LBM 2 MODUL MATA SGD 8 STEP 1 1. COBBLE STONE : benjolan yg besarnya 1mm biasanya tejadi krn penimbunan cairan dan sel limfoit dibawah konjungtiva fornix,bisa juga timbul di palpebra superior 2. Injeksi konjungtiva : adany a pelebar an pembuluh darah a.konjungti va posterior,semakin bnyak terlihat di konjungtiva fornix 3. Vods 6/ 6 : samadengan visus 6/6 = bisa melihat jarak 6m yg pda orng normal jg dpt mlhat pd jrk 6m mata kanan kiri STEP 2 1. Meng apa mata mera h,gata l,keluara secre t tetapi pnd angan tdk kabur ?? 2. Kenap a sakit nya be rulang u lang fa ctor pncetus?? 3. Hub makan udang d an ker ang dg keluhan? 4. Kenapa alergi dimata tdk di organ lain?? 5. Kenapa ada injeksi konjungti va dab sif at dr injeksi tsb?? 6. Bagaimana terjadinya cobble stone? 7. Kenapa keluhan sudah 5hr tp tdk membaik juga?? 8. Cara kerja dr obat tetes mata dan obat minum pd scenario dan kemungkinan obat itu apa?? 9. Dd STEP 3 1. Mengapa mata merah,gatal,keluara secre t tetapi pnd angan tdk kabur ?? Tidak ada kelainan pd media refrakta,terjadi kelainan di med ia lain Gangguan pada visus ada 3:refraksi,media refrakta,nervus Ada gangguan pd adneksa mata,trjadi gangguan pd konjungtiva Mata merah karena adanya infalamasi,vasodilatasi(bradikinin,leukotrin,ptostalgladin)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
basofil dan trombosit melepas berbagai mediator antara lain histamin yang
meningkatkan permeabilitas vaskuler.
Dalam keadaan normal kompleks imun dimusnahkan oleh sel fagosit
mononuklear terutama dalam hati, limpa, dan paru tanpa bantuan komplemen
Dalam proses tersebut, ukuran kompleks imun merupakan faktor penting. Pada
umumnya kompleks yang besar, mudah dan cepat dimusnahkan dalam hati.
Kompleks yang larut terjadi bila antigen ditemukan jauh lebih banyak dari padaantibodi yang sulit untuk dimusnahkan dan oleh karena itu dapat lebih lama
ada dalam sirkulasi. Kompleks imun yang ada dalam sirkulasi meskipun untuk
jangka waktu lama, biasanyan tidak berbahaya. Permasalahan akan timbul bila
kompleks imun menembus dinding pembuluh darah dan mengendap d
jaringan. Gangguan fungsi fagosit diduga dapat merupakan sebab mengapa
kompleks imun sulit dimusnahkan.
D. Hipersensitifitas Tipe IVKomponen : CD4 dan CD8
Mekanisme
Reaksi hipersensitifitas Tipe IV dibagi dalam :
1. DTH melalui sel CD4Pada DTH, sel CD4 Th1 mengaktifkan makrofag yang berperan sebaga
efektor. CD4 Th1 melepas sitokin (IFN-gamma) yang mengaktifkan makrofag
dengan menginduksi inflamasi. Pada DTH, kerusakan jaringan disebabkan
oleh produk makrofag yang diaktifkan seperti enzim hidrolitik, oksigen
reaktif intermediat, oksida nitrat dan sitokin proinflamasi. DTH dapat juga
terjadi sebagai respon terhadap bahan yang tidak berbahaya dalamlingkungan seperti nikel yang menimbulkan dermatitis kontak. Pada keadaan
yang paling menguntungkan DTH berakhir dengan hancurnya
mikroorganisme oleh enzim lisosom dan prodak makrofag lainnnya sepert
peroksid raikal dan superoksid. Pada beberaa keadaan terjadi ha
sebaliknya. Antigen bahkan terlindung.
