyelenggaraan makanan untuk orang banyak. Ada
dua macam cahaya yaitu cahaya alam dan cahaya buatan.
Dengan cahaya yang cukup terang maka kotoran dan benda-benda yang halus yang masuk ke
dalam masakan atau hidangan dapat terlihat. Selain itu, ruangan yang cahayanya cukup
umumnya tidak disukai oleh kecoa, tikus, dan insektisida lainnya.
f. Lift makanan
Lift ini hanya berfungsi untuk mengirim hidangan yang telah matang. Sebaiknya lift ini harus
dijaga kebersihannya dari debu dan makanan yang tumpah. Lift makanan biasanya terbuat
dari stainless steel sehingga mudah untuk dibersihkan.
g. Saluran air
Saluran pembuangan air, baik air sisa pencucian bahan makanan maupun pembuangan sisa
makanan yang cair serta air kotor dari pencucian alat dapur dan alat saji sedapat mungkin
berjalan lancer. Apabila saluan tersebut terdapat dalam dapur maka sebaiknya sepanjang
saluran tersebut ditutup dengan alat yang dapat dibuka atau ditutup, misalnya dengan
menggunakan pelat baja. Selain itu dengan menggunakan alat tersebut akan memudahkan
perbaikan apabila terjadi kemacetan aliran air. Saluran ini juga berfungsi untuk pembuangan
air sewaktu membersihkan lantai dapur.
2. Sanitasi Pembuangan Sampah
Sampah merupakan salah satu penyebab tercemarnya makanan. Untuk menghindarinya maka
pada setiap pusat-pusat bekerja, misalnya meja kerja, bak cuci bahan makanan, tempat
pengolahan, tempat pemorsian disediakan tempat sampah yang tidak permanen agar mudah
dibersihkan dan diangkat.
Umumnya bak sampah ini terbuat dari plastik ringan lengkap dengan penutupnya. Sebelum
digunakan terlebih dahulu dilapisi dengan kantong plastic sampah agar bila telah penuh ujung
dari kantong plastic tersebut diikat lalu diangkat keluar dari bak sampah tersebut dan diganti
dengan kantong plastic baru.
3. Sanitasi Tempat Penyimpanan Bahan Makanan
Untuk menjaga ruang penyimpanan bahan makanan maka ada dua hal yang perlu mendapat
perhatian, yaitu: bahan makanan yang disimpan dan ruangan penyimpanannya.
a) Bahan makanan yang akan disimpan harus dalam keadaan bersih.
b) Ruang penyimpanan dibersihkan secara rutin, dan bila ada yang tumpah harus dibersihkan
sesegera mungkin untuk menghindari datangnya binatang-binatang dan serangga, misalnya
semut dan kecoa.
c) Seandainya bahan makanan yang disimpan ada yang busuk harus cepat dibuang dan
sebaiknya ruang penyimpanan disemprot dengan desinfektan pada waktu-waktu tertentu.
d) Perlu diperhatikan bahwa ada saat penyemprotan bahan makanan tidak boleh berada di
dalam gedung.
4. Sanitasi Alat Dapur
Bahan makanan atau makanan dapat terkontaminasi oleh alat dapur yang kotor. Oleh sebab
itu, pencucian alat dapur seharusnya mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh.
Pencucian perlengkapan dapur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara manual dan
machine.
5. Sanitasi Wilayah Steward
Lemari dan rak penyimpanan alat-alat masak dalam gudang (stewarding room) prlu diawasi
sehingga kemungkinan adanya kerusakan karena berkarat dapat diketahui lebih dini. Selain
itu pengaturan dan penyimpanan alat-alat masak dalam lemari dan rak-rak tersebut perlu
disusun secara rapi dan bersih.
Di dekat kamar mandi disediakan tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun, serbet
kertas, dan kalau mungkin alat pengering tangan dari listrik sehinggan karyawan yang baru
dari kamar mandi langsung mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum mulai kerja kembali.
B. Faktor Kimia
Sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh factor kimia karena hal-hal sebagai
berikut:
1. Adanya pencemaran gas atau cairan yang merugikan kesehatan atau adanya partikel-
partikel yang beracun, misalnya alat-alat dapur yang dibuat dari bahan yang mudah beraksi
dengan bahan makanan yang diolah, seperti alt dapur yang terbuat dari tembaga dengan
kuningan yang digunakan untuk mengolah bahan makanan yang asam.