2. T Cell Mediatid Cytolysis melalui sel CD8Dalam T Cell Mediated Cytolysis, kerusakan terjadi melalui sel CD8 yang
langsung membunuh sel sasaran. Penyakit yang ditimbulkan hipersensitifitas
seluler cenderung terbatas kepada beberapa organ saja dan biasanya tidaksistemik. Pada penyakit virus hepatitis, virus sendiri tidak sitopatik, tetapi
kerusakan ditimbulkan oleh respon CTL terhadap hepatosit yang terinfeksi.
Sel CD8 yang spesifik untuk antigen atau sel autologis dapat membunuh
dengan langsug. Pada banyak penyakit autoimun yang terjadi melalu
mekanisme selular, biasanya ditemukan sel CD4 maupun CD8 spesifik untuk
self-antigen dan kedua jenis sel tersebut dapat menimbulkan kerusakan.
Konjungtiva terdiri dari dua lapisan : lapisan epitel dan lapisan jaringan ikat yang
disebut substansia propria. Konjungtiva tervaskularisasi dengan baik dan memiliki
sistem drainase limfe yang baik ke limfonodi preaurikularis dan submandibularis.
Jaringan ini mengandung banyak sel Langerhans, sel dendritik dan makrofag yang
berperan sebagai Antigen Presenting Cell (APC) yang potensial. Folikel padakonjungtiva yang membesar setelah infeksi ataupun inflamasi pada ocular surface
menunjukkan adanya kumpulan sel T, sel B dan APC. Folikel ini merupakan daerah
untuk terjadinya respon imun terlokalisir terhadap antigen oleh sel B dan sel T
secara lokal di dalam folikel.5, 7,13
5. Proteksi imun untuk mucosal surface termasuk ocular adalah Mucosa-Associated
Lymphoid Tissue. MALT terbentuk oleh adanya interkoneksi dari daerah mukosa
yang memberikan gambaran imunologis spesifik tertentu yaitu banyak terdapat
APC, struktur khusus untuk memproses antigen secara terlokalisir (Peyer’s patches
atau tonsil) dan sel efektor (sel T intraepitelial dan sel mast yang berlimpah). Salah
satu fungsi utama MALT adalah untuk menciptakan keseimbangan antara imunitas
dan toleransi untuk mencegah kerusakan jaringan mukosa.5, 7, 9
6. Substansia propria kaya akan sel-sel imun dari bone marrow yang akan
membentuk sistem imun mukosa pada konjungtiva yang dikenal dengan
Conjunctiva Associated Limphoied Tissue (CALT) yang merupakan salah satubagian dari MALT. CALT merupakan sistem imunoregulasi yang utama bag
konjungtiva. Pada substansia propria terdapat neutrofil, limfosit, IgA, IgG, se
dendrite dan sel mast. Eosinofil dan basofil tidak ditemukan pada konjungtiva yang
sehat. Konjungtiva mengandung banyak sel mast. IgA merupakan antibodi yang
paling banyak dalam lapisan air mata. IgA menyerang bakteri dengan cara
“membungkusnya” sehingga mencegah terjadinya perlekatan antara bakter
dengan sel epitel. Molekul terlarut yang banyak adalah komplemen. Respon imun
yang terjadi pada konjungtiva sebagian besar merupakan respon imun yang
dimediasi oleh antibodi dan limfosit, namun juga terdapat respon imun yang
dimediasi oleh IgE terhadap sel mast pada reaksi alergi.5, 7, 9
Menurut epitopa. Unideterminan, univalent. Hanya 1 jenis determinan / epitop pada 1 molekulb. Unideterminan, multivalent. Hanya 1 jenis determinan tetapi 2 / lebih
determinan tersebut ditemuakan pada 1 molekulc. Multideterminan, univalent. Banyak epitop bermacam2 tetapi hanya 1 dar
setiap macamnya (kebanyakan protein)d. Multideterminan, multivalent. Banyak epitop dan banyak dari setiap macam
pada 1 molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks
secara kimiawi)Faktor endogen dan eksogen dr kerang dan udang yg mnyebabkan alergi
Penyebab alergi di dalam makanan adalah protein, glikoprotein atau polipeptida
dengan berat molekul lebih dari 18.000 dalton, tahan panas dan tahan ensim
proteolitik. Sebagian besar alergen pada makanan adalah glikoprotein dan berkisar
antara 14.000 sampai 40.000 dalton. Molekul-molekul kecil lainnya juga dapat
menimbulkan kepekaan (sensitisasi) baik secara langsung atau melalui mekanisme
hapten-carrier.Kandungan udang yang membuat alergi adalah histamin yang
terdapat pada udang, terutama yang sudah tidak segar lagi. Karena, histamin
terbentuk dari protein –hewan laut mengandung protein tinggi– yang bereaksidengan enzim-enzim yang terbentuk setelah kematian makhluk hidup. Jadi
singkatnya, gejala alergi akan muncul bila makanan laut yang dikonsumsi
kualitasnya tak baik lagi karena daging ikan sudah mulai ‘dihabiskan’ oleh
mikroorganisma pembusuk yang bereaksi dengan enzim-enzim tersebut, Terus
alergi itu juga di picu kekebalan tubuh seseorang dan riwayat kesehatan
Mata merah dengan penglihatan normal dan kotor atau belekMata kotor atau belekGejala khusus pada kelainan konjungtiva adalah terbentuk sekret. Sekretmerupakan produk kelenjar yang pada konjumgtiva bulbi dikeluarkan oleh segoblet. Sekret konjungtiva bulbi pada konjungtivitis dapat bersifat:
• Air, kemungkinan disebabkan infeksi virus atau alergi• Purulen, oleh bakteri atau klamidia• Hiperpurulen, disebabkan gonokok atau meningokok• lengket, oleh alergi atau vernal, dan• Seros, oleh adenovirus
Bila pada sekret konjungtiva bulbi dilakukan pemeriksaan sitologik danpewarnaan Giemsa maka akan didapat dugaan kemungkinan penyebabsekret seperti terdapatnya :
• Limfosit - monosit - sel berisi nukleus sedikit plasma, maka infeksimungkin disebabkan virus,
• Neutrofil oleh bakteri,• Eosinofil oleh alergi
• Sel epitel dengan badan inklusi basofil sitoplasma oleh klamidia,
•
Sel raksasa multinuklear oleh herpes,• Sel Leber -makrofag raksasa oleh trakoma,
• Karatnisasi dengan filamen oleh pemfigus atau dry eye,
• Badan Guarneri eosinofilik oleh vaksinia.
George M. Bohigian.M.D.:"Handbook of External Disease of The
Eye". New Jersey. Sla-ck Incorporated. Third Edition.
1987.p.19.Table 3.
Macam-macam sekret:
serous, (cair bening)
Encer seperti air dengan penyebabnya virus. Setelah dua/ tiga hari dapat menjad
mukopurulen, karena super infeksi dari kuman komensal, (daya tahan menurun
sehingga kuman komensal tumbuh tak terkendali)
mucous, (kental bening elastis)
kental, bening, elastis (bila ditarik dengan ujung kapas). Penyebabnya biasanya
karena proses khronis/alergi . Fibrin-fibrin dalam keadaan utuh.
Klinis : bila ditutul kapas akan mulur (elastis) Sebab zat mucous terdiri dari fibrin
d. Kemosis :Udem konjungtiva oleh karena transudasi cairan dari pembuluh darah kapiler
konjungtiva. Klinis tampak seperti gelembung/benjolan bening pada
konjungtiva bulbi atau fornix. Kemosis dapat terjadi secara :
- Aktif : peningkatan permeabilitas pada peradangan ( eksudat )
-Pasif : akibat stasis ( perbandingan “ tissue fluid “ didalam jaringan/organtergantung pada keseimbangan antara produk cairan dari arteri, penyerapanke vena dan drainage oleh limfatik ). Ketidakseimbangan salah satu factor indapat menyebabkan kemosis.
e. Folikel : Tampak pada kebanyaan kasus konjungtivitis virus, kasus konjungtivitis
khlamidia. Sering terdapat pada tarsus terutama tarsus superior. Secara
klinik dapat dikenali sebagai struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan
bulat. Pada pemeriksaan slit lamp, pembuluh-pembuluh kecil tampak muncul
pada batas folikel dan mengintarinya.
f. Pseudomembran :Adalah haasil proses eksudatif dan hanya berbeda derajatnya.