2. Obat-obat penyemprot hama yang digunakan untuk sayuran dan buah ketika ditanam.
3. Zat-zat kimia yang digunakan untuk mempertahankan kesegaran bahan makanan.
4. Zat pewarna tekstil yang digunakan untuk memberi warna pada makanan.
5. Ketidaktahuan masyarakat atas penggunaan obat insektisida yang disemprotkan pada ikan
yang sedang mengalami proses pengasinan dengan tujuan agar ikan tersebut tidak dihinggapi
lalat. Kalau lalat tesebut hinggap maka ia akan membawa mikroorganisme pada ikan asin
tersebut dan hal ini menyebabkan iakn tidak tahan lama.
6. Penggunaan wadah bekas obat-obatan pertanian untuk kemasan makanan dan lain-lain.
C. Faktor Mikrobiologis
Sanitasi makanan yang buruk yang disebabkan oleh factor mikrobiologis karena adanya
pencemaran oleh bakteri, virus, jamur dan parasit. Umunya yang terbanyak disebabkan oleh
bakteri.
Bakteri adalah tumbuhan bersel satu yang tidak berklorofil dan ukurannya sangat kecil
(Kinton and Ceserane 1984). Sebagai contoh adalah apabila enam puluh buah bakteri
Escherichia coli dibaiskan maka panjangnya hama selebar satu helai rambut manusia
sehingga bakteri hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
Bakteri yang dapat dilihat melalui mikroskop ialah bakteri cocco, bacilli spirilla, vibrio,
streprobacilli dan streptococci.
1. Factor yang sangat mendukung berkembangnya bakteri
Factor yang sangat mendukung berkembangnya bakteri adalah:
a) Adanya makanan yang diperlukan
b) Tersedianya air
c) Temperature yang sesuai
d) Waktu yang cukup untuk berkembang
Bahaya atau tidaknya berkembang bakteri tersebut tergantung pada jenis mikroorganisme apa
yang berkembang dan hasil samping dari pertumbuhannya.
2. Kemungkinan masuknya bakteri ke dalam makanan
Kemungkinan masuknya bakteri ke dalam makanan adalah:
a) Pada waktu makanan disiapkan
b) Pada waktu makanan diolah
c) Pada waktu makanan disimpan
d) Pada waktu makanan disajikan
Makanan merupakan salah satu media yang diperlukan bagi tumbuhnya bakteri, ada yang
tumbuh pada makanan yang tingkat keasamannya rendah, ada yang memerlukan gula, ada
yang memerlukan protein untuk pertumbuhannya.
3. Factor-faktor yang mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya bakteri adalah:
a) Temperature yang sesuai dengan tumbuhnya bakteri yang memerlukan pemyakit (patogen)
secara cepat yaitu pada suhu 37ºC, tetapi ia dapat tumbuh pada suhu antara 10º-60ºC.
b) Dengan merebus atau memanaskan sampai mendidih selama beberapa menit bakteri akan
mati, tetapi untuk memusnahkan toksinnya harus direbus minimal setengah jam, sedangkan
membnuh bakteri yang tahan panas tinggi harus dipanaskan pada suhu 120ºC.
c) Menyimpan makanan pada suhu yang rendah (minimal 7ºC) tidak berarti bakteri akan
mati, melainkan hanya membuat bakteri tersebut nonaktif. Bila temperature yang diperlukan
untuk tumbuhnya bakteri tersebut memungkinkan, maka ia akan aktif kembali.
d) Dalam pertumbuhannya bakteri memerlukan air. Oleh sebab itu, bahan makanan yang
mengandung cairan lebih cepat busuk dibandingkan dengan bahan makanan atau makanan
kering.
e) Setiap dua puluh menit bakteri akan berkembang, karena dalam jangka 5 samapai 6 jam,
berjuta-juta bakteri akan tumbuh.
Berdasarkan factor-faktor di atas apabila ingin mneyimpan makanan harus menghindari
situasi dan kondisi yang memungkinkan untuk berkembangnya bakteri secara baik.