Pseudomembran adalah pengentalan di atas permukaan epitel, bila diangkatepitel tetap utuh. Bila sebuah membran adalah pengentalan yang meliputi
seluruh epitel epitel jika diangkat akan meninggalkan permukaan yg kasar
dan berdarah. Pseudomembran atau membran dapat menyertai
konjungtivitis virus herpes, pemphigoid sikatriks, difteria. Membran dan
pseudomembran dapat berupa sisa akibat luka bakar kimiawi.
Daniel Vaughan, General Ophthalmology. Fifteenth edition, Appleton and Lange, San
Fransisco, USA. 1999
KONJUNGTIVITIS GONOREDEFINISI
Konjungtivis gonore adalah suatu radang konjungtiva akut dan hebat dengan sekretpurulen yang disebabkan oleh kuman neisseria gonorrhoeae.
ETIOLOGIKonjungtivis gonore disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae.
KLASIFIKASIPenyakit ini dapat mengenai bayi berumur 1 – 3 hari, disebut oftalmia neonatorum,akibat infeksi jalan lahir. Dapat pula mengenai bayi berumur lebih dari 10 hari atau padaanak-anak yang disebut konjungtivitis gonore infantum. Bila mengenai orang dewasabiasanya disebut konjungtivitis gonoroika adultorum.
PATOFISIOLOGIKonjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi apapunpada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yangterjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata.Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai dischargeyang tebal kuning kehijauan. 6
Perjalanan penyakit pada orang dewasa secara umum, terdiri atas 3 stadium :1. Infiltratif 2. Supuratif atau purulenta3. Konvalesen (penyembuhan), hipertrofi papil.
1. Stadium Infiltratif.Berlangsung 3 – 4 hari, dimana palpebra bengkak, hiperemi, tegang, blefarospasme,disertai rasa sakit. Pada konjungtiva bulbi terdapat injeksi konjungtiva yang lembab,kemotik dan menebal, sekret serous, kadang-kadang berdarah. Kelenjar preauikulermembesar, mungkin disertai demam. Pada orang dewasa selaput konjungtiva lebihbengkak dan lebih menonjol dengan gambaran hipertrofi papilar yang besar. Gambaranini adalah gambaran spesifik gonore dewasa. Pada umumnya kelainan ini menyerangsatu mata terlebih dahulu dan biasanya kelainan ini pada laki-laki didahului pada matakanannya
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra masih bengkak,hiperemis, tetapi tidak begitu tegang dan masih terdapat blefarospasme. Sekret yangkental campur darah keluar terus-menerus. Pada bayi biasanya mengenai kedua matadengan sekret kuning kental, terdapat pseudomembran yang merupakan kondensasifibrin pada permukaan konjungtiva. Kalau palpebra dibuka, yang khas adalah sekretakan keluar dengan mendadak (memancar muncrat), oleh karenanya harus hati-hati bilamembuka palpebra, jangan sampai sekret mengenai mata pemeriksa.
3. Stadium Konvalesen (penyembuhan).
Berlangsung 2 – 3 minggu, berjalan tak begitu hebat lagi, palpebra sedikit bengkak,konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltratif. Pada konjungtiva bulbi injeksi konjungtivamasih nyata, tidak kemotik, sekret jauh berkurang.
Pada neonatus infeksi konjungtiva terjadi pada saat berada pada jalan kelahiran,sehingga pada bayi penyakit ini ditularkan oleh ibu yang sedang menderita penyakittersebut. Pada orang dewasa penyakit ini didapatkan dari penularan penyakit kelaminsendiri.Pada neonatus, penyakit ini menimbulkan sekret purulen padat dengan masa inkubasiantara 12 jam hingga 5 hari, disertai perdarahan sub konjungtiva dan konjungtivakemotik.
GAMBARAN KLINISPada bayi dan anak Gejala subjektif : (-)Gejala objektif :
Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifatserous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak,sukar dibuka (gambar 1) dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal.Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal.
Pada orang dewasGejala subjektif :
Rasa nyeri pada mata.Dapat disertai tanda-tanda infeksi umum.Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan biasanya
mengenai mata kanan.Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai beberapa
perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkenalebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar(gambar 2). Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung berminggu-minggu.
PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan sediaan langsung sekret denganpewarnaan gram atau Giemsa untuk mengetahui kuman penyebab dan uji sensitivitasuntuk perencanaan pengobatan.Untuk diagnosis pasti konjungtivitis gonore dilakukan pemeriksaan sekret denganpewarnaan metilen biru, diambil dari sekret atau kerokan konjungtiva , yang diulaskanpada gelas objek, dikeringkan dan diwarnai dengan metilen biru 1% selama 1 – 2 menit.Setelah dibilas dengan air, dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop. Padapemeriksaan dapat dilihat diplokok yang intraseluler sel epitel dan lekosit, disamping
diplokok ekstraseluler yang menandakan bahwa proses sudah berjalanmenahun. Morfologi dari gonokok sama dengan meningokok, untuk membedakannyadilakukan tes maltose, dimana gonokok memberikan test maltose (-). Sedangmeningokok test maltose (+).Bila pada anak didapatkan gonokok (+), maka kedua orang tua harus diperiksa. Jikapada orang tuanya ditemukan gonokok, maka harus segera diobati.
KOMPLIKASI
Penyulit yang didapat adalah tukak kornea marginal terutama di bagian atas, dimulaidengan infiltrat, kemudian pecah menjadi ulkus. Tukak ini mudah perforasi akibatadanya daya lisis kuman gonokok (enzim proteolitik). Tukak kornea marginal dapatterjadi pada stadium I atau II, dimana terdapat blefarospasme dengan pembentukansekret yang banyak, sehingga sekret menumpuk dibawah konjungtiva palpebra yangmerusak kornea dan hidupnya intraseluler, sehingga dapat menimbulkan keratitis, tanpadidahului kerusakan epitel kornea. Ulkus dapat cepat menimbulkan perforasi,edofthalmitis, panofthalmitis dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi.Pada anak-anak sering terjadi keratitis ataupun tukak kornea sehingga sering terjadiperporasi kornea. Pada orang dewasa tukak yang terjadi sering berbentuk cincin.
PENCEGAHAN1. Skrining dan terapi pada perempuan hamil dengan penyakit menular seksual.2. Secara klasik diberikan obat tetes mata AgNO3 1% Segera sesudah lahir (harus
diperhatikan bahwa konsentrasi AgNO3 tidak melebihi 1%).3. Cara lain yang lebih aman adalah pembersihan mata dengan solusio borisi dan
pemberian kloramfenikol salep mata.4. Operasi caesar direkomendasikan bila si ibu mempunyai lesi herpes aktif saat
melahirkan.5. Antibiotik, diberikan intravena, bisa diberikan pada neonatus yang lahir dari ibu
dengan gonore yang tidak diterapi.
PENATALAKSANAAN- Pengobatan dimulai bila terlihat pada pewarnaan Gram positif diplokok batang
intraseluler dan sangat dicurigai konjungtivitis gonore.- Pasien dirawat dan diberi pengobatan dengan penicillin, salep dan suntikan, pada bayi
diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari.- Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan
garam fisiologik setiap ¼ jam, kemudian diberi salep penisillin setiap ¼ jam. Penisillintetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 – 20.000unit/ml) setiap 1 menit sampai 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 menitselama 30 menit., disusul pemberian salep penisillin setiap 1 jam selama 3 hari.
- Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok.- Pengobatan diberhentikan bila pada pemeriksan mikroskopik yang dibuat setiap hari
menghasilkan 3 kali berturut-turut negatif.- Pada pasien yang resisten terhadap penicillin dapat diberikan cefriaksone (Rocephin)
atau Azithromycin (Zithromax) dosis tinggi.