Kelompok bakteri yang dapat menyebakan keracunan pada manusia adalah:
a. Keracunan makanan karena bakteri salmonella disebabkan oleh:
Banyaknya bakteri yang berkembang dalam jumlah yang banyak karena pendinginan yang
kurang sempurna sehingga bakteri dapat aktif
Makanan disimpan pada suhu kamar, dimana suhu tersebut merupakan suhu yang paling
tepat bagi berkembangnya bakteri
Makanan yang diolah tidak cukup matang sehingga bakteri yang tahan panas belum mati
Makanan yang dudah disimpan dan didinginka tidak cukup panas waktu dihangatkan
Alat-alat dapur yang kurang bersih dalam pencuciannya
Kontaminasi dari tenaga pengolah yang kurang memperhatikan hygiene
Bahan mentah yang terkontaminasi
b. Keracunan makanan karena bakteri staphylococcus ureus disebabkan oleh:
Toksin yang dihasilkan oleh bakteri tersebut
Bakteri ini berkembang dengan baik apabila suhu pendinginan tidak sesuai dengan jenis
makanan atau bahan makanan yang disimpan
Kontaminasi makanan yang telah matang
Kontaminasi dari tenaga pengolah yang terkena infeksi
Makanan disimpan pada suhu kamar
Proses fermentasi pada makanan
c. Keracunan yang disebabkan oleh bakteri clostridium welchii
Terdapat bakteri clostridium welchi dalam jumlah yang banyak pada makanan
Bakteri berkembang baik pada makanan karena suhu pendinginan yang tidak sesuai dengan
makanan yang disimpan sehingga bakteri menjadi aktif
Menyimpan makanan pada suhu kamar
Makanan sisa yang akan disajikan kembali, tetapi pemanasannya tidak sempurna
d. Keracunan karena bakteri clostridium botolinum, biasanya disebabkan oleh:
Pada waktu pengalengan bahan makanan, asam tidak memenuhi syarat
Ikan asap yang dikemas dengan system vakum tidak sempurna
e. Keracunan karena infeksi bacillus cercus disebabkan oleh:
Masuknya bakteri bacillus circus dalam pencernaan dan tubuh
Pendinginan makanan yang tidak sempurna
Memasak makanan terlalu awal dari waktu penyajian dan tidak disimpan secara tepat
Makanan yang tidak habis dan disajikan kembali, tetapi pemanasannya tidak sempurna
f. Keracunan karena infeksi escheria colli, disebabkan oleh:
Pendinginan yang tidak sempurna
Waktu memasak yang tidak cukup matang
Alat-alat kurang bersih
Hygiene dari tenaga pengolah yang kurang bersih
g. Keracunan karena infeksi vibrio parahaemolytieus disebabkan oleh:
Makanan yang tidak matang waktu mengolahnya
Temperature pendingin yang tidak sesuai dengan makanan yang disimpan
Kontaminasi silang
Alat-alat yang kotor
Menggunakan air laut untuk memasak
Bakteri-bakteri tersebut umumnya hidup di tanah, tubuh manusia seperti: usus, hidung,
tenggorokan, kulit, luka. Pada binatang seperti: serangga dan burung. Penyebarannya dapat
melalui manusia seperti: pada waktu batuk, bersin, memegang makanan dengan tangan, bulu
binatang yang jatuh ke makanan, melalui alat-alat pengolahan, handuk, dan serbet yang tidak
bersih.
Untuk pencegahan preventif diperlukan standard hygiene pekerja yang tinggi, alat-alat yang
bersih, dan penanganan makanan yang baik.
Diposkan oleh ain_jie di 01.03 2 komentar:
Label: materi 4
hygiene petugas penyelenggara makanan
Yang dimaksud dengan hygiene adalah sikap bersih perilaku petugas penyelenggara makanan
yang ditangani tidak tercemar oleh petugas penyelenggara makanan. Sikap bersih inilah yang
harus disadari oleh para petugas penyelenggara makanan karena dalam kegiatannya
menyangkut kesehatan orang banyak. Beberapa hal yang harus diperhatikan dan dilakukan
oleh petugas dalam menangani makanan adalah sebagai berikut:
A. Personal Hygiene
1. Pemeriksaan Kesehatan
Sebelum seseorang diterima sebagai karyawan, sebaiknya diadakan pemeriksaan kesehatan
orang tersebut. Karena bila orang tersebut menderita penyakit yang menular, misalnya
penyakit TBC maka orang tersebut dapat merupakan pembawa bakteri TBC. Di samping itu,
pemeriksaan kesehatan bagi seluruh karyawan sebaiknya dilakukan minimal sekali setiap
tahun agar dari hasil pemeriksaan tersebut, karyawan yang terkena penyakitdapat diobati
terlebih dahulu sebelum dipekerjakan kembali.
2. Kebersihan Tangan dan Jari Tangan
Tangan merupakan salah satu anggota tubuh yang vital untuk mengerjakan sesuatu dalam
penyelenggaraan makanan, dan melalui tangan pula makanan banyak terkontaminasi. Oleh
karena itu, kebersihan perlu mendapatkan prioritas tinggi. Dianjurkan agar setiap kali keluar
dari kamar mandi atau kamar kecil sebaiknya tangan dibersihkan dengan air hangat dan
sabun, lalu dikeringkan dengan serbet kertas (tisu) untuk tangan atau dengan menggunakan