Efek samping pengobatan- Tetes nitrat Argenti yang diberi pada bayi baru lahir untuk mencegah infeksi gonore
akan menyebabkan iritasi ringan, tapi akan sembuh dengan sendirinya satu sampaidua hari tanpa meninggalkan kerusakan menetap.
- Antibiotika topikal dapat menyebabkan reaksi alergi.- Antibiotika oral dapat menyebabkan gangguan perut, ruam dan reaksi alergi.Vaughan, Daniel G., Asbury Taylor, Riordan Eva-Paul. Ofthalmologi Umum. Edisi14.Jakarta:Widya Medika,2000 ; Ilyas, H. Sidarta Prof. dr. SpM. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI; 2003
KONJUNGTIVITIS BAKTERI AKUT
1) Etiologi
i) Konjungtivitis bakteri akut disebabkan Streptokokus
Corynebacterium diphtherica, pseudomonas, neisseria, dan
hemophilus.
2) Gambaran Klinis
i) Gambaran klinis berupa konjungtivitis mukopurulen dan
konjungtivitis purulen. Perjalanan penyakit akut yang dapat berjalan
kronis.ii) Dengan tanda hiperemi konjungtiva, edema kelopak, papil dan
dengan kornea yang jernih.
3) Pengobatan
i) Pengobatan kadang-kadang diberikan sebelum pemeriksaan
biologik dengan antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin,
gentamisin, kloramfenicol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa. Bila
pengobatan memberikan hasil dengan antibiotik setelah 3-5 harmaka pengobatan dihentikan dan ditunggu hasil pemeriksaan
mikrobiologik.
ii) Bila terjadi penyulit pada kornea maka diberikan sikloplegik.
iii) Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya dimintakan pemeriksaan
langsung dan bila ditemukan kumannya, maka pengobatan
disesuaikan. Apabila tidak ditemukan kuman dalam sediaan
langsung, maka berikan antibiotik spektrum luas dalam bentuk
tetes mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali sehari. Apabila
dipakai tetes mata, sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata
(sulfasetamid 10-15% atau khloramfenicol). Apabila tidak sembuh
dalam satu minggu bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi,
kemungkinan defisiensi air mata atau kemungki obstruksi duktus
disebabkan oleh virus New Castle, dengan gambaran klinis sama
dengan demam faringokoknjungtiva . penyakit ini biasanya terdapat pada
pekerja peternakan unggas yang ditulari virus New Castle yang terdapat
pada unggas. Umumnya penyakit ini bersifat unilateral walaupun dapat juga
bilateral.
Konjungtivitis ini memberikan gejala influensa dengan demam ringan,
sakit kepala dan nyeri sendi. Konjungtivitis New Castle akan memberikan
keluhan rasa sakit pada mata, gatal, mata berair, penglihatan kabur dan
fotofobia. Penyakit ini sembuh dalam jangka waktu kurang dari 1 minggu.
Pada mata akan terlihat edema palpebra ringan, kemosis dan sekret yang
sedikit, dan folikel2 terutama ditemukan pada konjungtiva tarsal bagian
bawah. Pada kornea ditemukan keratitis epitelial atau keratitis subepitel.
Pembesaran kelenjar getah bening preaurikel yang tidak nyeri tekan.
konjungtivitis hemoragik epidemik akut
` merupakan konjungtivitis disertai timbulnya perdarahan
konjungtiva. Masa inkubasi 24-48 jam, dengan tanda2 ke 2 mata iritatif,
deperti kelilipan dan sakit periorbita. Edema kelopak, kemosis konjungtiva,
sekret seromukos, fotofobia disertai lakrimasi. Terdapat gejala akut dimana
ditemukan adanya konjungtivitis folikular ringan, sakit periorbita
Virus
Bakteri Fungusdanparasit
Alergi
Purulen Nonpurulen
Kotoran Sedikit Mengucur Sedikit Sedikit SedikitAir mata Mengucur Sedang Sedang Sedikit SedangGatal Sedikit Sedikit -o- -o- MencolokInjeksi Umum Umum Lokal Lokal Umum